Anda di halaman 1dari 19

BOOKLED

PENDIDKAN KESEHATAN TENTANG


MOBILISASI (MIRING KANAN/MIRING
KIRI)
UNTUK PASIEN YANG BERESIKO
MENGALAMI DECUBITUS

Oleh Kel II:


1. Wina Mersilia
2. Elva Fitriani
3. Ayu Putri.L
4. Risa Sri.W

PROGRAM STUDI PROFESI NERSE


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA...........................................................

1. Latar Belakang`..............................................................4

2. Pengertian Stroke ..........................................................5

3. Pengertian Mobilisasi.....................................................6

4. Tujuan Mobilisasi...........................................................7

5. Jenis-Jenis Mobilisasi.....................................................8

6. Kontraindikasi Mobilisasi.............................................9

7. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi......................10

8.Pengertian Mika-Miki.....................................................11

9.Tujuan Mika-miki...........................................................12

10. Prosedur Mika-Miki.....................................................13

11. Pengertian Decubitus...................................................14

12. Derajat Decubitus.........................................................15

13. SOP Mika-Miki.............................................................17


Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karuniannya Kami dapat menyelesaikan Bookled ini dengan baik. Bookled ini
disusun selain untuk menyelesaikan tugas akhir manajemen keperawatan juga
memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi terhadap pasien yang
beresiko mengalami decubitus.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibuk NS. Mera Delima,


S.Kep.,M.kep selaku Ka.Prodi keperawatan, ibu Ns. Vera Sesrianty, S.Kep.,M.Kep,
ibu Ns. Endra Amalia, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing dan Ns. Anil Basya,
S.Kep.,M.kep selaku pembimbing klinik, yang telah membimbing penulis selama
peroses pembuatan bookled ini sehingga terselesainya dengan tepat waktu dan
berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam peroses
penyelesaian pembuatan bookled ini.

Semoga booklet ini juga dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang
dibutuhkan bagi para pembaca dan petugas kesehatan yang bekerja di RS. OMH
Bukit Tinggi. Penulis menyadari, bahwa selama penyusunan penulisan masih
banyak melakukan kesalahan. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam bookled ini. Penulis juga
mengharapkan keritik maupun saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam bookled ini.

Bukittinggi, Juni 2021

Penulis
MOBILISASI PADA
PASIEN YANG BERESIKO
MENGALAMI
DECUBITUS

Stroke adalah suatu kumpulan gejala klinis yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak secara vokal
atau global yang berlangsung selama 24 jam/lebih atau
menyebabkan ke- matian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain gangguan vaskuler (WHO, 1986, dalam Rasyid, et
al., 2007). Stroke atau Cedera Sere- brovaskuler (CVA)
merupakan ketidaknorma- lan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP)
yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke
otak. Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
strokeiskemik (85%) ter- jadinya penyumbatan pembuluh
darah, terjadi penurunan perfusi yang nyata dan stroke-
hemoragik (15%) terjadinya ektravasasi perdarahan ke
dalam otak atau ruangan sub araknoid (Smeltzer et.al, 2008).
Berdasarkan masalah dan dampak bio- psiko-sosial-
spiritual akibat stroke dalam kompre-hensif akut maupun
lanjut, maka perlu ditangani sebaik mungkin oleh tim
kesehatan salah satunya termasuk perawat. Dengan demikian
sangat dibutuhkan peran perawat yang profes- sional serta
mampu memberikan asuhan keperawatan secara cepat, tepat
dan kompre- hensif sehingga dapat mencegah kecacatan dan
kematian (Smeltzer et.al, 2008).
Tindakan keperawatan pada pasien stroke dimaksudkan
untuk mengurangi dan mencegah beratnya gejala sisa pasca
stroke. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan mobilisasi dini fase akut stroke. Tindakan ini
meliputi elevasi kepala 30 derajat, miring kiri dan kanan, serta
melakukan ROM pasif. Pemantauan kondisi pasien dapat
dilakukan dengan mengevaluasi status fungsional meng-
gunakan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)
yang sudah diketahui vali- dasinya baik (Joseph, 2004;
Damhudi, 2009).
STROKE

Stroke adalah kehilangan fungsi


APA ITU otak yang diakibatkan berhentinya suplai
kebagian otak. Stroke dapat terjadi
PENYAKIT karena Iskemia atau perdarahan. Tempat
STROKE? lesi lebih penting dalam menghasilkan
gejala dan tanda patologis dari pada sifat
dan patologi lesi itu sendiri. Mayoritas
lesi yang mempengaruhi konteks motoris
bersifat vaskuler dan berakibat cedera
kepala (Smeltzer, 2010).
Stroke merupakan penyakit yang
terjadi secara mendadak, progresif, cepat
berupa deficit neurologist fokal atau
global yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan darah otak non traumatic
(Mansjoer, 2014)
MOBILISASI

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan. Menurut Carpenito (2000 dalam Marlitasari 2010), mobilisasi

dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu

esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari defenisi diatas dapat

disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya mempertahankan kemandirian

sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan

fungsi fisiologis.

Aktivitas dan mobilsasi didefinisikan sebagai suatu aksi energrtik atau


2

keadaan bergerak. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk

dapat bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun dalam waktu yang

singkat memerlukan tindakan tertentu yang tepat, baik oleh pasien maupun

perawat. Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, yang

perlu diketahui oleh perawat, antara lain : gerakan setiap persendian, postur

tubuh, latihan dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas

(Heriana, 2014).
TUJUAN MOBILISASI
3

Tujuan mobilisasi menurut Heriana (2014) :

1. Mencegah kelemahan otot-otot serta mempertahankan / memelihara kekuatan otot.

2. Mencegah kekakuan sendi (ankilosa).

3. Mempersiapkan masa sembuh.

4. Mencegah dekubitus.
Latihan ROM aktif adalah latihan isotonik yaitu klien menggerakkan setiap sendi

tubuh dengan serangkaian pergerakan yang komplet, peregangan secara maksimal semua

kelompok otot dalam setiap bidang sendi. Latihan ini mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot dan membantu mempertahankan fungsi

kardiorespiras pada klien yang mengalami imobilisasi. Latihan ROM pasif harus dilakukan

pada setiap pergerakan lengan, tungkai, dan leher yang tidak dapat dilakukan oleh klien

secara aktif. Seperti latihan ROM aktif, latihan ROM pasif harus dilakukan sampai ke titik

sedikit mendapat tahanan, tetapi tidak nyaman. Pergerakan harus sistematik dan urutan

yang sama harus dilakukan selama setiap sesi latihan. Setiap latihan harus diulang

sebanyak tiga kali dan seri latihan harus dilakukan dua kali sehari (Kozier, 2010).
Indikasi Mobilisasi
Jenis Dini
–Jenis
Mobilisasi

Mobilisasi Penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas Adapun
sehinggaindikasi dalam mobilisasi
dapat melakukan
sebagai berikut :
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
1. Stroke
Mobilisasi penuh ini merupakan atau saraf
fungsi penurunan tingkat
motorik
kesadaran.
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang. 2. Kelemahan otot.

3. Fase rehabilitasi fisik.


Kontraindikasi
4. Klien dengan tirah baring lama.
Mobilisasi Dini
Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya. Pasien paraplegi dapat mengalami
mobilisasi sebagian pada ekstermitas bawah karena
Mobilisasi
Adapun kontraindikasikehilangan
dalam kontrol motorik dan sensorik.
dibagi
mobilisasi sebagai berikut :
menjadi:
1. Trombus/emboli pada pembuluh
darah.

2. Kelainan sendi atau tulang.


Mobilisasi sebagian temporer : merupakan kemampuan
3. individu karena
Klien 1fase imobilisasi untukkasus
bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara.
penyakit (jantung).
Mobilisasi sebagian permanen : merupakan kemampuan
2 individu untuk bergerak dengan batasanyang sifatnya
menetap.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Mobilisasi

Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya
seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya seorang
anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang
biasa pakai mobil dalam segala keperluannya.

Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat
apalagi dengan seorang pelari.
Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang
remaja.
MIKA-MIKI (MIRING KANAN/MIRING KIRI)

Hidayat (2008) dalam Jurnal keperawatan


HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) balige (2013)
menyatakan bahwa merubah posisi merupakan
kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi 4
APA ITU kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatan
dari individu tersebut. Posisi miring adalah posisi
MIKA- dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian
MIKI? besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu
(Darliana, 2014).
Posisi lateral yaitu posisi lateral diantara
pinggul dan matrass yang disertai penggunaan bantal
pada daerah-daerah berikut diantara lutut kanan dan
lutut kiri, diantara mata kaki, dibelakang punggung,
serta dibawah kepala untuk mencegah terjadinya
dekubitus Tarihoran (2010)
Posisi miring yaitu posisi lateral diantara
pinggul dan tempat tidur yang disertai penggunaan
bantal pada daerah diantara lutut kanan dan lutut kiri,
diantara mata kaki, dibelakang punggung, serta
dibawah kepala untuk mencegah terjadinya dekubitus
Tarihoran (2010). Posisi tubuh lateral dengan sudut
maximum 300 bermanfaat mencegah kulit dari
pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear).
Pergesekan akan mengakibatkan abrasi dan merusak
permukaan epidermis kulit, sedangkan perobekan
jaringan bisa mengakibatkan oklusi dari pembuluh
darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam
seperti otot yang sering dekubitus. Dekubitus biasanya
dialami pasien yang mengalami tirah baring terlalu
lama seperti penderita stroke (Smeltzer, 2010).
TUJUAN MIKA-
MIKI

Tujuan pemberian posisi miring


menurut Darliana (2014) adalah
sebagai berikut : Indikasi Indikasi pemberian
1 Mempertahankan body aligement posisi miring menurut Darliana
2 Mengurangi komplikasi akibat (2014) adalah sebagai berikut :
immobilisasi 1 Pasien yang ingin
3 Meningkankan rasa nyaman beristirahat dengan
nyaman
4 Mengurangi kemungkinan 2 Pasien yang ingin tidur
tekanan yang menetap pada tubuh dengan pergantian posisi
akibat posisi yang menetap 3 Pasien yang posisi fowler
sehingga menyebabkan luka atau dorsal recumbent
(dekubitus). dalam posisi lama.
4 Penderita yang mengalami
kelemahan dan adanya
luka tekan.
PROSEDUR

Prosedur posisi miring yang


dikutip dari Tarihoran (2010)
adalah sebagai berikut :
1. Pasien ditempatkan persis
ditengah tempat tidur
2. Gunakan bantal untuk
menyanggah kepala dan leher
3. Tempatkan satu bantal pada
sudut antara bokong dan
matras dengan cara miringkan
panggul.
4. Bantal yang berikutnya
ditempatkan memanjang
diantara kedua kaki.
Posisi miring kanan-miring kiri ini
dilakukan setiap 2 Jam sekali. 6
DECUBITUS

Dekubitus diturunkan dari bahasa latin


decumbo yang berarti berbaring. Ulkus
dekubitus adalah masalah kesehatan bermakna
APA
ITU? karena kasus ini meningkatkan lama
hospitalisasi, meningkatkan biaya perawatan
kesehatan dan meningkatkan kejadian kematian
(Tambayong, 2009).
Dekubitus adalah lesi di kulit yang terjadi
akibat rusaknya epidermis dan kadangkadang
jaringan subkutis dan tulang di bawahnya
(Price, 2009).
Ulkus dekubitus juga disebut pressure sores
atau bed sores yaitu lesi di kulit yang terjadi
akibat rusaknya epidermis, dermis dan kadang-
kadang jaringan subkutis dan tulang di
bawahnya. Ulkus dekubitus biasanya dijumpai
pada orang-orang yang dirawat di tempat tidur
atau mengalami penurunan mobilitas termasuk
salah satunya pasien stroke (Corwin, 2009).
DERAJAT
DERCUBITUS

Derajat ulkus dekubitus menurut Tambayong (2009) dalam Damayanti


(2012) adalah sebagai berikut :
a) Derajat I Derajat ini ditandai dengan terbentuknya abrasi yang mengenai
epidermis, luka tampak merah, hangat dan mengeras.
b) Derajat II Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke
jaringan adiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh
dalam 10-15 hari. Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau
dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh
atau membentuk lubang yang dangkal.
c) Derajat III Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah
mulai terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya
struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi
dengan fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik.
Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu
d) Derajat IV Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta
sendi. Dapat terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering diserti
anemia. Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.
APA AKIBAT JIKA TIDAK
MELAKUKAN MIKA-MIKI?

Pasien stroke yang tidak


teratasi segera akan mengalami
perubahan status mental, bicara
tidak lancar akibat kelumpuhan
wajah, gangguan persepsi
STROKE DAN penglihatan dan kelumpuhan yang
ULKUS dapat berdampak pada ulkus
dekubitus (Dinkes Jateng, 2015)
Ulkus dekubitus sendiri
merupakan nekrosis seluler
terlokalisasi yang cenderung
terjadi akibat kompresi8
berkepanjangan pada jaringan
9
lunak antara tonjolan tulang dan
permukaan padat. Paling umum
sebagai akibat imobilisasi yang
terlalu lama..
SOP (STANDAR OPRASIONAL
PROSEDUR) MIKA - MIKI

PERSIAPAN ALAT
1. Bantal seperlunya
2. Handuk atau bantal pasir
PERSIAPAN PASIEN
3. Menjelaskan langkah-langkah tindakan

PELAKSANAAN
4. Mencuci tangan
5. Mempersiapkan alat
6. Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk
bekerja ( sesuai dengan tinggi perawat)
7. Pindahkan pasien ke posisi tempat tidur dengan arah
berlawanan dengan posisi yang diinginkan
8. Rapatkan kedua kaki pasien dan tekuk lututnya
9. Miringkan pasien sampai posisi agak tengkurap
10. Letakkan bantal kecil di bawah kepala
11. Tempatkan satu tangan di belakang tubuh
12. Atur bahu atas sedikit abduksi atau siku fleksi
13. Letakkan bantal diruang antara dada, abdomen serta
lengan atas kasur
14. Letakkan bantal di ruang antara abdomen, pelvis, paha
atas dan tempat tidur
15. Yakinkan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang
yang sama
16. Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di bawah
telapak kaki
17. Mencuci tangan
18. Evaluasi respon pasien

Anda mungkin juga menyukai