Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS PENYAKIT NEFROLITIASIS

Diajukan guna memenuhi tugas akademik dalam Praktek Klinik Keperawatan


Medikal Bedah ( KMB )

Dosen Pembimbing :
Hj . siti Wasliyah, S. Kep., Ners., M. Kep

Disusun Oleh :

Penni Widjayanti
P27906120028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITIASIS

A. Konsep Dasar Nefrolitiasis


1. Pengertian
Nefrolitiasi adalah batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran –
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urin. (Nursalam,2011).
Nefrolitiasis adalah batu yang di temukan di dalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelingi zat organik,
misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium, fosfat
dan asam urat. (Mary baradero,2012).
Nefrolitasis merupkan suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di
ginjal. (Arif Muttaqin,2011). Dari berbagai definisi diatas dapat di
simpulkan bahwa nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada
saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal,
yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan
pada saluran dan proses perkemihan.

2. Etiologi
Menurut (kartika S.W,2013) ada beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (Intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak
pada usia 30 – 50 tahun, dan jenis kelamin laki – laki lebih banyak
dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu,
asupan air (bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang
di minum kurang), diet banyak purin, oksalat, (teh, kopi, minuman
soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium
(daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang
bergerak).
c. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
d. Stasis obstruksi urin, adanya obstruksi dan stasis urin akan
mempermudah pembentukan batu saluran kencing.
e. Suhu, Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya
pengeluaran keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya
kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
f. Idiopatik (Arif Muttaqin,2011).
3. Klasifikasi
a. Batu kalsium
Sekitar 75 samapai 85 % dari nefrolitiasis adalah kalsium. Batu ini
biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika
kandungan zat itu terlalu banyak urin, selain itu jumlah berlebihan
vitamin D, menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap kalsium.
b. Batu asam uric Batu ini terbentuk dari asam uric, produk
sampingan dari metabolisme.
c. Batu struvite Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite
biasanya di akibatkan infeksi saluran kencing kronis, disebabkan
bakteri. Batu ini jka membesar akan menyebabkan kerusakan serius
pada ginjal.
d. Batu cystine Batu ini mewakili sekitar 1 % dari batu ginjal. Di
temukan pada orang dengan kelainan genetik, sehingga ginjal
kelebihan jumlah asam amino.

Sedangkan jenis – jenis Nefrolitiasis (Ahmad Fauzi,2016) :


a. Batu kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal.
Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Faktor – faktor terbentuknya batu kalsium adalah:
Hiperkalsium Terbagi menjadi hiperkasiuri absortif,
hiperkalsiuri renal, dan hiperkalsiuri resortif. Hiperkalsiuru
absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium
melalui usus, hiperkalsiuri renal terjadi akibat adanya
gangguan kemampuan reaborbsi kalsium melalui tubulus ginjal
dan hiperkalsiuri resortif terjadi karena adanya peningkatan
resorpsi kalsium tulang.
b. Hiperoksaluri
Merupakan ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram
perhari. Hiperurikosuria Kadar asam urat di dalam urin yang
melebihi 80 mg/24 jam. Hipositraturia.
c. Sifat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat sedikit.
d. Hipomagnesuria Magnesium yang bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium kadarnya sedikit dalam
tubuh. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit
inflamasi usus yang di ikuti gangguan malabsorbsi.
e. Batu Struvit Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran
kemih.
f. Batu Asam Urat Biasanya di derita pada pasien – pasien
penyakit gout, penyakit meloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazon, thiazid,
dan salisilat.
g. Batu Jenis Lain Batu sistin, batu xanthine, batu triameteran,
dan batu silikat sangat jarang dijumpai.
4. Manifestasi klinik
Menurut Buku Nanda Nic-Noc, 2013 adalah:
a. Nyeri pinggang
b. Retensi urine menurun
c. Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.
d. Nausea dan vomiting
e. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
f. Distensi abdomen
g. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang
tinggal satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak. 2012).
5. Patofisiologi
Zat pembentuk batu dapat mengendap di urine jika ambang
kelarutannya terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang metastabil,
pembentukan kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya
berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan sangat jenuh. Namun,
jika konsenstrasinya di bawah rentang metastabil. Beberapa zat bisa
terdapat di dalam satu batu karena kristal yang telah terbentuk
sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan
pengendapan bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu,
totalnya adalah >100%). Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat
penghasil batu akan membuat peningkatan konsentrasi di dalam plasma.
Hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat peningkatan absorpsi
di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan
PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan
metabolik pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan
absorpsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih,
sintesis batu yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. Batu
xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat meningkat dari
pemecahan purin xantin menjadi asam urat dihambat. Namun, xantin
lebih mudah larut dari pada asam urat sehingga batu xantin lebih jarang
ditemukan.
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering
dari peningkatan ekskresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan
penyebab tetap pada sistinuria. Konsentrasi ca2+ didalam darah
dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi mineral tulang,
sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi
pemecahanya. Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang
pada saat dehidrasi, kondisi stress, dan lainnya) menyebabkan
peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan
konsentrasi urine. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urine.
Fosfat mudah larut dalam urine yang asam, tetapi sukar larut pada urine
yang alkalis. Fosfat baru biasanya hanya ditemukan pada urine yang
alkanis. Sebaliknya, asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika
terdisosiasi daripada yang tidak terdisosiasi, dan asam urat baru lebih
cepat terbentuk pada urine yang asam. Jika pembentukan NH3
berkurang, urine harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam, dan
hal ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat.
Faktor lain yang juga penting adalah berapa lama sebenarnya
kristal yang telah terbentuk tetap berada di dalam urine yang sangat
jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari
saluran kemih bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan kristal
menjadi terperangkap. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa
mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum
dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga di sebut batu staghorn.
Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah
timbulnya batu ginjal. Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh
peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu
ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu
hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm)
pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering
kali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta
menimbulkan obstruksi kronis berupa hidronefrosis. Batu yang terletak
pada ureter maupun sistern pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi
saluran kemih dan menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di
pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor
dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika
disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun
pielonefritis.
Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika
mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.
Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah keperawatan
pada klien dengan adanya berbagai respons obstruksi, infeksi, dan
peradangan (Muttaqin & Sari , 2014: 108). Berdasarkan tipe batu,
proses pembentukan batu melalui kristalisasi. Tiga faktor yang
mendukung proses ini yaitu saturasi urin, defisiensi inhibitor, dan
produksi matrik protein. Pada umumnya kristal tumbuh melalui adanya
supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agresi menjadi partikel
yang lebih besar, diantara partikel ini ada yang bergerak ke bawah
melalui saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe kristal dan
dapat merupakan gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu saluran
kencing mengandung kalsium fosfat dan kalsium oksalat (Suharyanto &
Madjid, 2012: 152).
Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa
nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
b. PH lebih dari
c. Sendiment sel darah merh lebih dari 90 %. 2
d. Biakan urin.
e. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat.
f. Darah
g. Hb turun.
h. Leukositosis.
i. Urium kreatinin.
j. Kalsium, fosfor, asam urat.
k. Radiologi
l. Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu.
m. USG abdomen.
n. PIV (Pielografi Intravena).
o. Sistoskopi (Marry Baradero, 2011).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan
batu yang dapat di larutkan adalah batu asam urat, dilarutkan
dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik berusaha untuk
menghilangkan rasa nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang
lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik
bendofluezida 5 – 10 mg/hari.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang
ada di ginjal. Cara ini disebut nefroslitotripsi. Salah satu alternatif
tindakan yang paling sering dlakukan adalah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithothripsy) adalah tindakan
memecah batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang batu kejut.
c. Tindakan bedah.
bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan model
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya 1 – 2 %
pasien. Intervensi bedah di indikasikan jika batu tersebut tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan
untuk mengoreksi setap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk
memperbaiki drainase urin. Jnis pembedahan yang dilakukan antara
lain :
a. Pielolititomi Jika berada di dalam ginjal.
b. Nefrolithomi/nefrektomi Jika batu terletak di dalam ginjal.
c. Ureterolitotomi Jika batu berada dalam ureter.
d. Sistolitotomi Jika batu berada di kandung kemih
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap,
sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2009 : 26).
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan
ruangan tempat klien dirawat.
2) Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan batu ginjal sebagai berikut :
b. Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.
Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang
pinggang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah
bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman
kaleng.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, Hipertensi.
f. Data Biologis dan Fisiologis
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan
pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien
dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu makan
karena adanya luka pada ginjal.
- Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang
dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta
keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji
mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-
keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam
perut.
- Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur,
kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada
klien dengan batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola
istirahat tidur karena adanya nyeri.
- Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu
ginjal klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
- Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal
hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien
dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di bagian
pinggang.
g. Pemeriksaan Fisik
Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu
mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien.
2) Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak
ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran,
tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak
merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris,
bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir
kering.
6) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
Thorak
7) Paru- paru
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak
teraba massa.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas
lapang paru bunyinya normal.

Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara


nafasnya normal.
8) Jantung
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
9) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau
menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat
streatmarc
Auskultasi :Peristaltik normal.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal
(Timpani).
10) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan
normal.
11) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan
pada genitalia.
h. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan
dan terhadap penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap
status dan posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
i. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosial
kultural dan support sistem.
j. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.

k. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
stres yang dihadapi.
- Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi
kesehatan Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan
dengan efisien.
l. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit
serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma)
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstuksi ginjal,
sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
c. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output berlebih

3. Perencanaan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawata
n
Kode : Tingkat nyeri : L.08066 Manajemen
D.0077 Setelah dilakukan tindakan nyeri : 108238
Nyeri akut keperawatan selama 3x24 Observasi : Observasi :
berhubunga jam diharapkan skala nyeri 1. Identifikasi 1. Untuk
n dengan dapat berkurang dengan lokasi, mengetahui
agen cidera
kriteria hasil: karakteristik, karakteristik
fisiologis
(inflamasi, - Keluhan nyeri menurun durasi, nyeri
iskemia, (5) frekuensi,
neoplasma) - Meringis menurun (5) kualitas,
- Frekuensi nadi intensitas
membaik (5) nyeri
2. Identifikasi 2. Untuk
skala nyeri mengetahui
skala nyeri
yang
dirasakan
Terapeutik : Terapeutik :
1. Berikan 1. Tindakan
teknik non ini
farmakologis memungki
untuk nkan klien
mengurangi untuk
nyeri mendapatk
( relaksasi an rasa
nafas dalam kontrol
terhadap
nyeri.

Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan 1. Pasien
penyebab, mengetahui
periode, dan penyebab
pemicu nyeri nyeri
2. Jelaskan 2. Pasien
strategi mengetahui
meredakan tindakan
nyeri yang
dilakukan
saat nyeri
muncul
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Agen-agen
pemberian ini secara
analgetik, sistematik
jika perlu menghasilk
an relaksasi
umum dan
menurunka
n inflamasi
sehingga
mengurang
i rasa nyeri
Kode : Eliminasi Urine: L.04034 Dukungan
D.0040 Setelah dilakukan tindakan perawatan diri :
Gangguan keperawatan selama 3x24 BAB/BAK : I.
eliminasi jam diharapkan eliminasi 1134
urine Observasi : Observasi :
berhubunga urine dapat berkurang 1. Identifikasi 1. mengetahui
n dengan dengan kriteria hasil: kebiasaan kebiasaan
obstuksi - Berkemih tidak BAK/BAB BAK/BAB
ginjal, sesuai usia pasien
tuntas menurun (5)
sering BAK, 2. Monitor 2. mencegah
hematuria - Disuria menurun integritas terjadinya
sekunder (5) kulit pasien iritasi
dari iritasi - Terapeutik : Terapeutik :
saluran 1. Dukung 1. Membantu
kemih. penggunaan dalam
toilet/pispot/u pemenuhan
rinal secara eliminasi
konsisten pasien
2. Jaga privasi 2. Membuat
selama pasien
eliminasi lebih
nyaman
3. Latih 3. Melatih
BAK/BAB pola
sesuai BAK/BAB
jadwal, jika
perlu
4. Sediakan alat 4. membantu
bantu (mis. pasien
Kateter dalam
eksternal, eliminasi
urinal)
Edukasi : edukasi :
1. Anjurkan 1. melatih
BAK/BAB pola
secara rutin BAK/BAB
pasien

Kode : D. Status menelan : L. 06052 Terapi


0032 Setelah dilakukan tindakan menelan : I.
Resiko keperawatan diharapkan 03144
defisit status menelan lebih baik Observasi :
nutrisi dengan kriteria hasil: Observasi : 1. mencegah
kurang dari - Mempertahankan 1. Monitor terjadinya
kebutuhan makanan dimulut tanda dan aspirasi
tubuh meningkat (5) gejala
berhubunga - Reflek menelan aspirasi 2. melatih
n dengan meningkat (5) 2. Monitor pergerakan
output - Kemampuan gerakan lidah lidah
berlebih mengunyah saat makan 3. mencegah
membaik (5) 3. Monitor terjadinya
- Usaha menelan tanda aspirasi
membaik (5) kelelahan
saat makan,
minum dan
menelan Terapeutik :
Terapeutik : 1. melatih
1. Hindari fungsi menelan
penggunaan 2. mencegah
sedotan makanan
2. Posisikan masuk ke
duduk dalam paru
jika terlentang

3. untuk
3. Berikan meningkatkan
permen kekuatan lidah
lolipop untuk
meningkatka
n kekuatan
lidah 4.meningkatka
4. Berikan n kebersihan
perawatan mulut
mulut, sesuai
kebutuhan Kolaborasi :
Kolaborasi : 1. meberikan
1. Kolaborasi diiet yang tepat
dengan untuk pasien
tenaga
kesehatan
lain dalam
memberikan
terapi
misalnya ahli
gizi

4. Implementasi keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau
program keperawatan).Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan
tersebut (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan.
Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier et al., 2011). Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana
keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil
keoutusan apakah rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau
dihentikan (Manurung, 2011).
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. BIODATA

Identitas pasien
Initial pasien : ny. SHL
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 31 tahun
No. RM : 070336
Jenis kelamin : perempuan
Tgl pengkajian : 28 April 2020
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah

Penanggung jawab
Initial : Tn. B
Usia : 43 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hub dg pasien : suami

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan dan kiri
III. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan sekarang
Ny. SHL mengatakan merasakan nyeri pada pinggang sebelah kanan sejak
dua bulan sebelum masuk rumah sakit, nyeri yang dirasakan menjalar
hingga ke perut bawah dan kemaluan, pasien juga mengeluh nyeri pada
pada pinggang sebelah kiri dengan penjalaran yang tidak jelas, nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3, nyeri juga bertambah
jika pasien bergerak, nyeri yang dirasakan hilang timbul, pasien juga
mengatakan nyeri saat BAK. Selain mengeluh nyeri pada pinggang pasien
mengatakan pegal-pegal dikedua pinggang, pasien mengatakan sering
buang air kecil, jumlah BAK sedikit berkurang. Kemudian pasien
mengatakan mual dan kurang nafsu makan. setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter pasien dianjurkan untuk dilakukan rawat inap. Akhirnya pada
tanggal 28 April 2020 pukul 05.00 WIB pasien dipindahkan keruang
perawatan. Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan
hasil kesadaran pasien compos mentis, TD 110/70mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 36.5 0
C, RR 21x/menit, saturasi 99%, Wajah pasien tampak
meringis, mukosa bibir kering, pasien tampak memegangi kedua pinggang,
Pasien tampak menghindari disentuh bagian yang nyeri oleh perawat.
Terdapat distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas dan terpasang
pemplon ditangan sebelah kanan.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan ini merupakan pertama kalinya dibawa dan di lakukan
rawat inap di RS, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
hiprtensi ataupun stroke.
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan pada riwayat keluarga ditemukan bahwa ayah
menderita batu ginjal.

IV. AKTIVITAS/ ISTIRAHAT


Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Aktivitas/ hobi : sebelum sakit pasien mengatakan hanya melakukan
pekerjaan rumah tangga mencuci piring, dan jarang beraktivitas yang
lainnya namun selama di RS pasien hanya berbaring ditempat tidur
Aktivitas waktu luang : selama dirawat psien mengisi waktu luang dengan
membaca buku
Perasaan bosan/ tidak puas : tidak ada
Keterbatasan karena kondisi : tidak ada
Tidur Jam 21.00 WIB
Tidur siang 2 jam
Kebiasaan tidur: tidak ada
Insomnia : tidak ada
Tanda (Objektif)

Respons terhadap aktivitas yang teramati : baik


Kardiovaskular : tidak ada kelainan
Pernapasan : normal
Status mental (mis.,menarik diri/ letargi) : baik
Pengkajian neuromuskular : tidak ada kelainan
Massa/ tonus otot : baik
Postur : baik
Tremor : tidak ada
Rentang gerak : aktif
Kekuatan :4/5
Deformitas : tidak ada
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)

Riwayat tentang :
Hipertensi: tidak ada
Masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : tidak ada
Edema mata kaki/ kaki : tidak ada edema
Flebitis: tidak ada
Penyembuhan lambat : tidak
Klaudikasi : tidak ada
Ekstremitas : Kesemutan ada, Kebas tidak ada
Batuk/ hemoptisis : batuk berdahak
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : tidak ada

Tanda (Objektif)

TD : kanan dengan posisi berbaring : 110/70mmHg


Tekanan nadi : baik Gap auskultator : tidak ada
Nadi (palpasi) : Karotis teraba kuat 80x/menit
Jantung (palpasi) : tidak teraba adanya massa
Getaran : tidak teraba getaran atau dorongan yang terlalu kuat
Bunyi jantung : Lup Dup Frekuensi : 80x/menit, Irama : teratur, Kualitas :
baik
Friksi gesek : tidak ada , Murmur : tidak ada
Bunyi napas : vesikular
Distensi vena jugularis : tidak ada
Ekstremitas : suhu : 36.5 0 C Warna : merah muda
Pengisian kapiler : < 3 detik
Tanda Homan’s : tidak ada
Varises : tidak ada
Abnormalitas kuku : tidak ada
Penyebaran/ kualitas rambut : merata
Warna : hitam
membran mukosa : kering
Bibir : simetris
Punggung kuku : hangat
Konjungiva : tidak ada anemis
Sklera : tidak ada ikterik
Diaforesis : berkeringat normal
VI. INTEGRITAS EGO

Gejala (Subjektif)
Faktor stres : pasien mengatakan setres terhadap apa yang dialaminya saat
ini
Cara menangani stres : pasien mengatakan berdoa kepada tuhan agar
diberikan kesembuhan
Masalah-masalah finansial : pasien mengatakan finansialnya cukup dan
tidak ada masalah
Status hubungan : pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga
dan tetangga disekitar rumah
Faktor-faktor budaya : tidak ada budaya tertentu yang dianut dalam
penyembuhan penyakitnya, pasien percaya kepada pengobatan medis
Agama : islam
Kegiatan keagamaan : pasien rutin menjalankan sholat 5 waktu
Gaya hidup : pasien mengatakan tidak pernah merokok ataupun minum-
minuman beralkohol.
Perubahan terakhir : selama di rawat di RS pasien hanya berbaring dan
sesekali duduk di tempat tidur
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan : pasien mengatakan selama sakit
tidak bisa menjalankan peran sebagai seorang IRT
Keputusasaan : pasien mengatakan menyesal selama sehat tidak menjaga
kesehatannya
Ketidak berdayaan : tidak ada

Tanda (Obyektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai) : cemas
Cemas : ya
Marah :-
Menarik diri :-
Takut:-
Mudah tersinggung :-
Tidak sabar :-
Euforik :-
Respons-respons fisiologis yang terobservasi:-
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari yaitu pada pagi
hari, Penggunaan laksatif : tidak ada
Karakter fases : lunak , BAB terakhir : sebelum masuk rumah sakit
Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid : tidak ada
Konstipasi : pasien mengatakan tidak ada konstipasi saat BAB , Diare:
pasien mengatakan tidak ada diare
Pola BAK : pasien mengatakan BAK 2-3 kali/hari ,Inkontimensia/ kapan :-
Karakter urine: kuning pekat
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada

Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan pada suprapubik
, Lunak/ keras: lunak
Massa : tidak terdapat masa , Ukuran/ lingkar abdomen:-
Bising usus : 12x/menit , Hemoroid : tidak terdapat hemoroid
Perubahan kandungan kemih : tidak terdapat perubahan kandung kemih ,
BAK terlalu sering : tidak ada

VIII. MAKANAN/ CAIRAN


Gejala (Subjektif)
Diit biasa (tipe) : pasien mengatakan makanan dengan porsi normal yaitu
nasi, sayur, lauk pauk Jumlah makanan per hari : makan 3 kali/hari habis
setengah porsi
Makan terakhir/ masukan : Pola diit : tidak ada
Kehilangan selera makan : ada , Mual/ muntah : terdapat mual
Nyeri ulu hati/ salah cerna: tidak ada nyeri ulu hati ,
Disembuhkan oleh : tidak ada
Alergi/ intoleransi makanan : pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap
makanan tertentu
Masalah-masalah mengunyah/ menelan : tidak ada
Gigi : jumlah gigi 32buah, tidak ada ompong
Berat badan biasa : 55kg Perubahan berat badan: pasien mengatakan tidak
ada perubahan BB
Penggunaan diuretik : tidak ada

Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang .:55 kg Tinggi badan : 158cm , Bentuk tubuh :-
Turgor kulit : elastis Kelembaban/ kering membran mukosa : kulit tampak
lembab
Edema : Umum : tidak ada edema, Dependen:-
Periorbital : tidak ada , Asites : tidak ada
Distensi vena jugularis : tidak terdapat peningkatan vena jugularis
Pembesaran tiroid : tidak ada , hernia/ massa : tidak ada , Halitosis : tidak
ada
Kondisi gigi/ gusi : gusi berwarna merah muda, tidak terdapat perdarahan
Penampilan lidah : lidah terdapat bercak bercak putih
Membran mukosa : mukosa tampak kering
Bising usus : terdengar 12x/menit
Bunyi napas : vesikuler
Urin S/ A atau Kemstiks :-
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari :
Tergantung/ Mandiri : tergantung
Mobilitas : pasien mengatakan aktifitasnya dibantu oleh keluarga karena
nyeri dan pegal pada kedua pinggang
Hegiene : pasien mengatakan mandi dua kali/hari , Berpakaian : pasien
mengatakan lebih suka mengenakan pakaian daster bila dirumah
Toileting : pasien BAK 2-3 kali/hari
Waktu mandi yang diinginkan : pagi dan sore
Pemakaian alat bantu/ prostetik : tidak ada
Bantu diberikan oleh : -

Tanda (Objektif)
Penampilan umum : pasien tampak rapih
Cara berpakaian : rapih , Kebiasaan pribadi : tidak ada
Bau badan : tidak ada , Kondisi kulit kepala : kulit kepala tampak bersih
Adanya kutu : tidak terdapat kutu
X. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : pasien mengatakan tidak pusing atau ingin
pingsan
Sakit kepala : Lokasi nyeri : tidak ada , Frekuensi : tidak ada
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : kedua tungkai kaki
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang : tidak ada , Tipe : - Frekuensi : -
Status postikal : tidak ada , Cara mengontrol : -
Mata :
Kehilangan penglihatan : tidak ada , Pemeriksaan terakhir : tidak ada
Glaukoma : tidak ada , Katarak : tidak ada
Telinga : Kehilangan pendengaran : tidak ada , Pemeriksaan terakhir: tidak
ada
Epistaksis: tidak ada

Tanda (Objektif)
Status mental : baik
Terorientasi/ disorientasi : terorientasi waktu, tempat, dan Orang
Kesadaran : compos mentis , Mengantuk :- Letargi : -
Stupor : -
Koma : -
Kooperatif : ya
Menyerang : -
Delusi :-
Halusinasi :-
Afek (gambarkan) : -
Memori : Saat ini baik , Yang lalu: baik
Kaca mata : tidak ada , Kontak lensa : - Alat bantu dengar : -
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : mengecil saat terkena cahaya
Facial drop :tidak ada , Menelan ; baik
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : baik, Postur : seimbang
Refleks tendom dalam : normal , Paralisis : tidak ada
XI. NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Lokasi : pada kedua pinggang
intensitas (1-10 dimana 10 sangat nyeri) : skala nyeri 3 Frekuensi : hilang
timbul
Kualitas : seperti tertusuk-tusuk
Durasi : 1 menit
Penjalaran : menjalar hingga ke perut bawah dan kemaluan
Faktor-faktor pencetus : bertambah jika bergerak
Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan: tirah baring

Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka : ada
Menjaga area yang sakit : ya
Respons emosional : baik
Penyempitan fokus : tidak ada
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada
Riwayat bronkitis : tidak ada
Asma : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada
Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya :tidak ada
Perokok : pasien mengatakan tidak merokok
Penggunaan alat bantu pernapasan : tidak ada , Oksigen : tidak ada

Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi : 21x/menit
Kedalaman : cukup dalam , Simetris : ya
Penggunaan otot-otot asesori : tidak ada , Napas cuping hidung : tidak ada
Fremitus : tidak ada
Bunyi napas : vesikuler
Egofoni : tidak ada
Sianosis : tidak ada , Jari tubuh : tidak ada
Karakteristik sputum : tidak ada
Fungsi mental/ gelisah : pasien tampak gelisah

XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas : tidak ada alergi Reaksi : tidak ada
Perubahan sistem imun sebelumnya :tidak ada , Penyebab : -
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : tidak ada , Periksaan :tidak ada
Tranfusi darah/ jumlah : belum pernah Kapan :tidak ada
Gambaran reaksi :tidak ada
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi :tidak ada
Artritis/ sendi tak stabil :tidak ada
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat : tidak ada, Pembesaran nodus : tidak ada
Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
Protese : tidak ada , Alat ambulatori : tidak ada

Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 36.5 0 C Diaforesis : ada
Integritas kulit : baik
Jaringan parut : tidak ada , Kemerahan : tidak ada

Laserasi : tidak ada , Ulserasi :tidak ada

Ekimosis : tidak ada , Lepuh : tidak ada

Luka bakar : (derajat/ persen) : tidak ada ,Drainase : tidak ada

Tandai lokasi pada diagram di bawah ini :

Kekuatan Umum : sedang Tonus otot : baik

Cara berjalan : seimbang , ROM : normal

Parestesia/ paralisis : tidak ada


Hasil kultur, Pemeriksaan sistem imun : tidak ada

XIV. SEKSUALITAS (Komponen dari Interaksi sosial)

Aktif melakukan hubungan seksual : aktif

Penggunaan Kondom : tidak ada

Masalah-masalah/ kesulitan seksual ; Tidak ada masalah

Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : tidak ada

Wanita

Gejala (Subjektif)

Usia menarke :12 tahun Lamanya siklus :28 hari


Durasi :7 hari

Periode mentruasi terakhir : 13 April 2020 ,

Menopouse : tidak ada

Rabas vaginal : tidak ada , Berdarah antara periode : tidak ada

Melakukan pemeriksaan payudara sendiri/ mammogram : tidak ada

PAP smear terakhir : tidak ada

XV. INTERAKSI SOSIAL

Gejala (Subjektif)

Status perkawinan menikah , Lama : 10 tahun

Hidup dengan : suami dan anak-anaknya

Masalah-masalah/ stress : tidak ada

Keluarga besar : ya

Orang pendukung lain : suami dan anak-anak

Peran dalam struktur keluarga : seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : tidak ada


Perubahan bicara : penggunaan alat bantu komunikasi : tidak ada

Adanya laringektomi : tidak ada

Tanda (Objektif)

Bicara : jelas , Tak jelas : tidak ada

Tidak dapat dimengerti :- Afasia : tidak ada

Pola bicara tak biasa/ kerusakan : tidak ada

Pengunaan alat bantu bicara : tidak ada penggunaan alat bantu

Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : baik

Pola interaksi keluarga (perilaku) : baik

XVI. PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN

Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan (khusus) : tidak ada , Melek huruf : pasien tidak buta
huruf

Tingkat pendidikan : SMA


Ketidakmampuan belajar (khusus) : pasien mampu belajar
Keterbatasan kognitif : tidak ada
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : baik
Orientasi spesifik terhadap perawatan kesehatan (spt, dampak dari agama/
kultural yang di anut) : tidak ada
Faktor resiko keluarga (tandai hubungan) : tidak ada
Diabetes : tidak ada
Tuberkulosis ; tidak ada
Penyakit jantung : tidak ada
Stroke : tidak ada
TD tinggi : tidka ada
Epilepsi : tidak ada
Penyakit ginjal : tidak ada, Kanker : tidak ada
Penyakit jiwa : tidak ada Lain-lain : tidak ada
Obat tanpa resep : Obat-obat bebas : tidak ada
Obat-obat jalanan : tidak ada , Tembakau : tidak ada

Perokok tembakau : pasien tidak merokok

Penggunaan alkohol (jumlah/ rekuensi) : tidak


Diagnosa saat masuk perdokter : asma
Alasan di rawat per pasien : pasien sesak
Riwayat keluhan terakhir : masih sesak dan batuk berdahak
Harapan pasien terhadap perawatan/ pembedahan sebelumnya : pasien
mengatakan ingin cepat sembuh
Bukti kegagalan untuk perbaikan : tidak ada
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : normal
XVII. Pertimbangan Rencana Pulang
DRG yang menunjukkan lama dirawat rata-rata : 14 hari jika ada
perbaikan
Tanggal informasi di dapatkan : 28 april 2020
1. Tanggal pulang yang diantisipasi 09 maret 2020
2. Sumber-sumber yang tersedia : orang : anak kandung
Keuangan : istri dan anak kandung
3. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah
pulang : menghindari faktor pencetus mencegah asma kambuh
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/ bantuan: lingkungan sekitar
rumah
Penyiapan makanan : istri pasien , Berbelanja : istri pasien
Transportasi : dijemput oleh keluarga , Ambulasi :-
Obat/ trapi IV : belum ada , Pengobatan : -
Perawatan luka : tidak ada , Peralatan : tidak ada
Bantuan perawatan diri (khusus) : tidak ada
Gambaran fisik rumah (khusus) : rumah permanen, ventilasi baik
Bantuan merapihkan/ pemeliharaan rumah : keluarga
Fasilitas kehidupan selain rumah (khusus) : tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 28 April 2020
Jenis pemeriksaan Nilai Satuan Hasil
Normal
URINALISA
URINE LENGKAP
Protein Negatif - Positif
Nitrit Negatif - Positif
Leukosit esterase Positif 2 - Positif 3
Blood Negatif - Positif
Bakteri Negatif - Positif
Leukosit 8-12 /LPS 15

Pemeriksaan tanggal 28 April 2020


Jenis Pemeriksaan Hasil
BNO Stoghom ginjal kiri, pada IVP
ditemukan kesan nefrolitiasis sinistra
USG Hidronefrosis dextra gr 4 ec onstruksi
di ureter dan staghom
TERAPI MEDIS
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Obat oral :
Nephrolit 4x1 Untuk menghancurkan batu ginjal
Ranitidine 2x50mg
Pndansentron 3x8mg

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Data senjang Interpretasi Data Masalah
.
1. DS : Faktor endogen dan Nyeri akut
- Pasien mengatakan faktor eksogen
merasakan nyeri pada
pinggang sebelah kanan Pengendapan garam dan
dan kiri, nyeri yang mineral, Ph urine
dirasakan menjalar hingga berubah dari asam
ke perut bawah dan menjadi alkalis
kemaluan, nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk dengan skala nyeri Pembentukan batu
3, nyeri juga bertambah ginjal
jika pasien bergerak, nyeri
yang dirasakan hilang Obstruksi pada ginjal
timbul
DO :
- Wajah pasien tampak Terjadi
meringis inflamasi/peradangan
- Pasien tampak memegangi
kedua pinggang
- Pasien tampak Rangsangan terhadap
menghindari disentuh mediator reseptor nyeri
bagian yang nyeri oleh
perawat Nyeri akut
2. DS : Faktor endogen dan Gangguan
- pasien mengatakan sering faktor eksogen eliminasi
buang air kecil urine
- pasien mengatakan jumlah Pengendapan garam dan
BAK sedikit berkurang mineral, Ph urine
- pasien mengatakan sakit berubah dari asam
saat BAK
DO : menjadi alkalis
- Terdapat distensi kandung Pembentukan batu
kemih ginjal
- berkemih tidak tuntas
Obstruksi pada ginjal

Penurunan reansorbsi
dan sekresi ke uretra
menurun

Aliran urin ke uretra


menurun

Volume urin di vesika


urinaria menurun

Gangguan eliminasi
urin
3 DS : Faktor endogen dan Nausea
- pasien mengatakan nafsu faktor eksogen
makan berkurang
- pasien mengatakan mual Pengendapan garam dan
DO : mineral, Ph urine
- mukosa bibir tampak berubah dari asam
kering menjadi alkalis
- makan hanya habis
setengah porsi Pembentukan batu
ginjal

Obstruksi pada ginjal

Peningkatan distensi
abdomen

Mempengaruhi pusat
mual muntah di
hipotalamus
Lambung meningkatkan
produksi HCL

Nausea

2. diagnosa keperawatan
a. nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis inflamasi
b. gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi pada ginjal
c. nausea berhubungan dengan adanya tekanan pada abdomen

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kode : Tingkat nyeri : L.08066 Manajemen
D.0077 Setelah dilakukan nyeri : 108238
Nyeri akut tindakan keperawatan Observasi : Observasi :
berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk
dengan agen diharapkan skala nyeri lokasi, mengetahui
cidera
dapat berkurang dengan karakteristik, karakteristik
fisiologis
(inflamasi, kriteria hasil: durasi, nyeri
iskemia, - Keluhan nyeri frekuensi,
neoplasma) menurun (5) kualitas,
- Meringis menurun (5) intensitas
- Frekuensi nadi nyeri
membaik (5) 2. Identifikasi 2. Untuk
skala nyeri mengetahui
skala nyeri
yang
dirasakan
Terapeutik : Terapeutik :
1. Berikan 1. Tindakan ini
teknik non memungkink
farmakologi an klien
s untuk untuk
mengurangi mendapatkan
nyeri rasa kontrol
( relaksasi terhadap
nafas dalam nyeri.
Edukasi : Edukasi :
1. Pasien
3. Jelaskan mengetahui
penyebab, penyebab
periode, dan nyeri
pemicu 2. Pasien
nyeri mengetahui
4. Jelaskan tindakan
strategi yang
meredakan dilakukan
nyeri saat nyeri
muncul
Kolaborasi : Kolaborasi :
2. Kolaborasi 1. Agen-agen
pemberian ini secara
analgetik, sistematik
jika perlu menghasilka
n relaksasi
umum dan
menurunkan
inflamasi
sehingga
mengurangi
rasa nyeri
Kode : Eliminasi Urine: Manajemen
D.0040 L.04034 eliminasi
Gangguan Setelah dilakukan urine : I. 04152
eliminasi tindakan keperawatan Observasi : Observasi :
urine selama 3x24 jam 1. Identifikasi 1. mengetahui
berhubungan tanda dan tanda dan
diharapkan eliminasi
dengan gejala retensi gejala retensi
obstuksi urine dapat berkurang atau urine
ginjal, sering dengan kriteria hasil: inkontinensia
BAK, - Berkemih tidak urine
hematuria tuntas menurun 2. Identifikasi 2. untuk
sekunder (5) faktor yang menentukan
dari iritasi - Disuria menurun menyebabka intervensi
saluran n retensi atau keperawatan
(5)
kemih. inkontinensia
- urine
3. Monitor 3. Frekuensi,
eliminasi konsistensi,
urine (mis. aroma,
Frekuensi, volume, dan
konsistensi, warna
aroma, mengindikas
volume, dan ikan suatu
warna) penyakit
tertentu

Terapeutik : Terapeutik :
1. Catat waktu- 1. Menentukan
waktu dan waktu
haluaran berkemih
berkemih yang tepat
2. Batasi asupan 2. Mencegah
cairan, jika terlalu sering
perlu BAK
Edukasi : edukasi :
1. Ajarkan tanda 1. Agar pasien
dan gejala mengetahui
infeksi tanda
saluran kemih infeksi
saluran
kemih
2. Ajarkan 2. Dapat
mengukur mengevalua
asupan cairan si secara
dan haluaran mandiri
urine
3. Anjurkan 3. Merangsang
minum yang untuk BAK
cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
4. Anjurkan 4. Mencegah
mengurangi terjadinya
minum nokturia
menjelang
tidur

Kode : 0076 Kontrol mual/muntah : Manajemen


Nausea L.10099 mual : I.03117
berhubungan Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi 1. Mencegah
adanya selama 3x24 jam dampak mual terjadinya
tekanan pada diharapkan mual/muntah terhadap dampak
abdomen dapat berkurang dengan kualitas yang
kriteria hasil: hidup (mis. berlebih
1. Kemampuan Nafsu makan,
mengenali aktifitas 2. Mengenali
penyebab/pemicu kerja, penyebab
meningkat (5) kinerja) mual
2. Kemampuan 2. Identifikasi Terapeutik :
melakukan tindakan faktor 1. Air hangat
untuk mengontrol penyebab dapat
mual/muntah (5) mual (mis. mengurangi
3. Pengobatan Pengobatan) peningkatan
antiemetik menurun asam
(5) Terapeutik : lambung
1. Anjurkan 2. Mecegah
minum air timbulnya
hangat mual

3. Makanan
hangat
dapat
2. Anjurkan meningkatk
makan an nafsu
sedikit tapi makan
sering Edukasi :
3. Anjurkan 1. Agar
makan dalam merasa
keadaan lebih segar
makanan dan tidak
masih hangat mual
Edukasi :
1. Anjurkan
sering
membersihka
n mulut,
kecuali jika
merangsang
mual
2. Anjurkan
makanan
tinggi 2. Makanan
karbodhidrat berlemak
dan rendah tinggi dapat
lemak menimbulk
Kolaborasi : an mual
1. Kolaborasi
pemberian
antiemetik, Kolaborasi :
jika perlu 1. Menekan
senyawa
yang
memicu
mual

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal, Diagnosa Tindakan keperawatan Respon Tanda


jam Keperawata tangan
n
28 april Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Penni
2020/ 08.00 berhubungan karakteristik, durasi, - Pasien
dengan agen frekuensi, kualitas, mengatakan
cidera masih
intensitas nyeri
fisiologis merasakan nyeri
08.15 (inflamasi, 2. Mengidentifikasi skala - O :
iskemia, nyeri - Wajah
08.20 neoplasma) 3. Memberikan teknik non pasien
farmakologis untuk tampak
mengurangi nyeri meringis
( relaksasi nafas dalam - Skala nyeri
3
4. Menjelaskan penyebab,
08.30 - Nadi
periode, dan pemicu 90x/menit
nyeri - Pasien
08.45 5. Menjelaskan strategi tampak
meredakan nyeri memegangi
09.00 kedua
pinggang
- Pasien
tampak
menghindari
disentuh
bagian yang
nyeri oleh
perawat
09.15 Gangguan 1. Mengidentifikasi tanda S : Penni
eliminasi dan gejala retensi atau - Pasien
urine inkontinensia urine mengatakan
09.30 berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor BAK masih
dengan yang menyebabkan belum tuntas
obstuksi retensi atau - Pasien
ginjal, sering inkontinensia urine mengatakan
09.45 BAK, 3. Memonitor eliminasi nyeri saat
hematuria urine (mis. Frekuensi, BAK
sekunder dari konsistensi, aroma, O :
iritasi saluran volume, dan warna) - Terdapat
10.00 kemih. 4. Mencatat waktu-waktu distensi
dan haluaran berkemih kandung
10.15 5. Membatasi asupan kemih
cairan, jika perlu - Terdapat
10.20 6. Mengajarkan tanda dan nyeri tekan
gejala infeksi saluran pada
kemih suprapubik
10.30 7. Mengajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
10.40 8. Mengannjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
10.50 9. Menganjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur

11.00 Nausea 1. Mengidentifikasi S: Penni


Pasien mengatakan
berhubungan dampak mual terhadap
masih merasa mual
dengan kualitas hidup (mis. O:
- Mukosa
adanya Nafsu makan, aktifitas
bibir tampak
tekanan pada kerja, kinerja) kering
11.30 - Makan
abdomen 2. Mengidentifikasi faktor
hanya habis
penyebab mual (mis. setengah
porsi
Pengobatan)
11.45 3. Menganjurkan minum
air hangat
12.00 4. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering
12.20 5. Menganjurkan makan
dalam keadaan makanan
masih hangat
12. 30
6. Menganjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
12. 40
7. Menganjurkan makanan
tinggi karbodhidrat dan
rendah lemak
12.50
8. Melakukan kolaborasi
pemberian ondansentro
3x8mg
29 April Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Penni
2020 berhubungan karakteristik, durasi, - Pasien
09.00 dengan agen frekuensi, kualitas, mengatakan
cidera nyeri pada
intensitas nyeri
fisiologis kedua
(inflamasi, 2. Mengidentifikasi skala pinggang
09.15 iskemia, nyeri mulai
neoplasma) 3. Memberikan teknik non berkurang
farmakologis untuk O :
09.20 mengurangi nyeri - Wajah
( relaksasi nafas dalam pasien
tampak
4. Menjelaskan penyebab,
meringis
09.30 periode, dan pemicu - Skala nyeri
nyeri 2
09.40 5. Menjelaskan strategi - Nadi :
meredakan nyeri 85x/menit
- Pasien
09.50 tampak
memegangi
kedua
pinggang

10.05 Gangguan 1. Mengidentifikasi tanda S : Penni


eliminasi dan gejala retensi atau - Pasien
urine inkontinensia urine mengatakan
10.15 berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor BAK masih
dengan yang menyebabkan belum tuntas
obstuksi retensi atau - Pasien
10.25 ginjal, sering inkontinensia urine mengatakan
BAK, 3. Memonitor eliminasi nyeri saat
hematuria urine (mis. Frekuensi, BAK masih
sekunder dari konsistensi, aroma, dirasakan
10.40 iritasi saluran volume, dan warna) O:
kemih. 4. Mencatat waktu-waktu - Terdapat
dan haluaran berkemih distensi
10.50 5. Membatasi asupan kandung
cairan, jika perlu kemih
10.00 6. Mengajarkan tanda dan - Terdapat
gejala infeksi saluran nyeri tekan
kemih pada
10.10 7. Mengajarkan mengukur suprapubtik
asupan cairan dan
haluaran urine
10.20 8. Mengannjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
10.30 9. Menganjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur

10.40 Nausea 1. Mengidentifikasi S:


Pasien mengatakan
berhubungan dampak mual terhadap
mual sedikit
dengan kualitas hidup (mis. berkurang
adanya Nafsu makan, aktifitas
O:
tekanan pada kerja, kinerja) - Mukosa
10.50 bibir kering
abdomen 2. Mengidentifikasi faktor
- Makan
penyebab mual (mis. hanya habis
setengah
Pengobatan)
porsi
11.00 3. Menganjurkan minum
air hangat
11.20 4. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering
11.30 5. Menganjurkan makan
dalam keadaan makanan
masih hangat
11.40
6. Menganjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
11.50
7. Menganjurkan makanan
tinggi karbodhidrat dan
rendah lemak
12.00 8. Melakukan kolaborasi
pemberian ondansentron
3x8mg
30 April Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Penni
2020/ 08.00 berhubungan karakteristik, durasi, - Pasien
dengan agen frekuensi, kualitas, mengatakan
cidera intensitas nyeri nyeri pada
fisiologis kedua
2. Mengidentifikasi skala
08.15 (inflamasi, pinggang
iskemia, nyeri mulai
08.20 neoplasma) 3. Memberikan teknik non berkurang
farmakologis untuk O :
mengurangi nyeri - Wajah
( relaksasi nafas dalam pasien
08.30 4. Menjelaskan penyebab, tampak
meringis
periode, dan pemicu
- Skala nyeri
nyeri 2
08.45 5. Menjelaskan strategi - Nadi :
meredakan nyeri 82x/menit
- Pasien
tampak
memegangi
kedua
pinggang

09.00 Gangguan 1. Mengidentifikasi tanda S : Penni


eliminasi dan gejala retensi atau - Pasien
urine inkontinensia urine mengatakan
09.30 berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor BAK masih
dengan yang menyebabkan belum tuntas
obstuksi retensi atau O :
ginjal, sering inkontinensia urine - Terdapat
09.45 BAK, 3. Memonitor eliminasi distensi
hematuria urine (mis. Frekuensi, kandung
sekunder dari konsistensi, aroma, kemih
iritasi saluran volume, dan warna) - BAK
09.50 kemih. 4. Mencatat waktu-waktu tampak
dan haluaran berkemih belum tuntas
10.00 5. Membatasi asupan
cairan, jika perlu
10.20 6. Mengajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
10.30 kemih
7. Mengajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
10.45 8. Mengannjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
11.00 9. Menganjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur

11.20 Nausea 1. Mengidentifikasi S:


Pasien mengatakan
berhubungan dampak mual terhadap
mual berkurang
dengan kualitas hidup (mis.
O:
adanya Nafsu makan, aktifitas
- Mukosa
tekanan pada kerja, kinerja) bibir kering
11.30 - Makanan
abdomen 2. Mengidentifikasi faktor
habis satu
penyebab mual (mis. porsi
Pengobatan)
11.40 3. Menganjurkan minum
air hangat
11.50 4. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering
12.00 5. Menganjurkan makan
dalam keadaan makanan
masih hangat
12.15
6. Menganjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
12.30
7. Menganjurkan makanan
tinggi karbodhidrat dan
rendah lemak
12.40 8. Melakukan kolaborasi
pemberian ondansentron
3x8mg

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam Diagnosis SOAP Paraf
Keperawatan
31 april Nyeri akut S : Penni
2020 berhubungan - Pasien mengatakan nyeri pada kedua
09.00 WIB dengan agen pinggang berkurang
cidera fisiologis O :
(inflamasi, - Wajah tidak meringis
iskemia, - Nadi : 80x/menit
neoplasma) - Skala nyeri 2
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
31 april 2020 Gangguan S: Penni
10.00 WIB eliminasi urine - Pasien mengatakan BAK masih
berhubungan belum tuntas
dengan obstuksi O :
ginjal, sering - Masih tampak distensi pada kandung
BAK, hematuria kemih
sekunder dari A : masalah belum teratasi
iritasi saluran P : intervensi dilanjutkan
kemih.
31 april 2020 Nausea S: Penni
10.00 WIB - Pasien mengatakan mual berkurang
berhubungan
O:
dengan adanya - Mukosa bibir tampak lembab
- Makanan habis dalam satu porsi
tekanan pada
A : masalah teratasi sebagian
abdomen P : intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Lemone Prisila dkk. 2016. Buku Ajaran Keperawatan. Medikal bedah.


Jakarta:EGC

Muttaqin, Arif . (2010). Pengkajian keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.


Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif& Sari, Kumala (2011) : Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Anda mungkin juga menyukai