Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKPATUHAN

PASIEN TBC MENJALANI PENGOBATAN DI


KABUPATEN MURUNG RAYA

ANTONIUS TANGKEALLO
NIM: 113063C1221026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SUAKA INSAN BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam pelaksanaan pengobatan TBC, seringkali pasien tidak patuh dalam menjalani
pengobatan. Ketidakpatuhan minum obat penderita TB dalam pengobatan TB dapat
diakibatkan oleh banyak faktor, seperti obat, penyakit, dan penderitanya sendiri.
Berdasarkan pada hasil penelitian beberapa ahli tersebut, seperti Haynes et al (dalam
Pohan & Budiningsih, 2012); Wulandari (2015); Winarni, dkk. (2019) dapat dijelaskan
bahwa secara subtansial faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan penderita TB
paru dalam minum obat antara lain pegetahuan tentang penyakit TB paru, jangkauan
dengan fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, lamanya pengobatan, pengawas minum
obat (POM), rasa bosan, efek samping obat, persepsi penderita terhadap penyakit TB
paru, dan biaya.
Hasil observasi dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas
Puruk Cahu kabupaten Murung Raya, diketahui bahwa jumlah kasus penderita
tuberkulosis tergolong tinggi yaitu sebanyak 34 orang pada tahun 2021. Dari 34 orang
tersebut tersebar dalam kategori kasus baru sebanyak 24 orang, kategori kambuh (relaps)
sebanyak 3 orang, kategori pindahan (transfer in) sebanyak 2 orang, dan kategori lalai
(drop out) sebanyak 5 orang. Sementara penderita TB paru yang tergolong resistant obat
(RO) ada 1 orang. Dari 34 orang penderita TB paru tersebut yang putus pengobatan
sebanyak 12 orang atau sebesar 35,3%.
Berdasarkan uraian fenomena perkembangan kasus TB paru di kabupaten Murung
Raya yang terdaftar di Puskesmas Puruk Cahu yang didukung dengan beberapa fakta
empiris maka perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakpatuhan pasien TB paru menjalani pengobatan di Kabupaten Murung
Raya.
PENDAHULUAN
PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah yaitu “Faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien TB paru menjalani
pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya tahun
2022?”.

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh jarak dengan fasilitas kesehatan dengan ketidakpatuhan
pasien TB paru menjalani pengobatan
2. Mengetahui pengaruh dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan pasien TB paru
menjalani pengobatan
3. Mengetahui pengaruh lama pengobatan dengan ketidakpatuhan pasien TB paru
menjalani pengobatan
4. Mengetahui pengaruh pengawas minum obat dengan ketidakpatuhan pasien TB
paru menjalani pengobatan
5. Mengetahui hubungan efek samping obat dengan ketidakpatuhan pasien TB paru
menjalani pengobatan
6. Mengetahui pengaruh komorbid dengan ketidakpatuhan pasien TB paru menjalani
pengobatan
7. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang paling dominan terhadap ketidakpatuhan
pasien TB paru menjalani pengobatan
TINJAUAN PUSTAKA
KEPATUHAN
Kepatuhan minum obat menurut World Health Organization (WHO) adalah
perluasan dari perilaku minum obat, mengikuti diet tertentu dan atau mengubah gaya
hidup sesuai dengan rekomendasi yang telah disepakati ahli kesehatan (Tola dan
Immnuel, 2015). Kemenkes (2016) mengidentifikasi indikator kepatuhan minum obat
TB paru antara lain yaitu pemberian dosis obat, waktu minum obat, dan aturan minum
obat

JARAK DENGAN FASILITAS KESEHATAN


Secara umum jarak adalah letak wilayah (geografis) berhubungan dengan
keterjangkauan tempat dan waktu. Tempat tinggal masyarakat dengan pusat
pelayanan kesehatan yang diukur dalam radius kilometer (Karamelka, 2015). Jarak
dikatakan dekat apabila jarak kurang atau sama dengan 3 km, sementara jarak
dikatakan jauh apabila jarak lebih dari 3 km terhadap pusat pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2006)

DUKUNGAN KELUARGA
Dukungan kelurga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2014). Terdapat 4 jenis dukungan
keluarga yaitu: dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental,
dan dukungan penghargaan. Peranan keluarga dalam mendampingi dan mengantar
penderita TB ke pelayanan kesehatan setiap 2 minggu sekali, untuk mengambil obat
dan cek dahak pada waktu yang telah ditentukan menjadi salah satu ukuran keluarga
memberikan dukungannya.
TINJAUAN PUSTAKA
LAMA PENGOBATAN
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2016, penyakit tuberkulosis
dapat diobati dengan mengonsumsi beberapa obat selama 6 sampai 9 bulan. Sementara
Pratiwi et al (2016) menjelaskan lama terapi dilihat dari rentang waktu sejak dimulai
pengobatan tahap awal saat mulai terdiagnosis TB MDR hingga pemeriksaan terakhir
saat dilakukan pengambilan data, dinyatakan dalam bulan. Lama terapi dikategorikan
menjadi terapi jangka pendek (4-6 bulan); terapi jangka menengah (7-17 bulan); dan
terapi jangka panjang (18-24 bulan).

PENGAWAS MINUM OBAT


Menurut Susiyanti (dalam Tindatu et al, 2020) menyatakan bahwa Pengawas
Minum Obat (PMO) adalah orang yang membantu pasien TB dalam memberi
pengawasan secara langsung saat pasien menelan obat. Pengawas minum obat bisa
berasal dari anggota keluarga, kader, petugas kesehatan atau pun relawan. Peran PMO
sangatlah besar dalam menjaga kepatuhan penderita TB dalam meminum obat sesuai
anjuran yang diberikan.

EFEK SAMPING OAT


Menurut Kemenkes RI (2016), efek samping merupakan setiap respon obat yang
merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau
takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Menurut
Depkes (2008) dalam Seniantara dkk (2015), efek samping obat anti tuberkulosis yang
sering muncul adalah kehilangan nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan
sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna kemerahan pada air seni
TINJAUAN PUSTAKA
KOMORBIDITAS
Penyakit penyerta atau komorbiditas merupakan kondisi dimana dua penyakit atau
lebih secara bersama-sama. Orang yang memiliki penyakit penyerta memiliki resiko 5
kali untuk mengalami penyakit TB paru dibanding orang yang tidak mempunyai penyakit
penyerta (Widyastuti et al., 2019). Dua penyakit penyerta pasien dengan relapse TB paru
adalah DM dan HIV.

KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian


METODE PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian survey analitik dengan pendekatan cross
sectional, artinya subjek yang diteliti hanya diamati terdapat pada variabel independen
dengan variabel dependen yang dilakukan pengukuran dalam waktu bersamaan
(Ghozali, 2016).

VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian dalam penelitian ini antar lain: variabel bebas yang meliputi: jarak
dengan fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, lama pengobatan, peran PMO, efek
samping obat, dan komorbid. Sementara variabel terikat adalah ketidakpatuhan minum
obat TB paru

POPULASI
Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Puruk Cahu sebanyak 40 orang yang tercatat pada masa observasi penelitian

SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang tergolong tidak patuh yang sedang
menjalani pengobatan TB paru di Puskesmas Puruk Cahu sebanyak 30 orang yang
diperoleh dengan menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dengan kriteria inklusi penderita TB paru berusia diatas 15 tahun yang
sedang menjalani pengobatan intensif pada masa observasi penelitian ini
METODE PENELITIAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Instumen dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian, yang meliputi:
1. Data responden, berisi tentang nama responden, jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan jarak rumah dengan puskesmas, lama pengobatan, efek
samping obat, dan komorbid/penyakit penyerta
2. Dukungan keluarga, berisi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan dukungan
keluarga yang terdiri dari 20 pertanyaan
3. Peran PMO, berisi tentang pertanyaan yang berkaitan dengan peran pengawas
menelan obat yang terdiri dari 12 pertanyaan
4. Ketidakpatuhan, berisi tentang pertanyaan yang berdasarkan kuesioner MARS yang
berkaitan dengan ketidakpatuhan penderita TB menelan obat yang terdiri dari 5
pertanyaan

TEKNIK & PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


1. Tahap persiapan pengumpulan data
Mengurus administrasi yaitu persetujuan proposal dari dosen pembimbing dan
permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Puruk Cahu, kemudian
membuat kuesioner yang sesuai dengan tema penelitian
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Memberikan kuesioner kepada sampel penelitian, kemudian setelah data terkumpul
melakukan proses editing, coding, dan tabulating
3. Tahap akhir,
Melakukan analisis data dengan menggunakan SPSS untuk menjawab pertanyaan
penelitian
METODE PENELITIAN
CARA ANALISIS DATA
Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi fiekuensi dan proporsi dari
berbagai variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam analisis univariat hanya
mengasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Rumus yang digunakan :

Analisis Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variabel yaitu variabel
independent dan variabel dependent. Uji statistic yang digunakan adalah Chi-Square
karena merupakan salah satu uji komparatif dan parametris yang tidak mensyaratkan
data terdistribusi normal.
Rumus yang digunakan :

Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini seluruh variable yang dianalisis memiliki data yang berbentuk
nominal, sehingga pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistic. Model
regresi logistic adalah salah satu model yang digunakan untuk mencari hubungan antara
peubah respon kategori dengan satu atau lebih peubah penjelas yang kontinyu ataupun
kategori. Analisis ini digunakan untuk mengetahuai faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap ketidakpatuhan minum obat. Adapun Persamaan dalam penelitian
ini adalah :
L1 = = a + 1X1 + 2X2 + … + kXk

Anda mungkin juga menyukai