Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORAGIE FEVER (DHF)

OLEH

NI WAYAN WIDIANINGSIH
NIM. C2222050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)

A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever) merupakan
masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di
daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4 (Hanim, 2013).
Penyakit DBD termasuk penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus
yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang
umumnya menyerang pada manusia (Akbar & Maulana Syaputra, 2019).
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorhagic fever (DHF),
penyakit infeksi akibat virus dengue (arbovirus) yang menginvasi tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypt (Haerani & Nurhayati, 2020).
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp,
aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit
DBD.Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Riskesdas, 2018).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Darah merupakan salah satu komponen penting yang ada di dalam
tubuh manusiasebab darah berfungsi, mengalirkan zat - zat atau nutrisi yang
dibutuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme
untuk di buang. Ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen
keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme
dan membawa zat antibody (Putra, 2015).
1. Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di
dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas
90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan
kotoran selain sel-sel darah. Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah
merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel.

2. Sel darah merah

Sel darah merah berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua
sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit
yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat
5.000.000 sel darah. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari
mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua
semakin rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga
ukuran mula-mula. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan
zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap
dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin
melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel- partikel
kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh
limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat
besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di
dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.

3. Sel darah putih

Sel darah putih yang berupa bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih
besar dari sel darah merah namun lebih sedikit. Dalam setiap milimeter kubik
darah terdapat 6000 – 10.000 rata rata 8000 sel darah putih. Granulosit hampir
75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Trombosit adalah sel kira kira
ukuranya 1/3 ukuran sel darah merah, terdapat 300.000 trombosit dalam setiap
milimeter kubik darah. Peranya penting dalam penggumpalan darah.Fungsi sel
darah putih :
Granulosit dan monosit mempunyai peran penting dalam perlindungan
dalam badan terhadap mikro organisme. Dengan kemampuanya sebagai
fagosit, mereka memakan bakteri hidup yang masuk kedalam peredaran darah.
Dengan kekuatan gerakan anti bodinya ia dapat bergerak bebas didalam dan
dapat keluar pembuluh darah kemudian berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh. Dengan cara ini ia dapat :
a. Mengelilingi daerah yang terkena infeksi atau cidera
b. Menangkap organisme hidup dan menghancurkanya
c. Menghilangkan bahan lain seperti kotoran, serpihan kayu, benang
jahitan dan sebagainya.
Sebagai hasil kerja fagositik sel darah putih, peradangan dapat
dihentikan sama sekali. Bila kegiatanya tidak berjalan dengan sempurna maka
berarti berkurangnya jumlah sel darah putih kalah sampai 5000 atau kurang
leukopenia.

4. Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut
hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama,
yaitu :
a. Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus
untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
b. Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
c. Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk
merekatpembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya
merapat.

5. Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran
oksigen pada tubuh :
a. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
b. Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan
c. CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
d. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri.
e. Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah
untukpembakaran (oksidasi).
f. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari
jantungmembawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali
ke jantung membawa karbondioksida.
g. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen
dibawa ke jantung.
C. KLASIFIKASI DHF
Menurut WHO, 2011 dalam buku “asuhan keperawatan praktis

berdasarkan penerapan diagnosa nanda, nic, noc” (Nurarif, 2016) klasifikasi

derajat DHF dibagi menjadi:

1) Derajat 1
Demam secara terus menerus disertai menggigil, pada pemeriksaan
torniquet atau uji bendung positif dan disaat dilakukan pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil trombisit mengalami penurunan sedangkan
hematokrit meningkat.

2) Derajat 2
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1, selain itu ditemukan adanya
perdarahan pada gusi, ptekie, perdarahan pada lambung yang dapat
mengakibatkan melena dan muntah darah.

3) Derajat 3
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien
mengalami perburukan keadaan dengan tekanan darah mengalami penurunan
(<20 mmHg), frekuensi nadi cepat, nadi teraba lemah, akral dingin, lembab,
dan iritabel.

