Anda di halaman 1dari 93

I.

Judul Percobaan : Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi


II. Tanggal Percobaan : Selasa, 30 April 2019 Pukul 09.30 WIB
III.Selesai Percobaan : Selasa, 30 April 2019 Pukul 12.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi.
2. Mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi.
3. Mengamati perubahan warana karena perubahan bilangan oksidasi
dari senyaa logam transisi.
V. Dasar Teori :
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit
elektron d atau f  yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur
transisi terdiri atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam
blok d, yang terdiri dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag,
dan 5d dari Hf sampai Au, dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La
sampai Lu dan aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat
berbeda (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Logam yang tergolong dalam unsur transisi adalah logam-logam yang
terletak antara unsur-unsur golongan alkali tanah dan golongan boron. Unsur
transisi adalah unsur yang memiliki konfigurasi elektron orbital d yang terisi
sebagian. Logam transisi umunya memiliki sifat-sifat yang kgas logam, yakni
keras, konduktor panas dan listrik yang baik. Salah satu yang menarik pada logam
transisi adalah kemampuan untuk membentuk senyawa koordinasi, selain itu juga
dapat membentuk warna-warna. Dapat membentuk warna karena senyawa tersebut
menyerap energy pada daerah sinar tampak, penyerapan energy digunakan untuk
melakukan promasi/transisi electron pada atom pusat (Maharani dkk., 2017).
Logam-logam golongan transisi sifatnya berbeda dengan logam-logam 2
golongan utama. Salah satu yang paling menarik pada logam transisi adalah
kemampuannya untuk membentuk senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa
koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan molekul dengan satu
atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan-ligan dapat
diklasifikasikan menurut jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya. Ligan
monodentat mendonorkan satu pasang elektron bebasnya kepada logam atau
ion logam. Contoh ligan-ligan monodentat adalah NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
Ligan bidentat mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam atau ion
logam. Contohnya : ethylenediamine, NH2CH2CH2NH2 (Tim Dosen Kimia
Anorganik, 2018).
- - - -
Molekul netral (H2O, NH3) dan anion (F ,Cl , Br ,CN ) dapat bertindak
sebagai ligan. Jika satu atau lebih molekul netral berkoordinasi dengan ion logam,
menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks.
Misalnya, ion-ion logam transisi sebagaian besar membentuk ion kompleks
dengan molekul-molekul air ketika di dalam larutan air. Contohnya
3+ 2+
[Co(H2O)6] dan [Ni(H2O)6] . Jika satu atau lebih anion berkoordinasi
dengan ion logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya
3- 4-
[Co(NO2)6] dan [Fe(CN)6] (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2018).
Pada kompleks logam dapat terjadi perpindahan muatan dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi tereksitasi. Proses inilah yang lazim disebut transisi elektronik.
Berbagai kemungkinan yang terjadi adalah : transisi dari orbital logam ke orbital
logam (MMCT) dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dikenal sebagai transisi d –
d, transisi atau transfer muatan dari ligand ke logam(MLCT) , transisi dari logam ke
ligand (MLCT) dan transisi dari ligand ke ligand atau dikenal sebagai transfer muatan
ligand (LLCT) (Sulastri,2008).

Sifat Unsur Transisi :


1. Biloks yang bervariasi
Salah satu sifat logam transisi adalah memiliki biloks yang bervariasi.
Walaupun ada unsur yang bukan logam transisi juga dapat memiliki biloks
bervariasi, misalnya S, N,Cl. Tetapi sifat ini tidak umum untuk logam selain
transisi (misal gol IA dan IIA).
2. Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi:
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi.
b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik.
c. Kebanyakan senyawaannya berwarna.
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logam umumnya bersifat:
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik.
c. Bersifat inert
Beberapa pengecualian:
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik 
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe): bersifat sangat reaktif, terutama dengan
oksigen,halogen, sulfur, dan non logam lain (Seperti dengan karbon dan
boron)
(Sukardjo, 1992).
Sifat Umum:
a. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan
semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya 
tarik intinya,Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin
kecil. b.
b. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi
sedikitfluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari
Sc ke Zn.Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada
pengisian elektron padalogam transisi. Setelah pengisian elektron pada
subkulit 3s dan 3p, pengisiandilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d,
sehingga kalium dan kalsium terlebihdahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak
pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi
antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam mejadi
ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi.
c. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulita terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1.
(Sukardjo, 1992).
Logam transisi adalah sesuatu yang dapat membentuk satu atau lebih
ion stabil yang memiliki orbidal d yang tidak terisi (incompletely filled d
orbitals). Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga
(5d), menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam
periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh
kelompok golongannya.
Unsur-unsur deret peralihan utama mengandung atom - atom atau ion-
ion dengan orbital d yang belum terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur
peralihan dalam mengandung atom-atom dengan orbital f yang belum penuh.
Sifat kimia unsur-unsur ini penting secara teoritis maupun secara praktis. Satu
sifat penting unsur peralihan ialah kemampuannya untuk membentuk ion
kompleks. Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama, misalnya memiliki
titik c air yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan
sedang sampai tinggi adalah akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital
untuk elektron dan orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial
elektroda baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom
sepanjang deret peralihan (Petrucci, 1987).
Salah satu yang paling menarik pada logam transisi adalah
kemampuannya membentuk ikatan koordinasi. Teori medan kristal
(Bahasa Inggris : Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah
model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi
yang semuanya dikategoikan sebagai kompleks koordinasi. Teori ini
dikembangkan menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital d
ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam,
elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital d logam dan
menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan
(degeneracy). Elektron dari orbital d dan ligan akan saling tolak menolak.
Oleh karena itu, elektron d yang berdekatan dengan ligan akan memiliki
energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan, menyebabkan
pemisahan energi orbital d.
Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : sifat-sifat ion
logam, keadaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar
menyebabkan pemisahan yang lebih besar. Susunan ligan disekitar ion
logam. Sifat-sifat ligan yng mengililingi ion logam. Efek ligan yang lebih
kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital
3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. Besarnya
perbedaan energi  antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa
faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa
lligan selalu menghasilkan  nilai yang kecil, sedangkan beberapa lainnya
akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar. Keadaan oksidasi logam
juga mempengaruhi besarnya  antara energi (energy level) yang tinggi
dan rendah.
Dalam senyawa, unsur transisi selalu mempunyai bilangan
oksidasi positif dan nilainya dapat bervariasi dari +1 sampai +8. Ada
beberapa hal penting, yang pertama, kebanyakan unsur transisi
mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Kedua, kestabilan unsur
tansisi cenderung yang memiliki bilangan oksidasi tinggi, umumnya
bilangan oksidasi tertinggi unsur ini mempunyai sama dengan
golongannya. Ketiga, unsur transisi bagian bawah &enderung mempunyai
lebih dari satu bilangan oksidasi yang stabil (Syukri, 1999).
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion
logam dan molekul dengan satu atom atau lebih pasangan elektron bebas yang
disebut ligan. Ligan-ligan dapat diklasifikasikan menurut jumlah pasangan
atom donor yang dimilikinya. Menurut Cotton (1989), macam-macam
ligan adalah sebagai berikut:
a. Ligan monodentat, menyumbangkan sepasang elektron kepada
-
sebuah atom ligan umumnya, contoh : Cl .
b. Ligan bidentat, mengandung 2 atom yang masing-masing
secara 2 donor elektron kepada ion logam yang sama, contoh: damin.
c. Ligan polidentat, mengandung lebih dari 2 atom yang membentuk
ikatan kepada ion logam yang sama, biasanya khelat, contoh : EDTA.
Ligan monodentat mendonorkan satu pasng elektron bebasnya kepada
logam atau ion logam. Contoh ligan-ligan monodentat adalah NH3,
H2O, NO2-, dan CN -. Ligan bident mendonorkan dua pasang elektronnya
kepada logam atau ion logam. Contohnya: ethylendiamine
NH2CH2CH2NH2.
Molekul netral (NH3, H2O) dan anion (F-, Cl-, Br-, CN-) dapat
bertindak sebagai ligan. Jika satu atau lebih molekul netral berkoordinasi
dengan ion logam, menghasilkan spesies ion logam transisi yang
bermuatan disebut ion kompleks. Misalnya, ion-ion logam transisi
sebagian besar membentuk ion kompleks dengan moleku-molekul air
di dalam larutan air. Contohnya [Co(H2O)6]3+ dan [Ni(H2O)6]2+ satu atau
lebih anion berkoordinasi dengan ion logam, dihasilkan ion kompleks
yang bermuatan negatif. Contohnya : [Co(NO2)6]3- dan [Fe(CN)6]4-.
Sebagian besar ion logam transisi membentuk ion kompleks dengan 2
molekul- molekul air, bila dilarutkan dalam air. Senyawa-senyawa
demikian ini mudah terbentuk air ada dalam jumlah yang berlebih. Namun
32
air buka ligan yang kuat, kompleks ini berlangsung dalam reaksi
substitusi yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain secara
berurutan. Reaksi demikian ini sering disertai perubahan warna larutan.
Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan membentuk
ion kompleks [Ni(H2O)6]2+ yang berwarna hijau. Pada penambahan
NH3 pekat, warna larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion
kompleks [Ni(H2O)6]2+.
Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai inert atau labil,
bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks
yang labil mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan
kompleks inert mengalami reaksi substitusi secara lambat (Amaria,
dkk., 2016).

Reaksi ion besi dengan ion hidroksida


Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan
kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, maka
diperoleh kompleks yang bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak
larut dalam air dan terbentuk endapan.
Pada kasus besi(II):

Pada kasus besi(III):

Reaksi ion besi dengan larutan amonia


Pada kasus besi(III):
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas
hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang
dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion
Fe2+dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen
yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion
Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
Mangan (Mn)
Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh.
Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-
lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam
baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan,
kekerasan,dan  kemampuan pengerasan.
Ion yang paling sederhana dalam bentuk mangan dalam larutan adalah ion
heksaaquomangan(II) – [Mn(H2O)6]2+.
Kobalt (Co)
Reaksi Ion Kobalt (II) dalam air
Ion yang paling sederhana dalam bentuk kobal dalam larutan adalah ion
berwarna merah muda heksaaquokobal(II) – [Co(H2O)6]2+. Reaksi ion
heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida Ion hidroksida dapat menghilangkan
ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat ke ion kobal. Setelah ion
hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka akan memperoleh kompleks
tidak bermuatan – kompleks netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan
terbentuk endapan.
Reaksi dengan larutan amonia dan hidrogen peroksida
Reaksi dengan larutan amonia diikuti pembentukan hidrogen peroksida yang
berwarna larutan coklat-merah tua seperti sebelumnya – hanya lebih cepat.
Persamaan untuk oksidasi kompleks amin adalah:

CUPRUM (Cu)
Reaksi ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat pada ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut:

Ion heksaaquotembaga (II) dengan larutan amonia membentuk senyawa


kompleks yang memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibat
digantikannya molekul H2O oleh amonia. Hal tersebut dapat dilihat pada reaksi di
bawah ini

Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion


tetra amin diaquo tembaga II. Dengan catatan hanya 4 dari 6 molekul air yang
digantikan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:

Zink (Zn)
Zink merupakan logam dari golongan transisi yang sangat reaktif dan
strukturnya lunak. Kemudian garam Zink merupakan garam yang larut dalam air,
larutan kompleks ion Zn merupakan larutan yang tak berwarna. Kemudian,
umumnya padatan garamnya terhidrat. Selanjutnya penambahan basa
menyebabkan terbentuknya endapan putih gelatin zink hidroksida:
[Zn(H2O)3(OH)]+ + OH-→ Zn(OH)2 +3H2O
Tetapi endapan ini larut kembali dalam basa berlebih oleh karena sifat
amfoterik dengan membentuk ion kompleks:
Zn(OH)2 + 2OH- → [Zn(OH)4]2-
Endapan zink hidroksida juga larut dalam amonia membentuk ion kompleks
menurut persamaan berikut:
Zn(OH)2 + 4NH3 → [Zn(NH3)4]2+ +2OH-
VI. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Tabung reaksi secukupnya
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Gelas ukur 10 mL 2 buah
4. Pipet tetes secukupnya
5. Gelas kimia 100 mL 2 buah
6. Spatula kaca 1 buah
7. Pembakar spirtus 1 buah

b. Bahan :
1. Aquadest secukupnya
2. Larutan NH4OH pekat secukupnya
3. Larutan NH4OH 2M secukupnya
4. Larutan FeCl3 0,1 M secukupnya
5. Larutan NaOH 0,6 M secukupnya
6. Larutan NaOH 1M secukupnya
7. Larutan NaOH 2M secukupnya
8. Larutan NaOH 6M secukupnya
9. Larutan FeSO4 0,1 M secukupnya
10. Larutan CoCl2 0,1 M secukupnya
11. Larutan CrCl3. 6H2O (s) 0,1M secukupnya
12. Larutan CuSO4.5 H2O (s) 0,1M secukupnya
13. Larutan CuCl2. 2 H2O secukupnya
14. Larutan Dimethylglioxime (DMG) secukupnya
15. Etanol secukupnya
16. Larutan Fe(NH3)2SO4 0,1M secukupnya
17. Larutan Fe(NO3) 0,1M secukupnya
18. Larutan NiCl2 0,1 M secukupnya
19. Larutan NaNO2 jenuh secukupnya
20. Larutan HCl 2M secukupnya
21. Larutan HCl pekat secukupnya
22. Larutan HNO3 2M secukupnya
23. Larutan HNO3 pekat secukupnya
24. Larutan K2Cr2O7 0, 1 M secukupnya
25. Larutan K4 [Fe(CN)6] 0,1M secukupnya
26. Larutan KSCN jenuh secukupnya
27. Larutan ZnCl2 0,1 M secukupnya
28. Larutan MnSO4 0,1M secukupnya
29. Larutan NH4CNS 0,1M secukupnya
30. Larutan 1,10 –phenanthrolin secukupnya
31. Larutan Ni(NO3)2 secukupnya
32. Butiran Zn atau serbuk secukupnya
VII. Alur Percobaan
1. Reaksi beberapa ion logam transisi
a.
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4 dan
ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M.
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambahkan setetes demi setetes larutan NaOH 1 M (hitung tetesannya )
Ditambahkan NaOH berlebih
Dicatat warna endapan yang dihasilkan
Diamati juga endapan-endapan yang larut dalam NaOH berlebih. (Jika ada,
hidroksida logam transisi manakah yang bersifat amfoter)

Hasil
Reaksi :
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Cr(H2O)3(OH)3](s)
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + OH- [Cr(H2O)3Cl2] + 3H2O
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3]-(s)
[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-  Fe(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Fe(H2O)3(OH)3](s)
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + OH- [Fe(H2O)2(OH)4]-(aq)
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Co(H2O)4(OH)2](s)
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Co(H2O)3(OH)3]-(s)
[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Ni(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Ni(H2O)3(OH)3]-(s)
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Cu(H2O)4(OH)2](s)
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Cu(H2O)3(OH)3]-(s)
[Zn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Zn(H2O)3(OH)3]-(s)

b.
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4 dan
ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M.
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambahkan setetes demi setetes larutan NH4OH 1 M (hitung tetesannya )
Ditambahkan NH4OH berlebih
Dicaatat warna endapan hidroksida
memberikan ion kompleks jenis [M(NH3)x]n+.

Hasil

Reaksi :
[Cr(H2O)6]3+(aq) + NH3  [Cr(H2O)3(OH)3](s)
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Cr (NH3)6]3+(aq)
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Mn(NH3)4(H2O)2]2+(s)
[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3  Fe(H2O)4(OH)2](s)
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Fe(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH3  [Fe(H2O)3(OH)3](s)
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Fe(NH3 )2(OH)4](s)
[Co(H2O)6]2+(aq) + NH3 [Co(H2O)4(OH)2](s)
[Co(H2O)4(OH)2](s) + NH3[Co(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Ni(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Ni(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
[Cu(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Cu(H2O)4(OH)2](s)
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
[Zn(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Zn(H2O)2(NH3)4]2+(aq)

c.
@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2,
CuSO4 dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M.
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambah larutan NH4CNS 0,1 M dengan volume yang sama pada masing -
masing larutan.
Dicatat perubahan warna dengan cara membandingkannya dengan larutan blanko

Hasil
Reaksi :
[Cr(H2O)6]3++6SCN-[Cr(H2O)5(SCN)6]2+(s) +6H2O
[Mn(H2O)6]2++6SCN  [Mn(H2O)5(SCN)]+ + 6H2O
[[Fe(H2O)6]2++6SCN  [Fe(H2O)5(SCN)]+ +6H2O
[Fe(H2O)6]3+ + 6SCN-[Fe(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O.
[Co(H2O)6]2++ 6SCN-[Co(H2O)5(SCN)]+(s) + 6H2O
Ni(H2O)6]2++6SCN-[Ni(H2O)5(SCN)]+(s)+6H2O
[Cu(H2O)6]2++6SCN-[Cu(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O
[Zn(H2O)6]2++6SCN-[Zn(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O
d. blanko

@ 1 mL CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4, FeCl3, CoCl2, NiCl2,


CuSO4 dan ZnCl2, yang konsentrasinya 0,1 M.
Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda
Ditambah 1 mL aquadest
Dicatat perubahan warna.

Hasil

2. Pembentukan Ion Kompleks oleh Ion Logam Transisi


a. Kompleks Cr (III)

2 mL larutan encer CrCl3


Dimasukkan pada tabung reaksi
Ditambahkan sedikit larutan Na2C2O4
Dikocok campuran yang dihasilkan
Diatatlah perubahan warna larutan
Ditulis reaksi dan struktur kompleks yang terbentuk.

Hasil
Reaksi : CrCl3.6H2O + Na2C2O4 (s) [Cr(C2O4)3]3-
O O 3-

-O O-

-O O
Cr

-O O- -O O

O O
[Cr(C2O4) 3]3-
b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)

1 mL larutan Fe(II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dicatat warna larutannya
Ditambahkan 2-3 tetes 1,10 phenanthroline,
Diamati perubahan apakah yang anda amati ? Ion kompleks
apakah yang terbentuk

Hasil

Reaksi :
Fe(NO3)2+Air + 1,10 phenantroline [Fe(1,10phenanthroline)3]2+
Kemudian ketika direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk
senyawa kompleks sebagai berikut:
2+

N N N

Fe
N
N N

[Fe (1,10 phenanthroline)3]2+

2 mL larutan encer FeCl3


Dimasukkan pada tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes larutan NH4CNS untuk memberi warna gelap
larutan yang mengandung Fe(CNS)2+.
Ditambah sedikit larutan Na2C2O4
Dikocok
Datatlah warna larutan terakhir
Dimati warna larutan, apakah dengan penambahan larutan NH4CNS
berlebih, dihasilkan larutan yang berwarna merah.

Hasil

Reaksi :
FeCl3 + 3NH4CNS  Fe (CNS)3 +3NH4Cl
Fe (CNS)3 + Na2C2O4 Fe(C2O4) + CNS - + 2Na+
c. Kompleks Kobalt (II)

1 mL larutan CoCl2 0,1 M


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambah beberapa tetes ethylendiamin
Diamati perubahan warnanya

Hasil
Reaksi :

1 mL larutan CoCl2 0,1 M


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambah sedikit laruta Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

Reaksi :

d. Kompleks Nikel (II)

1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes ethylendiamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil
Reaksi :
NH2
H2N 2+
H 2N

Ni
NH2

H 2N
NH 2

[Ni(en)3]2+

1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes dimethylgioksxime(DMG)
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil
Reaksi :

1 mL larutan Ni (II)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya
Hasil

Reaksi :
e. Kompleks Cu (II)

Seujung spatula kecil padatan CuSO4. 5H2O dan CuCl2.2H2O


Ditempatkan pada kaca arloji
Diamati keadaan fisiknya
Dicatatlah perbedaan warna kedua senyawa

Hasil

1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan ethylenediamin
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

Reaksi :
NH2
H2N 2+
H 2N

Cu
NH2

H 2N
NH 2

[Cu(en)3]2+

1 mL larutan CuSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah beberapa tetes larutan Na2EDTA
Dikocok
Diamati perubahan warnanya

Hasil

Reaksi :

3. Perubahan Tingkat Oksidasi


a. Perubahan Fe2+  Fe3+

1 mL larutan FeSO4
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah 2-3 tetes larutan HNO3 pekat
Reaksi :
Dipanaskan
2Fe 2+
(aq) + 4H1-2+(aq)
menit+ NO -(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H O(l)
3 2
Dibiarkan larutan
3+ dingin+ 3+
2Fe (aq) + NONaOH
2 (aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6] (aq)
Ditambahkan larutan
3+
2 M sedikit demi sedikit sampai diperoleh
[Fe(H
endapan permanen
2 O) 6 ] (aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)

Hasil
b. Perubahan Cr6+  Cr3+

2 mL larutan encer K2Cr2O7


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dipanaskan tabung reaksi yang telah terisi larutan K2Cr2O7
Diambahkan 1 -2 butir seng
Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat
Dipanaskan perlahan-lahan sampai mengalami reduksi
Diletakkan tabung reaksi dalam rak
Diamati perubahan warnanya
Dituang 1 mL larutan tersebut ke dalam tabung reaksi lain * (Setelah
perubahan warna akhir terjadi)
Ditambahkan setetes demi setetes larutan HNO3 pekat, sambil dikocok

Hasil

Reaksi : Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(aq)


VIII. Hasil Pengamatan
Percobaan I
Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NaOH 1 M

Garam Pengamatan

Sebelum Setelah Penambahan NaOH Rumus Senyawa yang Setelah Penambahan NaOH Rumus Ion Kompleks
Reaksi tetes demi tetes terbentuk berlebih yang terbentuk

CrCl3 Larutan + 4 tetes Larutan berwarna [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 20 tetes Larutan berwarna [Cr(H2O)6]3-(aq)
berwarna hijau dan Endapan putih hijau tua kebiruan dan
biru Endapan semakin banyak,
keunguan berwarna putih

Mn(SO4) Larutan + 3 tetes terdapat endapan [Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 50 tetes endapan coklat [Mn(H2O)3(OH)3]- (aq)
tidak berwarna coklat dan larutan bertambah banyak dan larutan
berwarna tidak berwarna tidak berwarna
Fe(NH3)2 Larutan + 1 tetes etrdapat endapan Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 40 tetes endapan berwarna [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
SO4
berwarna berwarna hijau tua dan larutan hijau tua semakin banyak dan
kuning berwarna kuning kecoklatan larutan berwarna kuning
kecoklatan kecoklatan

FeCl3 Larutan + 1 tetes endapan berwarna [Fe(H2O)6]3+(aq) +20 tetes NaOH endapan [Fe(H2O)2(OH)4]- (aq)
berwarna merah bata dan larutan + OH- (aq)  merah bata semakin banyak
kuning berwarna kuning [Fe(H2O)3(OH)3] (s) dan larutan berwarna kuning

CoCl2 Larutan + 2 tetes endapan berwarna biru [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 15 tetes larutan berwarna [Co(H2O)3(OH)3]- (aq)
berwarna tua dan filtrate tak berwarna biru muda dan endapan
merah berwarna biru tua semakin
muda banyak

NiCl2 Larutan + 5 tetes terbentuk endapan [Ni(H2O)4(OH)2] (s) + 40 tetes endapan putih [Ni(H2O)3(OH)3]- (aq)
berwarna putih gelatin dan larutan semakin banyak dan larutan
hijau berwarna hijau berwarna hijau muda

CuSO4 Larutan + 1 tetes endapan berwarna biru [Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 40 tetes endapan berwarna [Cu(H2O)3(OH)3]- (aq)
berwarna gelatin dan larutan berwarna biru gelatin semakin banyak
biru muda biru dan larutan berwarna biru

ZnCl2 Larutan + 2 tetes endapan berwarna [Zn(H2O)4(OH)2] (s) + 20 tetes endapan semakin [Zn(H2O)3(OH)3]- (aq)
tidak coklat muda dan filtrate tidak banyak dan larutan berwarna
berwarna berwarna coklat muda

b. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4OH 2 M

Garam Pengamatan

Sebelum Setelah Penambahan NH4OH Rumus Senyawa yang Setelah Penambahan NH4OH Rumus Ion Kompleks

Reaksi tetes demi tetes terbentuk berlebih yang terbentuk

CrCl3 + 1 tetes endapan berwarna [Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 20 tetes [Cr (NH3)6]3+(aq)


Larutan
hijau tua dan larutan berwarna Larutan dan endapan berwarna
berwarna
hijau abu-abu
biru
keunguan

Mn(SO4) + 1 tetes larutan tak berwarna [Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 20 tetes endapan coklat [Mn(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
Larutan
dan endapan berwarna coklat bertambah banyak dan larutan
tak berwarna
tidak
berwarna

Fe(NH3)2S + 1 tetes endapan berwarna Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 20 tetes endapan berwarna [Fe(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
Larutan
O4 hijau tua dan larutan berwarna hijau tua semakin banyak dan
berwarna
hijau larutan berwarna hijau
kuning
kecoklatan

FeCl3 + 1 tetes endapan berwarna [Fe(H2O)3(OH)3] (s) + 20 tetes endapan berwarna [Fe(NH3 )2(OH)4] (s)
Larutan
merah bata dan larutan merah bata semakin dan
berwarna
berwarna orange larutan semakin benyak
kuning

CoCl2 + 1 tetes endapan berwarna [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 20 tetes endapan bertambah [Co(NH3)4(H2O)2]2+ (aq)
Larutan
hijau dan larutan berwarna hijau banyak berwarna hijau tua dan
berwarna
larutan berwarna hijau
merah
muda

[Ni(H2O)4(OH)2] (s)
NiCl2 Larutan + 8 tetes larutan berwarna biru + 20 tetes larutan tetap [Ni(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
berwarna keunguan berwarna biru keunguan
hijau
[Cu(H2O)4(OH)2] (s)
CuSO4 Larutan + 1 tetes terbentuk endapan + 20 tetes endapan larut dan [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
berwarna berwarna biru dan larutan larutan berwarna biru tua
biru muda berwarna biru

ZnCl2 Larutan + 1 tetes terbentuk endapan [Zn(H2O)6]2+(aq) + 20 tetes endapan coklat [Zn(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
tidak coklat muda dan larutan semakin banyak dan larutan
+ NH3 (aq) 
berwarna berwarna tak berwarna
[Zn(H2O)4(OH)2] (s)

c. Reaksi Ion Logam Transisi dengan larutan NH4CNS 0,1 M


Warna Larutan Natrium Tiosianat = tidak berwarna

Garam Pengamatan

Sebelum Reaksi Setelah Penambahan NH4CNS 5 Rumus Senyawa yang terbentuk


tetes

CrCl3 Larutan berwarna biru keunguan Larutan berwarna ungu [Cr(H2O)5(SCN)6]2+(aq)

Mn(SO4) Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna [Mn(H2O)5(SCN)]+ (aq)

Fe(NH3)2SO4 Larutan berwarna kuning Larutan berwarna kuning kecoklatan [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq)
kecoklatan

FeCl3 Larutan berwarna kuning Larutan berwarna merah (++) dan [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq)
jernih

CoCl2 Larutan berwarna merah muda Larutan berwarna merah muda (+) [Co(H2O)5(SCN)]+ (aq)

NiCl2 Larutan berwarna hijau Larutan berwarna hijau muda [Ni(H2O)5(SCN)]+ (aq)

CuSO4 Larutan berwarna biru muda Larutan berwarna hijau muda [Cu(H2O)5(SCN)]+ (aq)

ZnCl2 Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna [Zn(H2O)5(SCN)]+ (aq)

Blanko untuk Percobaan Reaksi Garam Transisi dengan Amonium Tiosianat

Pengamatan
Garam
Sebelum Reaksi Setelah Penambahan NH4OH tetes demi tetes

CrCl3 Larutan berwarna biru keunguan Larutan berwarna biru keunguan

Mn(SO4) Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna


Fe(NH3)2SO4 Larutan berwarna kuning kecoklatan Larutan berwarna kuning kecoklatan

FeCl3 Larutan berwarna kuning Larutan berwarna kuning

CoCl2 Larutan berwarna merah muda Larutan berwarna merah muda

NiCl2 Larutan berwarna hijau Larutan berwarna hijau muda

CuSO4 Larutan berwarna biru muda Larutan berwarna biru muda

ZnCl2 Larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna

Percobaan II
a. Kompleks Cr (III)
Warna padatan CrCl3.6H2O : hijau tua
Warna larutan CrCl3.6H2O : biru tua
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Na2C2O4 Larutan tidak + 10 tetes [Cr(C2O4)3]3- O O 3-
berwarna Larutan berwarna
coklat kehitaman dan
-
O O-
jernih
-O O
Cr

-O O- -O O

O O
[Cr(C2O4) 3]3-

b. Kompleks Fe (II)
Warna padatan Ferro Sulfat : hjau
Warna larutan Ferro Sulfat : kuning
Garam Setelah Penambahan kristal 1,10 Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
phenanthroline terbentuk
FeSO4 + Air + 2 tetes [Fe(1,10phenanthroline)3]2+ 2+

Larutan berwarna jingga

N N N

Fe
N
N N

[Fe (1,10 phenanthroline)3]2+


c. Kompleks Fe (III)
Warna padatan FeCl3 : kuning
Warna larutan FeCl3 : kuning
Larutan Garam Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks Setelah penambahan Rumus Ion Kompleks yang
tetes demi tetes NH4CNS yang terbentuk Na2C2O4 terbentuk
FeCl3 + 2 tetes larutan berwarna [Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +18 tetes [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]
merah kecoklatan Larutan berwarna jingga

Setelah penambahan NH4CNS berlebih warna larutan berwarna coklat kemerahan (+).
Struktur Ion kompleks [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)2]:
d. Kompleks Co (II)
Warna padatan CoCl2 : ungu
Warna larutan CoCl2 : merah muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks yang Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna [Co(H2O)4(en)]2+
+ 5 tetes
berwarna merah muda (++)

Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna [Co(EDTA)]2-


+ 5 tetes
berwarna merah muda
e. Kompleks Ni (II)
Warna padatan NiCl2 : hijau terang
Warna larutan NiCl2 : hijau muda
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru [Ni(en)3]2+
+ 5 tetes
berwarna NH2
H2 N 2+
H 2N

Ni
NH2

H 2N
NH 2

[Ni(en)3]2+
2-
Dimetilglioksim Larutan tidak Larutan tidak berwarna [Ni(C4H7N2O2)2] .
+ 5 tetes
berwarna dan endapan berwarna
merah bata

-
Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna biru (+) [Ni(EDTA)]2-
+ 5 tetes
berwarna
f. Kompleks Cu (II)
Warna padatan CuSO4.5H2O : biru terang
Warna larutan CuCl2.2H2O : hijau toska
Reagen yang Warna Reagen Pengamatan Setelah Rumus Ion Kompleks Struktur Ion Kompleks
ditambahan
yang Bereaksi yang terbentuk
ditambahkan
Ethylendiamine Larutan tidak Larutan berwarna biru tua [Cu(en)3]2+
+ 10 tetes
berwarna NH2
H2 N 2+
H 2N

Cu
NH2

H 2N
NH 2

[Cu(en)3]2+
2
Na2EDTA Larutan tidak Larutan berwarna biru [Cu(EDTA)]
+ 5 tetes
berwarna muda

Percobaan III
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Warna padatan ferro sulfat : hijau
Warna larutan ferro sulfat : kuning pudar

Perlakuan Pengamatan Setelah Bereaksi Rumus Ion Kompleks yang terbentuk

Penambahan HNO3 pekat 3 tetes Larutan berwarna kuning pudar 2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)

Pemanasan 1-2 menit Larutan berwarna kuning pudar 2Fe3+(aq) + NO2+(aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)

Setelah didinginkan Larutan berwarna kuning pudar -

Penambahan NaOH 2 M sampai Larutan berwarna orange


[Fe(H2O)6]3+(aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
terjadi endapan Endapan berwarna merah kecoklatan
b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Warna padatan K2Cr2O7 : jingga
Warna larutan K2Cr2O7 : jingga

Perlakuan Pengamatan Setelah Bereaksi Rumus Ion Kompleks yang terbentuk

Pemanasan Larutan berwarna jingga semakin pekat -

Penambahan 2 butir bijih Zn Larutan berwarna kuning kecoklatan -

Larutan berwarna hijau kebiruan, endapan larut Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +
Penambahan 1,5 mL HCl pekat dan terbentuk gelembung gas 7H2O(aq)

Larutan berwarna hijau tua, Zn larut, Timbul


Pemanasan -
Gelembung

Diambil 1 mL + HNO3 50 tetes setelah Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) +


Larutan berwarna hijau lumut
perubahan warna akhir hijau tua (+++ 7H2O(aq)
IX. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan yang berjudul Reaksi-Reaksi Ion Logam Transisi bertujuan
untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi, mengenal pembentukan
ion kompleks logam transisi dan mengamati perubahan warana karena perubahan
bilangan oksidasi dari senyaa logam transisi yang dilakukan di Laboratorium
Anorganik Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 30 April 2019 pada jam
09.30 dan selesai pada tanggal 30 April pada jam 12.00 WIB.
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau f
yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Logam–logam golongan
transisi memiliki sifat yang berbeda dengan logam-logam golongan utama. Salah
satu sifat yang menarik pada logam transisi adalah kemampuannya untuk
membentuk senyawa koordinasi.
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam
dan molekul dengan satu atau lebih pasangan electron bebas yang disebut ligan.
Ligan dapat diklasifikasikan menurut jumlah pasangan atom donor yang
dimilikinya. Ligan monodentat mendonorkan satu pasang electron bebasnya
kepada atom pusat. Contoh ligan monodentat adalah NH3, H2O, NO 2 dan CN -.
Ligan bidentat mendonorkan dua pasang elektronnya kepada atom pusat. Contoh
ligan bidentat adalah ethylenediamine (NH2CH2CH2 NH2). Molekul netral (H2O,
NH3) dan anion (F-, Cl-, Br -, CN-) dapat bertindak sebagai ligan. Jika satu atau
lebih molekul netral berkoordinasi dengan ion logam, menghasilkan spersies ion
logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks.
Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui senyawa kompleks yang
terbentuk apabila larutan dari beberapa garam logam transisi direaksikan dengan
NaOH dan NaOH berlebih, dengan larutan ammonia dan ammonia berlebih, dan
direaksikan dengan NH4CNS atau ammonium tiosianat. Dalam reaksi ion logam
transisi dengan ligan juga disebut sebagai reaksi asam basa Lewis karena ion
pusat berperan sebagai aseptor pasangan elektron bebas (asam lewis) dan ligan
sebagai donor pasangan elektron bebas (basa lewis).
Penambahan NaOH akan membentuk endapan dan saat berlebih
membentuk kompleks hidrokso [M(OH-)x]n- (bersifat amfoter), jika dengan
larutan ammonia akan membentuk endapan pada penambahan berlebih akan
membentuk  kompleks ammina [M(NH3)x]n+, dan jika dengan ammonium
tiosianat akan membentuk kompleks tiosianato [M(CNS)x]n-. Larutan yang
digunakan dalam percobaan ini semuanya memiliki konsentrasi 1 M. Ada
beberapa larutan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya adalah CrCl 3
(larutan berwarna biru keunguan), MnSO4 (larutan tidak berwarna), Fe(NH3)2SO4
(larutan berwarna kuning kecoklatan), FeCl3 (larutan berwarna kuning), CoCl2
(larutan berwarna merah muda), NiCl2 (larutan berwarna hijau muda), CuSO4
(larutan berwarna biru muda), dan ZnCl2 (larutan tidak berwarna).

a. Reaksi dengan NaOH


Pada reaksi logam transisi dengan NaOH terjadi peristiwa penggantian ligan
akuo (H2O) karena logam transisi dalam larutan berair dengan ligan hidrokso
(OH-) karena ada penambahan NaOH sebagai basa dan terbentuknya endapan,
jika penambahan NaOH berlebih endapan larut menghasilkan larutan maka
logam tersebut bersifat amfoter.
[M(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [M(H2O)5OH]+ (aq) + H2O (l)
[M(H2O)5]+ (aq) + OH- (aq) → [M(H2O)4(OH)2] (s) + H2O (l)
Endapan
[M(H2O)4OH] (aq) + OH (aq) → [M(H2O)3(OH)3]- (aq) + H2O (l)
+ -

Endapan mulai larut


[M(H2O)3(OH)3] (aq) + 3OH (aq) → [M(OH)6]4- (aq) + 3H2O (l)
- -

Endapan larut
Larutan garam CrCl3
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CrCl3 1 M yang berupa larutan berwarna biru gelap dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna putih dan larutan berubah menjadi berwarna hijau.
Pada tetesan keempat, warna endapan menjadi lebih jelas dari sebelumnya,
warna endapan berwarna putih dan larutan berwarna hijau. Hal tersebut
dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CrCl3 telah digantikan oleh
ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut
ini.
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + OH- (aq) → [Cr(H2O)3(OH)3] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan 20 tetes larutan NaOH
endapan berwarna putih menjadi larut dan larutan berubah warna menjadi hijau
tua yang menandakan telah terbentuk senyawa kompleks sesuai reaksi berikut ini
:
[Cr(H2O)3(OH)3] (s) + OH- (aq) → [Cr(H2O)2(OH)4]- (aq) + 3H2O (l)
Gambar 1. Larutan uji

Gambar 2. Larutan CrCl3 setlah ditambah 4 tetes NaOH

Gambar 3. Setelah ditambah NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menggeser ion hidrogen dari ligan air yang melekat
pada ion krom sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan
(kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk
endapan. Pada percobaan ini endapan yang terbentuk adalah [Cr(H 2O)3(OH)3]
yang berwarna putih. Dalam reagensia berlebih, endapan tersebut akan larut
dengan mudah, pada mana terbentuk ion tertrahidroksokromat (III) karena ion
hidrogen yang lebih banyak akan hilang dan menghasilkan ion [Cr(H 2O)2(OH)4]-
yang berupa larutan berwarna hijau.
Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori, dimanalogam transisi
membentuk endapan jika ditambahkan dengan logam alkali, dan akan larut
kembali jika ditambahkan logam alkali yang berlebih.

Larutan garam MnSO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan MnSO4 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna kuning muda dan larutan tetap tidak berwarna. Pada
tetesan keempat, warna endapan menjadi lebih jelas dari sebelumnya yaitu
endapan berwana coklat dan larutan tidak berwarna. Hal tersebut dikarenakan
ligan akuo (H2O) dalam larutan garam MnSO4 telah digantikan oleh ligan
hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [Mn(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 50 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna coklat semakin banyak
yang menandakan terbentuknya senyawa kompleks sesuai reaksi berikut ini :
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Mn(H2O)3(OH)3]- (s) + 3H2O (l)

Gambar 4, larutan uji


Gambar 5. Setelah ditambah dengan 3 tetes NaOH

Gambar 6. Setelah ditambah dengan NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion mangan sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak
bermuatan (kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan
berbentuk endapan. Pada percobaan ini endapan yang terbentuk adalah
[Mn(H2O)4(OH)2] yang berwarna coklat. Endapan tersebut tidak dapat larut
dengan penambahan reagensia berlebih (NaOH). Endapan akan teroksidasi bila
terkena udara, menjadi berwarna coklat, atau terbentuk mangan(III) oksihidroksi
(MnO(OH)2).
Percobaan ini sesuai dengan teori dimana mangan jika ditambahkan logam
alkali akan membentuk endapan berwarna putih, endapan tak larut dalam
reagensia berlebih. Perubahan warna yang terjadi pada tabung reaksi sebagai
berikut :
Larutan garam Fe(NH3)2SO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan Fe(NH3)2SO4 1 M yang berupa larutan berwarna kuning kecoklatan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M
yang berupa larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan.
Pada tetesan pertama, terbentuk endapan hijau tua dan larutan tetap berwarna
kuning. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H 2O) dalam larutan garam
Fe(NH3)2SO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk
senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [Fe(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 40 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna hijau tua semakin banyak
yang tebentuk yang menandakan terbentuknya senyawa kompleks sesuai reaksi
berikut ini :
[Fe(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Fe(H2O)3(OH)3]- (s) + 3H2O (l)

Gambar 7. Larutan uji


Gambar 8. Setelah ditambah dengan 1 tetes NaOH

Gambar 9. Setelah ditambah NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion besi(II) sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak
bermuatan (kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan
berbentuk endapan. Pada percobaan ini endapan yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)4(OH)2] yang berwarna hijau. Percobaan ini sesuai dengan teori karena
endapan tersebut tidak dapat larut dengan penambahan reagensia berlebih NaOH
yang berlebih dan endapan semakin banyak, endapan yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)3(OH)3]- .

Larutan garam FeCl3


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan FeCl3 1 M yang berupa larutan berwarna kuning dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna merah bata dan larutan tetap berwarna kuning. Hal
tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam FeCl3 telah
digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan
reaksi berikut ini.
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + OH- (aq) → [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 20 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna merah bata semakin
banyak yang menandakan terbentuknya senyawa kompleks sesuai reaksi berikut
ini :
[Fe(H2O)3(OH)3] (s) + OH- (aq) → [Cr(H2O)2(OH)4]- (s) + 3H2O (l)

Gambar 10. Larutan uji

Gambar 11. Setelah ditambah dengan 1 tetes NaOH


Gambar 12. Setelah ditambah dengan NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion besi(III) sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak
bermuatan (kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan
berbentuk endapan. Pada percobaan ini endapan yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)3(OH)3] yang berwarna orange. Endapan tersebut tidak dapat larut
dengan penambahan reagensia berlebih (NaOH) dan endapan semakin banyak
yang terbentuk, endapan yang terbentuk adalah [Fe(H2O)2(OH)4]-.

Larutan garam CoCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CoCl2 1 M yang berupa larutan berwarna merah muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
pertama, terbentuk endapan berwarna biru tua dan larutan tidak berwarna. Pada
tetesan kedua, warna endapan menjadi lebih jelas dari sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CoCl2 telah digantikan oleh
ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut
ini.
[Co(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [Co(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 15 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna biru tua semakin banyak
dan larutan berwarna biru muda yang menandakan terbentuknya senyawa
kompleks sesuai reaksi berikut ini :
[Co(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Co(H2O)3(OH)3]- (s) + 3H2O (l)

Gambar 13. Larutan uji

Gambar 14. Setelah ditambah 2 tetes NaOH

Gambar 15. Setelah ditambah dengan NaOH berlebih


Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion cobalt(II) sehingga akan memperoleh kompleks yang tidak
bermuatan (kompleks netral). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan
berbentuk endapan. Pada percobaan ini endapan yang terbentuk adalah
[Co(H2O)4(OH)2] yang berwarna biru. Endapan tersebut tidak dapat larut dengan
penambahan reagensia berlebih (NaOH) dan endapan yang terbentuk semakin
banyak.

Larutan garam NiCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 2 mL
larutan NiCl2 1 M yang berupa larutan berwarna hijau muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
kelima, terbentuk endapan berwarna putih seperti gelatin dan larutannya juga
berwarna hijau muda. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H 2O) dalam larutan
garam NiCl2 telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk
senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [Ni(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 40 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna putih semakin banyak
dan larutan tetap berwarna hijau muda. Terbentuknya endapan menandakan
bahwa telah terbentuk senyawa kompleks sesuai reaksi berikut ini :
[Ni(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Ni(H2O)3(OH)3]- (s) + 3H2O (l)
Gambar 16. Larutan uji

Gambar 17. Setelah ditambahkan 5 tetes NaOH

Gambar 18. Setelah ditambahkan NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion cobalt(II). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua molekul air,
maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks netral).
Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk endapan. Pada
percobaan ini endapan yang terbentuk adalah [Ni(H 2O)4(OH)2] yang berwarna
putih. Endapan tersebut tidak dapat larut dengan penambahan reagensia berlebih
(NaOH) dan endapan yang terbentuk semakin banyak yaitu [Ni(NH3)2(OH)4]2-.

Larutan garam CuSO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CuSO4 1 M yang berupa larutan berwarna biru muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
pertama, terbentuk endapan berwarna biru muda dan larutannya tetap berwarna
biru muda. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam
CuSO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH -) sehingga terbentuk senyawa
sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Cu(H2O)4]2+ (aq) + OH- (aq) → [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NaOH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 40 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna biru yang terbentuk
semakin banyak yang menandakan terbentuknya senyawa kompleks sesuai
reaksi berikut ini :
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Cu(H2O)3(OH)3]- (s) + 3H2O (l)

Gambar 19. Larutan uji

Gambar 20. Setelah ditambahkan 1 tetes NaOH


Gambar 21. Setelah ditambah NaOH berlebih

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang
melekat pada ion tembaga(II). Ion hidrogen dapat dihilangkan dari dua molekul
air, maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (kompleks netral).
Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan berbentuk endapan. Pada
percobaan ini endapan yang terbentuk adalah [Cu(H2O)4(OH)2] yang berwarna
biru. Endapan tersebut tidak dapat larut dengan penambahan reagensia berlebih
(NaOH).
Larutan garam ZnCl2
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan ZnCl2 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NaOH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan kedua,
terbentuk endapan berwarna cokelat muda dan larutan tetap tidak berwarna.
Warna endapan yang terbentuk tidak sesuai dengan teori, seharusmya endapan
yang terbentuk berwarna putih. Endapan cokelat terbentuk karena endapan putih
yang terbentuk mengalami oksidasi sehingga berubah menjadi berwarna cokelat.
Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam ZnCl2 telah
digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan
reaksi berikut ini.
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) → [Zn(H2O)4(OH)2] (s)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi larutan NaOH berlebih
tetes demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 20 tetes
larutan NaOH secara terus menerus, endapan berwarna cokelat semakin banyak
yang terbentuk. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya Zn
mudah larut dalam reagensi yang berlebih karena bersifat amfoter. Hal ini dapat
terjadi karena penambahan larutan NaOH yang terlalu berlebih sehingga ketika
saat endapan sudah larut kemudian ditambahkan lagi dengan larutan NaOH
maka akan terbentuk endapan lagi. Sehingga terbentuk senyawa kompleks sesuai
reaksi berikut ini :
[Zn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- (aq) → [Zn(H2O)3(OH)3]- (aq) + 3H2O (l)

Gambar 22. Larutan uji

Gambar 23. Setelah ditambah 2 tetes NaOH

Gambar 24. Setelah ditambah NaOH berlebih

b. Reaksi dengan NH4OH


Pada reaksi logam transisi dengan larutan ammonia 1 M terjadi peristiwa
penggantian ligan akuo (H2O) karena logam transisi dalam larutan berair dengan
ligan hidrokso (OH-) karena ada penambahan NH4OH sebagai basa dan
terbentuknya endapan, jika penambahan NH4OH berlebih endapan larut maka
terjadi penggantian ligan bukan oleh OH- tapi oleh NH3.
[M(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → M(H2O)4(OH)2 (aq) + 2NH4+ (aq)
Ammonia berlebih :
M(H2O)4(OH)2 (aq) + 6NH4OH (aq) → M(NH3)62+ (aq) + 2OH- (aq) + 10H2O (l)
Larutan garam CrCl3
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CrCl3 1 M yang berupa larutan berwarna biru keunguan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
pertama, terbentuk endapan berwarna hijau tua dan larutan tetap berwarna hijau.
Endapan yang terjadi menandakan bahwa reaksi substitusi telah berlangsung.
Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CrCl3 telah
digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan
reaksi berikut ini.
[Cr(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan sebanyak 20 tetes
larutan NH4OH secara terus menerus, endapan berubah warna menjadi abu-abu
dan larutan juga berwarna abu-abu yang menandakan terbentuknya senyawa
sesuai reaksi berikut ini :
[Cr(H2O)3(OH)3] (s) + 6NH4OH (aq) → [Cr(NH3)6]3+ (aq) + 2OH- (aq) + 10H2O
(l)

Gambar 25. Larutan uji


Gambar 26. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 27. Setelah ditambah NH4OH berlebih


Larutan garam MnSO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan MnSO4 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna cokelat dan larutan berubah menjadi berwarna
kuning muda. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam
MnSO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa
sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Mn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan berwarna cokelat yang
terbentuk semakin banyak yang menandakan terbentuknya senyawa sesuai
reaksi berikut ini :
[Mn(H2O)2(OH)4] (s) + 6NH4OH (aq) → [Mn(NH3)4(H2O)2]2+ (aq) + 2OH- (aq) +
10H2O (l)
Secara teori sehrusnya endapan larut pada reagensia ammonia yang berlebih.
Pengendapan tak terjadi jika ada serta garam-garam ammonium, disebabkan
ketidakmampuan untuk menghasilkan Mn(OH)2 (Vogel,1985). Berbedanya hasil
percobaan dengan teori dapat terjadi karena penambahan larutan NH4OH yang
terlalu berlebih sehingga ketika saat endapan sudah larut kemudian ditambahkan
lagi dengan larutan NH4OH maka akan terbentuk endapan lagi.

Gambar 28. Larutan uji

Gambar 29. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 30. Setelah ditambah NH4OH berlebih

Larutan garam Fe2(NH3)2SO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan Fe2(NH3)2SO4 1 M yang berupa larutan berwarna kuning kecokelatan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1
M yang berupa larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan.
Pada tetesan pertama, terbentuk endapan berwarna hijau tua dan larutan menjadi
berwarna hijau jingga. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan
garam Fe2(NH3)2SO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga
terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan berwarna hijau tua yang
terbentuk semakin banyak yang menandakan terbentuk senyawa sesuai reaksi
berikut ini :
[Fe(H2O)4(OH)2] (s) + 6NH4OH (aq) → [Fe(NH3)4(OH)2] (s)+ 2OH- (aq)+10H2O
(l)
Setelah ditambah NH4OH berlebih, endapan tidak larut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa garam Fe (II) tidak larut dalam ammonia dan ligannya
masih tetap ligan hidroksi (OH-). Hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnya
jika ada ion ammonium dalam jumlah yang lebih banyak, disosiasi ammonium
hidroksida tertekan, dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah,
sampai sedemikian, sehingga hasilkali kelarutan besi (II) hidroksida tak tercapai,
dan pengendapan tak terjadi (Vogel,1985). Hal ini dapat terjadi karena
penambahan larutan NH4OH yang terlalu berlebih sehingga ketika saat endapan
sudah larut kemudian ditambahkan lagi dengan larutan NH4OH maka akan
terbentuk endapan lagi.

Gambar 31. Larutan uji


Gambar 32. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 33. Setelah ditambah NH4OH berlebih

Larutan garam FeCl3


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan FeCl3 1 M yang berupa larutan berwarna kuning dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna merah bata dan larutan juga menjadi berwarna
jingga. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H 2O) dalam larutan garam FeCl3
telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai
dengan reaksi berikut ini.
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Fe(H2O)3(OH)3] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan berwarna merah bata yang
terbentuk semakin banyak yang menandakan terbentuknya senyawa sesuai reaksi
berikut ini :
[Fe(H2O)3(OH)3] (s) + 6NH4OH (aq) → [Fe(NH3)2(OH)4] (s)+ 2OH- (aq)+10H2O
(l)
Setelah ditambah NH4OH berlebih, endapan tidak larut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa garam Fe (III) tidak larut dalam ammonia dan ligannya
masih tetap ligan hidroksi (OH-).
Hasilkali kelarutan besi (III) hidroksida begitu kecil (3,8 x 10-38), sehingga terjadi
pengendapan sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam amoniu
(Vogel,1985).

Gambar 34. Larutan uji

Gambar 35. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 36. Setelah ditambah NH4OH berlebih


Larutan garam CoCl2
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CoCl2 1 M yang berupa larutan berwarna merah muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
pertama, terbentuk endapan berwarna hijau dan larutan berwarna hijau. Hal
tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CoCl2 telah
digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan
reaksi berikut ini.
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Co(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan berwarna hijau tua semakin
banyak yang terbentuk dan larutan berwarna hijau tua. Terbentuknya senyawa
sesuai reaksi berikut ini :
[Co(H2O)4(OH)2](s)+6NH4OH(aq) → [Co(NH3)4(H2O)2]2+(aq)+ 2OH- (aq)
+10H2O (l)
Hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnya jika ada ion ammonium dalam
jumlah yang lebih banyak, disosiasi ammonium hidroksida tertekan, dan
konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah, sampai sedemikian, sehingga
hasilkali kelarutan kobalt (II) hidroksida tak tercapai, dan pengendapan tak
terjadi (Vogel,1985). Kelebihan reagensia melarutkan endapan, pada mana ion-
ion heksaaminakobaltat (II) terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena penambahan
larutan NH4OH yang terlalu berlebih sehingga ketika saat endapan sudah larut
kemudian ditambahkan lagi dengan larutan NH4OH maka akan terbentuk
endapan lagi.

Gambar 34. Larutan uji


Gambar 38. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 39. Setelah ditambah NH4OH berlebih

Larutan garam NiCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan NiCl2 1 M yang berupa larutan berwarna hijau muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
kedelapan, terbentuk endapan berwarna putih dan larutan berwara hijau biru
keunguan. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam NiCl2
telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai
dengan reaksi berikut ini.
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Ni(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan akan larut dan larutan berwarna
biru keunguan yang menandakan terbentuknya senyawa sesuai reaksi berikut ini:
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4OH (aq) → [Ni(H2O)(NH3)]2+ (aq)+ 2OH- (aq)
+10H2O (l)
Hal ini dapat terjadi karena jika ada ion ammonium dalam jumlah yang lebih
banyak, disosiasi ammonium hidroksida tertekan, dan konsentrasi ion hidroksil
menjadi semakin rendah, sampai sedemikian, sehingga hasilkali kelarutan nikel
(II) hidroksida tak tercapai, dan pengendapan tak terjadi (Vogel,1985).

Gambar 40. Larutan uji

Gambar 41. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 42. Setelah ditambah NH4OH berlebih


Larutan garam CuSO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CuSO4 1 M yang berupa larutan berwarna biru muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan
pertama, terbentuk endapan berwarna biru muda dan larutan juga berwarna biru
muda. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CuSO4
telah digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai
dengan reaksi berikut ini.
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Cu(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan akan larut dan larutan berwarna
biru tua yang menandakan terbentuknya kompleks tetraaminokuprat (II) sesuai
reaksi berikut ini :
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4OH(aq) → [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq)+ 2OH-(aq)
+10H2O(l)

Gambar 43. Larutan uji

Gambar 44. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH


Gambar 45. Setelah ditambah NH4OH berlebih

Larutan garam ZnCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan ZnCl2 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes hingga terbentuk endapan. Pada tetesan pertama,
terbentuk endapan berwarna cokelat muda dan larutan tetap tidak berwarna.
Warna endapan yang terbentuk tidak sesuai dengan teori, seharusmya endapan
yang terbentuk berwarna putih. Endapan cokelat terbentuk karena endapan putih
yang terbentuk mengalami oksidasi sehingga berubah menjadi berwarna cokelat.
Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam ZnCl2 telah
digantikan oleh ligan hidroksi (OH-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan
reaksi berikut ini.
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 2NH4OH (aq) → [Zn(H2O)4(OH)2] (s) + 2NH4+ (aq)
Setelah terbentuk endapan, kemudian ditambahkan lagi NH4OH berlebih tetes
demi tetes hingga terjadi perubahan. Setelah ditambahkan larutan NH4OH
sebanyak 20 tetes secara terus menerus, endapan berwarna cokleta muda
semakin banyak yang terbentuk. Terbentuknya senyawa sesuai reaksi berikut ini:
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + 6NH4OH (aq) → [Zn(H2O)(NH3)4]2+(aq)+ 2OH-(aq)
+10H2O (l)
Secara teori seharusnya endapan yang terbentuk mudah larut dalam reagensia
yang berlebih dan dalam larutan garam ammonium, karena menghasilkan
tetraaminazinkat (II). Tidak diendapkannya zink hidroksida oleh larutan
ammonia disebabkan oleh menurunnya konsentrasi ion-hidroksil sampai nilai
sedemikian sehingga hasilkali kelarutan Zn(OH)2 tak tercapai (Vogel,1985).
Ketidakseusain hasil percobaan dengan teori dapat tejadi karena penambahan
larutan NH4OH yang terlalu berlebih sehingga ketika saat endapan sudah larut
kemudian ditambahkan lagi dengan larutan NH4OH maka akan terbentuk
endapan lagi.

Gambar 46. Larutan uji

Gambar 47. Setelah ditambah 1 tetes NH4OH

Gambar 48. Setelah ditambah NH4OH berlebih

c. Reaksi dengan NH4SCN


Pada reaksi logam transisi dengan larutan ammonium tiosianat 0,1 M (NH 4SCN)
terjadi peristiwa penggantian ligan akuo (H2O) karena logam transisi dalam
larutan dengan ligan sianato (NCS-).
Larutan garam CrCl3
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CrCl3 1 M yang berupa larutan berwarna biru keunguan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan larutan NH 4SCN
sebanyak 5 tetes , larutan berubah warna menjadi berwarna ungu. Hal tersebut
dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CrCl3 telah digantikan oleh
ligan hidroksi (SCN-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut
ini:
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Cr(H2O)5(SCN)6]2+ (aq) + 6H2O (l)

Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak


terjadi perubahan yaitu larutan yang semula berwarna biru keunguan tetap
berwarna biru keunguan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya reaksi antara
Cr3+ dengan SCN-. Reaksi pada larutan blanko adalah suatu logam yang
direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Adanya
larutan blanko digunakan sebagai pembanding. Adanya perbedaan dari hasil
reaksi CrCl3 yang ditambahkan NH4CNS dengan larutan blanko menunjukkan
bahwa telah terjadi reaksi antara logam Cr3+ dengan ligan SCN- membentuk
senyawa kompleks tiosianat yakni [Cr(SCN)]3+.
.

Gambar 49. Larutan uji


Gambar 50. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam MnSO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan MnSO4 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, larutan tetap tidak
berwarna. Seharusnya apabila Mn2+ dengan SCN - bereaksi, warna larutan akan
menjadi lebih jelas dibandingkan dengan blanko. Hal tersebut dikarenakan ligan
akuo (H2O) dalam larutan garam MnSO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi
(SCN -) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Mn(H2O)5(SCN)6]+ (aq) + 6H2O (l)

Tidak adanya perubahan yang terjadi saat ditambahkan dengan larutan


NH4SCN dapat disebabkan oleh kurangnya larutan NH4SCN yang ditambahakn
karena pada percobaan, larutan NH4SCN yang ditambahkan hanya 5 tetes.
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak
terjadi perubahan yaitu larutan tetap tidak berwarna. Hal tersebut dikarenakan
tidak adanya reaksi antara Mn2+ dengan SCN-. Ion kompleks yang terbentuk
adalah [Mn(H2O)6]2+. Adanya larutan blanko digunakan sebagai pembanding.
Adanya perbedaan dari hasil reaksi MnSO 4 yang ditambahkan NH4CNS dengan
larutan blanko menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi antara logam Mn2+
dengan ligan SCN- membentuk senyawa kompleks tiosianat yakni [Mn(SCN)] +.
Gambar 51. Larutan uji

Gambar 52. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam Fe(NH3)2SO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan Fe(NH3)2SO4 1 M yang berupa larutan berwarna kuning kecokelatan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1
M yang berupa larutan tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5
tetes, larutan tetap berwarna kuning kecokelatan. Seharusnya apabila Fe2+
dengan SCN - bereaksi, warna larutan akan menjadi lebih jelas dibandingkan
dengan blanko. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H 2O) dalam larutan garam
Fe(NH3)2SO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (SCN -) sehingga terbentuk
senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Fe(H2O)5(SCN)6]2+ (aq) + 6H2O (l)

Tidak adanya perubahan yang terjadi saat ditambahkan dengan larutan


NH4SCN dapat disebabkan oleh kurangnya larutan NH4SCN yang ditambahakn
karena pada percobaan, larutan NH4SCN yang ditambahkan hanya 5 tetes.
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak
terjadi perubahan yaitu larutan tetap berwarna kuning. Hal tersebut dikarenakan
tidak adanya reaksi antara Fe2+ dengan SCN. Reaksi pada larutan blanko adalah
tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses
pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan sebagai pembanding.

Gambar 53. Larutan uji

Gambar 54. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam FeCl3


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan FeCl3 1 M yang berupa larutan berwarna kuning dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, larutan berubah
warna menjadi berwarna merah (++) dan jernih. Hal tersebut dikarenakan ligan
akuo (H2O) dalam larutan garam FeCl3 telah digantikan oleh ligan hidroksi
(SCN-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini :
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Fe(H2O)5(SCN)]+ (aq) + 6H2O (l)
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak
terjadi perubahan yaitu larutan yang semula berwarna kuning tetap menjadi
berwarna kuning. Ion kompleks yang terbentuk adalah [Fe(H2O)6]3+. Reaksi
pada larutan blanko adalah suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar,
seperti halnya proses pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan sebagai
pembanding. Adanya perbedaan dari hasil reaksi FeCl3 yang ditambahkan
NH4CNS dengan larutan blanko menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi antara
logam Fe3+ dengan ligan SCN- membentuk senyawa kompleks tiosianat yakni
[Fe(SCN)]3+.

Gambar 55. Larutan uji

Gambar 56. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam CoCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CoCl2 1 M yang berupa larutan berwarna merah muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, warna
larutan tetap berwarna merah muda. Seharusnya jika dibandingkan dengan
blanko, warna larutan menjadi lebih jelas dan tajam dibandingkan dengan
blanko. Hal tersebut dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam CoCl2
telah digantikan oleh ligan hidroksi (NCS-) sehingga terbentuk senyawa sesuai
dengan reaksi berikut ini.
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Co(H2O)5(SCN)]+ (s) + 6H2O (l)

Tidak adanya perubahan yang terjadi saat ditambahkan dengan larutan


NH4SCN dapat disebabkan oleh kurangnya larutan NH4SCN yang ditambahakn
karena pada percobaan, larutan NH4SCN yang ditambahkan hanya 5 tetes.
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak
terjadi perubahan yaitu larutan tetap berwarna merah muda karena tidak ada
terjadi reaksi antara logam Co2+ dengan ligan SCN-. Reaksi pada larutan blanko
adalah suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses
pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan sebagai pembanding.

Gambar 57. Larutan uji

Gambar 58. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN


Larutan garam NiCl2
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan NiCl2 1 M yang berupa larutan berwarna hijau muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, larutan tetap
berwarna hijau muda. Seharusnya apabila Ni2+ dengan NCS- bereaksi, warna
larutan akan menjadi lebih jelas dibandingkan dengan blanko. Hal tersebut
dikarenakan ligan akuo (H2O) dalam larutan garam NiCl2 telah digantikan oleh
ligan hidroksi (SCN-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut
ini.
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Ni(H2O)5(SCN)]+ (s) + 6H2O (l)

Tidak adanya perubahan yang terjadi saat ditambahkan dengan larutan


NH4SCN dapat disebabkan oleh kurangnya larutan NH4SCN yang ditambahakn
karena pada percobaan, larutan NH4SCN yang ditambahkan hanya 5 tetes.
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya reaksi antara Ni2+ dengan SCN-. Reaksi pada
larutan blanko adalah suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti
halnya proses pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan sebagai
pembanding.

Gambar 58. Larutan uji


Gambar 60. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam CuSO4


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan CuSO4 1 M yang berupa larutan berwarna biru muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa
larutan tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, larutan
warna menjadi berwarna hijau muda (+). Hal tersebut dikarenakan ligan akuo
(H2O) dalam larutan garam CuSO4 telah digantikan oleh ligan hidroksi (NCS -)
sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini.
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Cu(H2O)5(SCN)]+ (s) + 6H2O (l)

Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Terjadi


perubahan yaitu larutan yang semula berwarna biru berubah menjadi warna biru
muda. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya reaksi antara Cu2+ dengan SCN-.
Reaksi pada larutan blanko adalah suatu logam yang direaksikan oleh pelarut
polar, seperti halnya proses pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan
sebagai pembanding. Adanya perbedaan dari hasil reaksi CuSO 4 yang
ditambahkan NH4CNS dengan larutan blanko menunjukkan bahwa telah terjadi
reaksi antara logam Cu2+ dengan ligan SCN- membentuk senyawa kompleks
tiosianat yakni [Cu(SCN)]2+.
Gambar 61. Larutan uji

Gambar 62. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN

Larutan garam ZnCl2


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebanyak 1 mL
larutan ZnCl2 1 M yang berupa larutan tidak berwarna dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan NH4SCN 1 M yang berupa larutan
tidak berwarna tetes demi tetes. Setelah penambahan 5 tetes, larutan tetap tidak
berwarna. Seharusnya apabila Zn2+ dengan NCS- bereaksi, warna larutan akan
menjadi lebih jelas dibandingkan dengan blanko. Hal tersebut dikarenakan ligan
akuo (H2O) dalam larutan garam ZnCl2 telah digantikan oleh ligan hidroksi
(NCS-) sehingga terbentuk senyawa sesuai dengan reaksi berikut ini :
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Zn(H2O)5(SCN)]+ (s) + 6H2O (l)

Tidak adanya perubahan yang terjadi saat ditambahkan dengan larutan


NH4SCN dapat disebabkan oleh kurangnya larutan NH4SCN yang ditambahakn
karena pada percobaan, larutan NH4SCN yang ditambahkan hanya 5 tetes.
Pada tabung blanko ditambahkan 1 mL aquades yang tidak berwarna. Tidak
terjadi perubahan yaitu larutan tetap tidak berwarna Hal tersebut dikarenakan
tidak adanya reaksi antara Zn2+ dengan SCN-. Reaksi pada larutan blanko adalah
suatu logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses
pengenceran. Adanya larutan blanko digunakan sebagai pembanding.

Gambar 63. Larutan uji

Gambar 64. Setelah ditambah 5 tetes NH4SCN


Pembentukan Ion Kompleks oleh Ion Logam Transisi
a. Kompleks Cr (III)
Pada percobaan ini digunakan larutan CrCl3.6H2O yang memiliki struktur
kompleks [Cr(H2O)6]Cl3. Langkah pertama yang dilakukan yaitu Sebanyak 2 mL
larutan CrCl3.6H2O yang berwarna biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 3 tetes larutan Na2C2O4 yang tidak berwarna. Dikocok dan diamati
perubahan yang terjadi. Penambahan Na2C2O4 jernih tak berwarna pada larutan
CrCl3.6H2O yang awalnya berwarna biiru keunguan menimbulkan perubahan
warna menjadi cokelat kehitaman yang jernih. Warna coklat tersebut berasal dari
warna dari ion Cr3+ sendiri. Dilakukan penambahan reagen Na2C2O4 agar terjadi
pergantian ligan antara H2O oleh C2O42- sehingga Na2C2O4 berfungsi sebagai
penyedia ligan karena menurut deret spektrokimia ligan C2O42- lebih kuat dari
pada ligan Cl-, sehingga ligan C2O42- dapat mengganti ligan Cl- yang terikat pada
ion logan Cr3+. Setelah terjadi pergantian ligan tersebut, terbentuk kompleks
[Cr(C2O4)3]3-. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi dan gambar struktur ion
kompleksnya.
[Cr(H2O)6]Cl3 + Na2C2O4 → [Cr(C2O4)3]3- + 2Na+ + 3Cl-
3-
O C C O

O O

O O Cr O O
C
C
O O
C C

O O

Gambar 65. Setelah ditambah dengan Na2C2O4

b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)


Pada percobaan ini digunakan larutan FeSO4 dan larutan FeCl3. Pada
percobaan yang pertama, sebanyak 1 mL larutan FeSO4 yang berwarna kuning
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan
1,10-phenantroline yang tidak berwarna. Penambahan reagen 1,10-
phenanthroline pada larutan FeSO4 yang berwarna kuning jernih menimbulkan
perubahan warna menjadi berwarna jingga jernih. Perubahan warna kuning
menjadi jingga diakibatkan adanya pergantian ligan (SO4)2- oleh phenanthrolin,
sehingga terbentuk kompleks [Fe(phe)3]2+.

2+

N N N

Fe
N
N N

[Fe (1,10 phenanthroline)3]2+

Gambar 66. Setelah ditambah dengan 1,10-phenanthroline

Pada percobaan yang kedua, Sebanyak 1 mL larutan FeSO4 yang berwarna


kuning dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 tetes larutan 1,10-
phenantroline yang tidak berwarna. FeCl3 yang berwarna kuning jernih,
direaksikan dengan NH4CNS yang berfungsi untuk memberikan warna merah
kecoklatan (++) pada larutan yang mengandung [Fe(H2O)3(CNS)Cl2].
Selanjutnya ditambahkan pereaksi Na2C2O4, kemudian dikocok dan larutan
berubah menjadi berwarna jingga yang menunjukkan terbentuknya kompleks
[Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)]. Dalam kompleks ini ligan C2O42- hanya dapat
menggeser dan menggantikan ligan Cl- karena kekuatan ligan CNS- lebih besar
dari kekuatan ligan C2O42-. Dan ketika larutan diberi NH4CNS berlebih, maka
akan terbentuk kompleks [Fe(CNS)6]3- dengan kembalinya warna merah
kecoklatan pada larutan dengan intensitas merah kecoklatan (+). Berikut ini
merupakan reaksi yang terjadi dan gambar struktur ion kompleksnya.
[Fe(H2O)4Cl2]Cl + NH4CNS →[Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +NH4Cl
[Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +Na2C2O4→ [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)] + 2NaCl

3-
SCN
SCN
SCN

Fe

SCN
SCN
SCN

Berikut merupakan bukti foto percobaan kompleks Fe(III) :

Gambar 67. Setelah penambahan NH4CNS


Gambar 68. Setelah penambahan Na2C2O4

Gambar 69. Setelah penambahan NH4CNS berlebih

c. Kompleks Kobalt (II)


Pada percobaan ini digunakan larutan CoCl2 berwarna merah muda jernih
yang direaksikan dengan ethylendiamin yang berwarna kuning jernih dan
Na2EDTA yang tak berwarna. Sebanyak 1 mL larutan CoCl2 yang berwarna
merah muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan beberapa tetes
ethylendiamin yang tidak berwarna. CoCl2 yang direaksikan dengan
ethylendiamin menghasilkan warna merah muda (++) pada larutan yang
menunjukkan adanya pembentukan kompleks dari [Co(H2O)6]2+ menjadi
[Co(H2O)4(en)]2+. Satu ligan ethylendiamin dapat menggantikan 2 ligan H2O
pada CoCl2, karena ethylendiamin merupakan ligan bidentat yag dapat
mendonorkan 2 pasangan elektron pada logam. Hal inilah yang membuat larutan
berubah warna. Berikut ini merupakan gambar struktur ion kompleksnya.
Gambar 70. Larutan CoCl2

Gambar 71. Setelah ditambah dengan ethilendiamyn


Selanjutnya, sebanyak 1 mL larutan CoCl2 yang berwarna merah muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan sedikit larutan Na2EDTA
yang tidak berwarna. CoCl2 direaksikan dengan larutan Na2EDTA menghasilkan
warna merah muda kekuningan jernih pada larutan yang menunjukkan
terbentuknya kompleks [Co(EDTA)]2-. EDTA dapat menyumbangkan 6 pasang
elektron sekaligus kepada logam meskipun bilangan oksidasinya 4, karena gugus
amin pada EDTA juga menyumbangkan 2 pasang elektron. Sehingga kompleks
kompleks kobalt dalam percobaan ini memiliki bilangan koordinasi 6. Berikut
ini merupakan gambar struktur ion kompleksnya.
2-
O O
O O
C C
O Co O

O C N N C O

H2C CH2

[Co(EDTA)]2-

Gambar 72. Larutan CoCl2


Gambar 73. Setelah ditambah dengan Na2EDTA

d. Kompleks Nikel (II)


 Tabung 1
Pada percobaan ini dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO 3)2 pada tabung reaksi
pertama. Larutan Ni berwarna hijau jernih. Kemudian ditambahkan 5 tetes
reagen etylendiamin yang tidak berwarna dan larutan menjadi berwarna biru. Hal
ini menandakan terbentuknya kompleks [Ni(NO3)(en)]+.
NH2
H2 N 2+
H 2N

Ni
NH2

H 2N
NH 2

[Ni(en)3]2+

 Tabung 2
Pada tabung kedua dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO 3)2 pada tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan reagen dymetilglioksime sebanyak 5 tetes dan larutan
berubah warna menjadi berwarna merah muda. Terbentuknya warna merah muda
menandakan terbentuknya kompleks antara glioksime dengan logam Ni. 2
molekul ligan NO3- digantikan oleh 1 molekul dimetilglioksima (DMG)
membentuk senyawa kompleks yaitu [Ni(DMG)]2+
 Tabung 3
Kemudian pada tabung ketiga dimasukkan 1 ml larutan Ni(NO3)2 pada
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan reagen Na2EDTA sebanyak 5 tetes dan
larutan berubah warna menjadi berwarna biru (+). Adanya penambahan
Na2EDTA membuat terbentuknya senyawa kompleks [Ni(EDTA)2]2-. Dimana
ion Cl- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Sebab, ligan EDTA lebih kuat
daripada Cl- sehingga mampu mendesak dan menggantikan posisi Cl- untuk
berikatan dengan logam Ni.
Struktur ion kompleks:
Struktur ion kompleks yang terbentuk pada percobaan Ni (II) seperti di
bawah ini:
e. Kompleks Cu (II)
 Pada percobaan pertama kompleks Cu(II) dilakukan dengan membandingkan
CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O pada kaca arloji. CuSO4.5H2O merupakan padatan
berwarna biru tua dan CuCl2.2H2O merupakan padatan berwarna berwarna biru
muda pada kaca arloji. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan anion yang
terikat pada ion logam Cu2+, ion halida menghasilkan warna kristal biru muda
sedangkan ion sulfat menghasilkan kristal berwarna biru tua. Hal tersebut dapat
diprediksi terjadi perbedaan tingkat eksitasi sehingga menyebabkan spektrum
warna yang berbeda

 Sebanyak 1 mL CuSO4 yang berwarna biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


Pada tabung pertama ditambahkan 5 tetes etilendiamin, larutan berubah warna
menjadi berwarna biru tua. Hal ini menandakan terbentuknya kompeks antara Cu
dengan etilendiamin yaitu [Cu(en)]2+.
NH2
H2 N 2+
H 2N

Cu
NH2

H 2N
NH 2

 [Cu(en)3]2+
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Na2EDTA, larutan berubah
warna yang semula berwarna biru menjadi berwarna biru muda. Dan pada
penambahan reagen Na2EDTA terbentuk senyawa kompleks Cu (EDTA)2-.
Struktur senyawa kompleks yang terbentuk sesuai pada gambar di bawah ini:

Perubahan Tingkat Oksidasi


a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Pada percobaan ini sebanyak 1 mL FeSO4 larutan berwarna kuning
ditambahkan dengan HNO3 pekat 3 tetes warna kuning semakin pudar.
Persamaan reaksi:
3Fe2+ + 3H+ + HNO3- → NO↑ + 3Fe3+ + 2H2O

+2 Oksidasi +3
+5 +2

Reduksi
Setelah itu dipanaskan selama 1-2 menit dan kemudian larutan didinginkan,
larutan juga tetap berwarna kuning (+). Proses pemanasan ini bertujuan agar
reaksi antara FeSO4 dan HNO3 pekat dapat berlangsung dengan sempurna,
sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi atau terjadinya oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ secara sempurna juga. Secara teori, garam-garam Fe (II) dalam
larutan mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Sedangkan dalam
larutannya, kation-kation Fe3+ berwarna kuning. Berdasarkan teori tersebut dapat
dikatakan bahwa telah terjadinya perubahan bilangan oksidasi atau terjadinya
oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ secara sempurna. Hal tersebut ditandai dengan adanya
perubahan warna larutan dari kuning kecoklatan menjadi kuning jernih yang
merupakan warna kation Fe3+ dalam larutan.
Kemudian penambahan larutan NaOH 3 tetes terdapat endapan merah
kecoklatan dan larutan berwarna jingga. Hal ini disebabkan karena besi sangat
mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Penambahan NaOH
berfungsi untuk membuktikan apakah sudah benar-benar terjadi perubahan
bilangan oksidasi atau terjadinya oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Oksigen di udara
mengoksidasi endapan besi(II) menjadi besi(III) terutama pada bagian atas
tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang
sama.Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe 3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Reaksi:
Fe2+ → Fe3+ + e
[Fe(H2O)6]3+ + 3OH-  [Fe(H2O)3(OH)3] (s)

HNO3
NaOH

b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+


Pada percobaan ini sebanyak 2 mL larutan K 2Cr2O7 encer yang berupa
larutan berwarna jingga dipanaskan sehingga warna larutan berwarna jingga
yang semakin pekat. Kemudian ditambahkan serbuk Zn yang berwarna bau-abu
sebanyak 1 butir, larutan menjadi berwarna kuning kecoklatan. Reaksi yang
terjadi :

Setelah itu ditambahkan HCl pekat yang berupa larutan tidak berwarna
sebanyak 1,5 mL, larutan berubah warna menjadi bewarna hijau kebiruan dan
terbentuk gelembung gas. Fungsi Zn dan HCl pekat adalah sebagai reduktor
untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+. Hal ini menunjukkan adanya perubahan
bilangan oksida pada logam Cr dari Cr6+ menjadi Cr3+. Kemudian dipanaskan
lagi, warna larutan menjadi berwarna hijau tua. fungsi dilakukannya pemanasan
agar serbuk Zn dapat larut secara sempurna dan secara otomatis mereduksi
secara sempurna. Secara teori, pada pemanasan suatu kromat atau dikromat
dengan asam klorida pekat akan dihasilkan suatu larutan yang mengandung ion
Cr(III). Artinya pada tahap ini reduksi Cr6+ menjadi Cr3+ sudah terjadi.
Setelah perubahan warna akhir terjadi, 1 ml larutan diambil kemudian
ditambah asam nitrat pekat sebanyak 50 tetes larutan berubah warna menjadi
berwarna hijau lumut. Penambahan HNO3 secara teori bertindak sebagai agen
pereduksi yang akan mereduksi Cr3+ menjadi Cr2+.
Kalium Dikromat (K2Cr2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan direduksi
dengan cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang hijau.
Dalam larutan asam, reduksi Kalium Dikromat dapat dinyatakan sebagai :
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e → 2 Cr3+ + 7 H2O
X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dalam kondisi basa yaitu dengan penambahan
NaOH sedangkan Cr6+ dapat direduksi menjadi Cr3+ dalam kondisi asam dengan
penambahan HCl.
2. Logam-logam transisi yang membentuk senyawa kompleks memiliki warna-
warna yang khas dan terdapat endapan yang memiliki warna yang berbeda-beda
sesuai dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut.
3. Logam-logam transisi dapat membentuk senyawa kompleks jika direaksikan
dengan beberapa reagen seperti etylendiamin, Na2EDTA dan larutan senyawa
kompleks tersebut berwarna khas tetapi ada juga yang larutannya tidak
berwarna.
XI. Daftar Pustaka
Amaria, dkk. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III : Unsur-Unsur
Golongan Transisi. Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
Cotton, F. Albert and Wilkinson G. 1989. Advance Inorganic Chemistry. New
York : Interscience Publisher Inc.
Maharani, dkk. 2017. Kimia Anorganik Unsur Transisi. Surabaya: Unesa Press
Petrucci, Ralph H.1992. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.
Sukardjo. 1992. Kimia Koordinasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulastri, Siti. 2008. Transfer Muatan Ligan Pada Kompleks Logam. Yogyakarta:
UNY.
Vogel. 1985.  Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT.Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik.
Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
Jawaban Pertanyaan

1. Tulislah seluruh reaksi yang ada pada percobaan I sampai IV serta berikan
perubahan warnanya!
Jawab :
1) Percobaan I
A. Reaksi dengan NaOH 1M
a) Garam CrCl3
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Cr(H2O)3(OH)3](s)
Hijau tua keabu-abuan (++)
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + OH- [Cr(H2O)3Cl2] + 3H2O
Hijau tua keabu-abuan (+)
b) Garam Mn(SO)4
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Mn(H2O)4(OH)2](s)
Putih kekuningan
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3]-(s)
Coklat muda (+)
c) Garam Fe(NH4)2SO4
[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-  Fe(H2O)4(OH)2](s)
Hijau kekuningan
[Fe(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
Hijau tua (++)
d) Garam FeCl3
[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Fe(H2O)3(OH)3](s)
Jingga
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + OH- [Fe(H2O)2(OH)4]-(aq)
Merah bata
e) Garam CoCl2
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Co(H2O)4(OH)2](s)
Biru kehijauan
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Co(H2O)3(OH)3]-(s)
Biru tua
f) Garam NiCl2
[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Ni(H2O)4(OH)2](s)
Hijau muda
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Ni(H2O)3(OH)3]-(s)
Hijau muda (+)
g) Garam CuSO4
[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Cu(H2O)4(OH)2](s)
Biru muda
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Cu(H2O)3(OH)3]-(s)
Biru muda (+)
h) Garam ZnCl2
[Zn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
Putih
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Zn(H2O)3(OH)3]-(s)
putih (+)

B. Reaksi dengan NH4OH 1 M


a) Garam CrCl3
[Cr(H2O)6]3+(aq) + NH3  [Cr(H2O)3(OH)3](s)
Putih (++)
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Cr (NH3)6]3+(aq)
Hijau tua (+)
b) Garam Mn(SO)4
[Mn(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Mn(H2O)4(OH)2](s)
Kuning
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Mn(NH3)4(H2O)2]2+(s)
Kuning (+)
c) Garam Fe(NH4)2SO4
[Fe(H2O)6]2+(aq) + NH3  Fe(H2O)4(OH)2](s)
Putih
[Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3  [Fe(NH3)6]2+(aq)
Kuning, endapan putih (+)
d) Garam FeCl3
[Fe(H2O)6]3+(aq) + NH3  [Fe(H2O)3(OH)3](s)
Kuning, endapan merah
[Fe(H2O)3(OH)3](s) + NH3 [Fe(NH3 )2(OH)4](s)
Kuning, endapan merah
e) Garam CoCl2
[Co(H2O)6]2+(aq) + NH3 [Co(H2O)4(OH)2](s)
Merah muda, endapan biru
[Co(H2O)4(OH)2](s) + NH3[Co(NH3)4(H2O)2]2+(aq)
Merah muda, endapan biru(+)

f) Garam NiCl2
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Ni(H2O)4(OH)2](s)
Hijau muda, endapan hijau muda
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Ni(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
Hijau muda, endapan hijau muda (+)
g) Garam CuSO4
[Cu(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Cu(H2O)4(OH)2](s)
Biru muda, endapan biru muda
[Cu(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq)
Biru muda, endapan biru muda
(+)
h) Garam ZnCl2
[Zn(H2O)6]2+(aq) + NH3  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
Putih
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + NH3 [Zn(H2O)2(NH3)4]2+(aq)

Putih (+)

C. Reaksi dengan NH4CNS 0,1 M


a) Garam CrCl3
[Cr(H2O)6]3++6SCN-[Cr(H2O)5(SCN)6]2+(s) +6H2O

Biru tua Biru tua

b) Garam Mn(SO)4
[Mn(H2O)6]2++6SCN  [Mn(H2O)5(SCN)]+ + 6H2O

Tidak berwarna Tidak berwarna

c) Garam Fe(NH4)2SO4
[Fe(H2O)6]2++6SCN  [Fe(H2O)5(SCN)]+ +6H2O

Kuning pudar Merah

d) Garam FeCl3
[Fe(H2O)6]3+ + 6SCN-[Fe(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O

Kuning Merah kehitaman

e) Garam CoCl2
[Co(H2O)6]2++ 6SCN-[Co(H2O)5(SCN)]+(s) + 6H2O

Merah muda Merah muda (+)

f) Garam NiCl2
Ni(H2O)6]2++6SCN-[Ni(H2O)5(SCN)]+(s)+6H2O

Hijau Hijau

g) Garam CuSO4
[Cu(H2O)6]2++6SCN-[Cu(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O
Biru muda Biru muda

h) Garam ZnCl2
[Zn(H2O)6]2++6SCN-[Zn(H2O)5(SCN)]+(s) +6H2O

Tidak berwarna Tidak berwarna

2) Percobaan 2
A. Kompleks Cr (III)
CrCl3.6H2O + Na2C2O4 (s) [Cr(C2O4)3]3-
Biru tua kehijauan
B. Kompleks Fe (II)
Fe(NO3)2+Air + 1,10 phenantroline  [Fe(1,10phenanthroline)3]2+

Jingga kecoklatan

C. Kompleks Fe (III)
FeCl3 + 3NH4CNS [Fe(CNS)3]2+ (coklat kemerahan) +
3NH4Cl

Coklat kemerahan
Fe (CNS)3 + Na2C2O4  Fe(C2O4) + CNS - + 2Na+

3) Percobaan 3
A. Fe2+ menjadi Fe3+
2Fe2+(aq) + 4H+(aq) + NO3-(aq) → 2Fe3+(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Kuning pudar
2Fe (aq) + NO2 (aq) + H2O(l) → [Fe(H2O)6]3+(aq)
3+ +

Kuning pudar
3+
[Fe(H2O)6] (aq) + NaOH(aq) → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
Kuning, endapan merah
kecoklatan
B. Cr6+ menjadi Cr3+
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(aq)
Hijau

2. Kompleks [Cr(H2O)4Cl2]2+ memiliki isomer. Buatlah struktur molekulnya dan


berilah nama!
Jawab :
Isomer dari [Cr(H2O)4Cl2]+, adalah :

Isomer trans kompleks [Cr(H2O)4Cl2]+


trans – tetraaquachlorochromium(III) ion

Isomer cis kompleks [Cr(H2O)4Cl2]+


cis – tetraaquachlorochromium(III) ion

Anda mungkin juga menyukai