Keperawatan Jiwa
Oleh :
ROZI HAMDANI
13103084105036
Keperawatan Jiwa
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang
Oleh :
ROZI HAMDANI
13103084105036
ROZI HAMDANI
ABSTRAK
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta (24,3%), diikuti oleh Nanggro Aceh Darussalam (18,5%), sedangkan Sumatera Barat
sendiri merupakan peringkat ketiga dari 34 provinsi di Indonesia yakni sebanyak 17,7% dari
5.617.977 jiwa penduduk Sumatera Barat Survey awal yang di lakukan pada hari Kamis 19
Januari 2017 di Puskesmas Sicincin, hasil wawancara peneliti dengan petugas Puskesmas di
peroleh informasi bahwa ada 34 orang mengalami gangguan jiwa.Dengan kriteria umur dan
jenis kelamin serta diagnosa yang berbeda. Diagnosa tersebut diantaranya: ansietas, depresi,
psikosa, skizofrenia, dan epilepsy. Salah satu untuk mencegah kekambuhan adalah
melakukan pengobatan secara rutin. Pengobatan yang dimaksud pada penelitian ini adalah
kepatuhan penderita minum obat secara rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik dengan desain pendekatan corelation study, kemudian data diolah dengan
menggunakan uji Chi Square.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34orang responden.Hasil
uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan adanya Hubungan
Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sicincin dalam mengatasi tingkat
kekambuhan penderita gangguan jiwa dimasa yang akan datang dengan cara patuh meminum
obat.
ROZI HAMDANI
ABSTRACT
The prevalence of the highest mental disorder in Indonesia is found in the Provinces of the
Special Capital Region of Jakarta (24.3%), followed by Nanggro Aceh Darussalam (18.5%),
while West Sumatra is the third of 34 provinces in Indonesia at 17.7 % of 5,617,977 people in
West Sumatera The initial survey was conducted on Thursday, January 19, 2017 at Sicincin
Community Health Center, the results of interviews with health center staff in the information
obtained that there are 34 people with mental disorders. Dengan age and sex criteria and
diagnosis different. Diagnosis include: anxiety, depression, psychosis,
schizophrenia,andepilepsy.
This research used descriptive analytic study designs Correlation approach, then the data is
processed by using Chi Square. The sample in this study were 34 respondents. Statistical test
results obtained p value = 0.000 (p <α) we can conclude their relationship Drinking Drug
Compliance Clients With Mental Disorder Recurrence In PuskesmasSicincin Year 2017.
Suggestions in this study is the result of this research can be used as input for health centers
Sicincin in overcoming the recurrence rate of patients with future mental disorders by way of
dutifully taking medicine.
Identitas diri
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak ke : 2 (Dua)
Ayah : MARDHANI
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : JEMIATI
Pekerjaan : Wiraswasta
Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
terselesaikan. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
Padang Tahun 2017 dengan judul penelitian Hubungan Kepatuhan Minum Obat
Selama penulisan proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang
telah member arahan dan masukan yang membangun, demi terselesainya penulisan
proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :
2. Ibu Yaslina, M.Kep. Ns Sp. Kep Kom. Selaku Ka. Prodi Ilmu Keperawatan
3. Ibu Isna Ovari S.Kp M.Kep selaku Pembimbung I yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ibu Ns. Yuli Permata Sari, M.Kep
selaku Pembimbung II yang juga telah meluangkan waktu dan pikiran dalam
memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
4. Yang teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tersayang yang telah
5. Kepada Saudara Riki Firmadani, Salman Alfaresi, M. Afdal dan saudari Vivi
Andani. Berkat dukungan, motivasi dan bantuan saudara, saya menjadi kuat
sarjana.
Peneliti
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................... 6
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ........................................... 6
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian ................................................ 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Gangguan Jiwa .............................................................................. 8
2.1.1Pengertian Gangguan Jiwa ............................................. 8
2.1.2Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa........................ 9
2.1.3Jenis Dan Tipe Gangguan Jiwa ...................................... 11
2.1.4 Perjalanan Penyakit Gangguan Jiwa ............................. 12
2.1.5Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa ................................. 14
2.1.6Jenis Gangguan Jiwa ...................................................... 16
2.1.7Penatalaksanaan Gangguan Jiwa .................................... 17
2.2 Kekambuhan Ganguan Jiwa ......................................................... 18
2.2.1Defenisi Kekambuhan Gangguan Jiwa .......................... 18
2.2.2Penyebab Kekambuhan .................................................. 19
2.3 Kepatuhan Obat ............................................................................ 19
2.3.1Defenisi Kepatuhan Obat ............................................... 19
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kepatuhan .......... 22
2.3.3 Prinsip Pedoman Terapi Farmakologi ........................... 24
2.3.4 Penatalaksanaan Obat Gangguan Jiwa .......................... 26
2.4Kerangka Teori .............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
No Judul Hal
PENDAHULUAN
kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat serius di dunia, namun banyak
masyarakat yang tidak mengetahui apa itu gangguan jiwa secara jelas.
Gangguan jiwa itu sendiri merupakan sindrom atau perilaku yang secara klinis
yang tidak sehat sangat menunjang terjadinya gangguan jiwa, walupun secara
individu akan mewarnai sikap, kebiasaan dari sifatnya di kemudian hari. Hidup
manusia mulai dari bayi hingga lansia dan pada keadaan tertentu dapat
itu tidak lepas dari yang namanya fungsi sosial dan kultural.Kebudayaan secara
teknis adalah idea atau tingkah laku yang terlihat maupun yang tidak
2012).
akan menimbulkan beban fikiran yang sangat berat. Banyak dari mereka yang
tidak mampu mengendalikan diri, hanya berdiam tanpa mau bergaul dengan
orang lain, bahkan ada juga yang merusak alat rumah tangga dan lingkungan
penyebab dari gangguan jiwa. Untuk saat ini gangguan jiwa merupakan
kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius. Jumlah
7.324.782.225 jiwa dan 450 juta jiwa diantara nya mengalami gangguan jiwa,
Menurut Riset Kesehatan Dasar Prevalasi gangguan jiwa pada tahun 2015
mencapai 14,1% dari 255 juta jiwa penduduk Indonesia, usia gangguan jiwa ini
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti oleh Nanggro Aceh
ketiga dari 34 provinsi di Indonesia yakni sebanyak 17,7% dari 5.617.977 jiwa
tertinggi jumlah penderita gangguan jiwa berat. Disusul Padang Pariaman dan
Mentawai. Secara umum di Sumatera Barat, dari kondisi yang telah dilaporkan
dan tempat pengobatan masih terbatas. (Padang Haluan, Jumat 10 Januari 2014)
yang dimaksud pada penelitian ini adalah kepatuhan penderita minum obat
setidaknya waktu remisi penderita lebih lama dan gejala berulang terjadinya
kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan cara patuh minum obat, akan
tetapi sebagian besar penderita gangguan jiwa memiliki perilaku tidak patuh
minum obat, hal ini dikarenakan dosis obat yang diberikan, cara pemberian dan
untuk selalu mengkonsumsi obat bisa juga, sehingga pasien memiliki tambahan
kriteria umur dan jenis kelamin serta diagnosa yang berbeda. Diagnosa tersebut
yang didapat dari salah satu keluarga penderita gangguan tersebut terkait dalam
minum obat penderita dengan metode wawancara adalah penderita tidak patuh
dalam minum obat dikarenakan malas, dan keluarga mempunyai inisiatif untuk
penderita tersebut.Dan hasil observasi yang peneliti lihat dari salah satu
tersebut merasa tenang dan tidak ada mengalami tanda dan gejala gangguan
jiwa. Penderita tersebut mengalami tingkat kekambuhan yang berbeda,
dukungan keluarga terhadap penderita, serta sulitnya biaya untuk menebus obat
ke Puskesmas terdekat.
Tahun 2017”
Tahun 2017.
gangguan jiwa. Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh
TINJAUAN PUSTAKA
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses piker. Kadang-
kekuatan dari luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan
eleh efek yang tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan
mempengaruhi pikran dan perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak
gangguan jiwa adalah sinrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna
umum gangguan fungsi jiwa yang dialami oleh seorang indvidu dapat rerlihat
sehari-hari.
a. Faktor biologis
Infeksi virus
Nerofisiologi(Yosep, 2008)
c. Factor – factor psikologik
Interaksi ibu – anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
Peran ayah
Inteligensi
salah
Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri lawan peran yang tidak
menentu
Kestablan keluarga
Tingkat ekonomi
Tipe paranoid
Tipe ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada suatu atau lebih
waham atau halusianai dengar atau tidak ada perilaku spesifik lain yang
Tipe hebefrenik
Ditandai oleh regresi yang nyata pada perilaku premitif dan tidak
Tipe katat
onik
Ciri klasik pada tipe ini terlihat dengan adanya gangguan nyata
ketat karena dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan
sendiri.(Ibrahim, 2011)
masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengan dengan melalui
secara karakteristik gangguan jiwa dimulai pada masa remaja diikuti dengan
berupa gejala somatic, misalnya nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, serta
penyesuaian sebelumnya.
7. Gangguan komunikasi
(Ibrahim, 2011)
2.1.5 Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
1. Gangguan Kognitif
Perhatian
Ingatan
Asosiasi
Pertimbangan
Pikiran
Kesadaran
2. Gangguan Perhatian
3. Gangguan Ingatan
Proses mental yang dengannya ada suatu perasaan kesan, atau gambaran
5. Gangguan Pertimbangan
6. Gangguan Pikiran
7. Gangguan Kesadaran
8. Gangguan Kemauan
(Videbeck, 2008)
a) Skizofrenia
ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan terbanyak pada usia 15-35 tahun.
manusia.
b) Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa ppada alam perasaan,
c) Cemas
1. Clozapine
Kadar puncak dalam plasma dapat dicapai dalam satu sampai empat jam
paruh antara 10-16 jam (rata-rata 12 jam).Kadar stabil dicapai dalam 3-4
2. Risperidone
diberikan dalam dosis oral sekali sehari jika pasien berada dalam kondisi
merugikan.
Terapi elektrokonvulsif
Psikososial
Obat anti psikotik saja tidak efektif jika tidak digabung dengan
bangsal RS.
Terapi kelompok
pasien dengan sikap isolasi social juga berguna untuk menambah uji
realita.
Terapi keluarga
Dengan terapi ini dapat mengurangi angka relaps dan diberikan untuk
pengalamannya.
Psikoterapi suportif
(Ibrahim, 2011)
2.2 Kekambuhan Ganguan Jiwa
Laraia, 2005)
pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni
semakin berkembang nya ilmu pengetahuan maka semakin banyak juga yang
zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang
dari obat obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut.Efeknya
mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak
peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan
gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tettapi
dapat disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan
pengobatan yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang
pasien dapat berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses
Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala
anak- anak dimulai pada dosis minimal, pada pasien lanjut usia diawali
pada diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada
saat pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini
suatu gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu
terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,
kepatuhan adalah :
akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat
kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui
dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan
berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut
yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program
c) Dosis obat sering kali disesuaikan sampai dosis yang terendah yang
efektif untuk klien. Kadang kala dosis yang lebih tinggi diperlukan
untuk menstabilkan gejala target klien dan dosis yang lebih rendah dapat
d) Sesuai aturan, individu lansia memerlukan dosis obat yang lebih rendah
sementara), kambuhnya gejala semula, atau putus obat (gejala baru yang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
samping obat.Efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki
penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari factor pasien dan
faktor obat.
a. Ansiolitik
medica tablet 0.5 mg, 1 mg. alviz tablet 0.5 mg, 1 mg, (aalprazolam).
c. Antidepresan
tidak diinginkan. Oleh sebab itu perawat harus mewaspadai obat masuk
Obesitas
b. Obat anti depresan :
Efek megantuk
Mulut kering
Efek mengatuk
Masalah-masalah memori
Gambar 2.1
Gangguan Jiwa
Kekambuhan
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Faktor Farmakologis
Kepatuhan
Penyakit Kekambuhan
Terkontrol Meningkat
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel independen adalah variabel
bebas, sedangkan variable dependen adalah variable terikat yang dapat dipengaruhi oleh
independent adalah kepatuhan minum obat, dan yang menjadi variabel dependent adalah
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarah kepada pengukuran atau pengamatan
(Notoadmojo, 2012).
Tabel 3.1
Depenisi Operasional
Defenisi Alat
Variabel Cara ukur Skala ukur Hasil ukur
operasional ukur
Independent
3.3 Hipotesis
Didalam pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan
ini adalah :
METODE PENILAIAN
Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah Deskriptif Analisis yaitu : meneliti
hubungan antara dua variabel atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan
klien gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin tahun 2017. Menggunakan
tercatat penderita gangguan jiwa lebih banyak dibandingkan dengan wilayah kerja
Puskesmas lain yang berada di Kabupaten Padang Pariaman dan peneliti menemukan
adanya masalah yang berhubungan dengan kepatuhan klien minum obat dan
kekambuhan penyakitnya.
Kesehatan untuk pengambilan data awal dan pembuatan proposal pada bulan Januari
2017, direcanakan pengambilan data pada bulan Maret 2017, penyusunan laporan
4.3.1 Populasi
penelitian ini adalah semua penderita gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas
sicincin yang berjumlah 34 orang penderita gangguan jiwa. (Sumber : Informasi dari
4.3.2 Sampel
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009). Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah semua penduduk yang memiliki gangguan jiwa yang berjumlah
sebanyak 34 orang dengan teknik total sampling. Yang menjadi reponden atau yang
c. Klien gangguan jiwa yang tidak sedang dirawat di rumah sakit jiwa.
yang ada (Notoatmodjo, 2012). Penderita ganguan jiwa yang berada di wilayah kerja
Pukesmas Sicincin berjumlah 34 orang, dengan anggota keluarga yang akan menjadi
mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun dengan baik, dimana
mengukur kepatuhan minum obat yang terdiri dari nomor responden, hari/tanggal
kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidaknya.
Tujuanya untuk meyakinkan peneliti, kalau kuesioner yang disusun oleh peneliti bisa
perintis Padang, setelah itu peneliti meminta izin ke KESBANGPOL, setelah itu
peneliti meminta izin ke Dinas Kesehatan, setelah itu peneliti mengajukan surat
menemui penanggung jawab pasien gangguan jiwa, setelah itu peneliti mengontrak
waktu kepada penanggung jawab pasien gangguan jiwa untuk menemani peneliti
sampai tanggal 23 Juli tahun 2017,dalam satu hari peneliti hanya meneliti sebanyak
5 orang.
gangguan jiwa dibagikan kepada responden dan setelah kuesioner selesai diisi
a. Editing
data dan sebaliknya dilakukan dilapangan agar data yang salah atau
b. Coding
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
kode “1”, bila jarang dilaksanakan diberi kode “2”, bila kadang-kadang
dilaksanakan diberi kode “3” dan bila selalu dilaksanakan diberi kode
“1”, bila tidak setuju diberi kode “2”, bila satuju diberi kode “3” dan bila
kolerasi.
d. Prosesing
Square test.
e. Scoring
mean/median.
p=
n= jumlah responden
statistic Ho diterima.
Dimana :
= chi square
O = hasil observasi
penelitian kependidikan, mulai dari perizinan dari Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang, kemudian peneliti menghubungi bagian
umum Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Padang Pariaman, setelah itu
bagian tata usaha Puskesmas Sicincin untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah
lembar permohonan kepada calon responden yang memenuhi criteria insklusi untuk
menjadi responden dengan member penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian ini. Tujuan dari informed concent adalah supaya subjek penelitian
mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian. Setelah dilakukan penelitian
persetujuan).
responden tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau
Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang telah
Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Alat pengumpul data yang digunakan dengan
Puskesmas Sicincin Tahun 2017, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Klien Gangguan Jiwa
diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017
Kepatuhan Minum
Frekuensi Persentase (%)
Obat
Patuh 18 52,9
Tidak patuh 16 47,1
Total 34 100
obat.
5.2.2 Kekambuhan KlienGangguan Jiwa
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kekambuhan KlienGangguan Jiwa
diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017
Kekambuhan
Frekuensi Persentase (%)
Penyakit
Tidak Kambuh 19 55,9
Kambuh 15 44,1
Total 34 100
Tabel 5.3
Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien
Gangguan Jiwa
diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017
Kekambuhan Klien
Gangguan Jiwa
Kepatuhan Total p value OR
Tidak
Kambuh
Kambuh
Patuh 17 94,4% 1 5,6% 18 100%
0,000 0,008
Tidak patuh 2 12,5% 14 87,5% 16 100%
Total 19 19 15 44,1% 34 100%
penyakit tidak kambuh. Hasil uji statistik nilai p value = 0,000 (p<α),
5.4 Pembahasan
5.4.1 Univariat
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh 18 orang
zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang
dari obat obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut.Efeknya
mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak
mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat oleh obat.Hal ini
Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari peranan
penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan prevalensi
kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak akan dirawat lagi dirumah sakit
disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan pengobatan
yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien
berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun waktu 1-2 tahun. ( E-
Jurnal Wulansari)
Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala
Selain itu (Ibrahim 2011) juga mengatakan kepatuhan obat juga dilihat pada
diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada saat
pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini mecakup
gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu harus
terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,
Menurut asumsi peneliti kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa
tidak lepas dari peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh
akan dirawat lagi dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di
harian. Sehingga seseorang yang patuh dalam minum obat akan menjadikan
seseorang tersebut lebih baik dari sebelumnya. Pada penelitian ini terdapat
responden tidak patuh minum obat ini semua dibuktikan dengan responden
pertanyaan nomor 16 yaitu klien minum obat secara teratur karena dibantu
adanya pemberian label pada setiap kemasan obat. Responden yang menjawab
tidak pernah pertanyaan nomor 18 yaitu klien tidak diberi tahu kapan
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh 19 orang
skizofrenia yang berobat jalan di poli klinik jiwa RS Manado. Dan 67 (76,3%)
luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan eleh efek yang
tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan kemampuan intelektual
perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak masuk akal atau aneh. (
Ibrahim 2011).
pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni
Menurut asumsi peneliti kekambuhan pada pasien gangguan jiwa, ini semua
diakibatkan oleh tidak patuhnya pasien gangguan jiwa dalam minum obat,
jiwa dapat dibuktikan dari responden menjawab sangat setuju dari pertanyaan
pulang dari rumah sakit jiwa. Responden menjawab sangat setuju dari
5.2.1 Bivariat
kambuh, dan 2 (12,5%) responden tidak kambuh. Hasil uji statistik diperoleh
skozofrenia di poli klinik RSJ DIY.Didapatkan hasil uji statistik 0,000 maka
dapat disimpulkan ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan tingkat
pasien yang mengalami gangguan jiwa poli rawat jalan RSJD Surakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh souza tahun 2013, tentang bipolar
of lithium carbonate.
zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang
mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak
mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat oleh obat.Hal ini
Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari peranan
penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan prevalensi
kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak akan dirawat lagi dirumah sakit
disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan pengobatan
yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien
berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun waktu 1-2 tahun. ( E-
Jurnal Wulansari)
Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala
anak- anak dimulai pada dosis minimal, pada pasien lanjut usia diawali
Selain itu (Ibrahim 2011) juga mengatakan kepatuhan obat juga dilihat pada
diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada saat
pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini mecakup
gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu harus
terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,
luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan eleh efek yang
tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan kemampuan intelektual
perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak masuk akal atau aneh. (
Ibrahim 2011).
pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni
Menurut asumsi peneliti kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa
tidak lepas dari peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh
pada pengobatan prevalensi kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak
akan dirawat lagi dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di
gejala yang sebelumnya terjadi seperti banyak bicara, gangguan prilaku dan
muncul pada saat awal gangguan jiwa. Semakin patuh seseorang dalam
meminum obat maka semakin kurang kekambuhan gangguan jiwa dan akan
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan:
6.1.1 Hasil penelitian ditunjukkan bahwa lebih dari separoh (52,9%) responden
6.1.2 Hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa lebih dari separoh (55,9%)
6.2 Saran
Tahun 2017.
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas
Ireine Kaunang. 2015. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015
http://download.portalgaruda.org
Junaidi iskandar. 2014. Cara Mengetahui Penyimpangan Jiwa Dan Perilaku Tidak
Normal Lainya. Yogyakarta
Kaunang irene, kanine Asrom, kallo vanri. Hubungan kepatuhan minum obat dengan
prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di
poliklinik jiwa rumah sakit prof. Dr. Iratumbuysang manado [online 2015]:
volume 2 nomor 2. Dari http://gtgtgy7h8h8hgtfrdry7h.pdf
Keliat Budi Ana, Akemat, Helena Novi, Hurhaeni Heni. 2015. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas, Jakarta: EGC
Kusuma Farida, Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Souza, 2013, Bipolar Disordier And Medicaton: Adrence, Patients Knowledge And
Serum Monitoring Of Lithium Carbonate.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner
yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang
memenuhi kriteria penelitian.
kuesioner terdiri dari tiga bagian :
Bagian 1. kuesioner Data Demografi ( KDD )
Bagian 2. kuesioner untuk variable independen (kepatuhan obat).
Bagian 3. kuesioner untuk variable dependent (kekambuhan penderita gangguan jiwa)
Tanggal : Kode :
1. Data penderita
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur :
Alamat :
Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang
disediakan. Semua pernyataan di isi dengan satu jawaban.
Keterangan: Tidak Pernah / TP : tidak pernah dilakukan sama sekali
setiap hari
Jarang / JR : biasa dilakukan 6 hari sekali
Kadang-Kadang / KK : biasa dilakukan 3 hari sekali
Selalu / S : dilakukan secara rutin atau setiap hari
Sumber : Brainly.co.id, 2016
No Pertanyaan TP JR KK S
Klien meminum obat secara teratur tanpa di ingatkan
1.
oleh keluarga
Klien meminum obat sesuai dengan dosis yang di
2. berikan dari puskesmas
Klien tidak menghentikan obat yang dikonsumsi
3. sebelum waktunya
KlIen mengetahui jadwal minum obat secara
4. mandiri
5. Klien merasa jenuh atau bosan minum obat
6. Keluarga mengingatkan klien dalam minum obat.
Keluarga mendampingi klien saat control
7.
kePuskesmas
Keluarga diberi informasi secara detail tentang
8.
cara minum obat
Keluarga mengajak klien untuk melakukan control
9.
ulang
Dukungan keluarga terhadap pengobatan klien
10.
sangat besar
Ketidakpatuhan minum obat pada klien karena
11. kurangnya pengawasan dirumah
Alat transportasi umum yang digunakan untuk
12.
mengunjungi Puskesmas tidak lancar
Klien tidak patuh mengkonsumsi obatnya karena
13. tidak mengerti instruksi penggunaan obat
14. Klien malas kotrol karena keluarga tidak
mempunyai kendaraan
Kesembuhan klien tidak diharapkan oleh
15.
keluarga klien
Klien minum obat secara teratur karena dibantu
16. adanya pemberian label pada setiap kemasan obat
Penjelasan yang diberikan tentang cara minum
17. obat,efek samping obat, dan jadwal control tidak
mudah dipahami
Klien tidak diberi tahu kapan responden kontrol
18.
kembali
Klien / keluarga klien tidak menebus resep obatnya
19. karena harga obat terlalu mahal
No Pertanyaan STS TS S SS
Klen mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan
1.
setelah pulang dari rumah sakit jiwa
Klien sering mengalami perlakuan yang tidak
2.
menyenangkan dalam pekerjaan
Perhatian keluarga klien dalam proses kesembuhan
3.
klien sangat tinggi
Perhatian dari keluarga kurang dalam mengatasi
4.
kekambuhan
klien merasa instruksi yang diberikan terlalu
5. banyak sehingga klien tidak mampu mengingatnya
dengan baik
Klien selalu tidak tahu jika tanda-tanda kesadaran klien
6.
meningkat atau mengalami kekambuhan
klien tidak paham dengan penjelasan dari
7. pelayanan kesehatan karena menggunakan kata
tidak dimengerti
8. Keluarga menganggap penyakit klien memalukan.
Klien tidak menuruti instruksi yang diberikan
9. karena sikap dari pelayanan kesehatan yang tidak
sopan
Klien malas kontrol ulang ke rumah sakit karena
10. saya jenuh menunggu antrian berobat di
Puskesmas
Keluarga tidak paham mengenai penyakit yang
11. diderita karena pendidikan yang rendah