4) Derajat 4
Pasien mengalami penurunan kesadaran, terjadi syok hipovolemik, nadi sulit
diraba serta tekanan darah sulit diukur.

D. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI
Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue

merupakan virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue

menular melalui suntikan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes

Albopictus yang terinfeksi oleh virus saat menghisap darah seseorang yang

sehat. Penularan penyakit DHF bisa terjadi pada manusia kemanusia atau

manusia kehewan ataupun sebaliknya. Manusia yang sedang sakit DHF

kemungkinan bisa menularkan kemanusia lainnya yang sehat, tergantung dari

sistem imunitas dari


masing-masing individu untuk melawan virus tersebut. Dalam waktu 3 sampai

14 hari setelah virus masuk kedalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan

gejala sebagai perlawanan alami dari dalam. Gejala umum yang dialami

penderita peyakit DHF yakni demam disertai menggigil, pusing, pegal-pegal

(Handayani, 2019).

DBD diakibatkan virus dengue dari kelompok arthropod-borne virus.

Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN- 2, DEN-3, dan DEN-4, yang

ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini berkembang biak di

wilayah tropis dan bersarang pada genangan air. Semua tipe ada di Indonesia

dan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Infeksi akibat satu serotip akan

menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang sama, sehingga

tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang

lain. Seseorang yang menetap di wilayah endemis dengue dapat terinfeksi oleh

3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat

ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Haerani & Nurhayati, 2020).

E. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA


Terdapat tanda dan gejalaa yang sering muncul pada penderita demam
berdarah yaitu;
1. Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan
2. Uji turniquet positif
3. Lemah
4. Nafsu makan berkurang
5. Anoreksia
6. Muntah
7. Nyeri sendi dan otot
8. Pusing
9. Trombistopenia (<100.000/ul)
10. Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah,
melena, hematuria masif (Renira, 2019).
F. PATOFISIOLOGI
Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue menggigit

manusia. Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan berdar dalam

pembuluh darah bersama darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody

yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5. Akibat

dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan sakit

kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer pada penyakit DHF

adalah meningkatnya permeabilitas membran vaskuler yang mengakibatkan

kebocoran plasma sehingga cairan yang ada diintraseluler merembes menuju

ekstraseluler. Tanda dari kebocoran plasma yakni penurunan jumlah trombosit,

tekanan darah mengalami penurunan, hematokrit meningkat. Pada pasien DHF

terjadi penurunan tekanan darah dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin,

hilangnya plasma darah selama terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku

keperawatan medikal bedah 1 (Kardiyudiana, 2019).


G. PATWAY

Gigitan nyamuk Aedes


betina

Masuknya virus dengue ke tubuh


manusia

Virus dengue beredar


dalam darah

Aktivasi mediator inflamasi


Virus menyerang platelet
secara sistemik

Penurunan jumlah platelet

Aktivasi Pelepasan
interleukinin Gangguan fungsi pembekuan
Histamine darah

Termoregulasi Perdarahan Perdarahan ke


Prostaglandine Peningkatan terganggu internal ekstravaskuler
release permeabilitas
pembuluh (1)
darah Peningkatan
Nyeri pada
suhu tubuh
kepala
Perembesan plasma dari intravaskuler
Purpura
Hipertermia Melena
Nyeri Akut Hematemesis

Penurunan Epitaksis
volume cairan
Hemogloboin
Perdarahan hebat dari (Hb) menurun
Kekuranga arteri etmoidalis
n volume posterior atau arteri
Plasma darah
sfenopalatina
menurun
Pembuluh darah terbuka

Resiko
Resiko syok
infeksi
Perdarahan ke
ekstravaskuler (1)

Paru – paru Abdomen

Efusi Ascites
pleura
Penekanan
Peningkatan intraabdomen
respirasi, sesak nafas
Mual, Muntah

Ketidakseimbang
Ketidakefektifan pola nafas an nutrisi :
kurang dari
kebutuhan tubuh
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
Menurut Price and Wilson (2016) menyebutkan pemeriksaan yang dapat

dilakukan berupa;

1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien DHF didapatkan hasil:

a) Penurunan jumlah trombosit (normalnya 100.000/mm3).


b) Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari nilai normal.
c) Terjadi penurunan leukosit atau dalam batas normal.

2. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada
dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan
rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler
dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak
kecil pada permukaan kulit. Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap
normal sering berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan
itu maka test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif.
Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh distal
ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga.

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009 dalam Darmawan (2019)), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam 5. Mendidik pasien dan orang tua
tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu
cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler,
nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. PENGKAJIAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pengkajian merupakan tahap yang

penting sebelum melakukan asuhan keperawatan. Pengkajian bertujuan untuk

mendapatkan data-data tentang pasien sebelum menentukan rencana asuhan

keperawatan yang akan diberikan. Pengkajian dilakukan dengan beberapa teknik

yakni: Wawancara: pengkajian yang dilakukan dengan memberikan beberapa

pertanyaan pada pasien atau keluarga pasien. Pengukuran: meliputi pemeriksaan

tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan yang

dilakukan dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi untuk melihat adanya kelainan atau tidak.

1) Kaji riwayat keperawatan


a) Identitas
Semua orang dapat terserang DHF baik dewasa maupun anak-anak.
Umunya anak-anak dapat terserang DHF karena kemampuan tubuh untuk
melawan virus masih belum kuat.

b) Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pertama pada klien dengan DHF sering kali
keluhan utama yang didapatkan adalah panas atau demam.

c) Riwayat penyakit sekarang


Data yang didapat dari klien atau keluarga klien tentang perjalanan
penyakit dari keluhan saat sakit hingga dilakukan asuhan keperawatan.
Biasanya klien mengeluh demam yang disertai menggil, mual, muntah,
pusing, lemas, pegal-pegal pada saat dibawa ke rumah sakit. Selain itu
terdapat tanda-tanda perdarahan seperti ptekie, gusi berdarah, diare yang
bercampur darah, epitaksis.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pada klien DHF tidak ditemukan hubungan dengan riwayat penyakit
dahulu. Hal ini dikarenakan DHF disebabkan oleh virus dengue dengan
masa inkubasi kurang lebih 15 hari. Serangan ke dua bisa terjadi pada
pasien yang pernah mengalami DHF sebelumnya. Namun hal tersebut
jarang terjadi karena pada pasien yang pernah mengalami serangan sudah
mempunyai sistem imun pada virus tersebut.

e) Riwayat penyakit keluarga


Penyakit DHF merupakan penyakit yang diakibatkan nyamuk terinfeksi
virus dengue. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang terserang
penyakit DHF kemungkinan keluarga lainnya dapat tetular karena gigitan
nyamuk.

2) Pengkajian pola dan fungsi kesehatan


a) Nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan klien
mengalami mual, muntah setelah makan.
b) Aktifitas: klien biasanya mengalami gangguan aktifitas dikarenakan klien
mengalami kelemahan, nyeri tulang dan sendi, pegal-pegal dan pusing.
c) Istirahat tidur: demam, pusing, nyeri, dan pegal-pegal berakibat
terganggunya istirahat dan tidur.
d) Eliminasi: pada klien DHF didapatkan klien memngalami diare, hluaran
urin menurun, BAB keras.
e) Personal hygine: klien biasanya merasakan pegal dan perasan seperti
tersayat pada kulit karena demam sehingga pasien memerlukan bantuan
orang lain dalam memenuhi perawatan diri.

3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam keadaan composmentis sedangkan
pada derajat IV klien mengalami penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
didapatkan hasil demam naik turun serta menggigil, penurunan tekanan darah,
frekuensi nadi cepat dan teraba lemah.
b) Kulit
Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologis dan demam tinggi, pada
kulit tampak terdapat bintik merah (petekhie), hematom, ekmosis (memar).
c) Kepala
Pada klien dengan DHF biasanya terdapat tanda pada ubun-ubun cekung.
d) Wajah
Wajah tampak kemerahan, kemungkinan tampak bintik-bintik merah atau ptekie.
e) Mulut
Terdapat perdarahan pada gusi, mukosa tampak kering, lidah tampak kotor.
f) Leher
Tidak tampak pembesaran JPV.
g) Dada
Pada pemeriksaan dada biasanya ditemui pernapasan dangkal, pada perkusi
dapat ditemukan bunyi napas cepat dan sering berat, redup karena efusi pleura.
Pada pemeriksaan jantung ditemui suara abnormal, suara jantung S1 S2 tunggal,
dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan, sianosis pada organ tepi.
h) Abdomen
Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi terdapat
pembesaran hati dan limfe.
i) Anus dan genetalia
Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat ditemukannya gangguan
karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lesi pada kulit sekiatar anus.
j) Ekstermitas atas dan bawah
Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan ekstermitas
dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang menunjukkan terjadinya
renjatan.

4) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah pada pasien DHF akan didapatkan hasil:
a) Uji turniquet positif.
b) Jumlah trombosit mengalami penurunan.
c) Hematokrot megalami peningkatan sebanyak >20%.
d) Hemoglobin menurun.
e) Peningkatan leukosit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2) Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik
3) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
4) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
5) Resiko infeksi berhubungan dengan leukopenia (sepsis)
6) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makan.
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Manajemen Cairan
keperawatan selama …. X …. a. Monitor tanda- tanda vital a. Untuk mengetahui
Diharapkan kebutuhan Volume b. Berikan terapi Intravena seperti perkembangan kondisi klien.
Cairan dapat terpenuhi yang ditentukan b. Untuk menpertahankan
Dengan kriteria hasil : c. Jaga dan tingkatkan intake/asupan keseimbangan cairan dalam tubuh
NOC Label: Hidrasi yang akurat dan catat output c. Membantu memenuhi kebutuhan
a. Turgor kulit tidak terganggu d. Distribusikan asupan cairan cairan dan mengetahui
b. Membrane mukosa lembab selama 24 jam keseimbangan cairan tubuh
c. Intake cairan tidak terganggu d. Membantu memenuhi kebutuhan
d. Output urine tidak terganggu cairan tubuh.
2. Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Manajemen
keperawatan selama …. X …. Hipovolemia
Diharapkan resiko syok dapat a. Monitor tanda – tanda dehidrasi a. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
terhindari b. Monitor sumber – sumber yang lebih parah
Dengan Kriteria Hasil: kehilangan cairan b. untuk mencegah syok
NOC Label : c. Monitor adanya bukti c. Untuk mengetahui komponen darah
a. Nadi dalam batas normal ( 60 – laboratorium terkait kehilangan yang berkurang
100 x/menit) darah / komponen
darah
b. Tidak terjadi pucat NIC Label : Pencegahan Syok
c. Akral teraba hangat a. Monitor adanya respon kompensasi a. Untuk mencegah terjadinya syok
d. Tidak tampak lesu awal syok b. Untuk mengetahui perkembangan
e. Tidak terjadi penurunan b. Monitor tanda – tanda vital klien
kesadaran c. Monitor EKG c. Untuk mengetahui kondisi
f. Tidak terjadi penurunan output d. Berikan cairan melalui oral dan atau kelistrikan tubuh
urine intravena d. Untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh.
3. Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Perawatan Hipertermia
keperawatan selama …. X …. a. Monotir tanda-tanda vital a. Untuk mengetahui
Diharapkan suhu tubuh dalam batas b. Monitor perubahan warna, suhu perkembangan klien
normal kulit dan kelembaban b. Untuk mengetahui perubahan yang
Dengan Kriteria Hasil: c. Monitor dan laporkan tanda dan mengarah pada hipotermia atau
NOC Label : Termoregulasi gejala hipotermia dan hipertermia hipertermia
a. Melaporkan kenyamanan suhu d. Pasang akses intravena (IV) c. Untuk mengantisipasi terjadinya
b.Tidak terjadi perubahan warna e. Kolaborasi pemberian antipiretik komplikasi penyakit lebih parah
kulit d. Untuk memenuhi
keseimbangan cairan tubuh
NOC Label : Tanda-tanda Vital e. Untuk mengurangi dan menurunkan
a. Suhu tubuh 36 – 37o C hipertermia
b. Denyut nadi radial dalam batas
normal ( 60 – 100 x/menit)

4. Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Manajemen Nyeri


keperawatan selama …. X …. a. Lakukan pengkajian nyeri a. untuk mengetahui gambaran nyeri
Diharapkan nyeri dapat berkurang secara komprehensif yang dirasakan klien
Dengan Kriteria Hasil: b. gali penyebab pemberat dan penurun b. untuk mengetahui factor yang
NOC Label : Tingkat Nyeri nyeri menyebabkan nyeri bertambah
a. Melaporkan nyeri berkurang c. ajarkan terapi non- c. Untuk mengurangi efek penggunaan
b. Ekspresi wajah tidak menahan farmakologi penurun nyeri farmakologi dalam menurunkan nyeri
nyeri d. dukung istirahat untuk mengurangi d. Untuk mengurangi nyeri
c. Tidak memegang / menggosok nyeri e. Untuk mengurangi nyeri dengan
areal nyeri e. Kolaborasi pemberian analgetic cepat dan efektif
d. Dapat beristirahat

5. Setelah dilakukan Asuhan NIC Label : Kontrol Infeksi


keperawatan selama … x …. a. Bersihkan lingkungan dengan baik a. Untuk mencegah infeksi nosocomial
Diharapkan resiko infeksi dapat setelah digunakan setiap pasien b. Mencegah tertular atau
dihindari b. Pertahankan teknik isolasi terpapar infeksi nosocomial
Dengan kriteria hasil: yang sesuai. c. Untuk mencegah infeksi nosocomial
NOC Label : Status Imunitas c. Ajarkan cara mencuci tangan
a. Suhu tubuh tidak terganggu d. Kolaborasi pemberian antibiotic d. Untuk mencegah terjadinya infeksi
b. Integritas kulit tidak terganggu e. Anjurkan pasien untuk meminum secara sistemik
c. Tidak terjadi infeksi berulang antibiotic sesuai dengan peresepan e. Mencegah terjadinya resistensi pada
antibiotic
NIC Label : Perlindungan Infeksi
a. Monitor adanya tanda dan gejala a. Untuk mengetahui adanya
infeksi infeksi yang terjadi
b. Tingkatkan asupan nutrisi yang b. Untuk meningkatkan sistem
cukup kekebalan tubuh
c. Anjurkan asupan cairan dengan c. Untuk menjaga keseimbangan
tepat cairan dalam tubuh
d. Anjurkan istirahat d. Untuk meingkatkan sistem imunitas
tubuh.
6. Setelah dilakukan Asuhan NIC Label : Manajemen Jalan Nafas
keperawatan selama … x …. a. Posisikan pasien untuk a. untuk memaksimalkan ventilasi
Diharapkan pola nafas kembali memaksimalkan ventilasi b. Untuk memaksimalkan ventilasi
efektif b. Buka jalan nafas dengan teknik c. Untuk mengurangi sesak
Dengan kriteria hasil: chin lift atau jaw thrust d. Untuk mengetahui adanya suara
NOC Label : Status Pernafasan c. Motivasi pasien untuk bernafas nafas tambahan
a. Tidak ada penggunaan otot bantu pelan, dalam e. Untuk mengetahui adanya perubahan
pernafasan. pada status pernafasan.
b. Tidak ada retraksi dada d. Auskultasi suara nafas, catat aera f. Untuk mengurangi sesak nafas dan
c. Tidak ada suara nafas tambahan yang ventilasinya menurun atau memenuhi kebutuhan oksigen
d. Tidak terjadi sianosis tidak ada dan adanya suara
tambahan
NOC Label : Status Pernafasan: e. Monitor status pernafasan
Kepatenan Jalan Nafas f. Kolaborasi pemberian oksigenasi
a. Frekuensi pernafasan dalam
rentang normal ( 16 – 24 x/ menit)
b. Irama pernafasan teratur
c. Tidak ada pernafasan cuping
hidung

7. Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen nutrisi


keperawatan selama …. X…. jam a. Identifikasi adanya alergi atau a. Untuk mencegah timbulnya alergi
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien intoleransi makanan yang dimiliki b. Untuk mencegah kurangnya minat
terpenuhi pasien pada makanan

Dengan Kriteria hasil : b. Monitor adanya mual dan muntah c. Untuk mengetahui jumlah kalori
NOC Label : yang harus dipenuhi
Status Nutrisi : Asupan makanan c. Tentukan jumlah kalori dan jenis
& cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk d. Untuk mencegah mual
a. Pasien dapat asupan makanan memenuhi persyaratan gizi
secara oral
b. Pasien dapat asupan cairan d. Beri obat-obatan sebelum makan e. Mencegah tersedak dan memberikan
secara oral posisi yang nyaman saat makan
c. Pasien dapat asupan cairan e. Anjurkan pasien untuk duduk pada Untuk memantau kecukupan
melalui intravena posisi tegak, jika memungkinkan
pemenuhan nutrisi
Monitor kalori dan asupan makanan
D. EVALUASI
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan.
Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Ada 2 komponen
untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu Proses Formatif dan hasil
sumatif. Proses Formatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai
tujuan tercapai.
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien pada
akhir tindakanperawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir tindakan secara
paripurna. Disusun menggunakan SOAP dimana :

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh


pasien setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah telah
tertasi, teratasi sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis Ada tiga
kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan
yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria
hasil yang telah ditentukan,tujuan tercapai sebagian apabila jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,
tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali (Abdul & Sjahranie, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R., & Sjahranie, W. (2019). Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas.

Akbar, H., & Maulana Syaputra, E. (2019). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu. MPPKI (Media Publikasi Promosi

Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 159–

164. https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3.626

Centre of Health Protection (CHP). 2018. Dengue Fever.

https://www.chp.gov.hk/files/pdf/df_factsheet_indonesian_tc.pdf (diakses

tanggal 21 Februari 2018)

Kardiyudiana, Ni Ketut dan Brigitta Ayu dwi Susanti. 2019. Keperawatan Medikal

Bedah 1. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis

Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus

Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Darmawan, D. (2019). Patofisiologi DHF. Journal of Chemical Information and

Modeling, 53(9), 1689–1699.

Haerani, D., & Nurhayati, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam

Berdarah Dengue : Sebuah Studi Kasus DBD merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia yang kejadian dan 2016 kembali mengalami

kenaikan yang sebesar DBD berdasarkan data World Health Organization, 4(2),

80– 97.

Hanim, D. (2013). Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam Berdarah Dengue

Disusun. Journal of Petrology, 369(1), 1689–1699. Retrieved from


http://dx.doi.org/10.1016/j.jsames.2011.03.003%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gr.201

7.08.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.precamres.2014.12.018%0Ahttp://

dx.doi.o

rg/10.1016/j.precamres.2011.08.005%0Ahttp://dx.doi.org/10.1080/00206814.2014.

902757%0Ahttp://dx.

Putra, G. (2015). Demam Berdarah, 2(2), 2014–2015.

Riskesdas, K. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2017.

Renira, Tyas Ayu Widia. 2019. Pengelolaan Kekurangan Volume Cairan Pada An. U

Dengan Dengue Haemoragic Fever Di Ruang Melati RSUD Ungaran.

http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/104 (diakses tanggal 13 Desember 2019)

World Health of Organization (WHO). 2019. Dengue and

Severe Dengue https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-

and-severe-dengue#

Anda mungkin juga menyukai