A. DEFINISI
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang
warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah
bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel
darah, sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi
nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Sel-sel darah
Eritrosit (sel darah merah)
Leukosit (sel darah putih)
Trombosit (sel pembeku darah)
2. Plasma darah
Air : 91%
Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat,magnesium), kalsium, dan zat besi).
Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol, dan asam amino).
Eritrosit (sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah
miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai
berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti,
ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta) warna kuning kemerah-
merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin,
warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung
oksigen, fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO 2) dari jaringan tubuh
untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan
dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat
bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara
kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga
ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna,
banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000 – 9.000. Funsginya :
sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem
retikuloendotelial) tempat pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar
limpe ; sebagai pengakut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpe terus kepembuluh darah. Sel leukosit
disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan
tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya
kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih
banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal didalam kelenjar limpe, sekarang beredar didalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut jika jumlah
leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukostosis dan kurang
dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit, meliputi
Agranulosit
Limfosit
Monosit
Granulosit
Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit
Basofil
Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati
yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang
lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000 –
300.000/mm3, fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan
darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak
cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan
fibrinogen. Fbrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk
sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen
darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku
darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dan
suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air,
disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk
mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras
natrikus kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu
dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan
beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian diatasnya tinggal
cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka
bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening,
yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen
yang didapat dengan membekukan darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah
sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya
zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
C. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk
dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe
DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue dan
nyamuk aedes
1. Aedes Aegypti
Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah. Nyamuk ini
sepintas tampak berlurik, berbintik bintik putih. Biasanya menggigit
pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
2. Aedes Albopictus
Tempat habitatnya di tempat air bersih.
Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang,
pandan kaleng bekas.
Menggigit pada waktu siang hari
Jarak terbang 50 meter.
D. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam
atau bintik-bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF)
sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik.
E. PHATWAY
Arbovirus (melalui
Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue (viremia)
nyamuk aedes
Membentuk & melepaskan Mengaktifkan system
PGE2 Hipothalamus
zat C3a, C5a komplemen
Renjatan hipovolemik
Merangsang &
mengaktivasi factor
pembekuan
Kebocoran plasma
DIC
Perdarahan
Hipoksia jaringan
Hepar abdomen
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Nyeri Akut
tubuh
hepatomegali Assites
Mual, Muntah
Penekanan intra abdomen
F. MANIFESTASI KLINIK
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur
dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada
bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik
discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan
perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji
tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau
juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-
hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas,
tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara
perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali
ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri
tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran
darah.
Adapun tanda dan gejala spesifiknya yaitu :
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
Pembesaran hati.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis,
hematoma.
Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
Sakit kepala
Pembengkakan sekitar mata
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah
G. Klasifikasi DHF
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori
penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan
hanya berupa touniket tes yang positif.
Derajat II
Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa
perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
Derajat III
Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan
disertai akral yang dingin dan gelisah.
Derajat IV
Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur ( Soegeng Soegijanto, 2018)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita
demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar
hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat
adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-
PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun
ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi
(adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
2. Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik
terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah
berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan
hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect
ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa
(MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue
stick/dot imunosial dengue dan uji SCT (immuno-enromotographie
test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi komplemen
dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak
praktis.
3. Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar
WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus
dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali
atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum
konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes.
I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medik
1. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan
berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak
diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB
setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5°C.
Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko
terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus
Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah
kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan
penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini
menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens
sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
2. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena
penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk
mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada
saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau
oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila
hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan
indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita
dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu
12-14 jam. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF)
derajat III , IV “Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan
dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan
penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti
secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
(hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat
terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong
terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan
larutanm garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer
asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20
ml/kg/1 jam.
3. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama
pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya
dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis
12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu
macam obat hipnotik.
4. Terapi oksigen
5. Transfusi darah.
6. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian
volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila
diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang
diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1
mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah
diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap
belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi
dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu
dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh
manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
c. DHF tanpa Renjatan
Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres.
Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak
<1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15
menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg /
Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.
d. DHF dengan Renjatan
Pasang infus RL
Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (
20 – 30 ml/ kg BB )
Tranfusi jika Hb dan Ht turun
e. Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue.
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan
kurang ) atau kejang-kejang.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan
PCV meningkat.
Panas disertai perdarahan
Panas disertai renjatan.
J. KOMPLIKASI
K. PENCEGAHAN
1. Menguras bak mandi seminggu sekali.
2. Bersihkan wadah penampung air lainnya.
3. Pasang kelambu nyamuk.
4. Jangan menumpuk atau menggantuk baju teralu lama.
5. Gunakan lotion atau krim anti nyamuk.
6. Fogging.
7. Pangkas dan bersihkan tanaman liar di halaman rumah.
A. Pengkajian
1. Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan
diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis
kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat.Sedangkan identitas
saudara kandung meliputi nama dan usia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti
demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai
perdarahan.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual
dan muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada
riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu
keluarga ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu
besar.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini
adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari,
banyak genangan air, vas and ban bekas.
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis.
5. Riwayat tumbuh kembang anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
6. ADL
Nutrisi
Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
Aktifitas
Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi
nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya
aktifitas bermain.
Istirahat tidur
Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
Eliminasi alvi
Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
Personal hygiene
Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
7. Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan
tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
8. Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti
kegiatan keagamaan.
9. Pemeriksaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), nadi cepat
dan lemah.
Kulit
Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
Kepala
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
Abdomen
Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
Anus dan genetalia
Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
Hb dan PCV meningkat (≥20%).
Trombositopenia (≤100.000/ml).
Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
Ig.D.dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan PH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
2. Nyeri b/d agen cidera biologis
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor
biologis
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
Intervensi
SLKI :
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Suhu badan dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tdak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
SIKI :
SIKI :
Pain management
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi karakteristik kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. cek instruksi dokter tentang jenis obat , dosis, dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi
4. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri.
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
SIKI :