Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak
menular seperti penyakit jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lain
yang menjadi penyebab banyak kematian di dunia. WHO menjelaskan
bahwa hipertensi memberikan kontribusi hampir 9,4 juta kematian akibat
penyakit kardiovaskular setiap tahun. Di kawasan Asia Tenggara sendiri
terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan mengakibatkan
1,5 juta orang meninggal setiap tahunnya (Mangendai et al, 2017).
Di indonesia, angka prevalensi hipertensi berkisar antara 27,8% -
29,39% dan merupakan penyakit dengan frekuensi terbanyak ketujuh pada
pasien rawat jalan di rumah sakit. Prevalensi hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Pada tahun 2003, WHO memperkirakan
terdapat 50-70% penderita hipertensi yang tidak patuh minum obat
antihipertensi sesuai anjuran. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan
terdapat 15 juta penderita hipertensi, namun hanya 4% di antaranya yang
tergolong dalam controlled hypertension, yaitu penderita hipertensi yang
mengetahui dirinya menderita hipertensi dan sedang melakukan
pengobatan (Djap Hadi dkk, 2016).
Kepatuhan sering menjadi masalah pada pasien yang menderita
penyakit kronik yang membutuhkan modifikasi gaya hidup serta
pengobatan jangka panjang. Ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi
secara potensial dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas serta biaya
pengobatan (oghedeghe dkk, 2009; funk dkk, 2007).
Menurut teori kepatuhan didefinisikan sebagai “sejauh mana pasien
mengikuti instruksi yang diberikan kepada mereka dalam upaya
pengobatan yang telah ditentukan”. Ketaatan adalah istilah yang lebih
netral daripada “kepatuhan”, yang dapat ditafsirkan sebagai penilaian.
Sementara program yang mempromosikan kepatuhan telah berfokus pada
berbagai perilaku kesehatan, tinjauan ini berfokus secara khusus pada
kepatuhan jangka panjang terhadap minum obat antihipertensi.
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan untuk penyakit-penyakit ini diduga
ada hubungannya dengan biaya berobat, ekonomi, dan sosial yang rendah
(Djap Hadi dkk, 2016).
Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat
mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap dapat mencegah
terjadinya komplikasi. Obat-obat hipertensi yang dikenal saat ini telah
terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, dan juga
sangat berperan dalam menurunkan resiko berkembangnya komplikasi
kardiovaskular. Namun, penggunaan antihipertensi saja tidak cukup untuk
menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila
tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan obat hipertensi
tersebut (Djap Hadi dkk, 2016).
Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi
sangat penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol
tekanan darah pasien. Sehingga resiko kerusakan organ yang lain akibat
meningkatnya tekanan darah dapat dikurangi (BPOM, 2006).
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
minum obat antihipertensi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Galih, dkk
(2019) ada hubungan tingkat pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan,
umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi serta banyaknya obat
yang dikonsumsi dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan
pengobatan. Penelitian yang dilakukan Djap Hadi dkk (2016)
menggambarkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan, motivasi
kesembuhan, dan peranan tenaga kesehatan dengan kepatuhan pasien
hipertensi dalam mengkonsumsi obat.
Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di Rumah Sakit
Dirgahayu Samarinda.
B. Rumusan Masalah
Prevalensi penyakit hipertensi berkisar antara 27,8% - 29,39% dan
merupakan penyakit dengan frekuensi terbanyak ketujuh pada pasien
rawat jalan di rumah sakit. Berbagai studi yang berbasiskan populasi dan
rumah sakit telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang
berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam minum obat hipertensi.
Penelitian untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
pasien dalam minum obat hipertensi pada praktek klinik belum ada
padahal pemahaman ini sangat penting. Berdasarkan uraian tersebut maka
rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimanakah gambaran faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum
obat antihipertensi di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi
di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini meliputi :
a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan pasien minum obat
antihipertensi di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda.
b. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam minum
obat antihipertensi di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bagi peneliti dapat dijadikan sarana belajar dalam
rangka menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah
penulis dapatkan selama perkuliahan dan dapat mengetahui
gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapakan penelitian ini akan menambah literatur, sebagai
dasar penelitian khususnya gambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien minum obat
antihipertensi dalam menurunkan penyakit hipertensi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pasien
Manfaat yang bisa diperoleh bagi responden adalah diharapkan
agar tetap menjaga kesehatan yaitu patuh dalam minum obat
antihipertensi.
b. Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan
Memberikan masukan dan pedoman untuk melakukan intervensi
pada pasien dalam minum obat.
c. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan
penelitian lebih lanjut mengenai kepatuhan pasien dalam minum
obat antihipertensi.

E. Penelitian Terkait
Penelitian terkait yang berkenaan dengan gambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat
antihipertensi antara lain :
1. Galih Adi dkk (2019) meneliti tentang “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien hipertensi peserta
pronalis di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang”. Penelitian
ini melihat faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pasien
dalam hal kepatuhan mengkonsumsi obat seperti jenis kelamin,
umur, pendidikan pasien, pekerjaan pasien, lama terapi dari awal
pasien didiagnosa hipertensi hingga saat dilakukan penelitian, jenis
obat hipertensi yang didapatkan, serta jumlah obat keseluruhan
yang dikonsumsi baik obat hipertensi, obat hipertensi kombinasi
atau obat hipertensi dengan obat-obatan penyerta yang lainnya.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis kelamin dari 41 pasien
yang diteliti ada 16 pasien laki-laki dengan 8 pasien tingkat
kepatuhan rendah dan 8 pasien tingkat kepatuhan tinggi serta 25
pasien wanita dengan 18 tingkat kepatuhan rendah dan 7 tingkat
kepatuhan tinggi. Berdasarkan umur dibagi menjadi 2 kategori
yaitu umur lanjut dengan umur 46 tahun atau lebih dan umur
dewasa yaitu dibawah 46 tahun. Pada kategori umur didapatkan 37
pasien dengan umur lanjut dengan tingkat kepatuhan 24 pasien
rendah dan 13 pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi serta 4
pasien umur dewasa dengan tingkat kepatuhan 2 pasien rendah dan
2 pasien tingkat kepatuhan minum obat tinggi. Dari faktor
pendidikan digolongkan menjadi 2 yaitu pasien yang mendapatkan
pendidikan lebih dari sama dengan 9 tahun dan pasien yang
mendapatkan pendidikan kurang dari 9 tahun. Dari sampel yang
didapatkan pasien yang mendapatkan pendidikan kurang dari 9
tahun terdapat 30 pasien dengan 22 pasien tingkat kepatuhan
rendah dan 8 pasien tingkat kepatuhan tinggi. Sedangkan pasien
yang mendapatkan pendidikan lebih dari sama dengan 9 tahun
terdapat 11 pasien dengan 4 pasien memiliki kepatuhan minum
obat rendah dan 7 pasien memiliki kepatuhan minum obat tinggi.
Dari faktor pekerjaan dibagi menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak
bekerja. Hasil yang didapatkan dari 29 pasien yang bekerja terdapat
18 pasien dengan tingkat kepatuhan rendah dan 11 pasien dengan
tingkat kepatuhan tinggi. Untuk 12 pasien yang tidak bekerja
terdapat 8 pasien dengan tingkat kepatuhan rendah dan 4 pasien
dengan tingkat kepatuhan tinggi. Untuk faktor lama terapi dibagi
menjadi lama terapi kurang dari 2 tahun dan lebih dari sama
dengan 2 tahun. Untuk pasien yang lama terapi kurang dari 2 tahun
terdapat 12 pasien yang kepatuhannya rendah dan 5 pasien yang
tingkat kepatuhan minum obat tinggi. Sedangkan untuk pasien
yang lama terapi lebih dari sama dengan 2 tahun 14 pasien
memiliki tingkat kepatuhan rendah dan 10 pasien dengan tingkat
kepatuhan tinggi. Dari faktor jenis obat antihipertensi yang
dikonsumsi dari sampel yang ada terdapat 2 bagian yaitu pasien
yang mendapatkan kombinasi amlodipin dan candesartan. Dari
pasien yang diterapi dengan amlodipin terdapat tunggal terdapat 9
pasien dengan tingkat kepatuhan rendah dan 4 pasien dengan
tingkat kepatuhan tinggi. Sedangkan dengan pasien yang diterapi
dengan kombinasi antara amlodipin dan candesartan terdapat 17
pasien dengan tingkat kepatuhan rendah dan 11 pasien dengan
tingkat kepatuhan tinggi. Faktor jumlah obat yang dikonsumsi
pasien dalam hal ini termasuk obat antihipertensi dan juga obat lain
yang konsumsi. Dibagi menjadi 2 bagian yang mendapatkan obat 1
sampai 2 obat, baik obat antihipertensi tunggal maupun kombinasi
atau obat antihipertensi dengan obat lain yang bukan antihipertensi
sedangkan sedangkan kategori kedua adalah pasien yang
mendapatkan obat lebih dari 2. Dari hasil yang didapatkan pasien
yang mendapatkan obat 1 sampai 2 obat terdapat 12 pasien dengan
tingkat kepatuhan rendah dan 8 pasien dengan tingkat kepatuhan
tinggi. Sedangkan untuk pasien yang mendapatkan obat lebih dari 2
obat terdapat 14 pasien dengan tingkat kepatuhan rendah dan 7
pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi. Hasil dari penelitian ini
bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan pasien
minum obat hipertensi adalah faktor pendidikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan seseorang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan.
2. Djap dkk. (2016) penelitian berjudul “Faktor risiko ketidakpatuhan
minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Palmerah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara umur, jenis kelamin, dan faktor lainnya dengan
kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien. Hasil penelitian
menunjukkan proporsi ketidakpatuhan minum obat antihipertensi
sebesar 51,9%. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan
motivasi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Perlu
pemberian motivasi oleh petugas medis dan juga keluarga kepada
pasien pengidap hipertensi supaya minum obat teratur sehingga
tekanan darah tinggi mereka dapat terkontrol dengan baik.
3. Ajeng dkk. (2015) penelitiannya berjudul “Faktor-faktor internal
ketidakpatuhan pengobatan hipertensi di Puskesmas Kedungmundu
Kota Semarang”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
internal yang berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam
pengobatan pasien hipertensi. Penelitian ini bersifat observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional pendekatan. Diketahui
bahwa hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan durasi
pengobatan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan hipertensi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah
penggunaan variabel, metode penelitian, serta lokasi penelitiannya.
Penelitian diatas untuk mengetahui faktor internal, faktor risiko dan
mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin serta
pengetahuan. Sedangkan penelitian ini meneliti tentang
bagaimanakah gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi.

Anda mungkin juga menyukai