Anda di halaman 1dari 8

Majalah Farmaseutik Vol. No.

Pengaruh Medication Therapy Management (MTM)Terhadap Pengetahuan


dan Kepatuhan Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta

The Effect of Medication Therapy Management (MTM) on Hypertension Patients'


Knowledge and Adherance in Yogyakarta Public Health Center

Esti Asadina1), Nanang Munif Yasin 1) , Susi Ari Kristina2)


Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
1)2)

Corresponding author: Esti Asadina : Email: nafiah.adiningrum.na@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyakit kronis penyebab kematian pada kasus
kardiovaskular di dunia maupun di Indonesia. Pengobatan hipertensi dilakukan dalam jangka
waktu panjang, sehingga seringkali pasien hipertensi memiliki masalah ketidakpatuhan dalam
pengobatannya. Peningkatan pengetahuan pasien akan mengarah pada kemajuan berpikir
tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kepatuhan dalam
pengobatan dan terkontrolnya tekanan darah. Medication Therapy Management (MTM) adalah
salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
pasien hipertensi secara individual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelayanan berbasis Medication Therapy Management (MTM) terhadap pengetahuan dan
kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah
quasi-experimental one group with pretest-posttest design. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Hypertension Knowledge Level Scale (HK-LS)
untuk mengukur pengetahuan dan Morisky-Green Levine Medication Adherence Scale (MGLS)
untuk mengukur tingkat kepatuhan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Two Related
Sample T-test untuk mengetahui perbedaan hasil sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Penelitian ini diikuti oleh 44 orang. Hasil intervensi dengan metode Medication Therapy
Management (MTM) oleh apoteker terbukti meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakit hipertensi dan pengobatannya secara bermakna (p=0,000) dan berperan signifikan
dalam meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi (p=0,000).

Kata kunci : Medication Therapy Management, MTM, hipertensi, pengetahuan, kepatuhan.

ABSTRACT
Hypertension is a chronic disease that causes death in cardiovascular cases both in the
world and in Indonesia. Treatment of hypertension is long-term commitment. Because of this,
often hypertensive patients have a problem of non-compliance in the treatment. Improving
the patient's knowledge of hypertension will lead to better health behaviors that affect
adherence in treatment and control of blood pressure. Medication Therapy Management
(MTM) is one method that can be used to improve the knowledge and adherance of
hypertensive patients individually. This study aims to determine the effectiveness of
Medication Therapy Management (MTM) on the knowledge and adhernce of hypertension
patients in Yogyakarta City Health Center. The study was conducted by using quasi-
experimental one group design using pre-test-post test design. The research instrument used
in this study was the Hypertension Knowledge Level Scale (HK-LS) questionnaire to measure
knowledge and the Morisky-Green Levine Medication Adherence Scale (MGLS) to measure
adherance. Data were analyzed statistically using the Two Related Sample T-test to comparing
knowledge and adherance at the beginning and the end of intervention. The research was
attended by 44 people. The result of statistical analysis showed that Medication Therapy
Management (MTM) by a pharmacist significantly increased patient knowledge(p=0,000) and
improved patient adherance (p=0,000).

