Anda di halaman 1dari 8

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian

Pengaruh Konseling Indonesia


dan..........(Sri Wahyuni, dkk)
Vol.5 No.1-Feb. 2015:33-40
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Pengaruh Konseling dan Leaflet terhadap Efikasi Diri,


Kepatuhan Minum Obat, dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi
di Dua Puskesmas Kota Depok

The Effect of Counselling and Leaflet on Self-Efficacy, Adherence, and Blood Pressure of
Hypertensive Patient at Two Community Health Center in Depok City

Sri Wahyuni Dewanti 1*, Retnosari Andrajati1, Sudibyo Supardi2


1
Pascasarjana Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Indonesia
2
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, Indonesia
*E-mail: sriwahyunidewanti05@gmail.com

Diterima: 8 Desember 2014 Direvisi: 12 Januari 2015 Disetujui: 30 Januari 2015

Abstrak
Efikasi diri dan kepatuhan minum obat adalah masalah yang banyak ditemukan dalam penggunaan
antihipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh konseling dan pemberian leaflet terhadap
efikasi diri, kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di 2 Puskesmas Kota Depok.
Rancangan penelitian menggunakan kuasi eksperimen yang dilakukan terhadap 37 pasien kelompok konseling
dan 36 pasien kelompok leaflet pada bulan Maret sampai Juni 2013. Alat pengumpul data untuk efikasi diri
menggunakan skala MUSE, kepatuhan menggunakan skala MMAS-8 dan tekanan darah menggunakan
tensimeter. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien hipertensi di puskesmas Kota Depok persentase terbesar menderita hipertensi
ringan (<160/100 mmHg), telah menderita selama 1-5 tahun, menerima obat tunggal, yaitu kaptopril, dan tidak
merasakan efek samping. Konseling dan pemberian leaflet dapat meningkatkan efikasi diri dan kepatuhan
minum obat, serta menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan. Pemberian leaflet kepada pasien dapat
meningkatkan efikasi diri dan kepatuhan minum obat, serta menurunkan tekanan sistolik dan diastolik secara
signifikan. Konseling dan pemberian leaflet sama efektifnya terhadap peningkatan efikasi diri dan kepatuhan
minum obat, serta penurunan tekanan darah pasien hipertensi di puskesmas Kota Depok.
Kata kunci: Kepatuhan; Konseling; Hipertensi; Leaflet; Efikasi diri

Abstract
Self-efficacy and low adherence was significant problem on using antihypertension drugs. The study purpose
was to evaluate the effectiveness of counseling and provision of leaflets againts self-efficacy and adherence as
well as the blood pressure of hypertensive patients at two community health centers in Depok City. The study
desain is a quasi-experimental with 37 patients in counseling group and 36 patients in the leaflets group during
March to June 2013. The instrument determine self-efficacy is MUSE scale, MMAS-8 scale for adherence and
the tensimeter for blood pressure. Data were analyzed uses the Wilcoxon and Kolmogorov-Smirnov test. The
results showed that the largest percentage of hypertension patients in community health centers have mild
hypertension, has been suffering from hypertension between 1-5 years, received a single drug, mostly captopril,
and did not feel any side effects. The counseling and provision of leaflets can increase self-efficacy and
medication adherence, and lower systolic blood pressure significantly. Provision of leaflets to patients can
increase self-efficacy and adherence, and lowering the systolic and diastolic pressure significantly. There is no
significant difference between the effects of counseling and the provision of leaflets to increase self-efficacy and
adherence, as well as a decrease in blood pressure in hypertensive patients in community health centers in
Depok City.
Keywords : Adherence; Counseling; Hypertension; Leaflet; Self efficacy

