Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA DASAR

LOGAM TRANSISI

Di susun oleh :

Dia Retno Dwi Faningrum (18040109)


Retno Wulandari (18040113)
Ana Sheila Dwi Saputri (18040114)
Romdanatus Sa’adah (18040115)
Iklila Muzaiyanah (19040057)

Kelompok: 5
Kelas: 19B Farmasi

Dosen Pengampu:
Lindawati Setyaningrum,M.Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Logam
Transisi ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan. Saya sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam Mata Kuliah
Kimia Dasar.

Saya juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik atau saran untuk perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak adanya sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi setiap orang yang membacanya dan
juga dapat berguna bagi saya sendiri maupun bagi orang yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Jember, 06 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam transisi merupakan unsur-unsur yang terletak antara kelompok logam reaktif
dengan kelompok nonlogam serta yang memiliki subkulit d atau subkulit f yang terisi
sebagian. Unsur transisi biasanya memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu, hal ini
disebabkan karena mudahnya unsur transisi melepaskan elektron valensinya. Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan menyebabkan unsurunsur transisi bersifat
paramagnetik, semakin banyak elektron yang tidak berpasangan maka semakin kuat sifat
paramagnetiknya. Unsur transisi memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks
dan larutan berwarna. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut menyerap energi pada
daerah sinar tampak. Penyerapan energi menyebabkan terjadinya eksitasi, yaitu transisi
elektronik ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan eksitasi ini tidak stabil dan akan
kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya
sehingga akan menimbulkan warna tertentu pada larutan.
Senyawa kompleks dapat berupa senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionik
yang dalam pembentukannya atom logam atau ion logam disebut sebagai atom pusat,
sedangkan atom yang dapat mendonorkan elektronnya pada atom pusat disebut ligan. Ligan
dapat berupa molekul netral atau anion yang memiliki kemampuan sebagai donor pasangan
elektron dan satu atau lebih atom donor. Berbagai ligan dapat digunakan untuk
mengkomplekskan logam dan menghasilkan larutan berwarna. Berdasarkan banyaknya atom
donor yang dimiliki, ligan-ligan dapat dikelompokkan menjadi ligan monodentat, bidentat,
dan polidentat. Ligan monodentat terdiri dari H2O, NH3, CN-, dan CO, lalu ligan bidentat
terdiri dari 1,10-fenantrolina, 1,3-diaminopropana, dan ion oksalat, sedangkan ligan
polidentat seperti EDTA.
Salah satu ciri logam transisi adalah di mana unsur-unsur tersebut mempunyai lebih dari
satu bilangan oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui mempunyai bilangan
oksidasi mulai -1 pada V(CO)6- hingga +5 pada VO43-. Bilangan oksidasi maksimum pada
logam transisi baris pertama sama dengan jumlah elektron valensi sepertititanium (+4) dan
mangan (+7) namun berkurang pada unsur-unsur selanjutnya. Pada baris kedua dan ketiga
ada ruthenium dan osmium dengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa seperti [Mn04]- dan
OsO4, unsur logam transisi memperoleh oktet yang stabil dengan membentuk empat ikatan
kovalen. Bilangan oksidasi terendah ada pada senyawa Cr(CO)6 (bilangan oksidasi nol) dan
Fe(CO)42- (bilangan oksidasi -2) di mana aturan 18 elektron dipatuhi. Senyawa tersebut juga
merupakan kovalen. Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan oksidasi +2 atau +3. Pada
senyawa yang terlarut, ion tersebut biasanya berikatan dengan enam molekul air yang
tersusun secara oktahedral.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari logam transisi?
2. Bagaimana sifat-sifat logam transisi?
3. Bagaimana senyawa koordinasi logam transisi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari logam transisi.
2. Menjelaskan sifat-sifat logam transisi.
3. Menjelaskan senyawa koordinasi logam transisi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logam Transisi

