EPILEPSI
Oleh :
Hj. Latifah
1614901110081
I. Konsep PenyakitEpilepsi
1.1 Definisi
Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena
terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelmpok sel neuoron pada otak
sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari
bengong sesaat, kesemutan gangguan kesadaran, kejang kejang dan atau
kontraksi otot. Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis
dengan serangan spontan yang berulang (Satyanegara dalam Nurarf dan
Kusuma, 2015).
1.2 Etiologi
1.2.1 Idiopatik: Epilepsi pada anak sebagian besar merupakan epilepsi
idiopatik.
1.2.2 Faktor herediter: ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang
disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa,
neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria,
hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
1.2.3 Faktor genetik; pada kejang demam & breath holding spells.
1.2.4 Kelainan konginetal otak; atrofi, porensefali, agenesis korpus
kalosum.
1.2.5 Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia,
hipernatremia.
1.2.6 Infeksi; radang yang disebabkan oleh bakteri/virus pada otak dan
selaputnya, toksoplasmosis.
1.2.7 Trauma; kontusio serebri, hematoma subarakhnoid, hematoma
subdural.
1.2.8 Neoplasma otak dan selaputnya.
1.2.9 Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
1.2.10 Keracunan; Timbal(Pb), kamper(kapur barus), fenotiazin, air
1.2.11 Lain-lain; penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon,
degenerasi serebral,dll.
a. Gejala motorik
- Tidak menjalar
- Dan menjalar
b. Gejala somatosensoris (rasa kesemutan dan seperti ditusuk2)
- Terlihat cahaya
- Terdengar sesuatu
- Terkecap sesuatu
- veretigo
c. Pucat, berkeringat
d. Gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
- Disfagsia (ganggua bicara)
- Dimensia ( gangguan proses ingatan)
- Halusinasi
Pada epilepsi idiopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik
dilepaskan oleh nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti
centrephalic. Inti ini merupakan terminal dari lintasan asenden aspesifik
atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input dari korteks serebri melalui
lintasan aferen spesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bilamana sama
sekali tidak ada input maka timbullah koma. Pada grandmal, oleh karena
sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-
inti intralaminar talamik secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang
berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus
menghalangi sel-sel syaraf yang memelihara kesadaran untuk menerima
impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.
1.6 Komplikasi
Status Epileptikus adalah aktivitas kejang yang berlangsung terus menerus
lebih dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran. Status mengancam adalah
serangan kedua yang terjadi dalam waktu 30 menit tanpa pulihnya
kesadaran anti serangan.
1.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu
kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan
medikamentosa fan pengobatan psikososial.
1.7.1 Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah
manifestasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan
metabolik, maka di samping pemberian obat anti-epilepsi
diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu
dipertimbangkan:
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor
pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti
pasien mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini
toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan
menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya.
Bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang
tidak terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf
pusat.
Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
Faktor emosional sebagai pencetus.
Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 –
3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan
menurunkan dosisnya.
1.8 Pathway
II. Rencana Asuhan Klien dengan GangguanEpilepsi
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan sekarang: Riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk RS (apa yang terjadi selama serangan).
3) Riwayat kesehatan yang lalu: sejak kapan serangan seperti ini
terjadi, pada usia berapa serangan pertama terjadi, frekuensi
serangan, adakah faktor presipitasi seperti demam, kurang tidur
emosi, riwayat sakit kepala berat, pernah menderita cidera otak,
operasi atau makan obat-obat tertentu/alkoholik).
4) Riwayat kesehatan keluarga: adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifat genetik maupun tidak.
5) Riwayat sebelum serangan: adakah gangguan tingkah laku, emosi
apakah disertai aktifitas atonomik yaitu berkeringat, jantung
berdebar, adakah aura yang mendahului serangan baik sensori,
auditorik, olfaktorik.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Hambatan Mobilitas Fisik
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan
pengawasan
Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan
Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
dengan alat bantu
Menyangga berat badan
Berpindah dari dan ke kursi atau kursi roda
Menggunakan kursi roda secara efektif
DAFTAR PUSTAKA
Sri D, Bambang. 2007. Epilepsi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Syaraf PSIK
UNSOED.
Wilkison, J.,M. & Ahern N.,R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Banjarmasin, April 2017