Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN SYNDROM NEFROTIK

Disusun oleh : kelompok 1

Dedek Destia

Yulia Zahra

Zilla Yusfida

Afriyanti

Nurl Fazilla

Muharir Reza

Haris Zakiyanda

Semester : VC

Dosen Pembimbing : Ns. Mini Hariyanti, M. Kep

S1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun serahkan kepada Allah swt. karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya. Penyusun telah dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Syndrome Nefrotik”. Selawat
beriring salam penyusun sampaikan kepangkuan Rasulullah Muhammad saw.
yang telah mengantarkan umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan penyusunan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca.

Lhokseumawe, 16 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi Sindrom Nefrotik..............................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................4
2.5 Klasifikasi.......................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................8
2.8 Komplikasi.....................................................................................................8
2.9 Pengobatan.....................................................................................................9
2.10 Asuhan Keperawatan..................................................................................10
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai
organ pengatur keseimbanngan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak
berguna serta bersifat toksit. Fungsi ginjal yang terpenting adalah untuk
mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal didalam tubuh, hal ini
dilakukan dengan cara mengekskresikan zat-zat yang tidak diperlukan lagi
melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorsi dan sekresi tubulus. Sindrom nefrotik
merupakan salah satu penyakit ginjal yang dijumpai pada anak, merupakan suatu
kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria massif,
hipoalbuminemia serta edema. Sekitar 90% kasus anak merupakan sindrom
nefrotik primer. Sindrom nefrotik paling banyak ditemukan adalah jenis kelainan
minimal yaitu sekitar 76%. Pasien yang menderita sindrom nefrotik untuk
pertama kalinya sebagian besar datang kerumah sakit dengan gejala edema. Pada
pasien anak dengan sindrom nefrotik biasanya akan didapatkan kenaikan berat
badan yang dapat mencapai hingga 50% dari berat badan sebelum menderita
sindrom nefrotik. Hal tersebut terjadi karena timbulnya proses edema yang
merupakan salah satu gambaran klinis dari sindrom nefrotik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sindrom Nefrotik?
2. Apa penyebab Sindrom Nefrotik?
3. Bagaimana patofisiologi Sindrom Nefrotik?
4. Apa saja manifestasi klinis Sindrom Nefritik?
5. Bagaimana klasifikasi Sindrom Nefrotik?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Sindrom Nefrotik?
7. Bagaimana penatalaksanaan Sindrom Nefrotik?
8. Apa saja komplikasi Sindrom Nefrotik?
9. Bagaimana pengobatan Sindrom Nefrotik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Sindrom Nefrotik?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Sindrom Nefrotik
2. Untuk mengetahui apa penyebab Sindrom Nefrotik
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Sindrom Nefrotik
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis Sindrom Nefritik
5. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi Sindrom Nefrotik
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Sindrom Nefrotik
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi Sindrom Nefrotik
9. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan Sindrom Nefrotik
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
Sindrom Nefrotik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sindrom Nefrotik


Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai
pada anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
ptotein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/kg atau dipstick ≥2+),
hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema dan dapat disertai hyperlipidemia >200 mg/dl,
terkait kelainan glomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak diketahui.

Sindrom nefrotik (SN) adalah sindrom klinis akibat perubahan selektifitas


permeabilitas dinding kapiler glomerulus sehingga protein dapat keluar melalui
urin.

2.2 Etiologi
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap
sebagai suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi.
Umunnya dibagi menjadi 4 kelompok :

1. Sindroma nefrotik bawaan.


Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen
resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik.
2. Sindroma nefrotik sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasite
malaria, penyakit kolagen, thrombosis vena radialis, pemajangan bahan
kimia(trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amyloidosis
dan lain-lain)
3. Sindroma nefrotik idiopati
Berdasarkan hispatologi sindrom nefrotik idiopati dibagi menjadi beberapa
golongan :
a. Kelainan minimal
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefrotis poliferatif

3
4. Glumerolosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang sangat mencolok sclerosis glomerulus. Sering
disertai atrof trubulus dan prognosis yang buruk.

2.3 Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari  proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke
dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler  berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia.

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi


dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon
ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari


peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau
penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya
produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hyperlipidemia.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Edema
b. Proteinuria
c. Hipoalbumunemia
d. Hiperkolestronemia
e. Oliguria
f. Beta 1C globin (C3) normal

4
2.5 Klasifikasi
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Sindrom nefrotik primer atau Idiopatik


Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik
ini secara  primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa
ada penyebab lain. Sekitar 90% anak dengan sindrom nefrotik merupakan
sindrom nefrotik idiopatik. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer
adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik
yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit
ini diturunkan secara resesif autosom   atau karena reaksi fetomaternal.
Resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa
neonatus. Pencangkokan ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak
berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya (Kliegman et al., 2007).
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer
dikelompokkan menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of
Kidney  Disease in Children). Kelainan glomerulus ini sebagian besar
ditegakkan melalui  pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila
diperlukan, disempurnakan dengan  pemeriksaan mikroskop elektron dan
imunofluoresensi (Bagga dan Mantan, 2005). Tabel di bawah ini
menggambarkan klasifikasi histopatologik sindrom nefrotik pada anak
berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi ISKDC.
Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya
berupa sindrom nefrotik tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi
sindrom nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih sedikit dibandingkan
pada anak-anak (Kliegman et al., 2007).
b. Sindrom nefrotik sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai
akibat dari  berbagai sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering
dijumpai antara lain : (Eddy dan Symons, 2003).
 Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis,
sindrom Alport, miksedema

5
 Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis,
streptokokus, AIDS
 Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid,
racun serangga, bisa ular
 Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus
sistemik,  purpura Henoch-Schönlein, sarkoidosis
 Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya
penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan penunjang berikut yaitu :

a. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi
dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang
dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh glomerulonefritis,
pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan,
menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. pH lebih besar
dari 7 ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan
gagal ginjal kronis (GGK). Protein urin meningkat (nilai normal negatif).
Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria
berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
b. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit,
leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
c. Pengukuran protein urin

6
dilakukan melalui timed collection atau single  spot collection Timed
collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7
pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total
protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria
diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein
urin. dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per
hari sebanyak ≥ 3g 
d. Albumin serum 
Kualitatif : ++ sampai ++++
Kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen
ESBACH)
e. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
f. USG renal
Periksa tanda-tanda glomerulusnefritis kronis
g. Biopsy ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia> 8
tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat
manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui
asalnya,  biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis.Penegakan diagnosis
patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki
pengobatan dan prognosis yang  berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap
steroid
h. Pemeriksaan darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat
menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan dan  penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :

7
kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada  pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun
(N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2
globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9
gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml), rasio
albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120
mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.

2.7 Penatalaksanaan
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi
pengaturan diit,  penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan
edukasi orangtua (Trihono et al., 2008). Sebelum pengobatan steroid dimulai,
dilakukan pemeriksaan pemeriksaan  berikut: (Trihono et al., 2008)
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik,
seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schonlein
d. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun cacingan. Setiap
infeksi  perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai.
e. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH
selama 6  bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT).
Perawatan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal
ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik
disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh
sekolah (Trihono et al., 2008).

2.8 Komplikasi
Komplikasi sindrom nefrotik mencakup infeksi akibat defisiensi respon
imun, tromboembolisme (terutama vena renal), embnoli pulmoner, dan

8
peningkatan terjadinya aterosklerosis.(Smeltzer, SC, Bare BG, 2002: 1442).
Adapun komplikasi secara umum dari sindrom nefrotik adalah :
a. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena)
c. Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan)
d. Kerusakan kulit
e. Infeksi sekunder karena imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia
f. Peritonitis.

2.9 Pengobatan

a. Diuretik yang berfungsi untuk membuang cairan yang berlebihan dari


dalam tubuh melalui urine.
b. Obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
c. Obat antikoagulan yang digunakan untuk menurunkan risiko
penggumpalan darah.
d. Steroid untuk menangani peradangan atau glomerulonefritis perubahan
minimal.
e. Imunosupresan yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dan menekan
respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh.
f. Penisilin untuk menekan risiko infeksi dalam tubuh.
Untuk penderita glomerulonefritis perubahan minimal, 90 persen
penderitanya dapat diobati secara efektif dengan steroid dalam waktu 6-8 minggu.
Bagi anak yang mengidap sindrom nefrotik bawaan atau kongenital,
dokter akan memberikan albumin melalui infus. Dokter juga mungkin akan
menyarankan dialisis atau cuci darah, operasi pengangkatan atau transplantasi
ginjal sebagai  pengobatan.
Tingkat kesembuhan dari kondisi ini sangat bergantung pada penyebab,
tingkat keparahan, dan respon tubuh terhadap pengobatan. Umumnya anak-anak
dapat sembuh dari kondisi ini walau sekitar 70 persen kembali mengalaminya lagi
di masa depan.

9
2.10 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahap proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian. Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien anak dengan sindrom
nefrotik (Donna L. Wong, 2004 : 550) sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
3. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
 Penambahan berat badan
 Edema
 Wajah sembab khususnya di sekitar mata timbul pada saat bangun pagi
dan berkurang pada siang hari Pembengkakan abdomen (asites)
 Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
 Pembengkakan labial (scrotal)
 Edema mukosa usus yang menyebabkan :
- Diare
- Anoreksia
- Absorbsi usus buruk
 Peka rangsangan
 Mudah lelah
 Letargi
 Tekanan darah normal atau sedikit menurun
 Kerentanan terhadap infeksi
 Perubahan urin :
- Penurunan volume
- Gelap
- Berbau buah

10
b. Diagnosa keperawatan
1. Risiko infeksi
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit

c. Intervensi keperawatan

Diagnosa Perencanaan keperawatan


Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC
Immune status Infection control
Definisi : Knowledge : infection 1. Membersihkan lingkungan
peningkatan risiko control setelah dipakai klien
masuknya organisme Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
pathogen Kriteria hasil : 3. Batasi pengunjung bila
1. Klien bebas dari perlu instruksikan pada
tanda dan gejala pengunjung untuk mencuci
infeksi tangan saat berkunjung
2. Mendeskripsikan dan setelah berkunjungan
proses penularan 4. Gunakan baju, sarung
penyakit, fsktor tangan sebagai alat
yang pelindung diri
mempengaruhi 5. Pertahakan lingkungan
penularan serta aseptic selama
penatalaksanaanya pemasangan alat
3. Menunjukkan 6. Ganti letak IV perifer dan
kemampuan untuk line central dan dressing
mencegah sesuai dengan petunjuk
timbulnya infeksi umum
4. Jumlah leukosit 7. Gunakan kateter intermiten
dalam batas normal untuk menurunkan infeksi
5. Menunjukkan kandung kemih

11
perilaku hidup 8. Tingkatkan intake nutrisi
sehat 9. Berikan terapi antibiotic
bila perlu

Infection protecrion
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitoring tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitoring hitung
granulosiy, WBC
3. Monitoring kerentangan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Pertahankan teknik
aspesisi pada pasien yang
berisiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidermis
9. Inspeksi kondisi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
11. Dorong masukan cairan
12. Dorong nutrisi yang cukup
13. Dorong istirahat

12
14. Indtruksi pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghimdari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
Kelebihan volume NOC : NIC :
cairan Elektrolit dan acid Fluid management
base balance 1. Timbang popok/pembalut
Fluid balance bila perlu
Hydration 2. Perhatankan cairan intake
Kriteria hasil : dan output yang akurat
1. Terbebas dari 3. Pasang urin kateter jika
edema, efusi, diperlukan
anaskara 4. Monitor hasil IAb yang
2. Bunyi nafas bersih, sesuai dengan retensi
tidak ada cairan (BUN, Hmt,
dypsneu/ortopneu osmolalitas urin)
3. Terbebas dari 5. Monitor status
distensi vena hemodinamik termasuk
jugularis, reflek CPV, MAP, PAP, dan
hepatojugularis (+) PCWP
4. Memelihara 6. Monitor vital sigh
tekanan vena 7. Monitor indikasi
sentral, tekanan retensi/kelebihan cairan
kapiler paru, (carcles, CPV, edema,
output jantung dan distensi vena leher, asites)
vital sigh dalam 8. Kaji lokasi dan luas edema

13
batas normal 9. Maonitor masukan
5. Terbebas dari makanan / cairan dan
kelelahan, hitung intake kalori harian
kecemaasan atau 10. Monitor status nutrisi
kebingungan 11. Kolaborasi pemberian
6. Menjelaskan diuretic sesuai intruksi
indicator kelebihan 12. Batasi masukan cairan pada
cairan keadaan hipinatremi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l
13. Kolaborasi dokter bila ada
tanda cairan berlebih
muncul memburuk

Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
factor risiko dari
ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi
douretik, kelainan real,
gagal jantung, diaprosis
disfungsi hati, dll)
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan
elektrolit urine
5. Monitor serum dan
osmilalitas urine
6. Monitor BP, HR, RR
7. Monitor tekanan darah

14
orthostatic dan perubahan
irama jantung
8. Monitor parameter
hemodinamik infesif
9. Catat secata akutar intake
dan output
10. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
11. Monitor tanda dan gejala
edema
Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissue integrity : skin Pressure Management
and mucous 1. Anjurkan pasien untuk
membranes menggunakan pakaian
Kriteria hasil : longgar
1. Integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur agar tetap
dipertahankan bersih dan kering
(sensasi elastisitas, 3. Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi 4. Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
3. Perkusi jaringan 5. Oleskan lotion atau
baik minya/baby oil pada daerah
4. Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam 6. Monitor aktivitas dan
proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit dan mencegah 7. Monitor status nutrisi
terjadinya secara pasien
berulang 8. Memandikan pasien
5. Mampu dengan sabun dan air

15
melindungi kulit hangat.
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai
pada anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
ptotein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/kg atau dipstick ≥2+),
hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema dan dapat disertai hyperlipidemia >200 mg/dl,
terkait kelainan glomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak diketahui.

Penyebab nya dibagi menjadi dua adalah primer, yaitu berkaitan dengan
berbagai penyakit ginjal dan sekunder, yaitu yang diakibatkan oleh infeksi,
penggunaan obat dan penyakit sisteik lainnya. Penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui dan biasanya juga disebut autoimun.

18
DAFTAR PUSTAKA

LeMone, Priscilla, Burke, M Karen, Gerena. 2016 Buku Ajar Keperawatan


Medical Bedah, Vol. 4 Edisis 5. Jakarta : EGC

http://repository.unisba.ac.id/bitsream/hndle/123456789/8313/kharisma_mak_tinj
auan_penyakit_sindrom_nefrotik_2017_sv.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://repository.ump.ac.id/3917/3/LINDA%20DWI%20MAHARANI%20BAB
%20II.pdf

http://id.scribd.com/document/269872029/WOC-sindrom-nefrotik

http://enpints.undip.ac.id/44647/3/Bab_2_-_Bab_II_Tinjauan_Pustaka.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai