Anda di halaman 1dari 12

Paraf Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KEAMANAN
PANGAN

JUDUL PRAKTIKUM :
PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT

Tanggal Praktikum :
6 November 2017

Kelompok : 7 Shift 2
Nama :
Yayat Supriatna 24041115152

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2017-2018
MODUL 8

PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT

BAB I

1.1 Tanggal Percobaan : 6 November 2017

1.2 Tujuan Percobaan :

Mahasiswa dapat menentukan kadar asam benzoat secara kuantitatif dalam


bahan pangan

1.3 Prinsip Percobaan :


Asam benzoat di titrasi dengan reaksi netralisasi menggunakan NaoH.

1.4 Reaksi :
Reaksi asam benzoat dengan NaOH

COOH + NaOH COONa + H2O


(asam benzoat) (natrium benzoat)

Reaksi asam oksalat dengan NaOH


C2H2O4 . 2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O
1.5 Alat dan Bahan :

No Alat Bahan
1 Timbangan Analitik Alkohol 96%
2 Labu Ukur Indikator Phenolpthalein
3 Indikator Universal Naon 10%
4 Gelas Ukur 10 mL dan 100 mL NaCl Jenuh
5 Corong Pemisah Kloroform
6 Batang Pengaduk Sampel Pangan Uji
7 Evaporator
8 Erlenmeyer
9 Gelas Kimia 500 mL

BAB II

2.1 Landasan Teori

Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama soft


drink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di
Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian
juga di Indonesia, popularitas minuman yang notabene “made in America” ini terus
meningkat. Di setiap restoran, depot, warung bahkan pedagang kaki lima selalu
menyediakan minuman berkarbonasi ini. Banyak merek telah kita kenal salah
satunya karena promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta,
Sprite, Pepsi, 7-up dan sebagainya.
Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan
minuman tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak
beralkohol disebut soft drink. Dengan demikian soft drink dapat diperjual belikan
dengan bebas. Jika di wilayah utara Amerika Serikat yang beriklim subtropis dan
dingin minuman beralkohol menjadi minuman favorit, maka Amerika Serikat
bagian selatan yang tropis dan panas soft drink yang populer.
Penggunaan pengawet Benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan
bakteri. Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS, benzoat
termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini
digolongkan dalam Generally Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti
menunjukkan pengawet ini mempunyai toksisitas yang sangat rendah terhadap
hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme
detoksifikasi benzoat yang efisien.
Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa tumbuhan.
Dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk mengawetkan
makanan. Penambahan ini menghasilkan dalam penurunan kapasitas buffer diet,
dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin. Batas atas benzoat yang
diijinkan dalam makanan 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara
lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar
antara 0,015-0,5%. Sedang di Indonesia, berdasarkan Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/ Menkes/Per/X/1999 batas maksimal
penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat adalah 0,1% atau 1 gram asam
benzoat setiap 1 kg bahan makanan.
Sodium benzoat diproduksi dengan menetralisasi dari asam benzoat dengan
sodium hidrosida. Dunia mulai memproduksi sodium benzoat tahun 1997 yang
diperkirakan sekitar 55000-60000 ton. Produsen sodium benzoat terbesar adalah
Netherlands, Estonia, Amerika Serikat, dan Cina. Walaupun tidak disosialisasikan
asam benzoat agen yang efektif untuk antimikrobia untuk tujuan pengawetan,
sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah
larut dibandingkan asam benzoat. Asam benzoat dan sodium benzoat atau yang
dikenal dengan Natrium benzoat (C6H5COONa) secara luas dapat diterapkan
sebagai bahan pengawet dalam sejumlah produk yang dikonsumsi oleh manusia.
Penggunaan asam benzoat pada produk pangan antara lain pada minuman
buah-buahan segar, squash buah-buahan, sirup, minuman bersoda/soft drink, bir,
cita rasa buah-buahan imitasi, kecap, acar timun botol, margarin, selai dan saus.
Sedangkan Kalium benzoat dan sodium benzoat biasa digunakan pada margarin,
selai nanas, apriket yang dikeringkan, jelli, sirup, saus tomat, anggur, dan minuman
beralkohol lainnya. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan
tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) dan mengobati cara hidup
dalam perlakuan dari pasien dengan peredaran urea enzymopathies.
Efektifitas (daya guna) asam benzoat berkurang jika makanan mengandung
lemak. Efektifitas benzoat bertambah jika bahan banyak mengandung garam dapur
(NaCl) dan gula pasir. Penambahan senyawa belerang (SO2) atau senyawa sulfit
(SO3-2 ) dan gas karbon (CO2) dapat meningkatkan efektifitas senyawa benzoat
dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Senyawa benzoat dapat digunakan pada
makanan dan minuman pada konsentrasi 400 sampai 1000 mg per kg bahan. Untuk
keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan
adalah 8 gram.
Asam benzoat termasuk salah satu jenis zat pengawet organik. Zat pengawet
organik lebih banyak dipakai daripada yang organik karena bahan ini lebih mudah
dibuat dan dipakai dalam bentuk asam maupun garamnya seperti asam sorbat, asam
propionat, asam benzoat dan asam asetat. Selain berfungsi sebagai bahan pengawet,
asam benzoat juga berperan sebagai antioksidan karena pada umumnya antioksidan
mengandung struktur inti yang sama, yaitu mengandung cincin benzen tidak jenuh
disertai dengan gugus hidroksil atau gugus amina. Antioksidan dapat menghambat
setiap tahap proses oksidasi, dengan penambahan antioksidan maka energi
persenyawaan aktif ditampung oleh antioksidan sehingga reaksi oksidasi berhenti.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan
bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan gangguan keracunan atau gangguan
kesehatan lainnya maupun mikroba non-patogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan pangan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya
adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan
pangan yang dikonsumsi.
Apabila pemakaian jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka
menimbulkan kerugian bagi si pemakai, misalnya, keracunan atau terakumulasinya
pengawet dalam organ tubuh. Efek asam benzoat dan garamnya (Ca, K, dan Na
benzoat) terhadap kesehatan. Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama
dikatalisis oleh enzim syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh enzim
acytransferase. Asam hipurat yang dibentuk dan diproses dari dalam hati,
kemudian diekskresikan melalui urin. Jadi, dalam tubuh tidak terjadi penumpukan
asam benzoat, sisa asam benzoat yang tidak diekskresi sebagai asam hipurat
dihilangkan toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi
melalui urin. Pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat
sensitif terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan
mengiritasi lambung.
Dilaporkan bahwa pengeluaran senyawa ini antara 66-95% jika benzoat
dikonsumsi dalam jumlah besar. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak memiliki
efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut dan
juga tidak mempunyai efek karsinogenik. Pengawet dari senyawa benzoate biasa
digunakan dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH) atau garamnya (sodium
benzoat dan kalsium benzoat). Asam benzoat larut dalam air (21,0 gram per liter).
Dalam bentuk garam sodium benzoat kelarutannya adalah 660 gram per liter dan
dalam bentuk kalsium benzoat adalah 40 gram per liter. Di pasaran, biasanya
senyawa benzoat tersedia dalam bentuk sodium benzoat dan kalsium benzoat. Yang
paling banyak adalah sodium benzoat. Senyawa benzoat dapat menghambat
pertumbuhan kapang dan khamir, bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora
dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan
makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol,
yaitu seperti aroma obat cair.
Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, pikel, saus
sari buah dan sirup.
Ciri makanan yang mengandung Natrium Benzoat :
 ada zat pewarna
 sedikit berbau
 berasa payau
 pada pemanasan yang tinggi akan meleleh, lalu terbakar
 menghasilkan zat asam
BAB III

