A
DENGAN NYERI AKUT PADA PASIEN
POST SECTIO CAESARIA
OLEH :
YUNI AMELIA SARI
NIM. 40220032
4. Klasifikasi Nyeri
Smeltzer & Bare (2002), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan durasinya, yaitu:
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.
Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya kurang dari 1
bulan. Untuk tujuan definisi nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri
berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyembuhannya. Nyeri
kronik sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau
lebih, meskipun dapat berubah antara akut dan kronik.
Sementara Price & Wilson (2006), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau
sumber, antara lain:
a. Nyeri somatik superfisial (kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang
mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri
sering dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi
apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifaf nyeri menjadi
berdenyut.
b. Nyeri somatik
Dalam Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot,
tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki
lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung
menyebar ke daerah sekitarnya.
c. Nyeri visera
Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik
dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama
yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal
dinding atau kapsul organ, iskemiadan peradangan.
d. Nyeri alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh
tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke
dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen medula spinalis yang
sama dengan viksus yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak hams
di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa.
e. Nyeri neuropati
Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari
sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaan
nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan
atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti
terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik
menderita akibat instabilitas sistem saraf otonom (SSO). Dengan deminkian,
nyeri sering bertambah parah oleh stres emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan
mereda oleh relaksasi.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri Tamsuri (2007) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorang
individu meliputi:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Budaya
4) Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
5) Makna nyeri
6) Perhatian klien
7) Tingkat kecemasan
8) Tingkat stres
9) Tingkat energi
10) Pengalaman sebelumnya
11) Pola koping
12) Dukungan keluarga dan sosial
b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Toleransi Nyeri Tamsuri (2007) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi toleransi nyeri pada seorang
individu meliputi:
1) Alkohol
2) Obat-obatan
3) Hipnosis
4) Panas
5) Gesekan/garukan
6) Pengalihan perhatian
7) Kepercayaan yang kuat
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala nyeri menurut PPNI (2016) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut
1) Gejala mayor :
Mengeluh nyeri
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
2) Gejala minor :
Tekanan darah meningkat
Pola napas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
b. Nyeri kronis
1) Gejala mayor :
Mengeluh nyeri
Merasa depresi
Tampak meringis
Gelisah
Tidak mampu beraktivitas
2) Gejala minor :
Merasa takut mengalami cedera berulang
Bersikap protektif
Waspada
Pola tidur berubah
Anoreksia
Fokus menyempit
Berfokus pada diri sendiri
7. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002), berdasarkan proses patofisiologi nyeri terbagi
menjadi:
a. Mekanisme neurofisiologi nyeri
Sistem saraf yang mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri dalam transmisi
dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif. Sensitivitas dari komponen
sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Sebagai contoh, nyeri akibat
arthritis kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam
hari.
b. Transmisi nyeri
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat dan secara potensial merusak, sifatnya bisa
mekanik, termal, dan kimia. Sendi, otot skelet, fasia, tendon, dan kornea juga
mempunyai reseptor nyeri yang mempunyai potensi untuk mentransmit stimuli
yang menyebabkan nyeri. Namun demikian, organ-organ internal yang besar
(visera) tidak mengandung ujung saraf yang berespons hanya pada stimuli nyeri.
Nyeri yang berasal dari organ ini diakibatkan dari stimuli reseptor yang kuat
yang mempunyai tujuan lain. Sebagai contoh, inflamasi, regangan, iskemia,
dilatasi, dan spasme organ-organ internal yang dapat menyebabkan nyeri hebat.
c. Kornu dorsalis dan jaras asenden
Dorsalis dari medula spinalis dianggap sebagai tempat untuk merespon nyeri,
serabut perifer (seperti reseptor nyeri) dan serabut traktus sensori asenden
berakhir disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neuronal desenden dan
traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan
bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri. Agar nyeri
dapat dicerna secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan.
Aktifitas terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam
kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang
menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Sering kali area
ini disebut sebagai “gerbang”. Kecenderungan alamiah gerbang adalah untuk
membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan
jaras asenden dan mengakibatkan nyeri. Stimulasi dari neuron inhibitori sistem
asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi
nyeri.
8. Pengukuran Nyeri
a. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual, dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang
paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri. Pengukuran subyektif nyeri dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai alat pengukur seperti Verbal Descriptor Scale
(VDS), Numerical Rating Scales (NRS), Visual Analog Scale (VAS).
1) Verbal Descriptor Scale (VDS)
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini
dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”.
Perawat menunjukan klain skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. VDS memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendiskripsikan nyeri.
3. Intervensi Keperawatan
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.A
Umur : 27th
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl.galih RT01 RW 01 Ds.Janti Kec.Papar Kab. Kediri
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.M
Umur : 30th
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.galih RT01 RW 01 Ds.Janti Kec.Papar Kab. Kediri
Hubungan dengan pasien : Suami
KULIT
Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada tidak
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak
PENGLIHATAN
Bola mata simetris tidak
Pergerakan bola mata normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak
Kornea bening tidak
Konjungtiva anemis tidak
Sclera ikterik tidak
Pupil isokor anisokor
ketajaman pengelihatan normal tidak
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada tidak
Perdarahan ya tidak
MULUT
Mulut bersih kotor berbau
Bibir pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab kering stomatitis
Gigi bersih tidak
Gusi berdarah ya tidak
Tonsil radang tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
Kedudukan trachea normal tidak
Gangguan bicara ada tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :…….. Konsistensi :......................
Warna :.......... Bau :..................................
Irama nafas : teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafasan cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas ya tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak
sama), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas : N = ICS II
Batas bawah : N = ICS V
Batas Kiri : N = ICS V Mid clavikula Sinistra
Batas Kanan : N = ICS IV Mid sternalis Dextra
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : < 2 detik
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak
ABDOMEN
Bentuk simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : 20 x/menit
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya tidak
Siklus menstruasi teratur tidak
Pengeluaran cairan ya tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidakx
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot
5 5
5 5
Oedem
- -
- -
b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x BAB, 1x Pagi : 1x BAB, 1x
BAK BAK
Siang : 1x BAK Siang : 1x BAK
Malam : 1x BAK Malam : 1x BAK
2 Warna BAB : kuning BAB : kuning
kecoklatan kecoklatan
BAK : kuning jernih BAK : kuning jernih
3 Bau BAB : busuk BAB : busuk
BAK : khas amoniak BAK : khas amoniak
4 Konsistensi BAB : lembek BAB : lembek
BAK : jernih BAK : jernih
5 Masalah Tidak ada Tidak ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi Kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Masalah Keperawatan: tidak muncul masalah keperawatan
C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur.
(Perawat Yuni)
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI DX
O
1. DS : Sectio Caesaria Nyeri akut berhubungan
Px mengatakan kemarin dengan agen pencedera
menjalani operasi sc fisik
Px mengeluh nyeri di Insisi abdomen
daerah luka sc
DO : Luka post op
Nadi : 110x/m
Px tampak meringis
Px tampak bersikap Jaringan terputus
protektif
Px tampak gelisah
Merangsang area sensori
Px mengatakan sulit tidur
motorik
P : Pasien mengatakan
nyeri pada area bekas
operasi
Nyeri akut
Q : Seperti tertusuk-
tusuk jarum
R : Pasien mengatakan
nyeri di bagian perut
dibawah umbilikus
hipogastric
S:7
T : Pasien mengatakan
nyeri saat melakukan
aktivitas dan hilang
timbul
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Dan
No Dx Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah Observasi : Observasi :
berhubungan dilakukan a. Identifikasi lokasi, a. Untuk
dengan agen tindakan karakteristik, durasi, mengetahui
pencedera fisik keperawatan frekuensi, kualitas, tingkat nyeri
ditandai dengan selama 3x24 intensitas nyeri b. Untuk menilai
px mengeluh jam, maka b. Identifikasi skala berat nyeri
nyeri, tampak tingkat nyeri px nyeri c. Untuk
meringis, bersikap menurun dengan c. Identifikasi respon mengetahui
protektif, gelisah, kriteria hasil : nyeri non verbal keadaan tidak
frekuensi nadi a. Keluhan nyeri d. Identifikasi faktor menyenangkan
meningkat, dan skala 5 yang memperberat klien yang tidak
sulit tidur (menurun) dan memperingan sempat dan
b. Sikap protektif nyeri tidak bisa di
skala 5 e. Monitor gambarkan oleh
(menurun) keberhasilan terapi klien.
c. Gelisah skala komplementer yang d. Untuk
5 (menurun) sudah diberikan mengetahui hal
d. Ketegangan f. Monitor efek yang perlu
otot skala 5 samping untuk dibatasi
(menurun) penggunaan atau dihindari
e. Uterus teraba analgetik e. Untuk
membulat Terapeutik : mengetahui
skala 5 a. Berikan teknik non sejauh mana px
(menurun) farmakologis untuk dapat mengerti
mengurangi nyeri tentang terapi
(teknik komplementer
distraksi/relaksasi) f. Untuk
b. Kontrol lingkungan mengetahui efek
yang memperberat dari pemberian
rasa nyeri analgetik
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur Terapeutik :
d. Pertimbangkan jenis a. Untuk
dan sumber nyeri membantu
dalam pemilihan meminimalkan
strategi meredakan rasa nyeri
nyeri b. Untuk
Edukasi : membantu
a. Jelaskan penyebab, mengurangi rasa
periode dan pemicu nyeri
nyeri c. Untuk
b. Jelaskan strategi membantu
meredakan nyeri proses
c. Anjurkan penyembuhan
memonitor nyeri nyeri
secara mandiri d. Untuk
d. Anjurkan membantu
menggunakan pemilihan terapi
analgetik secara komplementer
tepat sesuai dengan
e. Ajarkan teknik non kemampuan px
farmakologis untuk
mengurangi nyeri Edukasi :
Kolaborasi : a. Agar px dapat
a. Kolaborasi mengetahui
pemberian analgetik bagaimana nyeri
b. Kolaborasi dapat terjadi
pemberian b. Agar px dapat
antibiotik menggunakan
terapi
pendamping
untuk
mengurangi
nyeri
c. Agar px bisa
menilai nyeri
yang dirasakan
seberat apa
d. Untuk
meningkatkan
pengetahuan px
tentang
penggunaan
obat analgetik
secara tepat
e. Untuk
membantu
meredakan
nyeri
Kolaborasi :
a. Untuk
menentukan
obat analgesik
dan dosis yang
sesuai
b. Untuk
menentukan
obat antibiotik
dan dosis yang
sesuai
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N
DX WAKTU IMPLEMENTASI
O
1. Nyeri akut 4 Oktober 2020 Observasi :
berhubungan Pukul 08.00- a.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen 08.15 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
pencedera fisik nyeri
ditandai dengan px b. Mengidentifikasi skala nyeri
mengeluh nyeri, c. Mengidentifikasi respon nyeri non
tampak meringis, verbal
bersikap protektif, d. Mengidentifikasi faktor yang
gelisah, frekuensi memperberat dan memperingan nyeri
nadi meningkat, e. Memonitor keberhasilan terapi
dan sulit tidur komplementer yang sudah diberikan
f. Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
a.Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (teknik
distraksi / relaksasi)
b. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Memfasilitasi istirahat dan tidur
d. Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
a.Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
b. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
c. Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (distraksi
relaksasi)
Kolaborasi :
a.Mengkolaborasikan pemberian
analgetik
b. Mengkolaborasikan pemberian
antibiotik
2. Gangguan pola 4 Oktober 2020 Observasi :
tidur berhubungan Pukul 08.15- a.Mengidentifikasi pola aktivitas dan
dengan restraint 08.30 tidur
fisik ditandai b. Mengidentifikasi faktor pengganggu
dengan mengeluh tidur
pola tidur berubah Terapeutik :
a.Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
b. Menetapkan jadwal tidur rutin
c. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
a. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
b. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
c. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
d. Mengajarkan relaksasi otot autogenik
dan cara nonfarmakologi lainnya
EVALUASI KEPERAWATAN
N
DX WAKTU EVALUASI
O
1. Nyeri akut berhubungan 4 Oktober 2020 S:
dengan agen pencedera Pukul 11.00 Px masih mengeluh
fisik ditandai dengan px nyeri
mengeluh nyeri, tampak Px mengatakan sudah
meringis, bersikap bisa mengontrol nyeri
protektif, gelisah, O:
frekuensi nadi meningkat, Nadi : 100x/m
dan sulit tidur Px tampak meringis
Px tampak bersikap
protektif
Px sudah tampak
tenang
Px mengatakan masih
sulit tidur
P : Pasien mengatakan
nyeri pada area bekas
operasi
Q : Seperti tertusuk-
tusuk jarum
R : Pasien mengatakan
nyeri di bagian perut
dibawah umbilikus
hipogastric
S:6
T : Pasien mengatakan
nyeri saat melakukan
aktivitas dan hilang
timbul
A:
Nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :
a. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
c. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
d. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
e. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(teknik
distraksi/relaksasi)
f. Kolaborasi pemberian
analgetik
g. Kolaborasi pemberian
antibiotik
5 Oktober 2020 S:
Pukul 07.00 Px mengatakan nyeri
masih ada
Px mengatakan dapat
mengontrol nyeri pada
saat bergerak
O:
Nadi : 88x/m
Px tampak tenang
Px mengatakan pola
tidurnya sudah mulai
mendekati normal
P : Pasien mengatakan
nyeri pada area bekas
operasi
Q : Seperti tertusuk-
tusuk jarum
R : Pasien mengatakan
nyeri di bagian perut
dibawah umbilikus
hipogastric
S:4
T : Pasien mengatakan
nyeri saat melakukan
aktivitas dan hilang
timbul
A:
Nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :
a. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
c. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(teknik
distraksi/relaksasi)
d. Kolaborasi pemberian
analgetik
e. Kolaborasi pemberian
antibiotik
6 Oktober 2020 S:
Pukul 14.00 Px mengatakan
nyerinya sudah
lumayan hilang dan
terkontrol
O:
Nadi : 90x/m
Px tampak tenang
Px mengatakan pola
tidurnya sudah tidak
terganggu
P : Pasien mengatakan
nyeri pada area bekas
operasi
Q : Seperti tertusuk-
tusuk jarum
R : Pasien mengatakan
nyeri di bagian perut
S:2
T : Pasien mengatakan
nyeri kadang-kadang
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Akmal M., dkk. (2016). Ensiklopedi Kesehatan Untuk Umum. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. (2016). Medical Surgical Nursing :
Patient Centered Collaborative Care (8th ed). Missouri : Elsevier
International Association for the Study Of Pain [IASP]. (2011). IASP Sponsori Tahun Global
Melawan Nyeri Akut. Diakses melalui
http://www.iasppain.org/files/Content/ContentFolders/GlobalYearAgainstPain2/2
0102011A cutePain/GYAAP_PR_Indonesian.pdf.
Koezier. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktik volume 1
(edisi 7). Jakarta : EGC
Maryunani. (2016). Managemen kebidanan terlengkap. Jkarta : CV. Trans Info Media
Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Potter & Perry (2009). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : Erlangga
PPNI. (2016). Standar diagnosa keperawatan indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Price, A.S & Wilson, M.L. (2006). Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2010. Brunner dan Suddarth buku ajar – keperawatan medikal
bedah (Terjemahan) Edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC
Solehati, T & Kosasih CE. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama
Tamsuri, A. (2006). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC