Anda di halaman 1dari 11

Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552

Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

PENGALAMAN PUTUS OBAT PADA KLIEN TB


YANG MENDAPATKAN PENGOBATAN OAT DENGAN
STRATEGI DOTS DI RS UMUM KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

(Experience of Drop Out of Medicine on TB Clients That Getting OAT Treatment with
DOTS Strategy in Tangerang District General Hospital)

Nuraini1, Naziah2, Muhammad Arifki Zainaro3


1
Dosen Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Tangerang
2
Dosen Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nasional Jakarta
3
Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung
E-mail : anney.passolong@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang


pengalaman putus obat pada Klien TB yang mendapatkan pengobatan OAT dengan
strategi DOTS dan mengeksplorasi faktor pendukung dan penghambat. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi,
dengan jumlah informan 8 orang, diantaranya 4 orang putus obat dan 4 orang yang
tidak putus obat. Informan kunci adalah keluarga klien sebanyak 8 orang. Data yang
diperoleh dianalisis dengan pendekatan Colaizzi. Hasil penelitian didapatkan
sembilan tema yaitu; pengetahuan penyakit TB, riwayat kesehatan, dukungan
keluarga, penyuluhan TB, manfaat pengawas menelan obat, obat tuberculosis, efek
samping obat TB, dampak/resiko putus obat TB, Sikap terhadap pengobatan TB.
Saran diperlukan peningkatan kemampuan dalam memberikan pendidikan
kesehatan, membuat leaflet dan diberikan pada saat klien berobat dan peneliti
lanjutan dengan fenomenologi untuk menggali pengalaman putus obat secara
sfesifik.

Kata kunci : Pengalaman, Putus Obat, TB, Pengobatan OAT, Strategi DOTS

ABSTRACT

This study aimed to obtain in-depth information about the experience of withdrawal
to the Client OAT TB treatment with DOTS strategy and explore the enabling and
inhibiting factors. This study used a qualitative research design with a
phenomenological approach, with the number of informants 8 people, including 4
people drop out of medicine and the 4 people who did not drop out of medicine. The
key informant was the client's family as much as 8 people. The data obtained were
analyzed by using Colaizzi approach. The result showed nine themes, namely;
knowledge of TB disease, medical history, family support, counseling TB, the
benefits of a treatment supporter, tuberculosis medicines, the side effects of TB
medicines, the impact / risk of dropping out of TB drugs, attitudes against the TB
treatment. Suggestion is need to improve the ability to provide health education,
made a leaflet and given upon the client treatment and continued with the

Nuraini 70
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

phenomenology researchers to explore the experience drop out of medicine in


specifically.

Keywords : Experience, Breaking up drug, TB, treatment of OAT, DOTS Strategy

PENDAHULUAN penyakit jantung dan penyakit pernapasan


akut pada seluruh kalangan usia (Riskesdas,
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah 2013). Prevalensi TB paru berdasarkan
suatu penyakit infeksi yang disebabkan diagnosis dan gejala TB paru menurut
oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri provinsi, di Indonesia 2013. Banten berada
ini merupakan bakteri basil yang sangat di urutan kelima dengan TB paru tertinggi
kuat sehingga memerlukan waktu lama dengan persentase (0.4%) setelah Jawa
untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta
sering menginfeksi organ paru-paru (90%) (0.6%), dan Gorontalo (0.5%) (Rikesdas,
dibandingkan bagian tubuh lain manusia 2013).
(Achmadi, 2010). Dari hasil Identifikasi data klien putus
Menurut WHO (2010), penyakit obat (default) TB Rawat Jalan Poli Klinik
tuberkulosis suatu penyakit global Paru – DOTS di RSU kabupaten Tangerang
emergency. TB paru adalah suatu penyakit 2015 pada tri wulan pertama (I) 30 Klien
yang juga mempunyai angka kematian yang (29.7 %), tri wulan kedua (II) 38 Klien
tinggi secara global. Pada tahun 2013 WHO (30.2%), tri wulan ketiga (III) 43 Klien
memperkirakan ada 8,6 juta kasus baru TB (32.6%), dan tri wulan keempat (IV)
(13% merupakan koinfeksi dengan HIV) sebanyak 66 Klien (38.6%).
dan ada 1,3 juta orang meninggal karena Penanganan penyakit TB dilakukan
tuberkulosis dimana diantaranya 940.000 secara komprehensif dari penemuan kasus
orang dengan HIV negatif dan 320.000 hingga pengobatan pada pasien TB. Tanpa
orang dengan HIV dan tuberkulosis positif pengobatan, angka kematian akibat TB
(WHO, 2013). menjadi tinggi. (WHO, 2013). Selain untuk
Default (Putus obat) merupakan salah menyembuhkan pasien dan mencegah
satu penyebab terjadinya kegagalan kematian, tujuan pengobatan TB lainnya
pengobatan yang berpotensi meningkatkan yaitu mencegah kekambuhan, memutuskan
kemungkinan terjadinya resistensi terhadap rantai penularan, dan mencegah terjadinya
obat anti TBC (Manaf, 1999). Penelitian di resistensi kuman terhadap Obat Anti
Spanyol dengan judul “Kepatuhan Tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI, 2011).
Pengobatan Tuberkulosis dan kematian di Penanggulangan dengan strategi
Spanyol” oleh Caylà et al pada tahun 2009, DOTS (Directly Observed Treatment
diketahui bahwa diantara kasus angka Shortcourse) dapat memberikan angka
kejadian default di wilayah itu sebesar kesembuhan yang tinggi dan berkontribusi
1,8%. (Caylà et al, 2009). untuk meningkatkan harapan hidup dan
Berdasarkan data dari WHO pada memperpanjang umur penderita (BBKPM,
tahun 2012. Indonesia merupakan 2008).
peringkat keempat negara dengan kasus TB Kesembuhan yang ingin dicapai
tertinggi setelah Negara China, India, dan diperlukan keteraturan berobat bagi setiap
Afrika Selatan (WHO, 2013). Di Indonesia penderita. Panduan OAT jangka pendek
penyakit TB adalah pembunuh nomor satu dan peran Pengawas Minum Obat (PMO)
di antara penyakit menular dan merupakan merupakan strategi untuk menjamin
penyebab kematian nomor tiga setelah kesembuhan penderita. Keberhasilan

Nuraini 71
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

pengobatan tuberkulosis paru ditentukan menjadi lebih terungkap sehingga


oleh kepatuhan dan keteraturan dalam gambaran pengalaman putus obat pada
berobat, pemeriksaan fisik, dan penderita TB yang mendapatkan
laboratorium (Roestam, 2000 dan Dalianto, pengobatan OAT dengan strategi DOTS
1999). Pada masa pengobatan diperlukan dapat tergambar secara nyata. Selain itu
kerja sama yang baik serta penelitian ini melakukan instuting,
berkesinambungan antara seorang PMO analyzing dan describing secara langsung
dengan penderita dalam mematuhi fenomena pengalaman-pengalaman para
peraturan tata cara minum obat dan kontrol pasien yang bercerita tentang kejadian
kesehatan (Widjanarko dkk, 2006). putus obat pada penderita TB yang
Salah satu akibat dari ketidakteraturan mendapatkan pengobatan OAT dengan
minum obat adalah resistensi. Resistensi strategi DOTS dengan sebebas mungkin
obat terjadi karena pengobatan jangka dari sebuah instuisi yang tidak bisa diukur
panjang, dan klien berhenti minum obat secara langsung.
saat merasa sudah lebih baik, atau akibat Penelitian ini dilakukan pada bulan
dari permasalahan kesehatan lainnya, Mei 2016. Identifikasi Informan dilakukan
seperti penyalahgunaan obat (Black & di Ruangan Rawat Jalan di Poli Klinik Paru
Hawks, 2014). (TB–DOTS) Rumah Sakit Umum
Diperkirakan seorang penderita Kabupaten Tangerang. Adapun tempat
tuberkulosis paru dewasa akan kehilangan pelaksanaan wawancara disesuaikan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, dengan keinginan Informan. Informan
hal tersebut berakibat pada kehilangan dalam penelitian terdiri dari Informan 8
pendapatan tahunan rumah tangganya orang, diantaranya 4 orang putus obat dan 4
sekitar 20-30%. Jika meninggal akibat orang yang tidak putus obat dan Informan
penyakit tuberkulosis paru, maka akan kunci sebanyak 8 orang (keluarga klien
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun, yang bertugas sebagai pengawas menelan
selain merugikan secara ekonomis, obat). Pemilihan Informan dalam penelitian
Tuberkulosis paru juga memberikan ini ditetapkan secara langsung (purposive
dampak buruk lainnya secara sosial bahkan sampling).
kadang dikucilkan oleh masyarakat Pengumpulan data dilakukan secara
(Depkes RI, 2008). Kerugian yang bertahap yaitu dimulai dari uji coba
diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis paru pedoman wawancara, kemudian melakukan
bukan hanya dari aspek kesehatan semata wawancara mendalam. Setelah selesai
tetapi juga dari aspek sosial ekonomi, kemudian dilanjutkan dengan observasi
dengan demikian tuberkulosis paru terkait dengan jenis, cara, waktu,
merupakan ancaman terhadap cita-cita dosis/jumlah, dan sisa obat pada Informan,
pembangunan dalam meningkatkan yang terakhir dilakukan wawancara
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. mendalam pada Informan Kunci.
Karenanya perang terhadap penyakit Pengolahan dan analisis data dilakukan
tuberkulosis paru berarti pula perang sejak awal pengumpulan data. Pengolahan
terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan dan analisa data dilakukan dengan metode
dan kelemahan akibat tuberkulosis (Depkes Fenomenologi yang dikembangkan oleh
RI, 2008). Colaizzi (1987) dalam Strubert &
Carpenter, 2000). Tahapan analisis
METODE meliputi: (1) Membuat transkrib data
(proses verbatim dari alat perekam suara)
Penelitian ini menggunakan desain untuk mengidentifikasi pernyataan-
penelitian kualitatif dengan pendekatan pernyataan yang bermakna dari Informan
fenomenologi, Pendekatan ini di pilih agar dengan memberi garis bawah; (2) Membaca
pengalaman Informan dapat dieksplorasi transkrip dengan teliti dan berulang

