DEFINISI
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan (Betz &Sowden,2002).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memory yang bersifat sementara (Hudak and gallo,
1995).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupakejang.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari
semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak
(Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yangkuat.
Bagian-bagian otak :
a. PirogenEndogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh pelepasan
prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin kedalam hipotalamus
menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja langsung pada
hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin.
b. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh semua
proses vital yang berperan dalam metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh
melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran nafas dan kulit.
Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena
kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim
dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi
tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan.
(Price Sylvia A :1995)
C. KLASIFIKASI
1. Kejang parsial
Kejang parsial berlaku pada sebahagian kecil otak. Jika seseorang itu sadar sewaktu
kejang itu terjadi maka, manifestasi klinisnya adalah sederhana dan jenis kejang ini
diistilah sebagai kejang parsial yang umum. Jika kesadaran pasien terganggu sewaktu
terjadi kejang ini, kejang jenis ini diistilah sebagai kejang parsial yang kompleks, Selain
dua tipe tersebut, terdapat satu lagi sub-kelompok yaitu kejang parsial dengan kejang
umum yang sekunder. Mula-mulanya pada kejang ini terjadi kejang parsial yang hanya
berlaku pada sebahagian kecil otak dan kemudian ia akan menyebar ke bahagian korteks
secaradifus.
Kejang jenis ini menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem motorik, sensorik,
otonom dan psikik. Kejang jenis ini, biasanya menunjukkan pergerakkan jenis klonik
yaitu pergerakkan fleksi/ekstensi yang berulang pada frekuensi 2-3 Hertz. Pergerakkan
jenis tonik juga dapat berlaku pada kejang jenis ini. Disebabkan bagian otak yang
mengawal pergerakkan tangan adalah berhampiran dengan pengawalan ekspresi
wajah, kejang jenis ini dapat menyebabkan pergerakkan yang tidak normal pada muka
yang berlaku bersamaan dengan pergerakkan tangan. Selain itu, terdapat gangguan
motorik lain yang akan dialami oleh pasien yang mengalami kejang ini. Pertama
adalah Jacksonian March. Pada gangguan ini, pasien tersebut akanmengalami
pergerakan motor yang tidak normal mulai di jarinya, beberapa saat atau menit
kemudian, gangguan motor ini akan menyebar ke bagian ekstremitas yang lebih luas
seperti lengan atas. Ini terjadi akibat daripada penyebaran aktifitas kejang secara
progresif pada bahagian yang luas pada korteks motorik. Kedua, pasien akan
mengalami paresis yang terlokalisasi ( Todd’s Paresis) selama beberapa menit hingga
beberapa jam. Ada keadaan dimana kejang ini akan berlanjutan selama berjam-jam
atau beberapa hari. Ini dinama sebagai Epilepsia Partialis Continua. Pasien untuk
kejang ini dapat mengalami perubahan pada sensasi somatik seperti parestesia,
gangguan penglihatan ( halusinasi atau terlihat cahaya), gangguan
keseimbangan(sensasiterjatuhatauvertigo),dangangguanfungsiotonom.Kejang umum
yang terjadi akibat gangguan di lobus temporalis dan frontalis akan menyebabkan
terjadi gangguan fungsi kortikal bahagian atas.
Kejang ini diciri sebagai kejang yang mempunyai aktifitas fokal. (Harrison , 2008)
Pasien kejang ini tidak dapat respons secara normal apabila diberi arahan secara verbal
atau visual sewaktu kejang ini terjadi. Pasien juga tidak dapat mengiingati apa yang
terjadi pada fase iktal. Kejang ini sering diawali dengan aura. Pada permulaan fase
iktal pasien ini sering mengalami behavioural arrest atau motionless stare. Sewaktu
ini, pasien tidak dapat mengingati apa yang terjadi. Gejala ini sering diikuti dengan
automatisms, yang berlaku secara diluar kawalan,dan otomatis.Contoh gejala
automatisms adalah pasien akan ternampak seperti mengunyah, menelan ,
menggerakkan bibirnya, pergerakkan tangan seperti mengutip sesuatu, dan
memperlihatkan emosi. Setelah kejang ini terjadi pasien akan berasa bingung. Transisi
daripada kesembuhan total selepas kejang dapat mengambil masa selama beberapa
saat sehingga 1 jam. Pada pemeriksaan, pasien menunjukkan amnesia anterograde
yang melibatkan hemisfer dominan, yang dinama sebagai amnesia posiktal. EEG
pasien yang mempunyai kejang ini sering normal atau menunjukkan epileptiform
spikes, atau sharp waves. Kejang jenis ini sering bermulanya di lobus temporalis
medial atau lobus frontalis inferior. Kejang ini biasanya dideteksi menggunakan
elektroda jenis sphenoidal atau elektroda yang diletakkan secara bedah. Gejala klinis
yang berkaitan dengan kejang ini amat luas dan dokter perlu berhati-hati sewaktu ingin
memberi kesimpulan bahawa episode perlakuan atipikal pada pasien dengan kejang
tipe ini adalah tidak berkaitan dengan aktivitas kejang ini. Pada situasi jenis ini, bacaan
pada EEG yang teliti adalah amat berguna.
Ini adalah akibat daripada penyebaran aktivitas listrik di hemisfer cerebral otak. Ini
biasanya tonik-klonik. Kejang tipe ini sulit untuk dibedakan dengan kejang umum
tonik klonik. Ia dapat dibedakan dengan menggunakan EEG (Harrison, 2008).
2. Kejang umum
Secara definisi, kejang umum adalah kejang yang datangnya daripada gangguan
yang terjadi pada kedua belah serebral hemisfer yang terjadi secara serentak. (Harrison’s,
2008)
a. Kejangabsens
Kejang ini adalah kehilang kesadaran pada suatu masa yang pendek tanpa terdapat
gangguan postural. Ia biasanya terjadi pada beberapa saat yang diikuti dengan tanda
mata kelopak mata berkelap-kelip atau pergerakkan tangan klonik yang lemah. Ini
biasanya terjadi pada anak kecil dan dapat berlaku 100 dalam satu hari, Pada EEG,
akan menunjukkan gambaran gelombang Spike and wave pada 3Hz (Harrison’s,
2008).
b. Kejang GrandMal
Kejang ini adalah jenis tonik-klonik. Pada fase awal kejang ini, akan terjadi kontraksi
otot yang tonik-klonik. Terdapat juga tanda yang dinama sebagai "Ictal Cry" yang
disebabkan oleh kontraksi secara tonik otot respirasi dan juga larinks. Ini dapat diikuti
dengan gangguan pernafasan yang menyebabkan terjadi sianosis. Selain itu terjadi
peningkatan tonus simpatis. Selain beberapa saat terjadi fase tonik, ia akan diikuti
dengan fase klonik. Selepas fase iktal, diikuti dengan fase postictal yaitu, ditandai oleh
otot pasien akan menjadi flasid, tidak respons, perembesan air liur meningkat dan
bingung. Beberapa jam kemudian, pasien akan sadar kembali. Pada EEG ketika fase
tonik, akan menunjuk gelombang tegangan volt rendah umum yang meningkat secara
progresif yang diikuti dengan gelombang yang beramplitud tinggi dengan polyspike
discharge. Pada fase klonik, EEG akan menunjuk gelombang amplitud tinggi yang
diantara gelombang itu terdapat slow-wave (spike and wavepattern).
c. Kejangatonik
Kejang ini ditandai oleh kelemahan yang terjadi secara tiba-tiba yang terjadi pada 1-2
saat. Kesadaran sering terganggu. Pada EEG akan menunjukkan gambaran spike and
wave yang umum yang diikuti oleh slowwave.
d. Kejang mioklonik
Terjadi kontraksi otot secara tiba-tiba yang dapat melibatkan seluruh tubuh atau
separuh tubuh, Pada EEG, terdapat gambaran spike and wave yang bilateral dan
sinkron.
D. ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan
gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan
idiopatik ( tidak diketahui etiologinya ).
1. Intracranial
a. Asfiksia : Ensefalitis, hipoksiaiskemik
b. Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atauintraventricular
c. Infeksi : Bakteri virus danparasit
d. Kelainanbawaan : Disgenesis, korteksserebri
2. Ekstracranial
a. Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
b. Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putusobat
c. Kelainan yang diturunkan :Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan
kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5.
(Lumbantobing,1999)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi atau gejala
otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan
ajtuh dari udara, parestesia.
3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
4) Kejang tubuh : umumnya gerakan setipa kejang sama.
b. parsial kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbanganpotensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase
yang terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepasmuatan
listrik.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
“matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi
epileps. (FKUI,2007).
G. WOC
H. KOMPLIKASI
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang
tua,sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam
tidakmengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar /
ataupun epiksiEpilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam
kecilkemungkinanepilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang demam
dapatmenimbulkanepilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama
kadangdi alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun
begitu antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkanepilepsy.
Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam
berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali.
Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika:
1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalutinggi
2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yangsempit
3. Ada faktor turunan dari ayahibunya
Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor:
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalamkeluarga
Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia.
Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan
mengalami kejang berulang.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatanjaringan.
3. Magnetic resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah
otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaianCT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalamotak
5. Ujilaboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairanserebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit danhematokrit
c. Panelelektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsiumdarah
g. Kadar natriumdarah
h. Kadar magnesiumdarah
J. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Pasien Kejang di Instalasi Gawat Darurat. Tatalaksana Non-Farmakologis
pasien kejang meliputi :
1. Tindakan awal adalah melakukan tindakan standar kedaruratan berupa ABC (Airway,
Breathing, Circulation), oksigenasi dan penilaian tekanan darah, nadi, saluran napas,
penilaian suhu. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan kejang sebelum cedera
neuron terjadi (teoritis antara 20 menit sampai 1 jam).
2. Pasien ditempatkan pada posisi semi-prone dengan kepala diletakkan menghadap
samping untuk menghindari aspirasi.
3. Diberikan spatel lidah yang diletakkan dalam ronggan mulut untuk mencegah tergigitnya
lidah. Lepas gigi palsu bila ada.
4. Akses antarvena harus dilakukan untuk hampir semua pasien (tapi bisa ditangguhkan
pada meraka dengan kejang sederhana).
5. Koreksi kelainan metabolik yang ada (hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, putus
obat atau alkohol).
6. Bila aktivitas kejang pasien tidak mereda di UGD setelah tindakan ABC dilakukan, maka
untuk pasien yang berada dalam status epileptikus atau sianotik epilepticus, intubasi
endotrakeal harus diper-timbangkan.
7. Pemberian obat anti kejang/antiepilepsi.
8. Pengawasan di ruang perawatan intensif, mungkin diperlukan bila terdapat kondisi
refrakter.
3. Resiko cidera
berhubungan
dengan kejang
DAFTAR PUSTAKA
Betz dan Sowden. (2002). Buku saku keperawatan pediatri edisi 3. Alih Bahasa Tambayong.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak, Gallo. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC. 1995.