Disusun Oleh :
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................7
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 8
2.1 Enzim yang terkandung dalam wine ............................................................. 8
2.2 Enzim pektinase ........................................................................................... 10
2.3 Pemurnian Enzim pektinase ........................................................................ 11
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 15
Cara Pembuatan Enzim pektinase dengan metode isolasi eksraseluler ........... 15
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................................... 20
4.1 Mengapa Kulit jeruk di Pilih Sebagai Bahan Baku Pembuatan Enzim
pektinase ........................................................................................................... 20
4.2 Peran enzim pektinase dalam pembuatan wine ......................................... 20
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 22
5.1 KESIMPULAN................................................................................................ 22
5.2 Saran ............................................................................................................ 22
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26
PENULIS
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wine adalah minuman beralkohol yang terbuat dari fermentasi anggur
atau buah-buahan lain. Karena adanya keseibangan kimia alami, anggur dapat
berfermentasi tanpa tambahan gula, asam, enzim, air atau nutrisi lainnya. Dalam
proses fermentasi, ragi akan mengkonsumsi kandungan gula dari anggur dan
mengubahnya menjadi etanol serta karbon dioksida. Variasi yang berbeda dari
jenis anggur dan ragi akan menghasilkan jenis wine yang berbeda.
Dalam proses pembuatan wine, peran beberapa jenis enzim cukup
signifikan, khususnya pada proses penghancuran, fermentasi, dan penjernihan.
Enzim-enzim yang memiliki peranan penting yaitu pektinase, glikosidase, selulase
dan hemiselulase, serta beta-glukanase. Bentuk-bentuk enzim yang ditambahkan
dapat berupa bubuk dan cair. Cara penambahannya dapat dilakukan dengan
penyemprotan (liquid enzyme), penambahan dalam tangki sebelum penjernihan,
dan pemompaan saat penghancuran.
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh
sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/
nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh
energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain.
Enzim menjadi primadona industri saat ini dan dimasa yang akan datang
karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan akrab dengan
lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan danminuman,
industri tekstil, industri kulit dan kertas di Indonesia semakinmeningkat.
Dilaporka. Dengan melihat kebutuhan enzim di dalam dunia perindustrian yang
ada di Indonesia sangat besar, sekitar 4 ton perbulannya, dilihat dari sisi
ekonomisnya mencapai 2-3 juta dollar Amerika, melihat asumsi kebutuhan enzim
yang sangat besar di indonesia di harapkan kita sebagai anak bangsa bisa
memproduksi enzim sendiri.
Susunan enzim
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian,
yaitu bagian protein dan bagian yang bukan protein. Bagian protein disebut
apoenzim, bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan
keasaman. Bagian yang bukan proteindisebut gugus prostetik (aktif), terdiri atas
kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari molekul anorganik, yaitu logam,
misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim merupakan gugus prostetik
terdiri atas senyawa organik kompleks, misalnya NADH, FADH, koenzim A, dan
vitamin B.
Enzim juga memerlukan tambahan komponen kimia dalam aktivitasnya
yang disebut dengan kofaktor dan koenzim. Kofator merupakan suatu molekul
anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ yang terikat lemah pada apoenzim.
Sedangkan koenzim adalah molekul organik kompleks yang terikat kuat pada
apoenzim. Apoenzim adalah bagian enzim yang berupa protein yang bersifat tidak
tahan panas. Enzim yang mempunyai struktur sempurna dan aktif mengkatalisis
reaksi bersama dengan koenzim disebut holoenzim. (Lehninger, 1982).
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan
berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama
dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
LANDASAN TEORI
Dalam proses pembuatan wine, peran beberapa jenis enzim cukup signifikan,
khususnya pada proses penghancuran, fermentasi, dan penjernihan. Enzim-enzim
yang memiliki peranan penting yaitu pektinase, glikosidase, selulase dan
hemiselulase, serta beta-glukanase. Bentuk-bentuk enzim yang ditambahkan dapat
berupa bubuk dan cair. Cara penambahannya dapat dilakukan dengan
penyemprotan (liquid enzyme), penambahan dalam tangki sebelum penjernihan,
dan pemompaan saat penghancuran.
- Pektinase
Enzim pektinase pada dasarnya sudah ada dalam buah anggur, namun berada
dalam bentuk inaktif pada pH saat pembuatan wine. Oleh karena itu, perlu
penambahan pektinase dari luar. Pektinase secara komersial dihasilkan dari
Aspergillus niger. Pektinase komersial biasanya diaktifkan pada suhu 45 - 55ºC
dan bekerja dengan baik pada pH 4,8 sampai 5.
Dalam pembuatan wine, pektinase berperan dalam menghidrolisis pektin tak larut
(protopektin) yang terdapat pada bubur kulit buah anggur. Enzim ini bekerja pada
proses maceration (penghancuran buah) dan clarification (penjernihan). Pektin
yang terhidrolilis menyebabkan viskositas jus buah menurun sehingga lebih
mudah mengalir dan lebih jernih karena kekeruhan (cloudiness) pada jus
disebabkan karena kandungan pektin dalam jus tersebut.
Ada tiga jenis pektinase, yaitu pektin lyase (PL), pektin metil esterase (PME), dan
poligalakturonase (PG). Unit asam poligalakturonat terikat dengan gugus metil
pada pektin dalam buah anggur. PL akan mengenali dan memotong di antara unit
tersebut sehingga struktur pektin terpecah. Selama proses pematangan, kandungan
PME meningkat dan enzim ini akan memecah gugus metil dari rantai
poligalakturonat sehingga pektin menjadi pektat. Ketika gugus metil hilang, maka
- Glikosidase
Dalam pembuatan wine anggur, enzim ini berperan dalam melepas residu gula
dari molekul yang lebih kompleks. Beberapa senyawa pembentuk flavor pada
anggur terikat pada residu gula, contohnya monoterpenten dan turunan C13-
norisoprenoid. Senyawa prekursor aroma dalam anggur tidak bersifat volatil.
Ketika residu gula ini dihilangkan, prekursor tersebut menjadi volatil dan
berkontribusi terhadap aroma khas wine. Anggur yang mengandung glikosidase
mampu melepaskan senyawa aromatik terpenol dari prokursor non-aromatik.
Namun, dalam pembuatan wine, enzim ini tidak terlalu efisien karena pH
optimumnya yang berada pada pH 5, sedangkan pH wine antara 3 – 4. Proses
penjernihan pada must juga akan menyebabkan aktivitas glikosidase terhenti
(Laorens dan Pellerin, 2000).
- Beta – glukanase
2010) atau enzim yang berperan dalam degradasi substansi pektin (Heerd
(hidrolase dan liase), pektinase juga dapat merombak zat pektat (pektin)
misalnya pada pengolahan limbah cair, dan industri makanan seperti pada
dalam industri sari buah maupun dalam industri teh. Enzim pektinase
jeruk, kulit apel, kulit kakao dan kulit pisang. Salah satu upaya untuk
dari limbah kulit pisang halnya aktifitas enzim maksimum yang diperoleh
4,6 dan temperatur 450 C. Senyawa pektat dalam kulit pisang tersebut
mikroorganisme
METODOLOGI
Cara pembuatan enzim pektinase dengan menggunakan metode
isolasi eksrakseluler
Isolasi Enzim
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas yang
tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,
cara isolasi, serta jenis substrat yang digunakan. Kondisi pertumbuhan yang
menunjang produksi enzim secara maksimal adalah pH, suhu inkubasi, waktu
inkubasi, dan komposisi media pertumbuhan harus mengandungsumber
energi, sumber karbon, sumber nitrogen dan mineral (Wang, 1979)
Enzim dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Enzim yang
telah diisolasi ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri maupun
kesehatan Untuk mengeluarkan enzim dari sumbernya perlu dilakukan isolasi
yang dapat dilakukan cara.
