DI SUSUN OLEH :
KINTAN AS SYIFA ANINDITA
P1337420219048
IB
A. DEFINISI
Muttaqin & Sari (2014: 108) mengemukakan bahwa, Batu ginjal
atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal.
Haryono (2012: 55) mengemukakan bahwa, Batu ginjal adalah
(kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksolaktat ca 2+ dan
fosfat ca2+, tetapi asam urat dan kristal yang lain juga berbentuk batu.
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk
di dalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh
kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu
ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan
mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel
yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat
dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan
suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin,
2011:108).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau
kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa
batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi
pada saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal,
yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan
pada saluran dan proses perkemihan.
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran
kemih, yaitu sebagai berikut:
1. Kelainan metabolik yang paling umum. Beberapa kasus hiperkalsiuria
berhubungan dengan gangguan usus meningkat penyerapan kalsium
(dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan mekanisme penyerapan
kalsium terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait denga resorpi
kalsium dari tulang (yaitu hiperparatiroidsme), dan beberapa yang
berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk
merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal-kebocoran
hiperkalsiuria).
2. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konstrasi, kelarutan,
dan pH urine.
3. Lamanya kristal terbentuk di dalam urine, dipengaruhi mobilisasi
rutin. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.
4. Infeksi saluran kemih.
5. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil
batu.
6. Idiopatik (Muttaqin & Sari, 2014: 108).
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam fraktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin,
terjadi obstruksi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Beberapa batu dapat
menunjukkan sedikit gejala, tetapi secara perlahan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal, sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa
dan ketidaknyamanan. Batu pada piala ginjal menyebabkan sakit yang
dalam dan terus menerus di area kostovestebral. Nyeri yang berasal dari
area renal menyebar secara anterior pada wanita ke bawah mendekati
kandung kemih sedangkan pria mendekati testis. Apabila ada nyeri tekan
pada daerah kostovertebral dan muncul mual dan muntah maka klien
sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal
dapat terjadi gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renointestinal dan
proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar
(Haryono, 2012: 59).
Batu di dalam pelvis mungkin tidak memberikan keluhan atau gejala
(asimtomatik) atau hanya menimbulkan hematuria: ketika batu tersebut
berjalan, obstruksi dapat terjadi pada setiap tempat dalam sistem
pengumpulan (colecting sytem). Obstruksi yang berkaitan dengan
lewatnya batu akan menimbulkan rasa nyeri hebat yang sering menyebar
ke daerah lipat paha dan kadang-kadang disertai dengan keluhan atau
gejala viseral yang berat (yaitu mual, muntah, diaforesi, vertigo atau
kepala terasa ringan), hemarutia, piuria, infeksi saluran kemih (ISK) dan
kadang-kadang hidronefrosis. Sebaliknya batu staghorn yang berkaitan
dengan ISK berulang oleh mikroorganisme pemecah-urea (Proteus,
Klebsiella, Providencia, Morganella dan lain-lain) dapat tidak memberikan
keluhan atau gejala sama sekali (asimtomatik) kendati dapat ditemukan
dengan penurunan fungsi ginjal (Harrison, 2013: 120).
D. PATHOFISIOLOGI
Patofisiologi batu ginjal
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
2. Dipecahkan dengan ESWL
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh caussy pada tahun 1980. Alat ini memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Tindakan endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas dan kemudian
mengeluarkan dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkkan memalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
PNL (Percutaneous Nephro Lithotomy): yaitu mengeluarkan batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
4. Litotripsi
yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pemecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator ellik.
5. Ekstraksi Domia
yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang dormia.
6. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat keadan
ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
7. Pembedahan terbuka.
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang klien harus
menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
8. Bedah laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter (Muttaqin & Sari, 2014: 113).
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
pendekatan PQRST.
radiation, nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke
mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
tidak enak
3. Riwayat Kesehatan
bawa ke RS.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus,
d. Riwayat Psikososial
awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang
seksama.
nefrolitiasis, yaitu :
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal. Kaji adanya mual dan muntah, nyeri
tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau
bising usus.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
b. Palpasi
c. Perkusi
DS: Kurang
Gangguan fungsi ginjal
- Klien mengatakan tidak pengetahuan
↓
tahu tentang penyakitnya Perubahan status kesehatan
↓
karena munculnya tiba-tiba,
Kurang terpajan informasi
klien tidak tahu penyebabnya ↓
Misinterpretasi informasi
sehingga klien bertanya
tentang penyakitnya
DO:
- Klien tampak tidak paham
dengan kondisi penyakitnya
- Klien bertanya tentang
penyakitnya
2. Analisa Data Post Operatif
MASALAH
NO DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1 DS: Batu ginjal Nyeri
↓
- Klien mengatakan nyeri
Tindakan operasi
pada daerah bekas ↓
Adanya luka insisi bedah
operasi
↓
DO: Incontinuitas jaringan kulit
↓
- Klien tampak gelisah
Jaringan mengeluarkan zat kimia
- Ekspresi wajah klien (bradikinin, serotonin, histamin)
↓
tampak meringis
Saraf afferent NE
- Klien tampak berhati- ↓
Thalamus
hati dengan daerah bekas
↓
operasi Saraf efferent
↓
- TTV dalam keadaan
Nyeri Dipersepsikan
abnormal
IV. INTERVENSI
1. Rencana perawatan pre operatif
V. EVALUASI
Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa, perencanaan, dan
sampai pelaksanaan, serta apakah ada hasil atau tetap dengan evaluasi,
sebagai berikut:
1. Penurunan keluahan dan respon nyeri
2. Terjadi perubahan pola miksi
3. Tidak terjadi Resiko terhadap kekuarangan volume cairan
4. Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan
diagnostic invasif (ESWL), dan perencanaan pasien pulang
5. Penurunan tingkat kecemasan
6. Tidak terjadi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
..