Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN TBC

Nama :
ILFI NUR DIANA AGUSTINA

PRODI S1 NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan olehMycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutamadiparu atau diberbagai organ
tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiapbagian tubuh, termasuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe dan lainnya(Smeltzer&Bare, 2013).
Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15%dari morbiditas atau kesakitan
berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahunadalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru
merupakan penyakit yang menjadiperhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian
yang dilakukan insidensdan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru
diperkirakan masihmenyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada
tahun 2014(WHO, 2015).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam
laporanDistrict of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6% tahun 2014di
Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan peningkatan jumlahkasus TB
paru dari tahun 2014, dan empat negara (California, Texas, New York,dan Florida)
menyumbang 50,6% penderita TB paru dari total kasus nasional diAmerika Serikat. Tahun
2013, kejadian TB paru terus secara bertahap menurunantara orang kulit hitam non
Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putihnon-Hispanik (-12,1%), dan Hispanik
atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TBparu tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-
1,0%), pada tahun 2015 tingkatkejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali
lebih tinggi. Angkaprevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647
orang dari100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari tahun
2013,penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk.
(WHO, 2015)
Kasus TB paru di Sumatera Barat pada tahun 2012-2014 berjumlah 4.686
kasussebanyak range 5.75 penduduk.Kabupaten/Kota dengan penurunan angkatertinggi
adalah Kota Padang Panjang (menjadi 454.48 per 100.000 penduduk)dan kenaikan tertinggi
adalah Kabupaten Pasaman Barat (menjadi 436.73 per 100.000 penduduk) (Dinas kesehatan
provinsi Sumatra Barat, 2014). Sedangkanuntuk kota Padang sendiri pada tahun 2013
jumlah kasus TB paru adalah 1.288kasus.Kasus TB paru suspek tahun 2013 berjumlah
8.005, sementara TB parudengan BTA positif sebanyak 925 kasus, presentase TB paru
terhadap suspekadalah 11,56 % dan untuk kasus TB paru kambuh (Drop Out) pada tahun
2012ditemukan sebanyak 8 orang penderita. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, tingkat insidenTB
paru terus menurun untuk orang <5 tahun dan berusia 15-24 tahun di dunia.Namun tingkat
kejadian untuk orang berusia 45-64 tahun meningkat sedikit 3,5-3,6 kasus / 100.000 orang.
(CDC, 2015) Tingkat insiden untuk semua kelompokusia lainnya tetap sama dengan tahun
2014 di dunia. Orang dewasa berusia ≥65tahun memiliki tingkat kejadian 4,8
kasus/100.000, anak-anak berusia 5-14 tahunmemiliki tingkat terendah pada 0,5
kasus/100.000 pada tahun 2015. Menurutkelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun
2015 paling banyak ditemukanpada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65%
diikuti kelompok umur45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun
sebesar17,18% di dunia.Menurut jenis kelamin pada pasien TB paru, jumlah kasus pada
laki-laki lebihtinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan.
Padamasing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi padalaki-laki
dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2015). Jumlah kasus baru TBparu BTA positif di
Sumatera Barat, laki- laki berjumlah 63,06 % padaperempuan 36,94 % (Dinas kesehatan
provinsi Sumatra Barat, 2014). Jumlahkasus TB Paru di kota Padang pada tahun 2013
adalah 1.288 kasus, padapenemuan penderita TB paru BTA positif laki – laki (359 orang)
dibandingkanperempuan penderita TB paru BTA positif sebanyak 269 orang.
(DinasKesehatan Kota Padang, 2013)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari TBC ?
2. Bagaimana klasifikasi dari TBC ?
3. Bagaimana etiologi dari TBC ?
4. Bagaimana patofisiologi dari TBC ?
5. Bagaimana Woc dari TBC ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari TBC ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari TBC ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari TBC ?
9. Bagaimana komplikasi dari TBC ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari TBC ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari TBC
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari TBC
3. Untuk mengetahui etiologi dari TBC
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC
5. Untuk mengetahui Woc dari TBC
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari TBC
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari TBC
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari TBC
9. Untuk mengetahui komplikasi dari TBC
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari TBC

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Bagi pembaca
Manfaat penyusunan askep TBC ini adalah agar pembaca dapat mengetahui segala
sesuatu tentang TBC.
2. Bagi penulis
1) Penulis dapat mengetahui tentang TBC secara lebih mendalam.
2) Penulis dapat mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk ilmiah.
3) Penulis dapat menghargai karya orang lain (dalam bentuk kutipan dan daftar
pustaka).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Tuberkolosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkin paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga menyebar kebagian tubuh
lain seperti menigen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Somantri,2008)
Tuberkolosis merupakan infeksi batang tahan asam – alkohol (acid-alcohol-fast
bacillus/AAFB)Mycobacterium tuberculosisterutama mengenai paru, kelenjar getah bening
dan usus. Ditemukan beberapa tanda penyakit yang beragam disertai sivitas pasien terhadap
tuberkulin. (David Rubenstein,2008)
Tuberkolosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium).
(Ngastiyah,2012)

2.2 KLASIFIKASI
1. TBC yang menyerang jaringan paru-paru.TBC ini juga dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
1) TBC paru BTA positif (sangat menular)
 Sekurang-kuranfnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak,memberikan hasil yang
positif.
 Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rongen dada
menunjukan TBC aktif.
2) TBC paru BTA negatif
Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rongen dada menunjukan TBC aktif.
Positif negatif yang dimaksudkan disini dalah hasilnya meragukan, jumlah kuman
yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.
2. TBC ekstrak paru atau TBC yang menyerang orgna tubuh yang lain seperti paru-paru
misalnya selaput paru, selaput otak,selaput jantung,kelenjar getah
bening,tulang,persendian,kulit,usus,ginjal,saluran kemih dll.
Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru yaitu :
1) TB Primer
Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Permulaan
tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai secara
perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau
gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan penyakit
tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang naik
turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.
2) TB Pasca Primer
Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah timbulnya
tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Tuberculosis dapat juga
dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala
bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan
bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis.(Yoannes
Y Laban, 2008)

2.3 ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan TBC:
a Mycobacterium Tuberculosa
b Mycobacterium Bovis
c Tertular dari ibu saat dalam kandungan
d Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
e menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva yang terinfeksi.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis
yaitu:
a Herediter
Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
b Jenis kelamin
Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak
terjadi pada anak perempuan.
c Usia
Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan remaja
dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi
karena diit yang tidak adekuat.
d Keadaan stress
Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional,
kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi. Anak yang mendapatkan
terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
e Nutrisi
Status nutrisi yang kurang.
f Kontak dengan penderita TBC
Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang
dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini sangat infeksius dan
dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin sering dan
lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi
bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orang tuanya, orang serumah
atau orang yang paling sering berkunjung.
g Lingkungan yang tidak sehat
TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit dan
sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup di daerah yang penuh
sesak dan kumuh. ( Suriadi,2006 )
TB disebabkan oleh Mikrobakterium tuberkulosis dan anak-anak sangat rentan
untuk terinfeksi bakteri ini (M. Tuberculosis) dan bovin (Micobacterium bovis). Dalam
beberapa bagian di dunia dimana kuman tuberculosis yang ada dalam tempat untuk
memasak tidak terkontrol atau tidak melakukan pemanasan terhadap susu sebelum
dikonsumi maka bakteri tipe bovin adalah penyebab infeksi yang paling sering
ditemukan. Meskipun agen penyebabnya adalah bacillus tuberkel, namun ada beberapa
faktor lain yang mempengaruhi terjadinya TB paru ini diantaranya hereditas (resistensi/
ketahanan terhadap infeksi mungkin disebabkan karena adanya perpindahan genetik),
stres: situasi yang penuh stress (emosional atau fisik), status nutrisi yang kurang, jenis
kelamin, usia (sangat tinggi pada infant dan tinggi pada usia ebelum dewasa), dan
riwayat penyakit sekarang (khususnya HIV, meassles dan pertusis).
Konsumi obat-obatan yang banyak juga dapat menyebabkan terinfeksi
Mikrobakterium tuberkulosis. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan
reaksi inflamasi danmemudahkan untuk penyebarluasan infeksi; dan anak yang
mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan untuk terinfeksi lebih mudah. (Donna
L. Wong, 2009)
2.4 PATOFISIOLOGI
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini
batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam
ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah
sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap
lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang
waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan
tubuh yang bersangkutan. Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering),
M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka
terbuka pada kulit (lebih jarang).
2.5 WOC

Microbacterium Droplet infektion Masuk lewat jalan napas


Tuberculosa

Menempel pada paru

Keluar dari Di bersihkan oleh


tracheonriorchial makrofag Menetap di jaringan paru
bersama sekret

Terjadi proses peradangan


Sembuh tanpa pengobatan

Pengeluaran zat Tumbuh & berkembang


pirogen di sitoplasma makrofag

Mempengaruhi
hipotalamus Sarang primer

Hipertermi

Komplek primer Limfadingitis lokal Limfadingitis regional

Menyebar ke organ lain (paru Sembuh sendiri Sembuh dengan


lain, saluran pencernaan, tanpa pengobatan bekas febrosis
tulang, hematogen, limfogen)

Radang tahunan di bronkus Pertahanan primer tidak ade kuat

Berkembang menghancurkan Pembentukan Kerusakan membrane alveolar


jaringan ikat sekitar tuberkel

Bagian tengah nekrosis Pembentukan Menurunkan permukaan efek paru


sputum berlebih

Membentuk jaringan keju Alveolus mengalami


konsolatasi eksudasi
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
Sekret keluar saat batuk
Gangguan pertukaran gas
Batuk produktif

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Resiko Infeksi Mual muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Gejala dan tanda Sakit TB sangat luas variasinya, mulal dari yang sangat ringan sampai
sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit TB di antaranya adalah
MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demamlama atau berulang, gampang / sering
tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang banyak di leher, diare yang sulit sembuh
dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ di seluruh tubuh sehingga bisa timbul gejala
pincang jika mengenai sendi panggul atau lutut, benjolan banyak di leher, bisa juga terjadi
kejang jika mengenai susunan saraf pusat / otak.
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akantetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Fisik
2. Riwayat Penyakit
Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit TBC.
3. Tes Tuberkulin atau Tes Mantoux
Tes Mantoux atau tuberculin adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan
apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak basil tuberkel (tuberkulin)
disuntikkan kedalam lapisan intradermal pada aspek dalam lengan bawah, sekitar 10
cm dibawah siku. Dengan menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1 ml yang mengandung
5 unit tuberculin.
Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72 jam
sesudah penyuntikkan. Reaksi harus dibaca dalam periode tersebut. Uji tuberkulin
positif bila indurasi 10 mm (pada anak yang mempunyai gizi baik), atau 5 mm (pada
anak dengan gizi buruk). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC
dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak.
4. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi immunoperoksidase memakai alat histogen
immunoperoksidase Staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil
TB.
5. Pemeriksaan Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini, namun pemeriksaan sputum ini agak sulit dilakukan pada anak dan
hasilnya kurang memastikan.
6. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Biasanya pemeriksaan darah yang dimaksudkan untuk TB adalah LED (laju endap
darah) dan hitung jenis limfosit, Kedua pemeriksaan ini nilai diagnostiknya untuk TB
rendah, jauh lebih rendah dibanding foto Rontgen, sehingga hanya digunakan sebagai
data tambahan.
7. Foto Toraks PA (postero-anterior)
TB paru dapat memberikan gambaran infiltrat yang lebih khusus pada foto
Rontgen, istilahnya gambaran yang sugestif TB. Misalnya gambaran miller (bercak
kecil putih merata di seluruh paru), atau gambaran atelektasis (gambaran putih padat
akibat pengerutan sebagian paru), dll. Sekalipun gambarannya sugestif TB, foto
Rontgen saja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap harus disertai gejala
dan tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang lain.
8. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen.
Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
9. Pemeriksaan Bakterioligis
Pemeriksaan bakteriologik (Sputum): Ditemukannya kuman micobakterium TBC
dari dahak penderita memastikan diagnosis TB paru. Pemeriksaan biasanya lebih
sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama.
sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan
resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting
dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia.
10. Uji BCG
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat
mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian
dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000
menimbulkan indurasi lebih dari 15 mm, harus dicurigai adanya superinfeksi
tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10% yang
mempunyai indurasi dengan indurasi 5 mm atau lebih terhadap PPD-RT 23 2 TU/PPD-
S 5 TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Secara Medis :
1) Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :
 Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui bakterisid.
 Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
 Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
2) Etambutol
Tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun, karena gangguan penglihatan
sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya resisten terhadap obat TB lain.
3) Isoniazid
Mempunyai dua pengaruh toksik utama, keduanya jarang pada anak. Neuritis
perifer akibat dari hambatan kompetitif penggunaan piridoksin. Kadar piroksidin
mengurang pada anak yang sedang minum INH tetapi manifestasi klinis jarang ada
dan pemberian piroksidin biasanya tidak dianjurkan. Namun remaja dengan diet
yang tidak cukup, kelompok anak-anak dengan kadar susu dan masukan daging
rendah, serta bayi yang sedang menyusu sering memerlukan penambahan
piroksidin. Pengaruh toksik utama INH adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara
klinis jarang pada anak tetapi meningkat sesuai usia . Tiga sampai 10% anak yang
minum INH mengalami kenaikan kadar serum transaminase sementara.Manifestasi
alergi atau reaksihipersensitivitas yang disebabkan oleh INH amat jarang. Inh
dapat menaikkan kadar fenitoin dan menyebabkan toksisitas denagan memblokade
metabolismenya. Kadang-kadang INH berinteraksi dengan teofilin, sehingga
memerlukan modifikasi dosis.
4) Rifampisin
Obat ini adalah obat kunci pada manejemen tuberculosis moderen. Ia diserap
dengan baik dari saluran cerna selama puasa, dengan kadar serum puncak dicapai
dalam 2 jam.Efek samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk
perubahan warna urin dan air mata menjadi oranye ( dengan pewarnaan permanen
lensa kontak), gangguan saluran cerna, dan hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan
sebagai kenaikan kadar transminase serum tidak bergejala.
5) Pirazinamid
Dosis optimum pada anak belum diketahui, tetapi dosis yang sama ini
menyebabkan kadar CSS tinggi, ditoleransi dengan baik pada anak dan berkolerasi
dengan keberhasilan klinis pada trial pengobatan tuberculosis pada anak.
Pengalaman yang luas dengan PZA pada anak telah membuktikan keamanannya.
Satu-satunya bentuk dosis PZA adalah tablet agak besar 500 mg, yang
menimbulkan beberapa masalah dosis pada anak terutam bayi. Tablet ini
dihancurkan dan diberikan bersama makanan dengan cara yang sama dengan
pemberian INH, tetapi penelitian farmakokinetik resmi denagan menggunakan
metode ini belum dilaporkan.
6) Streptomisin
Kurang sering digunakan daripada yang disebutkan lebih dahulu pada pengobatan
atau pencegahan penyakit resisten obat. Harus diberikan secara intramuskular.
Streptomisin menembus meningen yang radang dengan sangat baik tetapi tidak
melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya sekarang adalah bila
dicurigairesistensi INH awal atau bila anak menderita tuberculosis yang
membahayakan jiwa. Pengobatan TB pada bayi dan anak pada dasarnya sama
dengan pengobatan TB dewasa. OAT diberikandalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah dan dosis yang tepat selam 6-9 bulan supaya kuman dapat
dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap
lanjutan. Tahap intensif dimaksudkan untuk menghentikan proses penyakit. Tahap
ini harus dilaksanakan dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat selama 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar
semua kuman yang dorman (tidur) terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih
sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT
diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum makan pagi.
7) Check Up
Usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya pada dua bulan pertama sudah
kelihatan ada perubahan, misalnya berat badan naik, demam reda maka akan
berkurang juga. Jangan menghentikan pengobatan, kendati kondisi si anak mulai
membaik. Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika
lambuh lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Dengan
demikian pengobatan TB harus dilakukan tuntas. Karena itu orang tua harus bisa
memotivasi anak agar mau berobat secara teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada
kendati sudah sembuh benar. Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh
saat sudah dewasa. Karena itu perlu dilakukan check up rutin setiap tahun.
Terutama pada usia rawan, yaitu saat balita dan masa akil balik.

8) Tetap bersosialisasi
Jangan mengisolasi anak karena ia menderita TB. Perlu diketahui TB pada anak
tidak menular. Biarkan ia sekolah dan bermain sebagaimana mestinya. Biarkan
pula ia memiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
2. Pembedahan pada TB Paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
Indiksi mutlak pembedahan adalah :
1) Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif.
2) Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
3) Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yamg tidak dapat diatasi secara
konservatif.
Indikasi relatif pembedahan adalah :
1) Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
2) Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan.
3) Sisa kavitas yang menetap.

2.9 KOMPLIKASI
1. Penyebaran infeksi Tuberkulosis
Penyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal dengan TB
miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di paru-paru, juga terdapat penyebaran ke
seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena belum ada kekebalan alami dari tubuh, saat basil
TB jenis primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil ini tidak tinggal diam di
paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjar dan masuk ke aliran
darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga terkadang ditemui TB tulang
dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi
6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, TB selaput otak atau meningitis dapt
terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pada traktus urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-
tahun.
2. Penyakit paru primer progesif
Komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila focus primer
membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencairan dapat
menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basil
tuberkel. Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang
berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
3. Efusi pleura
Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-mula padakeluarnya
basili kedalam sela pleura dari focus paru subpleura atau perkejuan limfonodi.efusi
yang lebih banyak dan secara klinis berarti terjadi beberapa bulan sampai beberapa
tahun sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah terbentuk
kompleks primer.
4. Penyakit pericardium
Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah perikarditis.penyakit ini
jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya berasal
dari invasi langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala yang
biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan kehilangan berat badan.
Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising gesek pericardium atau suara jantung yang
jauh dengan pulsus paradoksus.
5. Penyakit saluran pernafasan atas
Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis laring
menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau, dan disfagia.
Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita penyakit laring primer dengan
radiografi dada normal.
6. Penyakit system saraf sentral
Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak dan mematikan
tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa biasanya berasal dari pembentukan
lesi perkejuan metastatik di dalam korteks serebri atau meninges yang berkembang
selam penyebaran limfohematogen infeksi primer. (Donna L. Wong, 2009)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 16-10-2020 Jam Masuk : 11.00


Tanggal : 16-10-2020 No. RM : 145690
Pengkajian
Jam Pengkajian : 14.00 Diagnosa Masuk : TBC

1. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn.C Penanggung jawab Biaya : Istri
Umur : 55 Nama : Ny. K
Suku/ Bangsa : Jawa Alamat : Balowerti
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Balowerti

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
a. Saat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengeluh sesak
b. Saat Pengkajian : Pasien mengatakan masih sesak jika tidak dengan bantuan
oksigen
2. Riwayat Penyakit Sekarang → Pasien mengeluh sesak. Nampak cuping hidung, irama
nafas tidak teratur, terdapat retraksi interkosta, akral teraba dingin pucat dan basah, bibir
nampak sedikit kebiruan, terdapat bunyi ronchi di paru sebelah kanan tengah bawah,
batuk tidak produktif.

(PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) :


a. P = Provoking atau Paliatif
..............................................................................................................
b. Q = Quality
..............................................................................................................
c. R = Regio
..............................................................................................................
d. S = Severity
..............................................................................................................
e. T = Time
..............................................................................................................

Menurut Skala Intensitas Numerik

Menurut Wong Baker


Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research
Intensitas
No Diskripsi
Nyeri
Tidak
1 Pasien mengatakan tidak nyeri
Nyeri
 Pasien mengatakan sedikit
 Nye
2 nyeri atau ringan
ri Ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan / sedang
 Nye
3  Pasien nampak gelisah
ri Sedang
 Pasien mampu sedikit
berpartisipasi dlm keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri
tidak dapat ditahan / berat
 Nye  Pasien sangat gelisah
4
ri Berat  Fungsi mobilitas dan
perilaku pasien
 Berubah
 Pasien mengataan nyeri tidak
 Nye tertahankan / sangat berat
5 ri Sangat  Perubahan ADL yang
Berat mencolok
( Ketergantungan ), putus asa

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pernah dirawat  ya tidak Kapan : 2 bulan yang lalu
Diagnosa : TBC
Riwayat penyakit kronik dan
 ya tidak Jenis : TBC
menular
Riwayat kontrol : Setiap bulan
Riwayat penggunaan obat : Setiap
hari
Y
Riwayat alergi  tidak Jenis
a
Riwayat operasi ya  tidak Kapan

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit :
 Tidak

5. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Tanda tanda vital
S : 37 TD : 150/90 mmhg
N : 100x/mnt BB :
RR :30x/mnt TB :
Kesadaran :
 Compos Mentis Apatis
Somnolen Sopor Koma
Masalah Keperawatan :............................................................................

b. Keadaan Umum :
c. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Palpasi
a. Keluhan  Sesak Nyeri waktu
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama / tidak
nafas
sama ), lebih bergetar pada sisi........................
Batuk : produktif kering darah
Perkusi
Sekretsonor
: Bau :
Area paru : hipersonor dulness
Warna : Konsistensi :
Auskultasi
b.Irama nafas teratur  tidak teratur
Suara
c. Polanafas : Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Area Vesikuler
d. Bentuk dada Bersih
simetris Halus
 asimetris Kasar
Area Brochial
e. bentuk thorax Bersih
Normal chest Halus Pigeon chest
Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih
Funnel chest Halus Kasar
Barrel chest
Suara tambahan
f. retraksi Intercotas Crakles Ya WheezingTidak
g. Retraksi Suprastenal  Ronchi Ya Pleural Friction
Tidak rub
h. Pernafasan
Lain-lain : cuping  Ya Tidak
hidung
i. alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis : Flow : … Lpm
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan naapas tidak efektif

d. Sistem Kardio vaskuler


Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba Lemah Kuat Tidak teraba
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah
Batas atas :..................................(N = ICS II)
Batas bawah :..................................(N = ICS V)
Batas Kiri :..................................(N = ICS V Mid clavikula Sinistra)
Batas Kanan :..................................(N = ICS IV Mid sternalis Dextra)
Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
BJ II terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler reguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : … dtk
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger :
h. Lain-lain
Masalah Keperawatan :.............................................................................
e. Sistem Persyarafan
a. GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye (Buka mata) :
Verbal :
Motorik :
b. Refleks fisiologis Patella Triceps Biseps
c. Refleks patologis Babinsky Budzinsky Kernig
d. Keluhan pusing Ya Tidak
e. Pupil :
Diameter :
f. Sclera/Konjunctiva Isokor Anisokor
g. anemis Anemis Ikterus
h. Gangguan pandangan Ya Tidak
Jelaskan
i. Gangguan penciuman Ya Tidak
Jelaskan
j. Kaku kuduk Ya Tidak
k. Kejang Ya Tidak
l. Mual Ya Tidak
m. Muntah Ya Tidak
n. Nyeri kepala Ya Tidak
Masalah Keperawatan :.............................................................................

f. Sistem perkemihan
a. Kebersihan Bersih Kotor
a. Keluhan Kencing Nokturi nkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
b. Produksi urine : ..... ml/hari
Warna :
Bau :
c. Kandung kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
d. Intake cairan
Oral : ... cc/hari
Parental :... cc/hari
e. Alat bantu Ya Tidak
Jenis :
Sejak tanggal :
f. Lain-lain :
Masalah Keperawatan :.............................................................................

g. Sistem pencernaan
a. Mulut Bersih Kotor Berbau
b. Mukosa Lembab Kering Stomatitis
c. Tenggorokan Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
d. Abdomen Tegang Kembung Ascites
Nyeri tekan Ya Tidak
Luka operasi Ada Tidak
Jenis Operasi : Lokasi :
Tanggal operasi :
Keadaan : Drain Ada Tidak
Jumlah : Warna :
Kondisi area sekitar insersi :
e. Peristaltik : … x/menit
f. BAB : ….x/hari Terakhir tanggal :
Konsistensi Keras Lunak
Cair lendir/darah
g. Diet Padat Lunak Cair
h. Nafsu makan Baik Menurun
Frekuensi:.....x/hari
i. Porsi makan Habis Tidak
Keterangan : .
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :.............................................................................

h. Sistem muskulo skeletal dan integumen


a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kekuatan Otot

c. Kelainan ekstremitas Ya Tidak


d. Kelainan tulang belakang Ya Tidak
e. Fraktur Ya Tidak
f. Traksi / spalk /gips Ya Tidak
g. Kompartemen syndrome Ya Tidak
h. Kulit Ikterik Sianosis
Kemerahan Hiperpigmentas
i
i. Turgor Baik Kurang
j. Luka Jelek Bersih Kotor
Jenis : Luas :
k. Oedem

Lain-lain :
Masalah Keperawatan :.............................................................................

i. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid Ya Tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
Hiperglikemia Ya Tidak
Luka gangren Ya Tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :.............................................................................

6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya cobaan Tuhan hukuma lainnya
n
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya murung/diam tegang
Gelisah marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi Kooperatif tidak kooperatif
Curiga
d. Gangguan konsep diri Ya Tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :...................................................................................

7. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
N Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
o Makan dan
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
Makan: ............... Makan: ...............
Minum: ............... Minum: ...............
Siang Siang
Makan: ............... Makan: ...............
Minum: ............... Minum: ...............
Malam Malam
Makan: ............... Makan: ...............
Minum: ............... Minum: ...............
2 Jenis Nasi :............... Nasi :.................
Lauk :............... Lauk :.................
Sayur :............... Sayur :.................
Minum :........................... Minum / Infus :.........................

3 Pantangan / Alergi

4 Kesulitan makan
dan minum
5 Usaha untuk
mengatasi masalah

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
BAK: .................. BAK: ..................
BAB: .................. BAB: ..................
Siang Siang
BAK: .................. BAK: ..................
BAB: .................. BAB: ..................
Malam Malam
BAK: .................. BAK: ..................
BAB: .................. BAB: ..................
2 Warna
3 Bau
4 Konsistensi
5 Masalah
eliminasi
6 Cara mengatasi
masalah

c. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Istirahat Tidur Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Jumlah / Waktu Pagi :......................... Pagi :........................
Siang :......................... .
Malam :.......................... Siang :........................
.
Malam :........................
..
2 Gangguan tidur
3 Upaya mengatasi masalah
gangguan tidur
4 Hal yang mempermudah
tidur
5 Hal yang mempermudah
bangun

d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene


No Pemenuhan Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi mencuci rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok gigi
4 Memotong kuku
5 Ganti pakaian

e. Ya Tidak Merokok
f. Alkohol Ya Tidak

Masalah Keperawatan : .....

8. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit Sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit Sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan :...................................................................................

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / mL )
Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain

11. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Dosis

DATA TAMBAHAN LAIN :

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan konsolidasi dan eksudasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum berlebih
……..,………………..

(……………….)
ANALISA DATA
Data ETIOLOGI MASALAH
Ds : Droplet infection Gangguan pertukaran
gas
- Pasien mengatakan
sesak Masuk lewat jalan nafas
Do :
- Pasien nampak Menempel pada paru
cuping hidung
- Irama nafas tidak Terjadi proses peradangan
teratur
- Akral teraba dingin Tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag
pucat dan basah
- Bibir nampak sedikit
Menyebar ke organ lain
kebiruan
- TTV
Pertahanan primer tidak
RR:30x/menit, adekuat
nadi:100x/menit,
TD:150/90mmHg, Pembentukan Tuberkel
Suhu:37C

Kerusakan membrane
alveolar

Menurunkan permukaan efek


paru

Alveolus mengalami
konsodilatasi eksudasi

Ds: M.Tubercolosa masuk


melalui saluran pernafasan Bersihan jalan nafas
- Pasien megatakan
tidak efektif
sulit untuk batuk
Menyebar melalui darah dan
pembulu getah bening
Do:
- Batuk nampak tidak
Menyebar melalui darah dan
produktif pembulu getah bening
- Terdapat suara
tambahan berupa Menginfeksi paru-paru
Ronchi di paru
sebelah kanan tengah Tuberkel berkembangbiak
untuk memperoduksi sputum
bawah
- TTV
Produksi sputum berlebih
RR:30x/menit,
nadi:100x/menit,
Penumpukan sekret
TD:150/90mmHg,
Suhu:37C

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d konsolidasi dan eksudasi d.d rr 30x/mnt, tampak pernafasan
cuping hidung, irama nafas tidak teratur
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sputum berlebih d.d adanya suara
tambahan berupa ronchi, px batuk tidak efektif
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
Gangguan Observasi
1 Tujuan:Setelah
pertukaran gas dilakukan 1) Memonitor frekuensi, irama,
tindakan
berhubungan kedalaman dan upaya napas
keperawatan selama 2
dengan 2) Monitor pola napas
x 24 jam di harapkan
konsolidasi dan pertukaran 3) Monitor kemampuan batuk
gas
eksudasi efektif
kembali adekuat
4) Monitor adanya saturasi
dengan kriteria hasil:
oksigen
1) Melaporkan tidak 5) Monitor adanya sumbatan
adanya atau jalan napas
penurunan dispnea. Terapeutik
2) Respirasi dalam 1) Atur interval waktu
batas normal. pemantauan respirasi sesuai
3) Menunjukkan kondisi pasien
oksigen jaringan 2) Dokumentasi hasil
yang adekuat pada pemantauan
pernafasan. Kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2) Kolaborasi penggunaan
oksigen saat beraktifitas dan
tidur
Observasi
2 Bersihan jalan Tujuan:Setelah
1) Monitor pola napas
nafas tidak dilakukan tindakan
2) Monitor bunyi napas
efektif keperawatan selama 2
tambahan
berhubungan x 24 jam diharapkan
3) Monitor sputum (jumlah,
dengan produksi bersihan jalan napas
warna dan bau)
sputum berlebih kembali efektif
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1) Pertahankan kepatenan jalan
1) Keluarga dan napas
pasien mampu 2) Posisikan semi fowler atau
menjelaskan fowler
kembali tentang 3) Lakukan fisioterapi dada jika
sesak nafas. perlu
2) Keluarga 4) Lakukan penghisapan lender
melaporkan sesak kurang dari 15 detik
nafas berkurang. 5) Barikan oksigen jika perlu
3) Dapat Edukasi
mengeluarkan 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
sekret tanpa pemantauan
bantuan. 2) Informasikan hasil
4) Pasien dapat pemantauan
mempertahankan
jalan nafas
5) Suara nafas pasien
vesikuler.
6) Irama nafas teratur
7) Tidak ada
Peningkatan dalam
frekuensi
pernafasan
8) Tidak ada otot
bantu bernafas.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/Ja Diagnosa Implementasi Evaluasi
m
Gangguan pertukaran 1) Memonitor frekuensi,
16/10 S: Pasien mengatakan sesak nya
gas b.d konsolidasi dan irama, kedalaman dan
14.00 berkurang
eksudasi upaya napas
O:
2) Memonitor pola napas
- Pasien nampak masih cuping
3) Memonitor kemampuan
hidung
batuk efektif
- Irama nafas sedikit teratur
4) Memonitor adanya
- Akral teraba dingin pucat dan
saturasi oksigen
basah
5) Memonitor adanya
- Bibir nampak sudah tidak
sumbatan jalan napas
kebiruan
6) Mengatur interval waktu
- TTV
pemantauan respirasi
RR:25x/menit,
sesuai kondisi pasien
nadi:100x/menit,
7) Mendokumentasi hasil
TD:130/90mmHg,
pemantauan
Suhu:36C
8) Berkolaborasi penentuan
A: Masalah belum teratasi
dosis oksigen
P: Lanjutkan intervensi
9) Berkolaborasi penggunaan
oksigen saat beraktifitas
dan tidur
1) Memonitor pola napas
16/10 Bersihan jalan nafas S: Pasien mengatakan sudak
2) Memonitor bunyi napas
14.00 tidak efektif b.d dapat batuk efektif
tambahan
produksi sputum O:
3) Memonitor sputum
berlebih - Batuk nampak produktif
(jumlah, warna dan bau)
- Suara ronchi berkurang
4) Mempertahankan
- TTV
kepatenan jalan napas
RR:25x/menit,
5) Memposisikan semi
nadi:100x/menit,
fowler atau fowler
TD:130/90mmHg,
6) Melakukan fisioterapi
Suhu:36C
dada jika perlu
A: Masalah teratasi sebagian
7) Melakukan penghisapan
P: Lanjutkan intervensi
lender kurang dari 15
detik
8) Memberikan oksigen jika
perlu
9) Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10) Menginformasikan hasil
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
A.Alimul Aziz Hidayat, 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit Salemba
Madika, Jakarta.

Black,J.M & Hawks, H.(2009). Medical surgical nursing clinical management for
positiveoutcome. (8 th ed).St.Louis Missouri.Elsevier Saunders.

Caninsti.(2007). Gambaran kemasan dan depresi pada penderita tuberculosis paru yang
menjalani perawatan. Jurnal psikologi universitas Indonesia www.ui.ac.id/en, Diakses
pada tanggal 10 September 2018 jam 14.00 WIB.cc.

Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa : Rahmalia.A, dkk.


Jakarta:Airlangga.

Doengoes, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, Alih bahasa I Made Kariasa. EGC:Jakarta.

Harlimsyah. 2007. Proses dan keperawatan Fisik. Salemba Medika: Jakarta.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta:Kemenkes RI.

Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta:Media Aerculapius.

Minarti.2010.Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Buku Kedokteran. EGC:Jakarta.

Nurarif dan Kusuma, 2015 .Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis Nanda NIC-
NOC.

Potter,P.A, Perry, A.G. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 Volume 2. EGC : Jakarta.

Puri Mahayu.(2016). Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Saufa.

Rampengan T.H.2007. Asuhan Keperawatan berdasarkan medisdan NANDA NIC NOC. EGC :
Jakarta.

Rekam medis, RSUD Bangil, 2017. Data diagnosa Ranap RSUD Bangil 2017, Bangil.

Riendravi, 2013. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.

Santa, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta:TIM.

Soetjiningsih.(2006). Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.


88
Sudoyo Aru W. 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Jakarta.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta:EGC Suriadi & Rita Yulianni.
(2008). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.SagungSeto.

Smeltzer, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth.

Edisi 8. EGC : Jakarta.


Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2.
EGC:Jakarta.

W De Jong, R Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:Erlangga

www.m.detik.com. TBC 9 kali lebih mudah menular jika ada yang merokok dirumah, 21 Maret
2012.12.27 WIB.

Wong Dona L, 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai