DENGAN HPLC
Oleh :
Kelompok 1/A2
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
1. Bagi penulis, dapat memahami lebih baik mengenai prinsip-prinsip dasar
analisa sampel dengan HPLC, menentukan kadar kafein dari suatu sampel
dengan menggunakan kurva standar.
2. Bagi para pembaca, akan menjadi sebuah wawasan ilmu pengetahuan dan
pembelajaran baru terkait pemahaman mengenai mengenai prinsip-prinsip
dasar analisa sampel dengan HPLC, menentukan kadar kafein dari suatu
sampel dengan menggunakan kurva standar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kafein merupakan senyawa organik yang memiliki nama lain kafein, tein,
atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air seperti jarum bercahaya. Ketika
tidak mengandung air, kafein akan meleleh pada suhu 234oC - 239oC dan
menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein bersifat mudah larut dalam air
panas dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alkohol. Kafein
merupakan stimulan dan metabolisme sistem saraf pusat. Kafein menghambat
fosfodiesterase dan memiliki efek antagonis pada reseptor adenosin pusat.
Pengaruh pada sistem saraf pusat terutama di pusat-pusat yang lebih tinggi, yang
menghasilkan peningkatan aktivitas mental dan tetap terjaga atau terjaga (Abraham,
2010).
Metode HPLC adalah teknik kromatografi cair kinerja tinggi yang berasal
dari kromatografi kolom klasik, yang dikembangkan setelah HPLC diisi dengan
beads yang sangat kecil (~ 10μm) dan dioperasikan di bawah tekanan tinggi. HPLC
adalah metode kuantitatif yang sensitif dan akurat yang dapat digunakan untuk
memisahkan zat non-volatil, seperti asam amino, protein, pestisida, dan lain-lain
(Skoog, 1985).
1. Pump
Perpindahan konstan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pompa
reciprocating yang menghasilkan aliran pulsating yang berdenyut secara
teratur, sehingga diperlukan peredam pulsa (pulse front valve) atau peredam
elektronik (electronic damper) untuk menghasilkan baseline detektor yang
stabil. Keunggulan utamanya adalah ukuran waduk tidak terbatas. Kedua,
laju aliran yang disediakan oleh pompa syringe tidak berdenyut, tetapi
memiliki reservoir terbatas.
2. Injektor
Terdapat tiga jenis dasar injektor yang umumnya digunakan:
a. Stop-Flow : teknik dari injektor ini dapat berdifusi dalam cairan yang
memiliki resolusi tidak dipengaruhi. Dengan prosesnya yaitu ketika
aliran dihentikan, akan dilakukan penginjeksian pada kinerja atmosfir
dalam sistem tertutup, setelah itu aliran dilanjutkan.
b. Septum : penggunaannya serupa dengan Kromatografi Gas, dimana
injektor ini berada pada kinerja mencapai 60-70 atmosfir, tetapi tidak
tahan terhadap pelarut-pelarut dari kromatografi cair serta akan terjadi
penyumbatan bila partikel kecil dari septum terkoyak oleh jarum
injektor.
c. Loop Valve : biasanya injeksi ini digunakan dalam volume yang
berukuran >10 𝜇L dan akan secara automatis bila menggunakan adaptor
yang sesuai, ukuran volume yang sedikit dapat diinjeksi manual.
3. Kolom
Kolom menjadi penentu keberhasilan proses analisis dengan
memperhatikan kolom dan jenis percobaan yang sesuai. Kolom terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kolom analitik dan kolom preparatif.
4. Detektor
Dalam HPLC detektor yang biasa digunakan adalah detektor UV 254 nm.
Dengan menggunakan variabel panjang gelombang yang dapat mendeteksi
senyawa-senyawa dengan range yang lebih luas. Selain itu, detektor indeks
refraksi dapat digunakan namun tingkat sensitifitasnya kurang baik bila
dibandingkan dengan detektor UV. Detektor lainnya yaitu detektor
fluorometer, detektor ionisasi nyala, detektor elektrokimia.
(Effendy, 2004)
METODE PERCOBAAN
2.1 Alat
- HPLC Series 200 dengan detector UV 254 nm Perkin Elmer
- Kolom : C18 (non polar)
- Syringe
- Pipet volume 10 ml
- Labu ukur 50 ml
2.2 Bahan
- Kafein
- Minuman berenergi
- Metanol p.a
- Asetonitril
- Aquabidest
Ditentukan berapa persen area untuk kedua larutan standar dan dibuatlah
kurva kalibarasi untuk kedua larutan standar tersebut
B. Larutan Sampel
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai penetapan kadar kafein dalam
minuman berenergi yang dianalisis dengan menggunakan alat instrumentasi
kromatografi HPLC. Dalam prinsipnya, HPLC memiliki kemampuan dalam
mengadsorpsi yaitu penyerapan terhadap senyawa-senyawa dengan menggunakan
fase diam dan juga kemampuan partisi dalam proses pemisahan yang berdasarkan
atas perbedaan polaritas dari senyawa-senyawa dengan menggunakan fase gerak.
Sampel akan teruran dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia yang sesuai
setelah diinjeksikan ke dalam kolom, hal tersebut disebabkan adanya perbedaan
terhadap afinitasnya (Leo dan Nollet, 2000). Berikut adalah struktur dari kafein
sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Kafein
Data percobaan yang diperoleh dalam menganalisis kandungan kafein pada
sampel minuman berenergi menggunakan HPLC yaitu menunjukkan puncak-
puncak kromatogram dari waktu retensi dan peak area dari senyawa. Dengan waktu
retensi maka dapat membantu dalam menentukan suatu jenis senyawa yang
terkandung dalam sampel, karena harga atau nilai senyaa antara sampel dan standar
baku adalah sama. Bila waktu retensi sampel yang dihasilkan sama dengan waktu
retensi dari salah satu nilai standar baku maka dapat dinyatakan bahwa sampel
tersebut mengandung senyawa yang serupa dengan standar baku. Variasi
konsentrasi yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya konsentrasi 100, 200,
dan 300 ppm.
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2004). Tentang Hasil
Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Minuman Suplemen yang
Mengandung Kafein.
Day, R.A. dan Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif (Enam, Ed.).
Jakarta: Erlangga.
Leo, M., & Nollet, L. (2000). Food Analysis by HPLC. New York: Marcel Dekker
Inc.
Nour, V. & T. I. (2010). Chromatographic Determination of Caffeine Content in
SOft and Energy Drinks Available on the Romanian Market. Scientific Study
and Research, 11(3), 351–358.
Puspitaningtyas, A., Surjani W., & N. Z. (2013). Pengaruh komposisi fasa gerak
pada penetapan kadar asam benzoat dan kafein dalam kopi kemasan
mengguankan metode kckt Title. Universitas Negeri Malang.
5. Jelaskan jenis detektor yang biasa digunakan dalam analisis hplc dengan
kelebihan masing-masing!
Jawab :
• Massa Spectroscopy memiliki data 2D yaitu kromatogram dan
spektrum
• Flouresence : lebih selektif yaitu hanya senyawa yang memiliki
kemampuan menyerap cahaya dna juga lebih selektif yaitu bisa
membaca dengan limit deteksi kecil
• RI (Refractive Indeks) : menggunakan lampu tungsten, indeks bias
akan dibaca oleh detektor
• Conductivity : detektor untuk senyawa yang memiliki muatan atau
polar seperti senyawa ionik dan logam (Cu, Mg, Ni, dll)
• Elektrokimia : sangat selektif dan sensitif untuk senyawa redoks
(reduksi oksidasi)
• ELSD : sangat sensitif namun tidak selektif, menggunakan volatile
solvent dan volatile buffer
B. Perhitungan