VULNUS LASERATUM
Pokok Bahasan
Vulnus Laseratum
Sasaran
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
Penyuluh
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 Menit diharapkan pada orang dewasa
umur 20-25 tahun dapat mengetahui dan mengerti tentang penyakit Vulnus Laseratum, baik
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan tipe
penyembuhan luka.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan pada orang dewasa
dapat menjelaskan ulang tentang:
1. Pengertian Vulnus Laseratum
2. Penyebab Vulnus Laseratum
3. Tanda dan Gejala Vulnus Laseratum
4. Pemeriksaan Diagnostik Vulnus Laseratum
5. Komplikasi Vulnus Laseratum
6. Tipe Penyembuhan Vulnus Laseratum
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
D. Media
1. Leaflet
Proses pelaksaaan
N
Kegiatan
o
Pendahuluan
- Memberi salam
1
Respon peserta
Waktu
- Menjawab
salam
- Menyimak
5 menit
- Menyimak
Isi
Penyampaian materi tentang :
1. Pengertian penyakit Vulnus
Laseratum
2. Penyebab Vulnus Laseratum
2
- Memperhatikan
15 menit
Laseratum
5. Komplikasi Vulnus Laseratum
6. Tipe Penyembuhan Vulnus
Laseratum
Penutup
3
- Diskusi
- Kesimpulan
- Memberikan salam penutup
-Menyampaikan
jawaban
-Mendengarkan
-Menjawab salam
10 menit
E. Seeting Tempat
Keterangan gambar :
A : Penyaji
B : Penguji
C : audience/peserta
F. Evaluasi
Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang terdiri
dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.
TINJAUAN TEORI
VULNUS LASERATUM
A. Pengertian.
Dari beberapa reverensi yang memuat tentang vulnus laseratum di antara reverensi yanhg
penulis temukan adalah:
1. Chada (1995) menyatakan Vulnus (luka) adalah satu keadaan dimana terputusnya
kontinutas jaringan tubuh. (p.66).
2. Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang terdiri dari
akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. (p.219).
3. Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul ,
robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.
(http://one.indoskripsi.com)
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa vulnus laseratum adalaah luka robek
yang tidak beraturan yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul sering diikuti alat dalam
seperti patah tulang.
B. Penyebab.
Chada 1995 menyatakan Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di
antaranya :
1. Alat yang tumpul.
2. Jatuh ke benda tajam dan keras.
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan. (p.73)
C. Anatomi dan Pathofisiologi.
1. Kulit.
Price 2005 menyatakan Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan epidermis, dermis,
lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benang pertahanan
terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu,
nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang saling bertautan. (p.1260).
a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan bertanduk.
2) Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk setelah
mengalami proses di ferensiasi .
b. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen elastin, dan
retikulum yang tertanam dalam substansi dasar. Matrik kulit mengandung pembuluh
pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis. Disekitar pembuluh
darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan leukosit yang melindungi tubuh
dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing. Serabut-serabut kolagen, elastin
khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.
c. Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak di
bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk mempertahankan
daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin. (p.1265)
2. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan
sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang mempunyai
sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-berkas serabut kecil
oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
3. Jaringan Saraf
Menurut Jungviera, LC (1998:p.157)
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
a. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
b. Unsur putih serabut saraf.
c. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya di
sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus besar
dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini
F. Pathway
Modifikasi : (Chada 1995, Carpenito 2000, Doenges 2000, Guiton & Hall 1997, Price 2005)
G. Manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang
1. Mansjoer (2000) menyatakan Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
a. Luka tidak teratur
b. Jaringan rusak
c. Bengkak
d. Pendarahan
e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
H. Fokus Pengkajian
Doenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus laseratum
di perlukan data-data sebagai berikut:
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang gerak,
perubahan aktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.
Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.
3. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
4. Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
5. Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah cidera ,
kemerah-merahan.
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa
tidur.
7. Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontuinitas jaringan.
2. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.
3. Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.
5. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.
6. Resiko tinggi infeksi b/d perawatan luka tidak efektif.
7. Resti kekurangan volume cairan b/d pendarahan.
J. Fokus intervensi
Fokus intervensi di dasarkan oleh diagnosa keperawatan yang muncul pada teori.
1. Carpenito L (2000) menyatakan Gangguan rasa nyaman nyeri adalah bedaan dimana
indifidu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya. (p.42)
Menurut Doenges (2000:p.915)
Gangguan rasa nyaman nyeri muncul akibat jaringan kulit , jaringan otot, jaringan saraf
terinfeksi oleh bakteri pathogen. Penggandaan zat-zat racunnya sehingga mengakibatkan
perubahan neurologis yanng sangat besar.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
KH :
pasien melaporkan reduksi nyeri dan hilangnya nyeri setelah tindakan penghilang nyeri.
Pasien rileks.
Dapat istirahat / tidur dan ikut serta dalam aktifitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
Kaji tanda tada vital.
Lakukan ambulasi diri.
Ajarkan teknik distraksi dann relaksasi misalnya nafas dalam.
Berikan obat sesuai petunjuk.
2. Menurut Doenges (2000:p.234)
Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri. Gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur adalah gangguan jumlah kualitas tidur.
Tujuan : gangguan istirahat tidur tetasi
KH :
Mengatakan peningkatan rasa segar, tidak pucat, tidak ada lingkar hitam pada mata.
Melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
Intervensi :
Kaji penyebab nyeri / gangguan tidur.
Berikan posisi nyaman pada klien.
Anjurkan minum hangat.
Kolabirasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang.
3. Menurut Doenges, (2000:p.234)
Gangguan eliminasi BAB / konstipasi b/d penurunan mobilitas usus aadalah suatu penurunan
frekwensi defekasi yag normal pada seseorang, di sertai gangguan kesulitan keluarnya feses
yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering.
Tujuan : tidak terjadi konstipasi.
KH :
pasien mempertahankan / menetapkan pola nominal fungsi usus.
Konsistensi feses normal.
Perut tidak kembung.
Intervensi :
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus.
Anjurkan untuk ambulasi sesuai kemampuan.
Berikan obat laksatif pelembek feses bila di perlukan.
4. Menurut Doenges (2000:p.930-931)
Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot
Gangguan mobilitas fisik adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko
keterbatasan gerak fisik tetapi bukan imobilisasi. (carpenito L J, 2000:43)
Daftar Pustaka
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan)
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:
Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI:
Jakarta.
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.
Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.
Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.