Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DEMAM DENGUE FEVER)

Oleh :
ELVA FITRIANI
2030282034

Dosen Pembimbing :

Ns. IDA SURYATI, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2020/2021

1. Konsep Dasar
a. Definisi
Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah penyakit infeksi yang
dsebabkan oleh virus dengue mnifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leukpenia, ruam, limfadenopati, trombosit opnia dan
diathesis hemoragic. Pada DBD trjadi prembesan lasma yang di tandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau pnumpukan cairann
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syok syndrome) adalah
demam berdarah yang dtandai oleh rnjatan/syokk (Sudowo et al, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam kuat yang
ditandai dengan empat gejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,
hpatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi smpai tmbul rejatan (sndrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013)
b. Anatomi Fisiologi.
 Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
 Arteri
merupakan pembuluh darah yng keluar dari jantung yang meambawa
darah kaseluruh bagian dan alat tubuh. Pambuluh darah arteri yng
paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dantebal tetapi sifatnya elastic dan
terdiri dari 3 lapisan.
 Vena
Vena (pmbuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya umtuk mncegah
darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yng ukurannya besar
diantaranyaa vena kava dan enapulmonalis. Vena ini juga mempunyai
cabang yang lebih kecil yang dsiebut venolusyang selanjutnya
menjadi kapiler.
 Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008mm. Asuhan Keperawatan
pada dindingnya terdiri dari suatu lapisan ndotel. Bagian tubuh yang
tidak terdapat kapiler yaituu: rambut, kuku, dan tluang rawan.
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan. Oleh Karena itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
makanan mudah merembes kecairan jaringan antar sel.
 Darah
Darah adalah cairann didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu
membawa nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian d
iedarkann keseluruh tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu
komponen padat dan koomponen cair. Darah brwarna merah, warna
merah tersebut keadaannyaa tidak tetap tergantung kepada banyaknya O2
dan CO2 didalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak maka
warnanya kan menjadi merah muda. Sedangkan Darah juga pembawa
dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin keorgan
sasarannya. Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zatt
ikmiawi untuk didistribusikan keseluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh
dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam
upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa
bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah
adalah 70 cc/ kgbb.
 Sel- sel darah
 Eritrosit
Eritrosit dibuat didalam sumsum tulang, di dalam sumsum
tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat sebelum
dilepaskan / keluar. Pada proses pembentukannya diperlukan Fe,
Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa
protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlkan hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal,
sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentkan seperti di
atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan maka
terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran eritrosit
sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang
berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah hepar kewalahan
bilirubin tidak banyak jumlahnya.
 Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan
cara menghncurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk.
Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit,
monosit. Jumah nomal leukosit 5000 – 9000 mm. Bila
jumlahnya berkurang maka disebut leukopenia.
 Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupkan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya
yaitu megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya
sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
- daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
- daya adhesi (melekat)
- daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai
hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses
kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan berjalan dalam waktu
singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka
trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor
dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
 Plasma Darah
Plasma merupkan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar
5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi
elmen-elemen darah yang berbntuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah
putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media transportasi
bahan-bahan organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke
organ atau jaringan lain. Komposisi plasma :
 Air : 91-92%
 Protein plasma :
- Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk
di hepar )
- Globulin ( terbentuk di dalam hepar, limposit dan sel-sel
retikuloendotelial), immunoglobin merupakan bentuk
globulin.
- Globulin
- Fibrinogen
- protrombin
 Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium,
 Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose,
lemak, asam amino, enzim, hormon.
c. Etiologi
 Virus dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dngue
tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat Virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis Virus dengue
yang termasuk dalam genus flavi virus ini berdiameter 40 nanometer,
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur
jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby homster kidney) maupun sel-sel artrophoda misalnya sel Aedes
Arbovirus (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).
 Vektor
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan vector
penularan Virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di daerah
perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut
perperan dalam penularan (Soedarto, 2008). Nyamuk aedes aegepti
berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar bejana-bejana
yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di
luar rumah dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih lainnya, selain itu nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi dan senja hari (Soedarto, 2008).
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut Soedarto, (2008) antara lain:
Badannya kecil, Warnanya hitam dan berbelang – belang, Mengigit pada
siang hari, Badannya mendatar saat hinggap, Gemar hidup di tempat –
tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari). Masa tunas / inkubasi
penyakit demam berdarah selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang
Virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah.
d. Klasifikasi
WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat,
yaitu sebagai berikut :
 Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan
 Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
dll.
 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
 Derajat IV
derajat berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
e. Manifestasi Klinis
Menurut Soedarto, (2008) tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut:
 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). Demam
tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal
atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian, rasa lemah serta nyeri perut.
 Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (purpura)
perdarahan.9
 Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Faeses) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
 Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali). Pada permulaan dari demam
biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati
juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati
teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada
penderita.
 Renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk.
 Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
 Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
 Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
 Mual dan muntah
 Nyeri Kepala
 Nyeri otot dan sendi
 Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
 Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
f. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manuusia akan menyebabkn klien
mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD,
terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Plsma
dapat menembus dinding vaskuler selama pross perjalanan penyakit,
dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini
jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn hipokisia jaringan,
asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu
kematian. Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga
juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan
trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yang
berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna
biasanya menimbulkn tanda seperti munculnya perpura, ptekie,
hematemesis, atapun melena.

g. Pathway / WOC

Infeksi Virus Dengue


Hepatomegali
Vitermia

Terbentuk komplek Mual Muntah


antigen-antibodi

Perubahan Nutrisi
Mengaktivitas sistem kurang dari
komplemen kebutuhan tubuh

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan c3a dan


Kekurangan Volume
c5a (peptida)
cairan

Hipertermi

Sumber : Nursalam dkk (2005)

h. Komplikasi
 Gagal Ginjal
 Efusi Pleura
 Hepatomegali
 Gagal Jantung
i. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis Dengue Hemoragik Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
juga dapat ditegakkan dengan melakuakan beberapa pemeriksaan menurut
Soedarto, (2008) sebagai berikut:
 Permeriksaa Laboratorium : Darah Lengkap = Hemokonsentrasi
( Hematokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/
mm3 atau kurang )
 Uj Serologi :Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
 Rontgen Thorax = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA
tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada
tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan
perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks.
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.
j. Penatalaksanaan
Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah
sebagai berikut :
 Tirah baring atau istirahat baring.
 Diet makan lunak.
 Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
 Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
 Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
 Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
 Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
 Pemberian antibiotik bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.
 Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
 Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan
renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30
ml/kg BB.
 Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20
mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
 Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika
ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
 Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan
orang tua. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
k. Pencegahan
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah. Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk
aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DHF nya (Hidayat, 2007). Menurut Chritianti Efendi,(2007) ada
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DHF melalui
metode pengontrolan atau pengendalian faktornya antara lain:
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah.
 Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat
air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
 Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lainlain.

2. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan, pada tahap ini data/informasi pasien yang dibutuhkan,
dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan/keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan
data (Hidayat, 2008). Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DHF
adalah sebagai berikut:
a. Data Biografi
Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin , pendidikan,
pekerjaan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnose,
dan identitas penanggungjawab meliputi nama, alamat, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan penderita DHF mengeluh Sakit kepala, badan
panas dan tidak ada nafsu makan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana kejadiannya
dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, pasien apakah pernah
mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada,
biasanya pergi berobat kemana.
e. Riwayat penyakit keluarga
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara anggota
keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama
f. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
Dalam pengkajian kebiasaan sehari–hari atau kebutuhan dasar, penulis
menggunakan konsep dasar menurut Virginia Handersoon yaitu:
a. Kebutuhan respirasi
Pengumpulan data tentang pernapasan klien, apakah mengalami
gangguan pernapasan atau tidak
b. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu
makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk,
ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat menelan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanykan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada atau tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan
berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi dan
inkontenensia.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada
malam hari, pagi, dan siang hari. Apakah klien merasa tenang
sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya insomnia.
e. Kebutuhan aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang peerlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah klien
mampu melakukannya sendiri secra mandiri atau di bantu oleh
keluarga maupun perawat
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya ditanyakan bagaiman kenyamanan klien, pengkajian
nyeri dengan menggunakan PQRST. Dimana , P (Provokatif) yaitu
penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya
tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan
mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Q (Quality) yaitu
apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat, apakah rasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region)
yaitu daerah terjadinya/ perjalanan nyeri (0-10) atau (0-5). T (time)
waktu klien merasakan nyari, apakah terus menerus atau klien
merasakn nyari pada waktu pagi hari, siang, sore, atau malam.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah
tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah
temperatur, kelembapan atau pergerakan udara atau dengan
memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi
aktivitasnya.
h. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa lebih
ringan apabila seseorang dapat terrus bekerja
i. Kebutuhan berpakaian
Bagaimna kebiasaan klien dalam dalam berpakaian dan beberapa
kali klien mengganti baju dalam sehari
j. Kebutuhan personal hygiene
Pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah berapa
kali klien mandi, menyikat gigi, keramas dan memotong kuku,
perlu juga ditanyakan penggunaan sabun mandi, pasta gigi, dan
sampo. Namun hal tersebut tergantung keadaan klien dan gaya
hidup klien, tetapi pada umumnya kebutuhan personal hygiene
dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan keluarga.
k. Kebutuhan berkomunikasi
dengan orang lain Pada data ini yang perlu ditanyakan adalah
bagaimnahubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan
bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
orang lain.
l. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai
kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang, kebiasaan
bermain atau berekreasi dan tempat yang dikunjungi. Umumnya
kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan
sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang sakit biasanya
bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincangbincang tetapi
tergantung individu.
m. Kebutuhan sepiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara klien
mendekatkan diri kepada tuhan dan pantangan dalam agama
selama klien sakit.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai
masalahmasalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya
tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat
pendidikan klien.
o. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara head to toe meliputi sistem :
 Tanda-tanda vital : (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan)
 Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala
terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
 Mata : Konjungtiva anemis tidak
 Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)
pada gradeII,III, IV
 Telinga : tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih
tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
 Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokkan hyperemia faring
 Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak
mengalami pembesaran
 Dada : dada simetris, kadang-kadang terlihat sesak, bunyi redup
karena ada cairan yang tertimbun di paru-paru, adanya bunyi
ronchi.
 Abdomen : tampak simetris, mengalami nyeri tekan, adanya
penurunan bising usus
 Integumen : keringat dingin, lembab
 Genetalia : adakah benjolan
 Ekstremitas (atas dan bawah) ; akral dingin, sendi pada tulang.
Sianosis pada kuku.
p. Pemeriksaan Diagnostik
 Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
 Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
 Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
 Ig. D. dengue positif
 Urium dan pH darah mungkin meningkat.
 Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran
Keperawataan (Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil)
1. Kekurangan Setelah dilakukan Observasi
volume cairan tindakan keperawatan 1  Periksa tanda dan gejala
b.d peningkatan x 24 jam diharapkan hipovolemik ( tekanan
permebialitas hipovolemia terpenuhi darah menurun,
kapiler d.d kriteria hasil : membrane mukosa
mukosa bibir  Turgor kulit kering, hematocrit
kering  Perasaan lemah meningkat )
 Keluhan haus  Monitor intake dan
 Tekanan darah output cairan
 Intake cairan Terapeutik :
membaik  Hitung kebutuhan cairan
 Suhu tubuh  Berikan posisi modified
trendelenburg
 Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
 Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
( misalnya : NaCl, RL )
 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
 Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( miosal :
albumin, plasmanate )
 Kolaborasi pemberian
produk darah
 Monitor status hidrasi (
mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah )
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium ( mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia )
 hitung
balans cairan 24 jam
asupan
cairan,
sesuai
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakuan Observasi
b.d psikologis tindakan keperawatan 1  Identifikasi status nutrisi
(keengganan x 24 jam diharapkan  Identifikasi alergi dan
untuk makan) ketidakseimbangan intoleransi makanan
makanan d.d nutrisi kurang dari  Identifikasi makanan
berat badan kebutuhan tubuh yang disukai
menurun terpenuhi.  Identifikasi kebutuhan
Kriteria Hasil : kalori dan jenis nutrient
Status Nutrisi  Identifikasi perlunya
 Porsi makanan penggunaan selang
yang dihabiskan nasogastric
sedang  Monitor asupan makanan
 Frekuensi makan  Monitor berat badan
 Monitor hasil
 Nafsu makan cukup
membaik pemeriksaan labor
 Membran mukosa Terapeutik :
membaik  Lakukan oral hygiene,
jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman dier.
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk menjegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk
jika mampu
 Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika
perlu
 kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrienyang dibutuhkan
3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Observasi :
proses infeksi tindakan keperawatan 1  Identifikasi penyebab
virus dengue d.d x 24 jam diharapkan hipertermi
suhu tubuh hipertermi membaik.  Monitor suhu tubuh
diatas nilai Kriteria Hasil :  Monitor kadar
normal elektrolit
 Menggigil  Monitor haluan urine
 Kulit merah  Monitor
 Kejang komplikasi akibat
 Pucat hipertermia
 Suhu tubuh Terapeutik :
 Tekanan darah  Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan
kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika

mengalami
hyperhidrosis
( keringat berlebihan
 Lakukan pendinginan
eksternal ( mis. Seliput
hipotermia atau
kompres dingin di
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila )
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
 anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian
cairan elektrolit

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).

5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif : Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif : merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP
PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP
PPNI
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever.
Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai