Oleh :
ELVA FITRIANI
2030282034
Dosen Pembimbing :
TAHUN 2020/2021
1. Konsep Dasar
a. Definisi
Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah penyakit infeksi yang
dsebabkan oleh virus dengue mnifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leukpenia, ruam, limfadenopati, trombosit opnia dan
diathesis hemoragic. Pada DBD trjadi prembesan lasma yang di tandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau pnumpukan cairann
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syok syndrome) adalah
demam berdarah yang dtandai oleh rnjatan/syokk (Sudowo et al, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam kuat yang
ditandai dengan empat gejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,
hpatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi smpai tmbul rejatan (sndrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013)
b. Anatomi Fisiologi.
Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
Arteri
merupakan pembuluh darah yng keluar dari jantung yang meambawa
darah kaseluruh bagian dan alat tubuh. Pambuluh darah arteri yng
paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dantebal tetapi sifatnya elastic dan
terdiri dari 3 lapisan.
Vena
Vena (pmbuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya umtuk mncegah
darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yng ukurannya besar
diantaranyaa vena kava dan enapulmonalis. Vena ini juga mempunyai
cabang yang lebih kecil yang dsiebut venolusyang selanjutnya
menjadi kapiler.
Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008mm. Asuhan Keperawatan
pada dindingnya terdiri dari suatu lapisan ndotel. Bagian tubuh yang
tidak terdapat kapiler yaituu: rambut, kuku, dan tluang rawan.
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan. Oleh Karena itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
makanan mudah merembes kecairan jaringan antar sel.
Darah
Darah adalah cairann didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu
membawa nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian d
iedarkann keseluruh tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu
komponen padat dan koomponen cair. Darah brwarna merah, warna
merah tersebut keadaannyaa tidak tetap tergantung kepada banyaknya O2
dan CO2 didalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak maka
warnanya kan menjadi merah muda. Sedangkan Darah juga pembawa
dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin keorgan
sasarannya. Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zatt
ikmiawi untuk didistribusikan keseluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh
dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam
upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa
bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah
adalah 70 cc/ kgbb.
Sel- sel darah
Eritrosit
Eritrosit dibuat didalam sumsum tulang, di dalam sumsum
tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat sebelum
dilepaskan / keluar. Pada proses pembentukannya diperlukan Fe,
Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa
protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlkan hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal,
sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentkan seperti di
atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan maka
terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran eritrosit
sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang
berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah hepar kewalahan
bilirubin tidak banyak jumlahnya.
Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan
cara menghncurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk.
Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit,
monosit. Jumah nomal leukosit 5000 – 9000 mm. Bila
jumlahnya berkurang maka disebut leukopenia.
Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupkan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya
yaitu megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya
sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
- daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
- daya adhesi (melekat)
- daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai
hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses
kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan berjalan dalam waktu
singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka
trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor
dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
Plasma Darah
Plasma merupkan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar
5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi
elmen-elemen darah yang berbntuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah
putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media transportasi
bahan-bahan organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke
organ atau jaringan lain. Komposisi plasma :
Air : 91-92%
Protein plasma :
- Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk
di hepar )
- Globulin ( terbentuk di dalam hepar, limposit dan sel-sel
retikuloendotelial), immunoglobin merupakan bentuk
globulin.
- Globulin
- Fibrinogen
- protrombin
Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium,
Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose,
lemak, asam amino, enzim, hormon.
c. Etiologi
Virus dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dngue
tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat Virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis Virus dengue
yang termasuk dalam genus flavi virus ini berdiameter 40 nanometer,
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur
jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby homster kidney) maupun sel-sel artrophoda misalnya sel Aedes
Arbovirus (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).
Vektor
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan vector
penularan Virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di daerah
perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut
perperan dalam penularan (Soedarto, 2008). Nyamuk aedes aegepti
berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar bejana-bejana
yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di
luar rumah dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih lainnya, selain itu nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi dan senja hari (Soedarto, 2008).
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut Soedarto, (2008) antara lain:
Badannya kecil, Warnanya hitam dan berbelang – belang, Mengigit pada
siang hari, Badannya mendatar saat hinggap, Gemar hidup di tempat –
tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari). Masa tunas / inkubasi
penyakit demam berdarah selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang
Virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah.
d. Klasifikasi
WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat,
yaitu sebagai berikut :
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan
Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
dll.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV
derajat berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
e. Manifestasi Klinis
Menurut Soedarto, (2008) tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut:
Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). Demam
tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal
atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian, rasa lemah serta nyeri perut.
Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (purpura)
perdarahan.9
Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Faeses) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali). Pada permulaan dari demam
biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati
juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati
teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada
penderita.
Renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk.
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
Mual dan muntah
Nyeri Kepala
Nyeri otot dan sendi
Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
f. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manuusia akan menyebabkn klien
mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD,
terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Plsma
dapat menembus dinding vaskuler selama pross perjalanan penyakit,
dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini
jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn hipokisia jaringan,
asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu
kematian. Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga
juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan
trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yang
berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna
biasanya menimbulkn tanda seperti munculnya perpura, ptekie,
hematemesis, atapun melena.
g. Pathway / WOC
Perubahan Nutrisi
Mengaktivitas sistem kurang dari
komplemen kebutuhan tubuh
Hipertermi
h. Komplikasi
Gagal Ginjal
Efusi Pleura
Hepatomegali
Gagal Jantung
i. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis Dengue Hemoragik Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
juga dapat ditegakkan dengan melakuakan beberapa pemeriksaan menurut
Soedarto, (2008) sebagai berikut:
Permeriksaa Laboratorium : Darah Lengkap = Hemokonsentrasi
( Hematokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/
mm3 atau kurang )
Uj Serologi :Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
Rontgen Thorax = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA
tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada
tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan
perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks.
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.
j. Penatalaksanaan
Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah
sebagai berikut :
Tirah baring atau istirahat baring.
Diet makan lunak.
Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Pemberian antibiotik bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.
Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan
renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30
ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20
mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika
ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan
orang tua. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
k. Pencegahan
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah. Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk
aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DHF nya (Hidayat, 2007). Menurut Chritianti Efendi,(2007) ada
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DHF melalui
metode pengontrolan atau pengendalian faktornya antara lain:
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah.
Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat
air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lainlain.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran
Keperawataan (Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil)
1. Kekurangan Setelah dilakukan Observasi
volume cairan tindakan keperawatan 1 Periksa tanda dan gejala
b.d peningkatan x 24 jam diharapkan hipovolemik ( tekanan
permebialitas hipovolemia terpenuhi darah menurun,
kapiler d.d kriteria hasil : membrane mukosa
mukosa bibir Turgor kulit kering, hematocrit
kering Perasaan lemah meningkat )
Keluhan haus Monitor intake dan
Tekanan darah output cairan
Intake cairan Terapeutik :
membaik Hitung kebutuhan cairan
Suhu tubuh Berikan posisi modified
trendelenburg
Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
( misalnya : NaCl, RL )
Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( miosal :
albumin, plasmanate )
Kolaborasi pemberian
produk darah
Monitor status hidrasi (
mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah )
Monitor berat badan
Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium ( mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia )
hitung
balans cairan 24 jam
asupan
cairan,
sesuai
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakuan Observasi
b.d psikologis tindakan keperawatan 1 Identifikasi status nutrisi
(keengganan x 24 jam diharapkan Identifikasi alergi dan
untuk makan) ketidakseimbangan intoleransi makanan
makanan d.d nutrisi kurang dari Identifikasi makanan
berat badan kebutuhan tubuh yang disukai
menurun terpenuhi. Identifikasi kebutuhan
Kriteria Hasil : kalori dan jenis nutrient
Status Nutrisi Identifikasi perlunya
Porsi makanan penggunaan selang
yang dihabiskan nasogastric
sedang Monitor asupan makanan
Frekuensi makan Monitor berat badan
Monitor hasil
Nafsu makan cukup
membaik pemeriksaan labor
Membran mukosa Terapeutik :
membaik Lakukan oral hygiene,
jika perlu
Fasilitasi menentukan
pedoman dier.
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makanan tinggi
serat untuk menjegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk
jika mampu
Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika
perlu
kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrienyang dibutuhkan
3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Observasi :
proses infeksi tindakan keperawatan 1 Identifikasi penyebab
virus dengue d.d x 24 jam diharapkan hipertermi
suhu tubuh hipertermi membaik. Monitor suhu tubuh
diatas nilai Kriteria Hasil : Monitor kadar
normal elektrolit
Menggigil Monitor haluan urine
Kulit merah Monitor
Kejang komplikasi akibat
Pucat hipertermia
Suhu tubuh Terapeutik :
Tekanan darah Sediakan lingkungan
yang dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Basahi dan
kipasi permukaan
tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis
( keringat berlebihan
Lakukan pendinginan
eksternal ( mis. Seliput
hipotermia atau
kompres dingin di
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila )
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
anjurkan tirah baring
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif : Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif : merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA