Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL DAN

ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI


GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
GAMBIRAN KOTA KEDIRI

DISUSUN OLEH :
VIVI PUTRI YULIANTIN
10216036

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HUMAN IMUNODEFISIENSI VIRUS

A. DEFINISI
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan
nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B. KLASIFIKASI
Pembagian asma pada anak :
a. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang
berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung
kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari.
Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.
Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan.
Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan
70 – 75 % dari populasi asma anak.
b. Asma episode yang sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 –
6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.
Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun,
tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling
tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar
dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling
jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika
waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik.
Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma
pada anak.
c. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 %
sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada
dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun
akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu
terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas
fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat
dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit
dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan
orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi
perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap
menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada
umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi
perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan
terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan
yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat
melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial
Sedangkan Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan
aspirin), dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tida
k spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
C. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam
dan jam tangan)
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

D. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala
yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi
pada malam hari
E. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah antibodi IgE
abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel
ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada
dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat
menyebabkan barrel chest.

F. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan
terapi yang intensif.
b. Atelektasis, adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
c. Hipoksemia, adalah tubuh kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks, adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
e. Emfisema, adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit
asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawat.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan
dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian
1. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur
sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin
tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
6. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping
faktor yang lain.
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan
iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang
dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan
dengan percepatan terjadinya serangan asma.
8. Riwayat tumbuh kembang
9. Riwayat imunisasi
10. Riwayat nutrisi
11. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea,
orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak
toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.

Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penyempitan bronkiolus
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi lender
3. Gangguan rasa nyaman b.d rasa gatal akibat respon imun
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Pola napas tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Pemantauan respirasi
efektif b.d meurun meningkat Observasi
penyempitan 1 Dyspnea  Monitor pola nafas, saturasi O2
bronkiolus 1 2 3 4 5  Monitor frekuensi, irama
2 Penggunaan otot kedalaman, dan upaya nafas
bantu nafas  Monitor adanya sumbatan jalan
1 2 3 4 5 nafas
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik Terapeutik
memburuk membaik  Atur interval pemantauan
3 Frekuensi nafas respirasi
1 2 3 4 5 Edukasi
4 Kedalaman nafas  Jelaskan tujuan dan procedure
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
Terapi oksigen
Observasi:
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Berikan oksigen
Edukasi
 Ajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Bersihan jalan nafas Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik Manajemen jalan nafas
tidak efektif b.d memburuk membaik Observasi
sekresi lender 1 Frekuensi nafas  Monitor pola nafas (frekuesni,
1 2 3 4 5 kedalaman, usaha)
2 Pola nafas  Monitor bunyi nafas tambahan
1 2 3 4 5  Monitor sputum
Menurun Cukup Sedang Cukup meningkat Terpeutik
menurun meningkat  Pertahankan kepatenan jalan
3 Batuk efektif nafas
1 2 3 4 5  Posisikan semi fowler atau fowler
4 wheezing  Berkan minum hangat
1 2 3 4 5  Lakukan fisioterapi dada
5 Produksi sputum  Lakukan penghisapan lender
1 2 3 4 5 kurang dari 15 detik
6 Dyspnea  Berikan oksigenasi
1 2 3 4 5  Keluarkan sumbatan benda padat
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan/hari
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
Latihan batuk efektif
Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor tanda gejala infeksi
saluran nafas
 Monitor input dan output cairan
Terpeutik
 Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
 Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24jam diharapkan tingkat Terapi relaksasi
nyaman b.d rasa gatal ansietas menurun Observasi
akibat respon imun Kriteria hasil  Identifikasi penurunan tingkat
energy
 Identifikasi teknik relaksasi
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah dan
suhu
Terpeutik
 Ciptakan lingkungan tenang,
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yang
nyaman
 Berikan informasi tertulis tentang
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun persiapan dan procedure teknik
meningkat menurun relaksasi
1 Keluhan tidak Edukasi
nyaman  Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
1 2 3 4 5 dan jenis relaksasi yang tersedia
2 Gelisah  Anjurkan mengambil posisi yang
1 2 3 4 5 nyaman
3 Keluhan sulit  Anjurkan sering mengulangi atau
tidur melatih teknik yang dipilih
1 2 3 4 5
4 Lelah
1 2 3 4 5
5 Postur tubuh
1 2 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai