Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x


DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN


MINUM OBAT ANTI TUBERKOLUSIS PADA PASIEN TB
PARU DI PUSKESMAS GEMBOR KOTA TANGERANG

Lastri Mei Winarni, Abdul Santoso, Nurul Indah Savitri


Dosen Program S1Keperawatan STIKesYatsi Tangerang
Dosen Program S1Keperawatan STIKesYatsi Tangerang
Mahasiswa program S1 Keperawatan STIKes Yatsi Tangerang
Lastrimeiwinarni@stikeyatsi.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang:,bertambahnya penderita TB sebesar 9,2 %. Disebabkan karena salah satu faktor
ketidakpatuhan minum obat sebesar 65% penderita TB paru. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat TB paru
dengan kejadian TB paru di Puskesmas Gembor. Metode Penelitian: Teknik analisis yang
digunakan adalah univariat untuk memperoleh karakteristik dari masing – masing variabel
demografis dan bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variable penelitian. Hasil:
Berdasarkan hasil analisis Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan
minum obat anti tuberkolosis dengan nilai P-value sebesar 0,030, 6) Terdapat hubungan antara
sikap petugas kesehatan dengan ketidakpatuhan minum obat anti tuberkolosis pada pasien TB paru
di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P-value sebesar 0,008. Saran:
Diharapkan tenaga kesehatan yang mengelola program pengobatan dan penanggulangan
Tuberkolosis (TBC) memberikan dukungan kepada keluarga pasien Tuberkolosis agar senantiasa
mengontrol kepatuhan minum obat anggota keluarganya sehingga tidak terjadi putus obat dan
resistensi
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Sikap Petugas Kesehatan, Ketidakpatuhan Minum Obat
Anti Tuberkolosis

ABSTRACT
Background: Caused due to one factor of non-compliance to take medication for 65% of patients
with pulmonary TB. Objective: The purpose of this study was to determine the factors that
influence disobedience of taking pulmonary TB drugs with the incidence of pulmonary TB in
Puskesmas Gembor. Research Methods: Analytical technique used univariate to obtain the
characteristics of each demographic variables and bivariate used to determine the relationship
between research variables. Result: Based on the analysis result, There is a relationship between
family support and disobedience of taking anti-tubercolosis drugs with P-value of 0,030; 6) There
is correlation between health officer attitude with disobedience of taking anti tuberculosis drugs in
TB patient at Puskesmas Gembor Tangerang in 2018 with P-value program of equal to 0,008.
Suggestion: It is expected that health workers managing the treatment and control taking drugs
anti Tuberculosis (TBC), to provide support to the family in order to constantly control the
obidience of taking anti tuberculosis drugs for tht patiens in order to prevent drug break and
resistance
Keywords: Family Support, Health Officer Attitudes, Non-adherence Drinking Anti
Tuberculosis Drugs
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya, ketika penderita batuk, penyakit ini
akan menyebar melalui udara dan droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis.
Kuman TB dapat mati apabila terpapar sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat tertidur lama (domant) selama beberapa tahun. Penyakit TB dapat
menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif atau masih aktif bekerja (15-
50 tahun) dan anak-anak, penyakit TB Paru dapat mengakibatkan kematian apabila
tidak di obati, oleh karna itu pengobatan harus lengkap dan teratur, hingga penderita
dinyatakan sembuh (Dinkes, 2014).
Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit
jantung dan penyakit saluran pernafasan atas (ISPA) pada semua golongan umur, dalam
laporan WHO tahun 2013 diperkirakan Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka
kesakitan dan kematian TB Paru menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan
data tahun 1990. Angka prevalensi TB Paru pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000
penduduk, pada tahun 2015 di targetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk. Berdasarkan
hasil survei prevalensi tahun 2013, prevalensi TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) posistif
per 100.000 penduduk 15 tahun ke atas sebesar 257. Angka notifikasi kasus
menggambarkan cakupan kasus TB. Secara umum angka notifikasi kasus BTA (Bakteri
Tahan Asam) positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami
peningkatan. Angka notifikasi kasus (case nofication rate/CNR) pada tahun 2015 untuk
semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), Prevalensi
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah
0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah
Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten
(0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Data dari Kementerian Kesehatan RI Pada tahun 2015
ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar
324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar (38%) dari jumlah seluruh kasus baru di
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

Indonesia.
Berdasarkan profil kesehatan Kota Metro tahun 2014, penemuan kasus baru
penderita BTA Positif selama tahun 2010 - 2014 cenderung mengalami penurunan.
Pada tahun 2010 ada 82 kasus (56,4 per 100.000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2011
terjadi peningkatan dalam temuan kasus mencapai 68 kasus (46,2 per 100.000
penduduk), dan pada tahun. 2012 terjadi peningkatan kasus yaitu 86 kasus (57,4 per
100.000penduduk) dan tahun 2013 Menjadi 101 kasus (65,57 per 100.000 penduduk)dan
tahun 2014 ada 74 kasus (48,54 per 100.000 penduduk) (Dinkes kota Metro, 2014).
Hasil survei prevalensi pada tahun 2012 di Provinsi Banten pada 227 Puskesmas
yang ada ditemukan 31.641 kasus baru per 100.000 penduduk yang mengalami penurun
kasus dari tahun sebelumnya sebanyak 3.071 kasus per 100.000 penduduk dengan angka
kematian 122 orang atau 1,1 persen dari 100.000 penduduk. Pada penderita TB Paru
BTA positif yang mendapatkan pengobatan sebanyak 9.125 kasus, dengan kesembuhan
82 persen per 7.523 kasus, yang menuntaskan pengobatan sebanyak 15,7 persen dan
kesuksesan pengobatan sebanyak 98 persen. Sedangkan Kota Tangerang yang memiliki
32 Puskesmas dengan kasus baru TB Paru sebanyak 2.267 yang mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya dengan 1.372 kasus, sedangkan jumlah kematian akibat TB
Paru sebanyak 34 persen per 100.000 penduduk. Berdasarkan data yang di dapat dari
hasil laboratorium dengan uji BTA positif kasus baru 11.915, berdasarkan uji klinis
terhadap suspek sejumlah 6.155 kasus, penderita BTA positif sebanyak 8.622 kasus dan
angka penemuan kasus CDR sebanyak 72,7 persen. Penderita yang mendapatkan
pengobatan BTA positif adalah 1.082 orang dengan angka persentase kesembuhan
sebanyak 92,1 persen, penuntasan pengobatan sebanyak 15,7 persen dan kesuksesan
pengobatan sebanyak 98 persen (Dinkes Provinsi Banten, 2017).
Pada tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang yang
menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.360 kasus dan berhasil ditemukan
sebanyak 2.348. Tahun 2013 diperkirakan jumlah penduduk di Kabupaten
Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.333 kasus dan berhasil
ditemukan sebanyak 2.179. Penemuan jumlah kasus TB paru BTA positif tahun 2014
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2014).
METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode yang
digunakan adalah kombinasi antara kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya


dengan pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2002). Pendekatan ini dipilih sebagai
upaya untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan penderita tuberkulosis untuk minum obat
dan mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan penderita tidakpatuh untuk minum
obat anti tuberkolosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang.

Variabel adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang di
miliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel
independent atau variabel yang mempengaruhi variabel lain dan variabel dependent yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel independent (bebas) dalam
penelitian ini adalah dukungan keluarga dan sikap petugas, sedangkan variabel dependent
dalam penelitian ini adalah adalah ketidakpatuhan meminum obat anti tuberkolosis.

HASIL

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia , Pendidikan, Pekerjaan, jarak


Didapatkan karakteristik responden berdasarkan usia, sebanyak 29
responden (41%) beusia 15 – 25 tahun, dan 42 orang (59%) responden berusia di
atas 25 tahun. Karakteristik responden berdasarkan dari tingkat pendidikan
diketahui sebanyak 26 orang (37%) responden berpendidikan SD – SMP dan 45
orang (63%) responden berpendidikan SMA – Perguruan Tinggi. Karakteristik
responden berdasarkan dari pekerjaan diketahui sebanyak 41 orang (58%)
responden bekerja dan 30 orang (42%) responden tidak bekerja. Karakteristik
responden berdasarkan dari jarak rumah dengan puskesmas diketahui sebanyak 29
orang (41%) responden memiliki jarak rumah dengan puskesmas kurang dari 2 Km
dan 42 orang (59%) responden memiliki jarak rumah dengan puskesmas di atas 2
Km.
2. Berdasarkan Gambaran Dukungan Keluarga
Dukungan Jumlah Persentase
kkeluarga (%)
Baik 54 76%

Kurang 17 24%
Baik
Total 71 100.0%
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

Hasil penelitian dukungan keluarga baik merupakan dukungan keluarga responden


paling banyak, sebanyak 54 orang (76%).

3. Berdasarkan Gambaran Sikap Petugas kesehatan

Sikap Petugas Jumlah Presentase


(%)
Baik 56 79%
Kurang Baik 15 21%
Total 71 100.0%

Hasil penelitian sikap petugas baik terhadap kepatuhan minum obat merupakan
tingkat sikap paling banyak, sebanyak 56 orang (79%)

4. Berdasarkan Gambaran
Ketidakpatuhan Minum Obat

Ketidakpatuhan Minum Obat


Jumlah Persentase (%)
Patuh 50 70%

Tidak Patuh 21 30%

Total 71 100.0%

Hasil penelitian responden patuh dalam minum obat TB Paru didapatkan hasil
sebanyak 50 orang (70%) dan 21 orang (30%) responden tidak patuh dalam meminum
obat TB Paru.

5. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Ketidakpatuhan Minum Obat

Ketidakpatuhan Minum Obat


Karakteristik Total
Patuh Tidak Patuh P(value)
Responden
N % N % N %
Umur
20-25 Tahun 19 65.5% 10 34.5% 29 100% 0,589
> 25 Tahun 31 73.8% 11 26.2% 42 100%
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

Ketidakpatuhan Minum Obat


Karakteristik Total
Patuh Tidak Patuh P(value)
Responden
N % N % N %
Pendidikan
SD - SMP 20 76,9% 6 23,1% 26 100%
0,427
SMA - PT 60,7%
30 15 33,3% 45 100%

Pekerjaan
73,2%
Bekerja 30 11 26,8% 41 100%
0,605
66,7%
Tidak Bekerja 20 10 33,3% 30 100%

Jarak
62,1%
< 2 Km 18 11 37,9% 29 100%
0,040
76,2%
> 2 Km 32 10 23,8% 42 100%

Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara umur


dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru diperoleh bahwa diantara 29
responden yang umurnya 20-25 tahun, terdapat 19 responden (66,5%) patuh
dengan aturan minum obat TB Paru dan 10 responden (34,5%) tidak patuh dengan
aturan minum obat TB Paru. Sedangkan diantara 42 responden yang umurnya > 25
tahun, terdapat 31 responden (73,8%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru
dan 11 responden (26,2%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Hasil
uji statistik diperoleh nilai P(value) sebesar 0,589. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai P(value) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi tingkat
ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru antara pasien yang berumur 20 – 25
tahun dengan yang berumur > 25 tahun atau tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara umur dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di
Puskesmas Gembor Kota Tangerang.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara


pendidikan dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru diperoleh bahwa
diantara 26 responden yang pendidikan ahirnya SD - SMP, terdapat 20 responden
(76,9%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan 6 responden (23,1%) tidak
patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Sedangkan diantara 45 responden yang
pendidikan ahirnya SMA - PT, terdapat 30 responden (66,7%) patuh dengan aturan
minum obat TB Paru dan 15 responden (33,3%) tidak patuh dengan aturan minum
obat TB Paru. Hasil uji statistik diperoleh nilai P(value) sebesar 0,427. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai P(value) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru antara pasien yang
berpendidikan ahirnya SD – SMP dengan yang berpendidikan ahirnya SMA – PT
atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
ketidakpatuhan pasien minum obat TB Parudi Puskesmas Gembor Kota Tangerang.
Berdasarkan di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara pekerjaan
dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru diperoleh bahwa diantara 41
responden yang bekerja, terdapat 30 responden (73,2%) patuh dengan aturan
minum obat TB Paru dan 11 responden (26,8%) tidak patuh dengan aturan minum
obat TB Paru. Sedangkan diantara 30 responden yang tidak bekerja, terdapat 20
responden (66,7%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan 10 responden
(33,3%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Hasil uji statistik
diperoleh nilai P(value) sebesar 0,605. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
P(value) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru antara pasien yang bekerja dengan
yang tidak bekerja atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di Puskesmas Gembor Kota
Tangerang.
Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara jarak
rumah dari puskesmas dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru
diperoleh bahwa diantara 29 responden yang jarak rumahnya dari puskesmas < 2
Km, terdapat 18 responden (62,1%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan
11 responden (37,9%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Sedangkan
diantara 42 responden yang jarak rumahnya dari puskesmas > 2 Km, terdapat 32
responden (76,2%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan 10 responden
(23,8%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Hasil uji statistik
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

diperoleh nilai P(value) sebesar 0,040. Hal ini menunjukkan bahwa nilai P(value)
< 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi ketidakpatuhan pasien
minum obat TB Paru antara pasien yang jarak rumahnya dari puskesmas < 2 Km
dengan yang jaraknya > 2 Km atau terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di Puskesmas
Gembor Kota Tangerang.

6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Ketidakpatuhan Minum Obat

Ketidakpatuhan Minum Obat


Dukungan Total
Patuh Tidak Patuh P(value)
Keluarga
N % N % N %
Baik 42 77,8% 12 22,2% 54 100%
0,030
Kurang Baik 8 47,1% 9 52,9% 17 100%

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara dukungan keluarga


dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru diperoleh bahwa diantara 54
responden yang merasakan dukungan baik dari keluarganya, terdapat 42 responden
(77,8%) patuh dengan aturan
minum obat TB Paru dan 12 responden (47,1%) tidak patuh dengan aturan
minum obat TB Paru. Sedangkan diantara 17 responden yang merasakan dukungan
kurang baik dari keluarganya, terdapat 8 responden (47,1%) patuh dengan aturan
minum obat TB Paru dan 9 responden (52,9%) tidak patuh dengan aturan minum
obat TB Paru. hasil uji statistik diperoleh nilai P(value) sebesar 0,030. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai P(value) < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru antara pasien yang merasakan
dukungan baik dari keluarganya dengan pasien yang merasakan dukungan kurang
baik dari keluarganya atau ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di Puskesmas Gembor Kota
Tangerang.

7. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan Dengan Ketidakpatuhan Minum Obat


ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

Ketidakpatuhan Minum
Obat
Sikap petugas Total P(value)
Tidak
kesehatakesehatan Patuh
Patuh
N % N % N %
Baik 44 78,6% 12 21,4% 56 100%
0,030
Kurang Baik 6 40% 9 60% 15 100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2018

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara sikap petugas kesehatan


dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru diperoleh bahwa diantara 56
responden yang merasakan dukungan baik dari petugas kesehatan, terdapat 44
responden (78,6%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan 12 responden
(21,4%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Sedangkan diantara 15
responden yang merasakan dukungan kurang baik dari petugas kesehatan, terdapat
6 responden (40%) patuh dengan aturan minum obat TB Paru dan 9 responden
(60%) tidak patuh dengan aturan minum obat TB Paru. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P(value) sebesar 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa nilai P(value) <
0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi ketidakpatuhan pasien minum
obat TB Paru antara pasien yang merasakan dukungan baik dari petugas kesehatan
dengan pasien yang merasakan dukungan kurang baik dari petugas kesehatan atau
ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan
ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang.

KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan Usia dengan ketidakpatuhan minum obat anti
Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018
dengan nilai P(value) sebesar 0,589. Tidak terdapat hubungan pendidikan dengan
ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas
Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,427. Tidak terdapat
hubungan Pekerjaan dengan ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien
TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value)
sebesar 0, 605. Terdapat hubungan jarak Fasilitas Kesehatan dengan ketidakpatuhan
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154

minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota
Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,040. Terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB
paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar
0,030. Terdapat hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan ketidakpatuhan minum
obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang
Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,008.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2014.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2017, Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2016,
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Banten, diakses pada 24 Juli 2018
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/profil-kesehatan-provinsibant/137/PROFIL-
KESEHATAN-BANTEN-TAHUN-2017.html

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2014. Tangerang Selatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, Jakarta, 2016.

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20

Anda mungkin juga menyukai