DISUSUN OLEH:
Syerina
Iin huntoyungo
Afni safitri saleh
Ismail arianto
Minarni matolai
Nurfalizah
Frengki E.oli
Ririn
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberi rahmat dan hidayah-nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Laporan Dan Askep Urilithiasis ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas “ ibu Dr.
Irsanty Colleen, M.Kep.,Ns,Sp.Kep” mata kuliah keperawatan medical bedah. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang“Laporan Dan Askep Urilithiasis”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Irsanty Colleen, M.Kep.,Ns,Sp.Kep
selaku dosen mata kuliah keperawatan medical bedah yang telah memberi tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna . oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan semi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………. 1
A. Pengertian ………………………………………………………… 6
B. Etiologi ……………………………………………......................... 9
C. Tanda Dan Gejala …………………………………………………. 10
D. Patofisiologis ……………………………………………………… 10
E. Pathway ……………………………………………………………. 11
F. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………... 12
G. Penatalaksanaan …………………………………………………… 14
A. Pengkajian …………………………………………………………. 27
B. Diagnosis ………………………………………………………….. 27
C. Perencanaan ……………………………………………………….. 28
D. Implementasi ……………………………………………………… 31
E. Evaluasi …………………………………………………………… 31
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 35
B. Saran ………………………………………………………………. 35
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena
adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya
batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-
wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher,
1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal
merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di
dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan
7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia
puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran
kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat
merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong,
2004). Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena
menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir
balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan
ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang
4
berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan
tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal
yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih
dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).
5
6
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar urolithiais?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar urolithiasis.
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis.
7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth,
2013).
Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace &
Neil R. Borley 2006).
B. Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1) Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari
tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis
metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa
orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu
saluran kemih antara lain:
2) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria,
8
minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada
orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi
terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan
saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air
kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif
setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan
mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan
mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi
rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek
signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.
5) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh1.
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti
mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan
secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami
hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang
bekerja di kantor dengan banyak duduk.
8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini
10
disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat,
oksalat dan kalsium naik
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :
a. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan
sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya
air kemih disertai dengan darah.
b. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
c. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas,
dan Staphylococcus.
d. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya
hematuria dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam
air kemih, sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
11
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien dengan urolithiasis :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi
medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu
yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang
efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang
telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air
sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin
hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat
diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL
dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
e. Tindakan Operasi
13
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya
sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH
urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
e. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
f. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
H. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
b) Riwayat kesehatan sekarang
14
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari
i. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya
ii. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit
kemerahan dan hangat; pucat.
iii. Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih
iv. Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
v. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan / atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan;
tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus.
Muntah.
vi. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut
kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke
lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjulkkan
15
urolithiasis
Tidak mendapat Pembedahan
GGA
penanganan
Gangguan
mobilitas fisik
obstruksi Pemasangan Infeksi
kateter
Peningkatan tekanan
hidrostatik Hidronefrosis
Distensi saluran kemih
Kencing Nyeri saat dan abdomen
sedikit/menetes berkemih
Gangguan eliminasi 16
urine
Retensi urine Nyeri akut
J. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi (Brunner & Suddarth. 2013)
1) Nyeri akut b.d agen pencedera biologis (obstruksi)
2) Retensi urine b.d obstruksi
3) Gangguan eliminasi urine b.d distensi kandung kemih
Post Operasi
K. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
Post Operasi
analgetik
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SLTP
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS/Jam: 10 Juni 2019 jam 21.30 WIB
Diagnosa Medis : Urolithiasis
Tanggal Pengkajian: 11 Januari 2019
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SLTP
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hub dengan Klien : Istri
B. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Pre Operasi
Klien mengeluh nyeri pinggang, seperti ditusuk-tusuk dengan skala 3 yang berkurang
apabila tidur terlentang dan bertambah jika melakukan aktivitas, nyeri hilang timbul.
Post Operasi
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah pada luka operasinya, Nyeri
bertambah bila digunakan untuk bergerak, nyeri seperti di sayat-sayat, skala nyeri 5,
nyeri timbul mendadak saat bergerak selama 30 menit dalam 1 jam.
19
20
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pre Operasi
1. Keadaan umum : tampak lemah
2) Tingkat kesadaran : Komposmentis, GCS = E4 V5 M6
3) Tanda- tanda vital :
a. Tekanan Darah : 150/90 mmHg
b. Suhu tubuh : 36,7°C
c. Respirasi : 22 x/mnt
d. Nadi : 92 x/mnt
e. SpO2 : 99 %
4) Antopometri
a. BB : 53 kg
b. TB : 155cm
5) Kulit
Kulit pucat, tidak ada hiperpigmentasi dan bersih.
6) Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut keriting.
7) Wajah :
Bentuk bulat,muka agak pucat, tidak ada oedem dan tidak ada benjolan.
21
8) Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, koordinasi
gerak mata simetris
9) Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan, dapat
membedakan bau.
10) Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid, serumen tidak ada, tidak
ada nyeri tekan.
11) Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa kering, tidak ada caries gigi, tidak ada pembesaran tonsil,
lidah merah muda dan bersih.
12) Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
13) Paru-paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada simetris
b. Palpasi : tactil fremitus normal
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Vesikuler
14) Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
b. Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung
c. Perkusi : redup
d. Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 (lup,,,,dup,,)
15) Abdomen :
Pre Op
Bentuk datar, tidak ada lesi, peristaltik usus 15x/menit, terdapat nyeri dipinggang, tidak
ada pembesaran.
16) Ekstremitas :
Ektremitas kanan dan kiri tidak ada oedem, klien dapat melakukan gerakan normal
dengan tonus otot masing-masing nilai 5.
22
Post Operasi
1. Keadaan umum : tampak lemah
2) Tingkat kesadaran : Komposmentis, GCS = E4 V5 M6
3) Tanda- tanda vital :
a. Tekanan Darah : 170/100 mmHg
b. Suhu tubuh : 36,8°C
c. Respirasi : 22 x/mnt
d. Nadi : 98 x/mnt
e. SpO2 : 99 %
4) Antopometri
a. BB : 53 kg
b. TB : 155cm
5) Kulit
Kulit pucat, tidak ada hiperpigmentasi dan bersih.
6) Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut keriting.
7) Wajah :
Bentuk bulat,muka agak pucat, tidak ada oedem dan tidak ada benjolan.
8) Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, koordinasi
gerak mata simetris
9) Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan, dapat
membedakan bau.
10) Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid, serumen tidak ada, tidak
ada nyeri tekan.
11) Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa kering, tidak ada caries gigi, tidak ada pembesaran tonsil, ,
lidah merah muda dan bersih.
12) Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
13) Paru-paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada simetris
23
Post Operasi
Klien mengatakan makan habis ½ porsi, klien mengatakan saat mencoba makan yang
pertama setelah operasi klien agak mual tetapi klien mencoba untuk tetap makan dan
sekarang sudah tidak mual.
3) Aktivitas dan latihan
Pre Operasi
Saat sebelum sakit klien beraktivitas seperti biasa sebagai kepala tangga atau bermain
dengan cucunya dan melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan rutinitasnya. Diwaktu
sakit seperti saat ini klien tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa ia kerjakan
sebelum sakit, aktivitasnya terganggu, namun klien masih bisa aktivitas seperti seperti
makan minum, berpindah tempat, berpakain, mandi secara mandiri.
Post Operasi
Klien mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri, klien mengatakan akan mencoba
aktivitas secara bertahap.
4) Istirahat
Pre Operasi
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari.
Ketika sakit Klien mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan tidak nyaman dan
terkadang sering terbangun saat tidur. Klien mengatakan selama sakit hanya tidur 4-5
jam sehari.
Post Operasi
Klien mengatakan saat setelah operasi klien susah tidur karena nyeri yang dirasakan.
5) Oksigenasi
Pre Operasi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah pada pernapasan
Post Operasi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah pada pernapasan.
6) Eliminasi
Pre Operasi
Sebelum sakit Klien BAB 1x / hari dan BAK 4-5x / hari tanpa dibantu orang lain, saat
sakit Klien tidak mengalami perubahan frekuensi BAB atau BAK, hanya saja BAK
melalui selang kateter dikarenakan tersumbat batu.
25
Post Operasi
Klien mengatakan untuk BAK melalui selang kateter karena klien belum boleh turun
dari tempat tidur.
7) Neurosensori dan kognitif
Pre Operasi
Sebelum sakit klien selalu bekerja, bermain, ngobrol, dengan canak dan cucu tetapi
setelah sakit klien hanya lemas. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada
penglihatan, perabaan, perasa dan penciuman. Klien mengeluh nyeri pinggang, seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 3 yang berkurang apabila tidur terlentang dan bertambah jika
melakukan aktivitas, nyeri hilang timbul. Ekspresi wajah terkadang meringis kesakitan.
Post Operasi
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah pada luka operasinya, Nyeri bertambah
bila digunakan untuk bergerak, nyeri seperti di sayat-sayat, skala nyeri 5, nyeri timbul
mendadak saat bergerak selama 30 menit dalam 1 jam. Ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan, bersikap protektif terhadap nyeri.
8) Keamanan dan kenyamanan
Pre Operasi
Klien mengatakan tidak nyaman jika klien merasa nyeri pinggang.
Post Operasi
Klien mengatakan tidak nyaman dengan nyeri yang dirasakan
9) Seksual dan reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan memiliki 3 orang anak.
10) Persepsi diri
Pre Operasi
Klien mengatakan sedikit cemas dengan keadannya karena klien takut dengan operasi
yang akan dijalani.
Post Operasi
Klien mengatakan sudah lebih lega setelah operasi.
11) Interaksi sosial
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik terbukti bahwa saat memeriksakan
sakitnya, klien ditemani isterinya. Klien juga sering dijenguk oleh keluarganya.
26
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium tangga 10 Juni 2019
2. Hasil Radiologi
USG :
Terdapat batu dengan ukuran 3,79 cm
Kesimpulan :
Urolithiasis
F. TERAPI OBAT
1. Infus RL 20tpm
2. Injeksi amikasin 1g/24 jam
3. Bic Natrium 500 mg/8 jam (PO)
4. Gemfibrozil 300 mg/24 jam (PO)
5. Simvastatin 10 mg/2 jam (PO)
6. Asam Folat 1 mg/24 jam (PO)
G. ANALISA DATA
27
1. Pre Operasi
2. Post Operasi
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. 12 Juni DS:. Nyeri Agen Cedera prema
2019 P : nyeri bertambah bila digunakan untuk Akut Fisik (insisi
bergerak pembedahan)
Q : seperti disayat-sayat
R :perut bagian bawah pada luka
operasinya
S : skala 5
T : nyeri timbul mendadak saat bergerak
selama 30 menit dalam 1 jam
DO:
- Tampak ekspresi wajah meringis
- Bersikap protektif teradap nyeri
- Tekanan Darah : 170/100 mmHg
- Nadi : 98 x/mnt
- Terdapat luka post op di abdomen
sepanjang 15 cm, luka tertutup kasa
Resiko Insisi
2. 12 Juni 2019 DS: Infeksi Pembedahan
- Klien mengatakan nyeri di daerah luka
operasi
DO:
- Terdapat luka post op di abdomen
sepanjang 15 cm, luka tertutup kasa
28
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Biologis (obstruksi)
Post Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Fisik (insisi pembedahan)
2. Resiko Infeksi b.d Insisi Pembedahan
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
Post Operasi
No Dx Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan TTD
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri prema
keperawatan selama 2x7 jam secara komprehensif termasuk
Akut
diharapkan nyeri akut teratasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
1. Klien mengatakan nyeri presipitasi
berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari
2. Klien tampak rileks ketidaknyamanan
3. TTV batas normal 3. Monitor vital sign
4. Skala nyeri 1-2 4. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: relaksai genggam
jari dan auditori dzikir (asmaul
husna)
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
29
pemberian analgetik
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menggunakan sarung S : -
tangan sebagai pelindung O : luka tertutup kasa
Menganjurkan
S : klien mengatakan bersedia
meggunakan tehnik O : klien kooperatif dan
melakukan tehnik reaksasi
reaksasi genggam jari dan
genggam jari dan auditori
auditori dzikir (asmaul dzikir (asmaul husna)
32
husna)
2. 13 Juni 2019 Mencuci tangan sebeum S : klien mengatakan masih
dan sesudah tindakan nyeri
O : tampak meringis
Menginspeksi kondisi luka S:-
O : luka jahitan tertutup kasa
sepanjang 15 cm
Memonitor tanda dan S : -
gejala infeksi O : balutan tidak merembes,
disekitar balutan tidak merah,
tidak teraba hangat disekitar
balutan
K. EVALUASI
Diagnosa
Tanggal SOAP TTD
Keperawatan
prema
11 Juni Nyeri Akut b.d Agen S:
2019 Pencedera Biologis P : nyeri berkurang apabila tidur
(obstruksi) terlentang dan bertamba apabila
melakukan aktivitas
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang
S : skala 3
T : nyeri hilang timbul
O:
- Kadang ekspresi wajah
meringis kesakitan
- Tekanan Darah: 140/90
mmHg
- Nadi : 90
x/mnt
operasinya
S : skala 4
T : nyeri timbul mendadak saat bergerak
selama 20 menit dalam 1 jam
O:
- Tampak ekspresi wajah meringis
- Bersikap protektif teradap nyeri
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 95 x/mnt
- Terdapat luka post op di abdomen
sepanjang 15 cm, luka tertutup kasa
- Klien mampu melakukan relaksai
genggam jari dan auditori dzikir
(asmaul husna)
A : Masalah belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
PENUTUP
A. Simpulan
Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam pelaksanaan
intervensi keperawatan. Adanya kolaborasi tersebut tujuannya adalah membantu penulis
melakukan implementasi yang tepat sesuai dengan intervensi walaupun kemungkinan adanya
ketidaksempurnaan. Dalam implementasi sebagian besar telah sesuai dengan rencana
tindakan yang telah diterapkan pada teori, maupun perencanaan secara nyata.
Aplikasi EBN pada penderita post operasi urolithiasis sangat banyak diantarnya terapi
relaksai genggam jari dan dzikir (asmaul husna) dan terapi tersebut mampu menurunkan
skala nyeri.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa bisa menerapkan pemberian asuhan keperawatan dengan
memasukkan tidakan relaksasi genggam jari dan dzikir ini dalam praktik keperawatan
dengan masalah nyeri post operasi.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Adanya penurunan skala nyeri setelah klien diberikan tindakan relaksasi genggam jari
dan dzikir menunjukkan adanya keberhasilan dari penerapan tersebut. Hal ini bisa
dijadikan acuan bagi instansi pendidikan dalam meningkatkan pembelajaran tentang
relaksasi genggam jari dan dzikir pada mahasiswa.
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya memperbanyak penerapan implementasi keperawatan yang selalu
berkembang. Hal ini membantu peningkatan terhadap pelayanan kesehatan pada klien.
Dengan pemberian asuhan keperawatan secara holistik diharapkan proses penyembuhan
kesehatan klien berlangsung efektif dan efisien.
36
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:EGC
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Smeltzer C. Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diganosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI