Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Apabila seseorang terkena penyakit maka akan
mempengaruhi seluruh bagian dari manusia itu sendiri. Adapun salah satu
penyakit yang dapat menyerang manusia adalah Dengue Hemorragic Fever
(DHF). Atau biasa disebut Demam Berdarah Dengue. Pertama kali dicurigai
berjangkit di Surabaya pada tahun 1970 sampai saat ini. DHF telah menyebar
ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan penderitanya cenderung meningkat
dari tahun ke tahun.
Angka kejadian di Indonesia belakangan ini menurut data Dinas DKI,
pada tanggal 14 Januari 2005. Dalam dua minggu ini tercatat 207 orang
terkena demam berdarah. Pada tahun 2004 saat demam berdarah mewabah di
Jakarta, tercatat 20.640 orang terkena penyakit 90 orang di antaranya
meninggal dunia. Rata-rata kasus di Jakarta mencapai 26,17 persen dengan
case mortality rate/CFR/rata-rata kasus kematian) mencapai 0,43 persen
(http://www.kompas%2D cetak/050L/14/ metro/499525.htm).
DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini
bersarang di bak mandi, drum penampung air jernih, kaleng bekas dan di
baju yang bergantungan. Masalah tersebut berhubungan dengan kebiasaan
masyarakat menampung air bersih, dan sanitasi lingkungan yang kurang
baik.
Dengan melihat data di atas serta mengingat komplikasi yang
mungkin terjadi pada pasien DHF adalah perdarahan, syok, dan efusi pleura,
maka seorang perawat mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta dalam
upaya penanganan DHF. Perawat memberikan asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien yang menderita DHF dan memberikan informasi pada
keluarga dan masyarakat untuk bersama-sama mencegah terjadinya DHF.

2
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memperdalam pengetahuan tentang DHF dan penerapannya pada
kasus nyata di bangsal.
2. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat klien dengan konsep
sesuai dengan konsep dasar yang diperoleh selama belajar di kelas
maupun literatur.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Studi kepustakaan
Mengambil beberapa literatur sebagai sumber dan acuan teori dalam
penulisan makalah mengenai DHF.
2. Studi kasus
Penulis melakukan pengamatan langsung pada pasien DHF di unit
Yohanes melalui pengkajian, observasi serta intervensi keperawatan.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini dimulai dengan Bab I Pendahuluan
yaitu berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II terdiri dari tinjauan teoritis yang meliputi
konsep medik yaitu definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda
dan gejala, test diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi. Kemudian
dilanjutkan konsep dasar keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, perencanaan pulang. Dan diakhiri
patoflowdiagram. Bab III pengamatan kasus yang terdiri dari pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV pembahasan kasus lalu bab V Kesimpulan dan diakhiri dengan daftar
pustaka.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(betina). (Perawatan Pasien DHF, 1995).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama yang
terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Ilmu Penyakit Dalam,
1999).

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sebagai transportasi (membawa nutrisi ke seluruh tubuh dan oksigen dari
usus dan paru-paru kepada sel di seluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa
metabolisme ke organ-organ pembuangan.
Darah mempunyai 2 komponen padat dan cair, yaitu:
A. Komponen padat yaitu:
- Eritrosit
Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam
pembentukannya dibutuhkan zat besi, vitamin B12, asam folat dan
rantai globulin yang merupakan senyawa protein. Pematangan eritrosit
diperlukan hormon eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal. Umur
peredarannya 105-120 hari, eritrosit dihancurkan di limfa, jumlah
normalnya pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3 pada perempuan 4,8 juta
sel/mm3.
- Leukosit
Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang
masuk, ada 5 jenis leukosit yaitu: neutrofil, eusinofil, basofil,
limfosit, dan monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-9.000 /mm3 .