Metode isolasi enzim yang sering digunakan adalah ekstraksi, koagulasi,
sentrifugasi, filtrasi, dan kromatografi (Susi, 2002).
a. Ekstraksi
Metode ekstraksi enzim ditentukan oleh jenis sumbernya. Enzim yang terdapat
pada tepung biji-bijian diekstraksi dengan cara mencampur pada media cair
kemudian diaduk, enzim dari bagian tanaman yang bersifat lunak diekstraksi
dengan dipotong kecil-kecil, dipres kemudian disaring dengan kain, sedangkan
untuk mengekstrak enzim dari daun dan biji-bijian dengan cara digiling,
dihomogenasi dalam media cair atau langsung diblender dalam media cair. Dalam
ekstraksi enzim dari tanaman digunakan bufer untuk mempertahankan harga pH.
Beberapa pH yang dapat digunakan misal: bufer tris-hidroksimetil amino metan,
bufer glisin dan bufer fosfat (Joseph, at all, 1994).
b. Filtrasi
Dasar pemisahan adalah ukuran partikel. Efisiensinya dibatasi oleh:
Bentuk partikel
Kemampuan partikel menahan tekanan
Sampel limbah kulit buah jeruk dihaluskan dengan mortar steril dan
kemudian ditimbang tepat sebanyak 5 g. Sampel tersebut diencerkan dengan seri
pengenceran 10-1–10-6 dengan larutan pengencer garam fisiologis (NaCl) 0,85%.
Dari setiap pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan diinokulasikan secara pour
plate dengan media pektin agar sebagai media selektif bakteri pektinolitik.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37C dan 50C selama 24-48 jam. Pemurnian isolat
dilakukan dengan quadrant streak.
PEMBAHASAN
4.1 Mengapa limbah kulit buah dipilih sebagai Bahan Baku
pembuatan enzim pektinase
Buah jeruk merupakan salah satu buah yangmudah didapatkan dan memiliki
banyak manfaat untukkesehatan. Jeruk umum dikonsumsi dalam bentuk jus.
Jus merupakan salah satu dari bentuk sari buah. Menurut Syamsir (2010), sari
buah adalah cairan buah (juice) jernih atau keruh yang tidak difermentasi
diperoleh dari proses ekstraksi buah dengan proses mekanis, dan memiliki
karakteristik warna, bau dan flavor seperti buah asalnya. Berdasarkan teknologi
proses yang digunakan, dikenal tiga bentuk akhir produk sari buah, yaitu sari buah
(juice), konsentrat (pekatan) sari buah dan bubuk sari buah. Kendala dalam
pemanfaatan buah jeruk menjadi jus adalah kekeruhan dari jus jeruk tersebut. Jus
jeruk asli biasanya berwarna kuning pucat, keruh, dan ada endapan
.
Isolat bakteri pektinolitik dapat diperoleh darisumber pektin yang melimpah
seperti sampah kulit buah jeruk yang selama ini belum dimanfaatkan secara
maksimal, isolat bakteri pektinolitik ini yang akan digunakan untuk memperoleh
enzim pektinase yang digunakan dalam proses produksi pembutan wine.
Jeruk manis merupakan jeruk dengan bentuk bulat atau oval, diameter
berkisar 5,7-9,5 cm, dengan warna kuning kehijauan ke oranye dan kulit melekat
erat. Buah terdiri dari kulit luar, yang meliputi epidermis, flavedo, kelenjar
minyak, dan Albedo ikatan pembuluh.
Kaya akan glukosida, flavonones, pektin dan enzim pektik (Hashmi et al., 2012).
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. . Dalam proses pembuatan wine, peran beberapa jenis enzim cukup
signifikan, khususnya pada proses penghancuran, fermentasi, dan
penjernihan. Enzim-enzim yang memiliki peranan penting yaitu pektinase,
glikosidase, selulase dan hemiselulase, serta beta-glukanase. Bentuk-
bentuk enzim yang ditambahkan dapat berupa bubuk dan cair. Cara
penambahannya dapat dilakukan dengan penyemprotan (liquid enzyme),
penambahan dalam tangki sebelum penjernihan, dan pemompaan saat
penghancuran.
2. Enzim pektinase pada dasarnya sudah ada dalam buah anggur, namun
berada dalam bentuk inaktif pada pH saat pembuatan wine. Oleh karena
itu, perlu penambahan pektinase dari luar. Pektinase secara komersial
dihasilkan dari Aspergillus niger atau mikroba lain
3. Enzim tidak hanya bisa di dapatkan dari mikroorganisme melainkan dapat
diperoleh dari tumbuhan, hewan dan manusia seperti Isolat bakteri
pektinolitik dapat diperoleh darisumber pektin yang melimpah seperti
sampah kulit buah jeruk yang selama ini belum dimanfaatkan secara
maksimal, isolat bakteri pektinolitik ini yang akan digunakan untuk
memperoleh enzim pektinase yang digunakan dalam proses produksi
pembutan wine.
5.2 Saran
Dari pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan mengenai pembuatan bioetanol. Serta dapat mensosialisasikan
dalam kehidupan bermasyarakat.
PERTANYAAN :
1. Peran enzim pektinase dalam pembuatan wine ?
2. Mengapa saat pembuatan media perlu tambahan bahan seperti yang ada di
bawah ini ?
Yeastextract 1,0 g
Na2HPO4 0,9 g
KH2PO4 1,0 g
MgSO4.7H2O 0,5 g
KCl 0,2 g
Pektin Citrus1,0 g
Bacteriological Agar 15 g dalam 1 L sebagai media selektif bakteri
pektinolitik
3. Dalam pembuatan wine terdapat beberapa macam enzim , salah satunya
enzim Glikosidase lalu apa peran enzim Glikosidase tersebut pada
pembuatan wine ?
4. Beberapa enzim yang ada pada wine adalah pektinase , glikosidase,
selulase, hemiselulase, dan beta-glukanase , apakah semua enzim
tersebut selalu ada pada saat pembuatan wine ?
5. Berapa PH dan Suhu yang cocok untuk meningkatkan aktifitas enzim?
6. Apakah komposisi media selalu sama walaupun menggunakan sumber
kulit buah lain untuk mendapatkan enzim pektinase ini ?
7. Apa tujuan dilakukannya pengenceran dengan larutan pengencer garam
fisiologis (NaCl) 0,85%. Pada ( Media pektin ) ?
JAWABAN :
1. Dalam pembuatan wine, pektinase berperan dalam menghidrolisis
pektin tak larut (protopektin) yang terdapat pada bubur kulit buah anggur.
Enzim ini bekerja pada proses maceration () dan clarification
(penjernihan). Pektin yang terhidrolilis menyebabkan viskositas jus buah
menurun sehingga lebih mudah penghancuran buah mengalir dan lebih
jernih karena kekeruhan (cloudiness) pada jus disebabkan karena
kandungan pektin dalam jus tersebut.
2. Penambahan bahan pada pembuatan media seperti yang ada di bawah ini :
Yeastextract 1,0 g
Na2HPO4 0,9 g
KH2PO4 1,0 g
MgSO4.7H2O 0,5 g
KCl 0,2 g
Pektin Citrus1,0 g
5. -PH yang cocok saat proses produksi menggunakan enzim adalah PH netral ( 7) ,
karena jika terlalu asam atau terlalu basa akan mengakibatkan enzim mengalami
Inaktivasi dengan kata lain enzim berada pada kondisi tidak aktif
-Suhu yang cocok saat proses produksi menggunakan enzim adalah antara 45-
55°C hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi suhu semakin tinggi pula laju
reaksi kimia baik yang di katalisis maupun tidak dengan kata lain enzim menjadi
rusak , Dan sebenarnya enzim masih bisa atau dapat bekerja pada suhu ruang
(25°C) tapi pada saat suhu tersebut enzim tidak dapat bekerja secara optimal
6. komposisi media selalu sama walaupun menggunakan sumber kulit buah
lain untuk mendapatkan enzim dengan catatan ukuran bahan baku atau
substratnya juga sama maka kita tidak perlu melakukan konfersi hitungan
untuk menhitung takaran bahan yang akan di gunakan untuk membuat
media , tapi jika melakukan perubahan pada ketentuan takaran bahan baku
atau kita ingin membuat dengan takaran bahan baku(substrat) yang
berbeda maka kita perlu melakukan konfersi hitungan.
7. Kadar garam (elektrolit) yang tinggi mempengaruhi kelarutan enzim.
- Salting in (enzim larut)
- Salting out (enzim tak larut)
Jadi dengan kata lain Penambahan garam ( NaCl) itu akan mempengaruhi
kelarutan