DISUSUN OLEH :
YUNI AMELIA SARI
40220032
PEMBIMBING INSTITUSI
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Fatmah, 2010).
Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang.
Pada tahap tua ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
psikis, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya (Soejono, 2014)
Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016).
Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan definisi secara umum, seseorang
dikatakan lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita.
Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia
lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012;
Wallnce, 2007).
3. Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016), sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada
juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia
yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik (Kholifah, 2016).
B. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur (Sheps, 2015).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Kusuma
Hardhi, 2015).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.
2. Klasifikasi Hipertensi
Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥180 ≥110
berat)
Hipertensi sistol
≥140 <90
terisolasi
3. Etiologi Hipertensi
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. VMA urine (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat
juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit
pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.(Kusuma Hardhi, 2015).
7. Komplikasi Hipertensi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung,
gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2010).
8. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekanan darah Astawan (2012), yaitu :
1) Diet rendah garam
Diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan
untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun
yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur
tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na).Oleh
karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diit
rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup
zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah
sodium dan natrium (Gunawan, 2011).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder,MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau
natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly),
makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium
(obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. (Hayens, 2013).
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Adapun syarat- syarat diet garam rendah adalah:
a) Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
b) Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
c) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau
air dan/atau hipertensi.
d) Pemberian diet garam rendah tergantung pada berat tidaknya retensi
garam/air dan hipertensi. Terdapat 3 jenis diet garam rendah yaitu :
1. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I ditujukan pada pasien dengan asites/edema
dan hipertensi berat. Pada kondisi ini tidak diperkenankan
menambahkan garam ke dalam masakan yang dikonsumsi dan
menghindari makanan yang tinggi natrium.
2. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien edema/asites, dan hipertensi yang
tidak terlalu berat. Dianjurkan menghindari makanan dengan
kandungan natrium tinggi. Diperbolehkan menggunakan garam
dalam pemasakan sebesar 0,5 sendok teh (2g).
3. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan pada pasien dengan edema atau hipertensi
ringan. Pada maskaannya boleh ditambahkan garam dapur
sebanyak 1 sendok teh (4g). Namun tetap menghindari jenis
makanan yang mengandung natrium tinggi.
2) Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas.
Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan
pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari
hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat
terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap
makanan (Amir, 2012).
3) Diet tinggi serat
Serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar
banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan, sedangkan serat makanan
terdapat pada makanan karbohidrat yaitu: kentang, beras, singkong dan
kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah
tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu
dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika
makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi
(Sheps, 2015).
4) Diet rendah kalori
Dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan
atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan
diit, perlu diperhatikan hal – hal berikut:
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan
d) Aktivitas
e) Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
7) Golongan obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan hipertensi seperti
golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
9. WOC
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir.
2. Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung, pasangan, dan
anak-anak).
3. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan sumber- sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
5. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan.
11. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola konsumsi
makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi
perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak,
dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah
pada klien.
C. Intervensi Keperawatan
DX SLKI SIKI
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24
jam, maka tingkat nyeri px Observasi :
menurun dengan kriteria a. Identifikasi lokasi,
hasil : karakteristik, durasi,
a. Keluhan nyeri skala 5 frekuensi, kualitas,
(menurun) intensitas nyeri
b.Sikap protektif skala 5 b. Identifikasi skala nyeri
(menurun) c. Identifikasi respon nyeri
c. Gelisah skala 5 non verbal
(menurun) d. Identifikasi faktor yang
d.Ketegangan otot skala 5 memperberat dan
(menurun) memperingan nyeri
e. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
f. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
a. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(kompres hangat/dingin)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan pola tidur Observasi :
px membaik dengan kriteria a. Identifikasi pola aktivitas
hasil : dan tidur
a. Keluhan sulit tidur b. Identifikasi faktor
meningkat (5) pengganggu tidur
b. Keluhan sering terjaga c. Identifikasi makanan dan
meningkat (5) minuman yang
c. Keluhan tidak puas tidur mengganggu tidur
meningkat (5) d. Identifikasi obat tidur
d. Keluhan pola tidur yang dikonsumsi
berubah meningkat (5)
e. Keluhan istirahat tidak Terapeutik
cukup meningkat (5) a. Modifikasi lingkungan
tidur
b. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
c. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
d. Sesuaikan jadwal
pemberian obat atau
tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan meninghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
e. Anjurkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur
f. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan toleransi Observasi :
aktivitas meningkat dengan a. Identifikasi gangguan
kriteria hasil : fungsi tubuh yang
a. Frekuensi nadi mengakibatkan kelelahan
meningkat (5) b. Monitor kelelahan fisik
b. Keluhan lelah menurun dan emosional
(5) c. Monitor pola tidur dan
c. Kemudahan dalam jam tidur
melakukan aktivitas d. Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama
(5) melakukan aktifitas
d. Perasaan lemah
menurun (5) Terapeutik
e. Rtekanan darah a. Sediakan lingkungan
membaik (5) yang nyaman dan rendah
stimulus
b. Lakukan latihan rentang
gerak pasif pasif
c. Berikan aktifitas ditraksi
yang mennenangkan
d. Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur,jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungu
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
a. kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Perilaku Kesehatan Setelah dilakuakan Modifikasi Perilaku
Cenderung Beresiko kunjungan selama 2x24jam
diharapkan perilaku Observasi
kesehatan pasien meningkat a. Identifikasi perilaku
dengan keriteri hasil : upaya kesehatan yang
a. Penerimaan terhadap dapat ditingkatkan
perubahan status
kesehatan (5) Terapeutik
b. Kemampuan melakukan a. Berikan lingkungan
tindakan pencegahan yang mendukung
masalah kesehatan (5) kesehatan
c. Kemampuan b. Orientasi pelayanan
peningkatan kesehatan kesehatan yang dapat
(5) dimanfaatkan
Edukasi
a. Anjurkan mencuci
tangan dengan air bersih
dan sabun
b. Anjurkan makan sayur
dan buah setiap hari
c. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
d. Anjurkan tidak merokok
dan tidak
mengkonsumsi alkohol
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana
yang telah ditentukan tercapai.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. 2012. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi Asam Urat, Jantung. Koroner. Jakarta :
PT. Intisari Media Utama. Arikunto, S.
Friedman. (2010). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Jakarta : Graha Ilmu.
Ir. Sri Rahayu. Dkk : 2010. Nutrisi untuk klien hipertensi : Jakarta
Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic-Noc Jilid 2. Mediaction Jogja. Bantul Jogjakarta
Sheps, S. G. 2015. Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari
Mediatama.