Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

“Analisis Pewarna Sintetis Pada Makanan dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis”

DOSEN PEMBIMBING
Nur Habibah,S.Si.,M.Sc

I Wayan Karta,S.Pd.,M.Si

Jannah Sofi Yanty,S.Si.,M.Si

DISUSUN OLEH
Anak Agung Dita Pradnya Swari
P07134019110
IVC

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
Sumber : Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA TERASI YANG


DIPERJUALBELIKAN DI PASAR TODDOPULI KOTA MAKASSAR

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa terasi udang yang diperdagangkan di pasar
Toddopuli di Makassar mungkin mengandung agen pewarna Rhodamin B, bahwa hampir semua
terasi udang yang tidak bermerk yang dijual di pasaran semuanya berwarna merah dan memiliki
tekstur kasar tidak seperti kebanyakan terasi udang. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan agen pewarna Rhodamin B yang ditemukan dalam terasi udang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian laboratorium penelitian kualitatif yaitu menggambarkan pewarna
dalam terasi udang menggunakan 5 sampel dan metode yang digunakan adalah Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) .Dari hasil penelitian ini, kelima sampel yang diuji memberikan reaksi positif
terhadap Rhodamin B.

PENDAHULUAN

Dewasa ini, jenis pangan yang dijual di pasaran sangat beraneka ragam dan tidak jarang
mengandung bahan tambahan makanan. Salah satu bahan tambahan pangan itu adalah zat
pewarna. Tujuan penggunaan zat pewarna pada pangan antara lain untuk membuat pangan menjadi
lebih menarik. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang tidak dikonsumsi langsung
sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan, dan penambahannya ke dalam pangan
ditujukan untuk mengubah sifat-sifat makanan seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan,
aroma untuk mengawetkan atau mempermudah proses pengolahan, (Adawiyah, 2008).

Salah satu penggunaaan zat pewarna sebagai bahan tambahan pangan adalah terasi. Untuk
menarik calon pembeli, banyak produsen nakal yang menggunakan Rhodamin B sebagai pewarna
karena harganya yang murah dan warnanya yang mencolok. Padahal Rhodamin B bukan untuk
makanan, tetapi untuk mewarnai tekstil dan kertas. Zat pewarna tersebut sangat berbahaya, apalagi
bila dikonsumsi jangka panjang karena bisa memicu kanker.
Rumusan Masalah :

Apakah terasi yang tidak bermerek yang diperjualbelikan di pasar Toddopuli Makassar
mengandung Rhodamin B ?

Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui ada atau tidaknya zat warna berbahaya dalam terasi yang tidak bermerek yang
diperjualbelikan di pasar Toddopuli Kota Makassar

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium yang bersifat deskriptif dengan
teknis analisis kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui kandungan zat warna Rhodamin B pada
Terasi.

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kromatografi Lapis Tipis.
b. Prinsip
Suatu analit yang bergerak naik atau melintasi lapisan fase diam (paling umum digunakan
sel gilika), yang bergerak melalui fase diam oleh kerja kapiler. Jarak perpindahan oleh
analit tersebut ditentukan oleh afinitas relatifnya untuk fase diam vs fase gerak. (David G.
Waston, 2009)
c. Alat yang digunakan
Pisau , timbangan analitik , erlenmeyer , batang pengaduk , beaker gelas , labu ukur , pipet
volum , corong , pipa kapiler , mantel pemanas , alat kromatografi lapis tipis , chamber ,
pinset , gegep besi , karet penghisap (Bulf) , hot plate
d. Bahan yang digunakan
Aquadest , aluminium foil (kraf) , amoniak 2% , asam asetat 80% , benang wol , etanol
70% , etil asetat , terasi , kertas saring , Rhodamin B murni p.a
e. Cara Kerja
1. Sampel ditimbang sebanyak 1 gr pada timbangan analitik
2. Dimasukkan sampel kedalam Erlenmeyer, lalu ditambahkanamoniak 2% sebanyak 5ml
untuk melarutkan sampel, Erlenmeyer tadi ditutup menggunakan aluminium foil agar
tidak menguap.
3. Di biarkan dalam waktu ± 1 Jam. Kemudian sampel disaring menggunakan kertas
saring kemudian panaskan diatas mantel pemanas dengan suhu 65ºC
4. Filtrat yang didapatkan ditambahkan 10 ml air yang mengandung asam. Dimana larutan
asam dibuat dengan campuran 10 ml + 5 ml asam asetat 6%.
5. Dimasukkan benang wol dengan panjang 15 cm dimasukkan kedalam larutan asam
asetat kemudian dididihkan hingga mendidih. Pewarna akan mewarnai benang wol,
kemudian benang wol diangkat dan dicuci hingga bersih dengan aquadest sebanyak 3x.
6. Kemudian benang wol dimasukkan kedalam larutan yang berisi 10 ml amoniak 10%
yang dilarutkan dalam etanol 70% dan dididihkan kembali.
7. Kemudian benang wol dicuci dengan pelarut untuk melepaskan zat pewarna Rhodamin
B yang didapatkan dalam bentuk larutan.
8. Larutan diuapkan kembali pada mantel pemanas hingga larutan yang tersisa lebih
pekat.
9. Totolkan pada kertas kromatografi menggunakan pipa kapiler, juga totolkan larutan
standar (Rhodamin B) secukupnya sebagai pembanding.
10. Jarak rambatan elusi 8,5 cm dari batas penotolan sampel. Elusi dengan eluen (etanol
70%: etil asetat : aquadest = 6 : 1 : 3). Tentukan jarak rambatan elusi dan jarak
penotolan dari tepi bawah kertas.
11. Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati noda warna yang
timbul
12. Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing
bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh zat pelarut.

Data analisa berdasarkan hasil penelitian laboratorium yang kemudian dibandingkan


dengan teori yang terikat dengan peraturan perundangundangan. Hasil data penelitian
disajikan dalam presentasi positif (+) dan negative (-) dalam bentuk tabel disertai narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Nilai Rf Sampel Terasi Dan Standar

No Kode Sampel Nilai Rf Hasil

1 Standart 0,60 +

2 A (sampel 1) 0,60 +

3 B (sampel 2) 0,60 +

4 C (sampel 3) 0,60 +

5 D (sampel 4) 0,60 +

6 E (sampel 5) 0,60 +

Sumber : Data Primer

Rumus Standart

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑛𝑜𝑑𝑎)


Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Diketahui :

Jarak gerak zat terlarut = 5,6

Jarak gerak zat pelarut = 8,5

Ditanya : nilai Rf …?

Jawab :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑛𝑜𝑑𝑎)


Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

5,6
Rf = 8,5

=0,65  0,6
Pembahasan

Identifikasi pewarna makanan mempunyai banyak metode salah satunya adalah


Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dalam penelitian ini menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah sedikit (Depkes RI,
1979). Serta karena identifikasi dapat dilakukan berdasarkan nilai faktor retardasi (Rf) yang
spesifik untuk tiap zat yang telah dielusi dengan fase gerak yang sesuai. Apabila nilai Rf sampel
sama atau mendekati nilai Rf Rhodamin B dengan fase gerak yang sama maka sampel tersebut
dapat dinyatakan positif mengandung Rhodamin B (Pranita nurdiana dkk, 2016)

Pada penelitian ini semua sampel harus diekstraksi supaya bisa diidentifikasi, ekstraksinya
menggunakan benang wol bebas lemak. Sebelumnya benang wol harus dibebaskan dari lemak
dengan cara mencuci benang wol menggunakan kloroform agar zat warna yang tertarik murni zat
warna yang diinginkan dan tidak bercampur dengan lemak. Kemudian sampel dilarutkan dengan
ammonia 2% dalam alkohol 70% untuk menghilangkan amilum yang terdapat dalam sampel,
selanjutnya ditambahkan asam asetat 6% untuk menarik zat warna yang bersifat asam. Selanjutnya
benang wol dipanaskan menggunakan larutan amonia 2% agar warna pada benang wol tersebut
luntur semua dengan waktu yang lebih cepat dan larutan berwarna tersebut dipekatkan dan dapat
dijadikan sebagai sampel. Larutan uji dan baku pembanding Rhodamin B ditotolkan pada plat KLT
dengan ukuran 20x20 cm yang telah diberi tanda batas yaitu 2 cm dari bawah dengan tujuan agar
sampel tidak terlarut dalam eluen atau fase gerak, serta jarak antar noda 2 cm agar memperoleh
spot yang bagus.

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
dari kelima sampel yang diteliti semuanya mengandung zat pewarna Rhodamin B dengan nilai Rf
dari kelima sampel tersebut sama yaitu 0,60.

Meskipun telah diketahui bahwa Rhodamin B merupakan zat pewarna tekstil, kulit dan
industri non pangan lainnya serta dapat membahayakan kesehatan karena adanya residu logam
berat pada pewarna yang digunakan dan walaupun tidak dikonsumsi setiap hari tapi dapat
menyebabkan efek toksik karena pewarna sintetis yang dilarang bukan untuk konsumsi manusia.
Namun para produsen tetap menggunakannya sebagai pewarna kerupuk mungkin karena harganya
lebih terjangkau, menarik dan tahan lama dibandingkan dengan pewarna alami.
SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 5 sampel Terasi, dapat disimpulkan bahwa
sampel terasi yang tidak bermerek yang diambil dari Pasar Toddopuli Makassar semuanya
mengandung zat pewarna Rhodamin B.

DAFTAR PUSTAKA

Mutmainnah, Latifatul., Hasan Lampe., & Fitrah Sari. “Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B
Pada Terasi Yang Diperjualbelikan Di Pasar Toddopuli Kota Makassar” Jurnal Media Laboran ,
Volume 7, Nomor 2 (Akses Mei 2017)

https://uit.e-journal.id/MedLAb/article/view/516 (diakses pada 22 November 2017)

Halaman selanjutnya >>> Lampiran Jurnal


LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai