11180960000027
Kelompok 2
2021/1442H
BAB I
PENDAHULUAN
cair kinerja tinggi yang prinsipnya bervariasi tergantung bentuk dan karakter
dasa diam yang digunakan serta jenis dan kemampuan fasa gerak yang dipilih.
Fasa gerak yang digunakan adalah cairan, sehingga sampel yang akan dianalisis
dengan HPLC harus cair atau bahan yang bisa dilarutkan (Rubiyanto, 2017).
berenergi.
meningkatkan energy, mengatasi lelah, mengurangi rasa kantuk, dll. Salah satu
kandungan yang terdapat pada minuman berenergi adalah kafein yang dapat
secara berlebihan dapat mengakibatkan detak jantung yang tidak normal, sakit
kepala, munculnya perasaan was-was dan cemas, tremor, dan lain-lain. Maka
dari itu perlu adanya analisis kadar senyawa kafein dalam suatu produk makanan
agar jumlah kafein yang dikonsumsi dapat diatur sehingga mengurangi atau
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
kadar suatu senyawa yang dianalisis pada suatu sampel. Dari praktikum ini
diharapkan dapat membantu mahasiwa pada saat pelaksaan tugas akhir atau
produk makanan atau minuman agar tidak melebihi batas toleransi yang telah
ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HPLC
memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang
distribusi ukurannya sempit (kolom) dan fase gerak yang dipaksa mengalir
dengan laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga
menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relatif singkat
(Hermanto, 2009).
yang sangat kecil dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga interaksi
akan semakin besar. Hal ini akan membuat sistem pemisahan akan semakin baik
kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
tinggi sampel (analit) yang dilarutkan dalam pelarut (fase seluler) melalui kolom
Sifat-sifat sampel dan pelarut, serta sifat fase stasioner, menentukan waktu
retensi analiter, atau seberapa cepat mereka melewati kolom. Ketika sampel
melewati kolom, analytes memiliki interaksi terkuat dengan fase stasioner keluar
dari kolom paling lambat, yang berarti mereka menunjukkan waktu retensi
kolom dengan cepat dan dengan demikian ditandai dengan waktu retensi
singkat. Pemisahan senyawa dalam sampel dapat dicapai melalui elusi isokratis,
di mana komposisi fase seluler tetap konstan, atau melalui elusi gradien, di mana
mendukung disosiasi analyte dari fase stasioner. Setelah keluar dari kolom, fase
UV. Pemilihan detektor dan panjang gelombang pemantauan yang sesuai sangat
menghasilkan sinyal yang berkorelasi dengan kuantitas analit yang muncul dari
kontrol HPLC, dengan data yang tersedia untuk analisis berikutnya (Petrova &
Sauer, 2017)
untuk memisahkan ion atau molekul yang dilarutkan dalam pelarut. Jika solusi
sampel bersentuhan dengan fase padat atau cair kedua ke derajat yang berbeda
karena perbedaan adsorpsi, pertukaran ion, partisi atau ukuran. Perbedaan ini
Selama waktu ini tekanan kromatografi cair mulai digunakan untuk mengurangi
diisolasi oleh kromatografi kolom. Namun, laju aliran tidak konsisten, dan
pertanyaan apakah lebih baik memiliki laju aliran konstan atau tekanan konstan
tambahan detektor on-line menjadi dengan cepat teknik pemisahan yang kuat
dan sistem saraf pusat .Efek minuman berenergi tersebut dapat dirasakan 30-60
vitamin B kompleks, ekstrak herbal dan gula atau pemanis yang dapat
kantuk serta membuat daya pikir menjadi lebih jernih (Marpaung et al., 2019).
Niasin (vitamin B3) sebagai salah satu vitamin B kompleks yang terdapat dalam
minuman berenergi – selain vitamin B6 dan B12 – memiliki kadar paling tinggi.
Berdasarkan penelitian terdahulu, niasin digunakan sebagai obat anti
density lipoprotein (LDL), dan very low density lipoprotein (VLDL) serta
tetapi berat nya hepatotoksisitas dapat diketahui apabila tejadi gagal hati akut.
Kandungan penting lain sebagai bahan aktif dalam minuman berenergi adalah
al., 2017).
2.3 Kafein
menggumpal; tidak berbau; rasa pahit, memiliki titik lebur pada 235°-237°.
Kafein agak sukar larut dalam air, etanol dan eter. Akan tetapi kafein mudah
larut dalam kloroform dan lebih larut dalam asam encer. Kafein diketahui
memiliki efek ketergantungan dan memiliki efek positif pada tubuh manusia
dengan dosis rendah yaitu ≤ 400 mg seperti peningkatan gairah, peningkatan
kegembiraan, kedamaian dan kesenangan. Selain itu, kafein juga memiliki efek
relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung.
Kafein bersifat basa mono-cidic yang lemah dan dapat memisah dengan
penguapan air. Dengan asam, kafein akan bereaksi dan membentuk garam yang
tidak stabil . Sedangkan reaksi dengan basa akan membentuk garam yang stabil.
Kafein mudah terurai dengan alkali panas membentuk kafeidin. Lebih jauhnya,
detak jantung yang tidak normal, sakit kepala, munculnya perasaan was-was dan
METODELOGI PERCOBAAN
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari kamis, 6 Mei 2021 secara
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu HPLC Series 200
3.2.2 Bahan
ml, lalu kocok hingga larut. Setelah itu dilakukan aerasi terhadap
gerak yakni 70% metanol : 28% air dan 2% asetonitril serta laju alir
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kadar kafein pada sampel
HPLC ini menurut Hendayana, (2006) adalah pemisahan komponen analit berdasarkan
kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
Tujuan dari analisis kadar kafein ini adalah untuk mengetahui berapa kadar kafein
dalam minuman berenergi yang digunakan sebagai sampel agar saat dikonsumsi
konsumen dapat memperkirakan berapa banyak kafein yang dikonsumsi sehingga tidak
Langkah pertama pada praktikum kali ini adalah pembuatan larutan standar
kafein dengan deret konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Kafein ditimbang
pelarut methanol 30% 25 ml, lalu kocok hingga larut. Setelah itu dilakukan aerasi
terhadap larutan 1 dengan ultrasonic bath selama 15 menit. Tujuan dilakukannya aerasi
fase gerak yang digunakan. Selanjutnya diencerkan dengan methanol 30% sampai garis
tanda, kemudian disaring (Larutan Stock A). setelah itu dipipet 10 ml (Larutan Standar),
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu diencerkan dengan pelarut methanol
30% sampai garis tanda. Dipipet 5 mL (Larutan Standar B), dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml, kemudian diencerkan dengan pelarut methanol 30% sampai garis
Setelah itu ditentukan komposisi fase gerak yakni 70% metanol : 28% air dan 2%
asetonitril serta laju alir 1 mL/menit dan panjang gelombang detektor 254 nm. Setelah
itu dianalisis larutan standar tersebut untuk mengetahui waktu retensi dan besar area
puncak yang dihasilkan untuk selanjutnya dibuat kurva baku regresi linear.
ppm, dan 300 ppm dengan menggunakan HPLC yang menghasilkan waktu retensi
berturut sebesar 3,646, 3,656, dan 3,646. Jika dilihat dari waktu retensi yang dihasilkan
oleh ketiga standar kafein tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan pada waktu
retensi yang dihasilkan dan dari waktu retensi tersebut dapat dijadikan acuan waktu
sampel yang dianalisis agar kafein pada sampel akan keluar pada waktu retensi yang
sama persis atau berdekatan dengan standar. Dan jika dilihat dari bentuk puncak yang
dihasilkan di setiap standar puncak nya tidak berhimpitan dengan puncak yang lainnya
sehingga senyawa kafein mudah dianalisis dan ini juga menjadi indicator bahwa larutan
standar tersebut murni senyawa kafein dan tidak ada senyawa lain di dalam nya. Jika
masih terdapat puncak yang berhimpitan dengan puncak kafein akan sulit dianalisis
untuk mengetahui apakah puncak tersebut puncak dari senyawa kafein atau senyawa
Pada kromatogram yang dihasilkan pada gambar diatas juga dihasilkan besar
area dari puncak yang dihasilkan pada table 1. Area tersebut berguna untuk membuat
kurva regresi linear yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui berapa kadar
Besar area puncak pada kromatogram standar kafein 100 ppm, 200 ppm, dan
300 ppm dihasilkan berturut-turut sebesar 3458,670; 5730,892; dan 9306,385. Area
yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk membuat kurva regresi linear yang nanti
nya akan digunakan untuk mengetahui kadar kafein dalam sampel dan juga mengetahui
linearitas dari standar kafein yang telah diukur. Kurva regresi linear dari standar kafein
4000
3000
2000
1000
0
50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
linear nya yaitu y = 29.239x + 317.6 yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui
kadar dari kafein pada sampel minuman berenergi. Kemudian jika dilihat dari linearitas
nya nilai R2 yang didapatkan adalah sebesar 0.9837. Dari hasil tersebut menunjukan
bahwa kurva tersebut memiliki linearitas yang baik karena mendekati angka 1 sehingga
antara besar nya konsentrasi dan besar nya area memiliki keterkaitan sehingga dapat
dianalisis kadar kafein nya. Larutan sampel diambil sebanyak 5 mL lalu dimasukan
kedalam labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan metanol 30% sampai garis tanda.
Kemudian diaerasikan selama 15 menit. Setelah itu dipipet 1 ml larutan sampel lalu
dimasukan ke dalam vial dan dilakukan pemisahan dengan parameter yang sama seperti
pada larutan standar. Selanjutnya ditentukan kadar kafein dalam sampel. Kromatogram
yang dihasilkan pada sampel hemaviton dan krating daeng dapat dilihat pada gambar 5
pada sampel krating daeng sebesar 3,659. Jika dibandingkan dengan waktu retensi
larutan standar maka hasilnya tidak berbeda jauh sehingga masih dapat dikatakan
sejenis bila dilihat dari waktu retensinya. Jadi dapat dikatakan senyawa yang keluar
pada waktu retensi 3,608 dan 3,659 pada sampel minuman berenergi adalah senyawa
kafein. Kemudian jika dilihat dari puncak yang dihasilkan pada kromatogram tersebut
puncaknya cukup terlihat jelas walaupun ada 2 puncak pengganggu yang muncul pada
kromatogram namun masih dapat dianalisis dengan mudah karena waktu retensi yang
dihasilkan pada 2 puncak penganggu tersebut sangat jauh dari waktu retensi senyawa
kafein. Karena salah satu indicator kemurnian suatu senyawa yang dianalisis pada
HPLC yaitu dapat dilihat dari nilai resolusi nya yaitu jarak antara 2 puncak yang
berdekatan dibagi dengan luas area rata-rata. Namun pada hasil di table 2 hanya ada
luas area dari puncak kafein sehingga tidak dapat diketahui berapa resolusi puncak
tersebut.
Luas area puncak yang didapatkan pada sampel hemaviton adalah sebesar
4116.579 dan pada sampel kratingdaeng sebesar 4702.505. Besar area yang dihasilkan
ini akan digunakan untuk mengatahui berapa kadar senyawa kafein pada sampel dengan
cara mensubtitusikan besar nya area pada persamaan regresi linear yang telah
ppm dan kadar kafein pada sampel kratingdaeng adalah sebesar 149,96 ppm. Dapat
dilihat bahwa kadar kafein pada kratingdaeng lebih tinggi dari pada sampel hemaviton.
Persyaratan Perisa Dan Penggunaan Dalam Produk Pangan batas maksimum kafein
pada minuman 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Jika dilihat dari hasil analisis kadar kafein
yang telah dilakukan bahwa kadar kafein tersebut masih dibawah ambang batas
maksimum yang telah ditetapkan pemerintah dan disarankan hanya mengkonsumsi satu
kemasan per hari agar terhindar dari efek samping yang ditimbulkan jika kelebihan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan prinsip dasar
campuran yang keluar akan dideteksi oleh detektor dan direkam dalam bentuk
menggunakan HPLC pada minuman hemaviton sebesar 129,92 ppm dan pada
5.2 Saran
Sebelum dilakukannya analisis menggunakan instrument HPLC
alangkah baiknya dilakukan kalibrasi dan optimasi alat agar hasil yang
didapatkan memiliki akurasi yang baik dan juga dapat dilakukan validasi metode
Lampiran 1. Perhitungan
1. Hemaviton
y = 29,239x + 317,6
x = 129,92 ppm
2. Kratingdaeng
y = 29,239x + 317,6
x = 149,96 ppm
Jawab:
kromatografi HPLC!
Jawab:
Kolom yang digunakan harus dijaga agar tidak terkontaminasi dengan sisa-sisa
percobaan selesai, kolom harus dicuci dengan air – metanol, asetonitril – air,
ataupun isopropanol 10% selama ± 15 menit. Selain itu, pelarut yang digunakan
harus jernih dan bebas udara dan pada aerasi dapat dilakukan dengan mengaliri
gas Helium (He) atau menggunakan vacuum degasser. Komposisi fase gerak,
kepolaran fase diam, laju alir fase gerak, dan kepolaran sampel
Jawab:
disebabkan oleh fase gerak yang digunakan. Selain itu, fungsi dilakukan
degassing eluen adalah untuk menghilangkan gelembung gas yang ada, agar tidak
chromatography biasa ?
Jawab:
Prinsip dari HPLC sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya, yakni
pemisahan dengan fase gerak dan fase diam yang didasari oleh kepolaran masing
masing senyawa. Namun, pada HPLC, faktor yang digunakan untuk mengalirkan
5. Jelaskan jenis detektor yang biasa digunakan dalam analisis HPLC dengan
kelebihan masing-masing!
Jawab:
a. UV-Vis : Berfungsi untuk senyawa analit yang menggandung gugus kromofor.
Selektif terhadap gugus dan struktur tidak jenuh. Tidak peka terhadap perubahan
beberapa antibiotik. Pelarut yang digunakan tidak boleh menyerap darah UV.
c. Refractive Index (RI) : Detektor khusus untuk beberapa senyawa yang memiliki
senyawa organik memiliki kemiripan indeks bias. Fase geraknya tidak boleh di
larutan elektrolit (fase gerak harus menghantarkan listrik). Senyawa yang ingin
dideteksi harus bermuatan. Terdiri dari 2 elektrode yang pertama reference dan
work elektrode.