Nuraini 72
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

kemudian memberikan kode-kode data dari diantaranya penyebab TB, gejala TB, cara
setiap pernyataan Informan yang memiliki penularan TB.
ide yang berbeda; (3) Membuat kategorisasi Sebagian informan dapat menjelaskan
pernyataan-pernyataan; (4) Setelah penyebab TB secara umum dengan benar,
mengkategori semua pernyataan kemudian informan menjelaskan bahwa penyebab
mengelompokkan kategori tersebut penyakit TB adalah kuman yang masuk dan
menjadi satu pernyataan-pernyataan yang menepel diparu-paru. Semua informan
saling berhubungan satu dengan yang mempunya gejala yang berbeda-beda dan
lainnya; (5) Konfirmasi ulang dengan mengatakan bahwa mengetahui tanda
Informan tentang data yang dihasilkan dan tersebut dari apa yang dialami dan
meminta pendapat Informan apakah data dirasakan oleh informan sendiri. Informan
sudah sesuai dengan apa yang mereka berpendapat TB menular melalui udara.
alami; (6) Menambahkan data tambahan Bahkan beberapa informan menambahkan
jika ada dari hasil komfirmasi sehingga data menghirup udara yang kotor, batuk-batuk,
menjadi lengkap. berbicara terlalu dekat dapat menyebabkan
penularan TB ke orang lain. Beberapa
HASIL informan mengungkapkan bahwa tidak
mengetahui tentang cara penularan TB,
Hasil karakteristik diperoleh bahwa: 4 berikut pernyataan dari informan;
Informan mengalami Putus obat dan 4 “saya ga tau itu” (tersenyum) (I7)
Informan Tidak mengalami Putus Obat.
Informan dilakukan wawancara sebanyak “ngak tau juga sih, blom tau, ngak ada
satu kali dan satu kali validasi data, bahasa yang jelasin” (mengeleng-gelengkan
yang digunakan adalah bahasa indonesia. kepala) (I8)
Rentang umur Informan antara 15 tahun
sampai 55 tahun. Informan yang berjenis Tema Kedua: Riwayat Kesehatan.
kelamin laki-laki 4 orang diantaranya 2 Riwayat kesehatan pada klien TB di
orang yang mengalami putus obat dan 2 uraikan dalam empat sub tema yang
orang tidak mengalami putus obat. meliputi kapan mengetahui sakit TB, yang
sedangkan yang berjenis kelamin memberi tahu klien sakit TB, penyakit
perempuan berjumlah 4 orang diantaranya penyerta, tidakan utama ketika mengetahui
2 orang yang mengalami putus obat dan 2 menderita TB.
orang tidak mengalami putus obat.
Sebagian besar Informan
Informan memiliki pendidikan rendah 2
mengungkapkan bahwa pertama kali
orang dan pendidikan tinggi 6 orang.
mengetahui dirinya menderita TB sejak
Pendapatan Informan kurang dibawah
setahun yang lalu (tahun dua ribu lima
UMK Kota Tangerang 4 orang dan diatas
belas). Semua Informan diberi tahu tentang
UMK Kota Tangerang 4 orang. Klasifikasi
penyakitnya oleh dokter, beberapa
penyakit informan berfariasi yaitu paru,
informan menambahkan mengetahui dari
tenggorokan, kelenjar dan tulang. Berat
rumah sakit umum Tangerang, dan
badan informan antara 42 Kg sampai
selebihnya mengetahui dari dokter umum
dengan 65 Kg. Semua informan melakukan
dan dokter klinik dekat rumah mereka.
tes BTA dengan Hasil Positif (+). Informan
Sebagian besar Informan mengungkapkan
kunci adalah keluarga klien TB berjumlah 8
bahwa tidak memiliki penyakit penyerta,
orang.
selebihnya Informan mengungkapkan
Hasil dari analisis didapatkan
dirinya mempunyai penyakit lain selain TB
Sembilan tema. Tema-tema tersebut adalah
yaitu HIV, berikut pernyataannya;
: Tema Pertama : pengetahuan penyakit TB.
Pengetahuan penyakit TB pada klien TB
diuraikan dalam tiga sub tema yang

Nuraini 73
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

“HIV itu lah, kira kira sejak tahun dua urus pendaftaran dan semuanya, setelah
ribu tiga belas” (menatap kebawah, itu kalo sudah dekat giliran saya di
kemudian menatap peneliti kembali) (I5) panggil masuk baru bu rini nelpon saya
buat datang ke rs”(menatap peneliti)
Semua informan mengungkapkan (I1)
bahwa tindakan utama ketika mengetahui
menderita TB adalah meminum obat dari Tema Keempat: Penyuluhan TB.
dokter. Bahkan informan menambahkan Penyuluhan TB yang dilakukan oleh orang
bahwa selain minum obat dari doter juga rumah sakit atau tenaga kesehatan
mengkonsumsi obat herbal, madu, seperti diuraikan dalam tiga sub tema yaitu
diutarakan informan dibawah ini; frekuensi ke RS untuk memperoleh
pengobatan, informasi tentang penyakit,
“minum madu, obat herbal yang sudah informasi tentang obat. Beberapa Informan
ada di tempat obat saya beli, saya lupa mengungkapkan bahwa ke rumah sakit
mereknya... Maksudnya buat untuk memperoleh pengobatan yaitu setiap
stamina”(tersenyum)(I4) dua minggu sekali, dan ada juga yang
mengatakan setiap sebulan sekali. Sebagian
Tema Ketiga: Dukungan Keluarga.
informan mengungkapkan bahwa
Dukungan keluarga di uraikan dalam tiga
memperoleh informasi dari petugas
sub tema yang meliputi hubungan dengan
kesehatan, namun informasi yang diterima
anggota keluarga, yang paling mendukung,
informan bervariasi, meskipun demikian
yang mendampingi ke RS.
informasi yang disampaikan oleh petugas
Semua informan mengungkapkan kesehatan berhubungan dengan penyakit
bahwa memiliki hubungan yang baik dan kondisi yang dialami oleh informan
dengan anggota keluarga. Hubungan yang seperti operasi tulang, penularan TB,
baik di ungkapkan dalam bentuk support, pengobatan TB yang memerlukan jangka
semangat, dukungan, mengingatkan untuk waktu yang lama yaitu enam bulan,
selalu minum obat, diawasi minum obat, pantangan dan anjuran makan. Selebihnya
mendukung untuk berobat terus sampai informan mengungkapkan tidak ada
sembuh. Semua informan memperoleh informasi yang disampaikan oleh petugas
dukungan dari keluarga terdekat seperti kesehatan kepada informan tentang
bapak, ibu, suami, istri saudara dan anak. penyakitnya, bahkan salah satu informan
Sebagian informan mengungkapkan bahwa mengungkapkan penyebab dari putus obat
selalu didamping oleh anggota keluarga karena tidak memperoleh informasi dari
jika ke rumah sakit untuk memperoleh petugas kesehatan, berikut pernyataan
pengobatan, bapak, ibu, anak, bahkan salah informan;
satu dari informan juga ditemani oleh
“ngak ada, ngasi obat yaudah, nga
kadernya untuk mempermudah dan
dijelasin kalo pengobatan TB itu ngak
mempercepat proses pengobatan karena
boleh putus dulu juga seperti itu ndak
berhubungan dengan kondisi punggung
ada yang ngasi tau makanya dulu saya
informan yang tidak bisa duduk atau
putus karna ngak tau kalo tau saya ngak
mengantri lama. Berikut pernyataan
mungkin lah mutusin obatnya, sekarang
informan;
juga seperti itu ngak ada yang
“yaaa bapak”(menujuk bapaknya)(I1) ngejalasin tapi sekarang saya sudah tau
karna pengalaman yang dulu, dan temen
“kader juga ikut nemenin saya, supaya temen juga ngasi tau kalo pengobatan
proses ngambil obatnya cepat, soalnya ini ga boleh putus, kali ini ngak akan lah
saya ngak bisa duduk lama kan tulang saya putus obat insyaallah”(sambil
punggung saya sakit..., jadi kalo ada bu memegang lengan tangannya)(I5)
rini (kader) lebih enak... Bu rini yang

Nuraini 74
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

Semua informan mengungkapkan Sebagian besar informan


bahwa memperoleh informasi tentang Obat mengungkapkan lama pengobatan TB
yang berkaitan dengan cara, waktu, dan tergantung dari kondisi informan itu sendiri
frekuensi minum obat. dan itu di tentukan oleh dokter, bahkan
beberapa informan mengungkapkan alasan
Tema Kelima: Manfaat Adanya mereka putus obat, seperti kader tidak
Pengawas Menelan Obat. Manfaat dari mengantar, faktor usia, merasa sudah sehat
Pengawas Menelan Obat diurakan dalam dan napsu makan bertambah, berat badan
dua sub tema yaitu siapa pengawas menelan juga bertambah dan tidak masalah untuk
obat di rumah dan apa manfaat yang menghentikan pengobatan. Bahkan
dirasakan. informan menyatakan tidak tahu
pengobatan TB itu berapa lama
Semua informan mengungkapkan
dikarenakan tidak ada yang menjelaskan,
bahwa pengawas menelan obat adalah
berikut pernyataan informan dan informan
anggota keluarga terdekat seperti bapak,
kunci;
ibu, suami, istri, kakak atau anak. Semua
informan mengungkapkan merasakan “ga tau ngak ada yang ngomong dulu
manfaat ketika keluarga mengingatkan juga kan seperti itu, makanya saya putus
informan untuk minum obat, bahkan obat karna tidak ada yang jelasin, tapi
beberapa informan sambil di lihat apakah kali ini ikutin aja lah sampe di bilang
informan sudah menelan obatnya sehingga sembuh sama dokter, nanti balik sakit
informan merasa di perhatikan minum lagi kaya gini”(ekspresi serius, menatap
obatnya jadi semangat, rutin dan terkontrol. peneliti sambil memegang
kepalanya)(I5)
Tema Keenam: Obat Tuberculosis.
Obat tuberculosis diuraikan dalam delapan Sebagian besar informan memperoleh
sub tema dibawah ini persepsi tentang obat, obat dalam bentuk paket obat kombinasi
cara minum obat, lama pengobatan, dosis tetap (OAT-KDT), ungkapan
keragaman obat, obat yang diminum informan hanya dalam bentuk warna seperti
terakhir, frekuensi minum obat, waktu merah dan kuning. Sebagian besar
minum obat, jumlah obat sekali minum. informan mengungkapkan bahwa
mengkonsumsi obat dalam bentuk paket
Sebagian besar persepsi informan
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT),
tentang obat adalah bagus (efektif), masing
sebagaimana yang dikenal informan itu
masing informan mengungkapkan obat bisa
adalah obat merah dan obat kuning.
menyembuhkan batuk, untuk kesehatan,
Sebagian besar informan mengungkapkan
mengempeskan benjolan di tenggorokan.
bahwa frekuensi minum obat tiga kali
Semua informan mengungkapkan bahwa
dalam seminggu atau per dua hari sekali
cara minum obat itu adalah di minum
minum obat. Sebagian besar informan
menggunakan air putih akan lebih baik dan
mengungkapkan bahwa waktu minum obat
tidak pernah minum obat menggunakan
adalah pagi hari disaat perut kosong atau
susu, teh, kopi karena menurut informan
sebelum makan. Sebagian besar informan
obat tidak akan bermanfaat, meruak
mengungkapkan bahwa jumlah obat sekali
kandungan obat dan akan menetralkan obat,
minum sebayak tiga butir.
berikut pernyataan informan;
Tema Ketujuh: Efek Samping Obat
“yaa di minum aja pake air putih, kalo
TB. Menurut sebagian besar informan tidak
susu, kopi, teh kan kurang bagus, malah
memiliki atau tidak merasakan adanya efek
nanti obatnya ga bekerja”(tersenyum)
samping dari obat TB yang dapat membuat
(I8)
informan menghentikan pengobatan, hanya
saja obat berefek pada air seni karna

Nuraini 75
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

pengaruh dari warna obat yang di lebih lama lagi, penyakit TB akan
konsumsi. Selebihnya informan bertambah parah. Dengan demikian maka
menyatakan bahwa mengalami efek secara tidak langsung akan memotivasi
samping dari minum obat yaitu timbul informan untuk tidak putus obat sampai
herpes di bagian pinggul dan rasa gatal waktu di tentukan oleh dokter bahwa
gatal di sertai nyeri sehingga informan tidak informan sudah benar-benar bebas dari TB.
bisa berdiri. sementara untuk informan yang putus obat
sebagian besar informan juga mengerti
Tema Kedelapan: Dampak/Resiko tentang resiko/dampak dari putus obat
Putus Obat TB. Sebagain besar informan dengan ungkapan penyakit akan lebih lama,
mengetahui dampak atau resiko dari putus pengobatan akan diulang dari awal,
obat, sepeti pengobatan diulang dari awal, penyakitnya akan bertambah parah, tetapi
pengobatan akan lebih lama lagi, penyakit hal ini tidak cukup untuk memotivasi
akan bertambah parah, tetapi meskipun informan agar tetap menjalankan
demikian beberapa informan tetap pengobatan hingga dokter menentukan
memutuskan pengobatan karena merasa bahwa informan terbebas dari TB. Satu dari
sudah sehat dan tidak akan bermasalah pada informan yang putus obat mengungkapkan
dirinya. bahwa tidak ada dampak dari putus obat
karena ungkapannya berdasarkan
Tema Kesembilan: Sikap Terhadap
pengalaman yang dirasakan dan
Pengobatan TB. Sikap terhadap pengobatan
mengungkapkan hanya putus obat selama
TB diuraikan dalam dua sub tema dibawah
satu minggu di fase lanjutan dan langsung
ini keteraturan minum obat dalam jangka
mulai minum obat lagi, dengan alasan putus
waktu yang lama (frekuensi, waktu cara
obat bukan karna malas minum tetapi
minum obat) dan biaya pengobatan.
karena waktu jadwalnya konsul kader nya
Semua informan mengungkapkan tidak bisa menemani informan karena sibuk
setuju dengan ketentuan yang telah di dan dengan kondisi tidak bisa duduk lama
terapkan oleh dokter mulai dari cara minum karena tulang belakang bengkok, sementara
obat, frekusensi minum obat dan dengan bapak nya tidak mengerti untuk mengurus
waktu yang lama karna menurut informan pendaftaran. Masing-masing informan
itu sudah aturan dan sudah prosedurnya dan yang putus obat menjelaskan alasan mereka
harus di dilaksanakan. Sebagian besar memutuskan pengobatan mulai dari merasa
Informan menyatakan bahwa tidak sudah sembuh, napsu makan meningkat,
keberatan dengan biaya yang di tetapkan berat barat badan naik, karena tidak
karna sudah ada BPJS, beberapa informan memperoleh informasi, kaerna bergantung
mengungkapkan biaya pengobatan dibayar pada kader, merasa capek ke rumah sakit
tunai (bayar sendiri) karna tidak mau ikut dengan alasan usia. Satu diantara informan
mengantri lama dan berjam-jam, namun yang putus obat mengungkapkan sudah
demikian informan tiak keberatan dengan meraskan dampak dari putus obat dengan
hal tersebut. mengatakan bahwa penyakitnya bertambah
parah dari pengobatan sebelumya, tapi
tidak merasa menyesal karena tidak
PEMBAHASAN mengetahui dan tidak ada yang memberi
Gambaran Resiko / dampak dari putus tahu.
obat. Pengobatan TB harus lengkap dan
Semua informan yang tidak mengalami teratur sesuai petunjuk sampai dinyatakan
putus obat mengerti tentang dampak/ resiko sembuh. Bila pasien berhenti menelan obat
dari putus obat yaitu dengan ungkapan sebelum selesai pengobatan akan berisiko.
pengobatan akan di ulang dari awal, akan Penyakit tidak sembuh dan tetap

Nuraini 76
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

menularkan ke Orang lain, Penyakit Dukungan yang tersebut di peroleh dari


bertambah Parah dan bisa berakibat anggota keluarga terdekat seperti orang tua
kematian, Kuman menjadi kebal/ tidak (ayah/ibu), suami/istri, anak dan saudara.
mempan terhadap OAT lini pertama
(Depkes RI, 2009). Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pare (2013). menyimpulkan
Faktor yang mempengaruhi tidak adanya hubungan yang signifikan antara
terjadi putus obat dukungan keluarga dengan perilaku berobat
pasien TB Paru. Secara statistik
Tema; Pengetahuan Penyakit TB. menunjukkan bahwa dukungan keluarga
Sebagian besar informan yang mengalami merupakan faktor risiko terhadap perilaku
putus obat mengetahui tentang; penyebab berobat pasien TB Paru.
TB adalah Kuman Tuberculosis. gejala TB
adalah batuk, adanya benjolan, dan tulang Faktor yang mempengaruhi terjadinya
menjadi bermasalah. Penularan TB adalah putus obat
Debu dan udara. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan informan hanya secara Tema; Riwayat Kesehatan. Sebagian
umum tentang penyebab, penularan dan besar Informan mengungkapkan bahwa
gejala TB. Pengetahuan yang dimiliki tidak mempunyai penyakit lain selain TB.
informan tidak cukup untuk menyadarkan satu diantara Informan yang mengalami
informan tentang pentingnya pengobatan putus obat mengungkapkan bahwa sedang
karena pernyataan yang di sampaikan menderita penyakit HIV. Pasien yang
hanya sebatas pengalaman yang dirasakan mempunyai penyakit penyerta mempunyai
oleh informan. risiko default lebih besar dibandingkan
pasien yang tidak mempunyai penyakit
Sebagaimana yang diungkapkan oleh penyerta. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Niven (2008) Pengetahuan merupakan hasil Rian (2010) Pada penelitiannya
tahu dan ini terjadi setelah orang disimpulkan bahwa terdapat hubungan
melakukan pengindraan terhadap suatu bermakna antara riwayat kesehatan dengan
obyek tertentu, dari pengalaman dan kejadian default (Rian; 2010).
penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih Tema; Penyuluhan TB. Kelompok
langgeng dari pada perilaku yang tidak pasien yang tidak mendapatkan penyuluhan
didasari oleh pengetahuan. kesehatan mempunyai risiko besar
mengalami default jika dibandingkan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dengan kelompok pasien yang
dilakukan oleh Susilowati (2012), Firdous mendapatkan penyuluhan kesehatan (Rian,
dkk (2006), Slama et al (2013) disimpulkan 2010).
bahwa orang yang hanya mempunyai
pengetahuan sedikit tentang TB akan Untuk itulah peran petugas kesehatan
memiliki peluang besar untuk terjadi putus sangat diperlukan agar penderita
obat. tuberkulosis dapat memahami dan
sekaligus dapat menjalani proses
Tema; Dukungan Keluarga. Dalam penyembuhan penyakit tuberkulosis
kondisi kesehatan yang kurang stabil, dengan benar (Notoatmodjo, 2002).
dukungan keluarga menjadi motivasi
penting, dimana semua informan Tema; Manfaat Pengawas Menelan
mengungkapkan bahwa memiliki Obat. DOTS merupakan metode
hubungan yang baik dengan anggota pengawasan yang direkomendasikan oleh
keluarga dalam memotivasi informan untuk WHO dan merupakan paket pendukung
selalu minum obat secara rutin dan teratur. yang dapat menjawab kebutuhan pasien.
Pengawas menelan obat (PMO) harus

Nuraini 77
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

mengamati setiap asupan obat bahwa OAT gagal ginjal (WHO, 2010 dalam Kemenkes
yang ditelan oleh pasien adalah tepat obat, RI, 2013).
tepat dosis dan tepat interval (Kemenkes,
2013). Hasil analisis yang dilakukan oleh Rian
(2010) terhadapa pengaruh efek samping
Penelitian Firdous dkk, (2006). obat anti tuberkulosis terhadap kejadian
Adanya hubungan yang bermakna antara default di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi
ada tidaknya PMO dengan kesembuhan. Jakarta Timur menunjukkan bahwa adanya
Orang yang tidak mempunyai PMO akan keluhan efek samping obat lebih banyak
mempunyai peluang besar untuk terjadi pada kelompok kasus (default).
mengalami ketidak sembuhan bila Pasien TB yang mempunyai keluhan efek
dibandingkan dengan orang yang samping OAT berisiko untuk mengalami
mempunyai PMO. default dibandingkan dengan pasien TB
yang tidak mempunyai keluhan efek
Tema; Obat Tuberculosis. Pasien yang samping OAT.
menerima jenis obat dalam bentuk satuan
mempunyai risiko default dibandingkan Tema; Sikap Terhadap Pengobatan
dengan pasien yang menerima jenis obat TB. Hasil penelitian lain menyebutkan
kombipak. Menurut cara ambil obat bahwa bahwa terdapat hubungan yang bermakna
pasien yang mengambil obat dengan resep antara sikap dengan keteraturan minum
mempunyai risiko default dibandingkan obat (Ariani, 2015). Sikap yang baik ini
dengan pasien yang mengambil obat paket berkaitan dengan respon emosional para
(Rian, 2010). PMO terhadap stimulus atau obyek (dalam
mendukung kesembuhan penderita
Panduan OAT kategori-1 dan kategori- tuberkulosis paru) positif. Sikap merupakan
2 disediakan dalam bentuk paket obat reaksi respon emosional seseorang terhadap
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet stimuli atau obyek diluarnya yang bersifat
OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau penilaian, dan penilaian ini dapat
4 jenis obat dalam satu tablet. Selain itu dilanjutkan dengan kecenderungan untuk
paket obat Kombipak, paket kombipak ini melakukan atau tidak melakukan sesuatu
adalah paket obat lepas yang terdiri dari terhadap stimuli atau obyek (Notoatmodjo,
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan 2002).
Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister (Kemenkes RI, 2014). KESIMPULAN
Tema; Efek Samping Obat TB. Hasil penelitian ini data disimpulkan bahwa
Sebagian besar pasien TB dapat klien yang putus obat dipengaruhi oleh
menyelesaikan pengobatan tanpa kejadian riwayat kesehatan, penyuluhan TB,
tidak diinginkan yang bermakna namun manfaat pengawas menelan obat,
sebagian kecil dapat mengalaminya. kepatuhan menelan obat TB, efek samping
Karena itu penting memantau klinis pasien obat TB, sikap terhadap pengobatan TB,
selama pengobatan sehingga efek tidak sedangkan yang tidak putus obat
diinginkan dapat dideteksi segera dan ditata dipengaruhi oleh, pengetahuan penyakit
laksana dengan tepat. Pasien yang sehat TB, dukungan keluarga.
dapat mencegah efek samping induksi obat.
Neuropati perifer seperti kebas atau rasa SARAN
seperti terbakar pada tangan atau kaki
Berdasarkan hasil penelitian disarankan
sering terjadi pada perempuan hamil,
untuk meningkatan kemampuan dalam
infeksi HIV, penyalahgunaan alkohol,
memberikan pendidikan kesehatan,
malnutrisi, diabetes, penyakit hati kronik,
membuat leaflet dan diberikan pada saat
klien berobat dan peneliti lanjutan dengan

Nuraini 78
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

fenomenologi untuk menggali pengalaman Kemenkes RI, (2014). Pedoman Nasional


putus obat secara sfesifik. Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat
Jandral Pengendalian Penyakit Dan
DAFTAR PUSTAKA Penyehatan Lingkungan.
Muture. B. N. et al. (2011). Factors
Adistha., dkk. (2014). Evaluasi program
associated with default from treatment
Pengendalian Tuberculosis
among tuberculosis patients in nairobi
ParuDengan Strategi DOTSdi
province, Kenya: A case control study.
Puskesmas Tanah Kalikedinding
BMC Public Health 2011.
Surabaya. Jurnal Brkala Epidemiologi.
Moleong, Lexy J., (2014). Metodologi
Vol 2. No. 2.
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Ariani. N. W., (2015). Faktor-Faktor Yang
Remaja Rosdakarya.
Berhubungan Dengan Keteraturan
Pare (2013). Hubungan Antara Pekerjaan,
Minum Obat Penderita Tuberkulosis
Pmo, Pelayanan Kesehatan,
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Dukungan Keluarga Dan Diskriminasi
Modayag, Kabupaten Bolaang
Dengan Perilaku Berobat Pasien Tb
Mongondow Timur.
Paru
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014).
PDPI., (2014). Pedoman Penatalaksanaan
Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Tb (Konsensus TB ). Pedoman
Elsevier Mosby
Diagnosis & Penatalaksanaan
Caylà, Joan. A., et al., (2009). Tuberculosis
Tuberkulosis di Indonesia.
treatment adherence and fatality in
Prayogo., (2013). Factor-faktor yang
spain. Research Article, Biomed
mempengaruhi kepatuhan minum obat
Central, PMC2794858.
anti tuberculosis pada pasien
Crofton, John., dkk, 2002. Tuberkulosis
tuberculosis paru di puskesmas
Klinis Edisi 2. Widya Medika, Jakarta,
pamulang kota tangerang selatan
2002.
propinsi banten periode januari 2012 –
Daniel, O.J., et al., (2006). Default from
januari 2013.
tuberculosis treatment programme in
Pusdatin. (2015). Tuberkulosis; Temukan
Sagamu, Nigeria. Pubmed article,
Obat Sampe Sembuh. Pusat Data Dan
PMID 16649455, 2006.
Informasi Kementerian RI.
Firdous dkk., (2006). Faktor-faktor
Rikesdas., (2013). Riset Kesehatan Dasar.
penderita tuberkulosis paru putus obat.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Fitri., (2014). Profesi Dokter:Definis,
Kesehatan Kesehatan RI tahun 2013.
Kompetensi, Dan Tugas Dokter. Info
Rian S. (2010). Pengaruh Efek Samping
sehat Untuk masyarakat.
Obat Anti Tuberkulosis Terhadap
Gomes. M. Et al., (2010). Risk Factors for
Kejadian Default Di Rumah Sakit
Drug-Resistant Tuberculosis. Journal
Islam Pondok Kopi Jakarta Timur
of Tuberculosis Research. Published
Januari 2008–Mei 2010.
Online September 2014 in SciRes.
Sangadah., (2012). Analisis factor
Helper, Sahat P Manalu. (2011). Faktor
penyebab terputusnya pengobatan
Sosial Budaya Yang Mempengaruhi
tuberculosisi parudiwilayah kerja
Ketaatan Berobat Penderita TB Paru
dinas kesehatan kabupaten kebumen
di Kabupaten Tangerang. Puslitbag
Santha. T. Et al., (2000). Risk factors with
Ekologi dan Status Kesehatan. Jakarta
default, failure and death among
Pusat.
tuberculosis patients treated in a
Infodatin. (2015). Tuberkulosis; Temukan
DOTS programme in Tiruvallur
Obat Sampe Sembuh. .Pusat Data Dan
District, South India. Pudmed article.
Informasi Kementerian RI.
Saryono. M. D & Anggraeni., (2013).
Metdologi Penelitian Kuantitatif dan

Nuraini 79
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80

Kualitatif dalam Bidang Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika
Slama. K. Et al., (2013). Factors associated
with treatment default by tuberculosis
patients in Fez, Moro
Steubert, Helen J & Carpenter, Dona R.
(2003). Qualitative Research in
Nursing: Advancing the Humanistik
Imperative. 3rd Ed. Philadelphia:
Lippincott William Wilkins.
Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen, Sandra J.
(2000). Principle and Practice
Psychiatric Nursing. 6Th Edition. St
Louis. Mosby Yearbook.
Sugiyono., (2013). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung :
Alfabeta
Susilowati, (2012). Hubungan pengetahuan
pasien tbc tentang penyakit tbc dengan
kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis (OAT).
Kemenkes RI, (2014). Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat
Jandral Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan.
Kemenkes RI., (2013). Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran. Tatalaksana
Tuberkulosis.

Nuraini 80

Anda mungkin juga menyukai