Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fikri Kautsar Siddiq

NIM : 2350201044
Kelas : D

RESUME JURNAL 1
Efektivitas Home Pharmacy Care dalam Meningkatkan Pengetahuan
dan Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien Hipertensi
Tahun Penerbit : 2019
Ratna Kurnia Illahi, Ayuk Lawuningtyas Hariadini, Hananditia Rachma Pramestutie, Hilliyah Diana

BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi, dengan prevalensi tinggi di Indonesia (25,8%), menjadi masalah kesehatan serius.
Meskipun obat-obatan efektif tersedia, kontrol hipertensi belum optimal, menyebabkan
peningkatan angka kematian setiap tahunnya. WHO dan ISH mencatat 3 juta penderita
hipertensi meninggal dari 600 juta penderita di seluruh dunia.
Penyakit ini, bersifat kronis, memerlukan kontrol tekanan darah optimal dan kepatuhan terus-
menerus terhadap terapi untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular, serebrovaskular,
dan ginjal. Namun, pasien dengan penyakit kronis sering menghadapi masalah
ketidakpatuhan karena modifikasi gaya hidup dan pengobatan jangka panjang, di mana
masalah psikologis dan efek samping obat dapat menjadi beban tambahan.
Ketidakpatuhan pasien pada pengobatan jangka panjang penyakit kronis, rata-rata hanya
sekitar 50% di negara maju, menjadi hambatan utama dalam mencapai target penurunan
tekanan darah dan mencegah komplikasi. Untuk mengatasi ini, konseling oleh apoteker
muncul sebagai intervensi efektif, membantu pasien memahami penyakit, terapi
antihipertensi, dan pentingnya modifikasi gaya hidup.
Selain konseling, pelayanan kefarmasian residensial atau home pharmacy care juga terbukti
memberikan dampak positif pada pemahaman pasien tentang penyakit dan meningkatkan
kualitas hidup. Penggunaan pill box, kotak obat untuk membantu mengatur jadwal minum
obat, juga dapat meningkatkan kepatuhan pasien, terutama pada kelompok geriatri.
Selain faktor-faktor tersebut, tingkat pengetahuan pasien hipertensi memiliki korelasi dengan
terkontrolnya tekanan darah. Peningkatan pengetahuan dapat mendorong perilaku kesehatan
yang lebih baik dan berdampak pada terkontrolnya tekanan darah.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pemberian home
pharmacy care dalam meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan terhadap pengobatan pada
pasien hipertensi di Apotek Kota Malang selama tiga bulan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat
antihipertensi seumur hidup.
BAB 2
METODE
Penelitian ini menggunakan desain true eksperimental dengan pre-test-post-test design untuk
menilai pengaruh intervensi terhadap kelompok eksperimen (home pharmacy care) dan
kelompok kontrol (konseling konvensional oleh apoteker) pada pasien hipertensi. Pengukuran
dilakukan hingga akhir bulan ke-3 dengan membandingkan hasil post-test dengan pre-test.

Penelitian memasukkan dua kelompok: kelompok eksperimen yang menerima home


pharmacy care dan kelompok kontrol yang mendapatkan konseling konvensional. Sampel
terdiri dari pasien hipertensi di Kota Malang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian, seperti kesediaan menjadi responden, terapi antihipertensi tunggal atau kombinasi,
kemampuan berkomunikasi dengan baik, tinggal di Kota Malang, dan usia ≥18 tahun.

Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi di lima kecamatan di Apotek Kota
Malang, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen penelitian
melibatkan kuesioner pengetahuan dan kepatuhan, checklist konseling apoteker, leaflet, dan
pillbox. Skor pengetahuan dinilai dengan Hypertension Knowledge-Level Scale (HK-LS).

Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2017 hingga Juni 2018, dengan sampel 79
responden (40 kelompok eksperimen, 39 kelompok kontrol). Analisis data melibatkan uji
normalitas dan validitas kuesioner. Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat antihipertensi.
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan lima kecamatan di Kota Malang (Lowokwaru, Belimbing, Klojen,
Sukun, dan Kedung Kandang), dengan masing-masing tiga apotek, sehingga totalnya ada 15
apotek sebagai lokasi penelitian. Jumlah responden bervariasi di setiap kecamatan, dengan
total 79 responden. Jumlah responden yang berbeda di setiap kecamatan disebabkan oleh
ketidaksetujuan beberapa pasien untuk berpartisipasi selama 3 bulan.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan pertimbangan


peneliti, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sampel terdiri dari 79 pasien
hipertensi, dengan 40 pasien dalam kelompok eksperimen (menerima home pharmacy care)
dan 39 pasien dalam kelompok kontrol (menerima konseling konvensional oleh apoteker).

Data demografi pasien, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama
menderita hipertensi, dicatat dan dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki jumlah responden laki-
laki yang lebih sedikit daripada perempuan, sementara kelompok kontrol memiliki jumlah
responden laki-laki yang lebih banyak. Penelitian ini menyoroti bahwa prevalensi hipertensi
lebih tinggi pada laki-laki, tetapi tingkat kepatuhan lebih rendah dibandingkan perempuan.
Kelompok eksperimen memiliki responden hipertensi tertinggi pada usia 60-69 tahun,
sementara kelompok kontrol memiliki responden tertinggi pada usia 50-59 tahun. Hal ini
sesuai dengan fakta bahwa hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Dalam hal pendidikan terakhir, kelompok eksperimen didominasi oleh mereka yang memiliki
pendidikan akademi/sarjana, sementara kelompok kontrol memiliki banyak responden
dengan tingkat pendidikan yang sama. Pekerjaan dan lama menderita penyakit hipertensi juga
dibahas dalam penelitian ini, menunjukkan variasi dalam karakteristik demografi antara
kelompok eksperimen dan kontrol.
Penelitian mencatat bahwa responden umumnya menggunakan satu jenis obat antihipertensi,
dengan amlodipin menjadi yang paling umum. Jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,
lama menderita penyakit, dan jenis obat yang dikonsumsi oleh pasien semuanya dapat
memengaruhi kepatuhan pasien terhadap terapi.
Instrumen penelitian berupa kuesioner digunakan untuk mengukur pengetahuan dan tingkat
kepatuhan pasien. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut
valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tiga
waktu yang berbeda (pre-test bulan ke-0, post-test bulan ke-1, dan post-test bulan ke-3),
dengan materi konseling disampaikan dalam dua sesi sebelum post-test bulan ke-1. Tujuan
dari dua sesi konseling ini adalah agar pasien lebih mudah memahami materi yang diberikan.

Penelitian ini dilakukan di lima kecamatan di Kota Malang, dengan melibatkan 15 apotek
sebagai tempat penelitian. Jumlah responden tidak sama di setiap kecamatan, dengan total 79
responden pasien hipertensi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,
dengan pertimbangan peneliti dan kriteria inklusi serta eksklusi penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan distribusi jenis kelamin antara kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah responden laki-laki lebih sedikit di kelompok
eksperimen (32,5%) dibandingkan kelompok kontrol (56,41%). Prevalensi responden
hipertensi tertinggi terjadi pada usia 60-69 tahun.

Faktor-faktor seperti pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama menderita hipertensi juga
dianalisis. Tingkat pendidikan akademi/sarjana dominan di kedua kelompok. Mayoritas
responden merupakan ibu rumah tangga di kelompok eksperimen (32,5%) dan tidak bekerja
atau pensiunan di kelompok kontrol (30,77%).

Data menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan satu jenis obat antihipertensi,
dengan amlodipin sebagai obat yang paling umum digunakan. Selain itu, untuk mengukur
pengetahuan dan kepatuhan pasien, digunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan
reliabilitas.

Analisis data menunjukkan peningkatan persentase pengetahuan pada kedua kelompok dari
bulan ke-0, 1, dan 3. Faktor intervensi seperti home pharmacy care dan konseling oleh
apoteker memainkan peran dalam peningkatan pengetahuan pasien.
BAB 4
KESIMPULAN

Uji efektivitas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara pengetahuan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada berbagai waktu. Faktor-faktor seperti
tingkat pendidikan dan lama menderita hipertensi tidak menunjukkan hubungan signifikan
dengan pengetahuan dan kepatuhan pasien pada bulan ke-3.
Meskipun tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, peningkatan pengetahuan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa intervensi
seperti home pharmacy care dan konseling apoteker dapat memberikan dampak positif
terhadap pengetahuan pasien hipertensi. Hasil ini menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada
perbedaan yang statistik, intervensi tersebut mungkin memiliki manfaat positif dalam
meningkatkan pemahaman pasien tentang hipertensi.
Namun, perlu diingat bahwa hasil ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan penting
untuk terus mengevaluasi efektivitas intervensi tersebut melalui penelitian yang lebih lanjut
atau peningkatan metode intervensi.
RESUME JURNAL 2
Pengaruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
Tahun Penerbit : 2019

Nur Rasdianah, Suwaldi Martodiharjo, Tri Murti Andayani, Lukman Hakim

BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perawatan
medis dan manajemen diri pasien untuk mencegah risiko komplikasi jangka panjang.
Indonesia memiliki prevalensi DM yang tinggi, dan diperkirakan jumlah penderita DM akan
terus meningkat.

Penelitian mencatat bahwa faktor-faktor seperti obesitas, kurang aktivitas fisik, pola makan
tidak sehat, merokok, dan tingginya lemak berkontribusi pada peningkatan prevalensi DM.
Penyakit ini membutuhkan pengobatan jangka panjang dengan biaya yang cukup besar.
Beberapa faktor, seperti usia, kompleksitas terapi, rejimen terapi yang tidak tepat, dan
masalah psikologi, dapat mempengaruhi pengelolaan optimal penyakit ini.

Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 memiliki


tingkat kepatuhan rendah, kadar gula darah yang buruk, dan kepuasan terapi yang cukup
rendah. Aktivitas fisik dan pola makan yang tidak sehat juga menjadi masalah umum.

Peran apoteker dalam meningkatkan outcome pasien DM tipe 2 diakui, termasuk melalui
edukasi, konseling, dan kunjungan residensial. Pedoman kunjungan kefarmasian ke rumah
pasien telah dikembangkan, mencakup identifikasi masalah, rencana aksi, monitoring, dan
evaluasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penerapan pedoman
pelayanan kefarmasian di rumah terhadap pengetahuan, kepatuhan pengobatan, kepuasan
terapi, dan kontrol glikemik pada pasien DM tipe 2.
BAB 2

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen dengan desain one group pre-
test and post-test. Sampel sebanyak 37 orang diambil dari dua puskesmas di Kota Yogyakarta
dengan metode consecutive sampling. Kriteria inklusi melibatkan laki-laki dan perempuan
berusia > 18 tahun, didiagnosis menderita diabetes melitus tipe 2, menerima terapi
antidiabetes oral dengan atau tanpa insulin, dan menyetujui untuk mengikuti penelitian.

Pelayanan kefarmasian dilakukan di puskesmas dan rumah pasien selama 2 bulan dengan
kunjungan sebanyak 3 kali. Pengukuran kepatuhan minum obat menggunakan metode pill
count, sedangkan kadar gula darah puasa diukur pada setiap kunjungan. Instrumen penelitian
melibatkan Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ-24) untuk tingkat pengetahuan dan
Diabetes Medication Satisfaction Tool (DMSAT) untuk kepuasan terapi.

