HIPERLANSIA
Oleh :
Novirda Lila Nur Khamidah
10216025
A. DEFINISI
Eliminasi merupakan suatu proses pembuangan sisa metabolism berupa urine. Sistem
yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan, eliminasi ini tergantung
pada fungsi dari ginjal, ureter, bladder, dan uretra (Potter & Perry, 2007).
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine
taupun bowel feses. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan
eliminasi alvi Ambarwati (2009)
B. KONSEP DASAR
1. Ginjal
Merupakan organ retroperitoneal (dibelakang selaput perut), fungsi ginjal yaitu sebagai
pengatur komposisi dan volume cairan serta menyaring bagian dari darah untuk dibuang
dalam bentuk urine.
2. Ureter
Adalah suatu saluran moskuler berbentuk silinder yang mengantarkan urine dari ginjal
menuju kandung kemih.
3. Kandung kemih
Adalah organ yang berfungsi sebagai penampung air seni ( urine ).
4. Uretra
Adalah organ eliminasi yang berfungsi untuk menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
PROSES BERKEMIH
Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400 cc ( orang
dewasa ) dan 200 – 250 cc ( anak-anak ).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine dapat menimbulkan
rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria, kemudian rangsangan tersebut
diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral, lalu otak memberikan impuls melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah
sacral, kemudian terjadi kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sptuncter internal.
C. ETIOLOGI / PENYEBAB
a. Intake cairan, jumlah,tipe makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi output
urine atau defekasi.
b. Aktivitas, aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
c. Obstruksi, batu ginjal, pertumbuhan jaringan obnormal, struktur uretra.
d. Infeksi.
e. Kehamilan.
f. Penyakit : pembesaran kelenjar prostat.
g. Trauma sumsum tulang belakang.
h. Oprasi pada daerah abdomen bawah,pelviks,kandung kemih, uretra.
i. Umur.
WOC
D. TANDA DAN GEJALA
1. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih
untuk mengosongkan isinya.
Tanda :
- Ketidaknyamanan daerah pubis.
- Distensi vesika urinaria.
- Ketidaksanggupan untuk berkemih.
- Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine.
- Ketidakseimbangan urine yang dikeluarkan dengan asupan.
- Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
- Adanya urine sebanyak 3000 – 4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab :
- Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
- Trauma sumsum tulang belakang.
- Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah.
- Sphincter yang kuat.
- Sumbatan ( struktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat )
2. Inkontinensia urine
Merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine.
Penyebab :
- Proses penuaan ( anging proses ).
- Pembesaran kelenjar prostat.
- Penurunan kesadaran.
- Penggunaan obat narkotika dan sedate.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan berkemih yang diakibatkan tidak mampu mengontrol
sphincter eksterna.
Penyebab :
- Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.
- Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih
tidak diketahui.
- Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam
jumlah besar.
- Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah.
- Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya
tanpa dibantu untuk mendidiknya.
- Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis system perkemihan.
- Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
- Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4. Perubahan pola eliminasi urine
a. Frekuensi
Merupakan banyaknya jumla berkemih dalam sehari.
b. Urgensi
Adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
c. Disuria
Adalah rasa sakit dan kesulitan saat berkemih.
d. Poliuria
Merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan.
E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
1. Diet dan Asupan ( intake )
Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk, selain itu minuman yang
dapat meningkatan pembentukan urine seperti kopi.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan didalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi.
4. Stress psikologis
Meningkatkan stress dapat menimbulkan frekuensi keinginan untuk berkemih.
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk sphincter.Kemampuan
tonus otot di dapatkan dengan beraktifitas, hilangnya tonus otot dapat menyebabkan kemampuan
pengontrol berkemih menurun.
6. Tingkat perkembangan
Hal tersebut dapat di temukan pada anak yang lebih mengalami kesulitan untuki
mengontrolbuang air kecil.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur
masyarakat yang melarang buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasan berkemih di toilet akan merasa sulit untuk berkemih pada pot
urine / urinal bila sedang sakit.
10. Tonus otot
Yang berperan penting dalam proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan
pelvin, ketiganya berperan sebagai pengontrol pengeluaran urine.
11. Pembedahan
12. Mengakibatkan atau menimbulkan efek penurunan filtrasi glomeolus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
13. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi produksi urine,
selain itu tindakan sistokopis dapat menimbulkan edema pada uretra sehingga pengeluaran urine.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil klien mengatakan mengeluh nyerisaat berkemih, rasa
nyeri hilang setelah berkemih, wajah klien meringis, danskala nyeri 6(0-10), waktu nyeri
yang dirasakan yaitu pada saat ingin berkemih. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil klien
mengatakan mengeluh nyerisaat berkemih, rasa nyeri hilang setelahberkemih, wajah klien
meringis, danskala nyeri 6(0-10), waktu nyeri yang dirasakan yaitu pada saat ingin berkemih.
Darihasil pengkajian sebelum sakit klien tidak ada masalah saat buang air kecil,frekuensi
buang air kecil 3-4kali dalam sehari, jumlah urin yang keluar 1000 ml/hari, warna jernih
tidak pekat, bau khas urin, dan tidak adakeluhan,pada saat kliensakit,klien
mengatakannyerisaat ingin buang air kecil, frekuensi buang air kecil 6-8kali dalam
sehari,warna urinkuningjernih tidak pekat, bau khas urin,jumlah urin1800ml.Darihasil
pengkajian sebelum sakit klien tidak ada masalah saat buang air kecil,frekuensi buang air
kecil 3-4kali dalam sehari, jumlah urin yang keluar 1000 ml/hari, warna jernih tidak pekat,
bau khas urin, dan tidak adakeluhan,pada saat kliensakit,klien mengatakannyerisaat ingin
buang air kecil, frekuensi buang air kecil 6-8kali dalam sehari,warna urinkuningjernih tidak
pekat, bau khas urin,jumlah urin1800ml. Diagnosa Pasien Benigna Prostat Hiperplasia
Data umum
Nama : Tn. B
Umur : 53 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Kategori triage : P1 P2 P3
Data khusus
1. Subyektif
Keluhan utama (chief complaint): Nyeri
Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa ke RS secara
lengkap.
Tn.B sebelum dilarikan kerumah sakit tidak ada masalah saat buang air kecil , frekuensi
buang air kecil 3-4x dalam sehari, jumlah urin yang keluar 1000 ml/hari, warna jernih tidak
pekat, bau khas urine, dan tidak ada keluhan, pada saat klien sakit mengatakan nyeri saat
ingin buang air kecil, frekuensi buang air kecil 6-8x dalam sehari, warna kuning jernih tidak
pekat, bau khas urin, jumlah 1800ml.
Hasil pengkajian : mengatakan mengeluh nyeri saat berkemih, rasa nyeri hilang setelah
berkemih, wajah klien meringis, dan skala nyeri 6(0-10), waktu nyeri yang dirasakan yaitu
pada saat berkemih. TTV didapatkan 150/90 mmHg, N= 100x/menit, S=37 O C.
RR=22x/menit
Kasus non trauma(PQRST) :
S : Severity= 6
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)
Intensitas
No Diskripsi
Nyeri
A : Allergies
M : Medication
Riwayat Penyakit Keluarga :Keluarga tidak mempunyai penyakit menular dan menurun
Riwayat alergi :
o ya tidak
Jelaskan : ............................................................
2. Obyektif
Keadaan umum : √ Baik Sedang Lemah
A. AIRWAY
Snoring Ya Tidak
Gurgling Ya Tidak
Stridor Ya Tidak
Wheezing Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
B. BREATHING
Gerakan dada Simetris Asimetris
C. CIRCULATION
Akral tangan dan kaki Hangat Dingin
D. DISABILITY/STATUS NEUROLOGI
Tingkat kesadaran :
Unresponsive : sadar
RR : 22 x/menit
Nadi : 100x/menit
MAP :……….mmHg
Infus : RL 20 tpm
A. Darah Lengkap
Leukosit :
Eritrosit :
Hematokrit: 31 (N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :.........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT-Scan
MRI
Endoscopy
Lain-lain
I : Injuries Suspected =
Contusio/memar Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Grimace Ya Tidak
Mata
Midriasis Ø: mm
Miosis Ø: mm.
Hidung
Laserasi/jejas Ya Tidak
Epistaksis Ya Tidak
Telinga
Othorhea Ya Tidak
Cairan Ya Tidak
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Luka Ya Tidak
Mulut
Luka Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Muntahan Ya Tidak
Leher
Contusio/memar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Laserasi Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Pain/nyeri Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Thoraks :
Deformitas Ya Tidak
Contusio/memar Ya Tidak
Abrasi/luka babras Ya Tidak
Laserasi Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Paru – paru :
Lain-lain:...........
Lain-lain:..............
Jantung
Abdomen
Jejas Ya Tidak
Distensi √ Ya Tidak
Massa Ya Tidak
Mual Ya Tidak
Muntah Ya Tidak
Ekstremitas
Deformitas Ya Tidak
Contusio/memar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Laserasi/jejas Ya Tidak
Restaint Ya Tidak
Kontraktur Ya Tidak
Parese Ya Tidak
Plegi Ya Tidak
Fraktur Ya Tidak
Kekuatan otot 55
55
Oedema 55
22
Kulit
Pelvis/Genetalia
Deformitas Ya Tidak
Swelling/bengkak √ Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya, di......... Tidak
Priapismus Ya Tidak
Siang Siang
Malam Malam
3 Pantangan / Alergi - -
4 Kesulitan makan dan
- -
minum
5 Usaha untuk
- -
mengatasi masalah
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi BAB /
BAK
BAK: 2x BAK: 2x
BAB: 1x BAB: 1x
Siang Siang
BAK: 2x BAK: 3x
BAB: - BAB: -
Malam Malam
BAK: 2x BAK: 3x
BAB: - BAB : -
5 Masalah eliminasi
6-8x/hari
3-4x/hari
6 Cara mengatasi
- -
masalah
Contusio/memar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Laserasi Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
0,4 mg RL 20 tpm
Tamsulosin
Silodosin 4-8 mg
0,5 mg
Dutasteride
Kediri, …………….........
(………………………)
Analisa Data
BPH
Pre operasi
Dekompensasi otot
destrusor
Peregangan vesika
urinaria melebihi
kapasitas
Kaadar esterogen
BPH
Pre operasi
Px kurang informasi
kesehatan & pengobatan
Deficit pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut bd.spasme otot spiner
b. Ansietas bd. defisit pengetahuan
No Diagnosa
SLKI SIKI
. Keperawatan
1. Nyeri akut bd.spesme Tujuan :Setelah dilakukan
otot spiner tindakan keperawatan 2 x 24 Observasi :
jam diharapkan nyeri - Indentifikasi lokasi, karakteristik,
berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non
- gelisah menurun verbal
- fungsi berkemih - Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- fasilitas istirahat & tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Ansietas bd. defisit Tujuan :Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan tindakan keperawatan 2 x 24 1. Identifikasi penurunan
jam diharapkan px tidak tingkat energy, ketidakmampuan
merasakan cemas berkonsentrasi, atau gejala lain
Kriteria hasil : yg mengganggu kemampuan
- Verbalisasi kognitif
kebingungan menurun 2. Identifikasi teknik relaksasi
- Verbalisasi khawatir yg pernah efektif digunakan
akibat kondisi yg 3. Identifikasi kesediaan
dihadapi menurun kemampuan, dan penggunaan
- Perilaku gelisah teknik sebelumnya
menurun 4. Periksa ketegangan otot,
- Perilaku tegang frekuensi nadi, TD, dan suhu
menurun sebelum dan sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan dg
pencahayaan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang pesiapan dan prosedur
relaksasi
3. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi yg
tersedia (music, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan scr rinci intervensi
relaksasi yg dipilih
3. Anjurkan posisi nyaman
4. Anjurkan rileks &
merasakan sensasi relaksasi
Kesimpulan
Eliminasi merupakan suatu proses pembuangan sisa metabolism berupa urine. Sistem
yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan, eliminasi ini tergantung
pada fungsi dari ginjal, ureter, bladder, dan uretra (Potter & Perry, 2007).
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine
taupun bowel feses. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi
Ambarwati (2009)
Saran
pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan eliminasi urinKami
selaku penulis sadar bahwa askep ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah
DAFTAR PUSTAKA
Potter. P.A & Perry. A.G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep. Proses
dan Praktik ( Fundamentals of Nursing: Cocept. Process & Practice)
Edisi keempat. Jakarta : EGC.