Anda di halaman 1dari 43

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN


PENYAKIT TB PARU : LITERATURE REVIEW
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Proposal

SINGGIH BAYU PAMUNGKAS

17.1390.S

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tuberkolosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi

paru-paru. Penyakit ini ditularkan melalui droplet dari tenggorokan dan paru-

paru orang dengan penyakit pernafasan aktif (WHO, 2016). Penyakit

tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan

oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk

dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup ke dalam paru,kemudian

kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lain melalui sistem

peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran pernafasan bronchus)

atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes, 2012).

Tuberkulosis masih menjadi masalah global, sepertiga dari populasi

dunia sudah tertular TBC dimana sebagian besar penderita TBC adaalah usia

produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk diantara

jutaan orang setiap tahun dan memnjadi penyebab utama kedua kematian dari

penyakit menular di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus

(HIV) / AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome) (WHO 2015).

Menurut data World Health Organization (2016) jumlah pasien

tuberculosis pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru

tuberkulosis atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus


multidrug resistant, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus baru

terbanyak kedua di dunia setelah india. Sebesar 60% kasus baru terjadi di 6

negara yaitu India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan.

Kematian akibat tuberkulosis diperkirakan sebanyak 1,4 juta kematian

ditambah 0,4 juta kematian akibat tuberkulosis pada orang dengan HIV.

Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun

2000 dan 2015, tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi

didunia pada tahun 2015.

Pada tahun 2016 di indonesia ditemukan jumlah kasus tuberkulosis

sebanyak 351.83 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus

tuberkulosis yang ditemukan pada tahun sebelumnya yang sebesar 330.72

kasus. Meningkatnya jumlah pasien TB paru di Indonesia disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penularan penyakit TB paru

sehingga masih banyak ditemukan perilaku yang tidak sehat. Menurut jeis

kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu

1,4 kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing- masing provinsi di

seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Menurut riskesdas 2018 Jumlah kasus tuberkulosis positif di Indonesia

yaitu 666.623 kasus. jumlah kasus tertinggi berada di 3 provinsi yang

memiliki jumlah penduduk yang banyak yaitu provinsi Jawa barat dengan

186.809 kasus, Jawa tengah dengan 132.565 kasus, dan Jawa timur dengan

151.878 kasus.
TB paru merupakan penyakit yang sangat cepat ditularkan. Sumber

penularan TB paru adalah pasien yang pemeriksaan dahaknya dibawah

mikroskop ditemukan adanya kuman tuberkulosis, untuk yang ada BTA pada

dahaknya, pada waktu batuk atau bersin. Pasien itu dapat menyebarkan kuman

keudara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat mengahsilkan 300

percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan

dalam waktu yang lama. Karena ditularkan melalui percikan dahak, maka

kuman tuberkulosis akan masuk ke dalam saluran nafas dan lalu masuk ke

paru. (Aditama, 2011 dalam Farida ariyani sudiono 2018).

Resiko penularan tuberkulosis paru pada keluarga sangat beresiko,

terutama pada balita dan lansia yang mempunyai daya tahan tubuh yang

rendah, dalam pencegahan penularan tuberkulosis paru keluarga sangat

berperan penting, karena salah satu tugas dari keluarga adalah melakukan

perawatan bagi anggota keluarga yang sakit dan mencegah penularan pada

anggota keluarga yang sehat. (Jaji, 2010 dalam farida ayani 2018). Dalam

penaganan penyakit TB paru keluarga mempunyai peranan sangat penting

dalam suatu proses penyembuhan penyakit, di mana anggota keluarga dapat

memberikan informasi mengenai penyakit, memberikan dukungan moril, dan

mencegah penularan penyakit tersebut.(Kemenkes RI, 2011).

Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang

erat antara anggotanya dengan keluarga yang sangat menonjol sehingga

keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan. Fungsi


mempertahankan kesehatan, keluarga mempertahankan kesehatan anggota

keluarga memiliki produktivitas yang tinggi, fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. (Frriedman 2010 dalam Ayuro

Cumayonoro 2020).

Keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan. Terlebih

dalam mencegah penularannya, jika keluarga klien yang terdiagnosa TB paru

mengerti apa yang sebenarnya dilakukan keluarga juga bisa dan mampu

melindungi dirinya dan anggota keluarga lainnya. Jika perilakunya baik maka

akan membawa dampak positif bagi pencegah penularan tuberkulosis

(Notoatmodjo, 2010). Pencegahan penularan TB paru diantaranya membuat

ventilasi/pencahayaan di rumah, menutup mulut bila batuk dan bersin,

memakai masker, membuang dahak tidak sembarang tempat, memisahkan

alat makan dan minum penderita, untuk bayi diberikan imunisasi BCG dan

teratur minum obat (Depkes RI, 2004).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) pengetahuan berhubungan

dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang, semakin banyak informasi

yang dimiliki seseorang semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki

seseorang (Notoatmodjo 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Yusuf dan dani (2011), mengatakan kurangnya pengetahuan tentang TB paru

disebabkan oleh kebanyakan responden percaya mitos bahwa penyakit TB

paru merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh banyak pikiran,


dan tidak tahunya mengenai cara penularan serta kesalahan dalam minum

pencegahannya.

Berdasarkan latar belakang dia atas, maka peneliti ingin merumuskan


masalah penelitian sebagai berikut “ gambaran tingkat pengetahuan keluarga
mengenai pencegahan penularan penyakit TB paru”.

B. Pertanyaan penelitian
Jenis pertanyaan ini mencari jawaban berdasarkan bukti penelitian (research
evidence
) terkini. Akronim lain yang bisa digunakan adalah PEO (Patient, Exposure,
and Outcome. PEO sering digunakan pada jenis pertanyaan kualitatif.

PEO Bahasa Indonesia English

P(Population) Keluarga Family


E(Exposure) TB paru Pulmonary TB
O(Outcome) Gambaran Pengetahuan Knowledge about
prevention of
mengenai pecegahan
pulmonary TB
penularan TB paru transmission

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari literature review untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan sikap keluarga terhadap pencegahan penularan penyakit TB paru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karekteristik responden.
b. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap keluarga
mengenai pencegahan penularan penyakit TB paru.

D. Manfaat penelitian
1. Aspek Teori (body of knowledge)

Penelitian ini dapat dijadikan informasi maupun masukan pengetahuan

untuk penelitian selanjutnya dalam bidang keperawatan khususnya

dibidang keperawatan medikal bedah.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman peneliti

dalam melakukan penelitian serta menerapkan ilmu keperawatan medical

bedah, keperawatan keluarga dan metodologi penelitian dengan

pengaplikasian ilmu yang didapat selama perkuliahan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil literature riview ini di harapkan dapat menjadikan sumber

pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada keluarga dalam pencegahan penularan penyakit TB

paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis paru
1. Pengertian TB paru
Tuberkolosis atau TB merupakan penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru. Tuberkolosis paru adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium
tuberkolosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolosis masuk kedalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer dar ghon. ( Hood Al
sagaff,1995:73 dalam buku Andra saferi & Yessie Mariza, 2017)
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular
kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia misalnya
dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang
padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra
toraks yang khas TB dari kerangka yang digali Heidelbreg dari
kuburan zaman neolitikum. (Hermayudi & Ayu Putri Ariani, 2017)
2. Etiologi
Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah
batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet Mycobacterium bovis dan
mycobacterium avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan
dengan terjadinya infeksi tuberculosis. (Andra saferi & Yessie Mariza,
2017)
3. Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB paru dibagi
sebagai berikut :

a. TB paru BTA positif dengan kriteria :


1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif : mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif 1 kali atau disokong radiologik 1 kali.
3) Gambaran radioogik sesuai dengan TB paru.
b. TB paru BTA negative dengan kriteria :
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
aktif.
2) BTA negatif, biakan negative tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB paru dengan kriteria :
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan
paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
menunjukkan
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih
mendukung). (Andra saferi & Yessie Mariza, 2017)

4. Penularan dan faktor-faktor resiko


Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi
melalui udara, individu erinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin,
tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet yang besar
menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup
oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
tuberkulosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB
aktif.
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker,
mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang
terinfeksi dengan HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan Alkoholik.
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat
(tunawisma ; tahanan ; etnik dan ras minoritas, terutama anak-
anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda anatara yang
berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada
sebelumnya (misalnya ;diabetes, gagal ginjal kronis, silicosis,
penyimpangan gizi, bypass gastrektomi tau yeyunoileal).
f. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia
tenggara, Afrika, Amerika Latin, Karibia).
g. Setiap individu yang tinggal di intitusi (misalnya : fasilitas
perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara).
h. Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh.
i. Petugas kesehatan.
j. Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya
organisme yang terdapat di udara (Andra saferi & Yessie Mariza,
2017).
5. patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari sayu sampai tiga basil
karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga
hidung dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg,1981 dikutip
dari Price,1995). Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di
bagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobjus bawah) basil
tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Leokosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan megafosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar
melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral memberikan
gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epteloid dan
fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami perkapuran ini
dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkal yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk ke percabangan trakeobrankial. Proses ini dapat terulang
kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring,
telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meinggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekaat dengan perbatasan bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran
limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos
dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang
lebih kecil kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis miller. Ini
terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam
sistem vaskuler ke organ-organ tubuh (Andra saferi & Yessie Mariza,
2017).

6. pencegahan penularan
a. Upaya pencegahan
Upaya pencegahan merupakan upaya kesehatan yang
dimaksimalkan agar setiap orang terhindar dari terjangkitnya suatu
penyakit dan dapat mencegah terjadinya penyebaran penyakit.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut. Dalam epidemiologi,
pencegahan dibagi menjadi tingkatan sesuai dengan perjalanan
penyakit meliputi, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tesier :
1) Pencegahan primer
a) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita,
kontak atau suspect gambas, seing dilaporkan, pemeriksaan
dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect,
perawatan.
b) Petugas kesehatan dengan memberikan penyukuhan
tentang penyakit TB yang anatara lain meliputi gejala
bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
c) Pencegahan pada penderita dapat dilakukan dengan
menutp mulut sewaktu batuk membuang dahak tidak
disembarangan tempat.
d) Pencegahan infeksi: cuci tangan dan praktek menjaga
kebersihan rumah harus dipertahankan sebagai kegiatan
rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus untuk
barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya).
Dekontaminasi udara dengan cara ventilasi yang baik dan
bisa ditambahkan dengan sinar UV.
e) Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi
orang-orang yang dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas
kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi dengan vaksin
BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
f) Mengurangi dan menghilangkan kondisi social yang
mempertinggi resiko terjadinya infeksi misalnya kepadatan
hunian.
g) Lakukan eliminasi terhadap ternak sapi yang menderita TB
bovinum dengan caramenyembelih sapi-sapi tes
tuberkulinnya positif, susu dipasteurisasi sebelum
dikonsumsi.
2) Pencegahan sekunder
a) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan
keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian
pengobatan INH sebagai pencegahan.
b) Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi,
pengobatan khusus TBC. Pengobatan mondok dirumah
sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang
karena alasan-alasan social ekonomi dan medis untuk tidak
dikehendaki pengobatan jalan.
c) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada oraaang dengan
gejala TB paru.
d) Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada
kelompok beresiko tinggi, seperti para imigran, orang-
orang kontak dengan penderita, petugas, di rumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
e) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif
dari pemeriksaan tuberculin test.
f) Penobatan khusus, penderita dengan TBC aktif perlu
pengobatan yang tepat. Obat-obat kombinasi yang telah
ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur,
waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya
kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksan penyelidikan
oleh dokter.
3) Pencegahan tersier
a) Tindakan mencegah bahaya penyakit pary kronis karena
menghirup udara yang tercemar debu para pekerja
tambang, pekerja semen, dan sebagainya.
b) Rehabilitas
Pencegahan penularan TB paru dalam lingkungan
misalnya dalam bentuk kontruksi rumah. Melalui ventilasi,
udara dapat keluar membawa tuberkulosis dan mati terkena
sinar ultraviolet. Tidak cukupnya ventilasi juga dapat
meningkatkan kelembapan ruangan. Kelembapan ruanagan
yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh
dan berkembang biaknya bakteri-bakteri pathogen
termasuk mycobacterium tuberculosis (Setiadi, D dan Adi,
2019).
Pencahayaan yang kurang disebabkan oleh karena
kurangnya kesadaran untuk membuka jendela, gorden dan
pintu rumah. Kurangnya kaca pada atap pada rumah juga
mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang masuk
kedalam rumah. Sinar matahari tidak bisa masuk karena
terhalah oleh dinding rumah tetangga (Mulasari, 2019).
Hal tersebut sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa
kategori pertanyaan pencegahan TB dengan PHBS belum
banyak diketahui oleh masyarakat. Misalnya rutin
membuka jendela setiap hari agar cahaya matahari masuk
dan udara tidak lembab., karena bakteri TB mati karena
cahaya, memisahkan alat makan dan minum penderita, dan
rutin menjemur alas tidur (Victor Trismanjaya dkk, 2020).
b. Pencegahan
Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80 %. Akan tetapi dapat mengurangi
makna dari pemeriksaaan tes tuberculin.
Indikasi dari vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah:
1) Pada Negara maju vaksinasi BCG ditujukkan pada orang pada
orang dengan tes tuberculin yang negative dan pada orang
yang mempunyai risiko tinggi misalnya perawat atau pekerja
sukarela.
2) Pada Negara berkembang maka vaksnasi BCG hanya efektif
diberikan pada neonates.
Ada bebarapa catatan yang perlu diketahui:
1) Pada anak yang harus dilakukan tes tubekulin. Selain
neonatus maka anak yang dengan tes tuberkulin negative
perlu juga divaksinasi BCG.
2) Tidak diberikan pada passion yang mempunyai
immunocompromised termasuk kehamilan dan dermatitis
yang luas.
3) Bila kemungkinan mempunyai risiko tuberkulosis yang tinggi
maka semua neonatus harus diberikan vaksinasi.
4) Pada Negara dimana angka prevalensi tuberkulosisnya rendah
maka vaksinasi BCG dapat dijadikan program, akan tetapi
tidak boleh diberikan pada penderita dengan HIV positif.
Indikasi pencegahan:
1) Kasus dengan sputum positif harus diobati secara efektif agar
tidak menularkan orang lain.
2) Untuk orang yang telah kontak dengan pasien tuberkulosis
(contact tracking) maka harus dibuktikan bahwa ia telah
terkena tuberkulosis, yakni dengan tes tuberkulin atau foto
toraks.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang
dicurigai menderita tuberkulosis, yakni:
1) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif
dan pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum
positif harus diawasi.
2) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes
heafnya positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit
paru.
3) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
4) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang
setelah 8 minggu dan bila tetap negative maka dilakukan
vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami
konversi, maka pengobatan harus diberikan. Sputum BTA
adalah cara praktis untuk mendapatkan kasus tuberkulosis
(Andra Saferi & Yessie Mariza, 2017).
7. Manifestasi klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “ the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain
yang juga memberikan gejala umum seperti lemas dan demam. Pada
sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,
gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik, meliputi :
1) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula mula bersifat
non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah
bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah
gumpalan darah dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas : Gejala in ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal hal yang menyertai seperti
efusi pleura pneumothorax, anemia, dan lain lain.
4) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri
pleuratik yang ringan, gejala ini timbul apabila sistem
pernafasan di pleura terkena.
b. Gejala sistematik, meliputi :
1) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
sedang masa bebas serangan makan pendek.
2) Gejala sistematik lain : Gejala sistematik lain ialah keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam bberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.
Tuberkulosis Paru termasuk insidious. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan
BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada
awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang kea rah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkolosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti
perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia,
dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dorman.
(Andra Saferi & Yessie Mariza,
2017)

8. Terapi
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk
mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin,
INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavunalat, derivate Rifampisin/INH (Andra Saferi & Yessie
Mariza, 2017)
Pertimbangan untuk dilakukannya perawatan adalah hanya
terbatas pada suatu keadaan yang darurat saja, seperti misalnya batuk
darah atau sesak nafas yang berat. Pertimbangan yang lainnya adalah
pertimbangan epidemiologi dimana pasien harus dirawat selama BTA
(basil tahan asam) masih ditemukan didalam biakan atau sputum.
Berdasarkan pengalaman klinis terapi yang tepat dapat menyebabkan
konversi sputum dari positif ke negative dalam waktu 2 minggu setelah
pengobatan. Tuberculosis ekstrapulmonal tidak memerlukan
perawatan, kecuali atas dasar pertimbangan kegawatan, seperti
misalnya pada meningitis tuberkulosis.
a. Spesimen yang diberikan harus berdasarkan atas pertimbangan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Untuk menghindari resistensi terhadap obat maka lebih baik
digunakan beberapa obat sekaligus daripada obat tunggal.
2) Dosis tunggal lebih baik daripada dosis dua atau tiga kali
sehari.
3) Pengobatan diberikan selama 6 bulan dan bulan dan dapat
diperpanjang berdasarkan atas dasar klinis dan tes resistensi.
4) Bila sebuah kombinasi gagal maka dapat diganti dengan
kombinasi ang lainnya atas pertimbangan tes resistensi.
5) Antara perawatan di rumah sakit dan yang bukan di rumah
sakit regimen pengobatannya adalah sama, hanya saja pada
perawatan di rumah sakit pengobatannya tetap perlu diberikan
selama sputum BTA tetap positif, baik dengan biakan maupun
secara langsung.
6) Masing-masing obat mempunyai toksisitas yang berbeda, oleh
karena itu dalam melkukan pengawasan (monitoring)
diharapkan ditujukan pada 2 hal pokok, yakni resistensi dan
intoksisasi.
b. Beberapa regimen pengobatan yang dianjurkan antara lain :
1) Alternatif yang pertama adalah setiap hari diberikan:
a) INH 300 mg
b) Rifampisin 600 mg
c) Pirazinamid 25-30 mg/kg BB, diberikan berturut turu
selama 2 bulan dan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian INH 300 mg dan Rifampisin 600 mg selama 4
bulan.
2) Alternatif yang kedua adalah:
a) INH 300 mg
b) Rifampisin 600 mg
c) Diberikan selama bulan
3) Alternatif yang ketiga adalah:
a) INH 100 mg
b) Rifampisin 600 mg
c) Diberikan selama sebulan dan kemudian dilanjutkan
dengan 2 kali seminggu selama 8 bulan.
4) Alternatif yang keempat adalah:
Bila terdapat resistensi terhadap INH (Isoniazid), maka dapat
diberikan etambutol dengan dosis 15-25 mg/kg BB (Tabrani
Rab, 2017).
9. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini ; pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
Poncet’s arthropathy.
b. Komplikasi lanjut: Obstruksi jan napas -> SOPT -> (Syndrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat ->
fibrosis paru, kor pulmonal, amilodosis, karsinoma paru, sindrom
gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB (Hermayudi & Putri Ariyani, 2017).

B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Notoatmodjo dalam buku titik lestari (2015) mengatakan
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Peengindraan panca
indra manusia adalah indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Umumnya manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu
melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses
belajar dalam pendidikan formal maupun informal.
Soekanto dalam buku titik lestari (2015) mengatakan
pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan domain paling
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Proses kognitif antara lain ingatan, pikiran, presepsi, simbol-simbol
penalaran dan pemecahan persoalan. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang
berkenaan dengan sesuatu hal.
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan tingkat seberapa seseorang dapat
menghadapi, mendalami, memperdalam. Untuk mengukur pengethuan
seseorang terdiri dari 6 tingkatan antara lain :
a. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari sesuatu bahan
yang diterima atau dipelajari.
b. Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari dalam suatu kondisi atau situasi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Atau menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Titik
lestari, 2015).
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
a. Tingkat pendidikan
Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan
menambah pengetahuan yang lebih luas.
c. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah
pengetahun tentang sesuatu yang bersifat informal
d. Budaya
Merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan
yang meliputi sikap dan kepercayaan.
e. Sosial ekonomi
Kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Titik Lestari, 2015).
Menurut maliono dkk dalam buku titik lestari (2015) faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial dapat mendukung tingginya pengetahuan
seseorang bila ekonominya baik.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya merupakan salah satu pengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan diasaring
sesuai atau tidaknya dengan budaya yang ada apapun agama yang
dianutnya.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru
dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru, tingkat
pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula.
d. Pengalaman
Dalam hal ini berkaitan dengan umur, semakin tua umur seseorang
maka pengalamannya akan semakin banyak.
C. Sikap
1. Pengertian sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), mendefinisikan pengertian sikap
dengan sangat sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan
gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain
(Titik Lestari, 2015).
Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno
(2009), bahwa sikap adalah kesiapan metal, yaitu suatu proses yang
berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman
individual masing-masing , mengarahkan dan menentukan respons
terhadap berbagai objek dan situasi (Titik Lestari, 2015).
2. Komponen pokok sikap
Ada 3 komponen tentang sikap yaitu : kepercayaan (keyakinan)
ide dan konsep terhadap suatu obyek, kecenderungan untuk bertindak
(trend to be have). Ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap
yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting.
Menurut Azwar S, struktur sikap terdiri atas komponen yang
sangat menunjang yaitu :
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki
oleh individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini
dapat disamakan dengan pandangan (opini).
b. Komponen afektif
Komponen afektif adalah perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang
biasanya berakar paling dalam sebgai komponen sikap dan
merupkan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
c. Komponen konatif
Komponen konatif adalah komponen perilaku yang cenderung
untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu. (Titik Lestari, 2015).
3. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila dirinya ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari
sikap.
c. Meghargai (valuing)
Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek
psikologis.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap
Orang lain disekitar kita meruoakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita
anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak inging
dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita
hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi
pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan heteroseksual.
d. Media massa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
dan kepercayaan orang.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk pengalihan
mekanisme pertahanan ego (Titik Lestari, 2015).
5. Pembentukan sikap
Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut :
a. Pengkondisian klasik (classical conditioning)
Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/ rangsang
selalu diikuti oleh stimulus/rangsang yang lai, sehingga rangsang
yang pertama menjadi suatu isyaray bagi rangsang yang kesua.
b. Pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)
Proses pembelajaran terjadi ketika sesuatu perilaku mendatangkan
hasil yang menyenangkan bagi seorang, maka perilaku tersebut
akan diulangi kembali.
c. Belajar melalui pengamatan
Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang lain,
kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa.
Banyak perilaku yang dilakukan seseorang hanya karena
mengamati perbuatan orang lain.
d. Perbandingan sosial (sosial comparison)
Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk
mengecek apakah pandangan kita mengenal sesuatu hal adalah
benar atau salah diebut perbandingan sosial (Titik Lestari, 2015).

D. Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yg terkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
( Jhonson L & Leny R 2017).
Menurut Salvicion dan Celis dalam buku Jhonson & Leny R
(2017) menyatakan dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah hubungan perkawinan
atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga,berinteraksi
satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Tipe keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni :
a. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
c. Sealin itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi
hubungan paman, bibi, keluarga kakek, dan kelurga nenek (Jhonson
& Leny R, 2017).

3. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang ada didalam keluarga adalah
sebagai berikut : nafkah, mendidik, melindungi dan memberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
a. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anak, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
b. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sossial, dan spiritual (Jhonson
& Leny R, 2017).
4. Tugas keluarga
Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemilihan sumber-sumber daya yang ada dikeluarganya
c. Pembagian tugas masing-maisng anggota keluarga sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Jhonson
& Leny R, 2017).
5. Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan
sekaligus sudah dapat diterapkan oleh kelompok keluarga. Addapun
fungsi yang dijalan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
b. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi perlindungan dilihat dari bgaimna keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga akan merasa terlindungi dan merasa
aman.
d. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan angota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga.
e. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keeluarga
menanamkankeyakinanyang mengatur kehidupan kini dan
kehidupan lain setelah dunia.
f. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan.
g. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton tv bersama,
bercerita bersama, dan lainnya.
h. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,
perhatian dan rasa aman diantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Jhonson & Leny R,
2017).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencaraian Literature

1. Pemilihan kata kunci

Penelitian ini merupakan studi Literatur Review yaitu merangkum

berbagai literature yang relevan dengan topik penelitian. Dari banyaknya

artikel yang ditemukan muncul pertanyaan penelitian : Bagaimana

gambaran pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan

penularan penyakit TB paru? Kata kunci (key Concept) yang digunakan

dalam percarian artikel antara lain :

Pengetahuan Keluarga = Family knowledge


Pencegahan penularan = prevention
TB paru = pulmonary TB (Tuberculosis)

Tabel 3.1 Pemilihan Kata Kunci

Keyword Pengetahuan Pencegahan Tuberkulosis


Keluarga

Synonym/ Family Prevention Tuberculosis


istilah terkait knowledge

Berikut adalah contoh yang didapat dimodifikasi sesuai kebutuhan


a. Bahasa Inggris
AND Family Knowledge AND prevention AND Tuberculosis
b. Bahasa Indonesia
Pengetahuan keluarga, penceghan penularan, tuberkulosis
2. Pemilihan database
Database yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Google Scholar
dan pubmed. Kata kunci yang digunakan dalam penelitian family
knowledge and attitude AND prevention AND tuberculosis untuk jurnal
internasional. Sedangkan untuk pencarian jurnal nasional menggunakan
kata kunci yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu pengetahuan sikap
keluarga dan pencegahan dan tuberkulosis paru.

Table 3.2 Daftar Database Pencarian Artikel

Database Subject Area Statistik Database

Google Scholar Database raksasa Pilihan terakhir untuk


“Broad Search” atau
pencarian luas.
PubMed National library od 8
medicine

B. Proses Telaah Kritis


1. Kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria Inklusi
1) Sesuai dengan kata kunci pengetahuan dan sikap keluarga terhadap
pencegahan penularan penyakit TB paru.
2) Dipublikasikan dalam rentan waktu 5 tahun terakhir 2016-2021.
3) Memiliki komponen teks lengkap.
4) Responden dalam penelitian adalah keluarga.
b. Kriteria eksklusi
1) Artikel yang isinya tidak lengkap hanya menampilkan abstrak.

2. Instrumen telaah kritis


Instrument yang sesuai dengan penelitian ini adalah The Preferd
Reporting Items for Systematic Reeview and Metaanalyses group
(PRISMA) yang digunakan sebagai dasar untuk pelaporan literature
review. Instrumen PRISMA terdiri dari 7 topik dan didalamnya terdapat
27 pertanyaan. Instrumen PRISMA mendeskripsikan langkah-langkah
tinjauan literature secara terstruktur, dilakukan secara meta-analisis,
kemudian di saring atas dasar judul, abstrk, dan kata kunci. Artikel yang
termasuk dan tinjauan pustaka diterbitkan dari tahun 2016 hingga 2020,
dan ditemukan melalui pencarian berbasis computer di Google scholar dan
PubMed. Peneliti melakukan pencarian menggunakan kata kunci family
knowledge AND prevention AND tuberculosis.
a. Pencarian di Google Scholar
Tahap pertama yaitu mengidentifikasi data awal dari Google Scholar
dengan rentang waktu 2016-2021 dengan memasukan kata “
pengetahuan keluarga dan pencegahan penularan dan tuberkulosis“
sebanyak 4.900. tahap kedua penyaringan (screening) diidenditifikasi
menurut judul menjadi 80. Tahap ketiga kelayakan (eligibility) 20
artikel direview dan dilihat kelayakan sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi yang telah diterapkan. Hasil akhir artikel yang review
sebanyak 4 kali.
b. Pencarian di pubmed
Tahap pertama mengidentifikasi rentang waktu artikel dari 5 tahun
terakhir dengan memasukkan kata kunci berbahasa inggris “family
knowledge, attitude, prevention, tuberculosis” ditemukan sebanyak 51
artikel. Tahap kedua dilakukan penyaringan (screening) didapatkan
artikel yang sesuai judul 1.
3. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai februari 2021 dengan jadwal kegiatan.

N Kegiata Bulan
o n Januari Februari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0 0
1 Memilih
topik
penelitia
n
2 Membua
t
pertanya
an
penelitia
n
(PICO/P
EO)
3 Menulis
latar
belakan
g&
Tujuan
4 Menulis
tinjauan
teori
5 Menyus
un
strategi/
melakuk
an
pencaria
n artikel
6 Melakuk
an telaah
kritis
(Critical
Apprais
al)
7 Mengak
strak
data
4. Proses Seleksi Artikel
Proses Identifikasi Data/ Ekstraksi Data

Database Online

 Database : PubMed
Kata kunci : Family knowledge and Preventing and Tuberculosis Jumlah
artikel (menggunakan kata kunci tersebut) = 2.456
 Database : Google Scholar
Keywords : Pengetahuan keluarga dan pencegahan penularan dan TB paru
Jumlah artikel (menggunakan kata kunci tersebut) = 4.900

Artikel diidentifikasi
melalui judul

Judul Artikel yang diidentifikasi

PubMed = 158

Google Scholar = 2.543

Artikel diidentifikasi
melalui abstrak

Abstrak yang identifikasikasi

PubMed = 40

Google Scholar = 80
Artikel yang
teridentifikasi
berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi &
telaah kritis

Total artikel yang direview (n=5)

PubMed =1

Google Scholar =4
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y.2011. Tuberkulosis, Rokok DAN PEREMPUAN. Jakarta : FKUI.

Agustina, S., & Wahjuni, C. U. (2017). Knowledge and Preventive Action of

Pulmonary Tuberculosis Transmission in Household Contacts. Jurnal Berkala

Epidemiologi, 5(1), 85. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i12017.85-94

Ashari, A., & Sukmana, M. (2018). Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang

Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Puskesmas Temindung samarinda.

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, 1(2), 115–127.

Hermayudi, Ayu Putri.2017. Pulmonologi.Yogyakarta: Nuha Medika

Kemenkes R.I., 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis., jakarta:

Kemenkes R.I

L Jhonson, Leny R. 2017.Buku Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

Lestari Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Tinjauan Pustaka Penilitian Kesehatan.

Nuha Medika : Yogyakarta.

Keluarga, P. (2020). PENULARAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BAREGBEG KECAMATAN BAREGBEG TAHUN 2018 Emen

Gunawan UPTD Puskesmas Baregbeg. 2(2), 2–5.


Padang, P. A. (2020). Tuberculosis Transmission in Families in the Working Area of.

2(1), 31–40.

Sudiono, F. A., & Suarnianti. (2018). Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap

Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru di RSUD Labuang Baji Makassar.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 13(1), 10–15.

Lestari Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Tinjauan Pustaka Penilitian Kesehatan.

Nuha Medika : Yogyakarta.

Profil kesehatan Indonesia 2016. http:// www.depkes.co.id/profil-kesehatan

indonesia-2016.pdf.

Saferi Andra, Yessie Mariza. 2017. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan

Dewasa) Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Trismanjaya Victor, Dkk.2020. Buku Epidemiologi Penyakit Menular. Yayasan Kita

Menulis: Medan.

Wawan, dan Dewi. 2011. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku

Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. (2016). Global Tuberculosis Report.

https://www.google.co.id/search.pdf..
Lampiran
Lampiran 1 Matriks telaah artikel
Sumber Purpose Metodologi Temuan
Penulis Tahun Journal Design sample Instrumen
(Authors) (Years penelitian/
) data collection
tool(s)
Ayuro 2020 Journal of tujuan metode teknik Teknik instrrumen Hasil
Cumayuna Social and penelitian ini penelitian sample yang ini menggunakan penelitian
ro , Ridha Economics untuk menggunakan digunakan kuesioner didapatkan
Hidayati Research, mengetahui analitik dengan adalah 61,2%
volume 2, hubungan pendekatan cross teknik keluarga
issue 1, june antara sectional simple mempunyai
2020, P-ISSN: tingkat random pengetahua
2715-6117 E- pengetahuan sampling. n tinggi
ISSN: 2715- dengan tentang TB
6966 upaya paru dan 51
pencegahan %, keluarga
penularan berperan
tuberkulosis dalam
paru pada upaya
keluarga pencegahan
diwilayah penularan
kerja TB paru,
puskesmas hasil uji
andalas statistic
padang. terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
tingkat
pengetahua
n dengan
upaya
penegan
penularan
dengan nilai
p= 0,002 (p
<0,05)
Dewi 2020 jurnal ilmiah Tujuan Metode Teknik Teknik instrument Hasil
Andriani, ilmu penelitian ini penelitian ini sample yang ini menggunakan penelitian
Sukardin keperawatan, untuk menggunakan digunakan kuesioner ini
Rahman volume 10, mengetahui pendekatan cross adalah total didapatkan
Ramli, nomer 03, hubungan sectional sampling bahwa
Nurul Ilmi 2020 pengetahuan pengetahua
dan sikap n baik
keluarga sebesar (76,
dengan %),
pencegahan pencegahan
penularan penularan
TB paru. baik
(74,3%)
dengan p-
value=0,000
(p<0,05)
Febriani 2020 Jurnal Tujuan Metode Teknik Teknik instrument Hasil
Robeka keperawatan penelitian ini penelitian ini sample yang yang digunakan penelitian
Wanma, muhammadiya untuk menggunakan digunakan adalah kuesioner ini
Kukuh h , 2020 mendeskrips pendekatan cross adalah didapatkan
Pambuka ikan tingkat sectional simple tidak ada
Putra, pengetahuan, random hubungan
Arwyn sikap dan sampling antara
Weynan perilaku tingkat
Nusakawa dalam pengetahua
n pencegahan n dengan
penyakit perilaku
tuberkulosis pencegahan
tuberculosis
(p=0,214),
da nada
hubungan
antara sikap
dengan
perilaku
pencegahan
tuberkulosis
(p= 0,000).
Yermi, 2018 Jurnal fiska ; .tujuan Metode Teknik Teknik instrument Hasil
muhamma seri konferensi penelitian ini penelitian ini sample yang yang digunakan penelitian
d ardi, internasional mengetahui menggunakan digunakan adalah kuesioner. ini
lahming, ke 2 hubungan survey cross adalah menujukkan
suradi pengetahuan sectional purposive adanya
tahmir, dan dan sikap sampling hubungan
nurlita dengan yang
pertiwi peran signifikan
keluarga antara
dalam pengetahua
pencegahan n dan sikap
TB paru dengan
perilaku
keluarga
dalam
pencegahan
penyakit
tuberkulosis
.
Farida 2018 Jurnal Ilmiah Tujuan Metode Teknik Teknik instrument Hasil
Ariyani Kesehatan penelitian ini penelitian ini sample yang ini menggunakan penelitian
sudiono, Diagnosis untuk menggunakan digunakan kuesioner ini
suarniati Volume 13 mengetahui pendekatan accidental ditemukan
nomor 1 tahun hubungan analitik cross samplinf adanya
2018 pengetahuan sectional hubungan
dan sikap pengetahua
keluarga n responden
terhadap terhadap
pencegahan pencegahan
penularan TB paru p=
TB paru 0,006 dan
ada
hubungan
sikap
keluarga
terhadap
pencegahan
penularan
TB paru
p=0,001.

Anda mungkin juga menyukai