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan instrumen penelitian valid dan reliabel.
Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh peneliti bersama apoteker puskesmas, dengan
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah sebagai panduan. Kunjungan ke rumah pasien
melibatkan perkenalan, evaluasi penggunaan obat, identifikasi hambatan kepatuhan, edukasi,
dan penyusunan rencana tindak lanjut.

Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan uji Spearman. Penelitian ini memiliki
persetujuan etik dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
dengan nomor Ref: KE/FK/962/EC/2016.
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 37 pasien diabetes melitus tipe 2 di Yogyakarta, dengan 78,38%
perempuan dan sebagian besar berusia di bawah 60 tahun. Pelayanan kefarmasian dilakukan
di rumah pasien selama 2 bulan dengan kunjungan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian
menunjukkan perubahan yang signifikan dalam tingkat pengetahuan, kepatuhan pengobatan,
kepuasan terapi, dan kontrol glikemik setelah penerapan pelayanan kefarmasian di rumah.

Berdasarkan analisis statistik, terdapat peningkatan signifikan dalam tingkat pengetahuan


pasien tentang diabetes setelah intervensi. Pelayanan kefarmasian di rumah juga berdampak
positif pada kepatuhan pengobatan, diukur dengan metode pill count. Hasil kepuasan terapi
pasien juga meningkat setelah intervensi, menunjukkan efektivitas pelayanan kefarmasian di
rumah dalam meningkatkan kualitas pengobatan.

Selain itu, penelitian ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam kontrol glikemik,
dengan penurunan rata-rata kadar gula darah puasa setelah intervensi. Korelasi yang kuat
juga ditemukan antara tingkat kepatuhan dan penurunan kadar gula darah puasa,
menunjukkan bahwa kepatuhan pengobatan berkontribusi pada kontrol glikemik yang lebih
baik.

Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti jumlah sampel yang terbatas dan
durasi intervensi yang singkat, hasilnya memberikan dukungan untuk efektivitas pelayanan
kefarmasian di rumah dalam meningkatkan manajemen diabetes melitus tipe 2.
BAB 4

KESIMPULAN

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan sebelum dan sesudah kunjungan ke rumah pasien
menunjukkan perubahan tingkat pengetahuan, kepatuhan minum obat, kepuasan terapi dan
tercapainya kadar gula darah puasa pada kondisi terkendali. Kepatuhan pengobatan dan
kepuasan terapi mungkin merupakan faktor yang memberi pengaruh pada perbaikan kadar
gula darah
 Berikan saran dan pendapat anda tentang pelaksanaan Home Pharmacy Care di era
4.0?

Pelaksanaan Home Pharmacy Care di era 4.0 dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan
teknologi digital yang canggih. Aplikasi mobile dan telehealth dapat memfasilitasi
interaksi langsung antara pasien dan apoteker, memungkinkan akses informasi obat, serta
memantau kondisi kesehatan secara real-time. Edukasi interaktif melalui platform online
dan penggunaan chatbot kesehatan dapat meningkatkan pemahaman pasien tentang
penyakit kronis dan perawatan. Analisis big data dapat digunakan untuk menyusun
rencana perawatan yang lebih personal, sementara prediksi kepatuhan membantu
mengidentifikasi faktor risiko. Keamanan data dan privasi pasien harus diutamakan, serta
patuhi regulasi kesehatan yang berlaku. Kolaborasi interprofesional antara apoteker,
dokter, dan profesional kesehatan lainnya mendukung pertukaran informasi yang optimal.
Peningkatan aksesibilitas pada semua lapisan masyarakat harus diupayakan, dan evaluasi
terus-menerus diperlukan untuk memastikan kinerja sistem Home Pharmacy Care yang
efektif dan responsif terhadap kebutuhan pasien. Dengan demikian, Home Pharmacy Care
di era 4.0 dapat memberikan dampak positif melalui pelayanan yang lebih personal,
efisien, dan holistik bagi pasien dengan penyakit kronis.

Anda mungkin juga menyukai