Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia.
Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama.
Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5
menit (Barbara Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk
kelangsungan metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses
pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan
dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai
hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil
metabolisme sel secara terus menerus.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit
yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru
adalah tempat infeksi yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi
dimanapun di dalam tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli.
Lesi ini merusak jaringan paru yang lain yang ada didekatnya, melalui aliran darah,
system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang terjadi melalui aliran darah, system
limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil
tuberkel dan proteinnya.
Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi
oleh reaksi positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC tidak mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang tepat, maka penderita akan mengalami gangguan
pemenuhan oksigen, kerusakan pada paru yang luas, penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas total paru,
dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai
gejala yang membahayakan bagi orang lain yaitu penularan. Penularan bisa melalui
bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh Gede Yasmin Asih, keperawatan medidkal bedah.
System pernafasan 83, 2004 ). Akhir-akhir ini, insiden tuberculosis terutama yang
resisten terhadap berbagai obat mengalami peningkatan.

1
Saat ini penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di
Indonesia. Pada tahun 1995 penyakit Tuberkulosis pernah menempati urutan ketiga,
bahkan pada tahun 1993 ditetapkan WHO sebagai tahun kedaruratan global
Tuberkulosis. Masalah Tuberkulosis masih merupakan dilema bagi bangsa ini dengan
jumlah penderita tahun 1997 sebanyak + 450.000 orang dan setiap tahunnya penderita
TBC akan bertambah sebesar 8 / 10.00 penduduk +150.000 penderita (Profil Kesehatan
Indonesia 1997; 118).
WHO telah memperkenalkan dan mengadopsi strategi Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) sebagai teknologi masyarakat yang terbukti efektif
dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis (P2TB) dengan pemberian obat anti
tuberkulosis (OAT) yang dilakukan oleh PMO selama sembilan bulan, namun sayangnya
di Indonesia, keberhasilan pengobatan yang dicapai hanya sekitar 50 % (koran BIDI,
oleh Dr. Fachmi Idris, Oktober 2003;4). Bukti yang terbaru menjelaskan, dari sekitar 47
% yang mencapai program keberhasilan pengobatan ternyata menunjukan angka kambuh
ulang 27 % dan resistensi obat 13 %, jadi angka yang sesungguhnya menunjukan
peningkatan penyakit TBC lebih tinggi (kompas 27 januari 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari penyakit TBC ?
2. Bagaimana klasifikasi dari penyakit TBC ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit TBC ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit TBC ?
5. Apa manifestasi klinis dari penyakit TBC ?
6. Apa pemeriksaan diagnostik dari penyakit TBC ?
7. Apa penatalaksanaan dari penyakit TBC ?
8. Apa komplikasi dari penyakit TBC ?
9. Bagaimana Woc dari penyakit TBC ?
10. Bagimana Asuhan Keperawatan pada pasien TBC ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit TBC
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit TBC
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit TBC
4. Untuk mengetahui patofisioogi dari penyakit TBC
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit TBC

2
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit TBC
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit TBC
8. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit TBC
9. Untuk mengetahui Woc dari penyakit TBC
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien TBC

1.4 Manfaat penulisan


Sebagai tambahan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang luas dalam upaya
penanggulangan TBC.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare,
2001).

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru


adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil
yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.

2.2 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.

4
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif. Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus
meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan (Depkes RI, 2006).

2.3 Etiologi
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

5
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman
tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.4 Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan

6
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas
keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening
akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan
tersebar ke organ-organ tubuh.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Asril
Bahar,2001) :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah
terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak Napas

7
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.
2. Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas tunggal atau ganda
d. Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru
e. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
f. Bayangan milier
3. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek
untuk dapat tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2
minggu atau lebih pada suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan
berwarna krem dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10
bakteri/mililiter media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media
biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteria yang diamati pada media biakan ini
sebaiknya dihitung sesuai dengan jumlah koloni yang timbul.

8
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit
tuberkulin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian dalam)
lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Jarum yang digunakan
26-27 G. interpretasi reaksi tes tuberkulin adalah sebagai berikut :
a. Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama
atau baru terhadap mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini
pada umumnya menunjukkan sensitivitas spesifik. Pada keadaan normal,
tes dengan hasil diatas tidak perlu diulang untuk mendapatkan kepastian,
keculai bila ada alasan untuk mempertanyakan validitas tes ini.
b. Indurasi kurang dari 10 mm (reaksi tidak bermakna)
Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai
menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang
kontak dekat dengan penderita yang sputumnya positif atau belum lama
positif terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orang-orang semacam
ini tes tidak perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan
penderita tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut
sesuai dengan prosedur rutin untuk orang yang pernah kontak.
5. Teknik Polymerase (Chain Reaction)
Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam
specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum
pasien. Bila terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan
berubah.
7. Pewarnaan Zeihl-Neilsen
Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-
Neilsen dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif memberikan
petunjuk awal diagnosis, namun sediaan negatifpun tidak menolak kemungkinan
infeksi (Brunner,2010).

9
2.7 Penatalaksanaan
1. Medik
Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu
lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis
pada seorang yang sudah terjangkit infeksi.
Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan
adalah ioniazid (hidradzid asam isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin
(RIF). Dosis lazim INH untuk orang biasanya 5 – 10 mg/kg berat badan atau sekitar
300/mg/hari, EMB, 25mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF, 600 mg
sekali sehati. Efek samping Etambutol adalah neuritis retrobular disertai penurunan
ketajaman penglihatan, uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar
keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi,
komplikasi yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita
dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun
keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum
amino transferase, ditemukan pada 10 – 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu
minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi
negatif. Sesudah itu msih harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu
tahun.
Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan
mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis
dengan riwayat tuberkulosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama
pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF
(tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis
paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis
atau kanker.
Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen harian yang
terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan, obat-obat
ini dapat juga ditambah dengan streptomisin atau EMB bila diduga terdapat
resistensi terhadap INH. Pada fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari dua kali
seminggu dalam 4 bulan.
Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari selama 1 atau 2
bulan, diikuti pemberian INH dan RIF tiap hari atau dua kali seminggu selama 9

10
bulan. Seperti rejimen 6 bulan, streptomisin dan EMB harus diberikan diawal
pengobatan bila diduga ada resistensi terhadap INH.
Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg INH dan 600 mg
RIF. Setelah fase permulaan dengan komoterapi yang berlangsung 2 minggu sampai
2 bulan, dokter dapat memberikan pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali
seminggu adalah 15 mg/kg berat badan, sedangkan dosis RIF tetap 600 mg.
Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk anak-anak,
tetapi data-data pemakaian RIF pada anak-anak masih sangat terbatas. Pengurangan
dosis INH sampai 10 mg/kg dan RIF sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hepatotoksik.
2. Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
a. Indikasi mutlak pembedahan
1) Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat sputum tetap (+)
2) Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
3) Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
b. Indikasi relatif pembedahan
1) Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
2) Kerusakan 1 paru atau lubus dengan keluhan
3) Sisa kavitas menetap
c. Prinsip Perawatan TBC Secara Umum
1) Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah kecuali jika sudah
terjadi komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
pleuritis, dan sebagainya.
2) Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan dalam pemberian
obat, perlu juga memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan
makanan yang cukup bergizi.
3) Klien harus cukup istirahat / bedrest
4) Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah harus cukup agar
pertukaran udara berjalan dengan baik. Lebih baik jika sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah, karena akan membantu membasmi kuman.

11
Perlengkapan tempat tidur sebaiknya seminggu sekali dijemur dan alat
tenunnya dicuci.
3. Pencegahan Transmisi dalam Lingkungan Perawatan
a. Indentifikasi dan pengobatan dini individu dengan tuberculosis aktif (TB)
b. Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk mengidentifikasi kasus
dengan cepat.
c. Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti TB berdasarkan pada data
klinis dan surveilensi obat.
d. Pencegahan penyebaran nuklei droplet infeksius dengan metoda mengontrol
sumber dan mengurangi kontaminasi mikroba diudara dalam ruangan.
e. Lakukan tindakan isolasi basil than asam (BTA) harus menggunakan respiratoir
partikulat disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah.
f. Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan
infeksius.
g. Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus menggunakan respirator
partikulat disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah
h. Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan
infeksius yaitu batuk berkurang secara substansial dan jumlah organisme pada
smear sputum berikut berkurang. Jika diduga dinyatakan adanya resistensi obat,
lanjutkan tindak kewaspadaan isolasi sampai smear sputum menunjukkan negatif
terhadap BTA.
i. Gunakan tindakan pencegahan khusus selama prosedur yang merangsang batuk
(Doengoes,2012).

2.8 Komplikasi
Penyebaran ineksi tuberkulosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal sebagai TB
miliaris. TB ini diakibatkan oleh invasi ini terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman
dalam paru atau di tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya. Basil yang
memasuki aliran darah dapat berasal dari fokus kronis yang mengalami ulserasi ke dalam
pembuluh darah atau pembesaran tuerkel yang melapisi permukaan dalam duktus
torakik. Organisme bermigrasi dari fokus infeksi ke dalam aliran darah, terbawa ke
seluruh tubuh, dan berdiseminasi melalui semua jaringan, dengan tuberkel miliaris kecil
yang berkembang dalam paru-paru, limpa, hepar, meningen dan organ lainnya.

12
Perjalanan klinis tuberkulosis miliaris dapat beragam dari infeksi akut, berkembang
secara progresif dengan demam tinggi sampai proses indolen dengan emam tingkat
rendah, anemia dan perlemahan tubuh secara keseluruhan. Pada awalnya mungkin tidak
terdapat tanda lokalisasi kecuali pembesaran limpa dan menurunnya jumlah leukosit.
Namun demikian dalam beberapa minggu rontgen dada menunjukkan ketebalan kecil
menyebar secara difu ke seluruh bidang paru yang kemudian semakin meningkat
jumlahnya.
Penyebaran TB pada ginjal mengakibatkan perubahan fungsi ginjal hingga terjadi
gagal ginjal. Pada meningan menyebabkan kerusakan sel otak dan berakibat gangguan
kesadaran. Penyebaran pada muskuloskeletal berakibat kerusakan pada tulang dan
kemungkinan fraktur spontan akibat osteomielitis dari infeksi TB.
Efusi plura dapat terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks pimer,
kompikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi
akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya
kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan
penyebaran bronchogen dalam 6 bulan dan tuberkulosis tulang dalam 1 – 5 tahun setelah
terbentuknya kompleks primer (Price Sylvia A,2009).

13
2.9 Woc
Invasi bakteri tuberkolosis

Masuk ke saluran
pernafasan

Menginfeksi alveoli/
paru-paru

MK : Hipertermia Reaksi infeksi/inflamasi,

TBC

 Produksi secret ↑ Kerusakan membrane Perubahan cairan Reaksi


 Pecahnya pembulu alveolar,kapiler merusak intrapleura sistematis
darah pleura,atelastasis

Sesak
,sianosis,penggunaan Anoreksi Pembata
 Batuk produktif Sesaknafas,ekspansi
otot bantu nafas a, mual, san
 Batuk darah toraks BB ↓ aktivitas

MK :Ketidak MK :
MK: Gangguan MK: Pola nafas
efektifan bersihan Perubahan
pertukaran gas tidak efektif
jalan nafas pemenuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan

MK : Intoleransi
Aktifitas

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang
lebih dari 3 minggu.
b. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu
tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. Pernah
berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur. Riwayat
kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh yang
menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
d. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
e. Riwayat Sosial Ekonomi:
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.

15
f. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
3. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir
penyakit.
b. Tes Tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
c. Poto torak:
1) Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
2) Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas
3) Pada kavitas bayangan, berupa cincin
4) Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi
5) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
6) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
7) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
4. Data dasar pengkajian
a. Pola aktivitas dan istirahat

Data subjektif Data objektif


 Rasa lemah cepat lelah  Takikardia
 Aktivitas berat timbul  takipnea/dispnea saat kerja
 sesak (nafas pendek)  sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru)
 sulit tidur
 demam subfebris (40 -410C)
 demam
hilang timbul.
 menggigil

16
 berkeringat pada malam hari.

b. Pola nutrisi

Data subjektif Data objektif


 Anoreksia  Turgor kulit jelek
 Mual  kulit kering/bersisik
 tidak enak diperut  kehilangan lemak sub kutan.
 penurunan berat badan.

c. Respirasi

Data subjektif Data objektif


 Batuk produktif/non produktif  Mulai batuk kering sampai
sesak napas batuk dengan sputum
hijau/purulent
 sakit dada.
 mukoid kuning atau bercak
darah
 pembengkakan kelenjar limfe
 terdengar bunyi ronkhi basah
 kasar di daerah apeks paru
 sesak napas
 pengembangan pernapasan
tidak simetris (effusi pleura.)
 perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural)
d. Rasa nyaman/nyeri

Data subjektif Data objektif


 Nyeri dada meningkat karena  Berhati-hati pada area yang
batuk berulang sakit
 Perilaku distraksi
 Gelisah
 nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul
pleuritis.

17
e. Integritas ego

Data subjektif Data objektif


 Faktor stress lama  Menyangkal (selama tahap
dini)
 masalah keuangan
 Ansietas
 perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.  Ketakutan
 mudah tersinggung.

3.2.Diangnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
3. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot

3.3.Intervensi keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Pola nafas  Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
tidak efektif Ventilation memaksimalkan
b/d hambatan  Respiratory status : ventilasi.
upaya nafas Airway patency 2. Pasang mayo bila perlu
 Vital sign Status 3. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.
4. Keluarkan sekret
Setelah dilakukan tindakan dengan batuk atau
keperawatan selama 1 x 24 suction.
jam pasien menunjukkan 5. Auskultasi suara nafas,
keefektifan pola nafas, catat adanya suara
dibuktikan dengan. tambahan.
6. Berikan bronkodilator .
7. Berikan pelembab udara
Kriteria hasil: Kassa basah NaCl
1. Mendemonstrasikan batuk Lembab.
efektif dan suara nafas 8. Atur intake untuk cairan
yang bersih, tidak ada mengoptimalkan
sianosis dan dyspneu keseimbangan.
(mampu mengeluarkan 9. Monitor respirasi dan
sputum, mampu bernafas status O2.
dg mudah, tidakada pursed 10. Bersihkan mulut,
lips). hidung dan secret
2. Menunjukkan jalan nafas trakea.
yang paten (klien tidak 11. Pertahankan jalan
merasa tercekik, irama nafas yang paten.
nafas, frekuensi 12. Observasi adanya

18
pernafasan dalam rentang tanda tanda
normal, tidak ada suara hipoventilasi.
nafas abnormal). 13. Ajarkan bagaimana
3. Tanda Tanda vital dalam batuk efektif.
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).
2. Bersihan jalan  Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral
nafas tidak Ventilation / tracheal suctioning.
efektif b/d  Respiratory status : 2. Berikan O2
sekresi yang Airway patency 3. Anjurkan pasien untuk
tertahan  Aspiration Control istirahat dan napas
dalam
4. Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan
keperawatan selama 1x24 jam ventilasi
pasien menunjukkan 5. Lakukan fisioterapi dada
keefektifan jalan nafas jika perlu.
dibuktikan dengan. 6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas,
Kriteria hasil :
catat adanya suara
1. Mendemonstrasikan batuk tambahan.
efektif dan suara nafas 8. Monitor status
yang bersih, tidak ada hemodinamik.
sianosis dan dyspneu 9. Berikan pelembab udara
(mampu mengeluarkan Kassa basah NaCl
sputum, bernafas dengan Lembab.
mudah, tidak ada pursed 10. Atur intake untuk
lips). cairan mengoptimalkan
2. Menunjukkan jalan nafas keseimbangan.
yang paten (klien tidak 11. Monitor respirasi
merasa tercekik, irama dan status O2.
nafas, frekuensi 12. Pertahankan hidrasi
pernafasan dalam rentang yang adekuat untuk
normal, tidak ada suara mengencerkan sekret.
nafas abnormal) 13. Jelaskan pada
3. Mampu pasien dan keluarga
mengidentifikasikan dan tentang penggunaan
mencegah faktor yang peralatan : O2, Suction,
penyebab. Inhalasi.
4. Saturasi O2 dalam batas
normal.
5. Foto thorak dalam batas
normal
3. Gangguan  Joint Movement : Active Exercise therapy :
mobilitas fisik  Mobility Level ambulation
b/d penurunan  Self care : ADLs 1. Monitoring vital sign
kekuatan otot  Transfer performance sebelm/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat

19
Setelah dilakukan tindakan latihan.
keperawatan selama 1x24 jam 2. Konsultasikan
gangguan mobilitas fisik dengan terapi fisik
teratasi dengan. tentang rencana
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
Kriteria hasil: 3. Bantu klien untuk
1. Klien meningkat dalam menggunakan
aktivitas fisik. tongkat saat berjalan
2. Mengerti tujuan dari dan cegah terhadap
peningkatan mobilitas. cedera.
3. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau
perasaan dalam tenaga kesehatan lain
meningkatkan kekuatan tentang teknik
dan kemampuan ambulasi.
berpindah. 5. Kaji kemampuan
4. Memperagakan pasien dalam
penggunaan alat Bantu mobilisasi.
untuk mobilisasi 6. Latih pasien dalam
(walker) pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan.
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.

20
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.S DENGAN TBC

Tanggal MRS : 16/6/2019 Jam Masuk : 09.30


Tanggal Pengkajian : 17/6/2019 No. RM : 413826
Jam Pengkajian : 10.00 Diagnosa Masuk : TB Paru

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. S Penanggung jawab Biaya : Cucu
2. Umur : 69th Nama : Elika Ayu Wulandari

1. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Puhrubuh semen kediri


2. Agama : Islam
3. Pendidikan : tidak sekolah
4. Pekerjaan : tidak bekerja
5. Alamat : Puhsarang 03/04 Semen Kab. Kediri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Sesak, batuk ± 1 bulan
b. Saat Pengkajian
Px mengatakan sesak, batuk berdahak tapi tidak bisa keluar, panas naik turun.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Px mengatakan sesak sudah berlangsung selama ± 1 bulan, px pernah berobat ke dokter
terdekat dan diberikan obat, tetapi px dan keluarga lupa nama obatnya. Kemudian keadaan
pasien semakin melemah dan akhirnya keluarga memutuskan membawa px ke RS
Gambiran melalui Poli dan akhirnya px rawat inap di RS Gambiran di ruang Pamenang B
pada tanggal 16 Juni 2019.
(PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) :
Px mengatakan tidak nyeri
a. P = Provoking atau Paliatif
..............................................................................................................
b. Q = Quality

21
..............................................................................................................

c. R = Regio
..............................................................................................................

d. S = Severity
..............................................................................................................

e. T = Time
..............................................................................................................
Menurut Skala Intensitas Numerik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menurut Wong Baker

Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research

Intensitas
No Diskripsi
Nyeri

1  Pasien mengatakan tidak


 Tidak Nyeri
nyeri
 Pasien mengatakan sedikit
2  Nyeri
nyeri atau ringan
Ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri
masih bisa ditahan /
sedang
3  Nyeri
 Pasien nampak gelisah
Sedang
 Pasien mampu sedikit
berpartisipasi dlm
keperawatan

22
 Pasien mengatakan nyeri
tidak dapat ditahan / berat
4  Pasien sangat gelisah
 Nyeri Berat
 Fungsi mobilitas dan
perilaku pasien
 Berubah
 Pasien mengataan nyeri
tidak tertahankan / sangat
berat
5  Nyeri Sangat
 Perubahan ADL yang
Berat
mencolok
( Ketergantungan ), putus
asa

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :…………......
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak
jenis……………………
Riwayat kontrol : tidak ada
Riwayat penggunaan obat : tidak ada

3. Riwayat alergi : ya tidak jenis……………………


4. Riwayat operasi : ya tidak kapan……………………

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit : tidak ada
Tidak

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital

S : 38C N : 82x/m TD : 130/80mmHg RR : 30x/m BB : 62kg TB : 160cm


Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
Masalah Keperawatan : Hipertermia

2. Keadaan Umum
baik

3. Sistem Pernafasan
Inspeksi
a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas

23
Batuk : produktif kering darah
Sekret :…….. Konsistensi :......................
Warna :.......... Bau :..................................
b. Irama nafas teratur tidak teratur
c. Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
d. Bentuk dada Simetris Asimetris
e. Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
f. Retraksi Intercosta ya tidak
g. Retraksi Suprasternal ya tidak
h. Pernafsn cuping hidung ya tidak
i. Alat bantu napas ya tidak
Jenis : masker Flow : 6 lpm

Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama / tidak
sama ), lebih bergetar pada sisi........................

Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Ronchi Wheezing Pleural Friction rub
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif

24
Sistem Kardio vaskuler
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm

Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )

Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid sternalis Dextra

Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
BJ II terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )

Keluhan lain terkait dengan jantung :


a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : <3 detik
d. Akral hangat panas dingin kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger : tidak
h. Lain-lain :..........................................
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

5. Sistem Persyarafan
a. GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye (Buka mata) : 4

25
Verbal : 5
Motorik : 6
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya tidak
e. Pupil isokor anisokor
Diameter……..
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
g. Gangguan pandangan ya tidak
Jelaskan……..
h. Gangguan pendengaran ya tidak
Jelaskan……..
i. Gangguan penciuman ya tidak
Jelaskan……..
j. Kaku kuduk ya tidak
k. Kejang ya tidak
l. Mual ya tidak
m. Muntah ya tidak
n. Nyeri kepala ya tidak
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

6. Sistem perkemihan
a. Kebersihan Bersih Kotor
b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia
Gross hematuria Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
c. Produksi urine : 1500 ml/hari Warna : kuning jernih Bau : khas urine

26
d. Kandung kemih : Membesar ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
e. Intake cairan oral : 1000 cc/hari parenteral : 500 cc/hari
f. Alat bantu katet ya tidak
Jenis :............. Sejak tanggal : ........
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

7. Sistem pencernaan
a. Mulut bersih kotor berbau
b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
d. Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Luka operasi ada tidak Tanggal operasi : .....
Jenis operasi :.............. Lokasi : ................
Keadaan : Drain ada tidak
Jumlah :........... Warna :...................
Kondisi area sekitar insersi :...............
e. Peristaltik :.............. x/menit
f. BAB 2x/hari Terakhir tanggal : 17/6.2019
Konsistensi keras lunak cair lendir/darah
g. Diet padat lunak cair
h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi: 3 x/hari
i. Porsi makan habis tidak Keterangan : .........
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

27
8. Sistem muskulo skeletal dan integumen
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kekuatan otot 4 4
4 4
c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tulang belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi / spalk /gips ya tidak
g. Kompartemen syndrome ya tidak
h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka jenis :.......... luas : ......... Bersih
Kotor
k. Oedem - -
- -
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

9. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Luka gangren ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung/diam gelisah tegang marah/menangis

28
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Makan dan
Minum
1 Jumlah / Pagi Pagi
Waktu
Makan: 1 porsi habis Makan: 1 porsi rs habis
Minum: 2 gelas Minum: 2 gelas
Siang Siang
Makan: 1 porsi habis Makan: 1 porsi rs habis
Minum: 2gelas Minum: 2 gelas
Malam Malam
Makan: 1porsi habis Makan: 1 porsi rs habis
Minum: 2 gelas Minum: 2 gelas
2 Jenis Nasi : putih Nasi : diet rs
Lauk : ayam, tahu, tempe Lauk : diet rs
Sayur :soup Sayur : diet rs
Minum : air putih, teh Minum / Infus : air putih /
infus PZ 14 tpm

Tidak ada Tidak ada


3 Pantangan /
Alergi

4 Kesulitan Tidak ada Tidak ada


makan dan
minum
5 Usaha untuk Tidak ada Tidak ada
mengatasi
masalah

29
b. Pola Eliminasi

No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Eliminasi BAB
/ BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
BAK: 1x BAK: 2x
BAB: 1x BAB: 1x
Siang Siang
BAK: 2x BAK: 2x
BAB: - BAB: 1x
Malam Malam
BAK: 1x BAK: 1x
BAB: - BAB: -
2 Warna BAK : kuning BAK : Kuning
BAB: kecoklatan BAB : kecoklatan
3 Bau BAK : khas urine BAK : khas urine
BAB : busuk BAB : busuk
4 Konsistensi BAK : cair BAK : cair
BAB : lembek BAB : lembek
5 Masalah Tidak ada Tidak ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah

c. Pola Istirahat Tidur

No Pemenuhan Istirahat Tidur Sebelum Sakit Setelah Sakit


1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi : 1-2 jam
Siang : 1 jam Siang : 2 jam
Malam : 7 jam Malam : 8 jam
2 Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
3 Upaya mengatasi masalah Tidak ada Tidak ada
gangguan tidur
4 Hal yang mempermudah Tidak ada Tidak ada

30
tidur
5 Hal yang mempermudah Tidak ada Tidak ada
bangun

d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene

No Pemenuhan Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit


Hygiene
1 Frekuensi mencuci rambut 1x/minggu Tidak pernah
2 Frekuensi Mandi 2x/hari 2 hari 1x
3 Frekuensi Gosok gigi 2-3x/hari Tidak pernah
4 Memotong kuku 1x/minggu Tidak pernah
5 Ganti pakaian 2x/hari 2 hari 1x

e. Merokok ya tidak
f. Alkohol ya tidak
Masalah Keperawatan :...............................................................................

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan :...................................................................................

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM : 16/06/2019
A. Darah Lengkap

Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 L )

Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )

Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / L )


Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )

31
B. Kimia Darah
Ureum :
Creatinin :1,3 (N : 0,5 - 1,2 mg/dl)
SGOT : 18 (N : 15-37 (37 C) ul)
SGPT : 12 (N : 12-78 (37 C) ul)
BUN : 35 (N : <20 mg/dl)
Bilirubin :
Total Protein :
GD Puasa :
GD 2 JPP :
GDA : 221 (N : 80-125 mg/dl)

C. Analisa elektrolit
Natrium : 137 ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : 3,0 ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida : 102 ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor : ( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :

Jenis pemeriksaan Hasil

Foto Rontgent In Vitro Diagnostic

USG

EKG Accelerated, Junctional


Rhythm, Anteroseptal infarct.
Age undetermined
Abnormal ECG
EEG

CT- Scan

MRI

32
Endoscopy

Lain – lain

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

Nama Obat Dosis

O2 nasal 5 lpm

Infus PZ 14 tpm

Inj Santagesik 3x 1000mg

Inj Ceftriaxon 3x 1000mg

PO Codin 3x 10mg

Nebul Ventolin 2x 1gr

DATA TAMBAHAN LAIN :


.....................................................................................................

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Hipertermi
2. Pola nafas tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas

Kediri , 17 Juni 2019

(.....................................................)

33
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Invasi bakteri tuberkulosis Hipertermia
 Px mengatakan badannya
panas
Masuk ke saluran pernafasan
DO :
 Akral : hangat
 KU : lemah Menginfeksi alveoli
 TTV :
TD : 130/80 mmHg
RR : 30x/m Reaksi inflamasi
N : 80x/m
S : 38C
Hipertermia
2. DS : Invasi bakteri tuberkulosis Pola napas tidak
 Px mengatakan sesak efektif
nafas ± 1 bulan masuk ke saluran pernafasan

DO:
menginfeksi paru-paru
 Px menggunakan alat
bantu pernafasan masker 6
lpm Reaksi infeksi/inflamasi,
 Fase ekspirasi px
memanjang
Perubahan cairan intrapleura
 Pernafasan cuping hidung
(+)
 Purse lip (+) Sesak
 Pernafasan intercostae (+)
 TTV
Pola nafas tidak efektif
TD : 130/80 mmHg
RR : 30x/m
N : 80x/m
S : 38C
3. DS : Invasi bakteri tuberkulosis Intoleransi aktifitas
 Px mengeluh lelah
 Px merasa lemah Infeksi primer

DO : Reaksi infeksi/inflamasi
 KU : lemah

34
 Aktifitas dibantu Reaksi sistematis
 Px hanya bisa berbaring
di tempat tidur
Pembatasan aktifitas
 Kekuatan otot
4 4
4 4 Intoleransi aktifitas
 Pergerakan sendi
terbatas

35
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :
penyakit keperawatan selama 1 x 24 1. Observasi tanda-tanda vital
jam, pasien akan : tiap 3 jam.
 Menunjukkan suhu tubuh 2. Beri kompres hangat pada
dalam rentang normal. bagian lipatan tubuh ( Paha
 TTV normal. dan aksila ).
3. Monitor intake dan output
4. Berikan obat anti piretik.

Temperature Regulation
1. Beri banyak minum ( ± 1-
1,5 liter/hari) sedikit tapi
sering
2. Ganti pakaian klien dengan
bahan tipis menyerap
keringat.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor vital sign dan k/u
efektif b.d depresi keperawatan 1x24 jam pasien
pusat pernafasan diharapkan masalah 2. Monitor pola pernafasan
keperawatan pola nafas tidak abnormal
efektif dapat teratasi dengan 3. Observasi adanya tanda –
kriteria hasil : tanda hipoventilasi
4. Auskultasi suara napas,
1. Pasien melaporkan sesak catat adanya perubahan
berkurang 5. Posisikan pasien semi
2. RR klien normal 16-20 fowler untuk
x/menit memaksimalkan ventilasi
3. Pasien tidak 6. Berikan terapi oksigen
menggunakan otot bantu sesuai kebutuhan
pernafasan 7. Kolaborasi pemberian
4. Pernafasan cuping hidung terapi obat
(-)
5. Oksigenasi pasien
adekuat

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu klien untuk


b.d kelemahan fisik keperawatan 1x24 jam mengidentifikasi aktivitas
diharapkan masalah yang mampu dilakukan
keperawatan intoleransi 2. Bantu untuk memilih
aktivitas dapat teratasi aktivitas konsisten yang
dengan kriteria hasil : sesuai dengan
Kriteria hasil: kemampuan fisik,
1. Pasien melaporkan psikologi, dan sosial
kelemahan berkurang 3. Bantu untuk

36
2. Mampu melakukan mengidentifikasi dan
aktivitas sehari hari mendapatkan sumber
secara mandiri yang diperlukan untuk
3. Energi psikomotor aktifitas yang diinginkan
4. Mampu berpindah : 4. Bantu klien untuk
dengan atau tanpa membuat jadwal latihan
bantuan alat di waktu luang
5. Sirkulasi status baik 5. Bantu pasien untuk
mengembankan motivasi
diri dan penguatan
6. Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan
spiritual

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selama dinas di Ruangan Pamengan B kelompok kami mendapatkan kasus TBC
pada pasien Ny.S umur 69 tahun, dari hasil pengkajian yang dilakuakn oleh kelompok
didapatkan data pasien mengatakan badanyan panas, akral hangat S : 38C, pasien
mengatakan sesak nafas ± 1 bulan, pasien menggunakan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung (), Purse lip (+), Pernafasan intercostae (+) RR : 30x/menit,
pasien mengatakan lelah dan lemah serta tidak dapat menjalankan aktifitas, pasien
tampak kotor, mukosa bibir pasien kering dan kotor dari pengkajian yang didapatkan
menghasilkan masalah keperawatan yakni Hipertermi, Pola nafas tidak efektif,
Intoleransi aktifitas dan Defisit perawatan diri.
Kemudian pada masalah keperawatan hipertermi dilakukan tindakan fever
treatment dan temperature regulation, masalah keperawatan pola nafas tidak efektif
dilakukan tindakan mempertahankan pola nafas yang paten pada pasien dan pada
masalah keperawatan intoleransi aktifitas dilakukan tindakan keperawatan yakni
membantu memenuhi kebutuhan Adl pasien sedangkan untuk masalah keperawatan
defisit perawatan diri dilakukan tidakan keperawatan Self Care assistane : ADLs.
Dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa masalah
keperawatan yang dialami pasien tidak teratasi.

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pengkajian klien dengan TB paru aktif, perawat
dalam mendpatkan data dari klien mengunakan teknik komunikasi dengan pertanyaan
terbuka, suara yang jelas dan bekerjasama dengan keluarga klien dan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia, guna mendapatkan data yang subjektif serta terus,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam upaya meningkatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.

38

Anda mungkin juga menyukai