Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEP BATU SALURAN KEMIH

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. ADELITA LASARU (1901017)

2. PRISCILIA ONAS (1901023)

3. REGINA KANTOHE (1901025)

4. MAYA BUKAPINTU (1901024)

5. NELIATI KATEMUNG (1901012)

KELAS: KEPERAWATAN III A

POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


TAHUN 2019/2020

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Malaria. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah KMB
I

Kami berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Makalah Batu Saluran Kemih. Akhir
kata, mungkin dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran
tentunya kami sangat harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan. Akhirnya saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

2
Daftar isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5
BAB II ISI..................................................................................................................................6
2.1 Definisi Batu Saluran Kemih............................................................................................6
2.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih.......................................................................................6
2.3 Etiologi Batu Saluran Kemih............................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................................11
2.5 Patofisiologi....................................................................................................................12
2.6 Komplikasi....................................................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................13
2.8 Penatalaksanaan Medis...................................................................................................13
2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..............................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................25
3.2 Saran...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih
jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
(Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna,
baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-
laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan
usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.

Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran
kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan kerusakan
atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal
(Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan
akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati
obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo,
2011).

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Batu saluran kemih?

2. Bagaimana klasifikasi dari Batu saluran kemih?

3. Apa etiologi dari Batu saluran kemih

4. Bagaimana patofisiologi dari Batu saluran kemih?

5. Apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih?

6. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran kemih?

7. Apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih?

8. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Batu saluran kemih

2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Batu saluran kemih

3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Batu saluran kemih

4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Batu saluran kemih

5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih

6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran
kemih

7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih

8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemi

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang
berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh
atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).

Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi)
(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).

Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di
dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis, urolithiasis,
atau renal calculi.

2.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing,
dan buku Basuki B Purnomo, adalah:

1. Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau
kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran
yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.

Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :

a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh


komponen:

6
1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau
pada tumor paratiroid

2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome,
sarcoidosis

3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal

b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai
pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan
pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft
drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam

c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat
atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini
dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic
golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.

d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena


didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan kalsium oksalat

2. Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah
urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-
kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus

3. Batu asam urat

Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:

a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung
purine, peminum alcohol.

b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.

c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam
urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
7
4. Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi pengahambat


atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia

5. Batu xanthine

Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.

2. 3 Etiologi Batu Saluran Kemih

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

a) Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik
adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

a. Heriditer/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG).
ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam
air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan,
menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan
batu saluran kemih antara lain:

1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan
kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan
fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.

2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah hiperkalsiuria
dan nefrokalsinosis.

b. Umur

Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

c. Jenis kelamin

Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering
terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran kemih yang
8
sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru per
tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati.
Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu
saluran kemih pada wanita dan anak-anak.

b) Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi, iklim,
serta gaya hidup seseorang.

a. Geografi

Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau
daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih di suatu
tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti
kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor
intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.

b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan tingginya batu
saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan batu
saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan
konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan
kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut. Pembentukan batu
juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan
kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi
air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air
kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses
kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan

9
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet berbagai
makanan dan minuman mempengaruh tinggi rendahnya jumlah air kemih dan substansi
pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.

e. Jenis pekerjaan

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang
yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses metabolisme
tubuh1.

f. Stres

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu
saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang
stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul
batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih jarang terjadi pada orang yang
bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh tubuh
maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan
59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun,
kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat
timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat
mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat
terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih

Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada batu
kalsium oksalat).

10
2. 4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan
merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik).
Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :

1. Rasa Nyeri

Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka dapat
disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien
yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine
yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah.

2. Demam

Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..

3. Infeksi

Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena
kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

4. Hematuria dan Kristaluria

Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria dan
kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih, sedangkan
kristaluria adalah air kemih yang berpasir.

5. Mual dan Muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

11
2. 5 Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan
batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat
dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu
yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma
pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.

2. 6 Komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu.

2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu ginjal.

2. 7 Pemeriksaan Penunjang
12
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.

b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.

d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.

e. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

f. Darah lengkap :

Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.

Sel darah merah : biasanya normal.

Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

g. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.

h. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul.

i. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

2. 8 Penatalaksanaan Medis

.Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi
obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa,
pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan
terbuka

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh

13
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :

1. Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti
bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat :
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging,
sarden, keju dan sari buah.

2. Batu asam urat

Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-
lain.

3. Batu struvite

Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.

4. Batu cystin

Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4
liter/hari serta olahraga yang teratur.

b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan
batu berikutnya

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
14
d. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-


uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.

e. Tindakan Operasi

Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu
secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon
terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari
tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal

b) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter

c) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica
urinaria

d) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

15
2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri dari :

a. Identitas Klien

Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran
kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan
dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK)
menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga

d. Riwayat psikososial

Adakah ditemukan depresi, marah atau stress

e. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya

2. Sirkulasi

Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan hangat; pucat.

16
3. Eliminasi

Gejala :

a) Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)

b) Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.

c) Rasa terbakar, dorongan berkemih

d) Diare

Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih

4. Makanan / cairan

Gejala :

a) Mual / muntah, nyeri tekan abdomen

b) Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat

c) Ketidak cukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup

Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.

5. Nyeri / Kenyamanan

Gejala :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh
pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan turun
ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjulkkan kalkulus ada di pelvis
atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.

Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

6. Keamanan

Gejala : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.

7. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala :

a) Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis

b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme

17
c) Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin

- Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Gangguan eliminasi urin

3. Resiko ketidakseimbangan cairan

1. Nyeri akut- D007

Diagnosis Kep (SDKI) Luaran & Kriteria Intervensi (SIKI)


(SLKI)

Nyeri akut (D.0077 Tingkat nyeri (L)- Manajemen nyeri (I-


080666) 03119)
Kategori : Psikologis
Ekspetasi : Meningkat Observasi:
Subkategori :Nyeri dan Kriteria hasil :
kenyamanan - Identifikasi
Definisi : 1. Kemampuan lokasi,karakteristik,d
Pengalaman sensorik atau
menuntaskan urasi,
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktivitas Frekuensi,kualitas,in
aktual atau fungsional, meningkat tesitas nyeri
dengan onset mendadak 2. Keluhan nyeri - Identifikasi skala
atau lambat dan berintensitas meringis nyeri
ringan hingga berat yang menurun - Identifikasi respons
berlangsung kurang dari 3 3. Sikap protektif nyeri non verbal
bulan
menurun - Identifikasi faktor
Penyebab :
1.Agen pencedera fisiologis 4. Gelisah yang memperberat
(mis.inflamasi,iskemia,neopla menurun dan memperingan
sma) 5. Kesulitan tidur nyeri
2.Agen pencedera kimia menurun - Identifikasi
(mis.terbakar,bahan kimia 6. Frekuensi nadi pengetahuan dan
iritan) membaik keyakinan tentang
3.Agen pencedera fisik (mis.
nyeri
4.Abses,amputasi,terbakar,
terpotong,mengangkat berat, - Identifikasi
prosedur operasi,trauma pengaruh budaya
latihan fisik berlebihan) terhadap respon
Gejala & Tanda Mayor
18
Subjektif : nyeri
1. Mengeluh nyeri - Identifikasi
Objektif : pengaruh nyeri pada
Tampak meringis
kualitas hidup
Bersikap protektif
(mis.waspada posisi - Monitor
menghindari nyeri) keberhasilan terapi
1. Gelisah komplementer yang
2. Frekuensi nadi sudah diberikan
meningkat - Monitor efek
3. Sulit tidur samping penggunaan
analgetik
Gejala & Tanda Minor
Subjektif : - Teraupetik :
Objektif :
1. Tekanan darah - Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis
2. Pola napas berubah
untuk mengurangi
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir rasa nyeri
terganggu - Kontrol lingkungan
5. Menarik diri yang memperberat
6. Berfokus pada diri rasa nyeri
sendiri - Fasilitasi istirahat
7. Diaforesis dan tidur
Kondisi Kinis Terkait : - Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
1. Kondisi pembedahan dalam pemilihan
2. Cedera traumatis strategi meredakan
3. Infeksi nyeri
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma Edukasi :

- Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
meenggukan
analgetik secara

19
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi
pemberian
analgetik,jika perlu

2. Gangguan eliminasi urine- D.0040

Diagnosis Kep (SDKI) Luaran & Kriteria (SLKI) Intervensi (SIKI)


Gangguan eliminasi Eliminasi urine L-04034 Manajemen eliminasi
urine (D.0040) urine I-04152
Ekspetasi : Membaik
Kategori : fisiologis Observasi:
Subkategori : eliminasi Kriteria hasil : - Identifikasi tanda
1. Sensasi berkemih dan gejala
Definisi : meningkat retensi/inkontinensia
Disfungsi eliminasi urine 2. Desakan berkemih urine
(urgensi) menurun - Identifikasi faktor
Penyebab : 3. Ditensi kandung yang menyebabkan
1.Penurunan kapasitas kemih menurun retensi/inkontinensia
kandung kemih 4. Berkemih tidak urine
2. Iritasi kandung kemih tuntas hesitancy - Monitor eliminasi
3.Penurunan kemampuan menurun urine
menyadari tanda tanda 5. Volume residu urine
gangguan kandung menurun Teraupetik :
kemih 6. Urine menets - Catat waktu-waktu
4.Efek tindakan medis (dribbling) dan haluaran
dan diagnostik 7. Nokturia menurun berkemih
5.Kelemahan otot pelvis 8. Mengompol menrun - Batasi acupan cairan
6.Ketidakmampuan 9. Enuresis menurun berkemih,jika perlu
mengakses toilet - Ambil sampel urine
7.Hambatan lingkungan tengah (midtream)
8.Ketidakmampuan atau kultur
mengkomunikasikan Edukasi :
kebutuhan eliminasi - Ajarkan tanda dan
20
9.Outlet kandung kemih gejala infeksi
tidak lengkap saluran kemih
10.Imaturitas - Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
Gejala & Tanda Mayor haluaran urine
Subjektif : - Ajarkan mengambil
1.Desakan berkemih spesimen urine
(urgensi) midstream
2.Urine menetes - Ajarkan mengenali
(dribbling) tanda berkemih dan
3.Sering buang air kecil waktu yang tepat
4.Nokturia untuk berkemih
5.Mengompol - Ajarkan terapi
6.Enuresis modalitas penguatan
otot-otot
Objektif : panggul/berkemih
1.Distensi kandung - Anjurkan minum
kemih yang cukup,jika
2.Berkemih tidak tuntas tidak ada kontra
(hesitancy) indikasi
3.Volume residu urine - Anjurkan
meningkat mengurangi minum
menjelang tidur
Gejala & Tanda Minor Kolaborasi :
Subjektif : - - Kolaborasi
Objektif :- pemberian obat
supositoria uretra,
Kondisi klinis terkait : jika perlu
1.Infeksi ginjal dan
saluran kemih
2.Hiperglikemi
3.Trauma
4.Kanker
5.Cedera/tumor/infeksi
medula spinalis
6.Neuropati diabetikum
7.Neuropati alkoholik
8.Stroke
9.Parkinson
10.Skeloris multipel
11.Obat aplha adrenergik

3. Resiko ketidakseimbangan cairan D-0036

21
Diagnosis Kep (SDKI) Luaran & Kriteria Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Resiko Keseimbangan cairan (L- Manajemen cairan (I-
ketidakseimbangan 03020) 03098)
cairan (D-0036)
Ekspetasi : Meningkat Observasi :
Kategori : Fisiologis - Monitor status
Subkategori : Kriteria hasil : hidrasi
Nutrisi/cairan 1. Asupan cairan - Monitor berat
meningkat badan harian
Definisi : 2. Output urine - Monitor hasil
Beresiko mengalami meningkat pemeriksaan
penurunan,peningkatan 3. Membran laboratorium
atau percepatan mukosa lembab - Monitor status
perpindahan cairan dari meningkat hemodinamik
intrafaskuler,intertisial atau 4. Edema menurun Teraupetik :
intraselular 5. Dehidrasi - Catat intake-output
menurun dan hitung balance
Faktor resiko: 6. Tekanan darah cairan
1.Prosedur pembedahan membaik - Berikan asupan
mayor 7. Frekuensi nadi cairan,sesuai
2.Trauma/perdarahan membaik kebutuhan
3.Luka bakar 8. Kekuatan nadi - Berikan cairan
4.Aferesis 9. Tekanan arteri intravena,jika perlu
5.Asites rata-rata Kolaborasi :
6.Obstruksi intestinal membaik - Kolaborasi
7.Peradangan 10. Mata cekung pemberian
8.Penyakit ginjal dan membaik diuretik,jika perlu
kelenjar 11. Turgor kulit
9.Disfungsi intestinal membaik

Kondisi klinis terkait:


1.Prosedur pembedahan
mayor
2.Penyakit ginjal dan
kelenjar
3.Perdarahan
4.Luka bakar

 Implementasi
22
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien.

Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat :

1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3. Menyiapkan lingkungan terapeutik

4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

5. Memberikan asuhan keperawatan langsung

6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah,


dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.

Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan


keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan
lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

 Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Batu Saluran Kemih ialah
nyeri akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urin kembali normal, kekurangan
volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki pengetahuan mengenai penyakit yang
dialaminya.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu
yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau
infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang sering dialami pada batu saluran kemih
ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi urin, resiko tinggi kekurangan volume cairan dan
defisiensi pengetahuan.

3.2 Saran

Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu saluran kemih.
Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham
dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu

 https://www.alodokter.com

25

Anda mungkin juga menyukai