3.1 Cara Kerja

1. Disiapkan sampel yang akan dilakukan pengujian penetapan kadar asam


benzoatnya. Kemudian memasukkan sampel uji kedalam gelas kimia 500
mL sebanyak 150 mL.
2. Ditimbang NaCl padat halus sebesar 15 gram. Setelah dilakukan
penimbangan NaCl padat halus dimasukkan kedalam gelas kimia berisi
sampel uji.
3. Dilakukan pengecekan pH dari sampel pangan uji dengan memasukkan
indicator universal kedalam sampel uji. Kemudian melakukan pembasaan
dengan menambahkan NaOH 10%. sebanyak 10 mL.
4. Diencerkan sampai tanda batas atau di ad sampai 200 mL. Melakukan
pengocokan sampai terlarut sempurna.
5. Dilakukan pengekstrakan bagian lemak dengan menggunakan pelarut
kloroform yang dimasukkan dan dipipet kedalam corong pemisahan
dilanjutkan pemasukkan sampel kedalam corong pemisahan sehingga akan
terbentuk 2 fase cair yaitu dari sampel dan dari kloroform yang tidak saling
bercampur.
6. Dilakukan pengocokan sebanyak 3 kali, jika terbentuk emulsi dilakukan
pengocokan bagian kloroformnya dengan menggunakan batang pengaduk.
7. Dipisahkan hasil ekstraksi bagian kloroform kedalam labu dasar bulat
sampai semua kloroform yang berisi hasil ekstraksi bagian kloroform
terpisahkan dengan sampel uji
8. Dilakukan penguapan hasil ekstraksi bagian kloroform dengan temperature
rendah atau dievaporasi dengan evaporator. Penguapan dilakukan sampel
pelarut tinggal sedikit bahkan dibiarkan hingga kering.
9. Dilakukan penguapan hasil ekstraksi bagian kloroform dengan temperature
rendah atau dievaporasi dengan evaporator. Penguapan dilakukan sampel
pelarut tinggal sedikit bahkan dibiarkan hingga kering.
10. Ditambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 3 tetes dan mentitrasi
dengan NaOH 0,05 N. Kemudian dilakukan penetapan kadar asam benzoate
yang didapatkan dari sampel dengan ketetapan Na-Benzoat dalam 1 mL
NaOH yaitu :
1 mL NaOH 0,05 N = 0,0072 gram Na-Benzoat

Hasil

Ditambahkan indicator pp sebanyak 3 tetes. Dilakukan titrasi dengan dengan NaOH


0,05 N sampai terbentuk warna merah muda. Didapatkan volume titrasi yang
didapatkan sebesar 5 mL. Kemudian dilakukan perhitungan kadar asam benzoate
berupa bentuk garamnya yaitu Na-Benzoat dalam sampel dengan ketetapan Na-
Benzoat dalam 1 mL NaOH. Didapatkan kadarnya sebesar 0,136 gram/ 150 mL.

BAB IV

4.1 Hasil Pengamatan

 Volume titrasi sampel hasil dilakukan evaporator = 5 mL


 1 mL NaOH 0,05 N = 0,0072 gram Na-Benzoat
 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑎 − 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑥 𝑥 0,0072 𝑔𝑟𝑎𝑚
1 𝑚𝐿 0,05 𝑁

 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑎 − 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 =
5 𝑚𝐿 0,05 𝑁
𝑥 𝑥 0,0072 𝑔𝑟𝑎𝑚
1 𝑚𝐿 0,05 𝑁

 Kadar Na-Benzoat = 5 mL x 1 x 0,0072 gram = 0,036 gram/ 150 mL

Jadi Kadar Natrium Benzoat yang terdapat pada sampel uji yaitu produk
minuman “Vit Levite” sebesar 0,036 gram/ 150 mL
4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang berkaitan dalam menganalisa dan penentuan
atau penetapan kadar asam benzoate dimana yang ditetapkan berupa garamnya
yaitu Natrium Benzoat secara kuantitatif dalam bahan pangan berupa sampel cair
yaitu produk minuman “ Vit levite”. Penggunaan pengawet Benzoat dimaksudkan
untuk mencegah kapang dan bakteri. Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet
yang aman. Efektifitas (daya guna) asam benzoat berkurang jika makanan
mengandung lemak. Efektifitas benzoat bertambah jika bahan banyak mengandung
garam dapur (NaCl) dan gula pasir. Penambahan senyawa belerang (SO2) atau
senyawa sulfit (SO3-2 ) dan gas karbon (CO2) dapat meningkatkan efektifitas
senyawa benzoat dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Selain berfungsi
sebagai bahan pengawet, asam benzoat juga berperan sebagai antioksidan karena
pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama, yaitu
mengandung cincin benzen tidak jenuh disertai dengan gugus hidroksil atau gugus
amina.

Dimana pada praktikum kali ini menyiapkan terlebih dahulu sampel yang
akan dilakukan pengujian penetapan kadar asam benzoatnya. Dimana yang
digunakan sebagai sampel adalah minuman bercarbonasi dengan nama produk “Vit
levite”. Kemudian memasukkan sampel uji kedalam gelas kimia 500 mL sebanyak
150 mL. Setelah itu, menimbang NaCl padat halus sebesar 15 gram. Setelah
dilakukan penimbangan NaCl padat halus, NaCl hasil penimbangan kemudian
dimasukkan kedalam gelas kimia berisi sampel uji. Tujuan penambahan NaCl ini
untuk meningkatkan efektifitas senyawa benzoat dalam sampel dalam menghambat
pertumbuhan mikroba pada sampel uji. Kemudian melakukan pengecekan pH dari
sampel pangan uji dengan memasukkan indicator universal kedalam sampel
uji.Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH dari sampel yang
digunakan.

Apabila sampelnya tersebut asam maka harus dibasakan dengan


menggunakan penambahan hidroksida atau senyawa basa sehingga dilakukan
penambahan NaOH 10 % untuk membasakan sampel dan juga NaOH disini
ditambahkan dengan tujuan untuk memisahkan asam benzoat dari basis dalam
sampel pangan. Kemudian, mengencerkan sampai tanda batas atau di ad sampai
200 mL agar natrium karbonat yang dideteksi dan ditetapkan kadarnya cukup
mewakili. Apabila tidak dilakukan pengeceran maka kandungan Asam Benzoat
dalam sampel masih dalam skala yang tinggi sehingga membutuhkan pentiter yang
banyak untuk penetapan kadar asam benzoate (natrium benzoate) dengan metode
titrasi yang digunakan pada praktikun kali ini. Melakukan pengocokan sampai
terlarut sempurna bertujuan untuk melarutkan sampel uji dengan NaCl dan NaOH
dengan harapan agar reaksi yang terjadi dari penambahan NaCl dan NaOH
berlangsung optimal sehingga tidak mengganggu pengamatan yang dilakukan..
Kedua fase yang mengandung zat terdispersi yang harus dilakukan pengocokan
Kemudian melakukan pengekstrakan bagian lemak dengan menggunakan pelarut
kloroform yang dimasukkan dan dipipet kedalam corong pemisahan dilanjutkan
pemasukkan sampel kedalam corong pemisahan sehingga akan terbentuk 2 fase cair
yaitu dari sampel dan dari kloroform yang tidak saling bercampur. Terbentuknya
dua lapisan fasa zat cair tersebut dikerenakan senyawa-senyawa yang bersifat polar
akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik yaitu kloroform. Penggunaan
kloroform disini dikerenakan kloroform memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam mengekstraksi lemak yang ada didalam sampel dan mampu melarutkan dan
menarik asam benzoate sebanyak 8 bagian dari sampel uji. Posisi dari kloroform
terdapat pada bagian bawah dari sampel uji. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kloroform ini memiliki bobot jenis yang lebih besar dari pada sampel. Meskipun
sampel dimasukkan terlebih dahulu, tetap saja kloroform akan berada pada bagian
bawah dari sampel uji. Kemudian melakukan pengocokan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil ekstraksi bagian kloroform yang digunakan untuk penetapan
kadar asam benzoate dalam sampel .

Jika terbentuk emulsi dilakukan pengocokan bagian kloroformnya dengan


menggunakan batang pengaduk. Memisahkan hasil ekstraksi bagian kloroform
kedalam labu dasar bulat sampai semua kloroform yang berisi hasil ekstraksi bagian
kloroform terpisahkan dengan sampel uji. Setelah itu, dilakukan penguapan hasil
ekstraksi bagian kloroform dengan temperature rendah atau dievaporasi dengan
evaporator. Penguapan dilakukan sampel pelarut tinggal sedikit bahkan dibiarkan
hingga kering. Penguapan ini agar pelarut kloroform dihilangkan dan dan akan
menghasilkan Kristal asam benzoat. Setelah dilakukan penguapan, dilakukan
pelarutan residu asam benzoate yang terkandung pada sampel dengan
menggunakan alcohol sebanyak 10 mL. Kemudian menambahkan indicator
phenolphthalein sebanyak 3 tetes Penambahan indicator phenolphthalein ini
bertujuan untuk mengetahui apakah larutan yang diuji bersifat asam ataupun basa
dan titik akhir titrasi, karena indikator adalah suatu senyawa organik kompleks
dalam bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam
bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu
kebentuk yang lain pada konsentrasi H+ tertentu dan pada pH tertentu. Setelah itu
sampel dititrasi dengan NaOH 0.05 N menggunakan indikator phenoftalein. Pada
proses titrasi terjadi reaksi antara asam benzoate dengan NaOH. Reaksi yang terjadi
yaitu proses netralisasi kembali lagi membentuk natrium benzoate. Setelah
didapatkan hasil titrasinya kemudian dilakukan perhitungan kadarnya dengan
ketetapan Na-Benzoat dalam 1 mL NaOH yaitu :

1 mL NaOH 0,05 N = 0,0072 gram Na-Benzoat

Setelah dilakukan perhitungan kadarnya, didapatkanlah kadar asam benzoate


berupa natrium benzoate dalam sampel uji berupa produk “Vit Levite” sebanyak
0,036 gram/150 mL.

4.3 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang didapatkan pada saat praktikum dan merujuk
pada tujuan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa sampel uji berbentuk cair
berupa minuman dengan produk “Vit Levite” didapatkan kadar asam benzoatnya
berupa garamnya yaitu Na-Benzoat sebesar 0,036 gram/ 150 mL.
DAFTAR PUSTAKA

 Day, R.A., Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga
 Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
 Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
 Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai