– Cairan yang memiliki titik nyala kurang dari 60°C atau beberapa
sifat lain yang berpotensi menyebabkan kebakaran;
1. Limbah padat
2. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan
pada:
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat. Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik.
3. Limbah gas
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,
CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas
udara.
Warna dasar bahan jingga atau orange, memuat gambar berupa suatu materi
limbah yang meledak berwarna hitam terletak di bawah sudut atas garis ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan “MUDAH MELEDAK”
berwarna hitam sehingga membentuk 2 bangun segitiga sama kaki pada bagian
dalam belah ketupat. Blok segilima berwarna merah.
Bahan dasar berwarna merah, memuat gambar berupa lidah api berwarna
putih yang mentala suatu permukaan berwarna putih terletak dibawah sudut
atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan CAIRAN
dan bawahnya terdapat tulisan MUDAH TERBAKAR berwarna putih. Blok
segilima berwarna putih.
Gambar Simbol Limbah B3 Cairan Mudah Terbakar
Dasar simbol limbah B3 terdiri dari warna merah dan putih yang berjajar
vertikal berselingan memuat gambar berupa lidah api berwarna hitam yang
menyala [ada suatu bidang berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan PADATAN dan bawahnya terdapat tulisan MUDAH TERBAKAR
berwarna hitam. Blok segilima berwarna kebalikan dari warna dasar simbol
limbah B3.
Belah ketupat terbagi pada garis horisontal menjadi dua bidang segitiga. Pada
bagian atas yang berwarna putih terdapat dua gambar, yaitu di sebelah kiri adalah
gambar tetesan limbah korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan di
sebelah kanan adalah gambar telapak tangan kanan bidang segitiga berwarna
hitam, terdapat tulisan KOROSIF berwarna putih, serta blok segilima berwara
merah.
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat
bagian dalam berwarna hotam, memuat gambar infeksius berwarna hitam terletak
di sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan INFEKSIUS berwarna hitam, dan di bawahnya terdapat blok
segilima berwarna merah.
Dampak Limbah B3
Kelas Jenis
Larutan
dalam larutan
kemasan pada pH 6 -8
I Padatan anorganik
• Aromatik
• Alkohol
• Keton
• Ester
• Eter
a. Pembuangan Limbah
(3) Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu
kategori tidak bereaksi satu sama lain
(4) Pengecekan untuk kandungan asam dan basa
(5) Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.
(6) Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap
berbahaya
c. Persyaratan Wadah
(1) Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
(2) Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah
B3 yang hendak dikemas.
(3) Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam
(teflon, baja, karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak
bereaksi bereaksi denganlimbah B3 yang disimpannya.
Penyimpanan :
- Pengumpulan Limbah
1.Limbah Cair
Pada laboratorium kimia SMA Pusri Palembang ini, limbah cair yang
dihasilkan tidak langsung dibuang ke westafle, akan tetapi dikumpulkan dalam
suatu wadah (ember) yang sudah disediakan oleh guru pembimbing
praktikumnya. Ember itu juga disediakan terpisah sesuai dengan jenis limbah
yang dihasilkan.
sebagai berikut:
1. Limbah non organic halogen (limbah kelas A) yaitu Pelarut organik bebas
halogen dan senyawa organik dalam larutan, contohnya: Aliphatic and alicyclic
hydrocarbons, Aromatic hydrocarbons, Alcohols, Ketones, Esters, Ethers,Glycol
ethers.
2.Limbah Padat.
Gambar derigen
limbah logam berat.
Penanganan dan Pengurangan Bahaya Serta Opsi
Pembuangan Limbah di Laboratorium Kimia SMA Pusri
Palembang
Volume atau sifat bahaya dari banyak bahan kimia dapat dikurangi melalui
reaksi yang dilakukan di dalam laboratorium. Sebenarnya, menyertakan reaksi
tersebut sebagai langkah akhir eksperimen sudah menjadi praktik yang semakin
umum. Penonaktifan bahan kimia sebagai bagian dari prosedur eksperimen bisa
sangat menguntungkan secara ekonomis karena kelebihan bahan dalam jumlah
yang sedikit tidak perlu ditangani sebagai limbah berbahaya.
membeli bahan kimia dan bahan radioaktif dalam jumlah yang diperlukan
untuk eksperimen yang direncanakan untuk menghindari kelebihan bahan
yang mungkin akhirnya akan menjadi limbah.
menetapkan prosedur yang akan mencegah bercampurnya limbah
radioaktif dengan bahaya yang tidak terkontaminasi dan sampah,serta
mempertimbangkan untuk bahan kimia atau sumber radioaktif limbah
campuran dengan bahan yang kurang berbahaya.
Limbah padat di laboratorium kimia sma pusri ini, bukan bahan kimia
berbahaya hanya limbah sisa praktikum adalah limbah padat berupa kertas, tisu,
alat kimia yang pecah,dan botol-botol bahan kimia yang sudah tidak dipakai .
Limbah kertas biasanya langsung dibuang ke kotak sampah, alat kimia yang
pecah dibuang ke bak sampah, sedangkan botol-botol bahan kimia hanya
disimpan saja dikarenakan belum ada kebijakan dari pihak Yayasan untuk
menangani dan mengelola limbah tersebut.
Gambar kotak sampah untuk limbah padat seperti kertas, tisu
Palembang
3. Pelepasan ke Atmosfer
Gambar 2. Aliran Udara pada Lemari Asam
Limbah botol-botol bahan kimia yang sudah tidak dipakai hanya disimpan
saja, karena belum ada keputusan dari pihak Yayasan mengenai limbah ini, jadi
limbah-limbah tersebut masih disimpan di laboratorium.
Gambar 3. Botol-botol bekas bahan kimia ang tidak dipakai lagi yang
disimpan di laboratorium
KESIMPULAN
Daftar pustaka
Apriyanti, Yosi, dkk. 2014. Pengolahan Limbah Laboratorium. (Online).
https://www.slideshare.net/mobile/yeusongyousii/pengolahan-limbah-
laboratorium. (Diakses pada 15 April 2017).