Dedek Destia
Yulia Zahra
Zilla Yusfida
Afriyanti
Nurl Fazilla
Muharir Reza
Haris Zakiyanda
Semester : VC
S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi Sindrom Nefrotik..............................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................4
2.5 Klasifikasi.......................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................8
2.8 Komplikasi.....................................................................................................8
2.9 Pengobatan.....................................................................................................9
2.10 Asuhan Keperawatan..................................................................................10
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai
organ pengatur keseimbanngan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak
berguna serta bersifat toksit. Fungsi ginjal yang terpenting adalah untuk
mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal didalam tubuh, hal ini
dilakukan dengan cara mengekskresikan zat-zat yang tidak diperlukan lagi
melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorsi dan sekresi tubulus. Sindrom nefrotik
merupakan salah satu penyakit ginjal yang dijumpai pada anak, merupakan suatu
kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria massif,
hipoalbuminemia serta edema. Sekitar 90% kasus anak merupakan sindrom
nefrotik primer. Sindrom nefrotik paling banyak ditemukan adalah jenis kelainan
minimal yaitu sekitar 76%. Pasien yang menderita sindrom nefrotik untuk
pertama kalinya sebagian besar datang kerumah sakit dengan gejala edema. Pada
pasien anak dengan sindrom nefrotik biasanya akan didapatkan kenaikan berat
badan yang dapat mencapai hingga 50% dari berat badan sebelum menderita
sindrom nefrotik. Hal tersebut terjadi karena timbulnya proses edema yang
merupakan salah satu gambaran klinis dari sindrom nefrotik.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Sindrom Nefrotik
2. Untuk mengetahui apa penyebab Sindrom Nefrotik
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Sindrom Nefrotik
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis Sindrom Nefritik
5. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi Sindrom Nefrotik
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Sindrom Nefrotik
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi Sindrom Nefrotik
9. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan Sindrom Nefrotik
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
Sindrom Nefrotik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap
sebagai suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi.
Umunnya dibagi menjadi 4 kelompok :
3
4. Glumerolosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang sangat mencolok sclerosis glomerulus. Sering
disertai atrof trubulus dan prognosis yang buruk.
2.3 Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke
dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia.
4
2.5 Klasifikasi
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
5
Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis,
streptokokus, AIDS
Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid,
racun serangga, bisa ular
Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus
sistemik, purpura Henoch-Schönlein, sarkoidosis
Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.
a. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi
dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang
dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh glomerulonefritis,
pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan,
menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. pH lebih besar
dari 7 ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan
gagal ginjal kronis (GGK). Protein urin meningkat (nilai normal negatif).
Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria
berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
b. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit,
leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
c. Pengukuran protein urin
6
dilakukan melalui timed collection atau single spot collection Timed
collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7
pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total
protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria
diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein
urin. dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per
hari sebanyak ≥ 3g
d. Albumin serum
Kualitatif : ++ sampai ++++
Kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen
ESBACH)
e. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
f. USG renal
Periksa tanda-tanda glomerulusnefritis kronis
g. Biopsy ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia> 8
tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat
manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui
asalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis.Penegakan diagnosis
patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki
pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap
steroid
h. Pemeriksaan darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat
menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :
7
kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun
(N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2
globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9
gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml), rasio
albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120
mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.
2.7 Penatalaksanaan
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi
pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan
edukasi orangtua (Trihono et al., 2008). Sebelum pengobatan steroid dimulai,
dilakukan pemeriksaan pemeriksaan berikut: (Trihono et al., 2008)
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik,
seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schonlein
d. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun cacingan. Setiap
infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai.
e. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH
selama 6 bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT).
Perawatan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal
ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik
disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh
sekolah (Trihono et al., 2008).
2.8 Komplikasi
Komplikasi sindrom nefrotik mencakup infeksi akibat defisiensi respon
imun, tromboembolisme (terutama vena renal), embnoli pulmoner, dan
8
peningkatan terjadinya aterosklerosis.(Smeltzer, SC, Bare BG, 2002: 1442).
Adapun komplikasi secara umum dari sindrom nefrotik adalah :
a. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena)
c. Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan)
d. Kerusakan kulit
e. Infeksi sekunder karena imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia
f. Peritonitis.
2.9 Pengobatan
9
2.10 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahap proses keperawatan.
Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian. Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien anak dengan sindrom
nefrotik (Donna L. Wong, 2004 : 550) sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
3. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
Penambahan berat badan
Edema
Wajah sembab khususnya di sekitar mata timbul pada saat bangun pagi
dan berkurang pada siang hari Pembengkakan abdomen (asites)
Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
Pembengkakan labial (scrotal)
Edema mukosa usus yang menyebabkan :
- Diare
- Anoreksia
- Absorbsi usus buruk
Peka rangsangan
Mudah lelah
Letargi
Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Kerentanan terhadap infeksi
Perubahan urin :
- Penurunan volume
- Gelap
- Berbau buah
10
b. Diagnosa keperawatan
1. Risiko infeksi
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
c. Intervensi keperawatan
11
perilaku hidup 8. Tingkatkan intake nutrisi
sehat 9. Berikan terapi antibiotic
bila perlu
Infection protecrion
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitoring tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitoring hitung
granulosiy, WBC
3. Monitoring kerentangan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Pertahankan teknik
aspesisi pada pasien yang
berisiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidermis
9. Inspeksi kondisi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
11. Dorong masukan cairan
12. Dorong nutrisi yang cukup
13. Dorong istirahat
12
14. Indtruksi pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghimdari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
Kelebihan volume NOC : NIC :
cairan Elektrolit dan acid Fluid management
base balance 1. Timbang popok/pembalut
Fluid balance bila perlu
Hydration 2. Perhatankan cairan intake
Kriteria hasil : dan output yang akurat
1. Terbebas dari 3. Pasang urin kateter jika
edema, efusi, diperlukan
anaskara 4. Monitor hasil IAb yang
2. Bunyi nafas bersih, sesuai dengan retensi
tidak ada cairan (BUN, Hmt,
dypsneu/ortopneu osmolalitas urin)
3. Terbebas dari 5. Monitor status
distensi vena hemodinamik termasuk
jugularis, reflek CPV, MAP, PAP, dan
hepatojugularis (+) PCWP
4. Memelihara 6. Monitor vital sigh
tekanan vena 7. Monitor indikasi
sentral, tekanan retensi/kelebihan cairan
kapiler paru, (carcles, CPV, edema,
output jantung dan distensi vena leher, asites)
vital sigh dalam 8. Kaji lokasi dan luas edema
13
batas normal 9. Maonitor masukan
5. Terbebas dari makanan / cairan dan
kelelahan, hitung intake kalori harian
kecemaasan atau 10. Monitor status nutrisi
kebingungan 11. Kolaborasi pemberian
6. Menjelaskan diuretic sesuai intruksi
indicator kelebihan 12. Batasi masukan cairan pada
cairan keadaan hipinatremi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l
13. Kolaborasi dokter bila ada
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
factor risiko dari
ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi
douretik, kelainan real,
gagal jantung, diaprosis
disfungsi hati, dll)
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan
elektrolit urine
5. Monitor serum dan
osmilalitas urine
6. Monitor BP, HR, RR
7. Monitor tekanan darah
14
orthostatic dan perubahan
irama jantung
8. Monitor parameter
hemodinamik infesif
9. Catat secata akutar intake
dan output
10. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
11. Monitor tanda dan gejala
edema
Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissue integrity : skin Pressure Management
and mucous 1. Anjurkan pasien untuk
membranes menggunakan pakaian
Kriteria hasil : longgar
1. Integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur agar tetap
dipertahankan bersih dan kering
(sensasi elastisitas, 3. Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi 4. Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
3. Perkusi jaringan 5. Oleskan lotion atau
baik minya/baby oil pada daerah
4. Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam 6. Monitor aktivitas dan
proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit dan mencegah 7. Monitor status nutrisi
terjadinya secara pasien
berulang 8. Memandikan pasien
5. Mampu dengan sabun dan air
15
melindungi kulit hangat.
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai
pada anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
ptotein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/kg atau dipstick ≥2+),
hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema dan dapat disertai hyperlipidemia >200 mg/dl,
terkait kelainan glomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak diketahui.
Penyebab nya dibagi menjadi dua adalah primer, yaitu berkaitan dengan
berbagai penyakit ginjal dan sekunder, yaitu yang diakibatkan oleh infeksi,
penggunaan obat dan penyakit sisteik lainnya. Penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui dan biasanya juga disebut autoimun.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unisba.ac.id/bitsream/hndle/123456789/8313/kharisma_mak_tinj
auan_penyakit_sindrom_nefrotik_2017_sv.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://repository.ump.ac.id/3917/3/LINDA%20DWI%20MAHARANI%20BAB
%20II.pdf
http://id.scribd.com/document/269872029/WOC-sindrom-nefrotik
http://enpints.undip.ac.id/44647/3/Bab_2_-_Bab_II_Tinjauan_Pustaka.pdf
19