Anda di halaman 1dari 150

`

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG DAHLIA RUMAH
SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DINO SAPUTRA
NIM : 143110210

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
`

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG DAHLIA RUMAH
SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada
Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

Oleh :

DINO SAPUTRA
NIM : 143110210

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dino Saputra

NIM : 143110210

Tempat/tanggal lahir : Lubuk Basung/ 31 Agustus 1996

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah


Orang tua
: Ayah : Jhonni Aries

Ibu : Samsi Fitri


Alamat : Pasar Durian, Manggopoh, Kecamatan Lubuk
Basung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Tahun
TK Pertiwi 2001 - 2002
SD Negeri 18 Balai Satu 2002 – 2008
SMP Negeri 2 Lubuk Basung 2008 - 2011
SMA Negeri 2 Lubuk Basung 2011 - 2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014 - 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
Judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
Tahun 2017 ”Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari ibu
Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing I dan bapak H.
Sunardi, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini. Dan tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik kesehatan


Kementrian Kesehtan RI Padang.
2. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politenik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI padang.
3. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
4. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku kepala RSJ Prof. HB. Saanin
Padang beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian.
5. Bapak ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
6. Teristimewa kepada oragtua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang Program Studi D-III keperawatan Padang serta
semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
9. Perawat ruangan rawat inap Dahlia RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang
telah membantu untuk melakukan penelitian karya tulis ilmiah.
10. Para sahabat saya Gian Sizal, Fauzan Suki, Angga Ujang dan Yanda
Ijunyang selalu membantu peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.

Akhir kata, peneliti berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan. Aamiin.

Padang, Juni2017

Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN
KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Dino Saputra

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di


Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

Isi : xii + 62 Halaman + 9 Lampiran

ABSTRAK

Defisit perawatan diri banyak terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa.
Penderita gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang sebanyak 2.956 jiwa (28,5 %) pada tahun 2016. Tujuan
penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri diruangan dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang 2017.

Desain penelitian yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif. Waktu penelitian
tanggal 17-26 Mei 2017 di Ruangan Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang. Populasi
adalah 21 orang pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri dan
sampel yang diambil adalah 2 (dua) orang pasien defisit perawatan diri yang
berada di Ruang Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang dengan cara simple random
sampling. Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian sampai evaluasi
keperawatan jiwa. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara, pengukuran,
observasi dan studi dokumentasi. Analisa yang dilakukan meliputi menganalisis
semua tahapan proses keperawatan jiwa dibandingkan dengan dan teori.

Hasil penelitian didapatkan partisipan 1 lebih suka menyendiri, malu, tidak


memiliki kemampuan melakukan aktivitas dan mencurigai orang lain. Partisipan 2
mendengar suara-suara yang menyuruh untuk tidak melakukan aktivitas, mondar
mandir, bicara sendiri dan terdapat penyakit kulit diseluruh tubuhnya. Diagnosa
keperawatan jiwa yang didapatkan yaitu, defisit perawatan diri, harga diri rendah,
pada partisipan 1 terdapat resiko perilaku kekerasan dan pada partisipan 2
halusinasi serta kerusakan integritas kulit. Rencana keperawatan jiwa yang
dilaksanakan sudah terstandar dan intervensi untuk kerusakan integritas kulit
yaitu pemberian salap ketokonazole, semua rencana tindakan keperawatan jiwa
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi.

Penelitian ini Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya


pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri bahwa perawat tidak hanya
terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit perawatan diri saja tetapi
harus memperhatikan diagnosa penyerta seperti kerusakan integritas kulit.
Kata Kunci (Key Word) : Defisit Perawatan Diri, Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka : 20 (2011-2016)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAFTAR RIWAYAT


HIDUP ...........................................................................i HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................ii KATA
PENGANTAR.........................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS..............................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar...........................................................................................9
1. Pengertian..........................................................................................9
2. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri............................................10
3. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri............................10
4. Psikodinamika Terjadinya Defisit Perawatan Diri.............................13
5. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri......................................................14
6. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri...........................................14
7. Dampak Defisit Perawatan Diri.........................................................15
8. Mekanisme Koping............................................................................15

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri.........16


1. Pengkajian..........................................................................................16
2. Pohon masalah...................................................................................22
3. Masalah keperawatan.........................................................................22
4. Intervensi keperawatan......................................................................22
5. Implementasi keperawatan.................................................................31
6. Evaluasi keperawatan.........................................................................32
7. Dokumentasi keperawatan.................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.....................................................................................34
B. Tempat dan waktu....................................................................................34
C. Populasi dan sampel.................................................................................34
D. Instrument pengumpulan data..................................................................35
E. Teknik pengumpulan data........................................................................36
F. Jenis dan cara pemgumpulan data............................................................37
G. Analisa Data.............................................................................................38
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus.......................................................................................39
1. Pengkajian..........................................................................................39
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................45
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................45
4. Implementasi Keperawatan................................................................46
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................48
B. Pembahasan..............................................................................................50
1. Pengkajian..........................................................................................50
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................53
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................55
4. Implementasi Keperawatan................................................................56
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................60
B. Saran........................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan.................................................................22

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus............................................................................39


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon defisit perawatan diri......................................10

Gambar 2.2 Psikodinamika terjadinya defisit perawatan diri......................13

Gambar 2.3 Pohon masalah.........................................................................22


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian asuhan keperawatan jiwa Partisipan 1 dan partisipan 2

Lampiran 2. Inform consent partisipan 1 dan partisipan 2

Lampiran 3. Lembar konsultasi proposal

Lampiran 4. Lembar konsultasi karya tulis ilmiah

Lampiran 5. Surat pengantar izin penelitian Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6. Surat izin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

Lampiran 7. Surat telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang

Lampiran 8. Daftar nama pasien Defisit Perawatan Diri di Ruang Dahlia Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

Lampiran 9. Ganchart Kegiatan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah

kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,

spiritual,dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri

sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif serta mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).

Apabila seseorang/individu tersebut mengalami kesehatan jiwa baik fisik,

mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin

bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan

jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan

tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain

dan lingkungan (Marshaly, 2013). Menurut Madalise dkk (2015) Gangguan

jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik

kenyataan, tidak menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain

atau merusak /menyakiti dirinya sendiri.

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar 350

juta orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang

menderita skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena

berbagai faktor biologis, psikologis, sosial dan keanekaragaman penduduk,

maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah serta memberikan

dampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas

manusia untuk jangka panjang (WHO, 2016).


Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia dengan gangguan jiwa tertinggi

di Indonesia terdapat di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%),

sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%). Prevalensi gangguan

jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per mil.Sedangkan di Provinsi Sumatera

Barat prevalensi gangguan jiwa berat dalam persentase sekitar 1,9%,

dibawah DI Yogyakarta dan Aceh yang mengalami gangguan jiwa berat

paling tinggi (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas kesehatan Kota

Padang, jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan gangguan

jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kota Padang tahun 2014 didapatkan

kunjungan gangguan jiwa di RSJ Prof HB Saanin Padang dengan klien rawat

jalan laki-laki dan perempuan sebanyak 24.548 orang, kunjungan rawat inap

laki-laki dan perempuan sebanyak 2.112 orang (Profil Kesehatan Kota

Padang Tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota Padang 2015).

Data dari Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang

pada tahun 2016, pasien dengan gangguan jiwa sebanyak 10.365 jiwa dengan

pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa dan pasien lama sebanyak 1.174

jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama

sebanyak 3.607 jiwa dengan skizofrenia sebanyak 2.478 jiwa. Penderita

gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri sebanyak 2.956 jiwa (28,5 %)

dan terbanyak pada tahun 2016 adalah di ruang Gelatik sebanyak 534 jiwa.

Sedangkan Maret 2017 didapatkan data pasien dengan gangguan jiwa di 6

Ruangan diantaranya Ruang Melati sebanyak 41 orang, Ruang Cendrawasih


12 orang, Ruang Merpati 27 orang, Ruang Flamboyan 16 orang, Ruang Nuri

32 orang dan di Ruang Dahlia didapatkan 44 orang pasien dengan 21 orang

dengan gangguan defisit perawatan diri.

Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan

gangguan jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa berat

yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, ditandai

dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku defisit perawatan diri.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan

diri secara mandiri seperti mandi, berhias, makan dan BAK/BAB

(Khaeriyah,2013). Menurut Yusuf (2015) Defisit perwatan diri adalah suatu

keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada

keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,

bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi.

Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya

tampak seperti rambut kotor, gigi kotor, badan berdaki dan bau, kuku panjang

dan kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak

sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak

berdandan, tidak ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan

berceceran dan tidak pada tempatnya, buang air besar atau buang air kecil

tidak pada tempatnya dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah buang

air besar atau buang air kecil (Keliat dan Akemat, 2014)
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat

buruk baik bagi dirinya sendiri, orang lain sertalingkungan sekitarnya.

Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang

diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan diri dengan baik

seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi

pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk

dampak psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan

interaksi sosial (Dermawan, 2013). Sedangkan dampak bagi orang lain dan

lingkungan sekitarnya adalah terganggunya kenyamanan dan ketentraman

masyarakat.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya sebagai

pendidik, narasumber, penasihat dan pemimpin (Direja, 2011). Adapun peran

perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa

yaitu melakukan penerapan asuhan keperawatan berupa penerapan strategi

pelaksanaan defisit perawatan diri. Strategi pelaksanaan pada pasien defisit

perawatan diri yaitu dengan melatih pasien cara perawatan kebersihan

diri/mandi, melatih pasien berdandan atau berhias, melatih pasien makan dan

minum secara mandiri dan mengajarkan pasien melakukan buang air besar

dan buang air kecil secara mandiri (Fitria, 2012). Untuk mengoptimalkan

kemampuan pasien dalam perawatan diri, maka petugas memberikan reward

atau reinforcement kepada pasien berupa pujian yang dapat memotivasi

pasien untuk melakukan kebersihan diri.

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Khaeriyah (2013) di RSJD

Dr. Amino Gondohutomo Semarang, mengenai kemampuan perawatan diri


pada 50 orang klien defisit perawatan diri yang diberikan strategi pelaksanaan

komunikasi defisit perawatan diri, didapatkan hasil bahwa ada perbedaan

kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi

defisit perawatan diri.

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan rumah sakit tipe A

yang ada di kota padang dan merupakan salah satu Rumah Sakit Jiwa terbesar

yang ada di Sumatera Barat. Menurut pengalaman peneliti saat praktek klinik

keperawatan Jiwa II di Ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin

Padang pada tanggal 31 oktober sampai dengan 12 november 2016

ditemukan sekitar 6 dari 10 (60%) pasien dengan masalah defisit perawatan

diri. Hasil wawancara dengan salah satu petugas didapatkan sekitar 65%

pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

mengalami gangguan defisit perawatan diri. Masalah yang biasanya timbul

pada pasien di ruangan tersebut yaitu badan klien bau, pakaian yang tidak

rapi, makan berceceran, dan kadang buang air besar dan buang air kecil tidak

pada tempatnya seperti di tempat tidur.

Survey awal pada tanggal 21 Maret 2017 di Ruang Dahlia didapatkan 44

orang pasien pada bulan Maret dengan 21 orang mengalami gangguan defisit

perawatan diri. Berdasarkan studi pendahuluan dari 21 orang pasien

dilakukan observasi kepada 3 orang pasien dan didapatkan gejala seperti,

pakaian yang tidak rapi, makan berceceran dan rambut acak-acakan.

Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi kebersihan diri pada klien sudah

diterapkan di ruangan. Strategi Pelaksanaan komunikasi ini dilaksanakan oleh

perawat pelaksana dan mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani praktik

klinik di ruangan. Tetapi kesenjangan yang ditemukan adalah belum


efektifnya pelaksanaan Strategi Pelaksanaan komunikasi ini karena perawat

pelaksana belum melakukan secara berkesinambungan serta kurang

maksimalnya pengevaluasian yang dilakukan pada klien setelah diberikan

intervensi melalui strategi pelaksanaan komunikasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik

mengangkat kasus tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien

dengan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.

Saanin Padang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh peneliti diatas, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di Ruang

Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Provinsi Sumatera Barat Padang

2017 ?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin

Provinsi Sumatera Barat Padang 2017.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien

dengan gangguan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit

Jiwa Prof HB Saanin Padang 2017.


b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan gangguan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit

Jiwa Prof HB Saanin Padang 2017.

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan

gangguan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa

Prof HB Saanin Padang 2017.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan

gangguan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa

Prof HB Saanin Padang 2017.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan gangguan

defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof HB

Saanin Padang 2017.


D. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat

Sebagai masukan serta acuan bagi perawat dalam meningkatkan

pelayanan keperawatan, terutama dalam penerapan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri.

b. Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan

asuhan keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan defisit perawatan diri.

2. Pengembangan Keilmuan

Hasil penulisan yang di peroleh dapat digunakan sebagai perbandingan

dan bahan untuk penelitian selanjutnya di bidang keperawatan dan dapat


menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian

askep gangguan Defisit Perwatan Diri.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar


1. Pengertian
Pewatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi

kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan

terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri

sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2011).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry,

2005 dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja,

2011) menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana

seseorang

tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.


Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan diri

adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas

perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting.

Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan

dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi

secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas

dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu

masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa

kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini

merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan

baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).


2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada
saat stress
Gambar 2.1 Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

3. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit
perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien menderita diabetes melitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Psikodinamika terjadinya defisit perawatan diri

Perasaan negatif Trauma situasionalPerasan tidak


terhadap diri mampu
sendiri - Kecelakaan
- Perceraian
- Korban perkosaan
- Putus sekolah
Gambar 2.2 Proses terjadinya defisit perawatan diri (Dermawan, 2013)
5. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit

Harga Diri Rendah

Faktor Predisposisi
Kemampuan Faktor Presipitasi
- Perkembangan : keluarga terlalu melakukan aktivitas
memanjakan klien - Kurang penurunan motivasi
menurun
- Biologis : penyakit kronis - Kerusakan kognisi atau
- Kemampuan realitas menurun : perceptual
ketidakpedulian dirinya - Lelah/lemah yang dialami
- Sosial : kurang dukungan dan individu
latihan

Data Subyektif
Data Obyektif
- Pasien mersa lemah
- Rambut kotor, acak-acakan
- Malas untuk beraktivitas
- Badan dan pakaian kotor dan bau
- Merasa tidak berdaya
- Mulut dan gigi bau
- Kulit kusam dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat

Koping individu tidak


Defisit Perawatan Diri
efektif

Menarik diri, merasa tidak Ketidakpedulian


berguna, rasa bersalah merawat diri

Menghindari interaksi stress


dengan orang lain
kesepian

Koping individu tidak efektif


Isolasi sosial

perawatan diri terdiri dari:


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan.

6. Tanda dan Gejala Defisit Perawatn Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah : a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak-acakan.
2) Bdan dan pakaian kotor dan bau.
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor.
5) Kuku panjang dan tidak terawat.

7. Dampak Defisit Perawatan Diri


Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene ialah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas
(Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita
lagi” (Yusuf dkk, 2015)

B. Asuhan Keperawatan Teorotis 1. Pengkajian Keperawatan


a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor
rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,
atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami
pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara
dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,
tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang
lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan
adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
tandatanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh
yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien
yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan ,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan
atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar,
serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien
berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai
harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan
dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak
sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih
dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak
percaya kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan
yang membuat pasien tidak mau membersihkan diri
dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya
dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.

7) Aktivitas dalam rumah


Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas.
j) Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang
lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang ada,
pasien tidak mampu berolahraga karena pasien selalu
malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali,
selalu menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.
2. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri


Causa
Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 2.3 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri (Fitria, 2012)

3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai
berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial

4. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing Outcome
Clsasification (2016) :
Tabel 2.1
MASALAH
KEPERWATAN NOC NIC Defist perawatan diri Perawatan diri :
mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian dari kamar
mandi Definisi : membantu - Mengambil pasien
melakukan alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat - Mengatur
air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat mandi
mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan bersiram
diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan - Mencuci
badan tipe terkait
bantuan bagian
atasyang diperlukan
- Mandi badan4. Letakkan handuk, bagian
bawahsabun, deodoran, alat -
Membersihkanbercukur, dan asesoris area
perineumlain yang diperlukan - Mengeringkandi
tepi tempat tidur badanatau kamar mandi
5. Sediakan
lingkunganyang
terapeutik dengan
memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien
untukmenggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien untuk
mandi sendiri dengan
tepat
8. Monitor
kebersihankuku, sesuai
dengan kemampuan
merawat
diri pasien
9. Monitor integritas kulit
pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien
pasien yang denganbiasanya,
menggunakan
tanda sebelun kursi
tidur, dan
untuk mandi,
obyek yangbak
tempatfamiliar
mandi, untuk
mandipasien
dengan
12.Dukung mandiri, atau
orangtua
dengan menggunakan
keluarga berpartisipasi
cara yang tepat atau
dalam ritual menjelang
sesuai keinginan
tidur
pasien yang biasa
dilakukan, dengan
- Cuci rambut sesuai tepat
13.Berikan bantuan sampai
dengan kebutuhan
ataupasien
keinginan benarbenar
mampu
- Mandi dengan merawat
air diri
yangsecara mempunyai
mandiri
suhu yang nyaman
Memandikan
- Bantu dalam hal
Aktivitas-aktivitas
perawatan perineal:
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi

pinggang 3. Pakaikan pasien


- Menutup resleting setelah
- Memakai kaos kaki membersihkan diri
- Memakai sepatu diselesaikan
- Memasang tali sepatu 4. Dukung pasien untuk
- Membuka baju bagian berpartisipasi dalam
atas pemilihan pakaian
- Menggunakan ikat berpakaian sendiri
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
bawah - Bantuperawatan
perangkat memandikan
Defist perawatan diri Perawatan diri : diri
Berpakaian
dengan tepat
: berpakaian berpakaian/berdandan6. PakaikanDefinisi : memilih,
pakaian
Kriteria hasil : memakaikan,
yang tidak ketat,dan -
Memilih pakaian melepaskan
dengan tepat pakaian -
Mengambil pakaian seseorang
7. Ganti pakaian yang
pasien
tidak dari lemari bisa melakukan
pada saat sendiri -
waktu tidur
Mengambil pakaian
8. Tawari Aktivitas-
untuk
aktivitas : mencuci pakaian, bila
dari lemari dinding 1. Identifikasi
perlu area - Mengambil
pakaian dimana pasien 9. Berikan bantuan
- Memakai sampai
pakaian pasien
membutuhkan
bagian atas sepenuhnya
bantuan mampudalam
memikul
- Memakai pakaian berpakaian bagian tanggungbawah 2.
Monitor kemampuan - Mengancingkanuntuk
jawab baju pasien
berpakaian sendiri
untuk Defist perawatan diri Perawatan diri :
makan Bantuan perawatan
: makan/minum Kriteria hasil : diri: pemberian makan
- Menyiapkan makanan Definisi : membantu yang akan
disantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup makanan Aktivitas-aktivitas :
- Menggunakan alat 1. Monitor kemampuan makan
pasien untuk menelan
- Menaruh makanan 2. Identifikasi diet yang pada alat
makan disarankan
- Mengambil cangkir 3. Atur meja dan atau gelas
nampan makanan
- Memasukkan makanan agar terlihat menarik ke mulut
dengan jari 4. Ciptakan lingkungan - Memasukkan
mulut

makanan yang menyenangkan ke mulut dengan


selama waktu makan sendok 5. Pastikan posisi pasien
- Memasukkan makanan yang tepat untuk ke mulut
dengan memfasilitasi peralatan (makan) mengunyah
dan
- Minum dengan gelas menelan atau cangkir 6. Berikan
bantuan fisik, - Menaruh makanan di sesuai
kebutuhan
7. Berikan penurunan
-
Memanipulasinyeri
yang cukup makanan di
mulutsebelum makan, -
Mengunyah
makanandengan tepat
- Menelan
makanan8. Berikan
kebersihan - Menelan
minumanmulut
sebelum makan -
Menghabiskan9.
Makanan
disajikan
makanandengan tepat
dalam nampansesuai
kebutuhan, misalnya
daging yang sudah
dipotong atau telur
yang telah dikupas
10. Buka bungkusan
makanan
11. Jangan
meletakkanmakanan
pada sisi dimana
pandangan seseorang
tidak dapat melihat
12. Gambarkan lokasi dari
makanan yang ada di
nampan untuk
seseorang yang
memiliki gangguan
penglihatan
13. Posisikan pasien dalam
posisi makan yang
nyaman
14. Berikan
pengalas makanan
15. Berikan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau sesuai
keinginan
16. Berikan makanan
dengan suhu yang
paling sesuai
17. Sediakan makanandan
minuman yang
disukai, dengan tepat
18. Monitor berat
badanpasien dengan
tepat
19. Monitor status
hidrasipasien dengan
tepat
20. Dukung pasien
untukmakan di ruang
makan, jika tersedia
21. Sediakan
interaksi
Defist perawatan diri Perawatan diri : -M
: elminasi eliminasi Kriteria e
hasil : n
- Merespon saat kandung a
kemih penuh dengan n
tepat waktu g
gapi dorongan untuk eliminasi7. Fasilitasi
buang air besar secara kebersihan - Merapikan
tepat waktu pakaiantoilet
- Masuk dan keluar dari setelah setelah ke kamar
sosial dengan tepat kamar mandi mandimenyelesaikan
22.Berikan alat-alat yang - Membuka pakaian eliminasi
bisa memfasilitasi - Memposisikan diri di 8. G
pasien untuk makan toilet atau alat bantu a
sendiri eliminasi n
23.Gunakan cangkir - Sampai ke toilet antara t
dengan pegangan dorongan atau hampir i
yang besar, jika keluarnya urin
diperlukan - Sampai ke toilet antara p
24.Gunakan alat makan dorongan sampai a
dan gelas yang tidak keluarnya feses - k
mudah pecah dan a
Mengosongkan
tidak berat, sesuai i
kandung kemih
kebutuhan a
- Mengosongkan usus
25.Berikan penanda
- Mengelap sendiri setelah n
sesering mungkin
dengan pengawasan buang urin
ketat, dengan tepat - Mengelap sendiri setelah p
buang air besar Bantuan a
perawatan s
diri: eliminasi i
Definisi : membantu e
dalam eliminasi n

Aktivitas-aktivitas : s
1. Pertimbangkan budaya pasien saat e
mempromosikan aktivitas perawatan t
diri e
2. Pertimbangkan usia pasien saat l
mempromosikan aktivitas perawatan a
diri h
3. Lepaskan baju yang diperlukan sehingga bisa
melakukan e
eliminasi l
4. Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk i
eliminasi pada interval waktu m
tertentu i
5. Pertimbangkan n
respon pasien terhadap kurangnya eliminasi a
atau berdiri6. Beri privasi selama dari s
kursi bantu untukeliminasi i

erdiri setelah privasi


9. Siram
toilet/berdihkan alatalat
untuk eliminasi (kursi
toilet/commode,
pispot)
10. Buatlah jadwal
aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat
11. Instruksikan
pasienatau yang lain
dalam
rutinitas toilet
12. Buatlah kegiatan
eliminasi, dengan
tepat dan sesuai
kebutuhan
13. Sediakan alat
bantu(misalnya,
kateter eksternal
atau urinal), dengan
tepat
14. Monitar integritas
kulit pasien

Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat
tidur
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan

A. Tindakan keperawatan pada pasien


Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit perawatan diri
dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP).
Strategi pelaksanaan tersebut adalah :

SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat gigi
(2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku (satu
kali per minggu).
SP 2 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.

SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
B. Tindakan keperawatan pada keluarga SP
1 keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih cara merawat : kebersihan diri.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil
pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.

5. Implementasi
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo,
2014).

6. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai berikut
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
pada saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang
positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan
selfreinforcement (Prabowo, 2014).
9. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan
hendaknya tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun
peserta didik keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan
formulir yang sama seperti dokumentasi proses keperawatan di unit
rawat jalan. Gawat darurat, rehabilitasi (Direja, 2011).
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan dalam keperawatan jiwa
berupa dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Dermawan, 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi
berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,
ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain
(Hidayat, 2012).

Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan bagaimana penerapan asuhan


keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di Ruang
Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada dua responden dengan defisit perawatan diri di
Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dari tanggal 17
Mei 2017 sampai dengan 26 Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi


Populasi adalah seluruh subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari penelitian ini
adalah 21 orang pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan
diri setelah di observasi yang berada di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang bulan Maret 2017.

2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada (Nursalam 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien defisit
perawatan diri yang berda di Ruang Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang
tahun 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengumpulkan
seluruh pasien gangguan defisit perawatan diri di Ruangan Dahlia yang
sudah di observasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Setelah diobservasi didapatkan 21 orang klien yang memenuhi
kriteria, maka dilakukan cara simple random sampling atau acak sederhana
yaitu dengan menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien atau
pengundian. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 2 (dua)
orang pasien defisit perawatan diri yang berada di Ruang Dahlia Rumah
Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang. Sample yang dipilih berdasarkan
kriteria sampel.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu


populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015).

Kriteria Inklusi :

1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden

2) Pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri

3) Klien gangguan jiwa berat yang sudah kooperatif dan sudah bisa
berkomunikasi verbal dengan cukup baik

4) Pasien dengan defisit perawatan diri yang berada di Ruang Dahlia


RSJ Prof HB Saanin Padang tahun 2017

b. Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek yang


memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2015).

Kriteria ekslusi :
1) Pasien yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu proses
penelitian.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian atau disebut alat pengumpulan data. Dalam
pembuatannya mengacu pada variabel penelitian, definisi operasional dan
skala pengukuran data yang dipilih (Suyanto, 2011). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah format asuhan keperawatan, format
skrining dan alat-alat pemeriksaan fisik.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,


observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan masuk,
faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep diri,
dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi (pohon masalah).
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu dengan menggunakan teknik
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien seperti keadaan umum pasien, ekspresi pasien saat berkomunikasi
dan kegiatan pasien di ruangan

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran tanda-tanda vital.
3. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan kedua partisipan menggunakan
format pengkajian yang telah disediakan mulai dari pengkajian identitas
sampai kepada aspek medik.
4. Dokumentasi
Peneliti melakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan.

F. Jenis – Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat
kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah dan pemeriksaan
fisik terhadap pasien.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga, perawat, rekam medis, dan data penunjang
(hasil labor dan diagnostik) yang ada di Ruang Dahlia Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
tidak dipublikasikan.

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Adapun
langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti
yaituPoltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang
c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
d. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang
e. Melakukan pemilihan sampel dengan populasi pasien
defisitperawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin
Padang
f. Pemilihan sample dilakukan dengan teknik simple random sampling
dimana sampel dipilih dengan sistem acak yaitu dengan pengundian,
di dapatkan dua sampel untuk dijadikan responden. Dalam hal ini
peneliti melakukan pemilihan acak dengan cara mengambil lot nama-
nama pasien
g. Informed Consent diberikan kepada petugas ruangan
sebelummeminta persetujuan responden
h. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
i. Responden menandatangani Informed Consent, peneliti
memintawaktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan, dan
kemudian peneliti pamit dan meninggalkan RSJ Prof. HB. Saanin
Padang.

G. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien 1 dan 2 dengan teori dan penelitian terdahulu (Nursalam, 2015).

BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN


Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien defisit perawatan diri yang telah dilaksanakan di Rumah
Sakit Jiwa HB Saanin Padang yang dimulai tanggal 17 – 22 Mei 2017. Gambaran
asuhan keperawatan yang telah peneliti lakukan meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan sampai melakukan evaluasi keperawatan.

Kasus yang dikelola peneliti berjumlah 2 partisipan, partisipan 1 dengan Tn. N


seorang laki-laki, berusia 47 tahun, beragama islam, tinggal di Komp. Villa
Anggrek Blok 2 no. 26 RT. 04 RW. 13 Balai Gadang, Koto Tangah, Padang dan
tidak memiliki pekerjaan. Partisipan 2 dengan Tn. M seorang laki-laki, berusia 45
tahun, beragama islam, tinggal di Jl. Sudirman no. 125 Jawi-Jawi, Pariaman
Tangah dan tidak memiliki pekerjaan.

A. Deskripsi Kasus
Tabel 4.1
Asuhan
Partisipan 1 Partisipan 2
Keperawatan
Identitas Klien Pengkajian dilakukan oleh Pengkajian dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 17 Mei peneliti pada tanggal 17 Mei 2017 pada pukul
11:00 WIB 2017 pada pukul 14:00 WIB dan didapatkan identitas
klien dan didapatkan identitas klien yaitu jenis kelamin laki-laki
yaitu jenis kelamin laki-laki dengan inisial Tn. N. Partisipan
dengan inisial Tn. M berusia 1 berusia 47 tahun, agama 45 tahun,
agama islam dan islam dan bertempat tinggal di bertempat
tinggal di Jl. Komp. Villa Anggrek Blok 2 Sudirman no. 125
Jawi-Jawi, no. 26 RT. 04 RW. 13 Balai Pariaman Tangah. Klien
Gadang, Koto Tangah, Padang. dirawat sejak tanggal 2 februari
Klien dirawat sejak tanggal 24 2017.
april 2017.
Alasan Masuk Partisipan 1 masuk Rumah Partisipan 2 masuk Rumah Sakit Jiwa
karena klien gelisah, Sakit Jiwa karena klien marah-marah tanpa
sebab, mengamuk di RSM Regina emosi labil, mudah Eye
Center, memecah kaca, tersinggung, meninju-ninju melempar
mobil, marah-marah dinding dan adanya perasaan tanpa sebab,
emosi labil, curiga. Klien mengatakan bicara-bicara sendiri, baju
bertengkar dengan kakaknya. barlapis-lapis, bau dan kumal.
Keluhan Pada saat dilakukan pengkajian mengepalkan
Utama pada tanggal 17 Mei 2017, partisipan 1 tangannya, masih
mengatakan lebih suka sendiri dan Pada saat dilakukan pengkajian
tidur-tiduran di kamar. Partisipan 1 tanggal 17 Mei 2017,
mengatakan malu, dan tidak memiliki partisipan 2 mengatakan ada
kemampuan untuk melakukan suara-suara yang menyuruhnya
aktivitas. Tatapan masih untuk tidak melakukan
tajam, sering aktivitas, merasa tidak mampu
melakukan aktivitas. Partisipan 2 tampak
mondar-mandir dan bicara sendiri,
menundukkan kepala. Mulut bau, pakaian
mencurigai orang lain. tidak rapi, terdapat penyakit Penampilan
partisipan 1 kulit di seluruh tubuhnya, tampak tidak rapi, kuku
pendek tampak menggaruk-garuk tapi kotor, sesekali tampak
tubuhnya. Pada saat makan menggaruk-garuk kaki dan tampak
masih berserakan. tangannya, dan saat makan masih berserakan
dan mulut bau.
Faktor Partisipan 1 mengatakan sudah Partisipan 2 mengatakan
Predisposisi mengalami sakit sejak tahun sebelumnya belum pernah 2004 dan
sekarang dirawat dirawat. Klien menderita untuk yang ketiga
kalinya, penyakit ini sejak tahun 2012. dirawat terakhir kali pada
Partisipan 2 tidak pernah tahun 2006. Partisipan 1 mengalami
aniaya fisik, menggelandang ± 3 bulan kekerasan seksual,
tindakan ini dan kadang pulang ke kriminal serta penolakan baik
rumah kakaknya. dalam keluarga maupun
Partisipan 1 sebelumnya sudah lingkungan sekitar.
pernah dirawat di Rumah Sakit Partisipan 2 mengatakan tidak
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. ada anggota keluarga yang
Namun sejak pulang dari menderita gangguan jiwa dan rawatan
partisipan 1 tidak tidak ada keluarga yang pernah minum obat.
memiliki riwayat gangguan
Partisipan 1 mengatakan tidak jiwa serta tidak ada memiliki ada
anggota keluarga yang pengalaman masa lalu yang menderita
gangguan jiwa dan tidak menyenangkan.
tidak ada keluarga yang memiliki
riwayat gangguan jiwa. Partisipan
1 pernah sebelumnya
melakukan kekerasan kepada
anggota keluarganya yaitu
bertengkar dengan kakaknya.
Tidak pernah mengalami aniaya
fisik, seksual, penolakan serta
tindakan kriminal baik dalam
keluarga maupun lingkungan
sekitar. Partisipan
1 mengatakan tidak pernah
memiliki pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan.
Pemeriksaan Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan
Fisik pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
fisik pada partisipan 1 didapatkan TD :
partisipan 2 didapatkan data 120/80 mmHg, Nadi : 84 x/i,
TD : 130/70 mmHg, Nadi : 89 Pernafasan : 21 x/i, Suhu :
36,7 x/i, Pernafasan : 19 x/i, Suhu : oC. Partisipan 1 mengatakan
37 oC. Partisipan 2 mengatakan tidak ada mengalami
keluhan badan terasa lemah, mengeluh
fisik pada tubuhnya. Tampak kulitnya gatal-gatal, menderita
klien menggaruk tangan dan penyakit kulit pada kepala, kakinya.
Gigi klien terlihat tangan, kaki dan badan.
kotor.
Psikososial
a. Genogram Pada pengkajian psikososial, Pengkajian psikososial
partisipan 1 mengatakan partisipan 2 didapatkan
orangtuanya sudah meninggalpartisipan 2 merupakan anak dunia dan dia tinggal
dengan ke 2 dari 3 bersaudara dan kakaknya. Tn. N merupakan mengatakan
dirinya belum anak kelima dari 5 bersaudara. menikah.
Partisipan 2 Terkadang Tn. N sering mengatakan tidak memiliki
bertengkar dengan kakaknya, tempat tinggal dikarenakan b. Konsep diri
mengambil keputusan sendiri kedua orantuanya telah dan kabur
dari rumah meninggal dunia. Didalam kakaknya.keluarga yang
sering mengambil keputusan adalah ayahnya sebelum ayahnya Pengkajian kensep
diri pada meninggal. partisipan 1 didapatkan Pada
pengkajian pola konsep c. Hubungan partisipan 1 mengatakan diri
didapatkan Partisipan 2
Sosial dirinya seorang laki-laki dan mengatakan tidak ada anggota menyukai
seluruh bagian tubuh yang partisipan 2 tidak tubuhnya serta
menyadari sukai. Partisipan 2 menyadari perannya sebagai