Keywords: Medication Therapy Management, MTM, hypertension, knowledge, adherance


MF Vol 14 No 2, 2018 1
Analisis Faktor Klinik terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
PENDAHULUAN kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan
Hipertensi adalah salah satu penyakit dan pasien. Kelebihan pelayanan berbasis
kronis yang paling banyak terjadi dan MTM adalah pada pelayanan berbasis MTM
merupakan faktor risiko utama penyebab mengedepankan kolaborasi antara apoteker
kematian pada kasus kardiovaskular dengan dokter dan tenaga profesional
(Ribeiro et al., 2015). Di Indonesia, kasus kesehatan lainnya untuk
hipertensi yang tidak terkontrol semakin mengoptimalisasikan penggunaan obat
meningkat seiring dengan pertumbuhan sesuai EBM (evidence base medicine)
populasi dan penuaan. Hasil riset kesehatan dengan melibatkan peran aktif pasien
dasar tahun 2013 menempatkan D.I dalam mengelola kesehatannya sendiri.
Yogyakarta pada urutan ketiga jumlah kasus Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua
hipertensi di Indonesia berdasarkan tenaga kesehatan akan didokumentasikan
diagnosis dan atau riwayat minum obat pada kartu catatan pengobatan pasien yang
(Kemenkes, 2013). disimpan oleh apoteker dan pasien.
Hambatan dalam pengobatan Penelitian yang dilakukan oleh Sam dkk
hipertensi salah satu diantaranya (2017) diperoleh hasil yaitu terdapat
disebabkan kurangnya pengetahuan terkait peningkatan pengetahuan dan kepatuhan
hipertensi (Lee et al., 2013). Pasien yang pada pasien dengan penyakit kronis salah
memiliki pengetahuan baik akan berdampak satunya hipertensi dengan menggunakan
pada terkontrolnya tekanan darah (Akoko et metode Medication Therapy Management
al., 2017). Pengetahuan pasien tentang (MTM) (Sam dkk., 2017).
hipertensi dibutuhkan untuk meningkatkan Di Indonesia, pemerintah bersama
kepatuhan pengobatan (Jankowska- dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Polańska et al., 2016). World Health Sosial) kesehatan saat ini mencanangkan
Organization (WHO) menegaskan bahwa pelayanan berbasis MTM (Medication
rendahnya kepatuhan merupakan penyebab Therapy Management). Belum terdapat
paling penting dari tekanan darah yang tidak penelitian terkait MTM khususnya di
terkontrol (WHO, 2003). Yogyakarta yang diharapkan dapat
Medication Therapy Management meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
(MTM) adalah salah satu metode terbaru pasien hipertensi.
yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kepatuhan pasien METODOLOGI
hipertensi.Tujuan penerapan MTM adalah Rancangan Penelitian
untuk penggunaan obat yang aman dan Penelitian ini menggunakan metode
efektif, meningkatkan kualitas pengobatan, Penelitian ini menggunakan rancangan
mengoptimalkan hasil pengobatan pasien , penelitian quasi eksperimental one group
dan mengurangi biaya pengobatan. MTM design with pretest-posttest design dan
terdiri dari 5 elemen inti diantaranya adalah pengukuran variabel setelah 30 hari yang
Medication Therapy Review (MTR) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
berisi penggalian informasi pada pasien oleh pemberian intervensi tertentu yang pada
apoteker, Patient Medical Record (PMR) yang selang waktu tertentu kepada kelompok
diaplikasikan dengan adanya catatan kartu objek yang diteliti, dengan membandingkan
pengobatan pasien yang disimpan oleh hasil pemeriksaan akhir (post-test) terhadap
tenaga kesehatan dan pasien, Medication hasil pemeriksaan awal (pre-test). Penelitian
Related Action Plan yaitu tindakan yang akan ini dilakukan pada bulan Maret 2020 di
dilakukan untuk mengatasi permasalahan Puskesmas Kota Yogyakarta. Penelitian ini
terkait terapi pasien, Intervensi terkait solusi telah memperoleh izin Komisi Etik Penelitian
dan tindakan yang akan dilakukan terhadap Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
permasalahan terapi pasien, serta Gadjah Mada dengan No:
dokumentasi dan follow up yang mencakup KE/FK/0710/EC496/EC/2019.
pencatatan terhadap semua kegiatan yang
dilakukan dan didokumentasikan dalam
catatan pengobatan pasien. Dengan adanya 5
elemen inti ini diharapkan dapat terjadinya
2 MF Vol 14 No 2, 2018
Majalah Farmaseutik Vol. No.
Pengumpulan Data Jalannya Penelitian
Teknik pengambilan sampel penelitian Apoteker yang bersedia melaksanakan
menggunakan teknik non-random dengan penerapan MTM akan diberikan pelatihan
cara purposive sampling sesuai dengan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD).
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah Dalam FGD apoteker akan diberikan
ditentukan. Kriteria inklusi penelitian adalah pelatihan pelaksanaan MTM dan Standar
pasien dengan hipertensi rawat jalan dengan Prosedur Operasional MTM serta akan
atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani diberikan buku dokumentasi pengobatan
kontrol rutin minimal 1 bulan sebelum untuk dibawa pasien setiap kontrol dan buku
penelitian, menyetujui informed consent dan dokumentasi untuk disimpan oleh apoteker.
bersedia mengisi kuesioner. Pasien yang Bentuk pelayanan MTM yang yang akan
tidak dapat berkomunikasi dengan baik, dilakukan adalah asesment, konseling,
tidak menyelesaikan kuesioner yang edukasi dari apoteker kepada pasien.
diberikan, dan tidak kontrol rutin selama Assessment adalah pengumpulan informasi
penelitian dieksklusi dari penelitian ini. terkait masalah pengobatan pasien (Elemen
Pengambilan data pengetahuan dan Medication Therapy Review) dan pemberian
kepatuhan dilakukan dengan menggunakan buku dokumentasi pasien (Elemen Personal
kuesioner HK-LS untuk pengetahuan dan Medication Record). Konseling dan edukasi
MGLS untuk kepatuhan. dilakukan oleh apoteker langsung saat
penyerahan obat sebagai bentuk pelayanan
Alat ukur konsultatif untuk mengatasi masalah terkait
Kuesioner yang digunakan untuk obat (Elemen intervention), dan layanan
mengukur pengetahuan adalah Hypertension kunjungan tindak lanjut yang diberikan oleh
Knowledge Level Scale (HK-LS). HK-LS terdiri apoteker sesuai dengan kebutuhan pasien
dari 22 item pertanyaan dimana data yang (Elemen follow-up) serta pasien juga
diperoleh berupa data interval yaitu “benar” diberikan edukasi dalam bentuk informasi
atau “salah”. HK-LS berisi definisi hipertensi, terkait hipertensi didalam buku
terapi farmakologi, kepatuhan, gaya hidup, dokumentasi pasien yang sesuai dengan isi
diet dan komplikasi hipertensi. Pada kuisioner yang digunakan (Elemen
penelitian yang dilakukan baliz Erkoc dkk Medication Related Action Plan). Pada
(2012) kuisioner ini memiliki nilai alpha penelitian ini, pengambilan data dilakukan
cronbach 0,82 (Baliz Erkoc et al., 2012). sebanyak 2 kali, yaitu pre-test sebelum
Morisky Green Level Scale (MGLS) adalah dilakukan MTM dan post-test setelah 1 bulan
kuisioner yang digunakan untuk menilai saat pasien kontrol. Sebelum dilakukan MTM
kepatuhan terkait minum obat. Jumlah oleh apoteker, pasien terlebih dahulu akan
seluruh pertanyaan berjumlah 4 dan data mengisi informed consent dan data
yang diperoleh berupa data interval yaitu demografi serta mengisi kuisioner
“Ya” atau “Tidak” (Beyhaghi et al., 2016). pengetahuan (HK-LS) dan kepatuhan (MGLS)
Kuisioner ini telah digunakan secara luas dan sebagai data pretest.
memiliki nilai alpha cronbach 0,7-0,9
(Beyhaghi et al., 2016). Kedua instrumen Analisis Hasil Penelitian
yang digunkan untuk mengukur Analisis dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan dan kepatuhan memiliki nilai pengaruh MTM (variabel bebas) terhadap
yang reliabel karena nilai alpha cronbach tingkat pengetahuan dan kepatuhan
lebih besar dari 0,60. Kuesioner yang (variabel tergantung sebelum dan sesudah
digunakan dalam penelitian ini telah intervensi. Untuk melihat perbedaan hasil
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia di sebelum dan sesudah pemberian intervensi
lembaga pendidikan bahasa Inggris menggunakan analisis bivariat yaitu Paired
Universitas Gadjah Mada yang disesuaikan sample t-test atau Wilcoxon test
dengan bentuk aslinya yaitu bahasa Inggris. (berdasarkan hasil normalitas data). Tingkat
signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah P<0,05.

MF Vol 14 No 2, 2018 1
Analisis Faktor Klinik terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Jarak rumah ke puskesmas rata-rata
Maret hingga April 2020 di Puskesmas responden yaitu <1 km sebanyak 37 orang
Umbulharjo II dan Mergangsan Kota (84,1%). Mayoritas responden
Yogyakarta. Jumlah pasien hipertensi yang menggunakan 1 jenis obat antihipertensi.
dijadikan sampel sebanyak 44 sampel yang Obat antihipertensi yang diterima responden
diberikan perlakukan berupa Medication terbanyak adalah amlodipin yaitu 41 pasien
Therapy Mangement (MTM). Seluruh subjek (93,2%) dan sisanya menggunakan captopril
dapat mengikuti penelitian hingga akhir 3 pasien (6,8 %).
pengambilan data, yaitu 30 hari. Pada Penelitian ini untuk mengetahui
penelitian ini jumlah responden laki-laki pengaruh Medication Therapy Management
lebih sedikit dari pada perempuan. Jumlah (MTM) terhadap tingkat pengetahuan dan
responden perempuan sebanyak 28 orang kepatuhan pasien hipertensi. Metode ini
(63,6%). Secara teori, umumnya laki-laki diharapkan agar Apoteker mampu
lebih banyak menderita hipertensi daripada meningkatkan tingkat pengetahuan pasien
perumpuan. Laki-laki sering mengalami tersebut sehingga muncul kesadaran untuk
tanda-tanda hipertensi pada usia akhir 30- menjadi patuh dalam pengobatan. Hasil
an. Akan tetapi setelah perempuan pengukuran dengan kuesioner pengetahuan
memasuki masa menopause, prevalensi dapat diketahui gambaran tingkat
hipertensi akan meningkat dan resiko untuk pengetahuan responden dan peningkatan
menderita hipertensi lebih tinggi. Hal ini pengaruh dari pemberian metode Medication
disebabkan karena produksi hormon Therapy Management (MTM) yang
estrogen menurun saat menopause, sehingga ditunjukkan dalam tabel I.
tekanan darah dapat meningkat. Prevalensi Berdasarkan tabel I, dapat dilihat
responden mempunyai usia <45 tahun peningkatan jumlah pasien yang masuk
sebanyak 4 orang (9,1%), 45-54 tahun kategori pengetahuan tinggi berdasarkan
sebanyak 1o orang (22,7 %), 55- 64 tahun skor HK-LS setelah mendapatkan pelayanan
sebanyak 18 orang (40,9%), 65-74 tahun 9 berbasis MTM yaitu dari 36,4 menjadi 95,4
orang (20,4%) dan usia > 75 tahun 3 orang %. Jumlah pasien yang berada pada kategori
(6,8%). Pada umumnya, hipertensi ditemui sedang turun dari 56,8 % menjadi 4,5%.
pada pasien berusia lanjut. Semakin Jumlah pasien yang berada pada kategori
bertambahnya usia seseorang, maka resiko rendah turun dari 6,8% menjadi 7,9%.
terjadinya hipertensi akan semakin Berdasarkan nilai signifikansinya p=0,000
meningkat (Dipiro, 2017). Pendidikan (p<0,05), atau ada perbedaan bermakna
terakhir terbanyak adalah SMA yaitu 26 antara hasil penilaian kepatuhan pasien
orang (59,1 %). Pekerjaan pasien terbanyak sebelum dan setelah perlakuan/
yaitu wiraswasta 13 orang (29,5 %). Jenis mendapatkan pelayanan berbasis Medication
pekerjaan berkaitan dengan aktivitas fisik Therapy Management (MTM). Hasil posttest
dari seseorang. Individu yang tidak aktif menunjukkan hasil yang diharapkan yaitu
dalam melakukan suatu kegiatan akan seluruh subjek pengetahuannya mengalami
cenderung memiliki frekuensi denyut peningkatan dalam tingkat pengetahuan.
jantung yang lebih tinggi sehingga otot Sesuai dengan hasil yang diharapkan,
jantung harus bekerja lebih keras yang apoteker dapat memegang peranan penting
menyebabkan tekanan yang dibebankan dalam memberikan pelayanan berbasis MTM
pada arteri semakin besar sehingga dalam bentuk assessment, konseling dan
menyebabkan kenaikan tekanan darah (Sam edukasi untuk mendukung keberhasilan
et al., 2017). Lama pasien menderita pengobatan. Hasil ini sesuai dengan
hipertensi memiliki frekuensi terbanyak penelitian yang dilakukan oleh Sam dkk
yaitu 1-10 tahun sebanyak 26 pasien (2017) diperoleh hasil yaitu terdapat
(59,1%). Penyakit penyerta responden yaitu peningkatan pengetahuan dan kepatuhan
Diabetes melitus sebanyak 10 orang (22,7 %) pada pasien dengan penyakit hipertensi
dan Kolesterol atau hiperlipidemia yaitu 8 dengan menggunakan metode Medication
orang (18,2%). Responden rata rata dalam Therapy Management (MTM) yang dilakukan
status menikah sebanyak 43 orang (97,7%). oleh apoteker (Sam et al., 2017).
2 MF Vol 14 No 2, 2018
Majalah Farmaseutik Vol. No.
Tabel I. Pengaruh MTM terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi
Uji Tingkat Pengetahuan Nilai p
Kategori tingkat pengetahuan Pretest Posttest
n % n %
Tinggi 16 36,4 42 95,4
Sedang 25 56,8 2 4,5 0,000*
Rendah 3 6,8 0 0
Keterangan: *p = taraf kepercayaan 5% (p <0,05); menggunakan Uji Wilcoxon

