Pada Ny. M
Ibu Hamil Dengan Anemia
Oleh:
MELLI
211030230209
Pembimbing :
Ns. Ni Bodro Ardi, M. Kep
Oleh:
MELLI
211030230209
Pembimbing :
Ns. Ni Bodro Ardi, M. Kep
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut Pratami (2016) anemia dalam kehamilan didefenisikan
sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0
g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga
parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11
g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada
akhir trimester pertama dan <10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga menjadi
batas bawah untuk menjadi penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai – nilai ini
kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang mendapat
suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada
trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo, 2010).
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34
dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan
estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan
aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan
eritrosit (Prawirohardjo, 2010)
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara
5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa
nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum diketahui.
Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan
yang berat (Prawirohardjo, 2010).
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan dilepasnya
cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena
kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia hemolitik.
Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memeliki efek penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat
sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama
anemia megabolik pada kehamilan
c. Anemia Plastik
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infar pulmonal,
pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian janin.
Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat,
terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Beat
lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan
kematian janin tinggi. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah
menurun dari sekitar 33% menjadi 1,5% pada masa kini karena perbaikan
pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi darah profilaktin belum terbukti
efektifnya walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil yang
memuaskan.
3. Etiologi / Penyebab
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil sebagai
berikut :
a. Kelelahan
b. Penurunan energy
c. Sesak nafas
h. Sakit kepala
j. Rambut rontok
k. Malaise
5. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010).
6. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu
hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko
terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau
ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama
yang berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu
dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi
plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang
dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan
perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera
setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan
resiko terjadinya infeksi payudara.
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga
membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan
plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin
adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat
badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko
infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi
rendah
7. Respon Tubuh
Menurut Pratami (2016) pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya
ibu hamil tersebut lebih sensitif dan merasa cemas dengan keadaannya dan
janinnya karena sangat berbahaya, contonya bagi ibu bisa menyebabkan
abortus, persalinan prematur, peningkatan terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl.
8. Penatalaksanaan
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan peningkatan
kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan tersebut
juga mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu yang
mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat, baik harian maupun
intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat
besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi
meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek
saamping, seperti mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang
menderita anemia berat mungkin memerlukan tranfusi darah, yang
terkadang tidak memberi peningkatan kondisi yang signifikan. Selain itu,
tranfusi darah juga menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun janin
(Pratami, 2016).
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari
10,0 g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama
hamil dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi
pada ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai
dengan kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi
zat besi yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan
mencegah kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika
sedang hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang
dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin
adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam
besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi
setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi
kandungan zat besi (Proverawati, 2011).
B. KONSEP ASUHAHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata berkunang-
kunang
c. Riwayat kesehatan
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi menurun,
pernapasan lambat.
- Kepala
- Mata
Biasanya konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik
- Mulut
- Abdomen
2). Ekstremitas
CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada udema, dan akral
biasanya dingin
f. Pemeriksaan Laboraturium
DO :
1. Pasien tampak gelisah.
2. Pasien tampak pucat
3. Pasien tampak takut
HB = 8,6 mg/dL
3. DS : Kekhawatiran Ansietas
1. Pasien mengatakan bingung mengalami ( D. 0080)
dan khawatir dengan akibat kegagalan
dari kondisi yang dialami
2. Pasien mengeluh pusing dan
mual muntah
3. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
4. Pasien merasa tidak berdaya
DO :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak tegang
3. Pasien sulit tidur
4. Pasien tampak pucat
5. Pasien berorientasi pada
masa lalu
TD: 80/60 mmHg
ND: 68x/mnt
5. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)
berhubungan asuhan Observasi
dengan factor keperawatan Identifikasi status nutrisi
psikologis selama 2×24 jam, Identifikasi alergi dan intoleransi
(keengganan diharapkan status makanan
untuk makan). nutrisi membaik Identifikasi makanan yang disukai
(D.0019) dengan kriteria Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
hasil: nutrient
Porsi makanan Identifikasi perlunya penggunaan selang
yang dihabiskan, nasogastrik
kekuatan otot Monitor asupan makanan
pengunyah, Monitor berat badan
kekuatan otot Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan
meningkat Terapeutik
(L.03030) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan jika perlu
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif , sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, Wahyuddin, 2014, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian
Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal Medika Nusantara.
Vol. 25 No. 2.
Aryanti Wardiah, Sumini Setiawati, Riyani, Riska Wandiri, Lidya Aryanti. (2013). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013. Bandarlampung:
PSIK Universitas Malahayati.
Darlina. (2011). Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil di Bogor. Bandung: Media Gizi
dan Keluarga.
Cunninggham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse & Spong. (2013). Obstetri Williams. Jakarta:
EGC.
Farsi, Y., Brooks, D., Werler, M., Cabral, H., Al-Syafei, M., & Wallenburg,
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Manuaba, I. B. G. (2012). Buku Ajar Phantom Obstetri. Jakarta: Trans Info Media.
Mansjoer, Arif. (2013). Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan Ilmu dan Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Noverstiti, Elsy. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang
tahun 2012. STIKES Peringsewu Lampung.
Saifuddin, A. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR Dan
Yayasan Bina Pustaka.
Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir
tahun 2012. Jakarta: FK UI.
Nurjanah Siti., Siti Chadlilorul Qudsiah, Herry Suswanti Djarot. (2012). Hubungan Antara
Paritas dan Umur dengan Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Tahun 2012.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ridayanti. (2012). Hubungan tingat pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia Pada
Kehamilan di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Yogyakarta: UMY.
Suheimi, M. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia
pada Kehamilannya Di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Jurnal.
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.
Oleh:
MELLI
211030230209
Pembimbing :
Ns. Ni Bodro Ardi, M. Kep
1. - - - - - - -
5. Mengikuti kelas prenatal : Ibu mengatakan tidak tahu apa itu kelas prenatal, tapi
selama hamil selalu memeriksakan diri secara teratur di Poliklinik Ikhlas Medika 2
6. Jumlah kunjungan selama kehamilan ini : 2 kali .
7. Masalah kehamilan yang lain
a. Trimester I : Mual, muntah, pusing, lemas, tidak terdapat tekanan darah tinggi,
tidak terjadi oedema tungkai.
b. Trimester II : Mual, muntah, pusing lemas, tidak nafsu makan, darah rendah
dan pingsan.
c. Trimester III : (-)
8. Masalah kehamilan sekarang
Ibu mengatakan setelah sadar dari pingsan iya suka mengeluh pusing, lemas, mual,
muntah, tidak nafsu makan, dan darah nya rendah.
9. Kontrasepsi yang pernah dipakai dan masalah yang pernah dialami selama
penggunaan alat kontrasepsi : Tidak ada. Rencana kontrasepsi setelah kehamilan ini :
Implant.
10. Makanan bayi sebelumnya
Ibu belum pernah melahirkan, ini anak kedua ibu, setelah ia mengalami abortus pada
usia kehamilan 4 mgg pada tahun 2018.
11. Masalah persalinan yang lalu : Ibu belum pernah melahirkan.
H. Data psikososial
1. Penghasilan keluarga tiap bulan
Ny.M mengatakan suaminya bekerja sebagai OB disalah satu Mall yang ada di
Tangerang Selatan tidak ada masalah tentang keuangan karena suaminya mendapat
gajih standart UMR
2. Bagaimana perasaan anda terhadap kehamilan sekarang
Ny.M mengatakan kehamilan ini ditunggu-tunggu, anak yang akan dilahirkan sangat
berarti bagi dia dan suaminya.
3. Bagaimana perasaan pasangan terhadap kehamilan sekarang
Suaminya sangat mengharapkan kelahiran anaknya yang sekarang, setelah istrinya
mengalami keguguran di tahun 2018.
DO :
1. Ny.M tampak gelisah.
2. Ny.M tampak pucat
3. Ny.M tampak takut
HB = 8,6 mg/dL
3. DS : Kekhawatiran Ansietas
1. Ny.M mengatakan mengalami ( D. 0080)
bingung dan khawatir dengan kegagalan
akibat dari kondisi yang
dialami
2. Ny.M mengeluh pusing
dan mual muntah
3. Ny.M mengatakan tidak
nafsu makan
4. Ny.M merasa tidak
berdaya
DO :
1. Ny. M tampak gelisah
2. Ny.m tampak tegang
3. Ny.M sulit tidur
4. Ny.M tampak pucat
5. Ny.M berorientasi pada masa
lalu
TD: 80/60 mmHg
ND: 68x/mnt
K. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Ketidaktahuan tentang manfaat zat besi
(D.0111)
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan (D. 0080)
4. Rencana Asuhan Keperawatan