(Experience of Drop Out of Medicine on TB Clients That Getting OAT Treatment with
DOTS Strategy in Tangerang District General Hospital)
ABSTRAK
Kata kunci : Pengalaman, Putus Obat, TB, Pengobatan OAT, Strategi DOTS
ABSTRACT
This study aimed to obtain in-depth information about the experience of withdrawal
to the Client OAT TB treatment with DOTS strategy and explore the enabling and
inhibiting factors. This study used a qualitative research design with a
phenomenological approach, with the number of informants 8 people, including 4
people drop out of medicine and the 4 people who did not drop out of medicine. The
key informant was the client's family as much as 8 people. The data obtained were
analyzed by using Colaizzi approach. The result showed nine themes, namely;
knowledge of TB disease, medical history, family support, counseling TB, the
benefits of a treatment supporter, tuberculosis medicines, the side effects of TB
medicines, the impact / risk of dropping out of TB drugs, attitudes against the TB
treatment. Suggestion is need to improve the ability to provide health education,
made a leaflet and given upon the client treatment and continued with the
Nuraini 70
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 71
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 72
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
kemudian memberikan kode-kode data dari diantaranya penyebab TB, gejala TB, cara
setiap pernyataan Informan yang memiliki penularan TB.
ide yang berbeda; (3) Membuat kategorisasi Sebagian informan dapat menjelaskan
pernyataan-pernyataan; (4) Setelah penyebab TB secara umum dengan benar,
mengkategori semua pernyataan kemudian informan menjelaskan bahwa penyebab
mengelompokkan kategori tersebut penyakit TB adalah kuman yang masuk dan
menjadi satu pernyataan-pernyataan yang menepel diparu-paru. Semua informan
saling berhubungan satu dengan yang mempunya gejala yang berbeda-beda dan
lainnya; (5) Konfirmasi ulang dengan mengatakan bahwa mengetahui tanda
Informan tentang data yang dihasilkan dan tersebut dari apa yang dialami dan
meminta pendapat Informan apakah data dirasakan oleh informan sendiri. Informan
sudah sesuai dengan apa yang mereka berpendapat TB menular melalui udara.
alami; (6) Menambahkan data tambahan Bahkan beberapa informan menambahkan
jika ada dari hasil komfirmasi sehingga data menghirup udara yang kotor, batuk-batuk,
menjadi lengkap. berbicara terlalu dekat dapat menyebabkan
penularan TB ke orang lain. Beberapa
HASIL informan mengungkapkan bahwa tidak
mengetahui tentang cara penularan TB,
Hasil karakteristik diperoleh bahwa: 4 berikut pernyataan dari informan;
Informan mengalami Putus obat dan 4 “saya ga tau itu” (tersenyum) (I7)
Informan Tidak mengalami Putus Obat.
Informan dilakukan wawancara sebanyak “ngak tau juga sih, blom tau, ngak ada
satu kali dan satu kali validasi data, bahasa yang jelasin” (mengeleng-gelengkan
yang digunakan adalah bahasa indonesia. kepala) (I8)
Rentang umur Informan antara 15 tahun
sampai 55 tahun. Informan yang berjenis Tema Kedua: Riwayat Kesehatan.
kelamin laki-laki 4 orang diantaranya 2 Riwayat kesehatan pada klien TB di
orang yang mengalami putus obat dan 2 uraikan dalam empat sub tema yang
orang tidak mengalami putus obat. meliputi kapan mengetahui sakit TB, yang
sedangkan yang berjenis kelamin memberi tahu klien sakit TB, penyakit
perempuan berjumlah 4 orang diantaranya penyerta, tidakan utama ketika mengetahui
2 orang yang mengalami putus obat dan 2 menderita TB.
orang tidak mengalami putus obat.
Sebagian besar Informan
Informan memiliki pendidikan rendah 2
mengungkapkan bahwa pertama kali
orang dan pendidikan tinggi 6 orang.
mengetahui dirinya menderita TB sejak
Pendapatan Informan kurang dibawah
setahun yang lalu (tahun dua ribu lima
UMK Kota Tangerang 4 orang dan diatas
belas). Semua Informan diberi tahu tentang
UMK Kota Tangerang 4 orang. Klasifikasi
penyakitnya oleh dokter, beberapa
penyakit informan berfariasi yaitu paru,
informan menambahkan mengetahui dari
tenggorokan, kelenjar dan tulang. Berat
rumah sakit umum Tangerang, dan
badan informan antara 42 Kg sampai
selebihnya mengetahui dari dokter umum
dengan 65 Kg. Semua informan melakukan
dan dokter klinik dekat rumah mereka.
tes BTA dengan Hasil Positif (+). Informan
Sebagian besar Informan mengungkapkan
kunci adalah keluarga klien TB berjumlah 8
bahwa tidak memiliki penyakit penyerta,
orang.
selebihnya Informan mengungkapkan
Hasil dari analisis didapatkan
dirinya mempunyai penyakit lain selain TB
Sembilan tema. Tema-tema tersebut adalah
yaitu HIV, berikut pernyataannya;
: Tema Pertama : pengetahuan penyakit TB.
Pengetahuan penyakit TB pada klien TB
diuraikan dalam tiga sub tema yang
Nuraini 73
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
“HIV itu lah, kira kira sejak tahun dua urus pendaftaran dan semuanya, setelah
ribu tiga belas” (menatap kebawah, itu kalo sudah dekat giliran saya di
kemudian menatap peneliti kembali) (I5) panggil masuk baru bu rini nelpon saya
buat datang ke rs”(menatap peneliti)
Semua informan mengungkapkan (I1)
bahwa tindakan utama ketika mengetahui
menderita TB adalah meminum obat dari Tema Keempat: Penyuluhan TB.
dokter. Bahkan informan menambahkan Penyuluhan TB yang dilakukan oleh orang
bahwa selain minum obat dari doter juga rumah sakit atau tenaga kesehatan
mengkonsumsi obat herbal, madu, seperti diuraikan dalam tiga sub tema yaitu
diutarakan informan dibawah ini; frekuensi ke RS untuk memperoleh
pengobatan, informasi tentang penyakit,
“minum madu, obat herbal yang sudah informasi tentang obat. Beberapa Informan
ada di tempat obat saya beli, saya lupa mengungkapkan bahwa ke rumah sakit
mereknya... Maksudnya buat untuk memperoleh pengobatan yaitu setiap
stamina”(tersenyum)(I4) dua minggu sekali, dan ada juga yang
mengatakan setiap sebulan sekali. Sebagian
Tema Ketiga: Dukungan Keluarga.
informan mengungkapkan bahwa
Dukungan keluarga di uraikan dalam tiga
memperoleh informasi dari petugas
sub tema yang meliputi hubungan dengan
kesehatan, namun informasi yang diterima
anggota keluarga, yang paling mendukung,
informan bervariasi, meskipun demikian
yang mendampingi ke RS.
informasi yang disampaikan oleh petugas
Semua informan mengungkapkan kesehatan berhubungan dengan penyakit
bahwa memiliki hubungan yang baik dan kondisi yang dialami oleh informan
dengan anggota keluarga. Hubungan yang seperti operasi tulang, penularan TB,
baik di ungkapkan dalam bentuk support, pengobatan TB yang memerlukan jangka
semangat, dukungan, mengingatkan untuk waktu yang lama yaitu enam bulan,
selalu minum obat, diawasi minum obat, pantangan dan anjuran makan. Selebihnya
mendukung untuk berobat terus sampai informan mengungkapkan tidak ada
sembuh. Semua informan memperoleh informasi yang disampaikan oleh petugas
dukungan dari keluarga terdekat seperti kesehatan kepada informan tentang
bapak, ibu, suami, istri saudara dan anak. penyakitnya, bahkan salah satu informan
Sebagian informan mengungkapkan bahwa mengungkapkan penyebab dari putus obat
selalu didamping oleh anggota keluarga karena tidak memperoleh informasi dari
jika ke rumah sakit untuk memperoleh petugas kesehatan, berikut pernyataan
pengobatan, bapak, ibu, anak, bahkan salah informan;
satu dari informan juga ditemani oleh
“ngak ada, ngasi obat yaudah, nga
kadernya untuk mempermudah dan
dijelasin kalo pengobatan TB itu ngak
mempercepat proses pengobatan karena
boleh putus dulu juga seperti itu ndak
berhubungan dengan kondisi punggung
ada yang ngasi tau makanya dulu saya
informan yang tidak bisa duduk atau
putus karna ngak tau kalo tau saya ngak
mengantri lama. Berikut pernyataan
mungkin lah mutusin obatnya, sekarang
informan;
juga seperti itu ngak ada yang
“yaaa bapak”(menujuk bapaknya)(I1) ngejalasin tapi sekarang saya sudah tau
karna pengalaman yang dulu, dan temen
“kader juga ikut nemenin saya, supaya temen juga ngasi tau kalo pengobatan
proses ngambil obatnya cepat, soalnya ini ga boleh putus, kali ini ngak akan lah
saya ngak bisa duduk lama kan tulang saya putus obat insyaallah”(sambil
punggung saya sakit..., jadi kalo ada bu memegang lengan tangannya)(I5)
rini (kader) lebih enak... Bu rini yang
Nuraini 74
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 75
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
pengaruh dari warna obat yang di lebih lama lagi, penyakit TB akan
konsumsi. Selebihnya informan bertambah parah. Dengan demikian maka
menyatakan bahwa mengalami efek secara tidak langsung akan memotivasi
samping dari minum obat yaitu timbul informan untuk tidak putus obat sampai
herpes di bagian pinggul dan rasa gatal waktu di tentukan oleh dokter bahwa
gatal di sertai nyeri sehingga informan tidak informan sudah benar-benar bebas dari TB.
bisa berdiri. sementara untuk informan yang putus obat
sebagian besar informan juga mengerti
Tema Kedelapan: Dampak/Resiko tentang resiko/dampak dari putus obat
Putus Obat TB. Sebagain besar informan dengan ungkapan penyakit akan lebih lama,
mengetahui dampak atau resiko dari putus pengobatan akan diulang dari awal,
obat, sepeti pengobatan diulang dari awal, penyakitnya akan bertambah parah, tetapi
pengobatan akan lebih lama lagi, penyakit hal ini tidak cukup untuk memotivasi
akan bertambah parah, tetapi meskipun informan agar tetap menjalankan
demikian beberapa informan tetap pengobatan hingga dokter menentukan
memutuskan pengobatan karena merasa bahwa informan terbebas dari TB. Satu dari
sudah sehat dan tidak akan bermasalah pada informan yang putus obat mengungkapkan
dirinya. bahwa tidak ada dampak dari putus obat
karena ungkapannya berdasarkan
Tema Kesembilan: Sikap Terhadap
pengalaman yang dirasakan dan
Pengobatan TB. Sikap terhadap pengobatan
mengungkapkan hanya putus obat selama
TB diuraikan dalam dua sub tema dibawah
satu minggu di fase lanjutan dan langsung
ini keteraturan minum obat dalam jangka
mulai minum obat lagi, dengan alasan putus
waktu yang lama (frekuensi, waktu cara
obat bukan karna malas minum tetapi
minum obat) dan biaya pengobatan.
karena waktu jadwalnya konsul kader nya
Semua informan mengungkapkan tidak bisa menemani informan karena sibuk
setuju dengan ketentuan yang telah di dan dengan kondisi tidak bisa duduk lama
terapkan oleh dokter mulai dari cara minum karena tulang belakang bengkok, sementara
obat, frekusensi minum obat dan dengan bapak nya tidak mengerti untuk mengurus
waktu yang lama karna menurut informan pendaftaran. Masing-masing informan
itu sudah aturan dan sudah prosedurnya dan yang putus obat menjelaskan alasan mereka
harus di dilaksanakan. Sebagian besar memutuskan pengobatan mulai dari merasa
Informan menyatakan bahwa tidak sudah sembuh, napsu makan meningkat,
keberatan dengan biaya yang di tetapkan berat barat badan naik, karena tidak
karna sudah ada BPJS, beberapa informan memperoleh informasi, kaerna bergantung
mengungkapkan biaya pengobatan dibayar pada kader, merasa capek ke rumah sakit
tunai (bayar sendiri) karna tidak mau ikut dengan alasan usia. Satu diantara informan
mengantri lama dan berjam-jam, namun yang putus obat mengungkapkan sudah
demikian informan tiak keberatan dengan meraskan dampak dari putus obat dengan
hal tersebut. mengatakan bahwa penyakitnya bertambah
parah dari pengobatan sebelumya, tapi
tidak merasa menyesal karena tidak
PEMBAHASAN mengetahui dan tidak ada yang memberi
Gambaran Resiko / dampak dari putus tahu.
obat. Pengobatan TB harus lengkap dan
Semua informan yang tidak mengalami teratur sesuai petunjuk sampai dinyatakan
putus obat mengerti tentang dampak/ resiko sembuh. Bila pasien berhenti menelan obat
dari putus obat yaitu dengan ungkapan sebelum selesai pengobatan akan berisiko.
pengobatan akan di ulang dari awal, akan Penyakit tidak sembuh dan tetap
Nuraini 76
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 77
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
mengamati setiap asupan obat bahwa OAT gagal ginjal (WHO, 2010 dalam Kemenkes
yang ditelan oleh pasien adalah tepat obat, RI, 2013).
tepat dosis dan tepat interval (Kemenkes,
2013). Hasil analisis yang dilakukan oleh Rian
(2010) terhadapa pengaruh efek samping
Penelitian Firdous dkk, (2006). obat anti tuberkulosis terhadap kejadian
Adanya hubungan yang bermakna antara default di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi
ada tidaknya PMO dengan kesembuhan. Jakarta Timur menunjukkan bahwa adanya
Orang yang tidak mempunyai PMO akan keluhan efek samping obat lebih banyak
mempunyai peluang besar untuk terjadi pada kelompok kasus (default).
mengalami ketidak sembuhan bila Pasien TB yang mempunyai keluhan efek
dibandingkan dengan orang yang samping OAT berisiko untuk mengalami
mempunyai PMO. default dibandingkan dengan pasien TB
yang tidak mempunyai keluhan efek
Tema; Obat Tuberculosis. Pasien yang samping OAT.
menerima jenis obat dalam bentuk satuan
mempunyai risiko default dibandingkan Tema; Sikap Terhadap Pengobatan
dengan pasien yang menerima jenis obat TB. Hasil penelitian lain menyebutkan
kombipak. Menurut cara ambil obat bahwa bahwa terdapat hubungan yang bermakna
pasien yang mengambil obat dengan resep antara sikap dengan keteraturan minum
mempunyai risiko default dibandingkan obat (Ariani, 2015). Sikap yang baik ini
dengan pasien yang mengambil obat paket berkaitan dengan respon emosional para
(Rian, 2010). PMO terhadap stimulus atau obyek (dalam
mendukung kesembuhan penderita
Panduan OAT kategori-1 dan kategori- tuberkulosis paru) positif. Sikap merupakan
2 disediakan dalam bentuk paket obat reaksi respon emosional seseorang terhadap
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet stimuli atau obyek diluarnya yang bersifat
OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau penilaian, dan penilaian ini dapat
4 jenis obat dalam satu tablet. Selain itu dilanjutkan dengan kecenderungan untuk
paket obat Kombipak, paket kombipak ini melakukan atau tidak melakukan sesuatu
adalah paket obat lepas yang terdiri dari terhadap stimuli atau obyek (Notoatmodjo,
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan 2002).
Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister (Kemenkes RI, 2014). KESIMPULAN
Tema; Efek Samping Obat TB. Hasil penelitian ini data disimpulkan bahwa
Sebagian besar pasien TB dapat klien yang putus obat dipengaruhi oleh
menyelesaikan pengobatan tanpa kejadian riwayat kesehatan, penyuluhan TB,
tidak diinginkan yang bermakna namun manfaat pengawas menelan obat,
sebagian kecil dapat mengalaminya. kepatuhan menelan obat TB, efek samping
Karena itu penting memantau klinis pasien obat TB, sikap terhadap pengobatan TB,
selama pengobatan sehingga efek tidak sedangkan yang tidak putus obat
diinginkan dapat dideteksi segera dan ditata dipengaruhi oleh, pengetahuan penyakit
laksana dengan tepat. Pasien yang sehat TB, dukungan keluarga.
dapat mencegah efek samping induksi obat.
Neuropati perifer seperti kebas atau rasa SARAN
seperti terbakar pada tangan atau kaki
Berdasarkan hasil penelitian disarankan
sering terjadi pada perempuan hamil,
untuk meningkatan kemampuan dalam
infeksi HIV, penyalahgunaan alkohol,
memberikan pendidikan kesehatan,
malnutrisi, diabetes, penyakit hati kronik,
membuat leaflet dan diberikan pada saat
klien berobat dan peneliti lanjutan dengan
Nuraini 78
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 79
Jurnal JKFT:Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 3, Juli –Desember, tahun 2018 :70-80
Nuraini 80