Anda di halaman 1dari 12

100

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN


CAKUPAN PENEMUAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
DI KABUPATEN TANAH DATAR

Nilda Elfemi, Dian Kurnia Anggreta


(Dosen tetap Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP Sumatera Barat)

Abstract

The discovery is the first step in patient activity tuberculosis control programs . In 2010
, the rate of coverage of cases of tuberculosis in the province of West Sumatra amounted
to 57.6 % . It can be interpreted that in a population of 100 people suspected of having
TB , only approximately 57 people who conduct the examination or treatment . The
figure is still far below the national target of 70 % . This condition will certainly have an
impact on the difficulty of the discovery reached the target coverage rate of TB in the
province of West Sumatra in 2015 that is equal to 90 % ( Bappeda , 2011:14 ) . Tanah
Datar is one of the districts that have a coverage rate of TB case finding low at only 32
% in 2011 . Furthermore, the amount of coverage of the case ( CDR ) TB in all health
centers in Tanah Datar also still does not meet the national target of 70 % . One of the
health centers with the lowest rate of TB detection coverage is Sungayang Health
Center , in the amount of 7 % ( DHO . Tanah Datar , 2011) .

Keywords; tuberculosis , the scope of the invention, the social aspects of culture

PENDAHULUAN mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah


satu kedaruratan dunia (global emergency).
Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan Berdasarkan laporan WHO tahun 2009,
penyakit menular yang masih merupakan Indonesia termasuk kedalam kelompok high
masalah utama kesehatan masyarakat burden countries, menempati urutan ketiga
Indonesia, dan merupakan salah satu indikator setelah India dan China (Balitbangkes, 2010:
sasaran MDGs. Penyakit Tuberkulosis Paru 318).
termasuk penyakit menular kronis. Waktu Hasil Survey Prevalensi Tuberkulosis di
pengobatan yang panjang dengan jenis obat Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
lebih dari satu menyebabkan penderita sering angka prevalensi TB Paru berdasarkan
terancam putus berobat selama masa mikroskopis BTA positif: 110/100.000
penyembuhan dengan berbagai alasan, antara penduduk. Secara Regional angka prevalensi
lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. TB BTA positif untuk wilayah Sumatra adalah
Hal ini mengakibatkan pola pengobatan harus 160/100.000 (Depkes, 2007:8). Selanjutnya
dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu 2010, menunjukkan bahwa prevalensi TB
berobat yang lebih lama. Alasan ini berdasarkan pengakuan responden yang
menyebabkan situasi Tuberkulosis Paru di dunia didiagnosis tenaga kesehatan secara nasional
semakin memburuk dengan jumlah kasus yang sebesar 0.7 persen, dan dalam hal ini terjadi
terus meningkat serta banyak yang tidak peningkatan Angka Prevalensi dibandingkan
berhasil disembuhkan, sehingga pada tahun dengan Riskesdas 2007 yaitu 0,4%
1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia (Balitbangkes, 2010: 320)

101
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit Salah satu indikator yang digunakan
menular langsung yang disebabkan oleh kuman untuk menilai kemajuan atau keberhasilan
TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. penaggulangan TB tersebut adalah angka
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, penemuan pasien baru TB BTA positif (Depkes,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 2007:84). Secara nasional, angka penemuan
Penyakit TB banyak menyerang kelompok usia kasus TB di Indonesia pada tahun 2010 adalah
produktif , terutama dari kelompok ekonomi sebesar 78,3 %, dan telah melampaui target
rendah dan berpendidikan rendah. Diperkirakan program penanggulangan TB, yaitu tercapainya
seorang pasien TB dewasa akan kehilangan penemuan pasien TB baru positif paling sedikit
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal 70 % dari perkiraan (Balitbangkes, 2010).
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan Namun demikian, kondisi tersebut tidak
tahunan rumah tangganya sekitar 20 – 30 %. merata untuk semua wilayah di Indonesia,
Jika pasien meninggal akibat TB, maka akan dimana terdapat daerah-daerah yang jumlah
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. cakupan penemuan penderita TB sangat rendah,
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga salah satunya adalah prpinsi Sumatera Barat.
memberikan dampak buruk lainnya secara Pada tahun 2010, angka cakupan penemuan
social stigma, bahkan dikucilkan oleh kasus TB Paru di Provinsi Sumatera Barat
masyarakat (Depkes, 2007:3). adalah sebesar 57,6%. Hal ini dapat diartikan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk bahwa dalam 100 orang penduduk yang diduga
menanggulangi penyakit TB paru di Indonesia, menderita TB, hanya sekitar lebih kurang 57
antara lain dengan melaksanakan strategi orang saja yang melakukan pemeriksaan atau
DOTS, yang telah dilaksanakan semenjak tahun pengobatan. Angka tersebut masih jauh di
1995. Upaya ini merupakan cara yang paling bawah target nasional sebesar 70%. Kondisi ini
efektif memberantas penyakit TB yaitu dengan tentunya akan berdampak pada sulitnya
menghentikan TB pada sumbernya. Upaya tercapai target angka cakupan penemuan TB
penanggulangan TB dengan strategi DOTS ini, Paru di propinsi Sumatera Barat pada tahun
prioritasnya ditujukan pada peningkatan mutu 2015 yaitu sebesar 90% (Bappeda, 2011:14).
pelayanan dan penggunaan obat yang rasional Bila dilihat kondisi yang ada pada semua
guna memutus mata rantai penularan serta kabupaten/kota yang terdapat di propinsi
mencegah meluasnya resistensi kuman TB di Sumatera Barat, kabupaten Tanah Datar
masyarakat. Puskesmas dalam hal ini merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
merupakan ujung tombak program sebagai angka cakupan penemuan kasus TB rendah
unit pelaksana operasional pemberantasan yaitu hanya mencapai 32 % pada tahun 2011,
penyakit TB. Strategi DOTS sendiri dan masih jauh dibawah rata-rata cakupan
diimplementasikan dengan adanya komitmen penemuan kasus TB di Provinsi Sumatera Barat.
politis dari penentu kebijakan termasuk Selanjutnya jumlah cakupan penemuan kasus
dukungan dana, dilakukannya diagnosis dengan (CDR) TB di semua puskesmas di Kabupaten
pemeriksaan dahak secara mikroskopik, Tanah Datar juga masih belum memenuhi target
digunakannya obat panduan jangka pendek nasional 70%. Salah satu puskesmas dengan
yang ampuh dengan pengawasan PMO angka cakupan penemuan TB terendah adalah
(Pengawas Minum Obat), jaminan Puskesmas Sungayang, yaitu sebesar 7%
kesinambungan persediaan obat jangka pendek (Dinkes Kab. Tanah Datar, 2011).
untuk penderita, serta pencatatan dan pelaporan Tulisan ini berupaya membahas berbagai
secara baku untuk mempermudahkan aspek social budaya yang mempengaruhi
pemantauan dan evaluasi program rendahnya cakupan penemuan kasus TB di
penanggulangan tuberkulosis (Depkes, 2007: 9- kabupaten Tanah Datar. Untuk membahas
10). persoalan tersebut, digunakan kerangka
pemikiran Lawrence Green; bahwa kesehatan

102
suatu masyarakat dipengaruhi oleh tiga factor nagari Sungayang. Kondisi ini terlihat dimana
utama yaitu factor predisposisi, factor penduduk yang berusia antara 16 tahun sampai
pendukung dan factor pendorong. Faktor dengan 45 tahun merupakan jumlah terbanyak
predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, disbanding kelompok umur lainnya yaitu
kepercayaan, tradisi, dan norma social. Faktor mencapai 34,4%. Meskipun penduduk yang
pendukung adalah ketersediaan sarana dan berusia diatas 46 tahun juga relatif tinggi yaitu
kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan mencapai 36,2%, namun menurut hasil
factor pendorong adalah sikap dan perilaku wawancara dengan sekretaris walinagari
petugas kesehatan. Sungayang dikatakan bahwa penduduk berusia
diatas 46 tahun tersebut sebagian besarnya
GAMBARAN UMUM LOKASI masih dapat dikatakan sebagai usia produktif
PENELITIAN karena pada umumnya masih melakukan
Berdasarkan profil nagari Sungayang kegiatan-kegiatan ekonomi. Tabel-1 berikut
tahun 2013, nagari Sungayang memiliki luas 8 menggambarkan penduduk nagari Sungayang
km² dengan ketinggian rata-rata 600 sampai berdasarkan kelompok umur.
dengan 750 meter di atas permukaaan laut.
Sebagian besar merupakan daerah yang Tabel-1
bergelombang dan masih bersifat agraris. Untuk
Jumlah Penduduk Berdasarkan
memenuhi kebutuhan pengairan terutama untuk
Kelompok Umur
kebutuhan pengairan sawah, di nagari
Sungayang terdapat tiga buah sungai yaitu NO. KELOMPOK JUMLAH
batang selo, batang maniak, dan batang UMUR (th)
kumango. 1 0–6 546
2 7 – 15 1.172
Jumlah penduduk nagari Sungayang 3 16 – 25 1.023
berdasarkan profil nagari tahun 2013 adalah 4 26 – 45 1.005
5 46 keatas 2.127
5.872 jiwa, yang terdiri dari 2.900 jiwa laki-laki Jumlah 5.872
dan 2.972 jiwa perempuan, dengan jumlah Sumber: Kantor Wali Nagari
keluarga 1.324 KK. Nagari Sungayang terbagi Sungayang tahun 2013
ke dalam 5 jorong yaitu jorong Taratak Indah,
jorong Gelanggang Tangah, jorong Balai Penduduk nagari Sungayang pada
Gadang, jorong Balai Diateh, dan jorong Sianau umumnya sudah memiki kesadaran yang
Indah. Dari 5 jorong tersebut, jorong Taratak relative baik tentang pendidikan anak-anaknya.
Indah dan jorong Balai Diateh merupakan Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang
jorong dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu berhasil ditamatkan oleh penduduk mulai dari
1.728 jiwa dan 1.365 jiwa. Sedangkan jorong tingkat SMP sampai dengan pendidikan tingkat
Gelanggang Tangah merupakan jorong dengan Master. Berdasarkan data dari profil nagari
jumlah penduduk paling kecil yaitu 410 jiwa. Sungayang tahun 2013 diinformasikan bahwa
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa jorong terdapat 780 (13,2%) penduduk yang sudah
yang terdekat dengan pusat kegiatan ekonomi menamatkan pendidikannya pada tingkat
seperti pasar dan pusat pemerintahan nagari sarjana (S-1) dan pasca sarjana (S-2). Sementara
memiliki tingkat perkembangan penduduk yang itu yang berhasil menamatkan pendidikannya
relatif tinggi dibandingkan jorong yang berada sampai tingkat Akademi ada sebanyak 960
lebih jauh dari pusat kegiatan ekonomi dan orang (16,3%). Selanjutnya penduduk dengan
pusat pemerintahan. pendidikan tingkat SMA dan SMP juga relatif
besar yaitu 1.098 orang (18,7%) dan 1.221
Bila dilihat dari kelompok umur, dapat orang (20,8%). Kondisi ini menggambarkan
diinformasikan bahwa kelompok usia produktif bahwa kesadaran penduduk nagari Sungayang
merupakan kelompok umur paling besar di akan pentingnya pendidikan relatif baik. Hanya

103
sebagian kecil (0,03%) penduduk yang tidak Sedangkan untuk bidang industri, di
menamatkan pendidikannya samapi tingkat SD. nagari Sungayang sudah dikembangkan
Menurut aparat pemerintahan nagari beberapa jenis industri rumah tangga terutama
diinformasikan bahwa penduduk yang tidak industry kue dan sulaman emas. Terdapat 10
tamat SD tersebut pada umumnya adalah buah industri kue dan catering dengan produksi
penduduk yang sudah usia tua, dimana dulunya terbanyak adalah kue kering. Indusri kue kering
mereka tidak memiliki kesempatan yang baik ini menyebar di empat jorong yaitu jorong Balai
untuk sekolah. Diateh (4 buah), jorong Gelanggang Tengah (2
buah), jorong Balai Gadang (2 buah), dan
Mata pencaharian utama masyarakat jorong Sianau Indah (2 buah). Industri rumah
adalah sebagai petani khusus pertanian sawah. tangga lainnya yang dikembangkan di nagari
Luas lahan yang dikelola masyarakat untuk Sungayang adalah sulaman emas. Terdapat 18
pertanian sawah adalah 202 ha dengan jumlah orang penduduk yang melakukan usaha industry
produksi padi pertahun mencapai 1.030 ton. sulaman emas tersebut, dengan julah terbanyak
Hasil padi tersebut tidak saja digunakan untuk ada pada jorong Gelanggang Tangah yaitu
keperluan konsumsi sendiri, tetapi juga untuk sebanyak 9 pengrajin (50%). Kemudian jorong
kebutuhan pasar/dijual. Taratak Indah sebanyak 7 pengrajin dan jorong
Balai Gadang sebanyak 2 pengrajin.
Selain padi, komoditi pertanian lainnya
yang dikelola masyarakat adalah jagung, ketela Berkembangnya industri rumah tangga
pohon dan cabe. Masing-masing komoditi tersebut baik kue kering maupun sulaman emas,
tersebut pada umumnya adalah tujuan dijual tentunya berkaitan dengan letak nagari
dalam upaya menambah penghasilan dari Sungayang yang dekat dengan pusat ibu kota
pertanian padi. Jumlah produksi masing-masing kabupaten Tanah Datar, sehingga hal ini
komoditi tersebut adalah; jagung sebanyak 176 memudahkan pengrajin tersebut untuk
ton/tahun, ketela pohon 702 ton/tahun dan cabe memasarkan hasil produksinya. Hasil penelitian
sebanyak 112 ton/tahun. (wawancara) menunjukkan bahwa sebagian
besar hasil produksi industry rumah tangga
Disamping komoditi pertanian,
tersebut di pasarkan di kota Batusangkar.
masyarakat nagari Sungayang juga telah
Dengan akses ke pasar Batusangkar yang sangat
mengusahakan tanaman perkebunan seperti
lancar, maka setiap hasil produksi dapat dengan
kelapa, kopi, coklat, kayu manis, dan cengkeh.
mudah dibawa ke pasar tersebut, atau juga
semua jenis komoditi tersebut pada umumnya
orang lain luar Sugayang sendiri yang data ke
ditanam di berbagai lokasi tanah kosong milik
rumah pengrajin untuk membeli produk yang
masyarakat dalam arti tidak berbada pada
dihasilkan tersebut.
sebuah areal khusus. Berdasarkan hasil
observasi lapangan terlihat bahwa komoditi Sedangkan untuk sector jasa, di nagari
tersebut ditanam oleh masyarakat di sekitar Sungayang terdapat bermacam kegiatan jasa
pekarangan rumah, pinggir sawah, atau di lahan seperti penjahit (23 buah), bengkel (12 buah),
kebun lainnya yang letaknya terpencar-pencar. foto copy, cetak foto (14 buah), huller (3 buah),
Hasil wawancara dengan aparat pemerintahan dan tukang perabot (23 buah). Sementara untuk
nagari dan warga masyarakat, diinformasikan sector perdagangan, penduduk melakukan usaha
bahwa di nagari Sungayang tidak ada lahan seperti toko bangunan (4 buah), jualan buah (44
yang cukup luas untuk menanam komoditi orang), toke padi (12 orang), kios pupuk (5
perkebunan dalam sebuah areal khusus, oleh orang), kios BBM (20 orang), dan warung
karena itu masyarakat hanya menanam tanaman minuman (65 orang).
tersebut disekitar rumah dan tanah-tanah kosong
sekitar sawah. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa masyarakat nagari

