Oleh :
(201030100436)
S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak pasien
tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang
mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi
Tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDG’s (Kemenkes, 2015). Penyakit Tuberkulosis masih
menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan
kesehatan jutaan orang pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di
dunia . Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah
laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anakanak. Penyebab kematian
akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian , dimana sekitar
890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah perempuan dan 140.000 anak-anak (WHO,
2015). Indikator yang digunakan dalam penanggulangan TB salah satunya Case
Detection Rate CDR), yaitu jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan pengobatan terhadap jumlah pasien baru BTA positif, yang diperkirakan dalam
wilayah tersebut (Kemenkes, 2015). Pencapaian CDR (Case Detection Rate-Angka 2
Penemuan Kasus) TB di Indonesia tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu
tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013 sebesar 60 %, dan tahun 2014 menjadi 46 %
(Kemenkes RI, 2015).
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,
masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia
setelah India dan Cina, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per
100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000). Penderita
TBC di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 156.723 orang, Provinsi dengan
peringkat 5 tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak
21.606 orang, Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang, Sumatera Utara sebanyak 11.771
orang, DKI Jakarta sebanyak 9.516 orang (Profil kesehatan Indonesia, 2016).
Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan saluran pernapasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk
golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB Paru di Indonesia
diperkirakan sebanyak 61.000 kematian setiap tahunnya (Depkes RI, 2011).
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Menurut Ardiansyah (2012), komplikasi dini antara lain pleuritis, efusi
pleura empiema, laryngitis dan TB Usus. Selain itu juga dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih lanjut seperti obstruksi jalan napas dan amiloidosis. Untuk
mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan yang benar meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Peran perawat dalam promotif dan preventif yakni memberikan
pendidikan kesehatan tentang TB Paru dan penularan TB Paru terhadap keluarga
maupun pasien itu sendiri. Dalam upaya penanggulangan penyakit TB Paru, peran
serta keluarga dalam kegiatan pencegahan merupakan faktor yang sangat penting.
Peran serta keluarga dalam penanggulangan TB Paru harus diimbangi dengan
pengetahuan yang baik, dengan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga dapat
meningkatkan status kesehatan klien sehingga bila ada anggota keluarga yang sakit
segera memeriksakan kondisi secara dini, memberikan OAT sesuai jangka waktu
tertentu untuk mengobati penyebab dasar dan dalam perawatan diri klien secara
optimal.
Berdasarkan data diatas penderita paru semakin meningkat, padahal TB Paru
penyakit yang bisa disembuhkan apabila cara penanganannya 4 menggunakan
prosedur dengan benar, yaitu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
baik. Pentingnya peran perawat sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan termasuk berupaya bersama-sama mencegah dan mengendalikan
penyebaran penyakit TB Paru baik dengan cara pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarga yang telah terinfeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TB Paru?
2. Apa etiologi dari TB Paru?
3. Apa saja klasifikasi TB Paru?
4. Bagaimana patofisiologi TB Paru?
5. Apa saja manisfestasi klinik dari TB Paru?
6. Apa saja komplikasi dari TB Paru?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari TB Paru?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. B dengan TB Paru?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi TB Paru
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi dari TB Paru
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi TB Paru
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi TB Paru
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manisfestasi klinik dari
TB Paru
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari TB Paru
g. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari TB
Paru
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013)
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).
B. Etiologi
Penyakit Tb paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Kuman ini berebntuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
perwarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai basil tahan asam (BTA), kuman TB
cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur selama beberapa tahun. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.
pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Dorplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau dorplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan. Selama kuman tb masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tb tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, salutran nafas,
atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis :
1. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan
secara genetik
2. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dankesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan
yang cepat, kemungkinaninfeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat
5. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurangnutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik)Meningkatnya sekresi steroid adrenal
yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkanuntuk penyebarluasan infeksi
6. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebih mudah
7. Nutrisi ; status nutrisi kurangh. Infeksi berulang : HIV, Measles,
pertusisi, Tidak mematuhi aturan pengobatan
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis TB paru terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
seringdikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkanbercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupagaris atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlahsangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Beratringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karenaada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala initimbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya yaitu
diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yang
meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian,
mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali
paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-
lobus. Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan atas, sementara paru kanan
mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi
menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan
pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru. Pertama
adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri. Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10 pada paru kanan dan 8
pada paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi subsegmental,
bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.
Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak
mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut” pendek yang disebut silia.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis ,
kemudian bronkus terminalis menjadi bronkus respiratori , dari bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Paru terbentuk dari 300 juta alveoli, yang tersusun dalamkluster
antara 15 – 20 alveoli, begitu banyaknya alveoli sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi yaitu
seukuran lapangan tenis (Smeltzer dan Bare,2010).
2. Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2010) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan
dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses. Proses yang pertama yaitu ventilasi,
adalah masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua,
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar alveolus
dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal. Proses
ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena terdapat
perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan
intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir
maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan
intapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak
keluar dari paru ke atmosfir disebut ekspirasi.
b. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler paru,
oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler
paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru. Sebaliknya,
karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding
di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli.
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran dara, dari
paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan pertukaran oksigen
dan karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel
jaringan disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang
terjadi di mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi
karbondioksida selama pengambilan energi dari bahanbahan nutrisi.
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi,
yaitu saat dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.
E. Patoflow
Mycobacterium Tuberculosis
Alveolus
Respon radang
Makrofag mengadakan
Penumpukan sekret
infiltrasi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
1. Pencegahan Tuberkulosis Paru
a) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
berat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan
meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin
positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12
bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila
positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan
diberikankemoprofilaksis.
b) Mass chest X-ray , yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit atau
puskesmas atau balai pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-
siswi pesantren.
c) Vaksinasi BCG
d) Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah
bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan
kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di
bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resikotimbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja di
bawah 20 tahun denganhasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat
dengan penderita TB yang menular,individu yang menunjukkan
konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif,penderita yang
menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangkapanjang,
penderita diabetes mellitus.
e) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di
tingkat rumah sakit oleh petugaspemerintah maupun petugas LSM
(misalnya Perkumpulan PemberantasanTuberkulosis Paru
Indonsia – PPTI).
2. Pengobatan Tuberkulosis Paru
a) Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :
b) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
c) Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
d) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
H. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkankomplikasi,
diantaranya :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi
Pasca Tubercolosis) dan kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis
paru, Cor pulmonal,amiloidosis, karsinoma paru, ARDS
I. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberculosis paru
ialah sebagai berikut:
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : batuk produktif dan non produktif
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun.
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir
d. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan : jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial : Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah
berhubungandengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan atau pekerjaan
pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
e. Faktor Pendukung
1) Riwayat lingkungan
2) Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri
3) Tingkat pengetahuan atau pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
f. Pola aktivitas dan Istirahat
1) Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pen
dek), sulittidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
2) Objektif : takikardia, takipnea, atau dispnea saat bekerja, irritable, sesak
(tahap lanjut infiltrasi radang sampai setegah paru), demam subfebris (40-
410 C) hilang timbul
g. Pola Nutrisi
1) Subjektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
2) Objektif : turgor kulit jelek, kulit kering atau bersisik, kehilangan lemak
subkutanj
h. Respirasi
1) Subjektif : batuk produktif atau non produktif, sesak napas, sakit dada
2) Objektif : mulai batuk kering sampai dengan sputum hijau atau purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe,
terdengar bunyironkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembanganpernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak
dan penurunanfremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
i. Rasa nyaman atau nyeri
1) Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
2) Objektif : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleuea sehingga timbul
pleuritis.
j. Integritas ego
1) Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya
atau tidak diharapan.
2) Objektif : menyangkal (selama tahap dini, ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum : Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Foto thorak: Infiltrasi lesi awal pada area paru atas. Pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas,
pada kavitas bayangan, berupa cincin pada klasifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED)
6) Spirometri : penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2021
Tanggal MRS : 14 Maret 2021
Ruang/ Kelas : Anyelir
Jam : 07.30
No. MR : 278034
Dx Medis : Tuberkulosis Paru
Dokter : dr. Fadlina Sp. P
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Suku Bangsa : Betawi/ Indonesia
Alamat : Jl. Pinus Barat II No. 38 RT 1/24, Pamulang Barat.
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan atau obat-obatan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : sedang
tingkat kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
TD : 90/59 mmHg
N : 90 X/menit
S : 37,10C
RR : 28 X/menit
SPO2 : 95%
Nilai GCS : 15 (E= 4, V=5, M= 6)
c. Pernafasan
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak dan batuk berdahak,
pola nafas tidak teratur, jenis pernapasan dipsneu, suara napas ronchi. Pasien
mengatakan sesak bila beraktivitas. Pasien tampak menggunakan otot bantu
pernapasan. klien menggunakan O2 NRM 10 LPM
Masalah: bersihan jalan napas tidak efektif
d. Kardiovaskular
Irama jantung reguler, bunyi jantung normal, CRT kurang dari 2 detik, akral
hangat, tidak ada nyeri dada.
Masalah: tidak ada masalah
e. Persyarafan
Kesadaran composmentis
GCS 15 (E=4 V=5 M=6)
Respek fisiologis normal
Refleks patologis: normal.
Pasien mengatakan agak kurang nyaman saat istirahat karena batuk
mengganggu, terkadang bangun dimalam hari karena batuk tersebut.
Masalah: gangguan rasa nyaman
f. Penginderaan
1) Mata
Pasien mengatakan tidak mempunyai gangguan penglihatan. Pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis/ ikterik, tidak ada oedema.
2) Hidung
Pasien tidak memiliki gangguan pendengaran dan penciuman. Tidak ada
secret, klien menggunakan O2 NRM 10 LPM
3) Mulut : mukosa bibir kering , kebersihan gigi bersih, tidak terjadi Sianosis.
4) Telinga : Kemampuan mendengar normal, tidak ada nyeri, tidak ada
sekret / pembengkakan, kebersihan cukup, tidak terpasang alat bantu
dengar
masalah: tidak ada masalah
g. Perkemihan
Kebersihan: bersih, pasien mengatakan jumlah urin selama 24 jam kurang
lebih 2000 cc, warna kuning, bau khas. Pasien menggunakan pempers untuk
kencing / BAB karena merasa lemas dan sesak untuk pergi ke kamar mandi.
Masalah: tidak ada masalah
h. Pencernaan
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, pasien mengaakan mual saat ingin
makan, BB 55 Kg, BB sebelum sakit 65kg TB: 165, pasien mengatakan
makan 2 kali sehari dengan porsi ½ dari porsi yang disediakan rumah sakit,
tetapi terkadang tidak habis setengahnya. Pasien mengatakan minum kurang
lebih sebanyak sebotol besar/ 1liter perhari. Mulut tampak kering, tidak
terdapat stomatitis, abdomen tampak simetris, peristaltik 10x/ mnt, tidak
terdapat pembesaran hepar dan lien. Pasien mengatakan buang air besar 2 hari
sekali, konsistensi lunak, bau khas, warna kuning kecoklatan.
Masalah: resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
i. Muskoloskeletal/ integumen
Pasien mengeluh lemas, pergerakan sendi bebas, warna kulit sawo matang,
turgor kulit sedang, tidak terdapat oedema dan luka.
Kekuatan otot:
4 4
3 3
Masalah: intoleransi aktivitas
j. Endokrin
Tidak terdapat pembesaran tyroid, tidak mengalami hiperglikemia/
hipoglikemia, GDS: 110 mg/dl
Masalah: tidak ada masalah
k. Personal hygiene
Pasien mengatakan belum mandi sejak masuk ruang rawat inap, sikat gigi 2
kali sehari, kuku tampak bersih. Pasien melakukan personal hygiene dibantu
oleh keluarga.
Masalah: masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri
l. Sosio-Psiko-Spiritual
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah istri dan
anaknya, pasien selalu berdoa untuk kesehatan dirinya.
