Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Disusun Oleh :
Wina Maria (1420121113)

KELAS B S1 ALIH JENJANG RS SANTO VINCENTIUS SINGKAWANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN BANDUNG
2021
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

A. PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia sebagai


penyakit yang endemis di masyarakat, terutama sangat berbahaya bagi kalangan anak-
anak. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus.
Demam dengue dapat menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi.
Sedangkan demam berdrah dengue (DBD) dapat menyebabkan kebocoran plasma
yang mengakibatkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba (syok),
hingga bahkan kematian (Sukana, 2003). Di Indonesia penyakit DBD masih
merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah
endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah
lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan
jumlah kasus wilayah tersebut. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganannya yang terlambat.

Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum
tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini dapat dilakukan
dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus. Pencegahan penyakit demam berdarah
melalui program kebersihan lingkungan, yakni memutus mata rantai sebaran nyamuk
penyebab demam berdarah (Warsidi, 2009), Pemberantasan Sarang Nyamuk
merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular
berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis
(kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya. Gerakan 3M plus adalah tiga cara
plus yang dilakukan pada saat PSN. PSN dilakukan minimal satu minggu sekali agar
rumah bebas dari jentik nyamuk. Rumah bebas jentik sangat bermanfaat karena
populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara
nyamuk dapat dicegah atau dikurangi (Atikah, 2012).
B. Pengertian DHF

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes


aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF 10 11 bersifat endemis, sering
menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang
cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan
2018).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

C. Anatomi Fsiologi

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi


transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan
basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh
tubuh, pengaturan hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke
sasaran (Syaifuddin, 2016). Fungsi darah (Syaifuddin, 2016) :

a. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia,


oksigen, dan nutrien ke seluruh tubuh.

b. Mengangkut sisa metabolit ke organ pembuangan.


c. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.

d. Mengangkut enzim, zat bufer, elektrolit ke seluruh tubuh.

e. Mengatur keseimbangan suhu

Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih, dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang aktif
dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum kuning.
Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran dan
beratnya hampir sama dengan hati. Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen
padat yang terdiri dari sel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau
leukosit, dan sel pembeku darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma
darah, Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:

a. Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai fungsi
khusus untuk transport oksigen. Oleh karena di dalamnya mengandung
hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen, eritrosit membawa oksigen dari
paru ke jaringan dan karbon dioksida dibawa dari jaringan ke paru untuk
dikeluarkan melalui jalan pernapasan. Sel darah merah : Kekurangan eritrosit,
Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.

b. Leukosit (sel darah putih)

Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan
cara memakan atau fagositosis penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut
juga fagosit. Sel darah putih yang mengandung inti, banyaknya antara 6.000-
9.000/mm³

c. Trombosit (sel pembeku darah)

Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran


darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000-300.000
keping/mm³. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru, dan limpa dengan ukuran
kira-kira 2-4 mikron. Fungsinya memegang peranan penting dalam proses
pembekuan darah dan hemostasis atau menghentikan aliran darah. Bila terjadi
kerusakan dinding pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di situ dan
menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok, dan
menggumpal atau hemostasis. Selanjutnya terjadi proses bekuan darah. Struktur
sel dalam darah adalah :

a) Membran sel (selaput sel)

Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5- 10nm.
Hampir seluruhnya terdiri dari keping-keping halus gabungan protein
lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel.
Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala
untuk rangsangan yang datang.

b) Plasma Terdiri dari beberapa komponen yaitu :

 Air membentuk 90 % volume plasma

 Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan


darah serta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).

 Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2
berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah sehingga
fungsi normal jaringan tubuh.

 Zat-zat makanan sebagai makanan sel.

 Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi


untuk membantu metabolisme.

 Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri

D. Etiologi

Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4


serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

E. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular
ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat
dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit


seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik
merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani
2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus


antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma
ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit
>20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan


ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik (Murwani 2018).
Pathway
F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015) :

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua

atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

 Nyeri kepala

 Nyeri retro-orbital

 Myalgia atau arthralgia

 Ruam kulit

 Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif

 Leukopenia

 Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD

yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang

2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua

hal dibawah ini dipenuhi :

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat

bifastik

2) Manifestasi perdarahan yang berupa :

 Uji tourniquet positif

 Petekie, ekimosis, atau purpura


 Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran

cerna, tempat bekas suntikan.

 Hematemesis atau melena

3) Trombositopenia <100.00/ul

4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan

a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur

dan jenis kelamin

b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan

yang adekuat

5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi


yaitu :

1) Penurunan kesadaran, gelisah

2) Nadi cepat, lemah

3) Hipotensi

4) Tekanan darah turun < 20 mmHg

5) Perfusi perifer menurun

6) Kulit dingin lembab

G. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :

1. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada
DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Pada demam dengue
terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga, pada demam berdarah terdapat
trombositopenia dan hemokonsentras Pada pemeriksaan kimia darah:
Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin
meningkat.

2. Uji serologi

Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas timbulnya


antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar
antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga
kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap
awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak
dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan
memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik.
Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang
dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier
merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan
gejala klinik.

3. Uji hambatan hemaglutinasi

Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).

4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)

Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test(PRNT). Plaque adalah
daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di
sekitar yang tidak terkena infeksi.

5. Uji ELISA anti dengue


Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan
bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi
adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009),
yaitu :

1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.

2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka. anak-
anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.

3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.

4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam

5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output urine

6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu
cairanIV.

7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler, nadi,
tekanan darah, dan Output urine.

8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.

9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.