104
Sungayang telah mengembangkan berbagai memiliki kondisi yang relatif baik, dan memiliki
usaha ekonomi diluar sector pertanian. Hal ini ruang pelayanan seperti ruang tunggu, ruang
juga didukung oleh keberadaan pasar nagari pemeriksaan dan pengobatan. Khusus untuk
Sungayang yang cukup strategis dan berada di puskesmas terdapat berbagai jenis ruang yang
pusat pemerintahan kecamatan Sungayang. sesuai dengan fungsinya seperti ruang tunggu,
Selain itu juga semua kantor lembaga ruang pemeriksaan dan pengobatan, ruang obat,
pemerintahan tingkat kecamatan juga ada di ruang administrasi, ruang kantor kepala
nagari Sungayang seperti; kantor kecamatan, puskesmas, ruang perawatan, apotik,
kantor pos, PLN, PDAM, Puskesmas, dan laboratorium, dan sebagainya. Semua ruang
sebagainya. Kondisi ini sudah tentu menjadi tersebut berada pada kondisi yang relatif baik.
salah satu faktor yang dapat mendorong
berkembangnnya usaha industri rumah tangga, Menurut informan kepala Puskesmas
perdagangan dan jasa di nagari Sungayang. Sungayang, untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan, sudah dilakukan berbagai upaya
seperti penyuluhan dan peningkatan pelayanan
SARANA PELAYANAN KESEHATAN di puskesmas. Penyuluhan dilakukan tidak
hanya di ruang atau tempat khusus, tetapi juga
Pembangunan dibidang kesehatan
pada setiap dilaksanakannya kegiatan posyandu
merupakan upaya nyata dalam mendekatkan
yang terdapat pada semua jorong di wilayah
pelayanan kesehatan. Karena itu kemudahan
kerja puskesmas. Sementara untuk
akses terhadap sarana dan pelayanan kesehatan
meningkatkan pelayanan dan penjaringan
merupakan hal yang sangat penting. Sebagai
suspek, puskesmas juga dibantu oleh kader
tindak lanjut dari upaya tersebut, di nagari
kesehatan yang dibentuk dan dilatih oleh Dinas
Sungayang telah dibangun berbagai sarana
Kesehatan kabupaten Tanah Datar. Jumlah
pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
kader yang dilatih ada sebanyak 14 kader,
polindes, praktek dokter, praktek bidan dan
dimana masing-masing kader berasal dari semua
posyandu. Beragamnya sarana pelayanan
jorong yang ada di nagari Sungayang.
kesehatan yang dibangun di nagari sungayang
Pembentukan kader tersebut bertujuan agar
tentunya juga terkait dengan posisi nagari ini
kader tersebut dapat melakukan penjaringan
sebagai ibu kota kecamatan. Tabel-2
dengan lebih cepat ketika melihat adanya
menggambarkan sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang diduga mengidap penyakit
yang terdapat di nagari Sungayang.
Tb.paru.
Tabel-2
Sarana Pelayanan Kesehatan di Nagari
CAKUPAN PENEMUAN TUBERKULOSIS
Sungayang
No. Jenis Sarana Jumlah
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kesehatan Kabupaten Tanah Datar tahun 2011, diketahui
1 Puskesmas 1 cakupan penemuan kasus TB BTA positif di
2 Polindes 2 Puskesmas Sungayang adalah 7%. Kemudian
3 Praktek Dokter 1 pada tahun 2012 terjadi peningkatan cakupan
4 Praktek Bidan 4 penemuan menjadi 26%. Meskipun pada tahun
5 Posyandu 9
Jumlah 17
2012 terjadi peningkatan cakupan penemuan,
Sumber: Profil Nagari Sungayang Tahun 2013 namun demikian sampai dengan tri wulan ketiga
tahun 2013 (September 2013), jumlah cakupan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penemuan TB BTA positif hanya 11%. Dengan
kondisi semua unit pelayanan kesehatan demikian terjadi penurunan cakupan penemuan

105
yang cukup signifikan dalam tahun 2013. Hasil menurut informan adalah batuk yang tidak
wawancara dengan pengelola TB di Dinas sembuh dalam waktu yang lama, serta
Kesehatan Kabupaten Tanah Datar disebutkan kadangkala batuk tersebut disertai percikan
bahwa sampai akhir tahun 2013, diperkirakan darah segar.
kondisi ini tidak akan meningkat secara berarti,
dan hanya akan bisa naik sampai dengan angka Selain gejala batuk sebagaimana
13%. Sementara target yang harus dicapai diuraikan diatas, tanda lainnya yang juga dapat
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah 70%. dianggap sebagai tanda seseorang menderita
tuberkulosis menurut kader TB adalah badan
Rendanya cakupan penemuan TB BTA terlihat lesu dan tidak bersemangat, kurang
positif di Puskesmas Sungayang menurut nafsu makan, lemas, dan selalu berkeringat bila
informan petugas pengelola TB di Puskesmas sedang tidur meskipun udara tidak panas. Oleh
tersebut adalah karena masyarakat yang diduga karena itu, bila seseorang memiliki tanda-tanda
menderita TB tidak mau menyerahkan dahaknya tersebut disarankan untuk memeriksakan
untuk diperiksa di laboratorium. Hal ini juga kondisi kesehatannya ke tempat pelayanan
dikatakan oleh kader TB, meskipun kader sudah kesehatan seperti puskesmas. Namun
mendatangi setiap rumah yang diduga terdapat kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari
penderita, namun kader tersebut tetap kesulitan warga masyarakat dengan gejala tersebut yang
untuk bisa mengumpulkan dahak (sputum) memeriksakan kesehatannya ke puskesmas.
masyarakat yang diduga menderita TB tersebut. Kondisi ini sebetulnya sangat beresiko terhadap
penularan penyakit tuberkulosis bila ternyata
Hasil wawancara dengan informan orang dengan gejala tersebut benar-benar
masyarakat, diketahui bahwa rendahnya menderita tuberculosis. Sebab selama penderita
partisipasi warga masyarakat dalam yang mempunyai gejala tersebut tidak
memeriksakan dahaknya ke Puskesmas, pada memeriksakan dirinya ke puskesmas, maka
umumnya disebabkan oleh rasa malu untuk selama itu pula kemungkinan akan terjadi
memberikan dahak tersebut kepada petugas TB penularan penyakit tersebut kepada orang lain
di Puskesmas. Selain itu, meskipun dahak
sendiri (kata informan) banyak masyarakat yang Pandangan Masyarakat Terhadap Penyakit
merasa jijik untuk mengambil dahaknya dan Tuberkulosis
memasukkan ke dalam kantong plastik yang
diberikan oleh petugas Puskesmas. Sehubungan dengan pandangan
masyarakat terhadap penyakit tuberculosis,
dapat diinformasikan bahwa pada umumnya
informan masyarakat mengatakan bahwa
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM UPAYA penyakit tuberculosis bukanlah penyakit yang
PENINGKATAN CAKUPAN PENEMUAN berbahaya, melainkan dianggap sebagai
PENDERITA TB penyakit yang biasa saja. Pandangan tersebut
juga berdampak pada rendahnya kepedulian
Pengetahuan Tentang Tuberkulosis
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat pengobatan di pelayanan kesehatan seperti
diinformasikan bahwa pada umumnya informan puskesmas.
menyebutkan beberapa tanda seseorang dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diduga menderita penyakit tuberculosis. Tanda-
sebagian besar masyarakat di nagari Sungayang
tanda yang berhasil diidentifikasi dari jawaban
tidak segera melakukan upaya pengobatan pada
informan antara lain adalah; batuk lebih dari
saat pertama dirasakan adanya gejala penyakit
tiga minggu, batuk darah, batuk berdahak, sesak
di tubuh mereka. Sedangkan tindakan
nafas, badan lemas, dan kurang nafsu makan.
pengobatan baru akan dilakukan setelah tidak
Namun demikian, tanda yang lebih jelas terlihat

106
lagi mampu mereka tahan, dan pada kondisi ini mengkaitkan penyakit penyakit tuberculosis
tentunya penyakit tersebut sudah cukup parah. sebagai penyakit yang disebabkan oleh guna-
Artinya selama mereka masih bisa melakukan guna atau hal-hal yang bersifat magis. Pada
kegiatan sehari-hari, maka mereka menganggap umumnya informan percaya bahwa penyakit
diri mereka sebagai orang yang sehat, walaupun tuberculosis adalah penyakit biasa yang diderita
gejala atau tanda-tanda tuberculosis sudah ada seseorang karena adanya vector penyakit atau
dalam diri mereka. Hasil wawancara dengan kuman. Kuman ini bisa diperoleh sendiri
kader TB menginformasikan bahwa pada karena kondisi tertentu baik di tempat kerja
umumnya masyarakat Sungayang, walaupun maupun di rumah atau lingkungan, dan juga
sudah menderita batuk selama berminggu- diperoleh dari penularan oleh orang lain.
minggu, tetapi karena mereka masih mampu
melakukan kegiatan sehari-hari seperti ke Kepercayaan bahwa penyakit
sawah, ladang atau ke pasar, maka mereka tidak tuberculosis dapat disembuhkan terutama
menganggap gejala tersebut sebagai kondisi diperoleh setelah masyarakat mendapatkan
yang dapat membahayakan kesehatan mereka. penyuluhan dari petugas kesehatan. Dulu
Biasanya mereka akan berusaha mencari banyak warga yang menganggap bahwa
pertolongan pengobatan apabila penyakit penyakit tuberculosis sebagai penyakit
mereka sudah dirasakan mengganggu pekerjaan keturunan. Hal ini pada dasarnya karena adanya
atau aktivitas sehari-hari mereka, dan tidak pengalaman sebelumnya dimana ketika orang
jarang kondisi penyakitnya sudah cukup parah tua mereka menderita tuberculosis, maka akan
sehingga memerlukan perawatan yang intensif ada anak mereka menderita penyakit yang sama.
dan waktu yang relatif lama. Padahal hasil Pada hal kalau kita mengerti tentang
penelitian WHO menunjukkan bahwa tanpa tuberculosis, penyakit tersebut bukan diturunkan
pengobatan, maka setelah 5 tahun sebanyak melainkan tertular oleh orang tua mereka yang
50% dari penderita tuberculosis akan meninggal menderita tuberculosis. Namun demikian
dunia, 25% akan sembuh dengan sendirinya setelah adanya penyuluhan dan penjelasan dari
dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% petugas kesehatan baik yang dilakukan oleh
akan tetap menjadi kasus kronik yang menular. Puskesmas maupun Dinas Kesehatan,
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk masyarakat percaya bahwa penyakit tersebut
meningkatkan pengetahuan masyarakat bukan karena keturunan, dan penyakit tersebut
berkaitan dengan penyakit tuberculosis, dapat sembuh dengan minum obat secara
sehingga dimasa yang akan datang kesadaran teratur.
masyarakat khususnya di daerah penelitian
Berkaitan dengan waktu penyembuhan,
dalam upaya memutus mata rantai penularan
pada umumnya informan meyakini bahwa
tuberculosis akan semakin meningkat.
penyakit tuberculosis akan sembuh bila
penderita minum obat secara teratur selama
enam bulan sampai sembilan bulan. Namun
Kepercayaan Berkaitan Dengan Penyakit demikian, menurut kader TB bahwa indicator
Tuberkulosis kesembuhan yang ditetapkan adalah apabila
hasil pemeriksaan di laboratorium sudah
Hasil penelitian menunjukan bahwa negatif. Pada hal kuman tuberculosis masih ada
masyarakat nagari Sungayang memiliki di dalam tubuh penderita dan tidak mati,
keyakinan percaya dan yakin bahwa setiap sehingga pada waktu tertentu bisa saja kembali
penyakit pasti ada obatnya. Artinya bila ada aktif dan mengakibatkan penderita kembali
usaha untuk mengobati suatu penyakit, maka menderita tuberculosis. Kondisi ini terutama
penyakit tersebut dapat disembuhkan. Dikatakan terjadi bila daya tahan tubuh menurun.
bahwa tidak ada penyakit yang tidak dapat
diobati, kecuali kematian. Informan juga tidak

107
UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN 2. Kunjungan Ke Rumah Suspek
PENEMUAN TUBERKULOSIS
Petugas kesehatan puskesmas
Hasil penelitian menunjukkan adanya Sungayang berupaya untuk melakukan
berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh penjaringan penderita secara aktif, yaitu
petugas kesehatan dari Puskesmas Sungayang dengan melakukan kunjungan ke setiap
untuk meningkatkan cakupan penemuan rumah warga yang diduga menderita
penyakit tuberkuloisis. Upaya tersebut antara tuberculosis atau memiliki tanda-tanda
lain memberikan penyuluhan, melakukan penyakit tuberculosis. Untuk mendukung
kunjungan ke rumah warga yang diduga upaya penjaringan penderita secara aktif
menderita penyakit tuberculosis (suspek), tersebut, puskesmas sudah membentuk
membagikan kantong plastic untuk tempat kader TB pada setiap jorong yang ada
sputum, dan juga pembentukan kader dalam wilayah kerja puskesmas tersebut.
tuberculosis pada setiap jorong dalam wilayah Berdasarkan wawancara dengan kepala
kerja Puskesmas Sungayang. puskesmas Sungayang dan pengelola TB
(tuberculosis), diinformasikan bahwa ada
1. Kegiatan Penyuluhan sebanyak 14 orang kader yang ditunjuk
sesuai dengan jumlah jorong yang ada di
Kegiatan penyuluhan yang
nagari Sungayang.
dilakukan oleh petugas kesehatan
(pengelola TB) di puskesmas Sungayang Dengan adanya kader tuberculosis
tidak secara khusus ditujukan untuk pada setiap jorong diharapkan cakupan
penyuluhan tuberculosis, melainkan penemuan penderita tuberculosis dapat
diberikan secara terintegrasi dengan lebih meningkat, sehingga upaya
kegiatan di posyandu. Artinya pada saat penanggulangan atau pengobatan terhadap
kegiatan posyandu dilakukan, selain penderita juga bisa segera dilakukan.
memberikan pengetahuan kepada Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat tentang pentingnya menjaga kader tersebut adalah mencari warga yang
kesehatan dan perkembangan berat bayi, memiliki tanda-tanda tuberculosis, dan
pada waktu tetentu juga disampaikan kemudian kepada warga tersebut
tentang perlunya masyarakat untuk diberikan kantong plastic untuk tempat
memahami dan waspada terhadap dahak/sputum. Selanjutnya kepada warga
penyakit tuberculosis. tersebut disampaikan agar segera
memasukkan dahak ke dalam kantong
Menurut kader TB di Puskesmas,
yang disediakan kemudian diantarkan ke
selain penyuluhan yang dilakukan secara
puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan.
massal pada saat pelaksanaan kegiatan
posyandu, kegiatan penyuluhan juga Meskipun upaya secara aktif sudah
dilakukan secara individual kepada pasien dilakukan oleh petugas kesehatan dalam
yang datang berobat ke puskesmas. Dalam meningkatkan cakupan penemuan
hal ini petugas memberikan informasi penyakit tuberculosis, namun pada
supaya pasien waspada terhadap tanda- kenyataannya jumlah cakupan penemuan
tanda penyakit tuberculosis, dan penyakit tuberculosis di puskesmas
menyampaikan bila terdapat tanda-tanda Sungayang masih sangat rendah dan jauh
tersebut pada anggota keluarga supaya dibawah cakupan yang ditargetkan.
segera memeriksakan dirinya ke Artinya, dengan kondisi triwulan ketiga
puskesmas. baru mencapai 11% sangat mustahil pada
akhir tahun 2013 bisa mencapai angka

108
70% sebagaimana yang ditargetkan oleh relatif sudah cukup baik, baik pengetahuan
program. tentang tanda-tanda penyakit tuberkulosis, cara
penularan maupun cara pengobatannya. Selain
Kondisi tersebut pada dasarnya itu masyarakat juga percaya bahwa penyakit
berkaitan dengan kesadaran masyarakat tuberculosis pada dasarnya disebabkan oleh
yang rendah dalam melakukan kuman, dan dapat disembuhkan dengan
pemeriksaan ke puskesmas. Pada melakukan pengobatan secara teratur.
umumnya masyarakat tidak Sementara persepsi yang berkembang adalah
memeriksakan dirinya ke puskesmas bahwa penyakit tuberculosis bukanlah penyakit
selama tanda-tanda tersebut (batuk lama) yang berbahaya yang tidak ada obatnya,
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari melainkan adalah penyakit biasa yang akan
mereka. Selain itu, rasa malu untuk dapat sembuh dengan melakukan pengobatan.
memberikan dahak kepada petugas Berdasarkan persepsi tersebut, maka pada
puskesmas juga menjadi alasan umumnya masyarakat tetap
masyarakat untuk tidak memeriksakan berhubungan/berinteraksi dengan orang lain
dahaknya di puskesmas. Akibat meskipun sebagian diantaranya memiliki tanda-
selanjutnya adalah penyakit tuberculosis tanda menderita tuberculosis.
terus berkembang dan menular, sementara
cakupan penemuan tetap rendah. Pengetahuan, kepercayaan akan
kesembuhan, dan persepsi terhadap penyakit
tuberculosis sebagai penyakit biasa, menjadi
dasar bagi masyarakat untuk melakukan
KESIMPULAN
pengobatan pada pelayanan kesehatan seperti
Mengacu pada model yang puskesmas. Namun demikian tindakan
dikembangkan oleh Lawrens Green tentang pengobatan tersebut baru dilakukan setelah
berbagai faktor social budaya yang berkaitan penyakit tersebut mengganggu aktivitas sehari-
dengan kesehatan, maka berdasarkan hasil hari mereka dan bukan pada saat memiliki
penelitian lapangan dapat disimpukan bahwa tanda-tanda adanya gejala menderita
pengetahuan masyarakat di daerah penelitian tuberculosis.

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, 2008, Pengantar Metode Penelitian Kualiatatif. Laboratorium Sosiologi Fisip Unand.

Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2007. Jakarta: Laporan Riset Kesehatan


Dasar 2007.

Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2010. Jakarta: Laporan Riset Kesehatan


Dasar 2010.

Bappeda Propinsi Sumatera Barat, 2011. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Derah Provinsi Sumatera Barat.

Bungin, Burhan, 2010. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

109
Departemen Kesehatan, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi
2, cetakan pertama.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar, 2011. Laporan Cakupan Penemuan TB Paru,
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar
Elfemi, Nilda, 2003, Aspek Sosial Kultural Dalam Perawatan Kesehatan, Tesis
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Media, Yulfira, 2011, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Yang Berkaitan
Dengan Penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Koto Katik Kota Padang Panjang,
Jurnal Pembangunan Manusia, Volume 5 Nomor 3, Badan Litbang dan Inovasi
Daerah Pemprov Sumsel.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Woro, oktia, 2005. Tuberkulosis (TB) dan Faktor-faktor yang Berkaitan. Jurnal
Epidemiology Indonesia, Volume 7 Edisi I.

110

Anda mungkin juga menyukai