Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI
DAN KONSELING REMAJA (PIK-R)
DI KOTA PADANG

Penelitian Keperawatan Komunitas

ATIKA DIYANTI
1311311055

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017

1
SKRIP

PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI
DAN KONSELING (PIK R) DI KOTA PADANG

Penelitian Keperawatan Komunitas

ATIKA DIYANTI BP 1311311055

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SKRIP

PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI
DAN KONSELING (PIK R) DI KOTA PADANG

Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

ATIKA DIYANTI
BP 1311311055

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui


Tanggal 18 Juli 2017

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep


NIP. 1969100619951001 NIP. 197111231994032005

Mengetahui:
Koordinator Program Studi
Sl Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

i, , M.K
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI
DAN KONSELJNG (PIK R)
DI KOTA PADANG

Nama : Atika Diyanti

BP 1311311055

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh tim penguji pada Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas pada tanggal 18 Juli 20J 7

Tim Penguji,

: Agus Sri Banowo, S.Kp, MPH

3. Anggota: Ns. Yonrizal Nurdin, S.Kep, M.Biomed

4. Anggota: Ns. Esthika Ariany Maisa, M.Kep


Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
Juli 2017

Nama : Atika Diyanti


No BP : 1311311055

Perbedaan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi di SLTA yang


Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang

ABSTRAK

Salah satu sumber informasi kesehatan reproduksi bagi remaja adalah


pusat informasi dan konseling remaja (PIK R). Walaupun PIK R sudah berdiri
sejak tahun 1990, namun faktanya perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi
masih bermasalah. Pada tahun 2010 perilaku seks bebas di Indonesia nyaris
mencapai 50% dengan kisaran usia dibawah 18 tahun. Tujuan penelitian ini untuk
melihat perbedaan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R di Kota Padang. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cros sectional.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK N 4 dan SMK
Nusatama Padang yang berjumlah 138 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan perilaku remaja meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R di Kota Padang dengan p
value dimasing-masing domain menunjukkan 0,000 (p <0,05). Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan kepada sekolah yang ada PIK R agar dapat memberikan
materi yang lebih kreatif agar menarik minat siswa untuk ikut serta dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan PIK R dan untuk sekolah yang tidak ada PIK R
diharapkan agar dapat mengadakan PIK R disekolah guna meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kesehatan reproduksi.

Kata Kunci : Kesehatan reproduksi, Perilaku, PIK R, Remaja.


Daftar Pustaka : 47 (2000-2016)

5
Undergraduate Nursing Program

Faculty of Nursing

Andalas University

July 2017

Name: Atika Diyanti

No BP: 1311311055

Differences in Adolescent Behavior on Reproductive Health in Senior High


Schools Who Held and Did Not Hold a Youth Information and Counseling
Center (PIK R) Program in Padang City

ABSTRACT

One source of reproductive health information for adolescents is the youth


information and counseling center (PIK R). Although PIK R has been established
since 1990, but the fact teenage behavior on reproductive health was still
problematic. In 2010 unprotected sex behavior in Indonesia almost reached 50%
with the age range under 18 years. The purpose of this study was to identify the
difference of adolescent behavior toward reproductive health in senior high
school who held and did not hold PIK R program in Padang City. This study is a
descriptive analytic study with cros sectional approach. The sample in this study
were the students of class X in SMK N 4 and SMK Nusatama Padang, amounted
to 138 respondents. Data collection used questionnaires. Data analysis used
Mann-Whitney test. The results showed that there were differences of adolescent
behavior including knowledge, attitudes and actions on reproductive health in
senior high school who held and did not hold PIK R program in Padang City with
p value in each domain is 0,000 (p <0,05). Based on the results of the study, it
was suggested that existing schools PIK R in order to provided more creative
materials to attract students to participate and played an active role in PIK R
activities and for schools that no PIK R is expected to be able to hold PIK R
schools in order Improved students' knowledge, attitudes and actions on
reproductive health.

6
Keywords: Adolescent, Behavior, Youth Information and Counseling Center.

References: 47 (2000-2016)

7
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk Nya. Shalawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW Alhamdulillah dengan nikmat dan
hidayah Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN KONSELING
(PIK R) DI KOTA PADANG”.
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Bapak Agus
Sri Banowo, S.Kp, MPH dan Ibu Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep sebagai
pembimbing peneliti yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing
peneliti dalam menyusun proposal ini. Terima kasih yang tak terhingga juga
disampaikan kepada Pembimbing Akademik, ibu dr. Susmiati, M. Biomed yang
telah banyak memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama peneliti mengikuti
perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM selaku Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
3. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
skripsi ini, yaitu Bapak Ns. Yonrizal Nurdin, S. Kep, M. Biomed, ibu Gusti
Sumarsih, S. Kp, M. Biomed dan ibu Ns. Esthika Ariany Maisa, M. Kep.
4. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.
5. Orangtuaku papa (Yustardi, S.H) dan mama (Desyanti, S.Pd) yang sangat saya
cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa,

7
nasehat dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan
bersemangat dalam menyelesaikan studi.
6. Kakak, abang, adik dan keponakan tercinta (kakak Anasselia Ilma, S.Pd dan
abang Rosidi, S.H, abang Rahmadi Hidayat, S.T, abang Ryan Hudayana, S.E,
adik Rahma Fadhila M, keponakanku Rafa, Aisya dan Refan) atas keceriaan,
masukan, dan dukungan yang telah diberikan.
7. Kepada Rendi Septriawan calon sarjana teknik, my roomate Fitri Ardiani dan
sahabat-sahabatku Namira, Rahmiza, Putri, Addinil, Elga, Kahfi, Doni dan
Abel serta sahabat kost thursina 3, terima kasih atas kasih sayang dan
dukungan yang diberikan hingga saat ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang turut membantu
dan memberi semangat hingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan
diselasaikan dengan baik

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Peniliti juga berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat nagi kita semua. Aamiin

Padang, Juli 2017

Peneliti

8
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM


HALAMAN PERSYARATAN GELARii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGii
LEMBAR PENETAPAN PENGUJIi

ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN................................................................12
A. Remaja.........................................................................................................12
B. PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja).........................................17
C. Kesehatan Reproduksi Remaja....................................................................39
D. Konsep Perilaku...........................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEP.........................................................................56
A. Kerangka Teori............................................................................................56

9
B. Kerangka Konsep........................................................................................59
C. Hipotesis......................................................................................................59
BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................61
A. Jenis dan Desain Penelitian.........................................................................61
B. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................61
C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................63
D. Variabel Penilitian dan Defenisi Operasional..............................................63
E. Alat/Instrumen Penelitian............................................................................65
F. Uji Validitas dan Reabilitas.........................................................................66
G. Etika Penelitian............................................................................................68
H. Pengumpulan Data.......................................................................................72
1. Metode Pengumpulan Data.........................................................................72
I. Analisis Data...............................................................................................74
BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................76
A. Gambaran Umum Penelitian.......................................................................76
B. Karakteristik Responden.............................................................................77
C. Analisis Univariat........................................................................................79
D. Analisis Bivariat..........................................................................................81
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................83
A. Gambaran Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi di SLTA yang
Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program PIK R................................83
B. Perbedaan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi di SLTA yang
Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program PIK R...............................91
BAB VII PENUTUP.............................................................................................96
A. Kesimpulan..................................................................................................96
B. Saran............................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................100
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian104
Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian106
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian107

1
Lampiran 4. Surat Telah Selesai Penelitian108
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal dan Skripsi110
Lampiran 6. Kartu Tanda Mengikuti Seminar
Proposal/Hasil111 Lampiran 7. Lembar Permohonan Menjadi
Responden112 Lampiran 8. Informed Consent113
Lampiran 9. Kisi-Kisi Kuesioner116
Lampiran 10. Instrumen Penelitian124
Lampiran 11. Master Tabel126
Lampiran 12. Hasil Olah Data132
Lampiran 13. Curiculum Vitae150

1
DAFTAR TABE

Tabel 4.1 Defenisi Operasional..............................................................................63


YTabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ................77

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur.................................78


Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi.............78
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi nilai pengetahuan responden di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R............................79
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi nilai sikap responden di SLTA yang mengadakan
dan tidak mengadakan program PIK R.................................................80
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi nilai tindakan responden di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R............................80
Tabel 5.7 Perbedaan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA
yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R...................81
Tabel 5.8 Perbedaan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R............................82
Tabel 5.9 Perbedaan tindakan remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang
mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R............................82

1
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka Teori Penelitian...................................................................58


Bagan 3. 2 Kerangka Konsep.................................................................................59

1
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian104

Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian106

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian107

Lampiran 4. Surat Telah Selesai Penelitian108

Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal dan Skripsi110

Lampiran 6. Kartu Tanda Mengikuti Seminar

Proposal/Hasil111 Lampiran 7. Lembar Permohonan Menjadi

Responden112 Lampiran 8. Informed Consent113

Lampiran 9. Kisi-Kisi Kuesioner116

Lampiran 10. Instrumen Penelitian124

Lampiran 11. Master Tabel126

Lampiran 12. Hasil Olah Data132

Lampiran 13. Curiculum Vitae150

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia


antara 10 sampai 19 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and services Administr
Menurut WHO (2014), di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% d
atau 25% dari 255 juta jiwa jumlah pe.

Jumlah remaja ini bukan semata-mata menunjukan masalah jumlah,

tetapi lebih menyangkut persoalan yang dialami oleh remaja yang begitu

kompleks dan mengkhawatirkan baik yang ditimbulkan dari dalam dirinya

sendiri maupun dari luar dirinya, contohnya pengaruh lingkungan sosial

(lingkungan peer group, keluarga, sekolah, kelompok masyarakat) dan media

massa. Berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi remaja juga

1
2

akan berdampak kepada remaja untuk bersikap dan berperilaku negatif serta

tidak sehat, baik dilihat secara fisik, mental dan sosial (high risk behaviors)

(BKKBN, 2012).

Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan dan perkembangan serta

perubahan munculnya berbagai kesempatan yang kemudian seringkali

menimbulkan risiko-risiko kesehatan reproduksi. Remaja mempunyai

kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan seksual

tersebut sangat bervariasi. Salah satu faktor masalah seksualitas pada remaja

terjadi perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual

(libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran itu tidak dapat

segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan. Selanjutnya

remaja akan berkembang lebih jauh terhadap hasrat seksual kepada tingkah

laku seks berisiko lainnya (Sarwono, 2011).

Kecenderungan semakin meningkat oleh karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan seksual melalui media massa. Adanya teknologi

canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggan, internet dan

lain-lain) menjadikan tidak terbendungnya lagi keinginan remaja yang sedang

dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba tindakan perilaku seksual

(Sarwono, 2011). Oleh karena itu, seluruh penjuru dunia mulai

memperhatikan kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial

terhadap remaja. Dipacu rekomendasi dari hasil International Conference on

Population and Development (ICPD) tahun 1994, banyak organisasi di

2
3

berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih

memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi

(UNFPA,2000).

Saat ini di dunia, rata-rata remaja memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini dibutikan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zhang, dkk (2010) di Cina mengenai tingkat pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja. Hasil penelitian menunjukkan 8,8% remaja cina

memiliki pengetahuan tinggi, 21,1% remaja memiliki pengetahuan cukup, dan

16,9% remaja memiliki pengetahuan rendah.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan

reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu

mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat

diperlukan oleh remaja. UNGASS (United Nations General Assembly Special

Session) menyepakati bahwa pada tahun 2010, di targetkan 95% remaja

memiliki pengetahuan, keahlian, dan akses ke pelayanan kesehatan sehingga

bisa melindungi mereka terhadap infeksi HIV (BKKBN, 2012).

Di Indonesia, dalam rangka melakukan intervensi terhadap kondisi

tersebut, BKKBN telah menyiapkan program Generasi Berencana (GenRe)

yang menitikberatkan pada upaya pendewasaan usia perkawinan sekaligus

pembekalan life skil terhadap remaja dalam menghadapi tantangan terutama

Triad KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS), melalui pusat informasi

dan konseling remaja (PIK-R) yang ada di sekolah, pesantren, perguruan

tinggi, LSM dan masyarakat (Bareskrim, 2015).

3
4

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu

wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi

Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan

pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan

Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya

(BKKBN, 2008).

Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian

informasi KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), Pendewasaan Usia

Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan,

pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan pendukung

lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja (BKKBN, 2008).

Berdasarkan data BKKBN, Indonesia sudah memiliki 5.140 kelompok

PIK R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa), sedangkan di

Sumatera Barat, pelaksanaan PIK R sudah dimulai sejak tahun 1990 dan

tercatat total kelompok PIK R/M di Sumatera Barat sebanyak 300 kelompok,

Di Kota Padang sendiri, tercatat 142 kelompok PIK R/M, namun yang

mengupdate data hanya ada 64 kelompok PIK R/M, sedangkan sekolah atau

lembaga yang belum memiliki kelompok dan mengupdate data PIK-R/M

tercatat sebanyak 84 (BKKBN, 2016).

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi yang bekerja

sama dengan Pusdiklat Pegawai dan Tenaga Program Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam rangka meningkatkan

pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi mengadakan pelatihan

4
5

konseling untuk konselor sebaya untuk siswa sekolah atau mahasiswa dan

perwakilan LSM yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja. Para

konselor ini yang kemudian akan meneruskan pendidikan kesehatan

reproduksi kepada remaja lainnya.

Walaupun intervensi sudah diupayakan oleh pemerintah dengan adanya

PIK R sejak tahun 1990, kurangnya Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

masih terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan survei yang dilakukan

SKRRI (2002-2003), remaja perempuan dan laki-laki usia 15 - 24 tahun yang

tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan 32,3%. Remaja perempuan

dan remaja laki-laki yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan

hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%.

Menurut data Riskesdas (2010), persentase remaja yang pernah mendapatkan

penyuluhan kesehatan reproduksi di Indonesia sebanyak 25,1%. Penelitian

yang sama didapatkan bahwa sebanyak 60,6% remaja di DKI Jakarta belum

mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi.

Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi berdampak

pada aktivitas seksual pada remaja. Berdasarkan penelitian Survei Kesehatan

Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) menemukan bahwa

perilku seks bebas (freesex) bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan

remaja Indonesia. Sebagai gambaran, dari 62 juta total remaja Indonesia,

sebanyak 36% diantaranya yakni sekitar 22 juta remaja sudah pernah

berhubungan seks. Berdasarkan data pada tahun 1970-1980, sekitar 5% remaja

Indonesia mengaku sudah melakukan perilaku seks bebas dan di tahun 1990,

5
6

perilaku ini naik menjadi 20-25%, sedangkan ditahun 2010 perilaku seks

bebas nyaris mencapai 50% dengan kisaran usia dibawah 18 tahun

(Fanora,2011).

Maraknya perilaku seks bebas di kalangan remaja juga ditemukan di

Kota Padang yang dibuktikan dengan penelitian Nursal (2008) dengan sampel

sebanyak 350 orang. Dari 350 siswa didapatkan 58 orang (16,63) murid SMA

Negeri di Padang berprilaku seksual berisiko diantaranya 15 orang (4,3%)

telah melakukan hubungan seksual. Alasan terbanyak yang ditemukan adalah

untuk mengungkapankan kasih sayang (80%), tempat tersering yang

dikunjungi adalah tempat rekreasi (53,3%). Dan semua responden pernah

melakukan hubungan seksual berisiko dengan pacarnya (100%) dan hampir

setengah dari responden mengatakan hubungan seksual dimulai oleh keduanya

(46,7%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015), bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tinggi, sikap positif dan

perilaku pencegahan PMS dan HIV/AIDS terhadap pemanfaaatan PIK-R.

Namun penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Firmansyah (2015) yang menyebutkan bahwa peran PIK-R tidak

memiliki hubungan dengan perilaku menyimpang seksual remaja.

Hasil survey peneliti dan dari data yang diperoleh dari Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk,dan

Keluarga Berencana (DP3AP2 dan KB) Kota Padang, Dinas Pendidikan

Provinsi Sumatera Barat dan SMA/sederajat di Kota Padang, didapatkan data

6
7

5 sekolah yang direkomendasikan telah memiliki program PIK R yang baik

dan 4 sekolah yang belum memiliki program PIK R.

Diantara 5 sekolah yang telah memiliki program PIK R, hasil

wawancara yang dilakukan di SMKN 4 Kota Padang pada tanggal 19 April

2017 kepada ketua PIK R SMKN 4 Kota Padang didapatkan data bahwa

ditahun 2012-2013 di SMKN 4 pernah ada siswa yang dikeluarkan dari

sekolah karena ketahuan melakukan hubungan seksual berisiko. Sedangkan

diantara 4 sekolah yang belum memiliki program PIK R didapatkan data

bahwa salah satu SMA/sederajat yang termasuk memiliki data terbanyak siswa

dikeluarkan dari sekolah karena alasan kenakalan remaja adalah SMK

Nusatama. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan guru BK yang

dilakukan di SMK Nusatama menyebutkan bahwa SMK Nusatama tidak

pernah memberikan program KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) kepada

siswa. Sekolah hanya memiliki program UKS yang dibuka hanya ketika ada

siswa yang sakit selama proses belajar mengajar di sekolah saja.

Melihat fenomena-fenomena tersebut, maka peneliti tertarik ingin

menganalisis Perbedaan Perilaku Remaja terhadap kesehatan reproduksi di

SLTA yang Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program Pusat Informasi dan

Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang.

B. Rumusan Masalah

Dari fenomena-fenomena latar belakang tersebut dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu adakah “Perbedaan Perilaku Remaja terhadap

7
8

Kesehatan Reproduksi di SLTA yang Mengadakan dan Tidak Mengadakan

Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Perbedaan Perilaku Remaja terhadap kesehatan

reproduksi di SLTA yang mengadakan dan tidak mengadakan Program

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R di

Kota Padang.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SLTA yang tidak mengadakan program PIK R

di Kota Padang.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R di

Kota Padang.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang tidak mengadakan program PIK R

di sekolah.

8
9

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R di

Kota Padang.

f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang tidak mengadakan program PIK R

di sekolah.

g. Untuk melihat perbedaan pengetahuan remaja terhadap kesehatan

reproduksi di SLTA kota Padang yang mengadakan dan tidak

mengadakan Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

di sekolah.

h. Untuk melihat perbedaan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi

di SLTA kota Padang yang mengadakan dan tidak mengadakan

Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di sekolah.

i. Untuk melihat perbedaan tindakan remaja terhadap kesehatan

reproduksi di SLTA kota Padang yang mengadakan dan tidak

mengadakan Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)

di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh analisis perbedaan perilaku remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan dan tidak mengadakan

Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang.

9
1

Selain itu, juga dapat menambah wawasan peneliti dalam melalukan

penelitian.

2. Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan bagi sekolah yang sudah memiliki program PIK R

untuk dapat meningkatkan dan memfasilitasi lagi kegiatan siswa dalam

hal-hal menambah pengetahuan dan sikap yang baik terhadap kesehatan

reproduksi siswa. Bagi sekolah yang belum memiliki program PIK R,

diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif

dalam rangka menambah pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan

reproduksi untuk mencegah atau mengurangi perilaku seksual berisiko

pada siswa.

3. Bagi Pemerintah

Diharapkan pemerintah kota Padang melalui Dinas Pendidikan , Dinas

Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) dapat mengambil langkah yang tepat, cepat dan efektif dalam rangka

menambah pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan reproduksi untuk

mencegah atau mengurangi perilaku seksual berisiko serta untuk menekan angka

jumlah penularan HIV pada remaja dengan mewajibkan seluruh sekolah

mengadakan program-program yang dapat menambah pengetahuan dan sikap

siswa terhadap kesehatan reproduksi.

1
1

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan bagi ilmu keperawatan untuk dapat mengembangkan dan

melanjutkan penelitian terkait tentang program-program pencegahan seks bebas di

kalangan remaja di Komunitas sehingga lebih bermanfaat bagi pengembangan

ilmu dan praktik yang menjadi dasar untuk penelitian berikutnya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah data awal bagi peneliti

selanjutnya yang berminat untuk melanjutkan penelitian sebagai data pembanding

dengan data penelitian yang menyerupai penelitian terkait dengan Perbedaan

Perilaku Remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan dan

tidak mengadakan Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R).

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja, yang dalam istilah aslinya disebut adolescence berasal dari

kata latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki

arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik

(Hurlock, dalam Ali & Asrori, 2012).

1
1

Pada tahun 1974, World Health Organization (WHO) memberikan

definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual yaitu biologis,

psikologik dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut adalah:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Menjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri (Sarwono, 2012).

Definisi remaja di atas didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas)

wanita dan pria. WHO masih membagi kurun usia tersebut menjadi dua

yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun

(Sarwono, 2012).

Pendapat lain dikemukakan oleh Monks dkk (1989) (dalam Ali &

Asrori, 2010) bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang

jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak tetapi belum juga

diterima secara penuh untuk masuk pada golongan orang dewasa. Oleh

karena itu remaja sering dikenal dengan fase “mencari identitas diri” atau

fase “topan dan badai”, karena remaja masih belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.

2. Batasan Usia Remaja

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia

remaja. Kemudian WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian,

1
1

yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono,

2012).

Menurut The Health Resources and Services Administrations

Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21

tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja

menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini

kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (youth) yang

mencakup usia 10 sampai 24 tahun.

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan

kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan

berikut :

1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11-13 tahun

2. Masa Remaja Pertengahan (middle adolescence) : umur 14-16 tahun

3. Masa Remaja Akhir (late adolescence) : umur 17-20 tahun

(Soetjiningsih, 2004)

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Perkembangan pada masa remaja adalah periode transisi antara

kehidupan masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi perubahan dalam

proses pertumbuhan secara biologis, intelektual, psikologis dan emosional

yang sangat besar (Potter&Perry, 2005). Selama periode ini remaja

mencapai kematangan fisik dan seksual, mengembangkan kemampuan

berargumentasi, dan membuat keputusan (Ali & Asrori, 2012).

a. Perubahan Biologis

1
1

Perkembangan biologis pada remaja terdiri dari atas

pertumbuhan fisik dan perkembangan karakteristik seks primer dan

sekunder. Pertumbuhan fisik meliputi pertumbuhan Tinggi Badan (TB)

dan Berat Badan (BB) yang sangat cepat. Perkembangan karakteristik

adalah pertumbuhan terkait organ eksternal dan internal yang

melaksanakan fungsi reproduksi, misalnya ovarium, uterus, payudara

dan penis. Sedangkan perubahan karakteristik seks sekunder

merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari

perubahan hormonal tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi,

misalnya perubahan suara pada laki-laki dan massa otot pada

perempuan (Sarwono, 2012).

Terkait kematangan seks, pada remaja putri terjadi perubahan

pada payudara, pertumbuhan rambut pubis, penampakan rambut ketiak

dan menstruasi yang biasanya dimulai pada dua tahun setelah

munculnya tanda pertama pubertas. Sedangkan pada remaja putra

terjadi perubahan pembesaran testis, tumbuh rambut pubis, rambut

ketiak, kumis, bulu pada wajah dan bagian tubuh lainnya. (Wong,

2008). Perubahan-perubahan tersebut di atas secara fisiologis timbul

diawali karena perubahan hormonal dalam tubuh remaja. Perubahan

tersebut juga yang menyebabkan pada usia remaja mulai tumbuh

dorongan seksual terhadap lawan jenis. Jika perubahan ini tidak

diimbangi dengan pengetahuan, kontrol dari orang tua dan lingkungan,

maka dapat mengarah ke perilaku berisiko (Al-Mighwar, 2006).

1
1

b. Perkembangan Psikososial dan Emosi

Perkembangan psikososial remaja meliputi perkembangan

identitas diri, identitas kelompok, identitas peran seksual dan

emosional. Krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan

terbentuknya identitas. Pada masa remaja, mereka mulai melihat

dirinya sebagai individu yang berbeda, unik dan terpisah dari yang

lain. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi

biasanya terjadi lebih cepat pada masa awal remaja, tetapi lebih

menonjol pada masa remaja akhir (Hurlock, 2012).

Status emosional remaja juga masih labil, antara perilaku yang

sudah matang dengan perilaku seperti anak-anak. Akibat emosi yang

mudah berubah ini, remaja sering dijuluki sebagai orang yang tidak

stabil, tidak konsisten dan sulit diterka (Wong, 2008). Perkembangan

psikososial remaja yang masih mencari identitas diri serta emosi yang

belum stabil ini apabila tidak didukung oleh pengetahuan dan kontol

dari orangtua serta lingkungan, maka remaja dapat mengarah

keperilaku yang berisiko. Hal ini dibuktikan dalam jurnal penelitian

yang dilakukan oleh Suryoputro dkk (2006) bahwa sangat rendahnya

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kuatnya dukungan

sosial terhadap hubungan seksual pra-nikah, merupakan faktor

pengaruh terjadinya hubungan seksual pra-nikah pada sampel remaja.

c. Perkembangan Kognitif

1
1

Pada masa ini pemikiran remaja tidak hanya dibatasi pada hal-

hal yang konkret dan aktual saja. Mereka dapat membayangkan suatu

rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi dan akibatnya. Pikiran

mereka dapat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip logis, dan tidak hanya

persepsi atau pengalaman mereka sendiri. Remaja juga mampu

berpikir tentang kemungkinan yang dipikirkan oleh orang lain. Mereka

ingin tahu apa pendapat orang lain tentang dirinya. Kemampuan

mereka untuk membayangkan dan menginterpretasikan apa yang

dipikirkan orang lain semakin meningkat (Wong, 2008).

Menurut Jean Piaget (Dacey & Maureen, 1997; dalam

Fatmawati, 2012) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam

tahap perkembangan kognitif remaja, yang disebut The Formal

Operation Stage, terbagi menjadi dua yaitu:

1) The Early Formal Operantion Stage (11-14 tahun)

Pada tahap pertama ini remaja awal sudah dapat berfikir

secara abstrak, mereka mampu menggambarkan realitas melalui

simbol-simbol, dapat berfikir dengan logis. Pada periode ini untuk

pertama kalinya mereka dapat menganalisis apa yang mereka

pikirkan. Kadang mereka menyadari apa yang mereka kerjakan dan

mengatakan alasan yang mereka pikirkan dan dapat menjelaskan

motivasinya. Pada masa ini remaja diajar untuk mencoba

memecahkan masalahnya.

2) The Late Operation Stage (15-19 tahun)

1
1

Pada periode ini idealnya remaja sudah memiliki pola pikir

sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks

dan abstrak. Kemampuan berpikir remaja berkembang sehingga

mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif

pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat dan hasilnya.

B. PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)

1. Pengertian PIK-KRR

Pusat Informasi dan Konseling Remaja adalah suatu wadah kegiatan

program KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang dikelola dari, oleh

dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling

tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

Program KRR adalah program untuk membantu remaja agar TEGAR dari

resiko TRIAD KRR, dan memiliki status sistem reproduksi yang sehat

melalui peningkatan komitmen, pemberian informasi, pelayanan

konseling, rujukan medis dan pendidikan kecakapan hidup (BKKBN,

2008).

2. Tujuan PIK R

Pembentukan PIK R di lingkungan remaja (desa, sekolah, pesantren,

tempat kerja dll) bertujuan untuk memberikan informasi KRR, keterampilan

kecakapan hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk

mewujudkan tegar remaja dalam rangka tercapainya keluarga kacil bahagia

sejahtera (BKKBN, 2008) .

1
1

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup PIK R meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi

KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), keterampilan kecakapan hidup (life skills),

pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, kegiatan-

kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja (BKKBN, 2008).

4. Pengembangan dan Pengelolaan PIK R

Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaannya

BKKBN (2008) mengembangkan PIK R, dikembangkan melalui 3 tahapan yaitu :

1) Tahap tumbuh

2) Tahap tegak

3) Tahap tegar

Masing-masing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut

didasarkan pada :

a. Sasaran

b. Materi dan isi pesan (assets) yang diberikan

c. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki

5. Sasaran PIK R

Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan,

pelayanan dan pembinaan PIK R menurut BKKBN (2008), sebagai berikut :

a. Pembina

Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi

1
1

dukungan dan aktif mambina PIK-KRR, baik yang berasal dari

pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi

pemuda/remaja lainnya.

b. Pengelola PIK-KRR

Pengelola PIK-KRR adalah pemuda/remaja yang punya

komitmen dan mengelola langsung PIK-KRR serta telah mengikuti

pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standar yang

telah disusun oleh BKKBN. Pengelola PIK-KRR terdiri dari Ketua,

Bidang Administrasi, Bidang program dan kegiatan, Pendidik Sebaya

dan Konselor Sebaya.

6. Isu-isu Pokok atau Materi Kesehatan Reproduksi Remaja yang

Disampaikan dalam Program PIK R.

Secara garis basar dalam ruang lingkup/materi pokok kesehatan reproduksi

remaja adalah :

a. Substansi seksualitas meliputi :

1. Pubertas

Menurut Hurlock masa pubertas adalah fase dalam rentang

perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual

menjadi makhluk seksual. Al-Mighwar (2006) dalam buku

psikologi remaja menjelaskan bahwa perubahan pada masa

pubertas terbagi menjadi dua yaitu pubertas secara fisik dan

pubertas secara psikis.

a. Pubertas Secara Fisik

1
2

Pubertas secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh,

meliputi perubahan tanda kelamin primer dan sekunder.

Perkembangan tubuh remaja laki-laki dan perempuan berbeda

karena pengaruh hormon yang dihasilkan. Laki-laki

menghasilkan hormon androgen, sedangkan perempuan

menghasilkan hormon estrogen.

Ciri-ciri pubertas secara fisik dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Ciri kelamin primer


Organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel kelamin. Laki-laki mulai men

2. Organ kelamin mulai berfungsi. Pada remaja laki-laki ditandai dengan pert
pertama kali.

b. Ciri kelamin sekunder

Pada remaja laki-laki, pubertas ditandai dengan ciri-ciri

kelamin sekunder sebagai berikut.

1. Mulai tumbuh jakun.

2. Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.

2
2

3. Tumbuh kumis atau jenggot.

4. Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan sekitar

organ kelamin.

5. Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar

dan menonjol.

6. Bahu melebar melebihi bagian pinggul.

7.Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-

pori tampak membesar.

8.Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di daerah muka.


Pada remaja perempuan, pubertas juga ditandai dengan

ciri kelamin sekunder sebagai berikut.

1. Membesarnya payudara dan puting susu mulai timbul.

2. Pinggul melebar.

3. Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar organ kelamin.

4. Suara lebih nyaring.

5. Kadang-kadang diikuti munculnya jerawat di daerah

muka.

c. Perubahan proporsi tubuh

Tampak dari bertambahnya tinggi badan, berat badan,

panjang kaki, dan tangan, sehingga ukuran seluruh badan

bertambah.

2
2

2. Pubertas Secara Psikis

Selain terjadi perubahan secara fisik, pada masa pubertas

juga terjadi perubahan hormonal yang memengaruhi kondisi

psikologis dan tingkah lakunya. Ciri-ciri pubertas secara psikis

dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Mencari identitas diri

Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang kemapanan ka


tahu yang sangat besar.

b. Mulai tertarik kepada lawan jenis

Masa remaja adalah masa persiapan menuju dewasa. Wajar bila remaja mem
remaja maupun bayi yang dikandungnya.

2. Alat/sistem fungsi dan proses reproduksi.

2
2

Menurut Brunner & Suddarth. (2005) dalam buku

Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8), alat kelamin manusia

dibedakan menjadi alat kelamin jantan (pria) dan alat kelamin

betina (wanita). Baik pria maupun wanita mempunyai bagian-

bagian alat kelamin yang terdapat di dalam tubuh dan juga yang

terdapat di luar tubuh.

Alat reproduksi pria


Alat kelamin dalam pria terdiri atas:

Testis

Berjumlah sepasang, dan berbentuk bulat telur. Organ ini tersimpan dalam suatu ka
Saluran reproduksi, terdiri atas:

1) Epididimis, yaitu saluran panjang berkelok-kelok yang terdapat di dalam


skrotum. Di dalam epididimis ini sperma disimpan

2
2

untuk sementara dan menjadi matang sehingga dapat

bergerak.

2) Vas deferens, yaitu saluran yang merupakan lanjutan dari epididimis. Ba


sperma (vesicula seminalis).

c. Kelenjar kelamin

Disampingsalurankelamin,alatkelamin dilengkapi dengan kelenjar kelamin,


menghasilkan sekrit (getah) yaitu:

1) Vesicula seminalis (kantung sperma): berjumlah sepasang, dan menjadi s


yang banyak mengandung makanan untuk sperma.

2) Kelenjar prostat : getah yang dihasilkan dialirkan ke

saluran sperma.

3) Kelenjar bulbo uretra : menghasilkan getah.

4) Kelenjar Cowper: terdapat pada pangkal urethra.

Getah yang diproduksi berupa lendir dan dialirkan ke

urethra.

2
2

Sperma bersama getah yang diproduksi oleh

kelenjar kelamin tadi akan membentuk suatu komponen

yang disebut semen. Semen ini akan dipancarkan keluar

melalui uretra yang terdapat di dalam penis (alat kelamin

luar pria).

3) Urethra

Urethra ialah saluran yang terdapat di dalam penis

yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

a) sebagai saluran urine dari kandung kemih (vesica

urinaria) keluar tubuh.

b) sebagai saluran untuk jalannya semen dari kantong

semen.

Alat kelamin luar pria terdiri atas:

a. Penis

Merupakan organ yang berperan untuk kopulasi

(persetubuhan). Kopulasi adalah hubungan kelamin

(senggama) antara pria dan wanita yang bertujuan untuk

memindahkan semen ke dalam rahim wanita. Dari dalam

penis terdapat uretra berupa saluran yang dikelilingi oleh

jaringan yang banyak mengandung rongga darah (korpus

cavernosum). Apabila karena sesuatu hal korpus

cavernosum itu penuh berisi darah, maka penis akan

2
2

tegang dan mengembang disebut ereksi. Hanya dalam

keadaan ereksilah penis dapat melakukan tugas sebagai

alat kopulasi. Alat reproduksi pada pria mulai berfungsi

semenjak masa puber (± 14 tahun) sampai tua selama

manusia itu dalam keadaan sehat.

b. Scrotum

Merupakan kantung tempat kedua testis berada.

2. Alat reproduksi wanita

Seperti halnya pria, alat reproduksi wanita juga terdiri atas alat kelamin luar da
Alat kelamin luar wanita terdiri atas:

Celah luar yang disebut vulva.


Di sebelah kiri dan kanan celah ini dibatasi oleh sepasang bibir, yaitu bibir besa

c. Di sebelah depan dari vulva terdapat tonjolan yang disebut


kelentit (klitoris), yang sejarah terjadinya sama dengan perkembangan penis pa

d. Didalam vulva ini bermuara dua saluran, yaitu saluran

urine (urethra) dan saluran kelamin (vagina).

Alat kelamin dalam wanita terdiri atas:

a. Ovarium (indung telur)

2
2

Berjumlah sepasang, kecil, dan alat ini terdapat dalam

rongga badan, didaerah pinggang, bentuknya seperti telur. Di

dalam ovarium terdapat jaringan kelenjar buntu (kelenjar

endokrin) dan jaringan yang membuat sel telur (ovum) yang

disebut folikel.

b. Saluran reproduksi

1) Saluran telur (tuba fallopi), berjumlah sepasang, kanan

dan kiri. Pada bagian pangkalnya berbentuk corong yang

disebut infundibulum. Infundibulum dilengkapi dengan

jumbai-jumbai yang berfungsi untuk menangkap sel telur

yang telah masak dan lepas dari ovarium.

2) Rahim (uterus), bertipe simpleks, artinya hanya memiliki

satu ruangan. Berbentuk buah pir, dan bagian bawahnya

mengecil disebut leher rahim (cervix). Dinding rahim

terdiri atas beberapa lapisan otot dan jaringan epitel.

Lapisan terdalam yang membatasi rongga rahim terdiri

atas jaringan epitel yang disebut endometrium atau selaput

rahim. Lapisan ini banyak menghasilkan lendir dan banyak

mengandung pembuluh darah. Sebulan sekali, yaitu pada

waktu menstruasi (haid), lapisan ini dilepaskan yang

diikuti dengan pendarahan. Dinding rahim akan selalu

mengalami perubahan ketebalan, dan peristiwanya

dipengaruhi oleh hormon.

2
2

3) Vagina, merupakan akhir dari saluran kelamin dalam yang

terdapat dalam vulva dan merupakan organ persetubuhan

bagi wanita. Karena fungsinya yang penting yakni untuk

melahirkan bayi, maka organ ini banyak mempunyai

banyak lipatan. Hal ini mempermudah wanita pada waktu

melahirkan bayinya, sehingga vagina tersebut tidak sobek.

Dinding vagina mempunyai banyak selaput lendir yang

berkelenjar, salah satu kelenjar yang penting ialah

glandula Bartholini.

c. Mekanisme produksi ovum dan siklus menstruasi

Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur

setelah masa puber sampai dewasa subur, yaitu berkisar antara

umur 12 sampai dengan 50 tahun. Setelah sel telur habis

diovulasikan, maka seorang wanita tidak lagi mengalami

menstruasi (haid), dan disebut masa menopause. Pada masa

menopause alat reproduksi tidak berfungsi lagi dan mengecil,

karena berkurangnya produksi hormon kelamin.

Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh

hormon yang dihasilkan hipofisis. Mekanisme produksi sel

telur dan siklus menstruasi adalah sebagai berikut.

1) Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH (Follicle

Stimulating Hormone). Hormon ini berfungsi untuk

memacu pembentukan folikel dalam ovarium.

2
2

2) Folikel yang sedang tumbuh tersebut memproduksi

hormon estrogen. Fungsi hormon estrogen ialah:

- merangsang pertumbuhan endometrium dinding rahim.

- menghambat produksi FSH oleh pituitari.

- memacu pituitari untuk memproduksi hormon LH

(Luteinizing Hormone). Keluarnya LH dari hipofisis

menyebabkan telur masak, dan keluar dari dalam

folikel, peristiwa inilah yang disebut ovulasi.

3) Setelah telur masak dan meninggalkan ovarium, LH

mengubah folikel menjadi badan berwarna kuning yang

disebut korpus luteum. Dan sekarang tidak mampu

memproduksi estrogen lagi, tetapi mampu

memproduksi hormon progesteron. Hormon progesteron

berfungsi untuk mempercepat dan mempertahankan

pertumbuhan endometrium.

4) Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi,

produksi estrogen terhenti. Hal ini menyebabkan kadar

estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas

hipofisis untuk memproduksi LH juga menurun.

Penurunan produksi LH menyebabkan korpus luteum tidak

dapat memproduksi progesteron. Tidak adanya

progesteron dalam darah menyebabkan penebalan dinding

2
3

rahim tidak dapat dipertahankan, selanjutnya akan luruh

dan terjadilah pendarahan. Inilah yang disebut menstruasi.

5) Bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, maka zigot yang terbentuk akan
Selanjutnya placenta janin yang terbentuk akan

menghasilkan HCG (Human Chorionic

Gonadotropic) yang akan menggantikanperan

progesteron. Janin ini mendapat makanan dari tubuh induknya dengan perantaraan pla
3. Konsekuensi hubungan seks pra-nikah.

Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja menurut Setiyaningrum (20


Kehamilan tak dikehendaki.

Kehamilan dan persalinan usia muda.

Masalah PMS (Penyakit Menular Seksual), termasuk infeksi

HIV/AIDS.

4) Tindakan kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan

seksual dan transaksi seks komersil.

b. Substansi HIV dan AIDS.

1. Pengertian HIV/AIDS

3
3

Defenisi dari HIV/AIDS adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi ini menyebabkan

penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi

berbagai penyakit lainnya (Kemenkes RI, 2014).

2. Etiologi HIV/AIDS

Penyebab dari HIV/AIDS adalah virus golongan retro yang disebut

dengan human immunodeficiency virus (HIV). HIV ini pertama kali

ditemukan pada thun 1983 sebagai retrovirus yang disebut HIV-1.

Kemudian pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru

yang diberi nama HIV-2. HIV-2 ini dianggap sebagi virus kurang

pathogen dibandingkan dengan HIV-1 (Manuaba dkk, 2009).

Transmisi Infeksi HIV dan AIDS menurut Setiyaningrum (2014):

1) Periode jendela

Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Umumnya tidak

menunjukan adanya gejala.

2) Fase infeksi HIV primer akut

Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3) Infeksi asimtomatik

Lamanya lebih kurang 1-15 tahun dengan gejala tidak ada.

4) Supresi imun simtomatik

3
3

Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB

menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5) AIDS

Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama

kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunitis berat dan tumor

pada berbagai sistem tubuh dan manifestasi neurologis.

3. HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu :

1) Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan

orang yang telah terinfeksi HIV.

2) Transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.

3) Melalui Alat Suntik.

4) Dari orang tua ke anak yang dilahirkan (Setiyaningrum, 2014).

HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman,

pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan

nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah. Cara

menghindari HIV dan AIDS (GWLmuda, 2012).

4. Infeksi Oportunistik

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh

organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang

dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang

orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka

3
3

membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang

(GWLmuda, 2012) .

Berdasarkan laporan UNAIDS diketahui bahwa HIV/ AIDS di

Indonesia termasuk satu dari Negara Asia yang memiliki pertumbuhan

epidemic tertinggi. Tahun 2010, diduga sekitar 5 juta orang dengan

HIV/AIDS, berada pada rangking ke-99 dan mengalami stigma sosial

yang tinggi, sehingga hanya 5-10% yang terdiagnosa dan mendapat

pengobatan. Dampak dari adanya stigma dan diskriminasi yang

dialami ODHA antara lain kehilangan pekerjaan, status sosial,

dukungan dari keluarga dan komunitas, sehingga mereka cenderung

menghindari treatment yang tepat dan semakin banyak orang dengan

HIV tidak terdeteksi perkembangannya.

Orang dengan HIV akan berhubungan dengan stigma dan

diskriminasi dalam bentuk prasangka berlebihan, sikap yang negatif,

dan perlakuan salah secara langsung dari orangorang sekitarnya.

Konsekuensi dari stigma dan diskriminasi, ODHA menjadi menarik

diri dari lingkungan keluarga, kelompok pertemanan, dan komunitas

sekitarnya. Selain itu mengalami keterbatasan pelayanan kesehatan,

pendidikan dan mengalami erosi perlindungan hak asasi manusianya

serta mengalami kerusakan psikologis. Secara umum, ODHA menjadi

terbatas dalam hal akses untuk pengujian HIV, memperoleh treatment

dan pelayanan HIV lainnya (Hikmat, 2015).

3
3

Menurut Hikmat (2015), faktor-faktor penyebab munculnya stigma

bagi ODHA, antara lain: hidup dengan HIV dan AIDS behubungan

dengan kematian; perilaku seksual menyimpang (homoseksual, korban

NAPZA, pekerja seks); dihubungkan dengan penularan hubungan

seksual yang dianggap adanya perilaku tidak bermoral dan terkena

infeksi merupakan hukuman atas perbuatannya, merupakan bentuk

tidak adanya tanggung jawab pribadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesalahan persepsi dari masyarakat tentang resiko-resiko bagi

kehidupan ODHA, berakibat ODHA termarjinal dari kehidupan

bermasyarakat dan semakin terbatasnya layanan yang dibutuhkan bagi

ODHA. Dampaknya kondisi tersebut memberikan kontribusi

meluasnya epidemik HIV dan kematian jumlah penderita AIDS secara

global. Epidemik, stigmatisasi dan diskriminasi merupakan faktor yang

menunjukkan ketidakmampuan individu, keluarga dan masyarakat

dalam melindungi dirinya sendiri dan merespons peningkatan ODHA

(Hikmat,2015).

Hasil penelitian dari International Centre for Research on Women

(ICRW) tahun 2012, menemukan konsekuensi dari stigma terhadap

orang dengan HIV antara lain kehilangan pendapatan, diputusnya

pekerjaan, kehilangan keluarga, kegagalan dalam pernikahan,

terhentinya keinginan mempunyai anak, miskin layanan kesehatan,

mundur dari layanan perawatan di rumah, hilangnya harapan hidup,

dan perasaan yang sangat sedih, serta kehilangan reputasi.

3
3

Stigma bagi ODHA bukan hanya membuat semakin sulit

kehidupan seseorang, namun berhubungan dengan perkembangan

epidemik HIV dan AIDS secara global. Kondisi ini dipicu juga dengan

adanya stigma yang terstruktur dari pemerintah, stigma layanan

kesehatan, stigma dalam dunia pekerjaan, stigma dari rumah tangga

dan lingkungan komunitas dan banyaknya hambatan dalam kehidupan

bermasyarakat (Hikmat, 2015).

c. Substansi NAPZA

1. Pengertian NAPZA

Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif. Istilah Napza mengacu pada kelompok senyawa yang

umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut

pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa

psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu Namun kini

persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan

dosis yang semestinya (GWLmuda, 2012).

2. Jenis- jenis NAPZA

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa

nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang

No. 22 tahun 1997).

3
3

Yang termasuk jenis narkotika adalah:

a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,

jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman

ganja, dan damar ganja.

b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina,

serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang

mengandung bahan tersebut di atas.

2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997).

Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK),

Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,

Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,

Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan

sebagainya.

3. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah,

semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti

morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat,

seperti: Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing

(bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan

efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang

3
3

beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:

tramadol, dextro , lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

3. Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non medical atau

ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif

yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia

pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalahgunakan adalah tembakau, alkoh
Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan zat narkoba, jika dihentikan m
Gangguan neurotransmitter ini akan mengganggu :

1) fungsi kogitif (daya pikir dan memori)

2) fungsi afektif (perasaan dan mood)

3) psikomotorik (perilaku gerak) (Harsenofa, 2015).

Cara menghindari penyalahgunaan NAPZA pada remaja menurut

Setiyaningrum (2014):

3
3

1. Selektif dalam Pergaulan

2. Hindari Keluyuran Malam

3. Jangan Melawan Nasehat Orangtua

4. Miliki Hobby dan Aktivitas Positif

5. Jangan Takut Kehilangan Teman

6. Bentengi Diri dengan Agama

Jangan Mencoba

Fokus pada Hal-Hal Positif

Cara mengatasi ketergantungan terhadap NAPZA

Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan penangan yang me
Pembinaankehidupanberagama,baikdisekolah,keluargadan lingkungan.
Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta lingkungannya.
Selalu berprilaku positif dengan melakukan aktifitas fisik dalam penyaluran energi remaja yang tin
Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik

disekolah maupun dirumah dan dilingkungan sekitar.

6) Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal

pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.

7) Saling menghargai sesama remaja dan anggota keluarga.

3
3

8) Penyelesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif

dan konstruktif (Setiyaningrum, 2014).

C. Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengertian kesehatan reproduksi yang telah diputuskan pada

konferensi ICPD di Kairo pada tahun 1994 adalah suatu keadaan sejahtera

secara menyeluruh baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan dalam semua hal yang berhubungan dengan sistem

reproduksi dan terhadap fungsi serta prosesnya. Sejak itu pula seksualitas,

kesehatan reproduksi, keterampilan hidup dan perencanaan hidup semuanya

telah diakui sebagai komponen dari pendidikan kesehatan reproduksi

(UNFPA, 2003).

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah sekumpulan metode, tehnik, dan

pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui

pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup

kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata

konsultasi dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seks (Mariana Amiruddin, 2003). Kesehatan

reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi dan masuk

sebagai komponen kesehatan reproduksi karena :

1. Masa remaja (usia 10-19 tahun) adalah masa yang khusus dan penting,

karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa

remaja disebut juga masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik

ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis.

3
4

2. Pada masa remaja terjadi perubahan organobiologik yang cepat dan tidak

seimbang dengan perubahan mental emosional (kejiwaan). Keadaan ini

dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu perlu pengertian,

bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja

dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik

jasmani, mental maupun psikososial.

3. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan

terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki, masa remaja

merupakan saat diperolehnya kebebasan sementara pada remaja

perempuan saat dimulainya segala bentuk pembatasan. Agar masalah

kesehatan remaja dapat ditangani dengan tuntas, diperlukan kesetaraan

perlakuan terhadap remaja laki-alaki dan perempuan (Saroha Pinem, 2009,

hal. 302).

D. Konsep Perilaku

1. Defenisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
Skinner (Notoatmodjo, 2007) seorang ahli psikologi, merumuskan
mempunyai bentangan yang sangat luas. Atau dapat disimpulkan bahwa
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi
langsung,
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian

4
4

organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-

R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua

respon yaitu :

1. Respondent Response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan

stimulus tertentu.

Operant Response atau instrumental response, yakni respons yang timbul dan berkembang da
Proses Pembentukan Perilaku

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner ( Notoatmod
2. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer. berupa hadia
Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk per
Menyusun komponen-komponen itu sebagai tujuan- tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing- masing komponen tersebut

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (dalam Notoatmojo, 2005), perilaku


masyarakat

4
4

a. Faktor Predisposisi (disposing Factors)

Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada diri

seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan, keyakinan, nilai dan

sikap terhadap apa yang akan dilakukannya.

b. Faktor Pemungkinan (enablings factors)

Faktor pendukung dari perilaku seseorang adalah sarana dan atau

prasarana yang mendukung terjadinya perilaku (dana, transportasi,

fasilitas dan kebijakan pemerintah).

c. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

perilaku. Misalnya sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, petugas dan peraturan perundang-undangan.

4. Domain Perilaku

Benyamin Bloom, seorang ahli psikologis pendidikan membagi

perilaku manusia dalam 3 domain, yaitu: pengetahuan (kongnitif), sikap

(afektif), dan tindakan/praktik (psikomotor) (Notoatmodjo, 2007).

a. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

4
4

besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik

secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu

(Mubarok, dkk, 2007).

Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang

individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya

berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang

menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu

situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah

dibenarkan. Dalam defenisi ini, Pengetahuan merupakan konstruksi

dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak.

Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari

fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit

disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan

perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan

atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.

2. Tingkatan Pengetahuan

4
4

Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain

kognitif 6 tingkatan (Notoatmojo, 2007).

1. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang

sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau

rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus,

metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

4
4

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat

menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk

keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun,

merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat

membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan

anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

4
4

wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu

tidak mau ikut KB dan sebagainya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di

dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

objek.

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti

sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

4
4

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2007).

3. Pengukuran Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diukur dengan wawanc


yaitu:

1. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100%

dari seluruh pernyataan.

2. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75%

dari seluruh pernyataan.

3. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari

seluruh pernyataan.

b. Sikap (Attitude)

1. Pengertian

Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau

4
4

tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Dalam artikel yang ditulis oleh Suharyat (2008), sikap mempengaruhi perilaku lewat
membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan
atau penyuluhan dan informasi (Gerungan, 2000).

Menurut Azwar (2013), pembentukan sikap juga

dipengaruhi oleh faktor paparan sumber/media informasi baik oleh

sumber/media informasi yang diberikan oleh lembaga pendidikan

4
4
maupun lembaga-lembaga lainnya. Hal tersebut juga dibuktikan

4
4

oleh penelitian yang dilakukan Mahmudah, Yaunin dan Lestari

(2016). Hasil penelitian menyebutkan bahwa adanyan hubungan

bermakna antara paparan sumber informasi dengan perilaku

seksual pada remaja.

2. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2007) :

Menerima (receiving), bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang d
Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya.
Misalnya, ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care diminta menanggapi o

3. Menghargai (valuing), diartikan seseorang memberikan nilai positifterhadapobjeka


mendiskusikan ante natal care dengan suaminya.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

4
5

merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, ibu berani

mengorbankan waktunya demi ikut penyuluhan ante natal

care.

3. Pengukuran Sikap

Sikap merupak respon evaluatif yang dapat berbentuk

positif maupun negatif. Salah satu aspek penting dalam memahami

sikap manusia adalah pengungkapan (assesmant) atau pengukuran

(measurement) sikap.

Salah satu standar yang biasanya digunakan untuk

pengukuran sikap adalah skala likert. Skala likert merupakan skala

yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang tentang sesuatu gejala atau fenomena tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2010) bentuk skala likert dibagi menjadi

dua yaitu, pernyataan positif untuk mengukur sikap positif dan

pernyataan negatif untuk mengukur sikap negatif.

c. Tindakan

Sikap seseorang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

yang dilakukan oleh orang tersebut. Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan yang nyata di perlukan suatu kondisi yang

memungkinkan atau dengan kata lain diperlukan faktor pendukung

seperti fasilitas. Di samping fasilitas juga diperlukan support atau

faktor dukungan dari pihak lain seperti keluarga dan lain-lain

(Notoatmodjo, 2007).

5
5

1. Tingkatan Praktik atau Tindakan menurut Notoatmodjo (2007),

antara lain:

a) Persepsi

b) Respon Terpimpin

c) Mekanisme

d) Adopsi

2. Pengukuran Tindakan/Praktik
Menurut Notoatmodjo (2010), pengukuran tindakan dapat diamati dengan dua cara, yaitu secara la

5. Perilaku Kesehatan

Skinner (dala Notoatmodjo, 2007) mendefinisikan perilaku kesehatan

( Health Behaviour ) adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan factor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan). Pemeliharaan kesehatan ini

5
5

mencakup mencegah atau melindungi diri dari peyakit dan masalah

kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance).

Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

menyembuhkan bila sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan

kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Perlu dijelaskan disini bahwa kesehatan itu sangat dinamis

dan dan relative, maka dari itu orang yang sehat pun perlu

diupayakan perilaku supaya mencapai tingkat kesehatan yang

seoptimal mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman

dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit.

5
5

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan/perilaku pencarian pengobatan

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan keluar negeri.

c. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Merupakan cara seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosia
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang berhubung
a. Perilaku Hidup sehat
Perilaku hidup sehat dalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk m

 Respon seseorang terhadap makanan. Perilaku ini meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan

makanan, dan makanan dengan menu seimbang (appropriate diet).

5
5

 Olah raga teratur, juga mencakup kualitas dan kuantitas dalam arti

frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.

 Tidak merokok, yang merupakan kebiasan jelek yang mengakibatkan

berbagai macam penyakit.

 Tidak minum-minuman keras dan narkoba.

Istirahat yang cukup. Dengan meningkatkannya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk pen
Mengendalikan stress. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam b
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, yaitu tindakan atau perilaku seseo
meningkatkan kesehatan.

b. Perilaku Sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah

kesehatan yang lainnya.

5
5

c. Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang

mencangkup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang

sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit

sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya

disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.


Melakukankewajibannyasebagaipasien antara lain mematuhi nasehat-nasehat dokter atau pera
Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhan.

Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, d


Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sika
2003).

BAB III

KERANGKA KONSEP

5
5

A. Kerangka Teori

Masa Remaja merupaka periode yang penting. Namun Hurlock (2012)

menyatakan bahwa semua periode dalam rentang kehidupan itu penting, hanya

saja kadar kepentingannya berbeda-beda. Beberapa periode yang lebih penting

dari beberapa periode lainnya disebabkan karena akibat langsung yang terjadi

terhadap sikap dan perilaku seseorang atau akibat-akibat jangka panjang yang

akan ditimbulkan. Pada masa remaja, akibat langsung dan akibat jangka

panjang sama pentingnya.

Salah satu upaya pemerintah untuk mencegah akibat langsung maupun

akibat jangka panjang yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu dengan

program pemberian layanan informasi untuk remaja. Informasi yang bisa

didapatkan pun beragam, salah satunya yaitu informasi mengenai kesehatan

reproduksi. Pemberian layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja

dapat dilakukan dimana saja, termasuk juga di sekolah.

Program Layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja akan

memberikan remaja pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai sikap

dan tindakan yang tepat bagi remaja terhadap kesehatan reproduksi, sehingga

remaja tidak terjerumus dalam persepsi yang salah dan berakibat melakukan

tindakan yang salah pula.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2007). Pengetahuan adalah salah satu domain perilaku yang sangat penting

untuk pembentukan tindakan pada seseorang.

5
5

Sikap belum merupakan sebuah tindakan atau aktivitas, akan tetapi, sikap

merupakan predisposisi tindakan/perilaku. Sikap merupakan reaksi, tetapi

bukan reaksi terbuka tetapi masih reaksi tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan bersikap positif

merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan

seks, khususnya untuk mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan,

baik dampak langsung maupun dampak jangka panjang yang dapat terjadi

pada remaja.

Bagan 3. 1 Kerangka Teori Penelitian


(Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2007)

Faktor Predisposisi Faktor Pendukung Faktor Penguat


Merupakan faktor Merupakan faktor Merupakan faktor-
yang mempermudah 5
pendukung dari faktor yang
terjadinya perilaku perilaku mendorong atau
pada diri seseorang memperkuat
perilaku
5

Pengetahuan remaja Program layanan informasi kesehatan reproduksi remaja


Sekolah dan
petugas kesehatan

Sikap Remaja
PIK R
suatu wadah kegiatan program KRR (Kesehatan Reproduksi) yang dikelola dari, oleh dan

Tindakan remaja

08)

Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan reproduksi

5
5

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori maka kerangka konsep penelitian ini ingin melihat

bagaimana gambaran perilaku remaja SLTA yang mengadakan dan tidak

mengadakan program PIK-KRR di Kota Padang dengan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Bagan 3. 2 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

dibed an Perilaku Remaja Sikap remaja terhadap kesehatan repr


Pengetahuan
Progra Sekolah yang Terhadap Kesehatan remaja terhadap
m PIK mengadakan Reproduksi Kesehatan
program PIK
Sekolah yang
R Tindakan Remaja Terhadap Kesehata
tidak
mengadakan
program PIK

C. Hipotesis

3. Ha

- Ada perbedaan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA

yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R di Kota

Padang.

4. H0

5
6

- Tidak ada perbedaan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi di

SLTA yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R di

Kota Padang.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan pendeka
Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMKN 4 Kota

B.

Padang dan SMK Nusatama Sumatera Barat dengan kriteria sekolah yang

memiliki program PIK R adalah SMKN 4 Kota Padang dan sekolah yang tidak

memiliki program PIK R adalah SMK Nusatama Provinsi Sumatera Barat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek dari satu

populasi penelitian dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi tersebut

6
6

(Notoatmodjo, 2005). sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

teknik simple random sampling dengan cara acak sederhana. Rumus yang

digunakan dalam pengambilan sampling adalah rumus Lameshow:


{ α
Z 1− √ 2 P (1−P)+ Z 1−β √ P 1 (1−P 1)+ P 2 (1−P 2) ²
2
}
n= ( P 1−P 2)²

Keterangan:

n = Besar sampel
Z 1− α
2 = Derajat kemaknaan pada 95% (1,96)

Z 1−β = Kekuatan uji pada 80% (0,84)

P1 = Estimasi proporsi pada kelompok 1 (P1= 0,49) (Fatmawati, 2012)


= Estimasi proporsi pada kelompok 2 (P2 = 0,26) (Fatmawati,2012)
= Rata-rata dari proporsi kelompok 1 dan 2
P2

n= {1,96 √ 2 x 0,37 (1−0,37)+0,84 √ 0,49 (1−0,49)+0,26 (1−0,26) } ²


(0,49−0,26) ²

n=69

Dari rumus diatas didapatkan besar sampel minimal yang

dibutuhkan adalah 69 untuk masing-masing kelompok, sehingga besar

total sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 138 subjek.

Adapun kriteria inklusi dalam pengambilan responden penelitian yaitu:

a. Siswa kelas X.

6
6

b. Bersedia menjadi responden.

c. Hadir saat penelitian.

d. Tidak mengalami gangguan fisik yang dapat mengganggu dalam

pengisian kuesioner penelitian.

Sedangkan kriteria ekslusi dalam pengambilan responden penelitian yaitu

siswa yang berhalangan atau sakit saat proses penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 4 dan SMK Nusatama Kota Padang

Sumatera Barat pada bulan Februari 2017 s.d Juli 2017.

D. Variabel Penilitian dan Defenisi Operasional

Variabel dari penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap dengan

defenisi operasional sebagai berikut:

Tabel 4.1 Defenisi Operasional


Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Segala sesuatu yang Angket Kuesioner Ordinal 76%-100% : baik
Dependen : diketahui siswa SLTA 56-75% : cukup
1. Pengetahuan kota Padang < 56% : kurang
Sumatera Barat (Machfoed, 2009)
tentang:
- Kesehatan
Reproduksi
- Tanda-tanda
pubertas
- HIV/AIDS
- NAPZA
2. Sikap Reaksi atau disertai perasaan dan
keyakinan siswa
SLTA kota Padang
Sumatera Barat yang

6
6
Angket Kuesioner Ordinal Positif:
jumlah skor sikap
> 45 (nilai
median dari total
skor sikap).
Negatif:

6
6

Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
berprilaku sesuai cara jumlah skor ≤ 45
yang dipilihnya (nilai median dari
terhadap: total skor sikap).
- Pentingnya
pendidikan
kesehatan
reproduksi
- Perilaku
berisiko
penularan
penyakit
seksual
- HIV/AIDS
- NAPZA
3. Tindakan Segala aktivitas yang Angket Kuesioner Ordinal 76%-100% : baik
dilakukan siswa 56-75% : cukup
SLTA Kota Padang < 56% : kurang
Sumatera Barat yang (Machfoed, 2009)
berhubungan dengan
kesehatan Reproduksi
melipiti:
- Perilaku
seksual
berisiko
- Perilaku
pencegahan
HIV/AIDS
- Perilaku
pencegahan
penyalahguna
an Napza
Variabel suatu wadah kegiatan - - - -
Independen : program KRR
1. Pusat (Kesehatan
Informasi Reproduksi Remaja)
dan yang dikelola dari,
Konseling
oleh dan untuk
Remaja (PIK
R) remaja guna
memberikan
pelayanan informasi
dan konseling tentang
kesehatan reproduksi
serta kegiatan-
kegiatan penunjang
lainnya (BKKBN,
6
6

Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
2008).

E. Alat/Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang akan digunakan

sebagai alat penelitian adalah lembar kuesioner. Kuesioner merupakan alat

ukur yang berisi beberapa pertanyaan (Hidayat, 2012). Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu :

a) Instrumen pertama berisi data demografi responden berisi tentang nama

(inisial responden), jenis kelamin dan umur.

b) Instrumen kedua berupa kuesioner tentang pengetahuan yang berisi

mengenai pertanyaan tentang kesehatan reproduksi remaja mengenai

seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Yang penilaiannya dibagi dalam tiga

kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dengan kriteria penilaian

menggunakan skala Guttman yang skalanya bersifat tegas dan konsisten

dengan memberikan pilihan jawaban yang tegas dan hasil yang akan

didapatkan berupa nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban

yang salah. Instrumen dibuat oleh peneliti dengan mengadopsi kisi-kisi

pertanyaan dan pernyataan dari WHO yang disesuaikan dengan teori

terkait kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas.


c) Instrumen ketiga berupa kuesioner tentang sikap remaja terhadap

kesehatan reproduksi yang meliputi sikap terhadap seksualitas,

6
6

HIV/AIDS dan NAPZA. Instrumen dibuat oleh peneliti dengan

mengadopsi kisi-kisi pertanyaan dan pernyataan dari WHO yang

disesuaikan dengan teori terkait kemudian dilakukan uji validitas dan

reabilitas. Pernyataan sikap pada instrumen menggunakan skala Likert,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat Tidak

Setuju (STS) (Notoatmodjo, 2010).


d) Instrumen keempat berupa kuesioner tentang tindakan atau aktivitas

remaja terhadap kesehatan reproduksi yang meliputi tindakan seksual

berisiko, pencegahan penularan HIV/AIDS dan pencegahan

penyalahgunaan NAPZA. Instrument di modifikasi oleh peneliti dari kisi-

kisi WHO yang disesuaikan dengan teori terkait kemudian dilakukan uji

validitas dan reabilitas. Metode yang digunakan dalam kuesioner

menggunakan metode recall (mengingat kembali) yang dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan

yang berhubungan dengan objek penelitian dengan kategori yaitu praktik

baik, cukup dan kurang (Notoatmodjo, 2010).

F. Uji Validitas dan Reabilitas

 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Suatu instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002). Untuk

mengetahui apakah kuesioner yang disusun mempu mengukur apa yang hendak

6
6

diukur, maka perlu diuji dengan uji correlations between a measure of the

construct and designated (korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item pertanyaan

dengan skors total kuesioner) (Notoatmodjo, 2012). Rumus korelasi yang dapat

digunakan adalah formula korelasi pearson product moment (Dharma, 2011).

Menurut Nunnaly (dalam Dharma, 2011), nilai korelasi antar skor item

dan skor total (item-total correlation) yang baik adalah lebih dari atau sama

dengan 0,3. Dengan nilai r ≥ 0,3 diharapkan koefisian alpha menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat ini maka item yang digunakan dalam instrumen ini adalah

yang memiliki nilai r ≥ 0,3.

Pengambilan sampel untuk uji validitas dilakukan di SMK N 7 Padang

dan SMK N 8 Padang dengan kriteria populasi dan sampel menyerupai kriteria

populasi dan sampel penelitian. Sampel yang diambil sebanyak 15 sampel

dimasing-masing sekolah.

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan rentang nilai r pada

setiap item skor total pertanyaan pengetahuan adalah 0,376–0,830. Untuk

pertanyaan sikap rentang nilai r pada setiap item skor total adalah 0,386–0,768

dan untuk pertanyaan tindakan rentang nilai r pada setiap item skor total yaitu

0,361-0,751 Hal ini berarti bahwa setiap item pertanyaan valid karena telah

memenuhi syarat uji valid dengan r ≥ 0,3. Total pertanyaan yang valid yaitu 15

item untuk pertanyaan bagian pengetahuan, 15 item untuk pertanyaan bagian

sikap dan 10 item pertanyaan bagian tindakan.

 Reabilitas

6
6

Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Butir pertanyaan

dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten (Sunyoto, 2011). Menurut Djemari (2003) dalam Riwidikdo

(2012) menyatakan bahwa angker atau kuesioner dikatakan reliabel jika nilai

alpha minimal 0,7. Sedangkan menurut Sunyoto (2011) menyatakan bahwa

variabel dikatakan reliabel bila memberikan nilai cronbach alpha > 0,6. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan reliabel

atau tidak, dapat melihat nilai cronbach alpha dengan nilai minimal 0,6- 0,7.

Berdasarkan uji reabilitas yang telah dilakukan didapatkan sebagai

berikut:

1. Untuk nilai cronbach alpha pada kuesioner pengetahuan dengan

jumlah soal 15 item dan sampel 30 responden yaitu 0,883. Hal ini

berarti untuk pertanyaan bagian pengetahuan telah reliabel karena telah

memenuhi syarat reabilitas dengan nilai cronbach alpha > 0,6.

2. Untuk nilai cronbach alpha pada kuesioner sikap dengan jumlah soal

15 item dan sampel 30 responden yaitu 0,846. Hal ini berarti untuk

pertanyaan bagian sikap telah reliabel karena telah memenuhi syarat

reabilitas dengan nilai cronbach alpha > 0,6.

3. Untuk nilai cronbach alpha pada kuesioner tindakan dengan jumlah

soal 10 item dan sampel 30 responden yaitu 0,720. Hal ini berarti

untuk pertanyaan bagian tindakan telah reliabel karena telah memenuhi

syarat reabilitas dengan nilai cronbach alpha > 0,6.

6
6

G. Etika Penelitian

Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau

melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientifc

attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin

penelitian yang dilakuakn tidak akan merugikan atau membahayakan bagi

subjek penelitian. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian

ada empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni (Notoatmodjo, 2012) :
1) Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut.

Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai

ungkapan, peneliti seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan subjek

(inform concent) yang mencakup : menjelaskan manfaat dari penelitian untuk

menganalisa hubungan pengetahuan dengan kecemasan yang dirasakan oleh

responden.
Responden mengisi lembar persetujuan untuk bersedia mengisi semua lembar

kuesioner dengan tetap menjaga kenyamanan dan kerahasian dari responden itu

sendiri, bila responden merasa sudah tidak nyaman dan merasa bahwa terdapat

keganjalan maka responden berhak untuk mengundurkan diri dan tidak terlibat

dalam penelitian

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)


Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi kebebasan

individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak

6
6

memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu. Peneliti

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti

identitas responden.
3) Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan gender,

agama, etnis dan sebagainya.


4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)


Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Penelitian

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh

sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak

mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.


Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap

penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan

hendaknya :
 Memenuhi kaidah keilmuwan dan dilakukan berdasarkan hati nurani,

moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab

 Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan,

kesejahteraan, martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari

6
7

segala sesuatu yang menimbulkan kerugian atau membahayakan

subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam etika penelitian menurut Nursalam

(2003) adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed Conset merupakan lembar persetujuan yang diberikan

kepada responden penelitian. Jika responden penelitian bersedia untuk

menjadi subjek penelitian maka akan dilanjutkan dengan menandatangani

lembar persetujuan,namun jika responden tidak setuju untuk diteliti maka

responden boleh menolak dan peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati subjek.

2. Anonimity

Dalam menjaga kerahasian responden penelitian, dalam kuesioner tidak

dicantumkan nama responden tetapi mencantumkan inisial saja pada lembar

identitas responden.

3. Confidentiality

Seluruh data yang diperoleh peneliti dari subjek penelitian akan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

H. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

a. Jenis-Jenis Data

 Data Primer

7
7

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari responden penelitian. Data primer dari penelitian ini yaitu

hasil data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner

penelitian.

 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung penelitian. Data ini

deperoleh dari data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat

mengenai jumlah jumlah SMA/sederajat di Kota Padang, DP3AP2

dan KB Kota Padang mengenai data sekolah yang memilik PIK R

dan informasi dari pihak sekolah tempat penelitian dilakukan.

b. Langkah-langkah pengumpulan data

 Peneliti mengurus surat izin, dengan mendapatkan surat pengantar

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang

ditujukan ke Dinas Pendidikan Kota Padang. Kemudian Dinas

Pendidikan Kota Padang mengeluarkan surat izin penelitian dan data

jumlah SMA/sederajat di Kota Padang.

 Setelah mendapatkan izin, peneliti mendatangi SMKN 4 Kota

Padang dan SMK Nusatama Sumatera Barat untuk meminta izin

penelitian dan meminta data responden yang akan diteliti melalui

daftar absen siswa responden.


 Kemudian peneliti mendatangi responden, menjelaskan tujuan,

manfaat dan hak-hak yang diperoleh dari responden, kemudian

meminta responden mengisi Inform Consent

7
7

 Bagi responden yang setuju berpartisipasi, maka diberikan lembar

kuesioner yang akan diisi sekaligus menjelaskan cara pengisian

kuesioner.
 Bila kuesioner telah diisi maka peneliti memeriksa kembali lembar

kuesioner apakah telah terisi keseluruhannya.


 Bila terdapat beberapa pertanyaan pada kuesioner belum terisi

keseluruhan oleh respoden, maka peneliti akan meminta responden

mengisinya dengan membacakan kembali pertanyaan yang terdapat

pada lembar kuesioner hingga terisi keseluruhannya.

2. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data berupa: editing,

coding, entry dan cleaning.

a. Editing (Penyuntingan Data)

Kegiatan berupa pengeditan data yang telah dikumpulkan terhadap

adanya kekurangan dan kesalahan (Alamsyah, 2013). Pemeriksaan

ulang dilakukan untuk memastikan data yang telah diperoleh telah

terisi dengan baik seperti kelengkapan jawaban, kesalahan penulisan

dan konsistensi pada setiap jawaban kuesioner.

b. Coding (Pengkodean Data)

Data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner diberi kode

sebelum diolah dengan tujuan untuk memudahkan peneliti dalam

pengolahan data secara komputerisasi.

7
7

c. Entry (Memproses Data)

Pada tahap memproses data, jawaban-jawaban hasil kuesioner yang

telah diberi kode dimasukan ke dalam master tabel untuk diproses

secara komputerisasi dan untuk mengetahui frekuensi variabel.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Kegiatan berupa pengecekan kembali data yang sudah dientry

untuk memastikan data tersebut telah bersih dari keselahan.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel peneitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisa ini digunakan untuk menggambarkan

distribusi frekuensi gambaran dari masing-masing variabel yang diteliti.

Variabel yang dianalisa univariat yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Uji

statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji nonparametrik Mann

Whitney untuk menguji beda mean dari dua kelompok yang berbeda.

Analisa ini digunakan untuk membuktikan adanya perbedaan perilaku

remaja terhadap kesehatan reproduksi di sekolah yang mengadakan dan

7
7

tidak mengadakan program PIK R. Batas kemaknaan yang digunakan

nilai α = 0,05 dengan derajat kepercayaan 95%. Jika hasil pengolahan

data didapatkan p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang bermakna antara

kedua variabel, jika p > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kedua variabel.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2017. Penetapan wilayah penelitian

sampel disetiap sekolah berjumlah 69 sampel. Kemudian pemilihan sampel

diambil dengan menggunakan teknik simpel random sampling dengan cara

acak sederhana.

Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua orang

teman yang sebelumnya dilakukan penyamaan persepsi. Pengambilan data

dilakukan dalam satu hari didua lokasi berbeda. Pengambilan data pertama

7
7

dilakukan di SMK N 4 Kota Padang kemudian setelah selesai pengambilan

data dilanjutkan di SMK Nusatama Padang. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian yaitu berupa lembar angket/kuesioner. Sebelum pengambilan data,

responden diberikan penjelasan tujuan dari penelitian. Kemudian dijelaskan

petunjuk pengisian lembar kuesioner. Data yang terkumpul meliputi

karakteristik

7
7

responden (inisial, jenis kelamin, umur, sumber informasi), pengetahuan,

sikap dan tindakan responden. Setelah data terkumpul akan dilakukan

pengolahan data dan analisan data. Hasil analisa data disajikan dalam dua

bagian yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

B. Karakteristik Responden

1. Karakteristik responden di SLTA yang mengadakan dan tidak

mengadakan program PIK R berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

Sekolah Jenis Kelamin Frekuensi %


SMK N 4 Laki-laki 34 49,3
Perempuan 35 50,7
Total 69 100
SMK Nusatama Laki-laki 27 39,1
Perempuan 42 60,9
total 69 100

Tabel 5.1 menunjukkan lebih dari setengah responden pada

penelitian di SMK N 4 Kota Padang berjenis kelamin perempuan

(50,7%), begitu juga di SMK Nusatama. Mayoritas responden di SMK

Nusatama juga berjenis kelamin perempuan (60,9%). Hal ini berarti

mayoritas total responden berjenis kelamin perempuan.

2. Karakteristik responden di SLTA yang mengadakan dan tidak


mengadakan program PIK R Berdasarkan karakteristik umur
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Sekolah Umur Frekuensi %
SMK N 4 14 1 1,4
16 47 68,1

7
7

17 16 23,2
18 5 7,2
Total 69 100

SMK Nusatama 15 10 14,5


16 53 76,8
17 5 7,2
18 1 1,4
total 69 100

Tabel 5.2 menujukkan mayoritas responden di SMK N 4 Kota

Padang yang mengadakan program PIK R di sekolahnya berumur 16

tahun (68,1%). Pada SMK Nusatama yang tidak mengadakan program

PIK R di sekolahnya mayoritas responden juga berumur 16 tahun

(76,8%).

3. Karakteristik responden di SLTA yang mengadakan dan tidak


mengadakan program PIK R berdasarkan karakteristik sumber
informasi
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
sumber informasi
Sekolah Sumber Informasi Frekuensi %
SMK N 4 PIK R 69 100
SMK Nusatama Internet 12 17,4
Keluarga 1 1,4
Media Cetak 1 1,4
Tidak Ada 55 79,7
total 69 100

Tabel 5.3 menunjukan bahwa sumber informasi kesehatan

reproduksi remaja di SMK N 4 Kota Padang yang mengadakan

program PIK R adalah PIK R (100%), sedangkan di SMK Nusatama

mayoritas remaja tidak memiliki sumber informasi mengenai

kesehatan reproduksi (79,7%).

7
7

C. Analisis Univariat

1. PENGETAHUAN

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi nilai pengetahuan responden di SLTA yang


mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R

Sekolah Kategori Nilai Frekuensi %


SMK N 4 Baik 16 23,2
Cukup 48 69,6
Kurang 5 7,2
Total 69 100
SMK Nusatama Baik 4 5,8
Cukup 26 37,7
Kurang 39 56,5
Total 69 100

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pada SLTA yang mengadakan

program PIK R yaitu SMK N 4 Kota Padang, mayoritas responden

memiliki pengetahuan yang cukup baik (69,6%) terhadap kesehatan

reproduksi. Sedangkan pada SLTA yang tidak mengadakan program PIK

R yaitu SMK Nusatama lebih dari setengah responden memiliki

pengetahuan yang kurang (56,5%) terhadap kesehatan reproduksi.

2. SIKAP

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi nilai sikap responden di SLTA yang


mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R

Sekolah Kategori Nilai Frekuensi %


SMK N 4 Positif 51 73,9
Negatif 18 26,1
Total 69 100,0
SMK Nusatama Positif 15 21,7
Negatif 54 78,3

7
7

Total 69 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa di SMK N 4 Kota Padang

dengan PIK R sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi

di sekolah lebih dari setengah responden memiliki sikap positif terhadap

kesehatan reproduksi (73,9%). Sedangkan di SMK Nusatama yang tidak

mengadakan program PIK R sebagai sumber informasi kesehatan

reproduksi di sekolah lebih dari setengah (78,3%) responden memiliki

sikap yang negatif terhadap kesehatan reproduksi.

3. TINDAKAN

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi nilai tindakan responden di SLTA yang


mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R

Sekolah Kategori Nilai Frekuensi %


SMK N 4 Baik 19 27,5
Cukup 43 62,3
Kurang 7 10,1
Total 69 100
SMK Nusatama Baik 4 5,8
Cukup 26 37,7
Kurang 39 56,5
Total 69 100

Tabel 5. 6 menunjukan bahwa pada SLTA yang mengadakan program

PIK R di sekolah yaitu di SMK N 4 Kota Padang, mayoritas (62,3%)

responden dikategorikan cukup baik untuk tindakan mengenai kesehatan

reproduksi, sedangkan pada SLTA yang tidak mengadakan program PIK R

di sekolah yaitu SMK Nusatama, hampir dari setengah (44,9%) responden

dapat dikategorikan kurang baik untuk tindakan terhadap kesehatan

reproduksi.

7
8

D. Analisis Bivariat

Data penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik karena skala data berupa kategorik.

Uji parametrik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Mann-

Whitney test. Hasil perhitungan dapat dilihat sebagai berikut:

1. PENGETAHUAN

Tabel 5.7 Perbedaan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi di


SLTA yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R

Asal Sekolah n Mean p Value


SMKN 4 69 88, 12 0.000
SMK Nusatama 69 50,88

Total 138

Dari tabel 5. 7 dapat dilihat ada perbedaan yang bermakna antara

rata-rata nilai pengetahuan responden di SMK N 4 Kota padang dengan

PIK R sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi dan SMK

Nusatama dengan tidak ada PIK R sebagai sumber informasi mengenai

kesehatan reproduksi di sekolahnya dengan p value 0,000 (p < 0,05).

2. SIKAP

Tabel 5.8 Perbedaan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA


yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R
Asal Sekolah n Mean p Value
SMKN 4 69 87,50 0.000
SMK Nusatama 69 51,50

Total 138

Dari tabel 5.8 dapat dilihat ada perbedaan yang bermakna antara

rata-rata nilai sikap responden di SMK N 4 Kota padang dengan PIK R

sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi dan SMK

8
8

Nusatama dengan tidak ada PIK R sebagai sumber informasi mengenai

kesehatan reproduksi di sekolahnya dengan p value 0,000 (p < 0,05).

3. TINDAKAN

Tabel 5.9 Perbedaan tindakan remaja terhadap kesehatan reproduksi di


SLTA yang mengadakan dan tidak mengadakan program PIK R
Asal Sekolah n Mean p Value
SMKN 4 69 82,69 0.000
SMK Nusatama 69 56,31

Total 138

Dari tabel 5.9 dapat dilihat ada perbedaan yang bermakna antara

rata-rata nilai tindakan responden di SMK N 4 Kota padang dengan PIK R

sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi dan SMK

Nusatama dengan tidak ada PIK R sebagai sumber informasi mengenai

kesehatan reproduksi di sekolahnya dengan p value 0,000 (p < 0,05).

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi di

SLTA yang Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program PIK R

1. Gambaran Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 69 jumlah

responden di SMK N 4 Kota Padang dengan PIK R sebagai sumber

informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah lebih dari setengah

responden memiliki pengetahuan yang cukup (69,5%), 16 responden

(23,2%) memiliki pengetahuan baik dan 5 responden (7,2%) memiliki

8
8

pengetahuan yang kurang. Sedangkan di SMK Nusatama dengan tidak ada

PIK R sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah

dari 69 jumlah responden yang diteliti lebih dari setengah responden

(56,5%) memiliki pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan

reproduksi, 37,7% responden memiliki pengetahuan cukup dan 5,8%

memiliki pengetahuan baik.

Hasil analisis kuesioner pengetahuan di SLTA yang mengadakan

program PIK R di sekolah yaitu SMK N 4 Kota Padang didapatkan data

bahwa responden yang tidak mampu menjawab pertanyaan mengenai cara

pencegahan penularan HIV/AIDS tidak lebih dari setengah (43,5%)

responden. Sedangkan hasil analisis kuesioner pengetahuan di SLTA yang

tidak mengadakan program PIK R yaitu SMK Nusatama didapatkan data

8
8

bahwa mayoritas responden (79,7%) responden tidak mampu menjawab

pertanyaan mengenai cara pencegahan penularan HIV/AIDS.

Dari data hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dua

sekolah ini terdapat perbedaan presentase pengetahuan responden, dimana

pengetahuan responden di sekolah yang mengadakan PIK R yaitu di SMK

N 4 lebih tinggi dari pada pengetahuan responden di sekolah yang tidak

mengadakan program PIK R yaitu SMK Nusatama.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan Mason

(2011) pada remaja di Afrika. Penelitian Mason membandingkan

pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja yang diberikan program

edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan remaja yang tidak diberi

program edukasi. Terlihat dari hasil penelitian, bahwa remaja yang

diberikan program edukasi mengalami peningkatan pengetahuan kesehatan

reproduksi. Penelitian yang dilakukan Deran (2013) di Bekasi juga

menunjukkan hal yang sama. Hasil penelitian Deran menunjukkan bahwa

remaja yang diberikan edukasi oleh PIK R mengalami peningkatan

pengetahuan kesehatan reproduksi.

Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

objek tertentu. Pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan,

dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak.

8
8

Oleh karena itu pengetahuan remaja mengenai kesehatan

reproduksi perlu ditingkatkan dengan memberikan informasi-informasi

mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja, termasuk informasi

mengenai HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan dan lain sebagainya.

Hal ini sangat penting untuk disampaikan kepada remaja karena dengan

mengetahui tentang kesehatan reproduksi merupakan salah satu cara untuk

mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk

mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan, baik dampak langsung

maupun dampak jangka panjang yang dapat terjadi pada remaja.

Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tersebut, maka diperlukan

ketersedian sumber-sumber atau fasilitas edukasi. Menurut Notoatmodjo

(2003), pendidikan dan sumber informasi merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan. Salah satu sumber informasi yang di buat

oleh pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi adalah program Pusat Informasi dan Konseling

Remaja (PIK R) (Bareskrim, 2015).

Berdasarkan analisa penelitian, peningkatan pengetahuan remaja

mengenai kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh faktor ketersedian

sumber-sumber informasi yang disediakan. Hal ini dibuktikan dengan

hasil penelitian yang menunjukkan pada sekolah yang memiliki sumber

informasi kesehatan reproduksi/PIK R tingkat pengetahuan respondennya

lebih tinggi dari pengetahuan responden yang di sekolahnya tidak

mendapatkan sumber informasi atau tidak mengadakan PIK R.


8
8

2. Gambaran Sikap Responden

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 69 jumlah

responden di SMK N 4 Kota Padang dengan PIK R sebagai sumber

informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah 51 responden (73,9%)

memiliki sikap positif terhadap kesehatan reproduksi. Sedangkan di SMK

Nusatama dengan tidak ada PIK R sebagai sumber informasi kesehatan

reproduksi remaja di sekolah (lihat pada tabel 5.10) dari 69 jumlah

responden yang diteliti lebih dari setengah jumlah responden (78,3%)

memiliki sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi.

Hasil analisis kuesioner sikap di SMK N 4 Kota Padang yang

mengadakan program PIK R didapatkan data bahwa dari 69 responden, 50

reponden (72,5%) menyatakan sangat setuju untuk menolak berhubungan

seksual meskipun pacar meninggalkan, sedangkan hasil analisis kuesioner

pengetahuan di SMK Nusatama yang tidak mengadakan program PIK R di

sekolah didapat data bahwa dari 69 responden, hanya 23 responden

(33,3%) yang menyatakan sangat setuju untuk menolak berhubungan

seksual meskipun pacar meninggalkan.

Dari data hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dua

sekolah ini terdapat perbedaan presentase sikap responden, dimana sikap

responden di sekolah yang mengadakan PIK R yaitu di SMK N 4 lebih

tinggi dari pada sikap responden di sekolah yang tidak mengadakan

program PIK R yaitu SMK Nusatama.

8
8

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatmawati (2012) di Kota Singkawang. Fatmawati membandingkan antara

sikap remaja yang mendapatkan edukasi dari program DAKU (Dunia

RemajaKu Seru) dan sikap remaja yang tidak mendapatkan program

DAKU terhadap kesehatan reproduksi. Hasil penelitian Fatmawati ini

menyebutkan bahwa remaja yang mendapatkan program DAKU di

sekolah memiliki sikap yang lebih positif terhadap kesehatan reproduksi dari pada remaja y
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wijaya, Agustini dan Tisna (2014) di Buleleng tentang
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Suharyat (2008), sikap mempengaruhi perilaku lewat
penting (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Azwar (2013), pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh

faktor paparan sumber/media informasi baik oleh sumber/media informasi

8
8

yang diberikan oleh lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga

lainnya. Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan

Mahmudah, Yaunin dan Lestari (2016). Hasil penelitian menyebutkan

bahwa adanyan hubungan bermakna antara paparan sumber informasi

dengan perilaku seksual pada remaja.

Dari penelitian ini dapat dianalisa, bahwa sikap positif remaja terhadap kesehatan reproduksi dap
3. Gambaran Tindakan Responden

Dari tabel 5. 6 dapat dilihat bahwa dari 69 jumlah responden di SMK N 4 Kota Padang dengan P

Sedangkan di SMK Nusatama dengan tidak ada PIK R sebagai sumber

informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah (lihat pada tabel 5.12)

dari 69 jumlah responden yang diteliti hampir setengah dari responden

(44,9%) dapat dikategorikan kurang baik untuk tindakan terhadap

kesehatan reproduksi.

8
8

Hasil analisis kuesioner tindakan di SLTA yang mengadakan

program PIK R yaitu SMK N 4 Kota Padang didapatkan data bahwa nilai

tindakan responden yang mengatakan pernah berpegangan tangan dengan

pacar atau teman lawan jenis yaitu sebanyak 65,2% responden, sedangkan

hasil analisis kuesioner tindakan di SLTA yang tidak mengadakan program

PIK R yaitu SMK Nusatama didapatkan data bahwa hampir seluruh

(91,3%) reponden mengatakan pernah berpegangan tangan dengan pacar

atau teman lawan jenis.

Dari data hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dua

sekolah ini terdapat perbedaan presentase tindakan responden, dimana

tindakan responden di sekolah yang mengadakan PIK R yaitu di SMK N 4

dapat dikategorikan lebih tinggi dari pada tindakan responden di sekolah

yang tidak mengadakan program PIK R yaitu SMK Nusatama.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari

(2015). Wulandari menyebutkan bahwa persentase responden yang

memanfaatkan PIK-R memiliki tindakan pencegahan PMS dan HIV/AIDS

baik lebih banyak sebesar 27,6% dibanding responden yang tidak

memanfaatkan PIK R.

Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan yang nyata di perlukan suatu kondisi yang memungkinkan

atau dengan kata lain diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas. Di

samping fasilitas juga diperlukan support atau faktor dukungan dari pihak

lain seperti keluarga dan lain-lain. Selain itu pengetahuan dan sikap

8
9

merukapan salah satu faktor predisposisi suatu tindakan atau perilaku

seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa pada SLTA

yang mengadakan program PIK R di sekolah, angka aktivitas seksual

berisiko remaja lebih kecil dari pada angka aktivitas seksual berisiko pada

remaja yang tidak memiliki sumber informasi kesehatan reproduksi seperti

PIK R di sekolahnya. Hal ini menunjukan dengan tersedianya fasilitas

seperti program PIK R sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi

bagi remaja di sekolah dapat meningkatkan kategori tindakan baik pada

remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Tindakan yang baik terhadap kesehatan reproduksi remaja juga

didukung oleh pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi dan

sikap positif yang dimiliki remaja terhadap kesehatan reproduksi. Oleh

karena itu sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja

sangat dibutuhkan untuk pencegahan perilaku seksual berisiko pada

remaja dalam upaya menurunkan angka penularan penyakit infeksi seksual

dikalangan remaja. Namun demikian, walaupun sumber informasi telah

ada seperti dengan adanya program PIK R di sekolah, fasilitas yang cukup

dan memadai juga dibutuhkan untuk menunjang terlaksananya kegiatan

pada setiap program dengan baik sehingga tercapainya tujuan dari program

secara maksimal.

9
9

B. Perbedaan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi di

SLTA yang Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program PIK R

1. Perbedaan Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 5. 7 dapat dilihat pada SMK N 4 Kota Padang

yang mengadakan program PIK R di sekolah rata-rata skor pengetahuan

responden lebih tinggi dari rata-rata skor pengetahuan responden di SMK

Nusatama yang tidak mengadakan program PIK R di sekolah. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan

kesehatan reproduksi responden yang mengadakan dan tidak mengadakan

program PIK R di sekolah dengan p value 0,000 (p < 0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatmawati (2012) mengenai perbandingan pengetahuan remaja terhadap

kesehatan reproduksi disekolah yang mengadakan dan tidak mengadakan

program edukasi kesehatan reproduksi Dunia RemajaKu Seru (DAKU).

Dari hasil analisis penelitian Fatmawati menunjukkan bahwa rata-rata skor

pengetahuan responden dari sekolah DAKU lebih besar dari rata-rata skor

responden dari sekolah non DAKU, artinya ada perbedaan tingkat

pengetahuan antara responden dari sekolah DAKU dengan responden dari

sekolah non DAKU.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpendidikan

9
9

rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal

saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisa, bahwa baik atau

kurangnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi erat

hubungannya dengan ketersedian sumber/media informasi. Hal ini

dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan pada SMK N 4 Kota

padang dengan program PIK R sebagai sumber/media informasi di sekolah

rata-rata responden memiliki pengetahuan yang cukup baik dibanding

dengan responden di SMK Nusatama yang tidak mengadakan program

PIK R di sekolah.

2. Perbedaan Sikap Responden

Berdasarkan tabel 5. 8 dapat dilihat pada SMK N 4 Kota Padang

yang mengadakan program PIK R di sekolah rata-rata skor sikap positif

responden lebih tinggi dari rata-rata skor sikap positif responden di SMK

Nusatama yang tidak mengadakan program PIK R di sekolah. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap

responden terhadap kesehatan reproduksi yang mengadakan dan tidak

mengadakan program PIK R di sekolah dengan p value 0,000 (p < 0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ningrum dan

Kurniawati (2014) yang menyatakan bahwa sikap remaja yang

memanfaatkan PIK R terhadap kesehatan reproduksi menjadi sikap positif

atau mendukung, dengan p value 0,002.

9
9

Menurut Notoatmodjo (2009) bahwa semakin banyaknya informasi

dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan

pengetahuan menimbulkan kesadaran dan akhirnya seseorang akan

bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting agar siswa

memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan

pengetahuan tentang perubahan secara fisik, kejiwaan dan kematangan

seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi

berbagai keadaan serta kebingungan yang ia alami.

Dari penelitian ini dapat dianalisa, bahwa positif atau negatifnya

sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan remaja dan sumber/media informasi kesehatan reproduksi

yang disediakan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil penelitian

pengetahuan dan sikap yang dimiliki antara remaja yang memiliki sumber

informasi/mengadakan PIK R di sekolahnya dan remaja yang tidak

memiliki atau tidak mengadakan program PIK R di sekolahnya, ditemukan

bahwa pada responden dengan tingkat pengetahuan yang lebih diikuti

dengan sikap responden yang positif terdapat pada remaja yang

mengadakan program PIK R di sekolahnya. Sedangkan pada sekolah yang

tidak mengadakan program PIK R sebaliknya.

9
9

3. Perbedaan Tindakan Responden

Berdasarkan tabel 5. 9 dapat dilihat pada SMK N 4 Kota Padang

yang mengadakan program PIK R di sekolah rata-rata skor tindakan

responden lebih tinggi dari rata-rata skor tindakan responden di SMK

Nusatama yang tidak mengadakan program PIK R di sekolah. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tindakan

responden terhadap kesehatan reproduksi yang mengadakan dan tidak

mengadakan program PIK R di sekolah dengan p value 0,000 (p < 0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kim (2008) di

Amerika yang menunjukkan bahwa remaja yang diberikan edukasi melalui

program edukasi teman sebaya dapat dikategorikan memiliki tindakan

yang lebih baik/positif daripada remaja yang tidak di beri edukasi.

Menurut Notoatmodjo (2007), setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau

pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan

seseorang tersebut melaksanakan atau mempraktikan apa yang

diketahuinya tersebut. Artinya bahwa setiap praktik/tindakan yang

dilakukan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang

terhadap suatu objek. Namun paparan sumber/media informasi juga dapat

mempengaruhi tindakan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dianalisa bahwa baik atau

kurangnya kategori tindakan remaja terhadap kesehatan reproduksi

dipengaruhi oleh faktor pendukung seperti ketersedian sumber informasi.

9
9

Selain itu, peningkatan pengetahuan dan sikap yang positif remaja

terhadap kesehatan reproduksi juga dapat mempengaruhi tindakan menjadi

positif. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan pada

responden yang mengadakan program PIK R sebagai sumber informasi

kesehatan reproduksi di sekolah bahwa rata-rata skor kategori tindakan

yang baik diikuti oleh rata-rata skor pengetahuan yang baik dan rata-rata

skor sikap yang positif.

Berbeda dengan responden yang tidak mengadakan program PIK R

di sekolah, rata-rata skor tindakan responden yang rendah, juga

dipengaruhi oleh rendahnya rata-rata skor pengetahuan dan sikap

responden. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan tindakan

remaja menjadi lebih baik dengan meningkatkan juga pengetahuan dan

sikap remaja sehingga dapat meningkatkan angka kesehatan reproduksi

pada remaja dalam upaya pencegahan perilaku seksual berisiko remaja.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat program-

program sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi seperti PIK R di

sekolah-sekolah.

BAB VII

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan

perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi di sekolah yang mengadakan

9
9

program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di Kota Padang, maka

dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Remaja di sekolah yang mengadakan program PIK R rata-rata remaja

berpengetahuan cukup baik (69,6%) terhadap kesehatan reproduksi.

Sedangkan pada remaja yang tidak mengadakan program PIK R di sekolah

rata-rata remaja memiliki pengetahuan kurang mengenai kesehatan

reproduksi (56,5%).

2. Hampir sebagian besar remaja di sekolah yang mengadakan program PIK

R memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi (73,9%).

Sedangkan pada remaja yang tidak mengadakan program PIK R di sekolah

lebih dari setengah remaja memiliki sikap negatif terhadap kesehatan

reproduksi (78,3%).

3. Untuk kategori tindakan pada remaja, tindakan remaja di sekolah yang

mengadakan program PIK R lebih dari setengah remaja dapat

dikategorikan cukup baik (62,3%). Sedangkan tindakan pada remaja yang

tidak mengadakan program PIK R di sekolah hampir setengah remaja

dapat dikategorikan kurang baik (44,9%).

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R dan tidak

9
9

mengadakan program PIK R di Kota Padang dengan p value 0,000 (p <

0,05).

5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R dan tidak

mengadakan program PIK R di Kota Padang dengan p value 0,000 (p <

0,05).

6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tindakan remaja terhadap

kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan program PIK R dan tidak

mengadakan program PIK R di Kota Padang dengan p value 0,000 (p <

0,05).

7. Dilihat dari masing-masing nilai p value pada domain pengetahuan, sikap

dan tindakan remaja dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku

remaja terhadap kesehatan reproduksi di SLTA yang mengadakan dan

tidak mengadakan program PIK R di Kota Padang.

B. Saran

1. Kepada Tenaga Pendidik dan Pengurus PIK R di SMK N 4 Kota

Padang

Diharapkan kepada kepala sekolah, guru-guru, penyedia sarana dan

prasarana di SMK N 4 Kota Padang agar lebih memfasilitasi kegiatan PIK R dan

membantu siswa dalam meningkatkan kinerja PIK R dalam upaya meningkatkan

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kesehatan reproduksi.

9
9

Diharapkan juga kepada pengerus PIK R agar lebih giat dan lebih aktif lagi dalam

mempromosikan seluruh program-program PIK R di sekolah kepada teman-teman

lainnya dan diharapkan juga agar dapat memberikan materi yang lebih kreatif agar

menarik minat siswa untuk ikut serta dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

dan program-program PIK R.

2. Kepada Tenaga Pendidik dan Pengurus PIK R di SMK Nusatama

Padang

Diharapkan kepala sekolah dan guru-guru di SMK Nusatama

Padang dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif seperti

dengan mengadakan PIK R disekolah dalam rangka menambah

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kesehatan reproduksi

untuk mencegah dan mengurangi perilaku seksual berisiko pada siswa di

SMK Nusatama.

3. Kepada Pemerintah atau Instansi Terkait

Diharapkan pemerintah kota Padang melalui Dinas Pendidikan , Dinas

Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) dapat mendata ulang sekolah-sekolah yang belum mengadakan

program PIK R dan memfasilitasi kembali sekolah-sekolah yang telah

mengadakan program PIK R maupun yang belum mengadakan sehingga dapat

meningkatkan mutu kinerja program PIK R di sekolah dalam rangka menambah

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kesehatan reproduksi untuk

9
1

mencegah atau mengurangi perilaku seksual berisiko serta untuk menekan angka

jumlah penularan HIV pada remaja.

4. Kepada Pelayanan Keperawatan

Diharapkan pelayanan keperawatan khususnya untuk keperawatan

komunitas agar lebih mendukung lagi kegiatan-kegiatan atau program-program

kesehatan untuk remaja disekolah-sekolah dengan ikut serta memfasilitasi

pemberian materi-materi mengenai kesehatan remaja terkhusus untuk materi

mengenai kesehatan reproduksi remaja.

5. Kepada Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian

lebih lanjut tentang hubungan peran konselor sebaya pada program PIK R dengan

pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja di SLTA Kota Padang,

Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, Muhammad, M.Ag. (2006). Psikologi Remaja Petunjuk bagi Guru


dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia.
Ali, Mohammad, Prof, Dr dan Asrori, Mohammad, Prof, Dr. (2010). Psikologi
remaja: Perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Averting HIV and AIDS. (2017). Hiv Stigma And Discrimination. Diakses dari
https://www.avert.org/professionals/hiv-social-issues/stigma-
discrimination.

10
1

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Laporan


Progress Update Data PIKRM Nasional. BKKBN. Diakses dari
http://aplikasi.bkkbn.go.id/pikrm/Report/LaporanProgresPIKRM.
aspx,.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Direktorat Remaja Dan


Perlindungan Hak-Hak Reproduksi (BKKBN). (2008). Kurikulum Dan
Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi Dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: BKKBN.
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan (Kemekes), dan ICF
International. (2013). Indonesia Demographic and Health Survey 2012.
Jakarta, Indonesia : BPS, BKKBN, Kemenkes and ICF International.
Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta :
EGC
Cleland, Jhon. Illustrative Questionnaire for Interviews-Surveys with Young
People. WHO. Diakses dari
www.who.int/reproductivehealth/topics/adolescence/questionn
aire.pdf

Dayakisni, T. & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Universitas Muhammadiyah:


Malang.

Deran, H.M. dan Budiati, T. (2013). Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Remaja yang Diberikan oleh Konselor Sebaya di SMAN 5 Bekasi. FIK
UI. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-
09/S47196-Hani%20Mahatva%20Deran.

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi & Pusdiklat Pegawai


dan Tenaga Program Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). (2012). Pedoman Pengelolaan Bina Keluarga Remaja
(BKR). Jakarta : BKKBN
Fanora, Nur Riediyan. (2011). Urgensi Pendidikan Seks dan Pendidikan Moral
Sejak Dini serta Implementasinya Dikalangan Masyarakat. Malang:
Sudi Press.
Fatmawati, Ima. (2012). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Yang Mendapat Program Daku Dan Yang Tidak Terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja Di Kota Singkawang Tahun 2012. Skripsi. FKM-UI.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2017.

10
1

Gerungan WA. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

GWLmuda. (2012). Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi


GWLmuda. Diakses dari http://www.gwl-ina.or.id/buku-kesehatan-
dan-hak-seksual-serta-reproduksi-remaja-gwl/

Harsenofa, Niken L. (2015). Penyalahgunaan Napza Pada Remaja. Diakses dari


http://www.kompasiana.com/fitrah/penyalahgunaan-napza-
pada-remaja_55114722a33311e542ba7ea6

Hikmat, H. (2015). Zero Perlakuan Diskriminatif Terhadap Orang Dengan Hiv-


Aids (Odha). Diakses dari
media.kemsos.go.id/images/930ARTIKEL_ODHA_Harry_Hik.pdf
Hurlock, Elizabeth B. (2012). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehid
International Centre for Research on Women (ICRW). (2012). .Diaksesdari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jaka
Kim, C. R., dan Free, C. (2008). Recent Evaluations of the Peer-Led Approach in Adolescent Sexu
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Mason-jones, A., Mathews, C., dan Flisher, A.J. (2011). Can Peer Education Make a Diffrence? Ev

Muadz, S. dan Fathonah (2008). Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan dan
pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR).
Jakarta: Direktorat remaja dan erlindungan hak-hak reproduksi,
BKKBN.
Mubarak. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengamatan Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ningrum, N., P. dan Kurniawati. (2014). Hubungan Sikap Terhadap Informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan Pemanfaatan Pusat

10
1

Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) pada Remaja di SMAN Wates.


Yogyakarta
Noer, Dwi. (2015). 62% Remaja SMP & SMA tidak Perawan, Cukupkah Sekedar
Ucapan Prihatin dari Kita?. Kompasiana. Diakses dari
http://www.google.co.id/amp/dwi_noer/62-remaja-smp-sma-
tidak-perawan-cukupkah-sekedar-ucapan-prihatin-dari-
kita_552a0fea17e61af52d623dc.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.
Nursal, Dien G.A. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Seksual Murid SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Andalas, hlm. 176-178
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
PATH, UNFPA. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan
Yang Bermakna. OutLook.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. (2005). Fundamental Keperawatan Vol.1.
Jakarta: EGC.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2010). Laporan Nasional 2010. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Prof, Dr. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Setiyaningrum, Erna. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Soetjiningsih, Prof, dr, SpA(K), IBCLC. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Sunyoto, D. dan Setiawan, Ari. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan
Parametrik, Non Parametrik, Validitas, dan Reliabilitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Suryani, Eko dan Hesti Widyasih. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya:
Yogyakarta.
Ucup. (2015). Pertumbuhan Remaja Indonesia 25 Persen dari Jumlah Penduduk.
Bareskrim. Diakses dari http://www.
bareskrim.com/2015/05/21/pertumbuhan-remaja-indonesia-25-persen-
dari-jumlah-penduduk/.

10
1

UNAIDS. (2015). On the Fast-Track to end AIDS by 2030: Focus on location and
population. Diakses dari
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/WAD2015
_report_en_part01.pdf.

Wawan, A., Dewi. M. (2011). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, K., M., Agustini, N., N., dan Tisna, G., D. (2014). Pengetahuan, Sikap
dan Aktivitas Remaja SMA dalam Kesehatan Reproduksi di Kecamatan
Buleleng. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 2 Alih bahasa
(Edisi 6). EGC: Jakarta.
Wulandari, S. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pencegahan
Penyakit Menular Seksual (PMS) Dan HIV/AIDS Dengan Pemanfaatan
Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) Pada Remaja SMKN Tandun
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal
Zhang, D., Bi, Y., Maddock, J.E., Li, S. (2010). Sexual and Reproductive Health
Knowlodge Among Female College Students in Wuhan, China. Asia-
Pacific Journal of Public Health, 22, 1.

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


Nama : Atika Diyanti
BP 1311311055

PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN
KONSELING (PIK R) DI KOTA PADANG

10
1

No Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni Ju


2017 2017 2017 2017 2017 2017 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Pengajuan judul penelitian
2 Acc judul penelitian
3 Penyusunan proposal penelitian
4 Persiapan seminar ujian proposal
5 Seminar ujian proposal
6 Perbaikan proposal penelitian
7 Pelaksanaan penelitian
8 Pengolahan dan analisa data
9 Penyusunan hasil penelitian
10 Ujian skripsi
11 Perbaikan hasil ujian skripsi
12 Penyusunan hasil penelitian dan pengadaan
skripsi

Lampiran 2

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul : Perbedaan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi Di


SLTA Yang Mengadakan Dan Tidak Mengadakan Program Pusat
Informasi Dan Konseling (PIK R) Di Kota Padang.

Peneliti : Atika Diyanti No.

BP : 1311311055

No Kegiatan Biaya
1 Biaya administrasi dan studi awal Rp. 100.000,-
2 Penyusunan proposal penelitian Rp 200.000,-
3 Penggandaan proposal instrument penelitian Rp 250.000,-
dan ujian proposal
4 Pelaksanaan penelitian Rp 500.000,-
5 Pengolahan data dan analisa data Rp 100.000,-
6 Penyusunan skripsi Rp 500.000,-
7 Perbaikan laporan setelah ujian skripsi Rp 250.000,-
8 Penyediaan skripsi Rp 500.000,-
9 Transportasi Rp 250.000,-
Jumlah Rp 2.650.000,-

10
106

106
109

Lampiran 7

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Saudara/i Responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Atika Diyanti
NO. BP 1311311055
Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas yang bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang
“Perbedaan Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi di SLTA yang
Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program Pusat Informasi Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Kota Padang” sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar sarjana keperawatan di institusi pendidikan
tersebut.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian apapun bagi responden.
Kerahasian informasi dan data yang diberikan akan dijaga dan akan hanya
dpergunakan untuk kepentingan penelitian. Jawaban yang akan Saudara/i berikan
akan sangat membantu dalam penelitian ini dan bila Saudara/i menyetujui, maka
saya mohon kesediaanya untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed
Consent) yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i menjadi responden penelitian ini, saya
ucapkan terimakasih.

109
1

Padang, Juni
2017
Peneliti,

Atika Diyanti
Lampiran 8

LEMBARAN PERSETUJUAN

(Informed Concent)

Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden


dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara :

Nama : Atika Diyanti

NIM : 1311311055

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan


Universitas Andalas dengan judul “Perbedaan Perilaku Remaja terhadap
Kesehatan Reproduksi di SLTA yang Mengadakan dan Tidak Mengadakan
Program Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-
KRR) di Kota Padang”.

Persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela dan tanpa paksaan dari
siapapun.

Padang, Juni
2017

Responden

11
1

(……………………
….)

Lampiran 9

KISI-KISI KUESIONER

1. Pengetahuan

No. Tujuan Variabel Aspek yang Jumlah Nomor


dinilai item
pertanyaa
n
1. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 1
pengetahuan terhadap remaja
remaja tentang pengertian mengenai
pengertian kesehatan pengertian
kesehatan reproduksi kesehatan
reproduksi reproduksi
2. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 2 2, 3
pengetahuan tanda-tanda remaja
remaja tentang pubertas mengenai
tanda-tanda tanda-tanda
pubertas pubertas
3. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 4
pengetahuan faktor-faktor remaja
remaja tentang biologis yang mengenai
faktor-faktor mempengaru faktor-faktor
biologis yang hi seksualitas biologis yang
mempengaruhi pada remaja mempengaruhi
seksualitas pada seksualitas
remaja pada remaja
4. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 5
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang organ-organ mengenai
organ-organ sistem organ-organ
sistem reproduksi reproduksi sistem

11
1

reproduksi
5. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 2 6, 7
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang perilaku mengenai
perilaku seksual seksual perilaku
seksual
6. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 8
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang HIV/AIDS mengenai
cara penularan HIV/AIDS
HIV/AIDS
7. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 9
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang pergaulan mengenai
akibat pergaulan bebas pergaulan
bebas bebas
8. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 10
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang penyakit mengenai
penyakit menular menular penyakit
seksual seksual menular
seksual
9. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 11
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang akibat lanjut mengenai
akibat lanjut penyakit akibat lanjut
penyakit menular menular penyakit
seksual seksual menular
seksual
10. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 12
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang pencegahan mengenai
pencegahan HIV/AIDS pencegahan
HIV/AIDS HIV/AIDS
11. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 2 13, 14
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang NAPZA mengenai
pengertian pengertian
NAPZA NAPZA
12. Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan 1 15
pengetahuan tentang remaja
remaja tentang pencegahan mengenai
pencegahan penyalahgun pencegahan
penyalahgunaan aan NAPZA penyalahgunaa
NAPZA n NAPZA

11
1

2. Sikap
No. Tujuan Variabel Aspek yang Jumla Nomor
dinilai h item
pertanyaa
n
1. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 4 1(-). 2(-),
remaja tentang pendidikan terhadap 3(+), 4(+)
pendidikan kesehatan kesehatan pendidikan
reproduksi reproduksi kesehatan
reproduksi
2. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 4 5(-), 6(-),
remaja tentang seksual seksual terhadap 7(+), 8(+)
pranikah pranikah seksual
pranikah
3. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 2 9(-), 10(-)
remaja tentang aborsi aborsi terhadap aborsi
4. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 1 11(-)
remaja tentang perilaku seks terhadap
perilaku seks berisiko berisiko perilaku seks
berisiko
5. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 1 12(-)
remaja tentang penyakit terhadap
penyakit menular menular seksual penyakit
seksual menular seksual
6. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 2 13(+),
remaja tentang pencegahan terhadap 14(-)
pencegahan penularan penularan pencegahan
HIV/AIDS HIV/AIDS penularan
HIV/AIDS
7. Mengetahui sikap Sikap terhadap Sikap remaja 1 15(+)
remaja tentang pencegahan terhadap
pencegahan penyalahgunaan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA penyalahgunaan
NAPZA NAPZA

3. Tindakan
No. Tujuan Variabel Aspek yang Jumla Nomor
dinilai h item
pertanyaa

11
1

n
1. Mengetahui tindakan Tindakan Tindakan 7 1(-). 2(-),
remaja berhubungan berhubungan remaja 3(-), 4(-),
dengan perilaku dengan perilaku berhubungan 5(-), 6(-),
seksual berisiko seksual berisiko dengan perilaku 7(-)
seksual berisiko
2. Mengetahui tindakan Tindakan Tindakan 2 8(-), 9(-)
remaja berhubungan berhubungan remaja
dengan perilaku risiko dengan perilaku berhubungan
penyalahgunaan risiko dengan perilaku
NAPZA penyalahgunaan risiko
NAPZA penyalahgunaan
NAPZA
3. Mengetahui tindakan Tindakan Tindakan 1 10(+)
remaja berhubungan berhubungan remaja
dengan kesehatan dengan berhubungan
reproduksi kesehatan dengan
reproduksi kesehatan
reproduksi

11
Lampiran 10

Kuesioner Penelitian

Perbedaan Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi di SLTA yang


Mengadakan dan Tidak Mengadakan Program Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK R) Di Kota Padang

Kode Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

A. Identitas Responden
1. Inisial :

2. Jenis Kelamin : 1. laki-laki 2. Peremepuan

3. Umur : tahun

4. Apakah saudara memiliki kebiasaan mencari berbagai informasi yang


berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
Ya (……)

Tidak (……)

5. Jika iya, dari mana saudara mendapatkan info kesehatan reproduksi


tersebut?
(……) PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)
(……) Guru
(……) Keluarga
(……) Petugas Kesehatan
(……) Internet
(……) Media Cetak (Majalah/Koran/Brosur/Buku)
(……) Media Elektronik (Televisi/Radio)
(……) Lain-lain ………………………..
(……) Tidak Ada

11
B. Pengetahuan
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling tepat dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban (a), (b), (c), atau (d)

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi …


a. Keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial, tidak hanya terbatas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi.
b. Kondisi sehat secara fisik saja dan bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berhubungan dengan reproduksi.
c. Ilmu yang mempelajari tentang seksualitas pada remaja
d. Sebuah ilmu yang mempelajai bagaimana berhubungan seks
dengan lawan jenis.
2. Peristiwa haid yang pertama dan terjadi pada masa pubertas seorang
wanita disebut …
a. Menstruasi
b. Menarche
c. Nifas
d. Pendarahan

3. Ciri-ciri masa pubertas pada remaja laki – laki adalah …

a. Membesarnya pinggul
b. Timbulnya jakun
c. Membesarnya alat kelamin

d. Tumbuhnya kumis

11
4. Salah satu faktor biologis yang dapat menyebabkan munculnya
keinginan seksual pada remaja adalah …

a. Kematangan fungsi hormon-hormon seksual.

b. Karena sering melihat video porno.

c. Karena sudah mengalami mimpi basah.

d. Karena ajakan teman yang memacu hormon adrenalin untuk


melakukan hubungan seksual.

5. Tempat perkembangan embrio menjadi janin disebut…

a. Rahim
b. Ovarium
c. Ovum
d. Vagina

6. Sebutan untuk perangsangan seksualiatas yang sengaja dilakukan pada


organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual
pada laki-laki disebut…

a. Nafsu birahi
b. Masturbasi
c. Libido
d. Onani
7. Apa yang dimaksud dengan aborsi?

a. Pengguguran kandungan secara tidak sehat


b. Pengeluaran janin dalam rahim atas persetujuan media
c. Pengguguran janin sebelum waktunya.
d. Pengguguran kanduangan yang tidak diinginkan.

8. Penularan penyakit seksual seperti HIV/AIDS disebabkan oleh…

11
a. Gonta-ganti pacar.
b. Penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang sama secara
bergantian
c. Gigitan nyamuk
d. Berteman dengan penderita HIV

9. Akibat dari pergaulan bebas pada remaja saat ini adalah …

a. Kehamilan yang tidak diinginkan.


b. Kematian.
c. Dikeluarkan dari sekolah.
d. Dijauhi teman.

10. Yang merupakan penyakit menular seksual adalah …

a. HIV/AIDS, sifilis dan Gonore


b. Sifilis, Thypoid dan HIV/AIDS
c. Gonore, HIV/AIDS dan Herpes
d. Raja singa, Gonore dan Herpes
11. Akibat lanjut dari orang yang menderita penyakit menular seksual
seperti HIV / AIDS adalah…

a. Radang saluran kencing.


b. Penurunan daya tahan tubuh secara terus – menerus sehingga dapat
menyebabkan kematian
c. keluar darah dan nanah dari kemaluan.
d. Bagi perempuan HIV/AIDS akibatnya tidak bisa hamil dan
melahirkan anak.

12. Salah satu cara menghindari penularan HIV/AIDS adalah…

a. Tidak berteman dengan ODHA


b. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual

11
c. Menjaga kesehatan tubuh agar sistem imun tidak menurun
d. Tidak berjabat tangan dengan sembarangan orang

13. Yang dimaksud dengan NAPZA adalah

a. Segala sesuatu yang dilarang penggunaannya karena merupakan


obat yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang tertentu.
b. Merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi gangguan
kesehatan dan kejiwaan seseorang yang mengkonsumsinya .
c. Obat-obatan yang pemakaiannya dilarang di Indonesia.
d. Obat-obatan yang sebenarnya boleh dikonsumsi.

14. Yang tidak termasuk NAPZA adalah ...

a. Narkotika
b. Psikotropika
c. Aditif
d. Adiktif
15. Salah satu pencegahan agar terhindar dari penyalahgunaan narkotika
ialah. ..
a. Tidak berteman dengan pemakai narkoba
b. Mengerti akan bahayanya Obat-obatan
c. Menjauhi stres
d. Membebaskan diri

12
C. Sikap
1. Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling tepat
2. Isilah dengan memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia
3. Keterangan SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


Remaja dianggap belum pantas untuk menerima
1. pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan
bersifat seksual.
Pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi
2. lebih baik diberikan kepada orang dewasa karena
bagi remaja adalah hal tabu.
3. Pendidikan seksual di sekolah sangat diperlukan.
Seharusnya pendidikan seks yang baik
4. menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan
seksual dan kesehatan reproduksi.
Seksual pranikah boleh dilakukan asalkan ada
5.
persetujuan antara kedua pasangan.
Berhubungan seks tidak akan menimbulkan
6.
kehamilan jika dilakukan hanya sekali saja.
Saya menolak berhubungan seks, meskipun
7.
pacar saya meninggalkan saya.
Seksual bebas bagi saya adalah hal yang paling
8. harus dihindari karena dapat menyebabkan
kehamilan yang tidak dikehendaki.
Aborsi boleh dilakukan yang penting ada
persetujuan dari pihak yang terlibat dan
9.
dilakukan secara diam-diam karena wanita
berhak atas tubuhnya sendiri.
Bahaya aborsi tidak penting diketahui oleh
10. remaja, karena dapat menyebabkan remaja takut
untuk memiliki anak dikemudian hari.
Dalam pacaran berciuman bibir saja tidak akan
11.
menimbulkan masalah.
Salah satu yang termasuk penyakit menular
12.
seksual adalah HIV/AIDS
13. Menggunakan kondom saat berhubungan seks

12
dapat mencegah penularan HIV/AIDS
Menurut saya ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
14. harus dijauhi karena dapat menularkan
HIV/AIDS bagi yang mendekatinya.
Tidak mengkonsumsi rokok untuk pencegahan
15.
ketertarikan pada NAPZA.

12
D. Tindakan
1. Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang pernah Anda lakukan.
2. Isilah dengan memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah saudara pernah punya pacar?
Apakah saudara pernah berpegangan tangan dengan
2.
lawan jenis atau pacar?
Saat berduan dengan pasangan/pacar untuk
mengungkapankan rasa kasih sayang atau karena
3. rasa ingin tahu saudara atau pacar saudara, apakah
saudara pernah mencium atau dicium
pasangan/pacar saudara?
Apakah saudara pernah merangsang/meraba (diraba)
4. bagian tubuh yang sensitif seperti sekitar payudara,
alat kelamin, paha dan sebagainya?
Apakah selama saudara pacaran pernah melakukan
5. hubungan seksual dengan pasangan lain jenis atau
sejenis?
Apakah saudara pernah melakukan oral seks dengan
6.
pasangan atau pacar saudara?
7. Apakah saudara pernah menonton film porno?
8. Apakah saudara pernah mencoba menghisap lem?
9. Apakah saudara pernah minum minuman keras?
Apakah anda pernah konsultasi masalah kesehatan
10. reproduksi yang saudari alami kepada guru atau
konselor sebaya di sekolah Saudara?

12
Lampiran 11

MASTER TABEL PERBEDAAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SLTA YANG MENGADAKAN DAN TIDAK
MENGADAKAN PROGRAM INFORMASI DAN KONSELING REMAJA (PIK R) DI KOTA PADANG

T (x/ T M T (x/ Ka K
Su Ka Ka
Ko Je P o 15* o ed o 10* te o
mb Pengetahuan teg Sikap teg Tindakan
de nis U I K t 100 t ia t 100 go d
er ) ori ori )
N m K O al al n al ri e
o Ke u Inf D K K
Res r E
la or 1 1 1 1 1 1 o 1 1 1 1 1 1 o 1
pon R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
mi ma 0 1 2 3 4 5 d 0 1 2 3 4 5 d 0
den
n si e e
A
PIK BAI POS BAI
1 A1 L 17 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 12 80 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 51 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 3
R K ITIF K
A
A
PIK BAI POS BAI
2 A2 L 17 D 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12 80 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 48 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 3
R K ITIF K
A
A CU NE CU
PIK
3 A3 L 17 D 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9 60 KU 2 3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 35 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
R
A P IF P
A CU CU
PIK POS
4 A4 L 14 D 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 10 67 KU 2 2 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 50 45 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
R ITIF
A P P
A NE
PIK BAI BAI
5 A5 L 17 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 12 80 3 2 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 42 45 GAT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 3
R K K
A IF
A KU NE CU
PIK
6 A6 L 17 D 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6 40 RA 1 4 3 1 3 4 2 1 3 2 4 3 1 3 4 1 39 45 GAT 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
R
A NG IF P
A
PIK BAI POS BAI
7 A7 P 17 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 87 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 4 2 4 49 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 3
R K ITIF K
A
A CU NE KU
PIK
8 A8 L 16 D 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 10 67 KU 2 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 45 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 30 RA 1
R
A P IF NG
A
PIK BAI POS BAI
9 A9 L 16 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 12 80 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 51 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
R K ITIF K
A
A
1 PIK BAI POS BAI
A10 L 16 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 12 80 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 51 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
0 R K ITIF K
A
A CU CU
1 PIK POS
A11 L 16 D 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 10 67 KU 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 52 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
1 R ITIF
A P P
A CU NE CU
1 PIK
A12 L 16 D 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 9 60 KU 2 2 1 1 2 3 4 4 4 4 3 3 3 1 1 4 40 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
2 R
A P IF P
A CU CU
1 PIK POS
A13 L 16 D 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 2 1 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 1 4 46 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
3 R ITIF
A P P
A CU CU
1 PIK POS
A14 L 17 D 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 9 60 KU 2 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 1 4 49 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A KU NE CU
1 PIK
A14 L 16 D 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 8 53 RA 1 2 3 1 4 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 3 39 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 70 KU 2
4 R
A NG IF P
A CU
1 PIK POS BAI
A16 L 16 D 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 10 67 KU 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 2 3 46 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
6 R ITIF K
A P
A CU NE CU
1 PIK
A17 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 9 60 KU 2 1 2 2 3 2 1 3 2 1 2 3 4 2 1 3 32 45 GAT 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
7 R
A P IF P
A CU
1 PIK BAI POS
A18 P 17 D 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 87 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 2 50 45 2 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 60 KU 2
8 R K ITIF
A P
A CU CU
1 PIK POS
A19 L 17 D 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 10 67 KU 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 1 3 47 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
9 R ITIF
A P P

12
A CU
2 PIK POS BAI
A20 P 16 D 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9 60 KU 2 2 3 1 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 2 4 46 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
0 R ITIF K
A P
A CU NE KU
2 PIK
A21 L 16 D 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 10 67 KU 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 38 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 20 RA 1
1 R
A P IF NG
A CU
2 PIK BAI POS
A22 L 17 D 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 3 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 50 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 6 60 KU 2
2 R K ITIF
A P
A KU NE CU
2 PIK
A23 L 18 D 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 8 53 RA 1 4 3 1 2 3 4 2 4 4 3 2 2 3 1 2 40 45 GAT 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
3 R
A NG IF P
A CU CU
2 PIK POS
A24 L 17 D 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 9 60 KU 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 49 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A KU NE
2 PIK BAI
A24 L 17 D 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 7 47 RA 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 4 3 3 4 43 45 GAT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
4 R K
A NG IF
A CU NE CU
2 PIK
A26 P 16 D 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 45 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
6 R
A P IF P
A CU NE KU
2 PIK
A27 L 16 D 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 10 67 KU 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 4 3 1 4 41 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5 50 RA 1
7 R
A P IF NG
A CU NE KU
2 PIK
A28 L 18 D 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 10 67 KU 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 36 45 GAT 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5 50 RA 1
8 R
A P IF NG
A CU NE KU
2 PIK
A29 L 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 11 73 KU 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 36 45 GAT 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 4 40 RA 1
9 R
A P IF NG
A CU
3 PIK POS BAI
A30 L 16 D 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 11 73 KU 2 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 1 4 4 50 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 3
0 R ITIF K
A P
A CU CU
3 PIK POS
A31 L 16 D 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 9 60 KU 2 4 1 4 1 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 49 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
1 R ITIF
A P P
A CU
3 PIK POS BAI
A32 L 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 10 67 KU 2 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 53 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
2 R ITIF K
A P
A CU
3 PIK POS BAI
A33 P 16 D 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10 67 KU 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 54 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
3 R ITIF K
A P
A CU
3 PIK BAI POS
A34 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12 80 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 54 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
4 R K ITIF
A P
A CU CU
3 PIK POS
A34 P 16 D 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 10 67 KU 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 56 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A CU CU
3 PIK POS
A36 P 16 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 11 73 KU 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 3 2 4 49 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
6 R ITIF
A P P
A CU
3 PIK BAI POS
A37 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 55 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
7 R K ITIF
A P
A NE CU
3 PIK BAI
A38 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93 3 1 4 3 4 1 1 2 3 2 4 3 0 4 4 0 36 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
8 R K
A IF P
A CU CU
3 PIK POS
A39 P 16 D 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 73 KU 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 50 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
9 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A40 P 16 D 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 10 67 KU 2 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 1 4 49 45 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 70 KU 2
0 R ITIF
A P P
A CU
4 PIK POS BAI
A41 P 18 D 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 11 73 KU 2 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 1 4 49 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
1 R ITIF K
A P
A CU
4 PIK BAI POS
A42 L 18 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 12 80 3 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 53 45 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
2 R K ITIF
A P
A CU
4 PIK POS BAI
A43 P 18 D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 56 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
3 R ITIF K
A P
A CU CU
4 PIK POS
A44 P 17 D 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 10 67 KU 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 54 45 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A44 P 17 D 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 10 67 KU 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 0 3 51 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A46 P 17 D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 11 73 KU 2 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 50 45 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
6 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A47 P 17 D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 9 60 KU 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 48 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
7 R ITIF
A P P
A CU
4 PIK POS BAI
A48 L 16 D 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 10 67 KU 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 4 55 45 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
8 R ITIF K
A P

12
A KU CU
4 PIK POS
A49 L 16 D 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 53 RA 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 57 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
9 R ITIF
A NG P
A CU CU
4 PIK POS
A40 L 16 D 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 10 67 KU 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 51 45 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
0 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A41 P 16 D 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 10 67 KU 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 57 45 2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
1 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A42 L 16 D 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 10 67 KU 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 53 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
2 R ITIF
A P P
A CU CU
4 PIK POS
A43 L 16 D 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 9 60 KU 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 51 45 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
3 R ITIF
A P P
A CU
4 PIK BAI POS
A44 P 16 D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12 80 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 0 49 45 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 70 KU 2
4 R K ITIF
A P
A
4 PIK BAI POS BAI
A44 P 16 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 93 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 54 45 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 3
4 R K ITIF K
A
A CU
4 PIK BAI POS
A46 P 16 D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12 80 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 57 45 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
6 R K ITIF
A P
A CU NE CU
4 PIK
A47 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 11 73 KU 2 2 3 1 3 2 3 3 4 4 4 2 2 4 4 3 44 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
7 R
A P IF P
A CU
4 PIK POS BAI
A48 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 4 50 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 3
8 R ITIF K
A P
A CU CU
4 PIK POS
A49 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 9 60 KU 2 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 48 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 6 60 KU 2
9 R ITIF
A P P
A CU CU
6 PIK POS
A60 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 9 60 KU 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 2 3 2 4 49 45 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
0 R ITIF
A P P
A CU NE KU
6 PIK
A61 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 9 60 KU 2 1 4 4 4 4 1 4 1 1 4 1 1 4 1 1 36 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5 50 RA 1
1 R
A P IF NG
A CU
6 PIK POS BAI
A62 P 16 D 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 67 KU 2 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 4 2 3 2 4 49 45 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
2 R ITIF K
A P
A CU CU
6 PIK POS
A63 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 10 67 KU 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 55 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
3 R ITIF
A P P
A CU CU
6 PIK POS
A64 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 4 3 1 1 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 49 45 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
4 R ITIF
A P P
A CU NE KU
6 PIK
A64 L 16 D 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 10 67 KU 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 3 4 4 2 4 3 44 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 4 40 RA 1
4 R
A P IF NG
A CU CU
6 PIK POS
A66 P 16 D 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 67 KU 2 2 2 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 1 4 4 47 45 2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 60 KU 2
6 R ITIF
A P P
A CU CU
6 PIK POS
A67 P 16 D 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10 67 KU 2 1 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 2 4 2 4 48 45 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
7 R ITIF
A P P
A CU
6 PIK BAI POS
A68 P 16 D 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 53 45 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
8 R K ITIF
A P
A CU
6 PIK POS BAI
A69 P 16 D 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 73 KU 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 55 45 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 3
9 R ITIF K
A P
TI
D
A KU NE KU
7
B1 L 16 TA K 2 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 7 47 RA 1 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 43 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
0
A NG IF NG
D
A
TI
D
A KU NE KU
7
B2 P 16 TA K 2 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 8 53 RA 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 43 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5 50 RA 1
1
A NG IF NG
D
A
TI
D
A CU CU
7 POS
B3 P 16 TA K 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 9 60 KU 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 53 45 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70 KU 2
2 ITIF
A P P
D
A
7 B4 P 15 TA TI 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 9 60 CU 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 52 45 POS 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 CU 2
3 D KU ITIF KU
A P P
K

12
A
D
A
TI
D
A KU CU
7 POS
B5 P 15 TA K 2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 8 53 RA 1 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 51 45 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
4 ITIF
A NG P
D
A
TI
D
A KU NE KU
7 INT
B6 P 16 K 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 8 53 RA 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 3 1 2 2 1 3 31 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 40 RA 1
5 RNT
A NG IF NG
D
A
TI
D
A KU NE KU
7
B7 P 16 TA K 2 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 7 47 RA 1 4 4 2 3 2 2 1 3 2 3 1 2 2 1 4 36 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 RA 1
6
A NG IF NG
D
A
TI
D
A KU NE KU
7
B8 P 16 TA K 2 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 7 47 RA 1 1 1 2 3 2 2 4 3 3 3 3 4 1 1 2 35 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 20 RA 1
7
A NG IF NG
D
A
TI
D
A CU NE CU
7
B9 P 16 TA K 2 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10 67 KU 2 3 3 1 2 4 4 4 4 3 3 4 3 1 2 4 45 45 GAT 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
8
A P IF P
D
A
TI
D
A CU
7 INT POS BAI
B10 P 15 K 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10 67 KU 2 3 3 1 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 1 4 46 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
9 RNT ITIF K
A P
D
A
TI
D
A KU NE CU
8
B11 P 16 TA K 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 8 53 RA 1 3 3 1 2 4 4 1 3 3 3 4 3 1 2 4 41 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
0
A NG IF P
D
A
TI
D
A CU
8 INT POS BAI
B12 P 16 K 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 9 60 KU 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 4 48 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 3
1 RNT ITIF K
A P
D
A
TI
D
A CU
8 POS BAI
B13 P 16 TA K 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 60 KU 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 47 45 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 3
2 ITIF K
A P
D
A
TI
D
A CU NE KU
8
B14 P 16 TA K 2 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9 60 KU 2 1 3 4 3 2 4 4 3 2 1 4 4 3 3 4 45 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
3
A P IF NG
D
A
TI
D
A CU NE KU
8 INT
B15 P 16 K 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 3 3 2 2 4 3 4 4 3 3 3 4 2 1 3 44 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
4 RNT
A P IF NG
D
A
TI
D
A CU NE KU
8 INT
B16 P 16 K 2 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 9 60 KU 2 3 3 1 3 1 2 2 4 4 3 3 4 2 1 2 38 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
5 RNT
A P IF NG
D
A
8 B17 L 16 MC TI 2 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 10 67 CU 2 1 1 3 3 2 4 4 4 3 2 1 4 4 1 4 41 45 NE 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20 KU 1
6 D KU GAT RA

12
A
K
A P IF NG
D
A
TI
D
A CU NE CU
8 INT
B18 L 17 K 2 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 10 67 KU 2 2 1 3 4 1 3 1 4 4 4 4 4 3 2 4 44 45 GAT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
7 RNT
A P IF P
D
A
TI
D
A CU NE KU
8
B19 L 16 TA K 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11 73 KU 2 3 4 3 3 1 4 4 3 3 4 1 4 2 2 3 44 45 GAT 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 20 RA 1
8
A P IF NG
D
A
TI
D
A KU NE CU
8
B20 P 17 KLG K 2 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5 33 RA 1 2 3 2 3 1 1 4 4 1 1 1 4 4 1 4 36 45 GAT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
9
A NG IF P
D
A
TI
D
A CU CU
9 INT POS
B21 P 16 K 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 67 KU 2 3 4 2 3 2 4 1 4 4 4 4 3 3 1 4 46 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
0 RNT ITIF
A P P
D
A
TI
D
A CU
9 INT BAI POS
B22 P 16 K 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 87 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 51 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
1 RNT K ITIF
A P
D
A
TI
D
A
9 INT BAI POS BAI
B23 P 16 K 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 87 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 50 45 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 3
2 RNT K ITIF K
A
D
A
TI
D
A CU
9 BAI POS
B24 P 16 TA K 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 87 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 52 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
3 K ITIF
A P
D
A
TI
D
A KU
9 POS BAI
B25 L 18 TA K 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 5 33 RA 1 2 2 3 3 2 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 47 45 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 3
4 ITIF K
A NG
D
A
TI
D
A KU NE CU
9
B26 L 16 TA K 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 47 RA 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 2 36 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
5
A NG IF P
D
A
TI
D
A KU NE CU
9
B27 L 16 TA K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 7 47 RA 1 3 1 3 1 2 3 3 1 2 2 1 2 1 2 2 29 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
6
A NG IF P
D
A
TI
D
A CU NE KU
9
B28 L 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 9 60 KU 2 1 3 2 2 1 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 33 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 40 RA 1
7
A P IF NG
D
A
TI
D
A KU NE KU
9
B29 P 16 TA K 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 8 53 RA 1 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 1 3 3 37 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 RA 1
8
A NG IF NG
D
A

12
TI
D
A CU NE KU
9
B30 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 37 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 20 RA 1
9
A P IF NG
D
A
TI
D
1 A CU NE KU
0 B31 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 9 60 KU 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 1 2 3 37 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
0 A P IF NG
D
A
TI
D
1 A CU NE KU
0 B32 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 3 33 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5 50 RA 1
1 A P IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
0 B33 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 8 53 RA 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 37 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
2 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
0 B34 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 10 67 KU 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 0 2 3 0 19 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 60 KU 2
3 A P IF P
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
0 B35 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 7 47 RA 1 1 1 3 2 1 2 3 3 3 2 1 3 1 3 3 32 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 5 50 RA 1
4 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
0 B36 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 8 53 RA 1 2 1 2 2 2 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 33 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
5 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
0 B37 P 16 TA K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 8 53 RA 1 2 1 2 2 2 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 33 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20 RA 1
6 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
0 B38 L 16 TA K 2 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 6 40 RA 1 1 1 2 1 3 3 3 2 2 2 1 2 1 3 3 30 45 GAT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
7 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
0 B39 L 15 TA K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 6 40 RA 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 39 45 GAT 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 20 RA 1
8 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
0 B40 L 15 TA K 2 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 20 RA 1 2 2 1 3 3 3 3 3 2 1 1 3 1 1 1 30 45 GAT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
9 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
1 B41 L 15 TA K 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 2 2 1 3 3 3 3 3 2 1 1 3 1 0 1 29 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
0 A P IF P
D
A
1 B42 L 15 TA TI 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 8 53 KU 1 1 1 3 1 2 3 3 3 2 3 1 3 1 1 3 31 45 NE 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 40 KU 1
1 D RA GAT RA
1 A NG IF NG
K
A

12
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
1 B43 L 17 TA K 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 8 53 RA 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 37 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 RA 1
2 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
1 B44 L 17 TA K 2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 40 RA 1 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 1 3 36 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 20 RA 1
3 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
1 B45 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 11 73 KU 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2 1 3 3 37 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
4 A P IF P
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
1 B46 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 53 RA 1 1 1 3 3 3 2 3 2 3 2 2 1 2 1 3 32 45 GAT 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 40 RA 1
5 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
1 B47 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 47 RA 1 1 2 3 3 4 3 3 3 4 4 1 4 1 3 4 43 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 RA 1
6 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
1 B48 P 16 TA K 2 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 40 RA 1 1 1 4 4 4 3 4 3 4 4 1 4 1 4 3 45 45 GAT 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 20 RA 1
7 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU
INT POS BAI
1 B49 P 16 K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 7 47 RA 1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 3 46 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
RNT ITIF K
8 A NG
D
A
TI
D
1 A KU
INT POS BAI
1 B50 P 16 K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 6 40 RA 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 50 45 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 3
RNT ITIF K
9 A NG
D
A
TI
D
1 A KU CU
INT POS
2 B51 P 16 K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 47 RA 1 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 53 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
RNT ITIF
0 A NG P
D
A
TI
D
1 A CU
POS BAI
2 B52 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 10 67 KU 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 0 49 45 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 3
ITIF K
1 A P
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
2 B53 L 16 TA K 2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 40 RA 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 3 1 3 3 37 45 GAT 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 5 50 RA 1
2 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
2 B54 L 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 7 47 RA 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 1 2 2 32 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 5 50 RA 1
3 A NG IF NG
D
A
1 B55 L 16 TA TI 2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 40 KU 1 1 1 3 3 1 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 29 45 NE 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 60 CU 2
2 D RA GAT KU
4 A NG IF P

13
K
A
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
2 B56 L 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 7 47 RA 1 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 37 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
5 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
2 B57 L 17 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 8 53 RA 1 1 3 2 2 1 2 2 3 3 1 1 3 2 1 3 30 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20 RA 1
6 A NG IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
2 B58 L 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 8 53 RA 1 1 1 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 1 1 3 29 45 GAT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
7 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE KU
2 B59 L 15 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 9 60 KU 2 2 1 3 3 0 2 2 3 1 3 1 3 1 3 3 31 45 GAT 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 20 RA 1
8 A P IF NG
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
2 B60 L 15 TA K 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 8 53 RA 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 39 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 70 KU 2
9 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
3 B61 P 15 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 10 67 KU 2 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 1 3 1 3 0 33 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
0 A P IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
3 B62 P 16 TA K 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 11 73 KU 2 2 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 1 3 0 31 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
1 A P IF P
D
A
TI
D
1 A NE CU
BAI
3 B63 P 16 TA K 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 80 3 2 1 2 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2 2 26 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
K
2 A IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
3 B64 P 16 TA K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 9 60 KU 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 1 2 3 35 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 KU 2
3 A P IF P
D
A
TI
D
1 A CU NE CU
3 B65 P 16 TA K 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10 67 KU 2 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 3 1 2 3 34 45 GAT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 KU 2
4 A P IF P
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
3 B66 P 16 TA K 2 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5 33 RA 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 2 2 1 22 45 GAT 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 60 KU 2
5 A NG IF P
D
A
TI
D
1 A KU NE CU
3 B67 P 16 TA K 2 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 20 RA 1 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 1 1 3 34 45 GAT 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 60 KU 2
6 A NG IF P
D
A
1 B68 P 16 TA TI 2 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 47 KU 1 1 1 3 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 3 35 45 NE 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 BAI 3

13
D
A
3 K RA GAT
K
7 A NG IF
D
A
TI
D
1 A KU NE KU
3 B69 P 16 TA K 2 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 40 RA 1 2 2 1 3 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 3 25 45 GAT 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 40 RA 1
8 A NG IF NG
D
A

Keterangan :
Pengetahuan : Sikap: Tindakan :
1. Kurang : jika skor < 56% Negatif : jika skor < nilai median 1. Kurang : jika skor < 56%
2. Cukup : jika skor 56-75% Positif : jika skor > nilai median 2. Cukup : jika skor 56-75%
3. Baik : jika skor 76-100% 3. Baik : jika skor 76-100%

1
Lampiran 12

HASIL UJI STATISTIK

VALIDITAS

PENGETAHUAN
Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p_total


Pearson Correlation 1 -.034 -.034 .473** .212 .199 .199 .073 .473** .199 .186 .199 .199 .073 .473** .376*
p1 Sig. (2-tailed) .856 .856 .008 .260 .293 .293 .702 .008 .293 .326 .293 .293 .702 .008 .041
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.034 1 -.034 .473 **
.212 .199 .199 .073 .473 **
.199 .186 .199 .199 .073 .473 **
.376*
p2 Sig. (2-tailed) .856 .856 .008 .260 .293 .293 .702 .008 .293 .326 .293 .293 .702 .008 .041
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.034 -.034 1 .473** .212 .199 .199 .073 .473** .199 .186 .199 .199 .073 .473** .376*
p3 Sig. (2-tailed) .856 .856 .008 .260 .293 .293 .702 .008 .293 .326 .293 .293 .702 .008 .041
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .473 **
.473 **
.473 **
1 .251 .223 .223 .154 .712 **
.223 .196 .223 .223 .154 .712 **
.530**
p4 Sig. (2-tailed) .008 .008 .008 .182 .237 .237 .417 .000 .237 .299 .237 .237 .417 .000 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .212 .212 .212 .251 1 .935** .396* .145 .251 .396* .336 .396* .935** .145 .251 .717**
p5 Sig. (2-tailed) .260 .260 .260 .182 .000 .031 .444 .182 .031 .069 .031 .000 .444 .182 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .199 .199 .199 .223 .935 **
1 .330 .170 .223 .330 .267 .330 1.000 **
.170 .223 .686**
p6 Sig. (2-tailed) .293 .293 .293 .237 .000 .075 .368 .237 .075 .153 .075 .000 .368 .237 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

1
Pearson Correlation
.199 .199 .199 .223 .396* .330 1 .367* .223 1.000** .935** 1.000
**
.330 .367* .223 .830**
Sig. (2-tailed) .075 .046
p7 .293 .293 .293 .237 .031 .237 .000 .000 .000 .075 .046 .237 .000
30 30
N
30 30 30 30 30 .170 30 1 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .368 .367*
.073 .073 .073 .154 .145 -.135 .367* .196 .367 *
.170 1.000 **
-.135 .424*
30 .046
Sig. (2-tailed)
p8 .702 .702 .702 .417 .444 .223 30 .478 .046 .299 .046 .368 .000 .478 .020
N .237 .223
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 .237
Pearson Correlation -.135
.473** .473** .473 **
.712 **
.251 .330 30 1 .223 .392 * .223 .223 -.135 1.000** .530**
.478
Sig. (2-tailed) .075 1.000**
p9 .008 .008 .008 .000 .182 30 .237 .032 .237 .237 .478 .000 .003
30 .000
N .367*
30 30 30 30 30 .267 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.046
Pearson Correlation .153 .935**
.199 .199 .199 .223 .396* 30 .223 1 .935** 1.000
**
.330 .367 *
.223 .830**
30 .000
Sig. (2-tailed) .196
p10 .293 .293 .293 .237 .031 .330 30 .237 .000 .000 .075 .046 .237 .000
.299
N .075 1.000**
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 .000
Pearson Correlation .367*
.186 .186 .186 .196 .336 1.000** 30
.046 .392 *
.935 **
1 .935** .267 .196 .392* .783**
Sig. (2-tailed) .000 .330
p11 .326 .326 .326 .299 .069 30 .032 .000 .000 .153 .299 .032 .000
30 .075
N .170
30 30 .170 30 30 30 30 30 30
30 30 30 .368 30 30 30
Pearson Correlation .368 .367*
.199 .199 .199 .223 .396* 30 .223 1.000** .935** 1 .330 .367 *
.223 .830**
30 .046
Sig. (2-tailed) 1.000**
p12 .293 .293 .223 30 .075 .046 .237 .000
.293 .237 .031 .000 .237 .000 .000
N .237 .223
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 .237
Pearson Correlation -.135
.199 .199 .686** 30 .330 1 .170 .223 .686**
.199 .223 .935 **
.478 .223 .330 .267
Sig. (2-tailed) .830**
p13 .293 .293 .293 .237 .000 30 .237 .075 .153 .075 .368 .237 .000
N .424*
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
.073 .073 .073 .154 .145 -.135 .367 *
.196 .367* .170 1 -.135 .424*
Sig. (2-tailed)
p14 .702 .702 .702 .417 .444 .478 .046 .299 .046 .368 .478 .020
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
.473**
.473 **
.473** .712** .251 1.000** .223 .392* .223 .223 -.135 1 .530**
Sig. (2-tailed)
p15 .008 .008 .008 .000 .182 .000 .237 .032 .237 .237 .478 .003
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p_total Pearson Correlation
.376* .376* .376* .530** .717** .530** .830** .783** .830** .686** .424* .530** 1

13
Sig. (2-tailed) .041 .041 .041 .003 .000 .000 .000 .020 .003 .000 .000 .000 .000 .020 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
SIKAP
2.
Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 s15 s_total
Pearson
Correlation 1 .608 **
.018 .184 .366 *
.362 *
.294 -.167 .133 .237 .141 .144 .295 .211 -.075 .458*
s1 Sig. (2-tailed) .000 .925 .331 .046 .049 .115 .377 .484 .206 .456 .449 .114 .263 .695 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation .608 **
1 .109 .113 .251 .213 .307 .333 .123 .255 .208 .457 *
.301 .075 .044 .545**
s2 Sig. (2-tailed) .000 .565 .553 .181 .259 .098 .073 .516 .174 .270 .011 .106 .693 .818 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation .018 .109 1 .238 .432* .509** .617** .204 .261 .449* -.027 .390* .121 .068 .537** .550**
s3 Sig. (2-tailed) .925 .565 .205 .017 .004 .000 .280 .164 .013 .885 .033 .524 .721 .002 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation .184 .113 .238 1 .391 *
.197 .228 .315 .946 **
.147 .289 .192 .409 *
.468 **
.043 .595**
s4 Sig. (2-tailed) .331 .553 .205 .032 .296 .225 .090 .000 .440 .121 .311 .025 .009 .823 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
Correlation .366 *
.251 .432 *
.391 *
1 .670 **
.597 **
.299 .506 **
.532 **
.152 .306 .232 .716 **
.250 .768**
s5 Sig. (2-tailed) .046 .181 .017 .032 .000 .000 .109 .004 .002 .424 .100 .218 .000 .183 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
s6 Pearson .362* .213 .509** .197 .670 **
1 .872** .175 .233 .860** .083 .550** .071 .439* .472** .751**
Correlation

13
Sig. (2-tailed) .049 .259 .004 .296 .000 .000 .356 .215 .000 .661 .002 .711 .015 .009 .000
N 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.597** 1 .277
Pearson .872**
.294 .307 .000 .138
-.081 .579
**
.617** .228 .000 .220 .872** .000 .277 .618** .754**
Correlation 30 30
s7 30
Sig. (2-tailed) .115 .098 .000 .225 .299 1 .243 .000 .670 .001 1.000 .138 .000 .000
.175
N .109
30 30 30 30 .356 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30
Pearson 30 .277
-.167 .333 .506**
.228 .581** .596 .321 .159 .106 .551**
**
Correlation .204 .315 .233 .138 .368*
.004
s8 .215 30
Sig. (2- .377 .073 .280 .090 30 .045 .226 .001 .001 .084 .402 .578 .002
30 .220
tailed) .532**
30 30 30 30 .860** .243 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.002
N .000 30 .368*
.133 .123 30
Pearson .261 .946** .152
30 .872** .045 1 .132 .261 .224 .410* .484** .025 .616**
s9 Correlation .083 .000 30
.484 .516 .164 .000 .424 .487 .164 .235 .024 .007 .895 .000
.661 30 .228
Sig. (2-tailed) 30
30 30 30 30 30 -.081 .226 30 30 30 30 30 30 30 30
N .306
.550** .670 30
.237 .255 .100
.019 .471 .000 .333 .472** .665**
**
Pearson .449* .147 .002 30 .581** .132 1
30
s1 Correlation 30 .579** .001
.206 .174 .013 .440 .232 .487 .920 .009 1.000 .072 .009 .000
0 Sig. (2-tailed) .071 .001 30
.218
30 30 30 30 .711 30 .596** 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30
30 .000 .001
Pearson .141 .208 -.027 .289 1.000 30 .261 .019 1 .359 .519** .193 -.269 .386*
Correlation 30 .321
.456 .270 .885 .121 .164 .920 .051 .003 .308 .151 .035
s11 Sig. (2- .084
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

N .144 .457* .390* .192 .224 .471** .359 1 .160 .057 .286 .676**
Pearson .449 .011 .399 .765 .125 .000
Correlation .033 .311 .235 .009 .051
s1
2 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Sig. (2-tailed)
N .295 .301 .121 .409* .410* .000 .519** .160 1 .053 -.044 .435*
Pearson .114 .106
Correlation .524 .025 .024 1.000 .003 .399 .779 .819 .016

s1 Sig. (2-tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
3
N

13
Pearson
.211 .075 .068 .468** .716** .439* .277 .159 .484** .333 .193 .057 .053 1 .040 .523**
Correlation
s14 Sig. (2-tailed) .263 .693 .721 .009 .000 .015 .138 .402 .007 .072 .308 .765 .779 .832 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
-.075 .044 .537 **
.043 .250 .472 **
.618 **
.106 .025 .472 **
-.269 .286 -.044 .040 1 .399*
Correlation
s15 Sig. (2-tailed) .695 .818 .002 .823 .183 .009 .000 .578 .895 .009 .151 .125 .819 .832 .029
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
s_total .458 *
.545 **
.550 **
.595 **
.768 **
.751 **
.754 **
.551 **
.616 **
.665 **
.386 *
.676 **
.435*
.523 **
.399*
1
Correlation
Sig. (2-tailed) .011 .002 .002 .001 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .035 .000 .016 .003 .029
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. TINDAKAN
Correlations
t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 t_total
Pearson Correlation 1 .398* .361* .361* .102 .184 .315 .147 .276 .627** .751**
t1 Sig. (2-tailed) .029 .050 .050 .590 .331 .090 .437 .140 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .398* 1 .347 .347 .141 .023 .138 .203 .208 .398* .655**
t2 Sig. (2-tailed) .029 .060 .060 .456 .904 .466 .281 .271 .029 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .361* .347 1 .206 .284 .267 .327 .117 .218 .017 .607**
t3 Sig. (2-tailed) .050 .060 .274 .129 .154 .077 .539 .247 .928 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .361* .347 .206 1 .284 .267 -.036 .117 .218 .361* .607**
t4 Sig. (2-tailed) .050 .060 .274 .129 .154 .849 .539 .247 .050 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
t5 Pearson Correlation .102 .141 .284 .284 1 .557** .093 -.050 -.093 .102 .361*

13
Sig. (2-tailed) .590 .456 .129 .129 .001 .626 .795 .626 .590 .050
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .184 .023 .267 .267 .557** 1 .167 -.089 .111 -.079 .380*
t6 Sig. (2-tailed) .331 .904 .154 .154 .001 .379 .640 .559 .679 .038
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .315 .138 .327 -.036 .093 .167 1 .134 .250 -.079 .434*
t7 Sig. (2-tailed) .090 .466 .077 .849 .626 .379 .481 .183 .679 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .147 .203 .117 .117 -.050 -.089 .134 1 .535** .147 .391*
t8 Sig. (2-tailed) .437 .281 .539 .539 .795 .640 .481 .002 .437 .033
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .276 .208 .218 .218 -.093 .111 .250 .535** 1 .079 .531**
t9 Sig. (2-tailed) .140 .271 .247 .247 .626 .559 .183 .002 .679 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .627** .398* .017 .361* .102 -.079 -.079 .147 .079 1 .523**
t10 Sig. (2-tailed) .000 .029 .928 .050 .590 .679 .679 .437 .679 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .751** .655** .607** .607** .361* .380* .434* .391* .531** .523** 1
t_total Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .050 .038 .017 .033 .003 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

13
B. REABILITAS

1. PENGETAHUAN

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
.883 .875 15

2. SIKAP

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
.846 .859 15

TINDAKAN
3.
Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
.720 .715 10

13
4. Karakteristik responden di SMKN 4 Kota Padang

a. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent b.
L 34 49.3 49.3 49.3 b.
Valid P 35 50.7 50.7 100.0
b.
Tota 69 100.0 100.0
l b.
Berdasarkan karakteristik umur

umur

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

14 1 1.4 1.4 1.4


16 47 68.1 68.1 69.6

Valid 17 16 23.2 23.2 92.8

18 5 7.2 7.2 100.0


Total 69 100.0 100.0

c. Berdasarkan karekteristik sumber informasi

Sumber_informasi

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid PIK R 69 100.0 100.0 100.0

13
5. Karakteristik responden di SMK Nusatama

a. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin


jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

L 27 39.1 39.1 39.1


Valid P 42 60.9 60.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

b. Berdasarkan karekteristik umur

umur

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

15 10 14.5 14.5 14.5


16 53 76.8 76.8 91.3

Valid 17 5 7.2 7.2 98.6

18 1 1.4 1.4 100.0


Total 69 100.0 100.0

c. Berdasarkan karekteristik sumber informasi

sumber_informasi

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

INTERNET 12 17.4 17.4 17.4


KELUARGA 1 1.4 1.4 18.8

Valid MEDIA CETAK 1 1.4 1.4 20.3

TIDAK ADA 55 79.7 79.7 100.0


Total 69 100.0 100.0

14
ANALISIS UNIVARIAT

A. PENGETAHUAN

4. Distribusi frekuensi nilai pengetahuan responden di SMKN 4 Kota Padang


PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

BAIK 16 23.2 23.2 23.2


CUKUP 48 69.6 69.6 92.8
Valid
KURANG 5 7.2 7.2 100.0
Total 69 100.0 100.0

5. Distribusi frekuensi nilai pengetahuan responden di SMK Nusatama

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

BAIK 4 5.8 5.8 5.8


CUKUP 26 37.7 37.7 43.5
Valid
KURANG 39 56.5 56.5 100.0
Total 69 100.0 100.0

B. SIKAP
1. Distribusi frekuensi nilai sikap responden di SMKN 4 Kota Padang
SIKAP

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

NEGATIF 18 26.1 26.1 26.1


Valid POSITIF 51 73.9 73.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

14
2. Distribusi frekuensi nilai sikap responden di SMK Nusatama
SIKAP

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

NEGATIF 54 78.3 78.3 78.3


Valid POSITIF 15 21.7 21.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

C. TINDAKAN
1. Distribusi frekuensi nilai tindakan responden di SMKN 4 Kota Padang
TINDAKAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

BAIK 19 27.5 27.5 27.5


CUKUP 43 62.3 62.3 89.9
Valid
KURANG 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0

2. Distribusi frekuensi nilai tindakan responden di SMK Nusatama


TINDAKAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

BAIK 9 13.0 13.0 13.0


CUKUP 29 42.0 42.0 55.1
Valid
KURANG 31 44.9 44.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

14
ANALISIS BIVARIAT

4. PENGETAHUAN

Ranks

PIK_R N Mean Sum of


Rank Ranks

1 69 88.12 6080.50
kategori_pengetahuan 2 69 50.88 3510.50
Total 138

Test Statisticsa

kategori_pengetahuan

Mann-Whitney U 1095.500
Wilcoxon W 3510.500
Z -6.078
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)

a. Grouping Variable: PIK_R

5. SIKAP
Ranks

PIK_R N Mean Sum of


Rank Ranks

1 69 87.50 6037.50
kategori_pengetahuan 2 69 51.50 3553.50
Total 138

Test Statisticsa
kategori_pe ngetahuan

Mann-Whitney U 1138.500
Wilcoxon W 3553.500
Z -6.113
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)

a. Grouping Variable: PIK_R

6. Tindakan

14
Ranks

PIK N Mean Sum of


_R Rank Ranks
1 69 82.69 5705.50
kategori_pengetahua 2 69 56.31 3885.50
n Tota
138
l

Test Statisticsa
P1
kategori_
Frequen cy Percent Valid Percent Cumulative Percent
pe
ngetahu
7 an
10.1 10.1
0 10.1
62 89.9 89.9
1 100.0
V alidMann-Whitney U 69 100.0
1470.500 100.0
Total
Wilcoxon W 3885.500
tailed)
a. Grouping Variable: PIK_R

Frekuensi nilai pertanyaan kuesioner pengetahuan

1. SMK N 4 Kota Padang


P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 10 14.5 14.5 14.5


Valid 1 59 85.5 85.5 100.0
Total 69 100.0 100.0

P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 3 4.3 4.3 4.3


Valid 1 66 95.7 95.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 18 26.1 26.1 26.1


Valid 1 51 73.9 73.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

14
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 24 34.8 34.8 34.8


Valid 1 45 65.2 65.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 30 43.5 43.5 43.5
Valid 1 39 56.5 56.5 100.0
Total 69 100.0 100.0

P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 21 30.4 30.4 30.4


Valid 1 48 69.6 69.6 100.0
Total 69 100.0 100.0

P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 35 50.7 50.7 50.7


Valid 1 34 49.3 49.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 14 20.3 20.3 20.3


Valid 1 55 79.7 79.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 38 55.1 55.1 55.1


Valid 1 31 44.9 44.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 22 31.9 31.9 31.9


Valid 1 47 68.1 68.1 100.0
Total 69 100.0 100.0

P12

14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 30 43.5 43.5 43.5


Valid 1 39 56.5 56.5 100.0
Total 69 100.0 100.0

P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 13 18.8 18.8 18.8


Valid 1 56 81.2 81.2 100.0
Total 69 100.0 100.0

P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 32 46.4 46.4 46.4


Valid 1 37 53.6 53.6 100.0
Total 69 100.0 100.0

P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 18 26.1 26.1 26.1


Valid 1 51 73.9 73.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

2. SMK NUSATAMA

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 14 20.3 20.3 20.3


Valid 1 55 79.7 79.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 20 29.0 29.0 29.0


Valid 1 49 71.0 71.0 100.0
Total 69 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 8 11.6 11.6 11.6


1 61 88.4 88.4 100.0

14
100.0 100.0
Total 69
P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 14 20.3 20.3 20.3


Valid 1 55 79.7 79.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 41 59.4 59.4 59.4


Valid 1 28 40.6 40.6 100.0
Total 69 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


0 47 68.1 68.1 68.1
Valid 1 22 31.9 31.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 35 50.7 50.7 50.7


Valid 1 34 49.3 49.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 46 66.7 66.7 66.7


Valid 1 23 33.3 33.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 20 29.0 29.0 29.0


Valid 1 49 71.0 71.0 100.0
Total 69 100.0 100.0

P10

14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 39 56.5 56.5 56.5


1 30 43.5 43.5 100.0
Total 69 100.0 100.0

P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 34 49.3 49.3 49.3


Valid 1 35 50.7 50.7 100.0
Total 69 100.0 100.0

P12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 55 79.7 79.7 79.7


Valid 1 14 20.3 20.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 28 40.6 40.6 40.6


Valid 1 41 59.4 59.4 100.0
Total 69 100.0 100.0

P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 45 65.2 65.2 65.2


Valid 1 24 34.8 34.8 100.0
Total 69 100.0 100.0

P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 16 23.2 23.2 23.2


Valid 1 53 76.8 76.8 100.0
Total 69 100.0 100.0

14
Lampiran 13

CURICULUM VITAE

Nama : Atika Diyanti

Tempat/Tgllahir : Lubuk Sikaping, 24 Mei 1995

Agama : Islam

Negeri Asal : Pasaman

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Yustardi, SH

Nama Ibu : Desyanti, S.Pd

Alamat : Jl. Abdul Latif, Lubuk Sikaping,

Pasaman Riwayat Pendidikan :

a. SDN 05 Pauh Lubuk Sikaping tahun 2001-2007

b. MTsN Lubuk Sikaping tahun 2007-2010

c. SMAN 1 Lubuk Sikaping tahun 2011-2013

d. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang 2013–sekarang

Anda mungkin juga menyukai