4
- Trombosit
Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di
sumsum tulang, paru-paru, limfa, umur peredarannya hanya 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan:
 Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
 Daya adhesi (saling melekat)
 Daya agregasi (berkelompok)
Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan
penghentian perdarahan, begitu ada kerusakan dinding pembuluh
darah trombosit akan berkumpul di situ, dan menutup lubang
kebocoran dengan saling melekat, berkelompok menggumpal dan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah, jumlah
trombosit 150.000-450.000 keping/mm3 .
B. Komponen cair
- Plasma darah
Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah,
berwarna kekuningan hampir 40% terdiri dari air: struktur dinding
kapiler tersusun atas 1 lapisan uniseluler sel-sel endotelial dan di
sebalah luarnya dikelilingi membran dasar ada 2 jalan penghubung
yaitu celah intraseluler yang merupakan celah tipis diantara sel-sel
endotelial. Tiap celah ini diselingi sekelompok protein yang mengikat
sel endotelial agar bersama-sama, celah tersebut berada di tepi
endotelial, pada sel endotelial terdapat juga banyak gelombang
plasmalemal untuk menghambat paket plasma kecil/cairan
ekstraseluler.
Proses pemindahan plasma dan cairan melalui difusi, zat-zat
yang larut dalam lemak dapat berdifusi secara langsung melewati
dinding endotelial kapiler, zat yang larut dalam lemak terutama O 2
dan CO2. Zat yang larut dalam air hanya dapat berdifusi melalui pori-
pori interseluler pada membran kapiler. Zat tersebut misalnya
natrium, klorida dan air itu sendiri.
Tekanan dalam kapiler cenderung mendorong cairan dan zat
terlarutnya melewati pori-pori kapiler ke dalam ruang interstisial,
sebaliknya tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh protein plasma
cenderung menimbulkan gerakan cairan osmosis dari ruang interstisial

5
ke dalam darah. Tekanan osmotik ini mencegah hilangnya volume
cairan yang cukup bermakna dari darah ke dalam ruang interstisial.

3. Etiologi
Virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Ciri-ciri aedes aegypti:
- Berbadan kecil, warna hitam, dan belang-belang.
- Menggigit pada siang hari
- Badan datar saat hinggap, gemar hidup di tempat gelap, jarak terbang
+ 100 m.
- Bersarang di bejana-bejana.

4. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, berkembangnya virus dalam darah dapat
menyebabkan viremia yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot seluruh tubuh ruam pada kulit/petechie), hiperemia
tenggorokan dan mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hati,
limfe adanya ikatan virus dalam darah akan mengakibatkan trombosit
menurun dan akan terjadi gangguan fungsi trombosit, kerusakan
trombosit akan dimusnahkan oleh RES seperti pembesaran kelenjar getah
bening, hati dan limfe mengakibatkan penurunan trombosit sehingga
terjadi perdarahan.
Terdapatnya kompleks antibodi dalam sirkulasi darah
mengakibatkan terjadinya aktivitas faktor hagemen faktor VIII akan
terjadi pelepasan zat anafilatoksin. Histamin dan serotonin yang
merupakan mediator sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan Ht) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
plasma. Berkurangnya volume plasma mengakibatkan hipovolemik yang
dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan syok yang
menimbulkan kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Terjadinya

6
trombositopenia karena trombosit mengalami kerusakan metamorfosis
sehingga dimusnahkan oleh RES yang mengakibatkan trombositopenia
hebat dan perdarahan, kelainan sistem koagulasi antara lain disebabkan
oleh kerusakan hati.

5. Tanda dan Gejala


- Demam akut selama 2-7 hari gejalanya
 Anoreksia
 Lemah
 Nyeri otot
 Menggigil
 Ruam timbul 5-12 jam sebelum suhu naik
Suhu naik pertama kali dan suhu naik biasanya pada hari ke 3-5
berlangsung 3-4 hari.
 Ruam terdapat di dada, tubuh, abdomen dan menyebar ke anggota
gerak.
 Trombosit menurun, Ht meningkat.
 Uji tourniquet (+), ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan,
konjungtiva epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hematuri, hepatomegali.
 Shock kulit dingin/lembab, gelisah, nadi kecil, cepat lelah, TD
rendah.
Kriteria WHO
Derajat I : Demam, test rumpled (+)
Derajat II : Derajat I ditambah perdarahan spontan
Derajat III: Nadi cepat, lemah, hipotensi, akral dingin, gelisah
Derajat IV: Syok, nadi tidak teraba, TD rendah.

6. Pemeriksaan Diagnostik
- Tes laboratorium
 Trombositopeni
 Hemoglobin meningkat
 Hematokrit meningkat
- IgM (+)
- IgG (+)

7
- USG: Hepatomegali
- Uji tourniquet
- Radiologi  foto thorax didapatkan efusi pleura

7. Komplikasi
- Perdarahan
- Renjatan (syok)
- Efusi pleura

8. Terapi dan Pengelolaan Medik


- Tirah baring dan istirahat
- Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
- Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
- Pemberian infus
- Obat antipiretik, analgetik
- Bila ada perdarahan hebat, pemberian transfusi darah

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Kebersihan lingkungan dan individu yang kurang baik.
- Riwayat panas sebelum dirawat, terkena DHF di sekitar tempat
tinggal.
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah, anoreksia
- Mukosa kering
- Turgor kulit kering
- Kebiasaan makan sebelumnya
- Demam 2-7 hari.
c. Pola eliminasi
- Melena
- Kebiasaan bak dan bab sebelumnya
- Hematuria

8
d. Pola aktivitas dan latihan
- Badan lemas
- Penurunan kemampuan beraktivitas
- Lemah lesu
e. Pola kognitif-persepsi sensori
- Nyeri epigastrik
- Nyeri otot
- Pengetahuan tentang DHF
f. Pola tidur dan istirahat
- Gangguan tidur karena demam
- Gelisah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
c. Kurang volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
d. Perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.
e. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.
HYD: Suhu tubuh normal 36 o-37 o C
Intervensi:
1. Observasi TTV.
R/ Deteksi secara dini adanya proses infeksi.
2. Anjurkan istirahat dan mengurangi aktivitas fisik.
R/ Mengurangi aktivitas dapat menurunkan suhu.
3. Beri minum 2-2,5 liter/hari.
R/ Mengganti cairan yang hilang melalui penguapan.
4. Beri kompres hangat/dingin.
R/ Menurunkan suhu tubuh melalui konveksi dan evaporasi.

9
5. Anjurkan menggunakan pakaian tipis.
R/ Menurunkan suhu tubuh melalui konduksi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
R/ Untuk menurunkan suhu.

DP.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia.
HYD: Pasien menghabiskan makanan yang dihidangkan BB batas
normal.
Intervensi:
1. Kaji keluhan mual, muntah, yang dialami pasien.
R/ Untuk menentukan cara mengatasinya.
2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Untuk menghindari rasa mual, muntah.
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
R/ Meningkatkan nafsu makan klien.
4. Monitor intake output.
R/ Untuk mengetahui/memonitor peningkatan status nutrisi.
5. Beri obat antasida sesuai dengan program dokter.
R/ Membantu mengurangi muntah dan mual.

DP.3. Kurang volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.
HYD: Klien tidak dehidrasi ditandai dengan turgor kulit elastis.
Intervensi:
1. Observasi TTV tiap 3-4 jam.
R/ Deteksi adanya perubahan TTV.
2. Catat dan ukur intake output.
R/ Identifikasi kekurangan cairan.
3. Anjurkan banyak minum 2-2,5 liter.
R/ Untuk menambah volume cairan tubuh.
4. Kaji tanda dan gejala dehidrasi.
R/ Untuk mengetahui penyebab volume cairan.

10
5. Beri cairan intravena sesuai program medik.
R/ Menambah cairan plasma parental.

DP.4. Perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.


HYD: - Jumlah trombosit meningkat
- Tidak terjadi perdarahan
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda perdarahan.
R/ Indikator terjadinya perdarahan.
2. Anjurkan klien membatasi aktivitas.
R/ Aktivitas berlebihan meningkatkan resiko perdarahan.
3. Monitor jumlah trombosit tiap hari.
R/ Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah.
4. Berikan sikat gigi yang lembut.
R/ Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
5. Kolaborasi dengan medik pemberian cairan intravena dan cek lab.
R/ Untuk mengurangi terjadinya perdarahan.

DP.5. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


HYD: Pasien dapat beraktivitas secara bertahap dalam 3-5 hari
perawatan.
Intervensi:
1. Kaji keluhan pasien.
R/ Untuk mengidentifikasi masalah pasien.
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan.
R/ Memenuhi kebutuhan dasar pasien.
3. Dekatkan semua alat sesuai kebutuhan pasien.
R/ Mengurangi kelelahan pasien.
4. Dekatkan bel pada pasien.
R/ Agar pasien segera meminta bantuan perawat saat
membutuhkannya.

11
4. Perencanaan Pulang
a. Gerakan 3M
- Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
setiap minggu.
- Menutup rapat-rapat penampungan air.
- Mengubur/menyingkirkan barang bekas dan botol-botol pecah
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
b. Menggunakan insektisida dengan pengasapan atau pengabutan.
c. Dengan cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke
dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan
air bersih.
d. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok maupun
pemakaian kelambu.
e. Kewaspadaan tanda DHF  lapor RT/RW.

12
C. PATOFLOWDIAGRAM

Virus dengue Masuk dalam tubuh manusia melalui


gigitan nyamuk (Aedes aegypti)

Viremia Demam DP. Hipertermi


Sakit kepala
Nyeri otot DP. Ketidakmampuan
Bereaksi dengan antibodi Mual, muntah beraktivitas

Aktivasi sistem komplemen Kerusakan pada RES

Pelepasan anafilatoksin Sel makrofag terinfeksi

Pelepasan sitoksin dan


substansi inflamasi
Permeabilitas kapiler
meningkat
DP. Kekurangan Aktivasi faktor koagulasi
volume cairan
Plasma berpindah dari
intravaskuler ke ekstravaskuler Trombosit berkurang

Trombositopenia
Hemokonsentrasi Hipoproteinemia Plasma tertimbun
di rongga pleura
DP. Perdarahan
Perdarahan
- Petekie
- Melena
Hipovolemia - Hematuria

Syok

- Gelisah
- Nadi cepat dan
lemah
- S, TD
- Sianosis mulut
- Nadi tidak teraba DSS
- Kulit dingin
- Tidak dapat diukur

Asidosis metabolik Anoksia jaringan

Kematian

13
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus dilakukan pada Tn. TA umur 32 tahun. Beragama


Islam masuk ke PK Sint Carolus pada tanggal 01 Agustus 2005. Dirawat di unit
Yohanes kamar 206-2 dengan diagnosa medik DHF. Keluhan masuk yaitu + 2
hari panas tidak turun-turun 1 pusing, mulut, lidah terasa pahit, mual, nyeri ulu
hati, pasien mengatakan ngantuk rasanya mau tidur terus, BAB encer dari pagi.
Sudah berobat ke klinik namun tidak membantu, lalu klien dibawa ke UGD oleh
keluarga.
Pengkajian dilakukan pada hari ke-6 setelah pasien dirawat, yaitu pada
tanggal 06-08-2005. Adapun data yang ditemukan sebagai berikut: keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis mobilisasi di tempat
tidur/terpasang Observasi TTV: S: 35,3 o C, TD: 120/90 mmHg, N: 100 x/menit,
HR: 100 x/mnt, P: 24 x/mnt, pasien mengatakan badan terasa lemas, mukosa
mulut tampak kering. BB: 80 kg, TB: 154 cm, IMT: 27,6 kg/m2 , pasien tampak
gemuk.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah rutin pada
tanggal 05 Agustus 2005, Hb: 15,3 gr/dl (12,0-18,0gr/dl), Ht: 46% (37-52%),
leukosit 3.800 /uL (4.800-10.800 /uL), trombosit: 22.000 /uL (150.000-450.000
/uL). Sedangkan pada tanggal 06-8-2005 hasil pemeriksaan darah rutin belum
ada hasilnya.
Adapun terapi yang didapat oleh pasien yaitu Farmacrol 3x1 sdt,
Lipofood 2x1 tab, Pumpitor 2x1 tab. Diit lunak: nasi tim. Masalah yang
ditemukan pasien adalah Resiko perdarahan, Resiko kekurangan volume cairan,
Keterbatasan aktivitas, kurang pengetahuan tentang proses penyakit.
Perencanaan tindakan disesuaikan dengan teori dan masalah yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien antara lain mengobservasi tanda-tanda
vital, mengkaji keadaan umum dan keluhan pasien, memberi cairan parental
sesuai dengan program medik yaitu Asering 500 cc/4 jam/kolf, mengambil darah
vena untuk kolaborasi pemeriksaan laboratorium: Hb, Ht, trombosit, dan
leukosit, monitor intake dan output, memberi makan tinggi kalori tinggi protein,
memberi penyuluhan mengenai manfaat nutrisi, memberi terapi sesuai program
medik.

14
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan pengamatan kasus yang dilakukan selama 1 hari, tanggal 06-


08-2005, pada Tn. TA 32 tahun, dengan diagnosa DHF, didapat adanya
perbandingan antara teori dan pengamatan langsung terhadap kasus di lapangan
praktek, hal ini akan dijabarkan sebagai berikut.

A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian Tn. TA didapat tanda dan gejala seperti badan
terasa lemas, mukosa bibir kering tanda dan gejala ini sesuai dengan teori,
dan dapat diinformasikan dari klien karena sering menggantung pakaian di
kamar tidur, 3 bulan yang lalu kakak klien terkena DHF. Dari hasil
laboratorium didapat trombosit yang menurun. sedangkan panas atau demam
tidak ditemukan pada pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori terdapat 5 diagnosa keperawatan dan yang tidak ditemukan
pada Tn. TA saat pengkajian ada 4 yaitu:
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan metabolisme
tubuh.
Masalah ini diangkat karena ditemukan mukosa mulut tampak kering,
malas minum dan menggunakan infus Asering 500 cc/4 jam/kolf.
2. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Masalah ini diangkat karena jumlah trombosit menurun yaitu 22.000 /ul
dan pasien tampak lemas.
3. Keterbatasan beraktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Masalah ini diangkat karena kebutuhan pasien masih dibantu oleh
perawat.
4. Kurang pengetahuan tentang pencegahan penyakit berhubungan dengan
kurang informasi.
Masalah ini diangkat karena klien bertanya demam berdarah itu apa, dan
bagaimana penularannya.

46
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan yang diberikan pada pasien mengacu pada
referensi yang berkaitan dengan penyakit DHF dan juga kebutuhan itu
sendiri.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana
yang dibuat pada diagnosa. Pada DP.1: mengobservasi TTV dan intake dan
output. DP.2: mengkaji perdarahan dan observasi TTV secara ketat bila perlu
transfusi sesuai dengan program dokter. DP.3: membantu kebutuhan pasien
seperti mandi, DP.4: menjelaskan bagaimana cara penularan dan
pencegahannya.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan pengamatan dan pelaksanaan pada pasien selama
sehari dapat dievaluasi: masalah resiko perdarahan pada saat dievaluasi
pasien masih tampak lemas, masalah resti kekurangan cairan, rencana
pemberian terapi cairan masih diteruskan karena nilai trombosit masih turun,
keterbatasan beraktivitas, rencana masih diteruskan karena kebutuhan klien
masih dibantu di tempat tidur dan kurang pengetahuan tentang proses
penyakit karena pasien belum tahu apa penyebab penyakitnya.

47
BAB V
KESIMPULAN

Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan


oleh virus dengue, masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya bersarang di bejana-bejana yang berisi air
jernih, seperti bak mandi, drum penampung, kaleng bekas dan sanitasi
lingkungan yang kurang bersih.
Pada Tn. TA yang menyebabkan gejala demam, mual dan lemah
kemungkinan daya tahan tubuh berkurang sehingga cepat terserang oleh
penyakit yang didukung dengan Tn. TA kebiasaan menggantung baju di
belakang pintu kamar tidur.
Tindakan keperawatan yang perlu diperhatikan pada pasien ini adalah
menganjurkan pasien agar banyak istirahat, meningkatkan kebersihan diri dan
lingkungan, memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, mengobservasi TTV dan
memberikan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan, meninggalkan
kebiasaan menggantung pakaian di kamar tidur, memberantas sarang nyamuk
seperti gunakan 3M: menguras bak mandi, menutup rapat-rapat penyimpanan
air, mengubur barang-barang bekas atau kaleng-kaleng yang bisa tergenang air
yang tidak dipakai. Penyemprotan dan kewaspadaan terhadap DHF dengan
melapor pada RT/RW setempat.
Diharapkan dengan penyuluhan masyarakat dapat lebih waspada dan
mempertahankan daya tahan tubuh dengan menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan sendiri demi meningkatkan kesehatan keluarga dan diri kita sendiri.

48
DAFTAR PUSTAKA

Augustinus AS (1998). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. STIK Sint Carolus.
Jakarta.

Brunner and Suddarth (1996). Text Book of Medical Surgical Nursing. Alih
bahasa H.Y. Kuncara (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta EGC.

Christantie Effendy (1995). Perawatan pasien DHF. Penerbit Kedokteran.


Jakarta EGC.

Mansjoer Arif M. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta Media Aesculapius


FKUI.

Noer Sjaifoellah (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi 3, Jakarta
FKUI.

Sri Rezeki H. Hardinegoro (1999). Demam Berdarah Dengue. Jakarta FKUI.

Sloane, Ethel (1995). Anatomy and Physiology: An Easy Learner. Alih Bahasa:
James Veldman (2003). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta EGC.

World Health Organization (1999). Dengue Haemorrhagic Fever Diagnostic,


Treatment, Prevention, and Control. Alih Bahasa: Monica Ester. Demam
Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian.
Jakarta: EGC.

49

Anda mungkin juga menyukai