I. KONSEP TEORI
A. Pengertian.
Mansjoer (2010) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka
yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui
elastisitas kulit atau otot”.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan
benda tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti
patah
B. Penyebab.
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan”
3. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut
kolagen elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi
dasar. Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan
syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis. Disekitar pembuluh
darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan leukosit
yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-
benda asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan
sel-sel basal epidermis pada dermis.
4. Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan
kulit ketiga yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan
bantalan untuk kulit isolasi untuk mempertahankan daya tarik
seksual pada kedua jenis kelamin”.
b. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot
terdiri dari serabut silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel
dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-berkas serabut
kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
c. Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
1) Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
2) Unsur putih serabut saraf.
3) Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam
saraf dan yang menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut
saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya di sebut neuron. Sel saraf
terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nukleus
besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul
(prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan
rangsangan rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf.
E. Pathofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon
tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi
peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada
peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang
di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan
baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan
yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan
mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi
ketertiban gerak
F. Manifestasi Klinis
Mansjoer (2010) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
1. Luka tidak teratur
2. Jaringan rusak
3. Bengkak
4. Pendarahan
5. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah
rambut
6. Tampak lecet atau memar di setiap luka.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah
lengkap.tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui
laboratorium.
2. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan
kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
3. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
5. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetus
melitus
H. Komplikasi
1. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan
komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah.
3. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi.
I. Penatalaksanaan
1. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan
debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan
luka yaitu:
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptic
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi local
e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
2. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh persekundam atau pertertiam.
3. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
4. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka
dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan
hematom.
5. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
6. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti,
lokasi, jWidiyas pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap
penderita dan adanya infeksi
J. Pencegahan
1. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic, misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam
berat dan asam berat.
2. Pembersihan luka, Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan
luka, menghindari terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis dan
debris.
3. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
4. Penutupan luka, Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
5. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotic
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktifitas atau istirahat Gejala : merasa lemah, lelah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan
rentang gerak, perubahan aktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.
3. Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.
a. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda : ketakutan,
cemas, gelisah.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
c. Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri
pada daerah cidera, kemerah-merahan.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa tidur.
e. Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 2014).
1. Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh
yang tidak adekuat.
2. Intervensi Keperawatan
‘
TINJAUAN KASUS KEPERAWATAN ANAK
A. Identitas Klien
Nama : An. AA Nama Ayah : Tn. AH
Usia : 5 tahun Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mempawah Hilir Nama Ibu : Ny. IW
No. RM : 089568 Usia : 28 tahun
Tanggal MRS : 21 Januari 2021 Pekerjaan : IRT
Tanggal Pengkajian : 02 Februari 2021 Sumber
Informasi : Ibu Kandung
Keluarga yang bisa dihubungi : Ibu Kandung
30 2
8
Keterangan Genogram
= Laki-laki
= perempuan
= Tinggal serumah
G. POLA ELIMINASI
Item
BAB 1x sehari
Frekuensi/pola
Konsistensi Lembek
Warna/bau Coklat/bau khas
Kesulitan Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada
BAK 5-6x sehari
Frekuensi/pola
Konsistensi Cair
Warna/bau Kuning/ bau khas
Kesulitan Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada
Personal Hygiene Mandi dan gosok gigi Hanya diseka 2x sehari, gosok gigi belum potong
2x sehari, keramas kuku
sehari sekali, potong
kaku seminggu sekali
J. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
TD :-
Nadi : 118 x/m
Suhu : 37º C
RR : 24x/m
1. Kepala : Bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, penyebaran
merata serta tidak mudah patah dan pada kepala bagian belakang kiri
terapat luka, luka terbalut kassa, tidak ada tanda- tanda infeksi
2. Mata : Mata lengkap, simetris, sklera jernih, conjungtiva merah muda,
adanya refleks cahaya pada pupil isokor dan tidak ada kelainan, tidak
memakai alat bantu penglihatan.
3. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasal di
tengah, tidak ada polip
4. Mulut dan Tenggorokan: mukosa bibir lembab, warna bibir merah muda,
dalam rongga mulut bersih.
5. Telinga : Bentuknya sedang, simetris, lubang telinga bersih, tidak ada
serumen, tidak memakai alat pendengaran.
6. Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba
7. Dada
Inspeksi
Bentuk thorak Simetris
Palpasi Meletakkan perbatasan ulna pada dada
Vocal fremitus Normal, pasien disuruh untuk mengatakan tujuh puluh tujuh
Perkusi Sonor
Auskultasi Paru, rhonchi (-), wheezing (-)
SuaraNafas Deskripsi
Ο Bronkial -
Ο Bronkovesikuler -
√ Vesikuler Suara nafas utama normal dan
terdengar di sebagian besar paru-paru
SuaraUcapan Dextra Sinistra
Bronkoponi/pectoryloquy/egophony - -
SuaraTambahan Dextra Sinistra
- -
Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Frictionk - -
PemeriksaaanJantung
Inspeksi danPalpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Pulsasi: normal reguler
Area tricuspid-Ventrikelkanan Pulsasi: normal reguler
Letak Ictus Cordis pada sela iga ke V, linea medioclavicularis kiri
Perkusi
Batas jantung Batas jantung atas pada ICS 2-3 pada linea sternalis,
Suara:
batas kiri jantung pada mid linea clavikularis kiri atas ,
Resonan/dullness/timpani/pekak
bawah jantung ICS 5
Auskultasi
Bunyi Jantung I Terdengar pada ICS 4 pada linea sternal kiri dan pada ICS 5 pada
mid clavicula
Bunyi Jantung II Terdengar pada ICS 5 linea 3 pada mid clavicularis, bunyi jantung
I/II lub/dub
Bunyi Jantung III Tidak terdengar
Bunyi Jantung IV Tidak terdengar
Keluhan Tidak ada
8. Punggung : tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak nyeri tekan
9. Mamae dan Axila: simetris, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak nyeri tekan.
10. Abdomen
Inspeksi Lesi (-) Scar (-) Massa (-) Distensi (-) Ascites (-)
Auskultasi Bisingusus: 8-10 kali/menit
Palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi Suara abdomen timpani
Lain-lain Tidak ada
11. Genetalia
Pengkajian Data/Gejala Deskripsi
Inspeksi Keadaan genitalia dan anus Keadaan genitalia dan anus bersih , tidak
bersih , tidak ada kelainan pada ada kelainan pada genitalia dan anus
genitalia dan anus
Palpasi Tidak ada luka pada genitalia Tidak ada luka pada genitalia dan anus
dan anus
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
12. Ekstremitas
Atas Lesi ( + ) lecet pada siku kanan, edema( -), deformitas ( - )
Akral: Hangat
Bawah Lesi ( -), edema (- ), deformitas ( - )
KekuatanOtot 5 5
5 5
I. METABOLISME/INTEGUMEN
Kulit
Warna : kuning langsat Akral : hangat
Suhu : 37ºC Turgor : baik
Edema : Tidak ada Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada Pruritus : Tidak ada
Lain-lain : CRT < 2 detik
J. NEUROSENSORI
Pupil : Isokor ukuran kanan/kiri : 2/2 Reflek terhadap cahaya (+)
Reflek-reflek: menghisap (+), menoleh (+), menggenggam (+)
K. TERAPI:
- Inj. Santagesik 3x500 mg
- P.o cefixim Syrup 2x125 mg
FORMAT ANALISA DATA
DO :
K/U :lemah
GCS : 456 TTV
TD :-
Nadi : 118 x/m
Suhu : 37º C
RR : 24x/m
Terdapat luka terbalut
kassa
anak tampak rewel
anak tampak kesakitan
2. DS: luka robek Resiko infeksi
Pasien mengatakan nyeri pada
daerah luka operasi di dahi kanan,
ibu pasien mengatakan tidak tahu
perawatan mandiri yang benar proses hecting
bagaimana.
DO: Kerusakan Integritas
Suhu: 37 C. kulit
- Pasien tampak kesakitan
- Tampak balutan luka bersih
kepala Ketidaktahuan proses
- Tidak ada rembesan cairan perawatan Resiko infeksi
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka robek di kepala )
2. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (adanya luka
yang di perban)
3. Ansietas orang tua berhubungan dengan krluarga kurang terpapar
informasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
03/02/2021 2 11.30 1. Memonitor adanya tanda gejala infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
2. Menganjurkan membatasi jumlah pengunjung.
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien maupun
12.00 lingkungan pasien.
12.30 4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi pada pasien, terutama pada saat dirumah.
5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
6. Mengkolaborasikan penggunaan antibiotic sesuai resep dokter.(po Cefixime 125 mg)
03/02/2021 3 13.00 1. Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2. Memonitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
3. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
13.10 6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
8. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
9. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
10. Melatih teknik relaksasi
Implementasi Hari Ke 2
2 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya masih rewel, sering menangis, merasa nyeri di luka
bagian kepala sebelah kiri
O:
Luka tampak bersih
Tidak tampak tanda-tanda infeksi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan
3 S:
Ibu klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini
O:
Ibu klien tampak cemas dengan kondisi anaknya
Ibu klien banyak bertanya tentang pencegahan infeksi pada luka anaknya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
04/02/2021 1 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya masih rewel, sering menangis, merasa nyeri di luka
bagian kepala sebelah kiri
O:
K/U : lemah’
GCS : 456
TTV :
Nadi : 105 x/m
Suhu : 36,7º C
RR : 24x/m
P : nyeri luka nyeri seperti teriris
R :Kepala sebelah kanan ± 5 cm
S:5
T : terus menerus
Anak tampak menangis, rewel’ Anak tampak gelisah
Anak tampak sering terbangun saat istirahat
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya masih rewel, sering menangis, merasa nyeri di luka
bagian kepala sebelah kiri
O:
Luka tampak bersih
Tidak tampak tanda-tanda infeksi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan
3 S:
Ibu klien mengatakan cemas sedikit berkurang karena sudah mendapatkan penjelasan
dari perawat
O:
Ibu klien tampak sedikit rileks
A:
Masalah belum teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
05/02/2021 1 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah sedikit tenang dan tidak menangis lagi
O:
K/U : baik
GCS : 456
TTV :
Nadi : 110 x/m
Suhu : 36,2º C
RR : 23x/m
P : nyeri luka nyeri seperti teriris
R :Kepala sebelah kanan ±5 cm
S:3
T : terus menerus
Anak tampak tenang tidak rewel
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 S:
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah sedikit lebih tenang tidak rewel
O:
Luka tampak bersih
Tidak tampak tanda-tanda infeksi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
3 S:
Ibu klien mengatakan cemas berkurang karena sudah mendapatkan informasi tentang
luka dari petugas
O:
Ibu klien tampak rileks
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan