Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP MEDIS DHF


A. Pengertian
1. Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina
).
( Chrintantie Effendi. 1995. )
2. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak dengan gejala utama demem, nyeri otot dan sendiyang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. ( Soeparman.1993 : 16)
3. Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapatmenyebabkan kematian. ( Suhadi,
Rita Yuliana.2001 : 419 )
4. Jadi Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
( betina ) dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi.

B. Anatomi Pembuluh Darah Dan Darah


1. Anatomi pembulah darah.
a. Arteri
Arteri bediri dari tiga lapisan Yaitu :

1
1) Tunika interna / intirna lapisan yang paling dalam sekali
berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengahyang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
3) Tunika eksterna / adventisa. Lapisan yang luar sekali terdiri
dari jartingan ikat gembur yang breguna menguatkan dinding
arteri.
Arteri membawa darah bersih kecuali arteri pulmonalis,
mempunyai dinding yang tebal, mempunyai jaringan yang
elastis, katup hanya ada permulaan keluar dari jantung.
Menunjukan adanya tempat untuk mendengarkan denyut
jantung.

b. Vena
Vena ( pembuluh darah balik ) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk kedalam
jantung. Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua

2
kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali
lagi.

1) Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah


dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula
pembuluh balik.
2) Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai
lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah
kempes (kolaps).
3) Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah
aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh
gravitasi.
4) Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari
lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat
oleh jaringan fibrosa.

c. Kapiler
Kapiler ( pembuluh rambut ) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Kapiler berfungsi alat penghubung antara pembuluh
darah arteri dan vena, tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara
darah dan cairan jaringan, mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyerap zat makanan yang terdapat di usus, menyaring darah
yang terdapat diginjal.

3
Sumber : http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/aorta-arteri-
vena-kapiler.html

2. Anatomi Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel-sel
darah ( eritrosit, lekosit, trombosit ) dan plasma darah.
Susunan darah terdiri dari :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% ( albumin, globulin, protombin dan fibrinogen )
c. Mineral : 0,9% ( natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat-zat besi )
d. Bahan organik : 0,1% ( glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino )
Darah terdiri dari :
a. Plasma Darah
Yaitu cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat alkali.
Fungsi plasma darah bekerja sebagai medium ( perantara ) untuk

4
penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke
jaringan.
Zat-zat dalam plasma darah ;
1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral ( garam kalsium, natrium, kalium dan
lain-lain ).
3) Protein darah ( albumin, globulin ) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk
memelihara keseimbanagn cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan ( asam amino, glukosa, lemak, mineral dan
vitamin ).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi / anti oksidan.

b. Sel Darah
1) Sel darah merah ( eritrosit )

Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti.


Ukuran dimensi kira-kira 7,7 unit ( 0,007 mm ), tidak dapat
bergerak. Normalnya 5000/mm3 darah. Warnanya kuning
kemerah-merahan, karena didalam mengandung suatu suatu zat
yang disebut haemoglobin. Warna ini akan bertambah merah

5
jika didalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsinya,
mengikat oksigen dan paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh dan mengikat karbondioksida dari jaringan
tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Tempat pembuatan
sal darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang
merah, limpa, dan hati ayng kemudian akan beredar di dalam
tubuh selama 14 sampai 15 hari setelah itu akan mati.
Haemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi dua zat yaitu haematin yang mengandung Fe yang
berguna untuk pembuatan eritrosit yang baru dan haemoglobin
yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbondioksida. Jumlah normal
pada orang orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg
%.

2) Sel Darah Putih ( leukosit )

6
Bentuk dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu ( pseudophadia ), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya, warnanya bening ( tidak berwarna ). Normal
leukosit : 5000-10000 mm3 darah. Fungsi lekosit sebagai
serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES ( sistem
retikuloendotel ).
Macam-macam lekosit meliputi :
a) Agranulosit, sel lekosit yang tidak mempunyai granula
didalamnya yang terdiri dari :
 Limfosit, macam lekosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limpe, bentuknya dada yang basar
dan ada yang kecil, didalam sitoplasmanya tidak
terdapat granula dan intinay besar, banyaknya 20%-
25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke jaringan tubuh.
 Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih
besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan
banyaknya 34%

b) Granulosit disebut juga lekosit granular terdiri dari:


 Neutrofil atau polimorfonuklear lekosit, mempunyai
inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah- pisah,
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/granula,
banyaknay 60%-70%. Fungsinya untuk melindungi
terhadap benda asing khususnya parasit.

7
 Eusinofil, ukuran dan bentuknya hamper sama dengan
neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanyalebih besar,
banyaknya kira-kira 24%. Fungsinya melindungi tubuh
terhadap benda asing, khususnya parasit.
 Basofil, sel ini kecil dari eusonofil tetapi mempunyai
inti yang bentuknay teratur, didalamproto plasmanya
terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah
bagian di sumsum merah, Fungsinya tidak diketahui.

3) Trombosit ( sel pembeku )

Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan


ukurannya bermacam-macam, warnanya putih, normal pada
orang dewasa 150.000-450.000mm3. Fungsinya dalam
pembekuan darah.

Fungsi darah
a) Sebagai alat pengangkut yaitu ;
 Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

8
 Mengangkut karbondioksida dari jarinagn untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
 Mengambil zat-zat makanan dari usu halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
 Mengankut/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b) Sebagai pertahanan tubuh terhadap seranagn penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan lekosit dan anti bodi/zat-zat anti
racun.
c) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Faktor-faktor pembekuan darah

 Faktor I : Fibrinogen
 Faktor II : Protrombin
 Faktor III : Tromboplastin
 Faktor IV : Kalsium
 Faktor V : Proaccelerin : factor labil Ac-globulin
 Faktor VII : Akselerator konversi protrombin serum
 Faktor VIII : Antihaemofilik ( faktor A )
 Faktor IX : Faktor kristmas
 Faktor X : Faktor stuart
 Faktor XI : anti hemofilik factor c )
 Faktor XII : Hageman
 Faktor XIII : Stabilitas fibrin ( Fletcher )

C. Etiologi

9
DHF disebabkan oleh virus dengue yang mempunyai 4 serotipe virus
( Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 ) yang masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk betina aedes aegypti. Virus dengue tergolong
arbovirus, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan hewan
arthropoda, khususnya nyamuk.

Ciri- ciri nyamuk AEDES AEGYPTI:


1. Badan kecil
2. Hitam dan belang- belang
3. Menggigit pada siang hari
4. Badan datar saat menghinggap
5. Gemar hidup ditempat yang lembab
6. Jarak terbang kurang dari 100 meter
7. Senang menggigit manusia

10
D. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya pembesaran plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (ptechie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali)
Aktivasi system komplemen pelepasan c3a dan c5a akan
mempengaruhi anafilaktosin sehingga kadar histamine meningkat.
Histamin sendiri akan mempengaruhi peningkatan permeabilitas vaskuler.
Fenomena patologis utama pada pasien DHF adalah meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perembesan
plasma melalui endotel dinding kapiler ke ruang ekstra vaskuler. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume plasma, hipotensi, haemokonsentrasi,
hiponatremia, efusi dan renjatan ( syok ). Pada kasus berat renjatan terjadi
secara aktif, nilai haemotokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel pembuluh darah.
Meningkatnya nilai haemotokrit pada penderita menimbulkan dugaan
bahwa syok terjadi akibat kebocoran plasma keruang ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak. Hal ini mengakibatkan menurunnya volume
plasma dan meningginya nilai haematokrit. Renjatan atau hipovolemik

11
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolic acidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita
DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hamper diseluruh alat tubuh
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati
umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosisi pada
daerah sentral atau parasentral lobules hati. ( Effendy, christiantie, 1995 :
1-4 ).

12
PATOFLOW DHF
Invasi virus dengue melalui gigitan nyamuk

Kompleks antigen- antibody Agegasi trombosit


Merangsang sel-sel monosit, eosinofil, netrofil,
makrofag

Pembersihan trombosit oleh


RES
Aktivasi komplemen

Mengeluarkan zat-zat pyrogen


endogen
Reaksi imunologik (pelepasan C3 Trombositopenia
dan C5 ) Tranfusi
trombosit
Perdarahan lebih lanjut: gusi, ptechie, Panas, sakit
/ FFP
Ekstravasasi cairan ke paru- paru melena, epitaksis, hematemesis, Viremia kepala
C3a dan C5a hematuri

MK:
Permeabilitas kapiler Batuk, Hypertermi
meningkat Resusitasi Efusi pleura ronchi
cairan

Kebocoran plasma
Masuk ke hati Mekanisme perlawanan
Masuk ke Masuk ke kelenjar adrenal Vasodilatasi
limfa tubuh

Terjadi perpindahan cairan dari


intra vascular ke ekstra
vaskuler yang menimbulkan Ke daerah
haus, dehidrasi, penurunan parasentral lobulus
Merangsang saraf
trombosit, peningkatan hati Pembesaran
spelenome Peningkatan metabolisme parasimpatis
hematokrit kelenjar getah
gali
bening

Perlemakan dan
Resusitasi koagulasi nekrosis
Peningkatan kebutuhan Peningkatan enzim HCl
MK: cairan
Ekstravasasi energi
Kekurangan cairan ke rongga
vol cairan abdomen
Hepatomegaly
13
syok
Acites
Pengisian
jantung
menurun
Mual, muntah, tidak nafsu
makan, nyeri epigastrium
O2 ke otak
berkurang

Cardiac
output
MK: Perubahan
menurun
nutrisi kurang dari
Metabolisme anaerob kebutuhan tubuh
TD Pusing
menurun

vasokonstriksi Asam laktat


Lemas

Gangguan MK: Intoleransi


Perfusi difusi ke sel 2 ATP
jaringan
aktivitas
menurun

Suplai O2
menurun
hipoksia

Metabolisme an
Kerusakan aerob
kapiler

Peningkatan Asam
laktat
Koagulopati
konsumtif

Asidosis
metabolik
Perdarahan
masif

Kematian

14
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut ( suhu meningkat tiba-tiba selama 5-7 hari ) Sering disertai
menggigil, saat demam pasien kompos mentis.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya
perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita
mulai bebas dari demem. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
 Perdarahan pada kulit ( ptechie, ekimosis, haematoma ) serta
 Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan cirri khas DHF,
gambaran klinis lain yang tidak khas dan bias dijumpai pada penderita
DHF adalah :
 Keluhan pada saluran perbafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
 Keluhan pada saluran pencernaan mual, muntah, tidak nafsu makan
( anoreksia ),diare, konstipasi.
 Keluhan system tubuh yang lain nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi ( break bone fever ), nyeri otot abdomen, nyeri
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemeraha ( flushing ) pada muka, pembengkakan pada mata lakrimasi
dan fotofobia, otot-otot sekitar mata mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
Pada penderita DHF sering juga dijumpai pembesaran hati
( hepatomegali ), limpa ( splenomegali ) dan kelenjar getah bening
yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.Pada penderita
yang mengalami renjatan akanmmengalami cinosis perifer ( terutama
pada ujung-ujng jari dan bibir ), kulit terasa lembab dan dingin,
tekanan darah menurun ( hipotensi ), nadi cepat dan lemah.

15
F. Kasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi ( WHO, 1986 ) :
 Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji
tourniquet ( + ) , trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet
dinyatakan positif bila pada 7,84 cm2didapat lebih 20 bintik-bintik.

Gambaran hasil uji touniquetnpositif dengan skala 1+ sampai 4+ :


1+ 2+ 3+ 4+

Sedikit bintik- Banyak bintik- Banyak Penuh dengan


bintik merah pada bintik pada bintik-bintik bintik-bintik
daerah lengan daerah lengan pada lengan pada seluruh
anterior anterior dan tangan lengan dan
tangan

 Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat
lain.
 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat, dan lemah, tekanan
darah rendah
( hipotensi ), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
( tanda-tanda dini renjatan ).
 Derajat IV
Renjatan berat ( DSS ) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.

G. Diagnosis

16
Patokan WHO (1975 ) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai
berikut :
 Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
 Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet
positif dan salah satu bentuk lain ( ptechie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi ), hematemesis dan atau melena.
 Pembesaran hati
 Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan
darah menurun ( tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang
dan diastolic 20 mmHg atau kurang ), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

H. Komplikasi
Distress pernafasan dapat terjadi karena efusi pleura dan oedema pada
paru-paru akibat kebocoran kapiler paru. Oedema juga dapat terjadi pada
abdomen sehingga menyebabkan distress yang juga memperberat distress
pernafasan. Juga dapat terjadi perdarahan dalam abdomen ( saluran
pencernaan ). Kondisi syok yang tidak teratasi ataupun syok berulang
dapat menyebabkan kematian.

I. Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan l
a. Darah
1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/mm3
2. Hematokrit meningkat
3. Hemoglobin meningkat, leukosit pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi
leucopenia dengan limfosit, monosit dan basofil meningkat )
4. Protein darah rendah
5. Hemokonsentrasi ( peningkatan 20% dari standar sesuai usia )
6. Dengue blot IgM gan IgG positif

17
b. Urine
Dijumpai albuminuria ringan
Data pemeriksaan penunjang yang lain pada tahap yang lebih lanjut :
1. Dengan foto thorax dapat ditemukan adanya pulmonary vaskuler
congestion dan pleura effusion
2. USG : hepatomegali dan splenomegali

J. Penatalaksanaan Penderita DHF


1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak ( 2-2,5 liter/24 jam ) dapat berupa susu, the manis,
sirop, dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF
4. Pemberian cairan intravena ( biasanya Ringer Laktat, Nacl faali ).
Ringer laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na 130 mEq/liter, K 4 mEq/liter, Korektor
basa 28mEq/liter.Cl 109mEq/liter dan Ca 3 mEq/liter
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu, nadi, tensi, pernafasan )
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam
6. Periksa Hb, Ht, dan trombosit tiap hari
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen.
Eukinin atau dipiron ( kolaborasi dengan dokter ). Juga pemberian
kompres hangat
8. Monitor tanda- tanda perdarahan lebih lanjut
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
( kolaborasi dengan dokter )
10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam ( kolaborasi dengan
dokter )

18
II. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi dua yaitu data dasar
dan data khusus ( Carpenito, 1983 )
1) Data dasar adalah data mengenai
 Persepsi klien tentang kesehatan; upaya yang biasa dilakukan
untuk mempertahankan hidup sehat; alasan pasien masuk
rumah sakit ( keluhan utama ) yang dialami pasien; faktor
pancetus dan lama keluhan; timbulnya keluhan
( mendadak dan bertahap ); upaya yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan
 Pola nutrisi : Frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
 Pola eliminasi BAB dan BAK
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola tidur dan istirahat
 Pola pikir : persepsi, persepsi diri; mekanisme koping;sistem
nilai-kepercayaan
 Pengkajian fisik meliputi : keadaan umum pasie; sakit
( ringan, sedang, berat )
 Kesadaran : komposmentis; apatis; somnolen; soporo; koma;
refleks; sensibilitas; nilai Glasgow Coma Scale ( GCS )
 Tanda-tanda vital : suhu, tensi, nadi, pernafasan
 Keadaan kulit, kelenjar limpe, muka, kepala, mata, telinga,
hidung, mulut dan leher; rektum; alat kelamin; anggota gerak
 Sirkulasi : finger print; turgor; hidrasi
 Keadaan dada :
Paru-paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

19
Jantung : inspeksi, perkusi, auskultasi
Abdomen : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
2) Data khusus yaitu data yang diambil berdasarkan kondisi pasien
pada saat sekarang
3) Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan yang dinyatakan oleh pasien : lemah, panas atau
demam, sakit kepala, anoreksia ( tidak nafsu makan ), mual,
haus, sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri pada oto dan
sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi ( sembelit )
4) Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan perawat atau kondisi pasien
 Suhu tubuh tinggi : menggigil, wajah tampak kemerahan
( flusing )
 Mukosa mulut kering : perdarahan gusi, lidah kotor ( kadang-
kadang )
 Tampak bintik merah pada kulit ( ptichie ), uji tourniqut
positif, epistaksis ( perdarahan hidung ), ekimosis, hematoma,
hematemesisi, melena
 Hiperemia pada tenggorokan
 Nyeri tekan pada epigastrik
 Pada palpasi teraba adanya pembesaran limpe dan hati
 Pada renjatan ( derajat IV ): nadi cepat dan lemah, nafas
dangkal

b. Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara


lain sebagai berikut :
1) Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) sehubungan dengan proses
penyakit ( viremia )
Hasil yang diharapkan :
 Suhu tubuh normal ( 36-370c )

20
 Pasien bebas dari demam

Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya 1. Untuk mengidentifikasi pola
demam demam pasien
2. Observasi tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital merupakan
vital : suhu, nadi, tensi, acuan untuk mkengetahui
respirasi setiap 3 jam keadaan umum pasien
atau lebih sering
3. Berikan penjelasan
3. Penjelasan tentang kondisi yang
tentang penyebab
dialami pasien dapat membantu
demam atau
pasien/keluarga mengurangi
peningkatan suhu tubuh
kecemasan yang timbul
4. Berikan penjelasan
4. Penjelasan tentang kondisi yang
tentang penyebab
dialami pasien dapat membantu
demam atau
pasien/keluarga mengurangi
peningkatan suhu tubuh
kecemasan yang timbul
5. Berikan penjelasan
5. Keterlibatan keluarga sangat
kepada pasien/keluarga
berarti dalam proses
tentang hal-hal yang
penyembuhan pasien di rumah
dapat dilakukan untuk
sakit
mengatasi demam dan
menganjurkan
pasien/keluarga untuk
kooperatif
6. Jelaskan pentingnya
tirah baring bagi pasien 6. Penjelasan yang diberikan
akibatnya jika hal kepada pasien/keluarga akan
tersebut tidak dilakukan memotivasi pasien untuk
7. Anjurkan pasien untuk kooperatif

21
banyak minum ± 2,5 7. Peningkatan suhu tubuh
liter/24 jam dan mengakibatkan penguapan
jelaskan manfaatnya tubuh meningkat sehingga perlu
bagi pasien diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak
8. Kompres dingin akan membantu
8. Berikan kompres dingin menurunkan suhu tubuh
( pada daerah aksila dan
lipatan paha )
9. Pakaian yang tipis akan
9. Anjurkan untuk tidak
membantu mengurangi
memakai selimut dan
penguapan tubuh
pakaian yang tebal
10. Untuk mengetahui adanya
10. Catat asupan dan
ketidakseimbangan cairan tubuh
keluaran
11. Pemberian cairan sangat
11. Berikan terapi
penting bagi pasien dengan suhu
cairan intra vena dan
tinggi pemberian cairan
obat-obatan sesuai
merupakan wewenang dokter
dengan program dokter
sehingga perawat perlu
( masalah kolaborasi )
berkolaborasi dalam hal ini

2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari


kebutuhansehubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan.

Intervensi Rasional

1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Menetapkan cara mengatasi


menelan dan muntah yang

22
dialami oleh pasien mual pada klien
2. Kaji cara/bagaimana
makanan dihidangkan 2. Cara menghidanhkan makanan
dapat empengaruhi nafsu
makan pasien

3. Berikan makanan yang


3. Membantu mengurangi
mudah ditelan seperti bubur,
kelelahan pasien dan
tim dan dihidangkan saat
meningkatkan asupan
masih Hangat
makanan karena mudah ditelan

4. Berikan makanan dalam porsi


kecil dan frekuensi sering 4. Menghindari mual dan muntah

5. Jelaskan manfaat
5. Meningkatkan pengetahuan
makanan/nutrisi bagi pasien
pasien tentang nutrisi sehingga
terutama saat pasien sakit
motivasi untuk makan
meningkat
6. Berikan umpan balik positif
6. Memotivasi dan meningkatkan
saat pasien mau berusaha
semangat pasien
menghabiskan makanannya

7. Mencatat jumlah/porsi
7. Untuk mengetahui pemenuhan
makanan yang dihabiskan
nutrisi pasien
oleh pasien setiap hari

8. Berikan nutrisi parenteral 8. Nutrisi parenteral sangat


( kolaborasi dengan doter) bermanfaa bagi pasien
terutama jika intake peroral
sangat kurang. Jenis dan

23
jumlah pemberian nutrisi
parenteral merupakan
wewenang dokter
9. Berikan obat-obatan antasida 9. Obat antasida ( antiemetic )
( antiemetic ) sesuai program membantu pasien mengurangi
dokter rasa mual dan muntah.
Pemberian obat tersebut
diharapkan intake nutrisi
pasien meningkar

10. Mengukur berat badan 10. Untuk mengetahui status


pasien setiap hari gizi pasien

3) Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan kondisi tubuh yang


lemah
Hasil yang diharapkan :
 Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi
 Pasien mampu mandiri setalah bebas dari demam

Intervensi Rasional

1. Kaji keluhan pasien 1. Mengidentifikasi masalah-


masalah pasien
2. Kaji hal-hal yang mampu/tidak 2. Mengetahui tingkat
mampu dilakukan oleh pasien ketergantungan pasien dalam
sehubungan dengan kelemahan memenuhu kebutuhannya
fisiknya.
3. Pemberian bantuan sangat
3. Bantu pasien memenuhi
diperlukan oleh pasien pada
kebutuhan aktifitasnya sehari-
saat kondisinya lemah dan
hari sesuai dengan tingkat

24
keterbatasan pasien seperti perawat mempunyai
mandi, makan, eliminasi. tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-
hari pasien tanpa membuat
pasien mengalami
ketergantungan pada perawat.

4. Bantu pasien untuk mandiri


4. Dengan melatih kemandirian
sesuai dengan perkembangan
pasien maka pasien tidak
kemajuan fisiknya
mengalami ketergantungan
pada perawat
5. Beri penjelasan tentang hal-hal 5. Dengan penjelasan yang
yang dapat membantu dan diberikan pasien termotivasi
meningkatkan kekuatan fisik untuk kooperatif selama
pasien perawatan terutama terhadap
tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan
fisiknya seperti pasien mau
menghabiskan porsi
makannya
6. Letakkan barang-barang di 6. Membantu pasien untuk
tempat yang mudah terjangkau memenuhi kebutuhannya
oleh pasien sendiri tanpa orang lain
7. Siapkan bel di dekat pasien 7. Pasien dapat segera meminta
bantuan perawat saat
membutuhkannya

4). Potensial defisit volume cairan sehubungan dengan berpindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler
Hasil yang diharapkan :

25
 Tidak terjadi deficit volume cairan

Intervensi Rasional

1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien,


( lemah, pucat, untuk mengetahui dengan
tachikardi ),serta tanda-tanda cepat penyimpangan dari
vital keadaan normalnya

2. Dapat segera dilakukan


2. Observasi adanya tanda-tanda
tindakan untuk menangani
syok
syok yang dialami pasien

3. Pemberian cairan intravena


3. Berikan cairan intravena sangat penting bagi pasien
sesuai program dokter yang mengalami deficit
volume cairan dengan keadaan
umum yang buruk karena
cairan langsung masuk
kedalam pembuluh darah,
pemberian sesuai dengan
program dokter karena
merupakan wewenang dokter
4. Asupan cairan sangat
diperlukan untuk menambah
4. Anjurkan pasien untuk
volume cairan tubuh
banyak minum

5. Mengetahui penyebab devisit


volume cairan. Jika haluran
5. Kaji tanda dan gejala urine < 60ml/24 jam maka
dehidrasi/hipovolemik pasien mengalami syok
( riwayat muntah, diare,

26
kehausan, turgor jelek )
6. Mengetaui keseimbangan
6. Kaji perubahan keluaran urine cairan
(urine output < 25ml/jam atau
600ml/hari). Monitor asupan-
haluran

27
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (2005 ). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta: EGC

Suriadi ( 2006 ) . Asuhan Keperawatan Pada Anak , Jakarta: EGC

Guyton ( 1997 ). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, Jakarta : EGC

Christantie Effendy. 1998. Perawatan Pasien DHF. Edisi Pertama. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai