Suharyo
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia
Abstract
According to WHO report in 2013, the prevalence of TB in Indonesia ranks third after India
and China was nearly 700 thousand cases, the mortality rate was still 27/100 thousands
inhabitants. Characteristics of rural areas as determinant on TB incidence. Research
problem was how the determinant factors of TB in rural areas. Research purpose to describe
the determinant factors of TB in rural areas. Qualitative research method through indepth
interview and analysis content description. The results showed the majority of patients with
pulmonary tuberculosis have secondary education, in the productive age period, and in less
category of economic. Most TB patients have not healthy home, both in residential density,
lighting, ventilation, and humidity. Almost all patients with pulmonary tuberculosis have
pretty good knowledge, but some of them have bad behaviour, which does not cover the
mouth when coughing. The role of leaders in rural communities not yet support to pulmonary
TB prevent and control programs. The role of health workers (coordinator of pulmonary
TB) was still limited for treatment, counseling, and did not make an active search of new
cases. The conclusions, determinant factors of TB in rural areas were knowledge, education,
and house conditions.
86
Suharyo / KEMAS 9 (1) (2013) 85-91
87
Suharyo / KEMAS 9 (1) (2013) 85-91
menyediakan air minum yang baik, membeli menderita penyakit TB paru sebagian besar
makanan yang jumlah dan kualitasnya memadai bahkan hampir seluruhnya, pengetahuannya
bagi keluarga mereka, serta mampu membiayai tentang hal yang berkaitan dengan TB paru
pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan sudah bagus. Namun konsistensi dengan
(Helper, 2010). praktik pencegahan penularan TB paru masih
Kondisi di lingkungan rumah dapat memprihatinkan. Oleh karena itu, petugas
menunjukkan bahwa rerata keadaan rumah kesehatan yang bertanggungjawab terhadap
subyek penelitian belum memenuhi syarat masyarakat masih tetap diperlukan untuk
rumah sehat dan sangat berisiko terjadinya membantu penderita TB paru agar melakukan
kejadian TB Paru, karena berdasarkan hasil tindakan yang memperbesar kemungkinan
observasi atau pengukuran diketahui keadaan penyebaran TB paru ke orang lain. Petugas
rumah subyek penelitian sebagian berada kesehatan dapat melakukan tindakan-tindakan
dalam kondisi berisiko, karena: pendidikan, pengawasan dan juga pemberian
(1) sebagian kepadatan hunian rumah subyek motivasi. Berdasarkan hasil pengamatan pada
penelitian tidak memenuhi syarat. penelitian Helper Manalu dkk, penderita
(2) rerata suhu ruangannya adalah 32.11 0C TB paru mempunyai kebiasaan sering tidak
maka dikatakan tidak memenuhi syarat menutup mulut saat batuk, hal ini tentunya
rumah sehat, hal tersebut disebabkan dapat membuat penularan TB pada orang-
karena subyek penelitian jarang membuka orang yang sehat di sekitarnya (Helper, 2010)
jendela rumah setiap hari, dan sebagian Sebagian besar dari subjek penelitian
genteng tidak memakai genteng kaca, menyatakan bahwa mereka telah melakukan
sehingga sinar cahaya matahari tidak pengobatan secara rutin dan teratur. Rerata
masuk ke dalam rumah. subjek penelitian menyatakan bahwa saat
(3) rerata pencahayaan adalah 21,7 lux, maka bersin atau batuk penderita menutup mulut,
dikatakan tidak memenuhi syarat rumah karena tidak ingin menulari orang lain dan
sehat, hal tersebut dipengaruhi karena sebagian kecil subyek penelitian menyatakan
subyek penelitian tidak membuka jendela
hanya menutup mulut saat batuk atau bersin
rumah setiap hari, dan letak ventilasi tidak
kadang-kadang saja jika sedang ingat. Rerata
strategis sehingga sinar matahari tidak
subjek penelitian menyatakan bahwa mereka
dapat masuk ke dalam rumah.
membuang ludah tidak disembarang tempat.
Programpemerintah untuk memperbaiki
rumah warga yang kurang mampu sebaiknya “...biasanya meludah dikamar mandi trus
juga mulai dialihkan sebagian anggarannya disiram atau ditempat yang panas, ada sinar
untuk membantu merombak rumah hunian mataharinya..”
penderita TB paru agar lebih sehat. Khususnya
di pondek pesantren tradisional di pedesaan Sebagian besar dari subjek penelitian
yang notabene tidak mempunyai cukup menyatakan mereka mengkonsumsi makanan
dana untuk membangun tempat tinggal yang yang mengandung 4 sehat 5 sempurna hanya
sehat, seharusnya mendapatkan perhatian kadang-kadang saja. Sebagian besar subjek
dari pemerintah. Pemerintah dapat membuat penelitian menyatakan bahwa menjemur kasur
kamar khusus bagi santri yang menderita TB dan bantal dilakukan hanya kadang-kadang
paru agar memperkecil penularan. saja. Rerata subjek penelitian menyatakan
Pengetahuan subjek penelitian tergolong bahwa jendela rumah tidak dibuka setiap hari
sudah baik. Rerata subyek berpendapat bahwa namun hanya kadang-kadang saja, dan sebagian
penyebab TB Paru itu adalah karena kuman. kecil subyek penelitian menyatakan membuka
Sebagian besar subjek penelitian berpendapat jendela rumah setiap hari. Sebagian besar subjek
bahwa penularan Penyakit TB Paru bisa penelitian menyatakan jarang melakukan olah
melalui dahak, batuk dan saat berbicara. raga. Rerata subjek penelitian menyatakan
Tidak berbeda dengan penelitian-penelitian bahwa sebelum menderita penyakit TB Paru
sebelumnya, bahwa dengan pendidikan yang subyek penelitian merokok, dan sebagian kecil
cukup (menengah) saja, subjek penelitian yang subyek penelitian menyatakan tidak merokok.
88
Suharyo / KEMAS 9 (1) (2013) 85-91
Rerata subjek penelitian menyatakan bahwa mengandalkan peran PMO, progam DOTS
subyek tetap tidur sekamar dengan anggota di Puskesmas Mijen dapat berjalan. Sebagian
keluarga yang lain. Data tersebut menunjukkan besar subjek penelitian menyatakan bahwa
bahwa perilaku subyek penelitian tentang PMO tidak selalu mengingatkan subyek
pencegahan dan penularan TB Paru belum penelitian untuk rutin melakukan pengobatan
sepenuhnya baik karena : dan minum obat secara teratur.
(1) masih ada subyek penelitian yang tidak TB paru seharusnya sudah menjadi
menutup mulut saat batu atau bersin, prioritas para tokoh masyarakat khususnya di
perilaku tidak menutup mulut saat batuk pedesaan. Para tokoh masyarakat di pedesaan
atau bersin merupakan faktor risiko masih dijadikan panutan bagi masyarakat
penularan TB Paru. sekitarnya. Jika para tokoh masyarakat tersebut
(2) masih ada subyek penelitian yang ikut ambil bagian dalam upaya pencegahan
membuang ludah di sembarang tempat dan penanggulangan TB paru, maka program
(3) sebagian besar subyek penelitian pemerintah akan semakin kuat dengan program
menyatakan jarang menjemur kasur atau DOTS nya. Oleh karena itu perlu ada upaya yang
bantal di bawah sinar matahari. selama ini belum dilakukan secara sungguh-
(4) masih ada subyek penelitian yang tidak sungguh yaitu mengajak dan menjadikan para
membuka jendela rumah setiap hari. tokoh atau pemuka masyarakat menjadi ujung
(5) rerata subyek penelitian menyatakan tombak program pemberantasan TB paru di
pernah merokok, dan berhenti merokok daerah pedesaan. Hal ini perlu mencontoh
setelah menderita penyakit TB Paru apa yang telah dilakukan Dinas Kesehatan
dan sebagian kecil subyek penelitian Kabupaten Boyolali.
menyatakan tidak merokok. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
(6) subyek penelitian tetap tidur sekamar terus-menerus mewaspadai penularan penyakit
dengan anggota keluarga yang lain. tuberkulosis (TB). Ini dilakukan karena masih
Jika hal tersebut dibiarkan maka banyak penderita yang tidak mau berobat.
program pengobatan TB paru (DOTS) hanya Dinas Kesehatan membentuk kader di tiap desa
akan menyembuhkan subjek penelitian saja. di Boyolali. Mereka bertugas mencari penderita
Masalah TB paru akan tetap besar karena TB sekaligus mengantisipasi penularan melalui
penularan ke orang lain masih terjadi begitu sosialisasi ke masyarakat (Dinkes Boyolali,
mudahnya. Perilaku subjek penelitian yang 2013). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
dapat menularkan TB parunya sebenarnya penelitian yang dilaksanakan di Sleman
tidak dapat dibenarkan. Untuk penguatan Jogjakarta tahun 2009, PMO yang diharapkan
hal tersebut maka diperlukan dasar hukum adalah dari tokoh masyarakat sebanyak 46,51%.
bagi petugas kesehatan untuk mengingatkan Harapan penderita TB Paru terhadap peran
sampai menindak tegas bagi penderita TB paru PMO di daerah pedesaan Sleman Yogyakarta
yang melakukan tindakan yang tidak aman adalah setiap penderita menginginkan PMO
(menularkan TB parunya ke orag lain). TB juga selalu memberikan penyuluhan, dorongan,
mudah menular pada mereka yang tinggal di memahami gejala, cara penularan, mengerti
perumahan padat, kurang sinar matahari dan cara pencegahan komplikasi, mengerti efek
sirkulasi udaranya buruk/pengap, namun jika samping (Fauzi, 2009).
ada cukup cahaya dan sirkulasi, maka kuman Koordinator TB Paru di Puskesmas
TB hanya bisa bertahan selama 1-2 jam (Yoga, Mijen dipegang oleh seorang dokter, berumur
2007). 41 tahun. Tugas dari Koordinator TB Paru
Permasalahan TB paru di wilayah membantu kepala puskesmas melakukan
Puskesmas Mijen belum menjadi kesadaran pencegahan dan pengobatan penyakit TB
publik secara luas. Para tokoh masyarakat di Paru. Berdasarkan hasil wawancara beliau
wilayah Puskesmas Mijen seperti Pak Lurah, mengatakan bahwa pengobatan TB Paru yang
RW, RT, dan yang ditokohkan belum ada yang ada di Puskesmas Mijen dilakukan setiap
menjadi penggerak dalam upaya pencegahan minggu yaitu pada hari selasa, pihak Puskesmas
dan pemberantasan penyakit TB paru. Hanya tidak rutin melakukan penyuluhan kepada
89
Suharyo / KEMAS 9 (1) (2013) 85-91
90
Suharyo / KEMAS 9 (1) (2013) 85-91
Mempengaruhi Kejadian Tb Paru Dan Upaya the diagnosis and treatment of tuberculosis.
Penanggulangan. Jurnal Ekologi Kesehatan, BMC Public Health, 8:15
9(4): 1340-1346 Talu, U.MD. 2006. The Role of Posterior
Mitnick, C.D. 2008. Comprehensive Treatment of Instrumentation and Fusion After Anterior
Extensively Drug-Resistant Tuberculosis. N Radical Debridement and Fusion in the
Engl J Med, 359: 563-574 Surgical Treatment of Spinal Tuberculosis:
Randy, A.N. 2011. Study Kualitatif Faktor yang Experience of 127 Cases. Journal of Spinal
Melatarbelakangi Drop Out Pengobatan Disorders & Techniques, 19(8): 554-559
Tuberkolosis Paru. Jurnal Kemas, 7(1): 83-90 Yoga, T. 2007. Diagnosis TB pada anak lebih
sulit, Mediakom info sehat untuk Semua.
Salim, S., Abdool, Karim, M.B. 2010. Timing of
Departemen Kesehatan
Initiation of Antiretroviral Drugs during
WHO. WHO Report 2013-Global Tuberculosis
Tuberculosis Therapy. N Engl J Med, 362:697-
Control. www.who.int/tb/data. diunduh
706
tanggal 31 Oktober 2013
Storla, D.G. 2008. A systematic review of delay in
91