33
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(1):33-40

PENDAHULUAN kalsium (CCBs), penghambat reseptor ,


reseptor 2 sentral, reserpin dan vaso-
Hipertensi adalah peningkatan tekanan dilator arteri.3
darah sistolik lebih dari 140 mm Hg dan Efikasi diri adalah kemampuan
atau tekanan diastolik lebih dari 90 mm seseorang melaksanakan perilaku yang
Hg. Hipertensi adalah penyakit kardio diperlukan untuk memperoleh hasil terten-
vaskuler yang paling banyak di dunia. Satu tu, diidentifikasi sebagai prediktor penting
dari delapan seluruh kematian disebabkan dari sejumlah perilaku kesehatan, termasuk
oleh hipertensi dan menjadi urutan ke 3 dalam kepatuhan minum obat. Efikasi diri
penyebab mortalitas di dunia.1 Etiologi merupakan keyakinan individu pasien
hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu dalam berperilaku sedemikian rupa
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. sehingga pasien akan mencapai tujuan
Hipertensi primer tanpa disertai kompli- yang diinginkan.5 Efikasi diri telah diguna-
kasi dan biasanya tidak menunjukkan kan untuk memprediksi berbagai perilaku
gejala, sedangkan hipertensi sekunder kesehatan termasuk kepatuhan pada pasien
dapat disertai keluhan sakit kepala, mual, dengan penyakit kronis. Instrumen untuk
sampai pingsan. Diagnosis hipertensi tidak menilai efikasi diri telah dikembangkan
dapat ditegakkan berdasarkan pada satu dan digunakan dalam berbagai kondisi
pengukuran tekanan darah, tetapi harus kronis seperti PPOK, asma, osteoporosis,
berdasarkan rata-rata dari dua pengukuran dan arthritis, penyakit kardiovaskuler.6
atau lebih yang diambil selama dua Kepatuhan pasien dalam minum obat
kunjungan klinis atau lebih.1 Faktor-faktor atau medication adherence didefinisikan
yang berhubungan dengan peningkatan sebagai tingkat ketaatan pasien untuk
tekanan darah antara lain adalah obesitas, mengikuti anjuran pengobatan yang diberi-
resistensi insulin, konsumsi alkohol, kan. Kepatuhan minum obat sangat
konsumsi garam dan stres.2 penting terutama bagi pasien penyakit
Risiko peningkatan tekanan darah kronis. Kepatuhan minum obat dapat
pada usia 55 tahun atau lebih mencapai dipengaruhi oleh faktor demografi, faktor
90%. Sampai dengan umur 55 tahun, pria pasien, faktor terapi dan hubungan pasien
yang mempunyai tekanan darah tinggi dengan tenaga kesehatan. Salah satu
lebih banyak jika dibandingkan wanita. indikator dari kepatuhan pasien minum
Tekanan darah wanita sedikit lebih tinggi obat antihipertensi adalah pengendalian
dibandingkan pria pada usia 55-74 tahun. tekanan darah.7
Perbedaan jenis kelamin ini menjadi lebih Menurut Standar Pelayaan Kefarma-
besar pada usia lanjut (75 tahun). Kejadian sian di Puskesmas, pekerjaan apoteker di
darah tinggi pada usia 60 tahun sebesar puskesmas antara lain adalah konseling
65,4%.3 dan pemberian informasi obat (PIO)
Tatalaksana hipertensi dilakukan me- kepada pasien yang membutuhkan.10
lalui terapi non farmakologi dan farma- Terbukti melalui konseling, apoteker dapat
kologi. Terapi non farmakologi dilakukan mengidentifikasi dan mengatasi masalah
dengan modifikasi gaya hidup, yaitu terkait obat, memberdayakan pasien untuk
menurunkan berat badan, latihan fisik menerapkan manajemen perilaku diri yang
secara teratur, mengurangi asupan garam, positif, peningkatan kepuasan pasien dan
berhenti minum alkohol, berhenti merokok dapat mengoptimalkan kualitas perawatan
diet kolesterol atau lemak jenuh.4 Terapi pasien. Konseling yang efektif akan
farmakologi menggunakan obat hipertensi, membuat pasien mengerti tentang penyakit
yaitu kelompok anti hipertensi diuretik, dan pengobatan yang sedang dijalani dan
Angiotensin Conver- ting Enzyme Inhibitor meningkatkan kepatuhan minum obat.11
(ACEI), -blocker, angiotensin II receptor Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien
blocker (AIIRA), pemblok saluran/kanal penyakit kronis dengan terapi jangka