Logam transisi sering didefinisikan sebagai kelompok unsur yang mempunyai kulit-


kulit d dan f yang terisi sebagian. Namun, untuk maksud praktis, yang akan dipandang
sebagai logam transisi adalah unsur yang memiliki kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian.
Logam transisi merupakan unsur golongan B yang mempunyai orbital d yang belum terisi
penuh dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg) berisi penuh sepuluh
elektron. Akibat dari belum terisinya penuh orbital d itu maka akan memberikan sifat-sifat
Berwarna (baik dalam bentuk ion maupun dalam bentuk senyawa, padat atau bentuk
larutan), paramagnetic, aktivitas katalitik, dapat membentuk senyawa kompleks.
Logam transisi semuanya adalah logam, kebanyakan berupa logam keras yang
menghantar panas dan listrik yang baik. Mereka memiliki beberapa sifat khas, meliputi
warna yang unik, pembentukan senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik, dan terutama
kecendrungan besar untuk membentuk ion kompleks. Banyak senyawa berwarna dan
paramagnetic, karena kulit-kulitnya yang terisi sebagian.
Logam transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada subkulit d.
Berdasarkan prinsip Aufbau, unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4. Pada setiap
periode kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai dengan jumlah elektron yang dapat
ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi karena terletak pada daerah peralihan antara
bagian kiri dan kanan sistem periodik.
Logam transisi–dalam  adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
subkulit f. Unsur-unsur transisi-dalam hanya dijumpai pada periode keenam dan ketujuh
dalam sistem periodik, dan ditempatkan secara terpisah di bagian bawah. Sampai saat ini,
unsur-unsur transisi-dalam belum dibagi menjadi golongan-golongan seperti unsur utama
dan transisi. Unsur-unsur ini baru dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu unsur lantanida
dan unsur aktinida. Unsur-unsur lantanida (seperti lantanum), adalah unsur-unsur yang
elektron terakhirnya mengisi subkulit 4f dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinum), adalah
unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi subkulit 5f.
Logam transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
logam transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-
unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta
kemampuan membentuk senyawa kompleks. Logam transisi periode keempat terdiri dari
sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan
(Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama,
tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur)
serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat
fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat
yang sangat signifikan dalam satu periode.

3
2.2 Sifat-sifat Logam Transisi

a.  Sifat Fisis Logam Transisi

Logam transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat khas logam
transisi periode keempat antara lain:

1. Unsur-unsur transisi bersifat logam, maka sering disebut logam transisi.


2. Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya lebih dari
satu.
3. Banyak diantaranya dapat membentuk senyawa kompleks.
4. Pada umumnya senyawanya berwarna. Beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai ka
talisator.
5. Titik didih dan titik leburnya sangat tinggi.
6. Mudah dibuat lempengan atau kawat dan mengkilap.
7. Sifatnya makin lunak dari kiri ke kanan.
8. Dapat menghantarkan arus listrik.
9. Persenyawaan dengan unsur lain mempunyai oksida positif.
Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena konfigurasi
elektron unsur transisi menempati sub kulit d, elektron-elektron pada orbital d yang tidak
penuh memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron dengan energi rendah akan
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) dengan menyerap warna misalnya
energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena energi yang diserap besarnya pun
tertentu. Struktur elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna pula.
Warna senyawa unsur-unsur transisi periode keempat dengan bilangan oksidasi

b. Sifat Kimia Logam Transisi


1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
sehingga jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.

4
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau
kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam
transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke
kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding
Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai
energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam
menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit
4s1.Pengisian orbital d (d1 s/d d10) dan f (f1 s/d f14) unsur transisi tidak selalu beraturan.
Dalam pengisian d terjadi kombinasi orbital d dengan s, sedangkan dalam pengisian f
terjasi kombinasi antara f dengan s, dan kadang-kadang ditambah dengan d. Unsur
transisi periode keempat dalam upaya mencapai konfigurasi gas mulia, akan melepas
elektron – elektron di subkulit s dan d nya. Karena jumlah elektron di subkulit d yang
tergolong banyak, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk melepaskan
elektron tersebut. Hal ini ditunjukkan dari kecendrungan nilai energi ionisasinya yang
secara umum bertambah dari Sc ke Zn.
4. Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu. Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi,
keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima
elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain
elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)
d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d5ns2, akan
berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan
konfigurasi elektron (n-1) d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat
jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam
transisi penting seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink (Zn) lebih
rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n-1) d dan ns-
nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi
bilangan oksidasi semakin tinggi unsur-unsur pada periode yang lebih besar.

2.3 Senyawa Koordinasi


Senyawa koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih ion kompleks
dengan sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat (ion lawan
atau counter ion), biasanya dari logam golongannya transisi. Senyawa koordinasi merupakan
senyawa yang terbentuk karena adanya ikatan antara ligan dengan ion pusat.
1. Atom Pusat
Atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang di donorkan. Biasanya berupa
ion logam, terutama logam golongan transisi yang memiliki orbital d yang kosong.
Contohnya: Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll.
2. Ligan

5
Molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks. Interaksi antara atom
logam dengan ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam basa Lewis. Sebagaimana
kita tahu bahwa basa Lewis adalah zat yang mampu memberikan satu atau lebih
pasangan elektron. Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron valensi bebas.
 Atom logam transisi (baik dalam keadaan netral maupun bermuatan positif)
bertindak sebagai asam Lewis. Dengan demikian, ikatan logam ligan biasanya
adalah ikatan kovalen koordinat.
 Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam disebut dengan
atom donor.
Contoh: [Cu(NH3)4]2+
Atom donor: N
Di dalam Ligan terdapat atom donor yaitu Atom yang memiliki pasangan elektron
bebas memiliki elektron tak berpasangan atau atom yang terikat melalui ikatan π. Ligan
membentuk Ikatan Kovalen Koordinasi.
Jenis ligan:
 Monodentat: menyumbang satu atom donor. Cth: H2O, NH3.
 Bidentat: menyumbang dua atom donor. Cth: etilenadiamina (disingkat “en”)
 Polidentat: menyumbang lebih dari dua atom donor. Cth: EDTA (heksadentat)
(ligan bidentat dan podentat biasa disebut agen pengelat).
3. Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi adalah banyaknya atom-atom donor di seputar atom logam
pusat dalam ion kompleks. Cara untuk menentukan bilangan koordinasi tidak sama untuk
molekul dan kristal. Untuk molekul dan ion poliatomik, bilangan koordinasi suatu atom
ditentukan cukup dengan menghitung jumlah atom yang terikat dengan atom pusat (oleh
ikatan tunggal atau ganda).
Contoh:
a.) [Ag(NH3 )2 ]2+ : bilangan koordinasi Ag2+ adalah 2.
b.) [Cu(NH3 )4 ]2+ : bilangan koordinasi Cu2+ adalah 4.
c.) [Fe(CN)6 ]3- : bilangan koordinasi Fe3+ adalah 6.
Bilangan koordinasi lazimnya adalah 4 dan 6, namun bilangan koordinasi 2 dan 5 juga
telah diketahui.
Bilangan koordinasi juga menentukan struktur bangun senyawa koordinasi:
 Bilangan koordinasi 2: linear
 Bilangan koordinasi 4: tetrahedral atau segiempat planar
 Bilangan koordinasi 6: octahedral
4. Khelat
Kelat adalah jenis senyawa koordinasi di mana satu ion logam terikat oleh ikatan
kovalen koordinat ke molekul atau ion. Khelat merupakan senyawa koordinasi yang
mengandung ligan polidentat. Khelat sangat stabil dan berguna. Contoh khelat tipikal
adalah bis (1,2-ethanediamine) tembaga (2+), komplek yang terbentuk antara ion (Cu 2+)
dan senyawa organic.
5. Tata Nama
Untuk memberikan nama senyawa koordinasi diperlukan beberapa aturan tertentu
yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

6
 Urutan ion-ion, pada pemberian nama garam-garam nama kation disebutkan
terlebih dahulu daripada nama anionnya.
Contoh: K2[Pt Cl6] di sebutkan kation K+ terlebih dahulu, lalu anion [Pt Cl6]2-.
 Kompleks Non-ionik, Kompleks-kompleks non-ionik atau molekul diberi nama
dengan satu kata. Contoh: [Co(NH3 )3 (NO2 )3 : trinitrotriaminkobalt(III),
CH3COCH2COCH3 : asetilaseton.
 Nama Ligan - Ligan-ligan diberi nama sesuai molekulnya kecuali air dan
amoniak, ligan negatif berakhiran o, ligan positif (walaupun jarang ada)
berakhiran –ium. Contoh:
- NH2CH2CH2NH2: etilendiamin (en)
- CO- : karbonil CH3COO- : asetato
- Cl- : kloro NH2NH +hidrazinium
- H2O : akuo
- NH3 : ammina
 Urutan Ligan
 Dalam kompleks, ligan dinamai terlebih dulu, sesuai urutan abjad, dan
diakhiri dengan nama ion logam.
 Ligan dalam kompleks ditulis tidak terpisah. Bila ada ligan dari jenis
tertentu yang berjumlah lebih dari satu, kita beri awalan Yunani di-, tri-,
tetra, penta,dst.
 Awalan diabaikan ketika memberi urutan abjad pada ligan. Contoh:
[Co(NH3)4Cl2]+ namanya adalah “tetraamminnadikloro”.
 Ligan Cl- dalam abjad penamaan, dianggap berawalan “c”(chloro) namun
penulisan tetap “kloro”.
 Jika ligan telah mengandung awalan Yunani, maka digunakan awalan
bis(2), tris(3), tetrakis(4) untuk menyatakan banyaknya ligan yang ada.
Contoh: etilendiamina telah mengandung di-, sehingga apabila terdapat
dua ligan seperti ini, dinamakan bis(etilenadiamina).
 Bagian Akhir Nama dan Bilangan Oksidasi
- Kompleks anion diberi nama berakhiran –at. Untuk kompleks kation dan
netral, nama logamnya tetap.
- Bilangan oksidasi dari atom pusat dinyatakan dengan bilangan romawi di
dalam kurung.
- Contoh: K4[Fe(CN)6] : kalium heksasianoferrat(II)
- [Fe(H2O)6SO4 : heksaakuobesi(II) sulfat.
- [Co(en)2Cl2]2SO4 : diklorobis(etilendiammina)kobal(II) sulfat.
 Tempat ikatan
- Ada beberapa ligan yang dapat terikat pada dua tempat, ligan ini disebut
ligan ambidentat. Tempat ligan ini terikat dinyatakan dengan huruf besar.
- Contoh:
- SCN : tiosianato atau tiosianato – S
- NCS : isotiosianato atau tiosianato – N
- NO2- : nitro
- O – N – O : nitrito
- (NH4)3[Cr(NCS)6] : amonium heksatiosianato- N-kromat(III)
atau

7
amonim heksaisotiosianatokromat(III)
 Beberapa contoh nama senyawa koordinasi atau ion kompleks adalah
sebagai berikut:
K4[Fe(CN)6] : kalium heksasianoferat (II)
[Cu(NH3)4]2+ : ion tetraaminatembaga (II)
Na3[Cr(NO2)6] : natrium heksanitritokromat (III)
[Co(en)3]Cl3 : tris(etilinadiamina)kobal (III) klorida

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Logam transisi merupakan unsur golongan B yang mempunyai orbital d yang
belum terisi penuh dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg) berisi penuh
sepuluh elektron. Logam transisi mempunyai 2 sifat, di antaranya sifat fisis dan sifat
kimia. Senyawa koordinasi dari logam transisi ada atom pusat, ligan, bilangan
koordinasi khelat dan tata nama.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah di atas masih banyak
terdapat kesalahan dan sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat di pertanggung
jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca tentang pembahasan makalah di atas.

9
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, E., Abdurachman, M., & Yuliasari, Y. (2002). Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam
Transisi Cr, Mn, dan ag dengan Glisin Melalui Spektrofotometri Ultraungu dan Sinar
Tampak. Bionatura, 4(2).
Hermawati, E. S., Suhartana, S., & Taslimah, T. (2016). Sintesis dan karakterisasi senyawa
kompleks Zn (II)-8-hidroksikuinolin. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 19(3), 94-98.
restudesriyanti.wordpress.com.13 Februari 2017. Makalah unsur transisi (Transition
Elements). Diakses pada 06 Oktober 2021 melalui
https://restudesriyanti.wordpress.com/2017/02/13/unsur-transisi/
staff.uny.ac.id. senyawa koordinasi. Di akses pada 07 Oktober 2021 melalui
http://staff.uny.ac.id
file.upi.edu. Kimia Anorganik II. Di akses pada 08 Oktober 2021 melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022
-SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_Anorganik_II-
Coordination_Compleks/Ligan.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai