Anda di halaman 1dari 7

Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.

2, October 2017

PENGALAMAN PASIEN TUBERKULOSIS YANG MENGALAMI


KEGAGALAN PENGOBATAN DI KABUPATEN GOWA: STUDI
FENOMENOLOGI

A. Saputri Mulyana1*, Nurul Muslimah2, Mirnawati3


1,2,3.
Prodi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Patria Artha, Indonesia
Patria Artha Journal of Nursing Science
2017. Vol. 1(2), 25-35
* E-mail: saputrimulyana@patria-artha.ac.id Issn: 2549 5674
e-issn: 2549 7545
Reprints and permission:
http://ejournal.patria-artha.ac.id/index.php/jns

Abstrak
Tujuan: diperolehnya makna pengalaman pasien TB yang mengalami kegagalan
pengobatan di Kabupaten Gowa. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah
kualitatif, dengan partisipan penelitian adalah pasien tuberkulosis yang mengalami
kegagalan pengobatan berjumlah 5 orang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan pedoman wawancara dan field note. Hasil: Hasil penelitian
diperoleh tiga tema, yaitu: (1) Keluhan setelah minum obat; (2) Alasan tidak
melanjutkan pengobatan; (3) Peran PMO dalam memantau pasien TB selama proses
pengobatan. Simpulan penelitian yaitu adanya efek samping obat yang membuat pasien
tuberkulosis merasa tidak enak badan (sakit) serta kurangnya dukungan dan kontrol dari
keluarga, membuat pasien malas berobat dan merasa terabaikan oleh orang sekitarnya.
Hal ini mempengaruhi terjadinya kegagalan pengobatan pada pasien tuberkulosis.
Rekomendasi: perlunya pemberian informasi yang lebih intensif terutama kepada
penderita tuberkulosis yang tidak patuh berobat, baik kepada penderita maupun kepada
PMO atau keluarga.

Kata kunci: kegagalan pengobatan; tuberculosis

Pendahuluan (Kemenkes, 2015). World Health


Organization (WHO) memperkirakan pada
Penyakit TB merupakan masalah tahun 2008 Indonesia berada pada
kesehatan terbesar di dunia setelah HIV, peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak
sehingga harus ditangani dengan serius. setelah India, China, Afrika Selatan dan
Sampai saat ini, belum ada satu negara Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan
pun yang bebas TB (Kemenkes, 2011). tahun 2007 yang menempatkan Indonesia
pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak
Berdasarkan data World Health setelah India dan China (Kemenkes, 2011).
Organization (WHO) pada tahun 2013
terdapat 9 juta penduduk dunia telah Kasus TB paru di Indonesia sebesar 244
terinfeksi kuman TB (WHO, 2014). Pada per 100.000 dan insidensi untuk semua
tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk tipe TB paru adalah 228 per 100.000.
dunia terinfeksi kuman TB (WHO, 2015). Insidensi kasus TB paru-BTA positif sebesar
Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru 102 per 100.000 dan angka kematian
terbanyak berada pada wilayah Afrika mencapai 39 kasus per 100.000 atau
(37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan sekitar 250 orang per hari (Wahyudi,
wilayah Mediterania Timur (17%) 2015). Prevalensi penduduk Indonesia yang

91
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

terdiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota


kesehatan pada tahun 2013 adalah 0.4%, merupakan unit dasar dalam upaya
tidak berbeda dengan tahun 2007. Lima penanggulangan TBC di Indonesia.
Provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Fasilitas Mikroskopis tersedia di Rumah
Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Sakit Umum Daerah, Puskemas Rujukan
Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten Mikroskopis (PRM) dan Unit Pelayanan
(0.4%) dan Papua Barat (0.4%) Kesehatan swasta. Penderita bisa
(RISKESDAS, 2013). melakukan pemeriksaan diagnosis di unit
pelayanan kesehatan manapun untuk
Di Provinsi Sulawesi Selatan prevalensi
mendapatkan diagnosis, kecuali di
penduduk yang didiagnosis TB paru oleh
Puskesmas Satelit (Kemenkes, 2017).
tenaga kesehatan tahun 2007 dan 2013
Pengobatan TB di tingkat
masing-masing adalah 0,2% dan
Kabupaten/Kota disupervisi oleh Wakil
0.3%. Lima Kabupaten/Kota dengan TB
Supervisor (WASOR) dari Dinas Kesehatan.
paru tertinggi adalah Luwu Utara (0.54%),
WASOR akan mengunjungi semua sarana
Wajo (0.46%), Bantaeng (0.44%),
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
Jeneponto (0.44%) dan Gowa (0.40%)
data mengenai kasus baru. WASOR juga
(Dinkes Sulsel, 2013).
mempersiapkan laporan berkala,
memastikan terjadinya koordinasi antar
Pada tahun 2013 muncul usulan dari
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan
beberapa negara anggota WHO yang
serta memastikan persediaan obat cukup.
mengusulkan adanya strategi baru untuk
Pengawasan menelan obat biasanya
mengendalikan TB yang mampu menahan
dilakukan oleh anggota keluarga penderita
laju infeksi baru, mencegah kematian
TB setelah menerima obat yang diberikan
akibat TB, mengurangi dampak ekonomi
setiap minggu. Jika seorang pasien TB
akibat TB dan mampu meletakkan
tidak datang sesuai jadwal berobatnya,
landasan ke arah eliminasi TB. Eliminasi
maka akan dilakukan kunjungan langsung
TB akan tercapai bila angka insidensi TB
ke rumah pasien tersebut (Kemenkes,
berhasil diturunkan mencapai 1 kasus TB
2017).
per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi
yang memungkinkan pencapaian eliminasi
Kabupaten Gowa merupakan salah satu
TB (pra eliminasi) adalah bila angka
dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per
yang mempunyai beban tinggi untuk kasus
100.000 penduduk. Dengan angka
tuberkulosis. Pada tahun 2013 diketahui
insidensi global tahun 2012 mencapai 122
angka kasus tuberkulosis di Kabupaten
per 100.000 penduduk dan penurunan
Gowa mencapai 0,40%. Dinas Kesehatan
angka insidensi sebesar 1-2% setahun
Kabupaten Gowa, telah menjalankan
maka TB akan memasuki kondisi pra
progam pemberantasan tuberkulosis yang
eliminasi pada tahun 2016. Untuk itu
dilaksanakan di Puskesmas dan BKPM
perlu ditetapkan strategi baru yang lebih
(Balai Kesehatan Paru Masyarakat) dimana
komprehensif bagi pengendalian TB secara
untuk penderita tuberkulosis paru dengan
global (Kemenkes, 2014).
BTA+ diberikan obat secara cuma-cuma.
Upaya penanggulangan tuberkulosis di Tujuan pengobatan tuberkulosis paru
tingkat Propinsi memiliki peran untuk pada dasarnya adalah menurunkan insiden
memantau dan memberikan dukungan kasus tuberkulosis yaitu dengan memutus
teknis bagi Dinas Kesehatan di rantai penularan melalui penemuan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu di penderita, ketetapan diagnosis,
tingkat Propinsi dibentuk tim Directly ketersediaan OAT, upaya pengobatan
Observed Treatment Short-course (DOTS) lengkap hingga BTA menjadi negatif,
diperkuat dengan penambahan tenaga sehingga pada penderita BTA + atau kronis
yang terdiri dari Provincial Project tidak menjadi sumber penularan pada
Officer (PPO), Provincial Training sekitarnya.
Coordinator (PTC), serta Provincial
Technical Officer (PTO). Pelayanan

92
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

Berdasarkan rekap data TB di pengobatan penderita TBC yang


Puskesmas Pallangga tahun 2016, kasus besarnya 50%. Drop out adalah pasien
BTA(+) berjumlah 64 kasus, kambuh 15 yang telah berobat dan putus berobat 2
kasus, BTA (-) 87 kasus, TB Extra paru 9 bulan atau lebih dengan BTA positif.
kasus, putus obat karena efek samping Masalah yang di timbulkan oleh
obat 2 kasus, meninggal 9 kasus dan kegagalan pengobatan tuberkulosis
pindah 1 kasus. Jumlah kasus Tuberkulosis adalah resistensi obat yaitu kemunculan
ditemukan mencapai 365 kasus dari 3 pos strain resisten obat selama kemoterapi,
desa pemberantasan. Puskesmas dan penderita tersebut merupakan
Pallangga telah menjalankan program sumber infeksi untuk individu yang tidak
pemberantasan tuberkulosis, dimana terinfeksi. Kegagalan pengobatan
penderita tuberkulosis paru dengan BTA+ penderita tuberkulosis merupakan
diberikan obat secara gratis. Selain itu permasalahan yang cukup serius karena
petugas setempat melakukan beberapa memiliki dampak negatif terhadap
upaya lainnya, diantaranya sering individu, masyarakat, dan pemerintah
melakukan pemberian penyuluhan dan karena program yang dijalankan tidak
leaflet kepada pasien TB tentang efektif bila masih terdapat kegagalan
pengobatan TB. pengobatan yang cukup tinggi. Angka
drop out tidak boleh lebih dari 10%,
Adanya insidens tuberkulosis paru yang karena akan menghasilkan proporsi
masih tinggi, menunjukkan tidak mudah kasus penafsiran baru yang tinggi
untuk mengobati penderita sampai dimasa yang akan datang yang
dengan sembuh. Agar progam ini dapat disebabkan karena ketidak-efektifan
terlaksana dengan baik, membutuhkan dari pengendalian tuberkulosis.
dana yang tidak sedikit dan kerjasama Menurunnya angka drop out karena
dari pemerintah, swasta dan (LSM) peningkatan kualitas penanggulangan TB
Lembaga Swadaya Masyarakat. akan menurunkan proporsi kasus
Berdasarkan Indikator Sasaran program pengobatan ulang antara 10-20 % dalam
penanggulangan TB adalah tercapainya beberapa tahun (Depkes RI, 2007).
cakupan kesembuhan 85% dari semua Berdasarkan rekap data TB di Puskesmas
pasien dalam setahun serta Pallangga tahun 2016, jumlah penderita
mempertahankannya. Menurut Yoga tuberkulosis yang mengalami kegagalan
(2011), ”sedikitnya ada 3 faktor yang pengobatan mencapai 17 kasus dan
menyebabkan tingginya kasus TB di pasien yang menjalankan pengobatan
Indonesia. Waktu pengobatan TB yang lengkap 69 kasus. Dari rekap data
relatif lama (6-8 bulan) menjadi penyebab tersebut diketahui bahwa kegagalan
penderita TB sulit sembuh karena pasien pengobatan di Puskesmas Pallangga
TB berhenti berobat (drop) setelah cukup tinggi.
merasa sehat meski proses pengobatan
belum selesai. Selain itu, masalah TB Uraian tersebut kemudian
diperberat dengan adanya peningkatan melatarbelakangi peneliti untuk
infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat menjawab: “Bagaimana pengalaman
dan munculnya permasalahan TB-MDR pasien tuberkulosis yang mengalami
(Multi Drugs Resistant=kebal terhadap kegagalan pengobatan di wilayah kerja
bermacam obat). Masalah lain adalah Puskesmas Pallangga Kecamatan Pallangga
adanya penderita TB laten, dimana Kabupaten Gowa ? “
penderita tidak sakit namun akibat daya
tahan tubuh menurun, penyakit TB akan Metode
muncul” (Dinkes Sulsel, 2013).
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Penghentian pengobatan sebelum Puskesmas Pallangga Kecamatan Pallangga
waktunya atau disebut kegagalan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
pengobatan di Indonesia merupakan Selatan, pada bulan Februari-Juli 2017.
faktor terbesar dalam kegagalan

93
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

Penelitian ini menggunakan desain Makna dari pengalaman pasien TB yang


penelitian kualitatif dengan pendekatan mengalami kegagalan pengobatan di
fenomenologi. Melalui wawancara Kabupaten Gowa mengidentifikasi 3 (tiga)
mendalam, diketahui gambaran tentang tema, yaitu:
pengalaman pasien TB yang mengalami
kegagalan pengobatan. Tema 1: Keluhan setelah minum obat
Sumber data pada penelitian ini
adalah partisipan, yaitu pasien TB paru Tema ini disusun dari 2 kategori, yaitu
yang mendapatkan pengobatan di mengeluh tidak enak badan (sakit) dan
Puskesmas Pallangga Kecamatan merasa tidak ada perubahan setelah
Pallangga, Kabupaten Gowa. Teknik minum obat. Hal ini berdasarkan
pemilihan partisipan pada penelitian pernyataan: “Karena kalau saya sudah
ini adalah purposive sampling, dengan minum obat tiba-tiba gemetaran dan
kriteria: bersedia terlibat sebagai sempoyongan”(P1). Sedangkan partisipan
partisipan penelitian; kooperatif; keempat menyatakan “Masih batuk-batuk
penderita TB yang tidak menuntaskan ka sama sering sesak dadaku”(P4), yang
pengobatan selama ≥ 2 bulan berturut- menjelaskan bahwa tidak merasakan
turut; dan usia ≥ 20 tahun. perubahan setelah minum obat.

Pengumpulan data dilakukan dengan Tema 2: Alasan tidak melanjutkan


wawancara tidak berstuktur pengobatan
(unstructured interview) menggunakan Tema kedua dibentuk dari 3 (tiga)
pedoman wawancara dibantu dengan kategori, yaitu, tidak melanjutkan
catatan lapangan (field note) dan alat pengobatan karena malas, tidak
perekam audio-visual untuk menghindari melanjutkan pengobatan karena merasa
keraguan data yang diliput. putus asa, dan tidak melanjutkan
pengobatan karena kurang support dari
Analisis data dilakukan dengan: 1) keluarga. Pernyataan ini sebagaimana
Membaca seluruh data yang diperoleh dan disampaikan oleh Partisipan keempat dan
menentukan kata kunci (koding); 2) kedua berikut: “Malaska, banyak sekali
Membuat kategori; 3) Mengidentifikasi kuliat obatnya (P4)”. “Karena tidak
makna dari setiap kategori untuk sembuh-sembuhji penyakitku (P2)”,
membentuk tema. Makna dari pengalaman merupakan pernyataan dengan kategori
pasien TB yang mengalami kegagalan tidak melanjutkan pengobatan karena
dalam pengobatan ditulis kembali dalam merasa putus asa. Partisipan kedua juga
bentuk narasi untuk diperlihatkan kembali menyatakan tidak melanjutkan
ke partisipan sebagai bentuk validasi pengobatan karena kurang support dari
data. Setelah itu data disajikan dalam keluarga: “Tidak ada orang yang mau
bentuk laporan. temanika, keluargaku sendiri
jauhika(P2)”
Hasil
Rentang usia partisipan adalah 21-62 Tema 3: Peran PMO dalam memantau
tahun, empat diantaranya berlatar pasien TB selama proses pengobatan
belakang pendidikan SMA dan satu orang Tema ini terdiri dari 2 (dua) kategori,
SMP. Dua orang bekerja sebagai petani, yaitu: Perawat memantau pengobatan
satu orang masih berstatus mahasiswa, pasien TB selama berobat dan keluarga
dan dua orang sebagai wiraswasta. Dua mengingatkan pasien TB untuk rutin
dari lima orang menderita TB lebih dari 1 berobat.
tahun, dengan lama pengobatan masing-
masing 3 bulan (1 orang), 4 bulan (2 “Saya ji sendiri, Cuma pernahki datang
orang), 5 bulan (1 orang), dan 6 bulan (1 perawatnya liatka diaturkan ma juga
minum obatku”(P3) merupakan
orang).
pernyataan dari partisipan ketiga bahwa
perawat memantau pengobatan pasien TB
selama berobat. Partisipan keempat

94
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

menyatakan bahwa keluarga partisipan merasa putus asa untuk


mengingatkan pasien TB untuk rutin melanjutkan pengobatannya.
berobat. “Biasa istriku ji atau anak-
anakku tapi pernah tong ki itu datang Alasan lain partisipan menghentikan
orangnya puskesmas kesini, liatki obatku pengobatan adalah karena memang sudah
(P4)” malas. Partisipan pertama mengeluh
malas karena lemas setelah minum obat.
Partisipan kedua menyatakan bahwa
Hasil
malas melanjutkan pengobatan karena
jumlah obat yang harus dikonsumsi sangat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3
banyak. Kondisi inilah yang menurunkan
dari 5 partisipan (60%) mengeluh tentang
semangatnya dalam melakukan
perasaan tidak enak badan (sakit) yang
pengobatan. Sedangkan partisipan ketiga
dirasakan setelah minum obat seperti,
memilih untuk tidak melanjutkan
lemas, sempoyongan dan gemetar.
pengobatan karena merasa sudah sembuh
Perasaan gemetar setelah minum obat
dari penyakitnya, sehingga menghentikan
membuat partisipan pertama enggan
pengobatan sampai gejala-gejala
untuk melanjutkan pengobatan selama
sebelumnya muncul kembali.
beberapa waktu hingga perasaan atau
keluhannya tidak dirasakan lagi. Perasaan
lemas dan pusing setelah minum obat Menurut Subai’ah (2016), Pengobatan
dikeluhkan oleh partisipan kedua, namun jangka panjang pada penderita TB
hanya dirasakan pada awal pengobatan menyebabkan penderita bosan minum
yang berlangsung 1-2 minggu pertama. obat dan kontrol tepat waktu. Akibatnya
Sedangkan partisipan ketiga mengeluh pengobatan tidak berhasil dan
lemas setelah minum obat yang membuat membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
partisipan malas untuk mengkonsumsi Keadaan ini membuat penderita TB stress.
kembali. Pada studi lain, Octovianus, Suhartono
dan Kuntjoro (2015) menyatakan bahwa
Menurut Balai kesehatan paru masyarakat dukungan keluarga yang kurang memadai
(BKPM) Kota Pekalongan (2010), pasien akan dapat menyebabkan kejadian drop
biasanya mempunyai banyak keluhan, baik out terhadap penderita TB yang menjalani
yang berkaitan dengan penyakitnya pengobatan.
maupun efek samping dari pengobatan
dengan obat anti TB (OAT). Keluhan yang Selain itu, peran PMO memiliki peranan
bekaitan dengan penyakit TB antara lain: yang cukup penting dalam memantau
sesak nafas, batuk darah, batuk berdahak proses pengobatan. Meski demikian, hal
dan batuk darah. ini masih saja menyebabkan penderita
gagal dalam melakukan pengobatan.
Menurut Akhmadi Abbas (2017), proporsi Terbukti, 3 dari 5 partisipan (60%)
penderita yang mengalami efek samping mengatakan bahwa selama melakukan
OAT setiap minggunya lebih besar pengobatan petugas dari puskesmas
dibanding penderita yang tidak mengalami Pallangga Kecamatan Pallangga
efek samping OAT. Hal yang sejalan juga Kabupaten Gowa melakukan kunjungan
dikemukakan oleh naily fauziah (2010), rumah untuk memberantas penyakit TB.
yang mengatakan bahwa ada hubungan Partisipan pertama menyatakan bahwa
antara efek samping obat dengan drop petugas Puskesmas Pallangga sering
pengobatan TB mulai dari efek samping mendatangi rumah partisipan untuk
ringan hingga efek samping berat. mengingatkan panduan minum obat dan
membawa makanan tambahan. PMO juga
Atas keluhan tersebut, partisipan melaksanakan program pemeriksaan di
menghentikan pengobatan karena merasa lingkungan keluarga untuk mencegah
tidak ada perubahan setelah melakukan penularan penyakit dan melakukan
pengobatan rutin 6 bulan yang membuat pemeriksaan pada anggota keluarga

95
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

dengan datang langsung ke rumah 008/toss-tb-temukan-tb-obati-sampai-


partisipan untuk melakukan pemeriksaan. sembuh.html ( diakses 25 januari 2017 ).

Simpulan 6. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. (2013). Hasil RISKESDAS
Pengalaman pasien TB yang mengalami 2013. Jakarta: Depkes RI
kegagalan pengobatan Kabupaten Gowa hhtp://www.depkes.go.id/resources/d
yaitu, adanya efek samping obat yang ownload/general/ Hasil
membuat pasien tuberkulosis merasa tidak %20Riskesdas%202013 (diakses 25
enak badan (sakit). Hal ini membuat Januari 2017).
partisipan malas untuk melakukan
pengobatan yang berakibat pada 7. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
kegagalan pengobatan pada penderita Selatan. (2013). Profil Kesehatan
tuberkulosis. Kurangnya dukungan dan Propinsi Sulawesi Selatan 2007.
kontrol dari keluarga juga ikut menunjang
Makassar: Dinkesprov Sulsel
kegagalan pengobatan pasien tuberkulosis
karena merasa terabaikan oleh orang http://dinkes.sulselprov.
sekitarnya. go.id/berita-situasi-tb-paru-di-
sulawesi-selatan.html(diakses 25
Penelitian ini merekomendasikan akan Januari 2017).
perlunya pemberian informasi yang lebih
intensif terutama kepada penderita 8. Djojodibroto. (2015). Respirologi
tuberkulosis yang tidak patuh berobat, (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
baik kepada penderita maupun kepada
PMO atau keluarga. 9. Fauziah. (2010). Faktor yang
berhubungan dengan drop out
Daftar Pustaka pengobatan pada penderita TB Paru di
Balai Pengobatan penyakit paru-paru
1. Afiyanti & Rachmawati. (2014). (BP4) Salatiga. Jawa Tengah:
Metodologi Penelitian Kualitatif http://lib.unnes.ac.id/3128/1/6311.p
dalam Riset Keperawatan. Jakarta: df. ( diakses tanggal 7--8-2017).
PT. Rajagrafindo Persada.
10. Firdaus. (2017). Pengaruh peranan
2. Akhmadi Abbas. (2017). Monitoring pengawas menelan obat (PMO)
Efek Samping Obat Anti-Tuberkulosis terhadap keberhasilan pengobatan TB
(OAT) Pada Pengobatan Tahap Paru di Wilayah kerja Puskesmas Baki
Intensif Penderita TB Paru Di Kota Sukoharjo.JawaTengah:
Makassar. Sulsel: eprints.ums.ac.id/21949/20/NASKAH_
jurnal.unej.ac.id/index.php/JAMS/ar PUBLIKASI.pdf ( diakses tanggal 7--8-
ticle/view/4093/3196. 2017).

3. Balai kesehatan paru masyarakat 11. Icksan & Luhur. (2012). Radiologi
pekalongan. (2010). http://bkpm- Toraks Tuberkulosis Paru. Jakarta:
kotapekalongan.blogspot.co.id/2014/08/malas- CV. Sangung Seto.
minum-obat-penyebab-kambuh-dan-
tb.html ᄃ . Jawa tengah: ( diakses 12. Kementerian Kesehatan RI. (2007).
tanggal 7--8-2017). Pedoman Penerapan DOTS di Rumah
Sakit. Jakarta: Depkes RI (diakses 23
4. Benih. (2014). Sosiologi Kesehatan. Maret 2017).
Yogyakarta: Nuha Medika.
13. Kementerian Kesehatan RI sub
5. Biro Kesehatan dan Pelayanan direktorat tuberkulosis. (2017).
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Struktur program penanggulangan
RI. (2016). Temukan TB obati sampai tuberkulosis nasional. Jakarta: Depkes
sembuh. Jakarta Utara: Depkes RI RI
http://www.depkes.go.id/article/view/16040400

96
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.2, October 2017

http://www.tbindonesia.or.id/2012/03/20/strukt 22. Sangadah. (2012). Analisis faktor


ur-program-tb/ (diakses 10 Maret 2017 ). penyebab terputusnya pengobatan
tuberkulosis paru di wilayah kerja
14. Kementerian Kesehatan RI. (2011). tbc dinas kesehatan kabupaten kebumen.
masalah kesehatan dunia. Jakarta: Jawa Tengah: lib.ui.ac.id/file?
Depkes file=digital/20318188-S-Umi
RI.http://www.depkes.go.id/article/pri %20Sangadah.pdf ( diakses 07 februari
nt/1444/tbc-masalah-kesehatan- 2017 ).
dunia.html ᄃ (diakses 10 Maret 2017).
23. Sudarma. (2008). Sosiologi Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
15. Mandal,Wilkins, Dunbar, Mayon.
(2008). Lecture Notes: Penyakit 24. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Infeksi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Pratama.
25. Subai’ah. (2016). Hubungan lama
16. Mansjoer. dkk. (2012). Kapita selekta pengobatan TBC dengan tingkat stres
kedokteran. Jakarta: Media penderita TBC di Puskesmas
Aesculapius. Tambelanga Kabupaten Sampang.
Jawa Timur:
17. Nugroho. (2013). Faktor yang journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/ar
melatarbelakangi drop out ticle/view/97/86. ( diakses tanggal 8--
pengobatan tuberkulosis paru di 8-2017).
balai pengobatan paru-paru (BP4)
Tegal. Jawa Tengah: 26. Widoyono. (2011). Penyakit tropis:
http://www.google.com/url? epidemiologi, penularan, pencegahan
q=http://lib.unnes.ac.id/17724/pdf (diakses & pemberantasannya. Jakarta: PT.
07 februari 2017). Gelora Aksara Pratama.

18. Octovianus, Suhartono dan Kuntjoro.


(2015). Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Drop
Out Penderita TB Paru di Puskesmas
Kota Sorong. Papua Barat:
https://docslide.org/analisis-faktor-
faktor-yang-berhubungan-dengan-
kejadian-drop-out-penderita-tb-
paru-di-puskesmas-kota-sorong.
( diakses tanggal 8--8-2017).

19. Puskesmas Pallangga. Kecamatan


Pallangga Kabupaten Gowa. (2017).
Laporan tahunan program P2 TB – HIV
tahun 2016. Gowa: Puskesmas
Pallangga.

20. Puskesmas Pallangga. Kecamatan


Pallangga Kabupaten Gowa. (2017).

21. Rekapitulasi TB 07 Perdesa/Kelurahan


tahun 2016. Gowa: Puskesmas
Pallangga.

97

Anda mungkin juga menyukai