34
Pengaruh Konseling dan..........(Sri Wahyuni, dkk)

panjang yang mematuhi instruksi pasien yang menolak ikut penelitian.


pengobatan diperkirakan hanya 30-50%.8 Jumlah sampel dihitung dengan rumus.15
Kesalahan yang sering terjadi adalah jika n1 = n2 = {z1-[2P(1-P)]+z1-[P1(1-
keluhan hilang, pasien merasa sudah P1)+P2{1-P2)]}2/(P1-P2)2
sembuh, kemudian tidak patuh minum
obat.9 Menggunakan nilai p1 = proporsi kepatuhan
Masalah penelitian adalah keterba- penelitian sebelumnya yaitu 45% didapat
tasan jumlah tenaga kefarmasian dan sampel minimal 23 pasien untuk setiap-
beban kerja yang tinggi dalam pelayanan kelompok. Dalam upaya antisipasi drop
resep pasien di puskesmas, sehingga out, maka jumlah responden diambil
seringkali kegiatan konseling tidak dapat secara accidental sampling sebesar 37
dilakukan.12 Alternatif pengganti konse- pasien hipertensi pada kelompok konseling
ling diperlukan untuk memudahkan pasien dan 36 pasien hipertensi pada kelompok
mendapatkan informasi yang dibutuhkan kontrol.
terkait pengobatan yang sedang dijalani. Variabel bebas adalah intervensi
Salah satu alternatif adalah penggunaan apoteker dan variabel terikat adalah efikasi
leaflet agar dapat dibaca pasien dimanapun diri yang diukur dengan kuesioner MUSE
9
dan kapanpun. Informasi dalam leaflet , kepatuhan pasien yang diukur dengan
diharapkan dapat membantu pasien kuesioner MMAS-8, serta tekanan darah
hipertensi agar patuh terhadap pengobatan sistolik dan diastolik diukur dengan
yang diberikan dalam mengontrol tekanan tensimeter. Sebagai variabel konfonding
darahnya.13 Tujuan penelitian adalah adalah umur, pendidikan, pekerjaan,
mendeskripsikan karakteristik pasien hiper keparahan sakit dan penggunaan terapi
tensi, menilai peningkatan efikasi diri dan herbal.16, 17 Skala efikasi diri menunjukkan
kepatuhan minum obat, serta penurunan semakin tinggi skor pasien maka semakin
tekanan darah pasien hipertensi pada tinggi pemahaman dalam penggunaan
kelompok konseling dan kelompok leaflet, obat7. MMAS-8 memiliki sensitivitas 93%
serta menilai pengaruh konseling dan mengindikasikan bahwa skala tersebut
pemberian leaflet terhadap peningkatan cukup baik digunakan untuk menilai
efikasi diri dan kepatuhan minum obat, kepatuhan pasien minum obat. Skala 0
serta penurunan tekanan darah pasien menunjukkan patuh, skala 1 dan 2
hipertensi di puskesmas Kota Depok. menunjukkan kepatuhan sedang dan skala
> 2 menunjukkan tidak patuh. Spesifisitas
METODE MMAS-8 adalah 53%, artinya skala
tersebut memiliki kemampuan tingkat
Penelitian menggunakan rancangan menengah dalam mengidentifikasi pasien
eksperimen semu, dengan intervensi apote- yang memiliki masalah terhadap
16
ker berupa pemberian konseling pada satu kepatuhan.
kelompok pasien hipertensi dan pemberian Pengumpulan data dilakukan dengan
leaflet pada kelompok pasien hipertensi menunggu kunjungan pasien hipertensi di
lain di 2 puskesmas.14 puskesmas, kemudian dilakukan pre-test
Kriteria inklusi sampel adalah pasien dan post-test pada bulan berikutnya.
hipertensi dewasa (umur 18 tahun atau Waktu pengumpulan data pada bulan
lebih) yang berobat ke puskesmas X dan Maret sampai Juni 2013. Analisis data
puskesmas Y di Kota Depok dan sudah digunakan uji non parametrik Wilcoxon
menggunakan obat antihipertensi minimal untuk data dependent sample dan uji
sebulan. Sedangkan kriteria eksklusi Kolmogorov Smirnov untuk independent
adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui dan sample.

35
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(1):33-40

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi klinis pasien hipertensi pada


kelompok konseling dan leaflet (tabel 2)
Deskripsi demografi pasien hipertensi menunjukkan bahwa pasien hipertensi
pada kelompok konseling dan leaflet persentase terbesar mempunyai efikasi diri
ditunjukkan pada Tabel 1 dengan rendah, kepatuhan minum obat rendah,
gambaran pasien hipertensi di puskesmas tekanan sistolik dan diastolik di atas batas
persentase terbesar berumur lansia (>60 normal (lebih dari 140/90 mm Hg). Pasien
tahun), jenis kelamin perempuan, telah menderita penyakit hipertensi antara
pendidikan dasar (tamat SD atau SLTP), 1-5 tahun, termasuk hipertensi ringan,
tidak bekerja, mengalami hipertensi menggunakan obat tunggal, golongan
ringan, dan tidak menggunakan terapi ACEI (kaptopril), dan tidak merasakan
herbal. Variabel konfonding terhadap efek sampingnya.
pengaruh intervensi konseling atau leaflet Sebagian besar responden pada
terhadap kepatuhan, yang mencakup umur, kelompok konseling maupun leaflet masuk
pendidikan, pekerjaan, keparahan sakit dan dalam kategori tidak patuh. Peningkatan
terapi herbal, hanya umur yang berbeda kepatuhan pasien dalam menggunakan
bermakna antara kelompok konseling dan obat hipertensi dapat menurunkan lama
leaflet (p < 0,05). perawatan di rumah sakit dan menurunkan
Penelitian sebelumnya menunjukkan biaya pengobatan. Rendahnya kepatuhan
bahwa ada hubungan antara usia dan ini menjadi masalah yang signifikan untuk
tingkat kepatuhan pasien minum obat penggunaan obat kronis. Pasien dikatakan
antihipertensi, tetapi tidak ada hubungan patuh apabila memiliki tingkat kepatuhan
antara jenis kelamin, pendidikan, peker- lebih dari 80%.19
jaan, sosial ekonomi dan tingkat kepatuhan
pasien minum obat anti antihipertensi.18

Tabel 1. Deskripsi demografi pasien hipertensi berdasarkan kelompok konseling dan


leaflet di dua puskesmas Kota Depok tahun 2013
p
Variabel Demografi Konseling Leaflet
Chi-square
Umur
belum lansia 25 (67,5%) 6 (16,7%) 0,000
lansia 12 (32,5%) 30 (83,3%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 (35,1%) 6 (16,7%) 0,445
Perempuan 24 (64,9%) 30 (83,3%)
Pendidikan
dasar (tamat SD/SLTP) 26 (70,2%) 21 (58,3%) 0,439
lanjutan (tamat SLTA) 11 (29,8%) 15 (41,7%)
Pekerjaan
bekerja 10 (27,0%) 4 (11,1%)
tidak bekerja 27 (73,0%) 32 (88,9%) 0,076
Keparahan sakit
hipertensi ringan 20 (54,0%) 19 (52,7%) 0,550
hipertensi berat 17 (46,0%) 17 (47,3%)
Terapi herbal
ya 11 (29,7%) 9 (25,0%) 0,425
tidak 26 (70,3%) 27 (75,0%)

Jumlah 37 (100,0%) 36 (100,0%)

36
Pengaruh Konseling dan..........(Sri Wahyuni, dkk)

Tabel 2. Deskripsi klinis pasien hipertensi berdasarkan kelompok konseling dan leaflet
di dua puskesmas Kota Depok tahun 2013.

Variabel Klinis Konseling Leaflet


Rerata efikasi diri 19,24 21,5
Rerata kepatuhan 4,3 3,5
Rerata tekanan sistolik 153,89 152,75
Reata tekanan diastolic 89,08 91,42
Keparahan hipertensi
ringan (<160/100 mmHg) 20 (54,1%) 19 (52,8%)
berat (>160/100 mmHg) 17 (45,9%) 17 (47,2%)
Durasi Hipertensi
belum setahun 6 (16,2%) 6 (16,7%)
1 5 tahun 21 (56,8%) 19 (52,8%)
lebih 5 tahun 10 (27,0%) 11 (30,5%)
Obat hipertensi *)
kaptopril 26 (53,1%) 25 (51,0%)
hidroklortiazid 11 (22,4%) 12 (24,5%)
amlodipin 7 (14,3%) 8 (16,3%)
nifedipin 5 (10,2%) 4 (8,2%)
Jumlah obat hipertensi
tunggal 24 (64,9%) 27 (75,0%)
kombinasi 13 (35,1%) 9 (25,0%)
Efek samping obat
merasakan 11 (29,7%) 8 (22,2%)
tidak merasakan 26 (70,3%) 28 (77,8%)

Jumlah 37 (100,0%) 36 (100,0%)

Terapi untuk pasien hipertensi esensial Efek samping yang paling sering
adalah tunggal yaitu golongan diuretik dialami pasien adalah terjadinya batuk
yang merupakan terapi pilihan pertama. akibat penggunaan kaptopril (penghambat
Namun, dari hasil yang diperoleh tidak ada ACE). Berdasarkan literatur, kejadian
responden yang menggunakan antidiuretik batuk akibat penggunaan kaptopril
tunggal melainkan dikombinasi dengan dilaporkan sebesar 10-20%. Efek samping
golongan ACEI (kaptopril) dan atau batuk kering yang mengganggu, biasanya
golongan CCB (amlodipin atau nifedipin). berkembang antara 1 minggu sampai 6
Tujuan dari penggunaan obat hipertensi bulan setelah awal terapi, dan akan hilang
adalah untuk mengontrol tekanan darah setelah 4 hari obat dihentikan.21 Efek
dan mencegah komplikasi.20 samping lainnya dari penggunaan
Beberapa obat hipertensi yang tersedia antihipertensi tidak dapat didefinisikan
di puskesmas X dan Y Kota Depok yaitu dengan jelas oleh pasien karena gejala
hidroklorotiazid (HCT), kaptopril, nifedi- yang muncul seringkali merupakan gejala
pin, amlodipin, reserpin dan propranolol. yang sama ketika tekanan darah seseorang
Obat hipertensi yang menjadi pilihan meningkat, misalnya sakit kepala.21, 22
dokter yang masuk regimen terapi pasien Perbedaan efikasi diri, kepatuhan
adalah HCT, kaptopril, nifedipin dan minum obat, tekanan sistolik dan diastolik
amlodipin. Pasien yang menggunakan pasien hipertensi antara sebelum dan
nifedipin harus menebus obat tersebut di sesudah intervensi pada kelompok
apotek karena tidak ada persediaan di konseling dan leaflet ditunjukkan pada
puskesmas. tabel 3.

37
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(1):33-40

Tabel 3. Hasil uji Wilcoxon peningkatan efikasi diri dan kepatuhan minum obat, serta
penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pasien hipertensi
di dua puskesmas Kota Depok tahun 2013.
Konseling Leaflet
Variabel Rerata Rerata P Rerata Rerata P
sebelum sesudah Wilcoxon sebelum sesudah Wilcoxon
Efikasi diri 19,24 25,49 0,000 21,67 25,69 0,000
MMAS-8 4,29 0,46 0,000 3,56 0,69 0,000
Sistolik 153,89 145,86 0,010 149,14 139,47 0,001
Diastolik 89,08 85,57 0,057 91,42 86,64 0,019

Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien sosial dan masalah keuangan. Ada


hipertensi pada kelompok konseling hubungan antara kepatuhan pasien dan
mengalami peningkatkan efikasi diri kontrol tekanan darahnya. Intervensi yang
(p=0,000), kepatuhan minum obat dilakukan oleh apoteker dapat berpengaruh
(p=0,000), dan penurunan tekanan darah terhadap tekanan darah sistolik maupun
sistolik (p=0,010) secara bermakna. diastolik pasien hipertensi. 22, 23
Demikian pula pasien hipertensi pada Intervensi yang dilakukan oleh
kelompok leaflet mengalami peningkatkan apoteker berupa pemberian leaflet, dapat
efikasi diri (p=0,000) dan kepatuhan menurunkan tekanan darah pasien karena
minum obat (p=0,000), serta penurunan meningkatnya kesadaran pasien terkait
tekanan darah sistolik (p=0,010) dan dengan penyakit hipertensi, risiko yang
diastolik (p=0,019) secara bermakna. dapat timbul bila tekanan darah tidak
Konseling adalah salah satu cara yang terkontol, gaya hidup dan semua hal yang
dapat digunakan untuk meningkatkan harus diperhatikan khusus pasien hiper-
pengetahuan pasien terkait penyakit dan tensi, semua itu terdapat dalam leaflet
obat yang diminum. Adanya konseling yang dapat dibaca dimanapun dan
memudahkan apoteker mengidentifikasi kapanpun.23
masalah dan menyelesaikan masalah Konseling farmasi memberikan
terkait obat sehingga pasien dapat patuh perbedaan yang signifikan antara tingkat
menjalankan terapi pengobatannya dengan kepatuhan pasien sebelum dan setelah
aman dan benar. Pasien menyatakan mendapatkan konseling baik pada
bahwa konseling berguna sebesar 77% dan penderita hipertensi, hipertensi dengan
pasien yang menyatakan sangat berguna DM maupun hipertensi dengan penyakit
sebesar 22%.21 lain (p=0,015; 0,025; 0,009).24 Hasil uji
Leaflet dapat membantu pasien dalam Chi Square menun- jukkan sosiodemografi
meningkatkan efikasi diri dan self manage- tidak memiliki pengaruh yang nyata
ment. Leaflet secara signifikan meningkat- terhadap kepatuhan. Ceramah kesehatan
kan pengetahuan pasien. Peningkatan dapat meningkatkan kepatuhan yang
pengetahuan pasien dapat meningkatkan diukur dengan kuesioner MMAS-8 dan
kesadaran pasien tentang penyakit dan menurunkan tekanan darah pasien.25
risiko komplikasi, sehingga pasien menjadi Peningkatan efikasi diri dan kepatuhan
patuh dan mengontrol tekanan darah minum obat, serta penurunan tekanan
pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistolik dan diastolik pasien hipertensi
kepatuhan pasien antara lain kompleksitas antara kelompok konseling dan leaflet
regimen, buruknya komunikasi antara ditunjukkan pada tabel 4.
pasien dan tenaga kesehatan, dukungan

38
Pengaruh Konseling dan..........(Sri Wahyuni, dkk)

Tabel 4. Hasil uji Kolmogorov Smirnov terhadap peningkatan efikasi diri dan
kepatuhan minum obat, serta penurunan tekanan darah antara kelompok konseling
dan kelompok leaflet pasien hipertensi di dua puskesmas Kota Depok tahun 2013.
Konseling Leaflet p Kolmo
Variabel Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah gorov
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Smirnov

Efikasi diri 19,24 25,49 21,67 25,69 0,557


Kepatuhan minum obat 4,29 0,4595 3,56 0,69 0,924
Sistolik 153,89 145,86 152,75 139,47 0,256
Diastolik 89,08 85,57 91,42 86,64 1,000

Dari data tersebut diperoleh hasil tidak peningkatan efikasi diri dan kepatuhan
ada perbedaan bermakna antara konseling minum obat, serta penurunan tekanan
dan leaflet terhadap peningkatan efikasi darah pasien hipertensi yang berobat ke
diri (p = 0,557), dan kepatuhan minum puskesmas.
obat (p = 0,924), serta penurunan tekanan
darah sistolik (p = 0,256) dan diastolik (p SARAN
= 1,000). Dalam hal ini berarti pemberian
konseling dan leaflet sama efektifnya Disarankan agar dapat memberikan
terhadap peningkatan efikasi diri dan leaflet kepada pasien hipertensi untuk
kepatuhan minum obat, serta penurunan meningkatkan efikasi diri dan kepatuhan
tekanan darah pasien hipertensi yang minum obat di puskesmas yang tidak
berobat ke puskesmas. Hal ini sesuai memiliki apoteker.
dengan penelitian Veni Vernissa (2013),
yang menyatakan bahwa konseling dan DAFTAR RUJUKAN
pemberian leaflet sama efektifnya terhadap
peningkatan kepatuhan minum tablet besi 1. Dipiro, Saseen JJ, Mc Laughlin EJ.
dan kadar hemoglobin pada ibu hamil Pharmacotherapy A Phatophysiologic.
dengan anemia di dua puskesmas Kota New York: Mc Graw Hill, New York;
Bogor.26 2008.
2. Setiawati A, Bustami, Zunilda S. Anti
hipertensi. Dalam: Ganiswara, editor.
KESIMPULAN Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Pasien hipertensi di puskesmas Kota Universitas Indonesia; 1999. 315-42.
Depok persentase terbesar menderita 3. Carretero OA, Oparil S. Essential
hipertensi ringan (<160/100 mmHg), telah Hypertension, Part I : Definition and
menderita selama 1-5 tahun, mendapat Etiology. AHA Journal. 2000;101(3):329
obat tunggal, berupa kaptopril, dan tidak -35.
merasakan efek samping. Pemberian 4. Van Hulten R, Blom L, Mattheusens J,
konseling kepada pasien meningkatkan Wolters M, Bouvy M. Communication
efikasi diri dan kepatuhan minum obat with patients who are dispensed a first
serta menurunkan tekanan darah sistolik prescription of chronic medication in hhe
community pharmacy. Patient Educ
secara bermakna. Pemberian leaflet kepada
Couns. 2011;83(3):41722.
pasien dapat meningkatkan efikasi diri dan 5. Bandura A. Self-efficacy: Toward a
kepatuhan pasien minum obat serta unifying theory of behavior change.
menurunkan tekanan darah sistolik dan Psychol. Rev.1977;84(2):191-215.
diastolik secara bermakna. Konseling dan 6. Cameron KA, Ross L, Clayman ML,
leaflet sama efektifnya terhadap Bergeron AR, Federman AD, Bailey SC,

39
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(1):33-40

et al. Measuring patients self-efficacy In medication adherence in hypertensive


understanding and using prescription african americans. Patient Educ Couns.
medication. Patient Educ Couns. 2010; 2009;75(2):185-91.
80(10):3726. 18. Jaya NTA. Faktor-faktor yang
7. Anhony J, Frank P, Kravitz RL. berhubungan dengan tingkat kepatuhan
Associations between pain control self- pasien dalam minum obat antihipertensi
efficacy, self-efficacy for communicating Di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang
with physicians, and subsequent pain Selatan Propinsi Banten [Skripsi].
severity among cancer patients, Patient Tangerang Selatan, Indonesia: Fakultas
Educ Couns. 2011;85(2):27580. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uni-
8. Kepatuhan Minum Obat Kunci Peng- versitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah;
obatan Penyakit Kronis. http://health. 2009.
okezone.com /2014/04/kepatuhan minum- 19. Lacy CF, Armstrong LL, Goldman MP,
obat-kunci-pengobatan .html. Lance LL. Drug information handbook
9. Haynes RB, Ackloo E, Sahota N, with international trade name index. 20th
McDonald HP, Yao X. Interventions for ed. USA: LexiComp Publishing; 2011.
enhancing medication adherence. Co- 20. Gilman AG, Hoffman BB, Hardman JG.
chrane Database of Systematic Reviews. Dasar Farmakologi Terapi, Vo 1, Jakarta:
2008. Issue 2. Penerbit Kedokeran EGC; 2008.
10. Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik 21. Kasanaho H, Isonen SN, Pietila K,
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Airaksinen M, Isonem T. Patient counsel-
Pekerjaan Kefarmasian; 2009 ling profile in a finnish pharmacy, J.PEC.
11. Puspitasari HP, Aslani P, Krass I. Review 2002; 47(1): 7782
Article a review of counseling practices 22. Kumaran ASG, Yohannan JK, Jijie J,
on prescription medicines in community Palanisamy S, Jacob S. Development and
pharmacies. Research In Social & implementation of patient information
Administrative Pharmacy. 2009 Sep; leaflet on hypertension and to assess its
5(3):197-210 effectiveness. Int. J. Pharm Tech Res.
12. Supardi S. Kebijakan Penempatan Apo- 3009;1(3):712-9.
teker sebagai Pengelola Obat di Pus- 23. Keeley RD, Driscoll M. Effects of
kesmas [Laporan Penelitian]. Jakarta; emotional response on adhrence to anti
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan hypertensive medication and blood
Masyarakat; 2011. pressure improvement. Int Journal of
13. Martha HN, Houston N, DeGeest M. Hypertension; 2013:1-9.
ASH Position Paper Adherence and 24. Dewi M. Evaluasi pengaruh konseling
persistence with taking medication to farmasis terhadap kepatuhan dan hasil
control high blood pressure. Journal of terapi pasien hipertensi anggota program
the American Society of Hypertension. pengelolaan penyakit kronis (prolanis)
2011;5(1):56-63. pada dokter keluarga di kabupaten Kendal
14. Yin HC, Chang C, Chen CD. An [Tesis]. Jogjakarta: Universitas Gadjah
investigation on illness perception and Mada; 2014.
adherence among hypertensive patients. 25. Norman KF. Pengaruh ceramah kesehatan
Kaohsiung J Med Sci. 2012;28(8):442-7. terhadap kepatuhan dan tekanan darah
15. Lwanga SK, Lameshow. Sample Size pasien hipertensi di puskesmas Keca-
Determination in health studies: a matan Beji Kota Depok [Skripsi]. Depok:
practical manual. Geneva: WHO; 1991. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia;
16. Morisky DE, Ang A, Krousel-wood M, 2012.
Ward HJ. Predictive validity of a 26. Vernissa V, Efektivtas leaflet terhadap
medication adherence measure in an kepatuhan minum tablet tambah darah
outpatient setting. Journal of Clinical dan kadar hemoglobin ibu hamil dengan
Hypertension. 2008;10(5):348-54. anemia di puskesmas Cileungsi Kabu-
17. Schoenthale A, Chaplin WF, Allegrante paten Bogor [Tesis]. Depok: Fak. Farmasi
JP, Fernandez F, Diaz-Gloster M, Tobbin Universitas Indonesia; 2013.
JN, et al. Provider communication effects

40

Anda mungkin juga menyukai