Tabel II. Pengaruh Tingkat Pendidikan MTM terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi
Uji Tingkat Pengetahuan
Tingkat
Pendidikan Pretest Posttest Nilai p
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n % n % n %
SD 0 0 5 11,4 1 2,3 5 11,4 1 2,3 0 0
SMP 0 0 2 4,5 0 0 2 4,5 0 0 0 0 0,547*
SMA 7 15,9 18 40,9 2 4,5 26 59,1 1 2,3 0 0
UNIVERSITAS 9 20,5 0 0 0 0 9 20,4 0 0 0 0
Keterangan: * p = taraf kepercayaan 5% (p <0,05); menggunakan Uji Kruskal Wallis

Tingkat pendidikan merupakan menengah. Perbedaan pada karakteristik ini


karakteristik yang berkorelasi kuat terhadap dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang namun diharapkan masih dapat
dapat mempengaruhi kemampuan serta menggambarkan hubungan antar variabel
pengetahuan dalam menerapkan perilaku setelah adanya pelayanan berbasis MTM. Hal
hidup sehat, terutama dalam mencegah ini dapat dibuktikan berdasakan hasil uji
terjadinya hipertensi. Semakin tinggi tingkat statistik menunjukkan nilai signifikansi
pendidikan seseorang maka akan sebesar 0,547 (p>0,05) yang berarti bahwa
meningkatkan tingkat intelektual, sehingga tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan
lebih cepat menerima dan lebih mudah terhadap tingkat pengetahuan pasien
menyerap informasi yang diberikan serta hipertensi yang mendapat metode pelatihan
memiliki pola pikir yang lebih baik terhadap MTM. Tingginya tingkat pendidikan tidak
penyakit dan terapi yang dijalaninya menjamin keberhasilan dalam
(Jankowska-Polańska et al., 2016). Apabila meningkatkatkan tingkat pengetahuan
hasil pada tabel I dianalisis dan dihubungkan pasien, serta peranan apoteker dengan
dengan tingkat pengetahuan subjek, akan metode Medication Therapy Management
didapatkan hasil yang terlihat pada Tabel II. (MTM) bermakna bagi peningkatan
Berdasarkan tabel II, hasil pretest pengetahuan pasien mengenai penyakit
dapat dilihat bahwa tidak seluruh subjek hipertensi dan terapinya.
yang berpengetahuan tinggi berasal dari Kepatuhan pasien dalam pengobatan
kategori pasien berpendidikan tinggi, tetapi berpengaruh terhadap keberhasilan terapi
untuk semua pasien yang berpendidikan hipertensi. Hasil penelitian untuk
tinggi semuanya memiliki skor yang tinggi mengetahui adanya pengaruh penerapan
pada data pretest. Pada kategori sedang dan metode berbasis Medication Therapy
rendah juga tidak seluruhnya dicapai oleh Management (MTM) terhadap kepatuhan
subjek yang berpendidikan rendah dan dapat dilihat pada tabel III.

MF Vol 14 No 2, 2018 1
Analisis Faktor Klinik terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
Tabel III. Pengaruh MTM terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi
Uji Tingkat Kepatuhan Nilai p
Kategori tingkat kepatuhan Pretest Posttest
n % n %
Tinggi 18 40,9 38 86,4 0,000*
Sedang 12 27,3 4 9,1
Rendah 14 31,8 2 4,5
Keterangan: p = taraf kepercayaan 5% (p <0,05); * menggunakan Uji Wilcoxon

Berdasarkan data pada tabel III, rendah dibanding perempuan. Hal ini
didapatkan peningkatan jumlah pasien yang dikarenakan laki-laki memiliki aktivitas yang
masuk kategori kepatuhan tinggi lebih banyak sehingga tingkat kesibukannya
berdasarkan skor MGLS setelah lebih tinggi dan lebih berpeluang untuk
mendapatkan pelayanan berbasis MTM, melupakan waktu minum obatnya (Ambaw
semula 40,9% menjadi 86,4%, jumlah pasien et al., 2012). Lama pengobatan dan penyakit
yang berada pada kategori kepatuhan sedang penyerta dapat mempengaruhi kepatuhan
turun dari 27,3% menjadi 9,1 % serta jumlah pasien. Semakin lama seorang pasien
pasien yang berada pada kategori rendah menjalani pengobatannya dan semakin
turun dari 31,8% menjadi 4,5%. Berdasarkan banyak obat yang dikonsumsi maka semakin
nilai signifikansinya p=0,000 (p<0,05) yang kecil pasien tersebut untuk patuh terhadap
artinya ada perbedaan bermakna antara pengobatannya (Jankowska-Polańska et al.,
hasil penilaian kepatuhan pasien sebelum 2016). Jika dibandingkan antara kepatuhan
dan setelah perlakuan/ pelayanan berbasis pengobatan pasien dengan karakteristik
MTM menurut skor MGLS pretest dan jenis kelamin, lama menderita dan
posttest. Dapat disimpulkan dari data komplikasi hasilnya dapat dilihat pada Tabel
tersebut bahwa apoteker memiliki peran IV.
yang bermakna dalam meningkatkan Berdasarkan data dari tabel IV, dapat
kepatuhan pasien dalam pengobatan. Hal ini dilihat untuk data pretest bahwa ada
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh perbedaan nilai test antara laki-laki dan
Sam dkk (2017) diperoleh hasil yaitu perempuan dimana pada laki-laki kategori
terdapat peningkatan kepatuhan pada pasien terbanyak yaitu pasien dengan kepatuhan
dengan penyakit kronis dengan rendah yaitu 8 orang pasien (18,2%) dan jika
menggunakan metode Medication Therapy dibandingkan dengan pasien perumpuan
Management (MTM) (Sam dkk., 201). kategori terbanyak kepatuhan tinggi yaitu 13
Penelitian lain yang dilakukan oleh Saranrat orang (29,5%). Perbedaan pada karakteristik
Wittayanukorn dkk (2013) tentang ini dapat memberikan pengaruh terhadap
penerapan Medication Therapy Management hasil namun diharapkan masih dapat
(MTM) pada penyakit kardiovaskular dan menggambarkan hubungan antar variabel
diperoleh hasil yaitu terdapat signifikansi setelah adanya pelayanan berbasis MTM.
secara klinis dengan meningkatnya jumlah Berdasarkan hasil setelah diberikan
pasien yang mencapai tujuan pengobatan, intervensi MTM, baik laki-laki dan
tercapainya kepatuhan sehingga tekanan perumpuan terdapat peningkatan kategori
darah pasien hipertensi dapat terkontrol kepatuhan menjadi tinggi. yaitu laki-laki
dan turunnya angka indeks Body Mass Index semula 5 orang (11,4 %) menjadi 13 orang
(BMI) (Wittayanukorn et al., 2013). (41,3%), penurunan kategori sedang yaitu
Kepatuhan pengobatan sangat laki-laki semula 3 orang (6,8 %) menjadi 1
mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal orang (2,3%), serta penurunan kategori
diantaranya yaitu jenis kelamin, lama rendah yaitu laki-laki semula 8 orang (18,2
menderita dan keberadaan penyakit %) menjadi 2 orang (4,5%). Hal ini dapat
penyerta/komorbid. Penelitian terkait dibuktikan berdasakan hasil uji statistik
hubungan antara jenis kelamin dan tingkat menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,425
kepatuhan pasien menunjukkan bahwa laki- (p>0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat
laki memiliki tingkat kepatuhan yang lebih pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat

2 MF Vol 14 No 2, 2018
Majalah Farmaseutik Vol. No.
Tabel IV. Pengaruh jenis kelamin, usia, lama terapi dan penyakit penyerta MTM terhadap
Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi
Uji Tingkat Kepatuhan

Karakteristik subjek Pretest Posttest Nilai p


Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n % n % n %
Jenis Laki-laki 5 11,4 3 6,8 8 18,2 13 41,3 1 2,3 2 4,5 0,425a
kelamin Perumpuan 13 29,5 8 18,2 7 15,9 25 36,2 3 6,8 0 0
Lama < 1 tahun 3 6,8 6 13,6 2 4,5 10 22,7 0 0 1 2,3
menderita 1 – 10 tahun 13 29,5 2 4,5 11 25 6 13,6 4 9,1 2 4,5 0,673b
11-19 tahun 2 4,5 2 4,5 2 4,5 6 13,6 0 0 0 0
>20 tahun 0 0 1 2,3 0 0 1 2,3 0 0 0 0
Komplikasi DM 5 11,4 0 0 2 4,5 6 13,6 1 2,3 0 0
Hiperlipidemia 1 2,3 2 4,5 0 0 3 6,8 0 0 0 0 0,752b
DM+Hiperlipidemia 2 4,5 2 4,5 0 0 3 6,8 1 2,3 0 0
Tanpa Komplikasi 10 22,7 8 18,2 12 27,2 26 59,1 2 4,5 2 4,5
Keterangan :
p = taraf kepercayaan 5% (p <0,05); a = analisis menggunakan Mann Whitney; banalisis menggunakan Kruskal Walis Test

kepatuhan pasien hipertensi yang mendapat memperluas pengetahuan dari seseorang,


metode pelatihan MTM, serta peranan semakin banyak pengalaman seseorang,
apoteker dengan metode Medication Therapy maka semakin tinggi pula pengetahuan
Management (MTM) bermakna bagi orang tersebut sehingga kepatuhan dalam
peningkatan kepatuhan minum obat. minum obat juga akan meningkat (Hadi and
Hasil signifikansi lama pasien Rostamigooran, 2004). Sehingga, peranan
menderita hipertensi dengan kepatuhan apoteker dengan metode Medication Therapy
diperoleh hasil signifikansi yaitu 0,673 Management (MTM) bermakna bagi
(p>0,05) dan komorbid penyakit dengan peningkatan kepatuhan pasien mengenai
kepatuhan diperoleh nilai signifikansi 0,752 penyakit hipertensi dan terapinya.
(p>0,05) yang artinya tidak ada pengaruh Keterbatasan Penelitian
yang signifikan antara lama pasien Walaupun sudah diupayakan sebaik
menderita hipertensi dan penyakit penyerta mungkin, penelitian ini masih terdapat
dengan kepatuhan pasien hipertensi. banyak keterbatasan, antara lain adalah
Menurut Hadi & Rostami Gooran, bahwa pengumpulan data menggunakan kuesioner
lama menderita hipertensi dan komorbid sehingga kebenaran sangat bergantung pada
penyakit tidak mempunyai pengaruh yang kejujuran subjek penelitian. Untuk
signifikan terhadap kepatuhan dalam mengantisipasi itu maka sebelumnya peneliti
pengobatan pasien, semakin lama seorang menjelaskan maksud dari pengambilan data,
menderita hipertensi maka semakin persetujuan dari responden untuk mengisi
bertambah pengalaman pasien tersebut data dengan benar sehingga tidak ada unsur
terhadap penyakitnya. Pengalaman dapat pemaksaan.

KESIMPULAN
Metode Medication Therapy Management UCAPAN TERIMA KASIH
(MTM) berpengaruh secara bermakna Penulis mengucapkan terimakasih kepada
terhadap peningkatan pengetahuan pembimbing utama dan pendamping serta
mengenai penyakit hipertensi (p=0,000) dan berbagai pihak yang telah membantu
berperan signifikan dalam meningkatkan jalannya penelitian ini yaitu responden
kepatuhan pasien hipertensi (p=0,000). penelitian dan Puskesmas Umbulharjo II
Peningkatan pengetahuan pasien hipertensi dan Puskesmas Mergangsan.
dapat meningkatkan kepatuhan pasien
dalam minum obat.

MF Vol 14 No 2, 2018 1
Analisis Faktor Klinik terhadap Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
DAFTAR PUSTAKA
Akoko, B.M., Fon, P.N., Ngu, R.C., Ngu, K.B., https://doi.org/10.2147/PPA.S1172
2017. Knowledge of Hypertension 69
and Compliance with Therapy Kemenkes, 2013. Riset kesehatan dasar
Among Hypertensive Patients in the Republik Indonesia. Kementerian
Bamenda Health District of Kesehatan Republik Indonesia.
Cameroon: A Cross-sectional Study. Lee, G.K.Y., Wang, H.H.X., Liu, K.Q.L., Cheung,
Cardiol Ther 6, 53–67. Y., Morisky, D.E., Wong, M.C.S., 2013.
https://doi.org/10.1007/s40119- Determinants of Medication
016-0079-x Adherence to Antihypertensive
Ambaw, A.D., Alemie, G.A., W/Yohannes, S.M., Medications among a Chinese
Mengesha, Z.B., 2012. Adherence to Population Using Morisky
antihypertensive treatment and Medication Adherence Scale. PLoS
associated factors among patients on ONE 8, e62775.
follow up at University of Gondar https://doi.org/10.1371/journal.po
Hospital, Northwest Ethiopia. BMC ne.0062775
Public Health 12, 282. Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian
https://doi.org/10.1186/1471- Kesehatan. PT Rineka Cipta., Jakarta.
2458-12-282 Pinto, E., 2007. Blood Pressure and Ageing.
Baliz Erkoc, S., Isikli, B., Metintas, S., Ribeiro, C.D., Resqueti, V.R., Lima, I., Dias,
Kalyoncu, C., 2012. Hypertension F.A.L., Glynn, L., Fregonezi, G.A.F.,
Knowledge-Level Scale (HK-LS): A 2015. Educational interventions for
Study on Development, Validity and improving control of blood pressure
Reliability. IJERPH 9, 1018–1029. in patients with hypertension: a
https://doi.org/10.3390/ijerph9031 systematic review protocol. BMJ
018 Open 5, e006583–e006583.
Beyhaghi, H., Reeve, B.B., Rodgers, J.E., https://doi.org/10.1136/bmjopen-
Stearns, S.C., 2016. Psychometric 2014-006583
Properties of the Four-Item Morisky Sam, G.K., Thomas, J., Alexander, R.,
Green Levine Medication Adherence Varughese, S.A., 2017. ASSESSMENT
Scale among Atherosclerosis Risk in & EVALUATION ON THE
Communities Study (ARIC) KNOWLEDGE, ATTITUDE &
Participants. Value Health 19, 996– PRACTICE TOWARDS MEDICATION
1001. THERAPY MANAGEMENT AMONG
https://doi.org/10.1016/j.jval.2016. COMMUNITY OF DAVANGERE CITY.
07.001 Asian J Pharm Clin Res 10, 380.
Dipiro, 2017. Pharmacotherapy A https://doi.org/10.22159/ajpcr.201
Pathophysiologic Approarch 10 Th 7.v10i4.16889
Edition. Mc.Graw Hill. WHO, 2003. Adherence to Long-Term
Hadi, N., Rostamigooran, N., 2004. Therapies - Evidence for Action.
Determinant factors of medication Wittayanukorn, S., Westrick, S.C., Hansen,
compliance in hypertensive patients R.A., Billor, N., Braxton-Lloyd, K., Fox,
of Shiraz, Iran. Arch Iranian Med 7. B.I., Garza, K.B., 2013. Evaluation of
Jankowska-Polańska, B., Uchmanowicz, I., Medication Therapy Management
Dudek, K., Mazur, G., 2016. Services for Patients with
Relationship between Cardiovascular Disease in a Self-
patients&rsquo; knowledge and Insured Employer Health Plan. JMCP
medication adherence among 19, 385–395.
patients with hypertension. PPA https://doi.org/10.18553/jmcp.201
Volume 10, 2437–2447. 3.19.5.385

2 MF Vol 14 No 2, 2018

Anda mungkin juga menyukai