Masalah: tidak ada masalah
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 14 Maret 2021
HB : 11,3
Leukosit : 8,5
Ertrosit : 3,9
Hematokrit : 32
Trombosit : 405
SGOT : 393
SGPT : 188
Albumin : 3,09
D-Dimer : 1820
GDS Sewaktu : 131
TCM : MTB Detected Medium
B. Analisa Data
- Kekuatan otot:
4 4
3 3
Menejemen Jalan
Napas (I.01011)
Observasi
-Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
-Monitor bunyi napas
tambahan
-Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
-Posisikan semi fowler/
fowler
-Berikan minum hangat
-Berikan oksigen
Edukasi
-Anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari
-Ajarkan teknik batuk
efektif
Pemantauan Respirasi
(I.01014)
Observasi
-Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan upaya napas
-Monitor pola napas
-Monitor kemampuan
batuk efektif
-Monitor adanya
produksi sputum
-Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
-Auskulatasi bunyi
napas
-Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
-Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 16 Intoleransi Setelah dilakukan Menejemen Energi
Maret aktivitas b.d intervensi (I.05178)
2021 ketidakseimbangan keperawatan Observasi
08.00 antara suplai dan selama 3 x 24 jam -Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen toleransi aktivitas fungsi yang
d.d pasien sesak meningkat mengakibatkan
apabila beraktivitas (L.05047) kelelahan
(D.0056) Dengan kriteria -Monitor pola dan jam
hasil: tidur
-Saturasi oksigen = Terapeutik
5 (meningkat) -Sediakan lingkungan
-Kemudahan dalam nyaman dan rendah
melakukan stimulus (cahaya,
aktivitas sehari- suara, kunjungan)
hari = 5 -Fasilitasi duduk disisi
(meningkat) tempat tidur, jika
-Kekuatan tubuh tidak dapat
bagian bawah = berpindah atau
5 (meningkat) berjalan
-Keluhan lelah = 5 Edukasi
(menurun) -Anjurkan tirah baring
Dipsneu saat -Anjurkan melakukan
aktivitas = 5 aktivitas secara
(menurun) bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 16 Resiko defisit Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi
Maret nutrisi d.d intervensi (I.03119)
2021 ketidakmampuan keperawatan Observasi
08.00 mencerna makanan selama 3 x 24 jam -Identifikasi status
(D.0032) status nutrisi nutrisi
membaik -Identifikasi alergi dan
(L.03030) intoleransi makanan
Dengan kriteria -Identifikasi makanan
hasil: yang disukai
-Porsi makan yang -Monitor asupan
dihabiskan = 5 makanan
(meningkat) -Monitor berat badan
-Berat badan = 5 Terapeutik
(membaik) -Berikan makanan tinggi
-Frekuensi makan = serat untuk
5 (membaik) mencegah konstipasi
-Nafsu makan = 5 -Berikan makanan tinggi
(membaik) kalori dan tinggi
-Membran mukosa protein
= 5 (membaik) -Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
-Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
D. Implementasi
E. Evaluasi
O:
-TTV
TD : 100/60 mmHg
N : 91 X/menit
S : 37,10C
RR : 28 X/menit
SPO2: 96%
- Pasien tampak sulit mengeluarkan
dahak
- Suara napas ronchi
17 Maret 1 S: Uum
2021 -Pasien mengatakan masih batuk
berdahak
-Pasien mengatakan sudah mengerti cara
batuk efektif
-Pasien mengatakan melakukan batuk
efektif jika ingin mengelurkan dahak
O:
-TTV
TD : 98/62 mmHg
N : 87 X/menit
S : 36,90C
RR : 26 X/menit
SPO2: 96%
-Pasien terpasang O2 8 LPM simple
mask
- Pasien tampak mengerti cara
mengeluarkan dahak dengan cara
batuk efektif
- Suara napas ronchi
17 Maret 3 S: Uum
2021 -Pasien mengatakan masih kurang nafsu
untuk makan
-Pasien mengatakan masih mual
O:
- BB: 55kg
- Makanan habis 1/2 dari porsi yang
disediakan
18 1 S:
Maret -Pasien mengatakan masih batuk
2021 berdahak
-Pasien mengatakan sesak berkurang jika
setelah dahak dikeluarkan
-Pasien mengatakan sudah mengerti cara
batuk efektif
-Pasien mengatakan melakukan batuk
efektif jika ingin mengelurkan dahak
O:
-TTV
TD : 100/62 mmHg
N : 89 X/menit
S : 36,70C
RR : 24 X/menit
SPO2: 96%
-Pasien terpasang O2 8 LPM simple
mask
- Pasien tampak mengerti cara
mengeluarkan dahak dengan cara
batuk efektif
- Suara napas ronchi