10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam.
A. Konsep Asuhan Keperawatan Teori
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien, umur, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama,
suku, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose masuk, dan nama
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang dirasakan
saat ini. Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
demam akut 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise, mual,
muntah, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, pendarahan
spontan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF yang
dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit itu berulang.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal di dalam
satu rumah/beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk.
4. Riwayat Penyakit Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aegypty dan Aedes albopiehis, hidup
dan berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat penampungan air bersih
seperti kaleng bekas, bak mandi yang jarang dibersihkan.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Menggambarkan informasi atau riwayat klien mengenai status kesehatan dan
praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit
yang lalu, perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai konsumsi makanan dan
cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin
makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus
berlebihan.
3. Pola Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai pola BAB, BAK
frekuensi karakter BAB terakhir, frekuensi BAK.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Meliputi informasi riwayat klien tentang pola latihan, keseimbangan energi, tipe
dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
5. Pola Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat klien tentang frekuensi dan durasi periode istirahat
tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah yang
dirasakan saat tidur.
6. Pola Kognitif- Perseptual
Meliputi informasi riwayat klien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri,
fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecap dan
pembau, sensasi perabaan, kesemutan
7. Pola Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan peran sosial, kepuasan
dan ketidakpuasan dengan peran
8. Pola Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat klien tentang metode untuk mengatasi atau koping
terhadap stress
9. Pola Tata Nilai dan kepercayaan
Meliputi informasi riwayat klien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan: ada gangguan dalam pernafasan. Sesak, perdarahan melalui
hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem persyarafan: Gangguan dalam sistem persyarafan adalah terdapat
respon nyeri.
3. Sistem kardiovaskuler: Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi.
4. Sistem pencernaan: Terjadi anoreksia, mual dan muntah. Selaput mukosa
kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan: Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam,
akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem otot dan integument: Ditemukan peteki, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
7. Sistem eliminasi: Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi yaitu terjadi
konstipasi. Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi peteki, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.

B. Analisa Data
No. Data Kemungkinan penyebab Masalah
1. DS: - Infeksi virus dengue Hipertermi
DO: - Peradangan pada system tubuh
Pengeluaran enzim-enzim seperti
histamin, brakinin, prostaglandin
Pengaktifan termoregulator
Disampaikan ke hipotalamus
Thalamus
Peningkatan suhu tubuh

2. DS: - Gigitan nyamuk aedes aegepty Nyeri akut


DO: - Masuknya virus dengue
Kontak dengan antibody
Virus bereaksi dengan antibody
Terbentuk kompleks virus antibody
Brain
Pelepasan neurotransmitter
Impuls nyeri masuk ke thalamus
Nyeri akut

3. DS: - Respon peningkatan suhu tubuh Deficit nutrisi


DO:- Merangsang medik vomiting centre
Nausea
Anoreksia
Intake nutrisi kurang

4. DS: - Gigitan nyamuk aedes aegepty Intoleransi aktivitas


DO: - Masuknya virus dengue
Kontak dengan antibody
Virus bereaksi dengan antibody
Terbentuk kompleks virus antibody
Bone
Perpindahan cairan ke ekstravaskuler
Penurunan kebutuhan O2, nutrisi
Metabolism menurun
Lemah, pusing, nadi nafas meningkat

5. DS:- Gigitan nyamuk aedes aegepty Resiko syok


DO:- Masuknya virus dengue
Kontak dengan antibody
Virus bereaksi dengan antibody
Terbentuk kompleks virus antibody
Blood
Aktivasi C3 dan C5
Pe permeabilitas dinding pembuluh darah
Menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah
Kebocoran plasma (ekstravaskuler)
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
actual maupun potensial. Diagnose keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respon klien individu, keluarga dan komunitas, terhadap situasi yang berkaitan dengan
Kesehatan. Diagnose keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
normal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Resiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan
No Diagnose Luaran Intervensi Rasional
.
1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan Tindakan keperawatan hipertermi
dengan selama 3x24 jam Observasi
proses diharapkan suhu tubuh - Identifikasi - Mengetahui
penyakit tetap berada pada penyebab penyebab
(D.0130) rentang normal hipertermia hipertermi
dengan kriteria hasil: - Monitor suhu - Memantau suhu
- Menggigil tubuh tubuh
menurun - Monitor kadar - sebagai indicator
- Suhu tubuh elektrolit keadaan status
membaik cairan dalam
- Suhu kulit tubuh
membaik - Monitor haluaran - memaantau
urine keseimbangan
intake dan
outuput
- Monitor - untuk
komplikasi akibat menghindari
hipertermia komplikasi
Terapeutik
- Sediakan - agar pasien
lingkungan yang merasa nyaman
dingin
- Longgarkan atau - untuk
lepaskan pakaian menurunkan suhu
dan memberi rasa
nyaman
- Basahi dan kipasi -untuk menurunkan
permukaan tubuh suhu
- Berikan cairan oral - untuk menjaga
hidrasi tubuh
- Berikan oksigen - untuk
jika perlu meningkatkan
pengiriman oksigen
keseluruh tubuh
Edukasi
- Anjurkan tirah - meningkatkan
baring kenyamanan
Kolaborasi istirahat
- Kolaborasi - menjaga
pemberian cairan keseimbangan
dan elektrolit cairan dan
intravena jika elektrolit
2. Deficit nutrisi Setelah dilakukan perlu.
berhubungan Tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
dengan factor selama 3x24 jam Observasi
psikologis status nutrisi terpenuhi - Identifikasi status - mengetahui status
(D.0019) dengan kriteria hasil nutrisi nutrisi klien
- Porsi makanan - Identifikasi alergi - mengetahui
yang dan intoleransi Riwayat alergi
dihabiskan makanan
meningkat - Identifikasi - mempertahankan
- Frekuensi perlunya status nutrisi
makan penggunaan selang klien
meningkat nasogastric
- Nafsu makan - Monitor asupan - mengetahui
meningkat makan intake oral klien
- Monitor berat -memantau
badan penurunan berat
Terapeutik badan
- Lakukkan oral - meningkatkan
hygiene sebelum nafsu makan klien
makan jika perlu
- Sajikan makanan - meningkatka
secara menarik dan n nafsu makan klien
suhu yang sesuai
- Hentikan - memantau
pemberian asupan oral
makanan melalui klien
selang nasogastric
bila asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi - memberikan
duduk jika mampu rasa nyaman
saat makan
- Ajarkan diet yang
diprogramkan - mempertahanka
Kolaborasi n status nutrisi
- Kolaborasi dengan klien
ahli gizi untuk - mempertahanka
menentukan n status nutrisi
jumlah kalori dan klien
jenis nutrient yang
dibutuhkan
Promosi berat badan
Observasi
- Identifikasi
kemungkinan - mengetahui factor
penyebab BB pencetus
kurang penurunan BB
- Monitor adanya
mual dan muntah - mengetahui
Terapeutik asupan oral klien
- Sediakan makanan
yang tepat sesuai - meningkatkan
kondisi pasien nafsu makan
- Berikan pujian klien
kepada pasien
untuk peningkatan - memberikan
yang di capai semangat kepada
Edukasi klien
- Jelaskan jenis
makanan yang
- meningkatkan
bergizi tinggi
pengetahuan
3. Nyeri akut Setelah dilakukan terjangkau
klien
berhubungan Tindakan keperawatan Manajemen nyeri
dengan selama 3x24jam Observasi
proses diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi
penyakit nyeri menurun dengan karakteristik,
- mengetahui
(D.0017) kriteria hasil durasi frekuensi,
- Frekuensi nadi kualitas, dan lokasi, durasi,
membaik intensitas nyeri frekuensi, dan
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala intensitas nyeri
menurun nyeri
- Meringgis - mengetahui
menurun - Identifikasi respon cakupan skala
- Gelisah nyeri nonverbal nyeri
menurun - Identifikasi factor -mengetahui respon
- Kesulitan tidur yang memperberat nyeri klien
membaik dan memperingan - mengetahui factor
nyeri pencetus nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang - meningkatkan
nyeri pengetahuan
- Identifikasi klien
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup - mengetahui
pengaruh nyeri
- Monitor efek pada kualitas
samping hidup
penggunaan
analgetic - mengetahui efek
Terapeutik samping analgetic
- Berikan Teknik
farmakologi untuk
mengurangi rasa - mengurangi rasa
nyeri nyeri klien
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri - memberikan rasa
- Fasilitiasi istirahat nyaman kepada
dan tidur klien
- Pertimbangkan - memberikan rasa
jenis dan sumber nyaman kpada
nyeri dalam klien
pemilihan strategi - mengetahui factor
meredakan nyeri pencetus nyeri
Edukasi
- Jelaskan
pemyebab,
periode, dan
pemicu nyeri - meningkatkan
- Jelaskan strategi pengetahuan
meredakan nyeri klien

- Ajarkan Teknik - meningkatkan


nonfarmakologi pengetahuan
untuk mengurangi klien
rasa nyeri
Kolaborasi - mengurangi rasa
- Kolaborasi nyeri
pemberian
analgetic jika
4 Intoleransi Setelah dilakukan perlu. - mengurangi rasa
ADL Tindakan Manajemen energi nyeri klien
berhubungan kepererawatan selama Observasi
dengan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi
kelemahan toleransi aktivitas gangguan fungsi
(D.0056) meningkat dengan tubuh yang
kriteria hasil mengakibatkan - mengetahui factor
- Kemudahan kelelahan pencetus
dalam - Monitor pola dan kelelahan
melakukan jam tidur
aktivitas
sehari-hari - Monitor kelelahan - memantau pola
meningkat fisik dan
- Kekuatan emosional dan jam tidur
tubuha bagian Edukasi klien
atas dan bawah - Anjurkan tirah - mengetahui
meningkat baring kelelahan fisik
- Keluhan Lelah dan emosional
menurun - Anjurkan klien
melakukan - memberikan rasa
aktivitas scara nyaman untuk
bertahap istirahat
- mengidentifikasi
Terapeutik kelemahan/
- Sediakan kekuatan klien
lingkungan yang dalam
nyaman dna beraktivitas
rendah stimulus - meningkatkan
- Lakukan lstihan rasa nyaman
rentang gerak pasif klien
atau aktif - mengidentifikasi
- Berikan aktivitas kelemahan/
distraksi yang kekuatan gerak
menenangkan klien
Kolaborasi - memberikan rasa
- Kolaborasi dengan nyaman
ahli gizi tentang
cara meningkatkan - meningkatkan
5 Resiko syok Setelah dilakukan asupan makanan. asupan makanan
ditandai Tindakan keperawatan Pencegahan syok
dengan selama 3x24 jam Observasi
kekurangan diharapkan tingkat - Monitor status
volume syok menurun dengan kardiopulmonal
- mengetahui tanda
cairan kriteria hasil - Monitor status
syok hiovolemik
(D.0039) - Tingkat oksigenasi
- mengetahui tanda
kesadaran - Monitor status
syok hipovolemik
meningkat cairan
- Kekuatan nadi - memantau
meningkat keseimbangan
- Akral dingin - Monitor tingkat intake dan output
menurun kesadaran dan cairan
- Pucat menurun respon pupil - mengetahui tanda
- Haus menurun - Periksa Riwayat alergi syok hipovolemik

Terapeutik - mengetahui
- Berikan oksigen untuk Riwayat alergi
mempertahankan klien
saturasi >94% -mempertahankan
- Persiapan intubasi dan saturasi oksigen
ventilasi mekanik
jika perlu - mempertahankan
- Pasang jalur IV jika jalan nafas paten
perlu
- memberikan jalan
- Pasang kateter urin masuk untuk infus
untuk menilai dan obat
produksi urine -memantau haluaran
Edukasi urine
- Jelaskan penyebab
atau factor resiko
syok - meningkatkan
- Jelaskan tanda dan pengetahuan
gejala awal syok klien
- meningkatkan
- Anjurkan melapor pengetahuan
jika menemukan klien
atau merasakan - memantau tanda
tanda dan gejala syok
syok
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral - mempertahankan
- Anjurkan status hidrasi
menghindari klien
allergen - menghindari
Kolaborasi pencetus alergi
- Kolaborasi
pemberian IV jika
perlu - memberikan jalur
- Kolaborasi untuk obat
pemberian tranfusi
darah jka perlu - mencegah
terjadinya syok
hipovolemik

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam
rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan (Ali 2016).

F. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah.
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas Klien:
Nama : Sdr. G
Tempat tanggal lahir : Mataram, 27 Juni 2004
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Suku bangsa : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Jl. RA Kartini Gg Patora no 121 sekip lama Kota Singkawang
Tanggal masuk RS : 31 januari 2022
No Medrec : 233231
Diagnosa medis : Dengue Fever
2. Identitas Penanggung Jawab:
Nama penanggung jawab : Tn. A
Hubungan dengan klien : orang tua
Alamat : Jl RA kartini Gg Patora no 121 sekip lama kota singkawang

A. Riwayat Kesehatan Klien


1. Keluhan Utama
Klien mengatakan demam mulai dari 3 hari yang lalu, demam hilang timbul, terasa nyeri ulu
hati, mual, muntah dan kurang nafsu makan.
Nyeri ulu hati, P: peningkatan asam lambung, Q: nyeri seperti teriris-iris, R: area abdomen,
S: skala nyeri 5 (1-10), T: nyeri timbul apabila klien terlambat makan.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Demam timbul dari 3 hari yang lalu disertai mual, muntah dan nyeri ulu hati, selama di
rumah klien mengkonsumsi paracetamol tablet dan juga lansoprazole yang dibeli di apotik
untuk mengurangi demam dan nyeri ulu hati. Klien merasa enakan setelah mengkonsumsi
obat tersebut tetapi kemudian demam dan nyeri ulu hati timbul Kembali. Setelah itu orang
tua klien memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit dan klien dirawat di ruang
Santo Damianus.

3. Riwayat Penyakit Masa Lalu


Sebelumnya klien belum pernah menderita DHF, klien tidak memiliki riwaayat alergi obat
dan juga makanan. Klien tidak pernah memiliki riwayat tranfusi, tetapi pernah dirawat di
rumah sakit dengan diagnosa dispepsia.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien untuk saat ini sedang bersekolah dan tinggal di asrama, untuk teman satu asrama nya
ada beberapa yang juga menderita DHF dan dirawat di ruangan yang sama.

5. Genogram;
Dibuat 3 generasi

Sdr G

B. Pola Aktifitas Sehari-hari


(Dapat menggunakan pola fungsi kesehatan dari sumber lain/Gordon)

No Jenis Aktifitas Sebelum Sakit Selama Sakit


1. Pola Makan dan Minum
Makan
Jenis makanan Nasi Bubur
Frekuensi Sehari 3-4 kali Sehari 2 kali
Jumlah Makanan 1 porsi ¼ sampai ½ porsi
Bentuk Makanan Padat Lembut
Makanan Pantangan Tidak ada Tidak ada
Gangguan/Keluhan Tidak ada Mual, muntah,
Minum anoreksia
Jenis minuman Air putih, susu, teh, Air putih, buavita
es
Frekuensi Tidak diukur Banyak, dan sering
Jumlah Minuman ±2 Liter ±2 Liter
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Jumlah Tidak diukur Tidak diukur
Konsistensi dan Warna Biasa, lembek Biasa, lembek
Bau Bau khas Bau khas
Gangguan/Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi Sering Sering
Jumlah Tidak diukur Tidak diukur
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Bau khas Bau khas
Gangguan/Keluhan Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
3. Pola istirahat/tidur
Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan Kadang tidur siang Tidur siang ±2jam
istirahat & tidur) kadang tidak
Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan Tidur mulai jam Tidur mulai jam
istirahat & tidur) 21.00 bangun pagi 21.00 bangun pagi
jam 06.00 jam 06.00
Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
tidur tidur
4. Personal Hygiene
Mandi 3x sehari 2x sehari
Cuci rambut Setiap mandi Jika merasa kotor
Gosok gigi 3x sehari 3x sehari
Ganti Pakaian 3x sehari 3x sehari
Gunting Kuku 2-3 minggu sekali 2-3 minggu sekali
Gangguan / Masalah Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
5. Pola Aktifitas/latihan fisik
Mobilisasi /Jenis aktifitas Normal, melakukan Normal, bisa
Waktu/lama/frekuensi semua aktifitas melakukan aktifitas
Gangguan/masalah secara mandiri, tidak secara mandiri,
ada masalah. hanya lebih merasa
lemah dari biasanya.
6 Kebiasaan Lain Tidak Tidak
Merokok mengkonsumsi mengkonsumsi
Alkohol alkohol ataupun alkohol ataupun
merokok. merokok.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis
- Kuantitatif : GCS : E: 4 V: 5 M: 6

b. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/80, nadi : 88, respirasi : 20, suhu : 38°C

2. Data Fisik (Head to Toe) atau Persistem, metode : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
Pemeriksaan Fisik Head To Toe (tetapi dalam dokumentasi persistem)
a.Kepala dan Rambut
Bentuk kepala tampak simetris, warna rambut tampak hitam, keriting, texture rambut agak
kasar, distribusi rambut merata , kepala tampak bersih, tidak tampak lesi dan massa. Saat
palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema.

b.Mata
Pupil tampak berwarna hitam, bulat, isokor, dan reguler, respon cahaya (+). Sclera tidak
ikterik, kongjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik, pergerakkan bola mata baik.

c. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada massa abnormal, fungsi penciuman baik,
pernafasan normal, tidak ada cuping hidung.

d.Telinga
Bentuk simetris, ukuran normal warna normal, tidak ada lesi, tidak tampak selumen, fungsi
pendengaran baik

e. Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir lembap, caries gigi (+), lidah bersih, hygiene baik.

f. Leher
Tidak ada Peningkatan JVP, KGB, dan Tyroid

g.Dada dan punggung


Bentuk simetris, tidak ada pergerakkan rongga dada

h.Paru-paru
- Inspeksi : pergerakan dada kiri dan kanan simetris, kecepatan nafas normal 18x/menit,
tidak menggunakan otot bantu tambahan, tidak tampak lesi.
- Palpasi : Taktil Premitus normal, ekspansi dada simetris
- Perkusi : normal
- Auskultasi : Suara Paru vesikuler
i. Jantung
Tidak ada bunyi tambahan
j. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada ascites, turgor kulit normal, tidak ada distensi, peristaltic
normal, tidak ada kelainan organ dalam abdomen
k.Genitalia
Tampak bersih
l. Anus
Tidak ada lesi, tidak ada hemoroid
m. Kulit
Turgor kulit elastis , badan teraba hangat, tidak ada lesi, ptechie (-).

D. Data Psiko- Sosial – Spiritual


1. Data Psikologis
a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis
Klien merasa bosan karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya seperti bersekolah.
b. Persepsi klien terhadap penyakit
Klien mengerti tentang penyakit cara pengobatan dan juga pencegahan dari penyakit
yang sedang dideritanya
c. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan
Klien berharap bisa cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya.
2. Data Social
a. Hubungan klien dengan orang lain (perawat/petugas kesehatan lain, klien lain,
keluarga, masyarakat) baik, tidak ada masalah.
b. Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat baik tidak ada masalah.
3. Data Spiritual
Klien aktif dalam kegiatan keagamaan, karena klien tinggal di asrama bruder sehingga berdoa
dan kegereja merupakan hal wajib bagi klien.

E. Data Penunjang
 Laboratorium
Tgl 31 Januari 2022
Tgl 1 februari

Tgl 2 februari 2022

F. Therapi
 Diet: tidak ada diet atau pantangan khusus
 Therapi :
Tanggal 31 Januari 2022
 Infus Rl 32 tpm
 Lansoprazole 1x30 mg oral
 Paracetamol infus 3x1 gram
Tanggal 1 Januari 2022
 Infus RL 40 tpm
 Dexamethasone 3x1 ampul
 Paracetamol infus 3x1 gram
Lansoprazole 1x30 mg oral
 Tanggal 2 Januari 2022
 Infus RL 28 tpm
 Dexamethasone 2x1 ampul
 Pct infus stop
 Lansoprazole 1x30 mg

I. ANALISA DATA

No/Tanggal Data Etiologi Masalah


31 Januari DS : klien mengatakan Infeksi virus dengue Hipertermi
2022 (1) demam mulai dari 3 hari Peradangan pada system
yang lalu, demam hilang tubuh
timbul, ada minum obat
Pengeluaran enzim-
paracetamol dirumah setelah
enzim seperti histamin,
itu demam turun kemudian
brakinin, prostaglandin
demam naik lagi.
Pengaktifan
DO : klien tampak sakit
sedang, kesadaran compos
termoregulator

mentis, badan teraba hangat, Disampaikan ke


Tekanan darah : 120/80, nadi hipotalamus
: 88, respirasi : 20, suhu : Thalamus
38°C Peningkatan suhu tubuh

(2) DS: klien mengatakan Gigitan nyamuk aedes Nyeri akut


nyeri pada area perut
bawah hilang timbul, aegepty
nyeri timbul apabila Masuknya virus dengue
terlambat makan, terasa Kontak dengan
seperti teriris-iris. antibody
DO: klien tampak Virus bereaksi dengan
meringgis sesekali, skala antibody
4, nyeri tekan (-),Tekanan Terbentuk kompleks
darah : 120/80, nadi : 88, virus antibody
respirasi : 20, suhu : 38°C Brain
Nyeri pada area abdomen Pelepasan
kuadran bawah. neurotransmitter
Impuls nyeri masuk ke
thalamus
Nyeri akut
DS: klien mengatakan
(3) Resiko deficit nutrisi
selama sakit, nafsu makan Respon peningkatan
nya berkurang, terasa suhu tubuh
mual dan kadang muntah, Merangsang medik
mulut terasa pahit. vomiting centre
DO: klien tampak sakit Nausea
sedang, kesadaran compos Anoreksia
mentis, makan ¼ sampai Intake nutrisi kurang
½ porsi, TB: 160 cm BB:
60kg, IMT: 23,4.

i. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)


Rumusan diagnosa keperawatan actual dan resiko
PES/PE
1. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia (D.0130)
Pengertian Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan suhu
tubuh 38°C, dan kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan.
b. Nyeri akut (D.0077)
Pengertian
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisilogis yang ditandai dengan
tampak meringgis, dan nafsu makan berubah.
c. Resiko Defisit nutrisi (D.0032)
Pengertian
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk
makan).

Masalah Kolaboratif (PK)


Hipovolemia (D.0023)
a. Pengertian: Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau
intraseluler.
Penyebab
a. Kehilangan cairan aktif

b. Peningkatan permeabilitas kapiler

c. Kekurangan intake cairan

Kriteria Mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif

- Frekuensi nadi meningkat

- Nadi terasa lemah

- Tekanan darah menurun

- Tekanan nadi menyempit

- Turgor kulit menurun

- Membrane mukosa kering


- Volume urin menurun

- Hematokrit meningkat

Kriteria Minor

Subjektif

1) Merasa lemah

2) Mengeluh haus

Objektif

1) Pengisian vena menurun

2) Status mental berubah

3) Suhu tubuh meningkat

4) Konsentrasi urin meningkat

5) Berat badan turun tiba-tiba

Risiko perdarahan (D.0012)

Pengertian

Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh)

maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).

Faktor Risiko

1) Gangguan koagulasi (mis. Trombositopenia)

2) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan

3) Proses keganasan

Risiko syok (D.0039)

Pengertian

Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat

mengakibatkan fungsi seluler yang mengancam jiwa.


Faktor Risiko

1) Hipoksemia

2) Hipoksia

3) Hipotensi

4) Kekurangan volume cairan

5) Sindrom respons inflamasi sistemi (systemicinflamatory response syndrome

atau SIRS)

ii. PRIORITAS MASALAH


a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
normal yaitu 38°C. kulit terasa hangat dan berwarna kemerahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
tampak meringgis dan nafsu makan berubah
c. Resiko Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk
makan).

iii. RENCANA KEPERAWATAN


(Format Terlampir)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Sdr G Nama Mahasiswa: Wina Maria

Nomor Medrec : 233231 NPM : 1420121113

Rencana Keperawatan Evaluasi


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermi - Suhu tubuh


berhubungan dengn Tindakan Observasi normal
proses penyakit dengan
keperawatan selama - Identifikasi penyebab - Mengetahui penyebab
ditandai dengan suhu rentang 36,5-
tubuh 38C, kulit teraba 3x24 jam diharapkan hipertermia hipertermi 37°C
hangat dan berwarna suhu tubuh tetap - Monitor suhu tubuh - Memantau suhu tubuh
kemerahan. - Nadi dan RR
berada pada rentang - Monitor kadar elektrolit - sebagai indicator normal
normal dengan keadaan status cairan
- Tidak ada
kriteria hasil: dalam tubuh perubahan
- Menggigil - Monitor haluaran urine - memaantau warna kulit
menurun keseimbangan intake - Pasien tidak
- Suhu tubuh dan outuput tampak
lemah dan
membaik - Monitor komplikasi akibat - untuk menghindari
- Suhu kulit hipertermia komplikasi rileks.
membaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang - agar pasien merasa
dingin nyaman
- Longgarkan atau lepaskan - untuk menurunkan suhu
pakaian dan memberi rasa
nyaman

- Basahi dan kipasi permukaan -untuk menurunkan suhu


tubuh
- Berikan cairan oral - untuk menjaga hidrasi
tubuh dan
mempertahankan suhu
normal
- Berikan oksigen jika perlu - untuk meningkatkan
pengiriman oksigen
keseluruh tubuh
Edukasi
- Anjurkan tirah baring - meningkatkan
Kolaborasi kenyamanan istirahat
- Kolaborasi pemberian cairan - mempertahankan suhu
dan elektrolit intravena jika normal
perlu.

2. Nyeri akut - Tingkat nyeri


berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen nyeri menurun
agen cedera biologis Tindakan Observasi
ditandai dengan klien - Klien tampak
keperawatan selama - Identifikasi lokasi - mengetahui lokasi, tenang dan
tampak meringgis dan
3x24jam diharapkan karakteristik, durasi durasi, frekuensi, dan rileks
nafsu makan berubah
tingkat nyeri frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil - Identifikasi skala nyeri - mengetahui sejauh
- Frekuensi mana nyeri terjadi
nadi - Identifikasi respon nyeri -mengetahui respon nyeri
membaik nonverbal klien
- Keluhan - Identifikasi factor yang - mengetahui factor
nyeri memperberat dan pencetus nyeri
menurun memperingan nyeri
- Meringgis - Identifikasi pengetahuan dan - mengetahui
menurun keyakinan tentang nyeri pengetahuan klien
- Gelisah tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh nyeri - mengetahui pengaruh
- Kesulitan pada kualitas hidup nyeri pada kualitas
tidur
membaik hidup
- Monitor efek samping - mengetahui efek
penggunaan analgetic samping analgetic
Terapeutik
- Berikan Teknik farmakologi - mengurangi rasa nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri klien
- Control lingkungan yang - memberikan rasa
memperberat rasa nyeri nyaman kepada klien
- Fasilitasi istirahat dan tidur - memberikan rasa
nyaman kepada klien
sehingga nyeri
berkurang
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, - meningkatkan
dan pemicu nyeri pengetahuan klien
- Jelaskan strategi meredakan - agar klien dapat
nyeri mengalihkan
perhatiannya sehingga
tidak berfokus paa
rasa nyeri
- Ajarkan Teknik - mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu. - mengurangi rasa nyeri
klien
Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan

3. Resiko deficit nutrisi Tindakan Observasi - Status nutrisi


berhubungan dengan keperawatan selama - Monitor asupan dan membaik
factor psikologis 3x24 jam status keluaran makanan dan - mengetahui jumlah
(keengganan untuk
nutrisi terpenuhi cairan serta kebutuhan asupan makanan
makan).
dengan kriteria hasil kalori dan cairan klien
- Porsi Terapeutik
makanan - Timbang berat badan
yang secara rutin - untuk mengetahui
dihabiskan berat badan yang
meningkat - Diskusikan prilaku makan ideal untuk klien
- Berat badan dan jumlah aktivitas fisik - untuk mengetahui
/IMT normal termasuk olahraga yang prilaku makan dan
- Frekuensi sesuai jumlah aktivitas
makan - Berikan penguatan positif klien
meningkat terhadap keberhasilan - agar klien lebih
- Nafsu makan target dan perubahan
meningkat prilaku percaya diri
- Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah (mis. - agar perawatan
Konseling). lebih mudah
Edukasi
- Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi - agar klien
pemicu pengeluaran mengetahui tentang
makanan situasi pemicu
- Ajarkan pengaturan diet pemgeluaran
yang tepat makanan
- agar klien dapat
- Ajarkan ketrampilan melaksanakn diet
koping untuk yang tepat
penyelesaian masalah - untuk mengatasi
perilaku makan rasa tidak percaya
Kolaborasi diri pada klien
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori,
dna pilihan makanan - untuk mengetahui
target berat badan
dan kalori klien.

I. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tgl & Implementasi & Respon Evaluasi Paraf


DX Jam
1. 31/1/22
07.30 - Memberikan lingkungan yang nyaman, mengganti S: px mengatakan demam hilang timbul, badan
alat tenun px. terasa panas
09.00 - Mengidentifikasi keluhan klien, apakah masih O: tenang, CM, suhu 38,2°C, badan teraba
demam, apakah tidur semalam nyenyak. Px hangat, kulit terlihat kemerahan dan berkeringat.
mengatakan semalam tidak ada demam dan tidur A: masalah belum teratasi
nya nyenyak. P: intervensi lanjut.
10.00 - Memonitor suhu tubuh (38,2°C), menganjurkan
kepada klien untuk banyak minum air putih,
menganjurkan kepada klien untuk menggunakan
baju yang longgar dan menyerap keringat serta
menganjurkan untuk melakukan kompres hangat
guna menurunkan suhu, klien mengerti dan
kooperatif.
Memberikan terapi pct infus 1 gram
- Memonitor haluaran urine px, px mengatakan
BAK banyak karena px banyak minum dengan
warna urine kuning jernih, pagi ini px sudah BAK
3x di kamar mandi.
11.00 - Mengukur TTV TD: 110/70 Mmhg N: 92 x/mt S:
37°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB: 60
kg.

2 09.00 - Mengidentifikasi keluhan px, apakah nyeri ulu hati S: px mengatakan nyeri ulu hati timbul saat
masih timbul, skala nyeri, pencetus nyeri, dan terlambat makan, terasa nyeri di area perut bawah
lokasi timbulnya nyeri. Px mengatakan nyeri O: tenang, CM, meringgis sesekali, skala nyeri 4
timbul saat px terlambat makan, skala nyeri 4 dari dari 1-10
1-10, nyeri pada area perut bawah. A: masalah belum teratasi
10.00 - Mengidentifikasi factor yang memperberat dan P: intervensi lanjut
memperingan nyeri, px mengatakan nyeri timbul
apabila klien terlambat makan, dan nyeri berkurang
apabila klien meminum obat lambung.
menganjurkan kepada klien untuk tidak terlambat
makan, usahakan untuk makan sedikit tapi sering
dan juga banyak minum air putih, hindari makanan
yang terlalu asam dan pedas untuk menghindari
timbulnya nyeri ulu hati. Px mengerti dan
kooperatif.
- Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang
10.30 strategi untuk meredakan nyeri, px mengatakan
belum mengetahui cara untuk meredakan nyeri
selain meminum obat lambung. menjelaskan dan
menganjurkan kepada klien untuk menerapkan
Teknik relaksasi nafas dalam dan Teknik distraksi
untuk meredakan nyeri, px mengerti dan
kooperatif.
- Mengukur TTV TD: 110/70 Mmhg N: 92 x/mt S:
11.00 37°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB: 60
kg.
- Memberikan terapi obat lansoprazole 1 tab.
12.00
- Memonitor asupan makan px, px mengatakan
3 08.00 makan ¼ sampai ½ porsi saja, mulut masih terasa S: px mengatakan masih terasa mual, mulut terasa
pahit, tidak nafsu makan dan kadang terasa mual, pahit, dan tidak nafsu makan, muntah sudah tidak
muntah sudah tidak lagi. lagi
- Melakukan timbang BB hasil 60 kg dan TB: 160 O: tenang CM, mami ¼ sampai ¼ porsi
09.00 cm A: masalah belum teratasi
- Menganjurkan kepada px untuk makan sedikit tapi
sering dan makan dalam keadaan hangat, px P: intervensi lanjut
09.30 mengerti dan kooperatif.
- Memberikan penguatan positif kepada px untuk
bisa makan secara teratur setiap hari agar statur
12.00 nutrisi dapat terpenuhi, px mengerti dan kooperatif.

- Memberikan lingkungan yang nyaman, mengganti


alat tenun px.
1 1/2/22 - Mengidentifikasi keluhan klien, apakah masih S: px mengatakan demam hilang timbul, badan
07.30 demam, apakah tidur semalam nyenyak. Px terasa panas
08.00 mengatakan semalam masih ada demam dan tidur O: tenang, CM, suhu 37,8°C, badan teraba
nya kurang nyenyak. hangat, kulit terlihat kemerahan dan berkeringat.
- Memonitor suhu tubuh (37,2°C), menganjurkan A: masalah belum teratasi
kepada klien untuk banyak minum air putih, P: intervensi lanjut.
09.00 menganjurkan kepada klien untuk menggunakan
baju yang longgar dan menyerap keringat serta
menganjurkan untuk melakukan kompres hangat
guna menurunkan suhu, klien mengerti dan
kooperatif.
- Memonitor haluaran urine px, px mengatakan
BAK banyak karena px banyak minum dengan
warna urine kuning jernih, pagi ini px sudah BAK
10.00 3x di kamar mandi.
- Mengukur TTV TD: 120/70 Mmhg N: 80 x/mt S:
37,8°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB:
60 kg.
11.00 - Memberikan terapi pct infus 1 gram.

- Mengidentifikasi keluhan px, apakah nyeri ulu hati


12.00 masih timbul, skala nyeri, pencetus nyeri, dan
lokasi timbulnya nyeri. Px mengatakan nyeri
2. 08.00 timbul saat px terlambat makan, skala nyeri 4 dari S: px mengatakan nyeri ulu hati timbul saat
1-10, nyeri pada area perut bawah. terlambat makan, terasa nyeri di area perut bawah
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan O: tenang, CM, meringgis sesekali, skala nyeri 4
memperingan nyeri, px mengatakan nyeri timbul dari 1-10
apabila klien terlambat makan, dan nyeri berkurang A: masalah belum teratasi
09.00 apabila klien meminum obat lambung. P: intervensi lanjut
menganjurkan kepada klien untuk tidak terlambat
makan, usahakan untuk makan sedikit tapi sering
dan juga banyak minum air putih, hindari makanan
yang terlalu asam dan pedas untuk menghindari
timbulnya nyeri ulu hati. Px mengerti dan
kooperatif.
- Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang
strategi untuk meredakan nyeri, px mengatakan
sudah mengetahui cara untuk meredakan nyeri
selain meminum obat lambung. menjelaskan dan
10.00 menganjurkan kepada klien untuk menerapkan
Teknik relaksasi nafas dalam dan Teknik distraksi
untuk meredakan nyeri, px mengerti dan
kooperatif.
- Mengukur TTV TD: 120/70 Mmhg N: 80 x/mt S:
37,8°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB:
60 kg.
- Memberikan terapi obat lansoprazole 1 tab.
11.00
- Memonitor asupan makan px, px mengatakan
makan ½ sampai 1 porsi , mulut sudah tidak terasa
12.00 pahit, mual sudah berkurang, nafsu makan sudah
mulai muncul, muntah sudah tidak lagi.
3. 08.00 - Melakukan timbang BB hasil 60 kg dan TB: 160 S: px mengatakan mual sudah berkurang, mulut
cm sudah tidak terasapahit, nafsu makan sudah mulai
- Menganjurkan kepada px untuk makan sedikit tapi muncul, muntah sudah tidak lagi
sering dan makan dalam keadaan hangat, px O: tenang CM, mami ½ sampai 1 porsi
10.00 mengerti dan kooperatif. A: masalah teratasi Sebagian
- Memberikan penguatan positif kepada px untuk
bisa makan secara teratur setiap hari agar statur P: intervensi lanjut
11.00 nutrisi dapat terpenuhi, px mengerti dan kooperatif.

- Memberikan lingkungan yang nyaman, mengganti


12.00 alat tenun px.
- Mengidentifikasi keluhan klien, apakah masih
demam, apakah tidur semalam nyenyak. Px
mengatakan tidak ada demam lagi dari kemarin
1. 2/2/22 sore dan tidur nya nyenyak. S: px mengatakan demam sudah tidak lagi dari
07.30 - Memonitor suhu tubuh (36,5°C), menganjurkan kemarin sore
08.30 kepada klien untuk banyak minum air putih, O: tenang, CM, suhu 36°C, badan tidak teraba
menganjurkan kepada klien untuk menggunakan hangat.
baju yang longgar dan menyerap keringat serta A: masalah teratasi sebagian
menganjurkan untuk melakukan kompres hangat P: intervensi lanjut.
09.00 guna menurunkan suhu, klien mengerti dan
kooperatif.
- Memonitor haluaran urine px, px mengatakan
BAK banyak karena px banyak minum dengan
warna urine kuning jernih, pagi ini px sudah BAK
3x di kamar mandi.
- Mengukur TTV TD: 110/70 Mmhg N: 82 x/mt S:
36°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB: 60
10.00 kg.

- Mengidentifikasi keluhan px, apakah nyeri ulu hati


masih timbul, skala nyeri, pencetus nyeri, dan
11.00 lokasi timbulnya nyeri. Px mengatakan nyeri ulu
hati sudah berkurang, karna px sudah mulai makan
dengan teratur
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan
2. 08.00 memperingan nyeri, px mengatakan nyeri timbul S: px mengatakan nyeri perut sudah tidak lagi
apabila klien terlambat makan, dan nyeri berkurang O: tenang, CM, meringgis sesekali, skala nyeri 3
apabila klien meminum obat lambung. dari 1-10
menganjurkan kepada klien untuk tidak terlambat A: masalah teratasi sebagian
makan, usahakan untuk makan sedikit tapi sering P: intervensi lanjut
09.00 dan juga banyak minum air putih, hindari makanan
yang terlalu asam dan pedas untuk menghindari
timbulnya nyeri ulu hati. Px mengerti dan
kooperatif.
- Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang
strategi untuk meredakan nyeri, px mengatakan
sudah mengetahui cara untuk meredakan nyeri
selain meminum obat lambung. menjelaskan dan
menganjurkan kepada klien untuk menerapkan
Teknik relaksasi nafas dalam dan Teknik distraksi
untuk meredakan nyeri, px mengerti dan
10.00 kooperatif.
- Mengukur TTV TD: 110/70 Mmhg N: 82 x/mt S:
36°C RR: 20x/mt Spo2: 98%. TB: 160 cm BB: 60
kg.
- Memberikan terapi obat lansoprazole 1 tab.

- Memonitor asupan makan px, px mengatakan


makan 1 porsi , mulut sudah tidak terasa pahit,
11.00 mual sudah tidak lagi, nafsu makan sudah mulai
muncul, muntah sudah tidak lagi.
- Melakukan timbang BB hasil 60 kg dan TB: 160
12.00 cm
- Menganjurkan kepada px untuk makan sedikit tapi
3. 08.00 sering dan makan dalam keadaan hangat, px S: px mengatakan mual sudah tidak lagi, mulut
mengerti dan kooperatif. sudah tidak terasa pahit, nafsu makan sudah mulai
- Memberikan penguatan positif kepada px untuk muncul, muntah sudah tidak lagi
bisa makan secara teratur setiap hari agar statur O: tenang CM, mami 1 porsi
09.00 nutrisi dapat terpenuhi, px mengerti dan kooperatif. A: masalah teratasi
P: intervensi stop.
10.00

11.00
DAFTAR PUSTAKA

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta


Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta
Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic
Fever
Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH SAKIT.
Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.
PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). 2018.
PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 2018.
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 2018.

Anda mungkin juga menyukai