Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN NEFROLITIASIS

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh:
Kelompok IV
Daniya Dwi Yuliani (191211520)
Elsa Maiga (191211525)
Muthia Rahma Dwita (191211541)
TINGKAT IIA

DOSEN PENGAMPU:
Ns.Fitria Alisa. M.Kep

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Kami ucapkan
puji dan syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Nefrolitiasis”.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dangan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
serta memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, Maret 2021


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………......................………………..i
KATA PENGANTAR………………………................………………….ii
DAFTAR ISI……………………....................…………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN…………………...…………...……………….1
A. Latar Belakang…………………….............................…………………..1
B. Tujuan Penulisan………………..........…………………………….1

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT......….…………………………2


A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Anatomi dan fisiologi
D. Etiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
G. Patofisiologi
H. Pemeriksaan penunjang
I. Penatalaksanaan (keperawatan dan medis)

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS..………………….11


A. Konsep pengkajian teoritis menggunakan pola gordon
B. Diagnosa keperawatan teoritis
C. Tujuan dan intervensi keperawatan sesuai SLKI dan SIKI

BAB IV PENUTUP………….…...……………………………………..19
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA……….…………………………………………..20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah keadaan dimana ditemukannya batu pada ginjal.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, salah satu penyakit ginjal
yang paling sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Prevalensi penyakit ini diperkirakan
lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan
aktivitas fisik, pola makan, serta struktur anatomis yang berbeda.Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu
umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim,
kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin,pekerjaan, dan sebagainya. Nefrolitiasis juga
dapat di bedakan berdasarkan komposisi zat yang menyusunnya. Berdasarkan komposisi zat
yang meyusun batu, batu dibedakan menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu
sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Angka kejadian batu kalsium paling
tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadian batu lainnya. Penatalaksanaan pasien
nefrolitiasis dapat dilakukan dengan menggunakan metode ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy), PNL (Percutaneus Shockwave Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif
atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).

B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien nefroliatisis secara
komprehensif.
2. Tujuan khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien nefrolitiasis
b. Mampu menegakan prioritas diagnosis pada pasien nefrolitiasis
c. Mampu menentukan interverensi keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam saluran
kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam
urin. ( Nursalam, 2006)
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, pembentukan deposit
mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain
uridacid dan kristal, juga membentuk kalkulus (batu ginjal).
Nefrolitiasis juga dapat dikatakan sebagai penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang
menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri karena adanya
batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Ginjal
Gambar Anatomi ginjal manusia (Moore dan Agur, 2002).

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah tulang rusuk bagian
belakang.Ginjal kanan sedikit lebih rendah di banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm
dan tebal 3 cm. terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul
terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan (Danils,
wibowo, 2005).
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran
ginjal di tentukan oleh sejumlah nefron yang di milikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron
dalam tiap-tiap ginjal manusia.

2. Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm, erbentang dari ginjal sampai
vesika urinaria.

3. Vesika urinaria
Fungsi satusatunya adalah menyalurkan urin ke Vesika Erinaria. Vesika Erinaria adalah
kantong berotot yang dapat mengempis, erletak 3-4 cm di belakang simpisis pubis (tulang
kemaluan).
Vesika urinaria mempunyai 2 fungsi yaitu :
 Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
 Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh . Di dalam vesika
urinaria mampu menampung urin antara 170 sampai 230 ml

4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai ke
luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan terletak di dekat vagina. Pada uretra laki-laki
mempunyai panjang 5 sampai 20 cm

C. Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine.
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pHurin dan status cairan
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada
saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
Fraktor intrinsik antara lain:
a. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun, karena dengan bertambahnya
umur menyebabkan gangguan peredaran darah seperti hipertensi dan kolesterol tinggi.
Hipertensi dapat menyebabkan pengapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu, sedangkan
kolesterol tinggi merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sehingga mempermudah terbentuknya batu

b. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Hal
ini karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu lebih rendah pada
perempuan daripada laki-laki, dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya
batu pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu, hormon estrogen pada
perempuan mampu mencegah agregasi garam kalsium, sedangkan hormon testosteron yang
tinggi pada laki-laki menyebabkan peningkatan oksalat endogen oleh hati yang selanjutnya
memudahkan terjadinya kristalisasi.

c. Hyperkalsemia
Meningkatnya kalsium dalam darah

d. Hyperkasiuria
Meningkatnya kalsium dalam urin

e. Ph urin
Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakangdengan keseimbangan cairan
yang masuk dalam tubuh

Faktor ekstrinsik diantaranya:


a. Air Minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium
dalam pelvis renal akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk.

b. Suhu
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan ultraviolet tinggi akan
cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu peningkatan
ekskresi kalsium dan oksalat) serta menyebabkan pengeluaran keringat yang banyak sehingga
mengurangi produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.

c. Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu

d. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.

e. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas
atau sedentarylife.

f. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH
urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam fosfat sehinggga akan mempercepat
pembentukan batu yang telah ada.

D. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang
tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu
adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien. Peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake
yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau
urinstastis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi
kalsium dan magnesium pospat. (Jong, 1996 : 323)
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pHurine dan status cairan
pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis&cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi
batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara
fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering
merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu dengan diameter <0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori :
a. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian
timbul menjadi batu.

b. Teori Matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin
dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

c. Teori kurang inhibitor


Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan,
sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospatmukopolisakarida dan dipospat
merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan
mudah terjadi pengendapan.

d. Teori Epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salah satu batu
merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya
ekskresi asam uraytyanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

e. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
E. Pathway

Nefrolitiasis

Pembedahan Konservatif

Nefrolithotomi

Ruang Anastesi Luka Luka sayatan Tidak adekuat Kelemahan


pemulihan terbuka informasi fisik

Organisme Kurangnya Kurang


Aspirasi Peristaltik
dientre Sel rusak pengetahuan Perawatan
usus menurun
Diri
Ansietas
Akumulasi Penurunan Resiko
sekret nafsu makan Infeksi
Inflamasi Mediator
Bradikinin
Tidak Efektifnya Gangguan Cerotamin
Jalan Nafas Nutrisi Edema

Stimulasi
Compresi reseptor

Nyeri Nyeri

F. Klasifikasi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dasistin, silikat dan senyawa
lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting
untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran
dari kedua unsur itu. Faktor terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri,
hiperurikosuria, dan hipositraturia

b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah
urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih
tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.

c. Batu Asam Urat


Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu
asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit
batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurikdiantaranya
adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

G. Manifestasi Klinik
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang
menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak
dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
 Hematuria
 Piuria
 Polakisuria/fregnancy
 Urgency
 Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus
 pada daerah pinggang.
 Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahanlahan.
 Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah
penis atau vulva.
 Anorexia, muntah dan perut kembung
 Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu leukosit
meningkat.

H. Komplikasi
Menurut Guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
1. Gagal Ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluhdarah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karenasuplai oksigen terhambat. Hal in
menyebabkan iskemis ginjal dan jikadibiarkan menyebabkan gagal ginjal

2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untukperkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkaninfeksi pada peritoneal.

3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan danmenumpuk diginjal dan lam-
kelamaan ginjal akan membesar karenapenumpukan urin

4. AvaskulerIschemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehinggaterjadi kematian jaringan.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Urin
 pH lebih dari 7,6
 Sediment sel darah merah lebih dari 90%
 Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Pemeriksaan darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Uriumkrestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat

3. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (BladderNeckObstruction) dan Pemeriksaan rontgen saluran kemih /
IVP (IntranenousPyelogram) untuk melihat lokasi batu dan besar batu.

4. CT helikal tanpa kontras


CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga
menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik
pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan
bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-
opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal
dan intraabdomen selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang,
CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk
diagnosis batu ureter.

5. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang
sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal.
Penelitian retrospektif

J. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
 Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang
baru.
 Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
 Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
 Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air
kemih, diberikan kalium sitrat.
 Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,
merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
 Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulusrenalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.
 Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
 Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
 Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan
suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
 Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasis adalah :


 Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu.Tetapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itudapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberiandiuretik.

 Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopiperkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde ke batu yang ada diginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakanyang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL
(ExtracorporealShockWaveLithotripsy) adalah tindakan memecah batu yangditembakkan dari
luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejutyang dapat memecahkan batu menjadi
pecahan yang halus, sehinggapecahan tersebut dapat keluar bersama dengan air seni.
Keutungan daritindakan ESWL ini yaitu tindakan ini dilakukan tanpa membuat luka,tanpa
pembiusan dan dapat tanpa rawat inap.
 Tindakan Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakanbedah lain adalah operasi
kecil pengambilan batu ginjal / PCNL(PercutaneousNephrolithotomy). PCNL merupakan
tindakanmenghancurkan batu ginjal dengan memasukkan alat endoskopi yangdimasukkan
kedalam ginjal sehingga batu dapat dihancurkan denganalat tersebut. Tindakan ini memerlukan
pembiusan dan rawat inap.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap,
sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu
(Nursalam, 2009 : 26).
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku
bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat.

2. Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat kesehatan pada klien dengan batu ginjal sebagai berikut :
a) Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit. Biasa klien dengan batu
ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang pinggang.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai dengan menggunakan
pendekatan PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang
mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang
memperberat atau memperingan. Pada klien dengan
urolithiasis biasanya klien mengeluh nyeri pada
bagian pinggang dan menjalar kesaluran kemih.

Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit


yang dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis
biasanya nyeri yang di rasakan seperti menusuk -
nusuk.

R: Region : Daerah atau tempat dimana keluhan


dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya
nyeri dirasakan pada daerah pinggang.

S: Severity :Derajat keganasan atau intensitas dari


keluhan tersebut. Skala nyeri biasanya 7.

c) Riwayat Kesehatan
Yang Lalu T: Time : Waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
Biasanya klien menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan nyeri dengan batu
ginjal pada klien dengan urolithiasi biasanya dirasakan mengeluhkan
nyeri pada kadang-kadang. daerah bagian
pinggang, adanya stress
psikologis, riwayat minum-minuman kaleng.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
Hipertensi.

1. Data Biologis dan Fisiologis Meliputi hal-hal sebagai berikut :


a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantangan dan nafsu makan,
serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu
makan karena adanya luka pada ginjal.

b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi
berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang
dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan.
Pada klien dengan batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal
dalam perut.

c) Pola Istirahat dan Tidur


Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta
kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola
istirahat tidur karena adanya nyeri.

d) Pola Aktivitas

Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjal klien mengalami gangguan
aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.

e) Pola Personal Hygiene


Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene,
gunting kuku, keramas). Pada klien dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di
bagian pinggang.

2. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan terlihat sedikit
berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien.
2) Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata simetris
kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen, telinga
klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak
ada pembengkakan.
5) Mulut
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering.

b) Leher

Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.

c) Thorak
1) Paru- paru
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak teraba
massa.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang paru
bunyinya normal.
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.

2) Jantung
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
d) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau
menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat streatmarc
Auskultasi :Peristaltik normal.

Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.


Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal (Timpani).

e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal.

f) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan pada genitalia.

3. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya.

e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas.

4. Data Sosial dan Budaya


Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga, masyarakat
dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosial kultural dan support sistem.
5. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan. Seseorang yang
mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.

6. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dihadapi.

7. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan


Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.

8. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa,
sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan
keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan
penyakitnya.

9. Data Penunjang
 Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat.
 Prosedur Diagnostik Medik.
 PemeriksaanLaboratorium

A. Analisa data
 Data Subjektif
 Klien mengatakan nyeri dipinggang sebelah kanan bekas operasi.
 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti menusuk –nusuk.
 Klien mengatakan lukanya bernanah dan berdarah.
 Klien mengatakan saat mau makan nasi perutnya terasamual.
 Klien mengatakan makan hanya 5 sendok .
 Klien mengatakan sudah 3 hari belum mandi.
 Klien mengatakan badanya berkeringat dan lengket.
 Klien mengatakan tidak nyaman

 Data Objektif
 Klien tampang memegang pinggang sebelah kanan
 Klien terlihat gelisah Skala nyeri 4
 Klien tampak ada balutan luka dipinggang sebelah kanan
 Luka klien ± 2 cm
 Klien tampak lemas.
 Klien tampak tidak menghabiskan porsi makanan yang telah di sediakan
 Terpasang slang di pinggang sebelah kanan pasien.
 TD : 135/80 mmHg
 RR : 20 kali/menit
 HR : 85 kali/menit
 T :37

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Defisit Nutrisi cairan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedureinvasif

C. Intervensi dan Rasional


NO SDKI SLKI SIKI
1. 1 Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
dengan agen pencedera Kriteria hasil : Observasi
fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasilokasi,durasi frekuensi
2. Meringis menurun lokasi,dan intensitas nyeri
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi respon nyeri non
4. Muntah menurun verbal
5. Mual menurun 3. Identifikasi factor yang
6. Frekuensi nadi membaik memperberat dan memperingan nyeri
4. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
5. Monitor efek sampung
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode ,dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3. Ajarkan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
2 Defisit nutrisi cairan Status nutrisi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan Kriteria hasil : Observasi
ketidakmampuan 1. Porsi makan yang meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan 2. Meningkatkan nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan
3. Frekuensi makan membaik jenis nutrient
4. Berat badan membaik 4. Monitor asupan makan
5. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Fasilitasi menentukan pedoman
diet
2. Sajikan makanan secara menrik
dan suhu yang sesuai
3. Berikan makanan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makan jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika perlu
2. Ajarkan diet yang di program
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi intuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutein yang dibutuhkan
3 Resiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
berhubungan dengan 1. Kemerahan menurun Observasi
efek procedure invasive 2. Nyeri menurun 1. Monitor tanda gejala infeksi local
3. Bengkak menurun dan sismatik
Terapeutik
1. Berikan perawatan kulit pada area
edema
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3. Pertahankan tekhnik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan cara memriksa kondisi
luka atau luka operasi
4. Meningkatkan asupan nuutrisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrolitiasis merupakan salah satu penyakit ginjal, yaitu ditemukannya batu yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi
menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren,
dan batu silikat. Batu kalsium merupakan kejadian yang paling banyak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I Made Karyasa. EGC: Jakarta
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6. EGC. Jakarta
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Kriteria Hasil. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus PPNI
Nursalam. 2006. Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Edisi 1. Salemba
Medika: jakarta
Sjamsuhidajat, R % Jong Wim De. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC
Suddarth&Brunner. 1996. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah.Mosby. St.louis.
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta EGC
Fauzi,Ahmad dan Manza,Marco.(2016).Nefrolitiasis.5(2)

Anda mungkin juga menyukai