ABSTRAK
Latar Belakang:,bertambahnya penderita TB sebesar 9,2 %. Disebabkan karena salah satu faktor
ketidakpatuhan minum obat sebesar 65% penderita TB paru. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat TB paru
dengan kejadian TB paru di Puskesmas Gembor. Metode Penelitian: Teknik analisis yang
digunakan adalah univariat untuk memperoleh karakteristik dari masing – masing variabel
demografis dan bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variable penelitian. Hasil:
Berdasarkan hasil analisis Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan
minum obat anti tuberkolosis dengan nilai P-value sebesar 0,030, 6) Terdapat hubungan antara
sikap petugas kesehatan dengan ketidakpatuhan minum obat anti tuberkolosis pada pasien TB paru
di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P-value sebesar 0,008. Saran:
Diharapkan tenaga kesehatan yang mengelola program pengobatan dan penanggulangan
Tuberkolosis (TBC) memberikan dukungan kepada keluarga pasien Tuberkolosis agar senantiasa
mengontrol kepatuhan minum obat anggota keluarganya sehingga tidak terjadi putus obat dan
resistensi
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Sikap Petugas Kesehatan, Ketidakpatuhan Minum Obat
Anti Tuberkolosis
ABSTRACT
Background: Caused due to one factor of non-compliance to take medication for 65% of patients
with pulmonary TB. Objective: The purpose of this study was to determine the factors that
influence disobedience of taking pulmonary TB drugs with the incidence of pulmonary TB in
Puskesmas Gembor. Research Methods: Analytical technique used univariate to obtain the
characteristics of each demographic variables and bivariate used to determine the relationship
between research variables. Result: Based on the analysis result, There is a relationship between
family support and disobedience of taking anti-tubercolosis drugs with P-value of 0,030; 6) There
is correlation between health officer attitude with disobedience of taking anti tuberculosis drugs in
TB patient at Puskesmas Gembor Tangerang in 2018 with P-value program of equal to 0,008.
Suggestion: It is expected that health workers managing the treatment and control taking drugs
anti Tuberculosis (TBC), to provide support to the family in order to constantly control the
obidience of taking anti tuberculosis drugs for tht patiens in order to prevent drug break and
resistance
Keywords: Family Support, Health Officer Attitudes, Non-adherence Drinking Anti
Tuberculosis Drugs
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya, ketika penderita batuk, penyakit ini
akan menyebar melalui udara dan droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis.
Kuman TB dapat mati apabila terpapar sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat tertidur lama (domant) selama beberapa tahun. Penyakit TB dapat
menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif atau masih aktif bekerja (15-
50 tahun) dan anak-anak, penyakit TB Paru dapat mengakibatkan kematian apabila
tidak di obati, oleh karna itu pengobatan harus lengkap dan teratur, hingga penderita
dinyatakan sembuh (Dinkes, 2014).
Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit
jantung dan penyakit saluran pernafasan atas (ISPA) pada semua golongan umur, dalam
laporan WHO tahun 2013 diperkirakan Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka
kesakitan dan kematian TB Paru menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan
data tahun 1990. Angka prevalensi TB Paru pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000
penduduk, pada tahun 2015 di targetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk. Berdasarkan
hasil survei prevalensi tahun 2013, prevalensi TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) posistif
per 100.000 penduduk 15 tahun ke atas sebesar 257. Angka notifikasi kasus
menggambarkan cakupan kasus TB. Secara umum angka notifikasi kasus BTA (Bakteri
Tahan Asam) positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami
peningkatan. Angka notifikasi kasus (case nofication rate/CNR) pada tahun 2015 untuk
semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), Prevalensi
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah
0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah
Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten
(0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Data dari Kementerian Kesehatan RI Pada tahun 2015
ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar
324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar (38%) dari jumlah seluruh kasus baru di
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154
Indonesia.
Berdasarkan profil kesehatan Kota Metro tahun 2014, penemuan kasus baru
penderita BTA Positif selama tahun 2010 - 2014 cenderung mengalami penurunan.
Pada tahun 2010 ada 82 kasus (56,4 per 100.000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2011
terjadi peningkatan dalam temuan kasus mencapai 68 kasus (46,2 per 100.000
penduduk), dan pada tahun. 2012 terjadi peningkatan kasus yaitu 86 kasus (57,4 per
100.000penduduk) dan tahun 2013 Menjadi 101 kasus (65,57 per 100.000 penduduk)dan
tahun 2014 ada 74 kasus (48,54 per 100.000 penduduk) (Dinkes kota Metro, 2014).
Hasil survei prevalensi pada tahun 2012 di Provinsi Banten pada 227 Puskesmas
yang ada ditemukan 31.641 kasus baru per 100.000 penduduk yang mengalami penurun
kasus dari tahun sebelumnya sebanyak 3.071 kasus per 100.000 penduduk dengan angka
kematian 122 orang atau 1,1 persen dari 100.000 penduduk. Pada penderita TB Paru
BTA positif yang mendapatkan pengobatan sebanyak 9.125 kasus, dengan kesembuhan
82 persen per 7.523 kasus, yang menuntaskan pengobatan sebanyak 15,7 persen dan
kesuksesan pengobatan sebanyak 98 persen. Sedangkan Kota Tangerang yang memiliki
32 Puskesmas dengan kasus baru TB Paru sebanyak 2.267 yang mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya dengan 1.372 kasus, sedangkan jumlah kematian akibat TB
Paru sebanyak 34 persen per 100.000 penduduk. Berdasarkan data yang di dapat dari
hasil laboratorium dengan uji BTA positif kasus baru 11.915, berdasarkan uji klinis
terhadap suspek sejumlah 6.155 kasus, penderita BTA positif sebanyak 8.622 kasus dan
angka penemuan kasus CDR sebanyak 72,7 persen. Penderita yang mendapatkan
pengobatan BTA positif adalah 1.082 orang dengan angka persentase kesembuhan
sebanyak 92,1 persen, penuntasan pengobatan sebanyak 15,7 persen dan kesuksesan
pengobatan sebanyak 98 persen (Dinkes Provinsi Banten, 2017).
Pada tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang yang
menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.360 kasus dan berhasil ditemukan
sebanyak 2.348. Tahun 2013 diperkirakan jumlah penduduk di Kabupaten
Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.333 kasus dan berhasil
ditemukan sebanyak 2.179. Penemuan jumlah kasus TB paru BTA positif tahun 2014
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2014).
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode yang
digunakan adalah kombinasi antara kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154
Variabel adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang di
miliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel
independent atau variabel yang mempengaruhi variabel lain dan variabel dependent yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel independent (bebas) dalam
penelitian ini adalah dukungan keluarga dan sikap petugas, sedangkan variabel dependent
dalam penelitian ini adalah adalah ketidakpatuhan meminum obat anti tuberkolosis.
HASIL
Kurang 17 24%
Baik
Total 71 100.0%
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154
Hasil penelitian sikap petugas baik terhadap kepatuhan minum obat merupakan
tingkat sikap paling banyak, sebanyak 56 orang (79%)
4. Berdasarkan Gambaran
Ketidakpatuhan Minum Obat
Total 71 100.0%
Hasil penelitian responden patuh dalam minum obat TB Paru didapatkan hasil
sebanyak 50 orang (70%) dan 21 orang (30%) responden tidak patuh dalam meminum
obat TB Paru.
Pekerjaan
73,2%
Bekerja 30 11 26,8% 41 100%
0,605
66,7%
Tidak Bekerja 20 10 33,3% 30 100%
Jarak
62,1%
< 2 Km 18 11 37,9% 29 100%
0,040
76,2%
> 2 Km 32 10 23,8% 42 100%
diperoleh nilai P(value) sebesar 0,040. Hal ini menunjukkan bahwa nilai P(value)
< 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi ketidakpatuhan pasien
minum obat TB Paru antara pasien yang jarak rumahnya dari puskesmas < 2 Km
dengan yang jaraknya > 2 Km atau terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan ketidakpatuhan pasien minum obat TB Paru di Puskesmas
Gembor Kota Tangerang.
Ketidakpatuhan Minum
Obat
Sikap petugas Total P(value)
Tidak
kesehatakesehatan Patuh
Patuh
N % N % N %
Baik 44 78,6% 12 21,4% 56 100%
0,030
Kurang Baik 6 40% 9 60% 15 100%
KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan Usia dengan ketidakpatuhan minum obat anti
Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018
dengan nilai P(value) sebesar 0,589. Tidak terdapat hubungan pendidikan dengan
ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas
Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,427. Tidak terdapat
hubungan Pekerjaan dengan ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien
TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value)
sebesar 0, 605. Terdapat hubungan jarak Fasilitas Kesehatan dengan ketidakpatuhan
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.154
minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota
Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,040. Terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien TB
paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar
0,030. Terdapat hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan ketidakpatuhan minum
obat anti Tuberkulosis pada pasien TB paru di Puskesmas Gembor Kota Tangerang
Tahun 2018 dengan nilai P(value) sebesar 0,008.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2017, Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2016,
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Banten, diakses pada 24 Juli 2018
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/profil-kesehatan-provinsibant/137/PROFIL-
KESEHATAN-BANTEN-TAHUN-2017.html
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2014. Tangerang Selatan.