seorang ayah dirinya sebagai seorang lakidari anak-anaknya dan
suami laki, tinggal di jalanan dan dari istrinya serta mengatakan
tidak punya keluarga.
d. Spiritual dirinya dihargai keluarganya, Partisipan 2 tidak ada
berperan pada saat ini partisipan 1 ingin di masyarakat.
Partisipan 2 cepat sembuh dan ingin ingin sembuh dan
pulang pulang. kerumah sendiri. Partisipan 2 Partisipan 1
mengatakan mengatakan masih bisa biasanya
dekat dengan anak- melakukan kegiatan-kegiatan anak, istri,
kakak dan dan mencari pekerjaan.
orangtuanya. Partisipan 1 Pada pengkajian pola tinggal dengan
kakaknya. hubungan sosial, Partisipan 2 Tidak ada hambatan
dalam mengatakan tidak memiliki berhubungan dengan orang
lain orang terdekat, tidak memiliki disekitarnya. Partisipan 1
tidak peran di dalam masyarakat. ada berperan serta dalam
Partisipan 2 mengatakan tidak kegiatan kelompok atau ada
orang-orang yang mau masyarakat sejak sakit. menerima
keberadaannya. Semenjak dirawat partisipan 1 mengatakan
jarang melakukan Pada pengkajian pola spiritual ibadah seperti
shalat dan didapatkan partisipan 2 berzikir namun Tn. N
mengatakan beragama islam. menjunjung tinggi dan Tapi
partisipan 2 mengatakan mengatakan beragama islam tidak perlu
beribadah karena tidak akan diterima.
Status Mental
a. Penampilan Pada saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
partisipan 1 berpenampilan partisipan 2 tampak tidak
rapi, kuku pendek tapiberpenampilan tidak rapi, kuku kotor dan badan bau.
agak panjang dan kotor, badan b. Pembicaraa bau dan terdapat penyakit
kulit n Pada saat wawancara pada kaki, tangan, badan dan
partisipan 1 tidak mampu kepala.
memulai pembicaraan dengan Pada saat wawancara lawan
bicara. Partisipan 1 partisipan 2 cukup kooperatf c. Aktivitas cukup kooperatif
namun nada namun tidak mampu memulai
Motorik bicara lambat dan pelan. pembicaraan. Nada bicara
Partisipan 1 tampak gelisah, lambat dan pelan. Tampak d. Alam
sering terlihat mondar-mandir jarang berbicara dengan pasien
Perasaan di ruangan. lain.
Partisipan 1 mengatakan sedih Partisipan 2 tampak tegang,
karena jauh dari keluarganya jalan mondar-mandir dan dan
khawatir terhadap apabila sering berdiam diri di tempat
e. Afek terjadi sesuatu pada dirinya tidurnya.
namun kekhawatirannya masih Partisipan 2 mengatakan f.
Interaksi bisa dikontrol. perasaannya biasa-biasa saja, selama Pada
saat dilakukan tidak ada yang perlu wawancara
wawancara partisipan 1 tampak dikhawatirkan.
labil.
Pada saat dilakukan
g. Persepsi wawancara dan interaksi Pada saat
dilakukan partisipan 1 sering diam dan wawancara
partisipan 2 mudah tersinggung. Partisipan afeknya labil,
kadang tampak menyuruh untuk wawancara tenang.
h. Proses Pikir dengan pasien lain. Selama poses interaksi Partisipan 1
mengatakan tidak partisipan 2 menjawab ada melihat atau mendengar
pertanyaan dengan suara yang bayangan atau yang tidak pelan serta kontak
mata yang i. Isi Pikir nyata. kurang. Namun partisipan 2
tidak menunjukan sikap tidak
percaya pada orang.
j. Tingkat Ketika diajak wawancara Partisipan 2 bingung, bicara
Kesadaran partisipan 1 menjawab ngawur,
bicara-bicara sendiri, pertanyaan dengan berbelit- mondar-mandir di ruangan.
belit dan terkadang tidak Saat ditanya halusinasinya nyambung dengan
pertanyaan partisipan 2 membantahnya k. Memori tapi bisa sampai pada
tujuan dan mengatakan tidak ada bahasan. mendengar suara-suara.
Partisipan 1 terus bertanya Ketika dilakukan wawancara l.
Tingkat kapan dia akan pulang. partisipan 2 menjawab konsentrasi Partisipan 1
tidak mengalami pertanyaan dengan berbelitdan dipersonalisasi pikiran magis belit
tapi bisa sampai pada berhitung ataupun waham. tujuan pembicaraan
m. Partisipan 1 mengetahui
n. Kemampua namanya, waktu dan tempat Partisipan 2 terus
bertanya n Penilaian tetapi tampak sering bingung kapan pulang,
partisipan 2 juga saat wawancara. terus mengatakan ia ingin
bekerja dan meiliki banyak
o. Daya tarik uang.
diri Pada saat pengkajian partisipan Partisipan 2 mengetahui
nama, 1 mengatakan tidak ingat tempat dan waktu pada saat
kejadian lebih dari 1 tahun dilakukan wawancara, namun yang
lalu. sesekali tampak bingung
dengan pertanyaan yang baru
Partisipan 1 tidak mampu pertama kali didengarnya.
berkonsentrasi pada saat Pengkajian memori, partisipan
wawancara sering mengalihkan 2 mengatakan tidak mampu
pembicaraan. menceritakan tentang
pengalaman-pengalaman masa
lalunya.
Partisipan 1 mampu memilih Pada saat dilakukan dan mengambil
keputusan wawancara partisipan 2 tidak yang sederhana ketika
mampu berkonsentrasi, asik diberikan sedikit bantuan dengan
kesibukannya dan misalnya partisipan 1 mampu cenderung
meninggalkan memilih akan mandi dahulu perawat saat
berinteraksi.
baru makan. Partisipan 2 mampu memilih
Partisipan 1 mengatakan salah satu dari dua pilihan yang kurang
menyadari tentang diajukan. Partisipan 2 memilih perubahan
fisik pada dirinya untuk keluar dari proses namun tidak
menyalahkan bercakap-cakap.
orang lain atas apa yang terjadi
pada dirinya. Partisipan 2 mengatakan menerima bahwa dirinya
sedang sakit dan butuh
perawatan.

Kebutuhan
Pasien Pulang
a. Makan Partisipan 1 makan 3x sehari Partisipan 2 makan 3x sehari dengan nasi,
lauk pauk dan dengan nasi, lauk pauk dan sayuran tanpa ada pantangan sayuran
dan ada pantangan b. BAB/BAK atau alergi. Setelah makan Tn. atau alergi yaitu
ikan tongkol N membereskan alat dan kacang tanah/kedelai.
makannya. Partisipan 2 BAB/BAK secara c. Mandi Partisipan 1
mampu mandiri pada tempatnya dan BAB/BAK pada tempatnya membersihkan
kamar mandi dan selalu disiram sampai (wc) setelah menggunakannya.
d. Berpakaian/ bersih. Partisipan 2 mandi 2x sehari berhias dan harus disuruh
petugas, Partisipan 1 mandi 2x sehari sikat gigi kadang ada kadang tanpa
disuruh tapi jarang tidak.
e. Istirahat/tid menggosok gigi
ur Partisipan 2 sudah bisa
Partisipan 1 sudah bisa berpakaian dengan benar tapi
berpakaian dengan benar mengganti pakaian harus f. Pemelihara namun
belum bisa disuruh petugas. Tidak bisa an berhias/bercukur
sendiri.berhias/bercukur sendiri.
kesehatan Partisipan 2 tidur siang selama
Partisipan 1 tidur dengan 1-2 jam sehari, pada malam nyenyak di
malam hari, jarang hari partisipan 2 tidur dengan
g. Kegiatan di tidur siang, sebelum tidur tidak cukup. dalan
mencuci kaki, tangan dan
rumah gosok gigi Partisipan 2 tidak pernah h. Kegiatan/ak
Partisipan 1 minum obat melakukan pengobatan baik di tivitas di teratur
dan mengatakan akan puskesmas maupun rumah luar rumah selalu minum
obat sampai sakit sebelumnya. Sekarang dirinya sembuh. partisipan 2
mengatakan akan minum obat secara teratur karena ingin sembuh. Partisipan 1
mandiri di rumah Partisipan 2 mandiri dirumah tanpa dibantu oleh orang lain.
tanpa bantuan orang lain.
Partisipan 1 tidak memiliki Partisipan 2 tidak memiliki
pekerjaan, sering berjalan pekerjaan. Partisipan 2 keluar rumah
dan pulang pada menggelandang di jalanan. malam hari.
Mekanisme Partisipan 1 mampu berbicara Partisipan 2 mengatakan tidak
Koping dan berkomunikasi dengan terbuka dengan masalah yang
orang lain, bisa menyelesaikan dimilikinya kepada orang lain
masalah sederana dengan karena tidak memiliki orang bantuan
orang lain. Tapi jika terdekat. pusing, sering marah tanpa
sebab.
Masalah Partisipan 1 mengatakan Partisipan 2 mengatakan tidak Psikososial
didalam kelompok bisa didukung oleh kelompok, tidak dan diterima dan tidak
diasingkan, ada lingkungan yang
Lingkungan tidak ada masalah, merasa mempesulikan keberadaan
tidak pernah melakukan hal partisipan 2. Partisipan 2 yang
meresahkan masyarakat, bersekolah tidak sampai tamat hanya
saja kelompok memiliki SD, tidak memiliki pekerjaan, penilaian
berbeda terhadap tidak memiliki rumah dan tidak dirinya.
Partisipan 1 hanya mampu berobat sendiri karena bersekolah
sampai SMP dan tidak ada keluarga yang tidak melanjutkan ke
jenjang mendukung dalam program berikutnya. Partisipan 1
tidak pengobatan. memiliki pekerjaan, tinggal
dengan kakaknya dan tidak ada
masalah dengan pelayanan
kesehatan.
Pengetahuan Partisipan 1 mengatakan tahu Partisipan 2 mengatakan
kondisinya saat ini dan klien kurang mengetahui tentang
belum bisa benar-benar penyakitnya
tetapi dia berharap mengontrol emosinya. dapat sembuh dari
proses pengobatannya dan dapat mencari pekerjaan.
Aspek Medik Partisipan 1 didiagnosa Partisipan 2 didiagnosa Skizofrenia
dengan terapi skizofrenia ytt dengan terapi medik Risperidon :
2x1 mg, medik risperidon 2 mg,
Lorazepam : 1x2 mg, Fe lorazepam 1x2 mg dan
: 2x1 mg, As. Folat : 2x1 mg. ketokonazole 1x200 mg.
Perumusan Dari data hasil pengkajian dan Dari data hasil pengkajian dan
masalah observasi diatas ditemukan observasi diatas ditemukan
keperawatan diagnosa keperawatan yang diagnosa keperawatan yang muncul
sesuai dengan prioritas muncul sesuai dengan prioritas yaitu defisit
perawatan diri, yaitu defisit perawatan diri, harga diri rendah dan resiko
harga diri rendah dan perilaku kekerasan. halusinasi.
Intervensi Diagnosa keperawatan prioritasDiagnosa
keperawatan prioritas
Keperawaanpertama yang diambil adalahpertama yang
diambil adalah defisit perawatan diri. Strategidefisit
perawatan diri. Strategi pelaksanaan
tindakanpelaksanaan tindakan keperawatan
yang akankeperawatan
yang akan dilakukan pada pasien
yaitudilakukan pada pasien yaitu sebagai berikut :sebagai
berikut :
1. Mengajarkan pasien1.
Mengajarkan pasien tentang
membersihkantentang
membersihkan diri dengan
cara mandidiri dengan cara mandi
dengan benar.dengan benar
2. Mengajarkan pasien2.
Mengajarkan pasien cara
berhias dancara berhias dan
berdandan/bercukur.berdandan/bercukur.
3. Mengajarkan pasien3. Mengajarkan pasien cara makan dan
minumcara makan dan minum dengan baik.dengan baik.
4. Mengajarkan pasien4. Mengajarkan pasien melakukan BAB
danmelakukan BAB dan BAK dengan baik danBAK dengan
baik dan benar.benar.
Diagnosa keperawatan prioritasDiagnosa keperawatan prioritas
kedua adalah harga diri rendah.kedua adalah harga diri rendah.
Strategi pelaksanaan tindakan Strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang akan keperawatan yang akan dilakukan pada
pasien yaitu dilakukan pada pasien yaitu sebagai berikut :sebagai
berikut :
beberap
a
kegiatan
yang
dapat
dilakuka
nnya,
pilih
salah
satu
kegiatan
yang
dapat
dilatih
saat ini.
2. Memban
tu
pasien
memilih
kegiatan
kedua,
latih
kegiatan
kedua.
3. Memban
tu
pasien
memilih
kegiatan
ketiga,
latih
kegiatan
ketiga.
4. Memban
tu
pasien
memilih
kegiatan
keempat
1. Memban , latih
tu kegiatan
pasien keempat
memilih .
Diagnosa 4.
keperawatan Mengontrol
prioritas marah
ketiga adalah dengan
resiko cara
perilaku spiritual.
kekerasan. 1. Membantu pasien memilih
Strategi beberapa kegiatan yang dapat
pelaksanaan dilakukannya, pilih salah satu
yang akan kegiatan yang dapat dilatih
dilakukan saat ini.
yaitu sebagai 2. Membantu pasien memilih
berikut kegiatan kedua, latih kegiatan
: kedua.
1. Melatih 3. Membantu pasien memilih
pasien cara kegiatan ketiga, latih
mengontrol kegiatan ketiga.
marah dengan 4. Membantu pasien memilih
latihan nafas kegiatan keempat, latih
dalam dan kegiatan keempat. Diagnosa
pukul bantal. keperawatan prioritas ketiga
2. Melatih adalah gangguan persepsi
pasien 6 cara sensori : halusinasi. Strategi
minum obat pelaksanaan tindakan
yang benar. keperawatan yang akan
3. Mengontro dilakukan pada pasien yaitu
l marah sebagai berikut :
secara 1. Mengontrol halusinasi dengan
verbal cara menghardik halusinasi.
yaitu 2. Mengajarkan pasien cara 6
meminta benar minum obat.
dan 3. Mengontrol halusinasi dengan
menolak cara bercakapcakap dengan
dengan orang lain.
baik. 4. Mengontrol halusinsi dengan
cara
Tindakan Implementasi keperawatan mengajarkan pasien
Keperawatan disesuaikan dengan rencana melakukan kegiatan /
tindakan keperawatan. aktivitas sehari-hari.
Implementasi tindakan Implementasi keperawatan
keperawatan yang disesuaikan dengan rencana
telah dilakukan oleh peneliti sesuai tindakan keperawatan.
dengan kriteria yang telah Implementasi tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan kriteria perawatan diri
yang telah ditetapkan dengan membuat strategi dilakukan dari
pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. tanggal 17
Implementasi pada diagnosa keperawatan Mei-20 Mei
defisit perawatan diri dilakukan dari tanggal 17 2017.
Mei-20 Mei 2017. 1. Pada pertemuan
1. Pada pertemuan pertama pertama sekali yang
sekali yang dilakukan dilakukan peneliti
peneliti yaitu membina yaitu membina
hubungan saling percaya hubungan saling
dan melatih partisipan 1 percaya dan melatih
tentang membersihkan diri partisipan 1 tentang
dengan cara mandi dengan membersihkan diri
benar. dengan cara mandi
2. Kedua peneliti melatih dengan benar.
pasien cara berhias dan 2. Kedua peneliti melatih
berdandan. pasien cara berhias dan
3. Ketiga peneliti melatih berdandan.
pasien cara makan dan 3. Ketiga peneliti melatih
minum dengan baik. pasien cara makan dan
4. Terakhir peneliti melatih minum dengan baik.
pasien cara melakukan BAB 4. Terakhir peneliti
dan BAK dengan baik dan melatih pasien cara
benar. melakukan BAB dan
Implementasi pada diagnosa BAK dengan baik dan
keperawatan prioritas kedua benar.
yaitu harga diri rendah yang Implementasi pada diagnosa
dilakukan dari tanggal 20 Mei23 keperawatan prioritas kedua
Mei 2017 dengan implementasi yaitu harga diri rendah yang
sebagai berikut : dilakukan dari tanggal 20
1. Pertama peneliti lakukan Mei23 Mei 2017 dengan
adalah membina hubungan implementasi sebagai berikut :
saling percaya. 1.Pertama peneliti lakukan
Selanjutnya membantu adalah membina
mengarahkan pasien untuk hubungan saling
mengidentifikasikan aspek percaya. Selanjutnya
positif yang pasien miliki, lalu membantu
menolong pasien untuk menilai mengarahkan pasien
kegiatan yang dapat pasien untuk
lakukan yaitu ditetapkan dengan mengidentifikasikan
membuat strategi pelaksanaan aspek positif yang
tindakan keperawatan pada pasien miliki, lalu
pasien. Implementasi pada menolong pasien
diagnosa keperawatan defisit untuk menilai kegiatan
yang dapat pasien lakukan yaitu mencuci 4. Melatih
piring. pasien
2. Melatih kegiatan mencuci kegitan
piring. keempat
2. Melatih yaitu
kegiatan melipat
kedua pakaian.
yaitu Peneliti juga
melakukan
implementasi
pada diagnosa
keperawatan
prioritas ketiga
yaitu resiko
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan dari
tanggal 23
Mei-26 Mei
2017 adalah :
1. Pada
pertemuan
pertama
peneliti
langsung
membina
hubungan
saling
percaya
dengan
pasien dan
melatih
pasien cara
mengontrol
marah
dengan
latihan
nafas
dalam dan
pukul
merapikan tempat tidur. bantal.
3. Melatih kegiatan ketiga 2. Kedua
yaitu menyapu ruangan. peneliti
melatih pasien 6 cara minum Hasil evaluasi defisit
obat yang benar. perawatan diri pada hari
3. Ketiga peneliti melatih terakhir tanggal 26 Mei 2017
pasien cara mengontrol didapatkan, partisipan 2 telah
marah secara verbal yaitu mampu untuk melakukan
meminta dan menolak kegiatan kebersihan diri yaitu
dengan baik. mandi dan gosok gigi tapi
4. Dan yang terakhir peneliti belum mandiri. Peneliti sudah
melatih pasien cara
mengontrol marah dengan
cara spiritual.

Evaluasi Hasil evaluasi defisit


Keperawatan perawatan diri pada hari
terakhir tanggal 26 Mei 2017
didapatkan, partisipan 1 telah
mampu untuk melakukan
kegiatan kebersihan diri yaitu
mandi secara mandiri dan
gosok gigi tanpa harus
disuruh,
kedua yaitu merapikan tempat tidur.
3. Melatih kegiatan ketiga yaitu menyapu
ruangan.
4. Melatih pasien kegitan keempat
yaitu melipat pakaian. Peneliti juga
melakukan implementasi pada diagnosa
keperawatan prioritas ketiga yaitu
halusinasi yang dilakukan dari tanggal 23
Mei-26 Mei 2017 dengan implementasi
sebagai berikut :
1. Pada pertemuan pertama yang perawat
lakukan yaitu membina hubungan saling
percaya dan melatih pasien cara
menghardik halusinasi.
2. Peneliti melatih pasien dengan cara
patuh minum obat.
3. Peneliti melatih pasien cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
4. Peneliti melatih pasien cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas
sehari-hari.
telah mampu hari terakhir yaitu
memakai baju tanggal 26 Mei
sendiri tetapi 2017 didapatkan
masih belum bisa bahwa, partisipan
bercukur sendiri, 1 telah mampu
mampu makan membangun
sendiri tanpa hubungan
berserakan serta terapeutik dengan
mampu BAB dan peneliti, sudah
BAK secara mampu
mandiri. Hasil mengontrol
evaluasi untuk marah, sudah tau
diagnosa harga prinsip 6 benar
diri rendah pada minum obat serta
hari terakhir yaitu sudah mau
tanggal 26 Mei malakukan
2017 didapatkan ibadah walaupun
bahwa partisipan kadang lupa.
1 telah mampu menyampaikan
membangun kepada perawat
hungan ruangan agar
terapeutik dengan mengoptimalkan
peneliti, sudah kemampuan
mulai berbicara mandi klien, telah
dengan pasien mampu memakai
lain, sudah bisa baju sendiri tetapi
melakukan masih belum bisa
kegiatan sehari- bercukur sendiri,
hari seseaui yang mampu makan
diajarkan sendiri tanpa
sertadapat berserakan serta
berperan serta mampu BAB dan
dengan baik BAK secara
dalam proses mandiri. Hasil
asuhan evaluasi untuk
keperawatan diagnosa harga
yang dilakukan diri rendah pada
peneliti. Klien hari terakhir yaitu
mengatakan tanggal 26 Mei
senang bisa 2017 didapatkan
melaksanakan bahwa partisipan
kegiatan secara 1 telah mampu
bertahap. membangun
Hasil evaluasi hungan terapeutik
untuk diagnosa dengan peneliti,
resiko perilaku sudah mulai
kekerasanpada berbicara dengan
pasien lain, sudah obat
bisa melakukan serta
kegiatan sehari- mamp
hari seseaui yang u
diajarkan melaku
sertadapat kan
berperan serta aktivit
dengan baik as
dalam proses yang
asuhan ada di
keperawatan ruanga
yang dilakukan n
peneliti. Klien dengan
mengatakan baik.
senang bisa Berdasarkan hasil kasus asuhan
melaksanakan keperawatan jiwa yang di lakukan pada
kegiatan secara
bertahap. Hasil partisipan 1 dan partisipan 2 dengan
evaluasi untuk masalah defisit perawatan diri yang
halusinasi pada
hari terakhir yaitu dilakukan sejak tanggal 17 Mei – 26 Mei
tanggal 26 Mei 2017 di ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa
2017 didapatkan
Prof. HB Saanin Padang, maka dalam bab
partisipan 2
sudah bisa ini penulis akan membahas kesenjangan
berinteraksi antara teori dan kenyataan yang diperoleh
dengan pasien
lain, saat peneliti sebagai hasil pelaksanaan studi kasus.
datang partisipan Penulis juga akan membahas kesulitan
2 selalu
tersenyum dan yang di temukan dalam memberikan
menjawab salam asuhan keperawatan terhadap partisipan 1
peneliti,
dan partisipan 2 dengan defisit perawatan
B. Pembahasan Kasus
sudahdiri. Dalam penyusunan asuhan
bisakeperawatan penulis melakukan suatu
mengo
ntrolproses yang meliputi pengkajian, diagnosa
halusin
keperawatan, intervensi, implementasi dan
asi
evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
dengan
mengh
ardik 1. Pengkajian Keperawatan
halusin
asi, a. Keluhan utama
sudah
rutin Penelitian yang dilakukan pada
minum partisipan 1 ditemukan data
partisipan 1 masuk karena klien Asumsi peneliti tidak terdapat
gelisah, marah-marah tanpa perbedaan antara teori dan
sebab, emosi labil, mudah praktek yang di temukan
tersinggung, meninju-ninju dilapangan. Disini sudah
dinding dan adanya perasaan didapatkan kesesuaian antara
curiga. Sedangkan penelitian kasus dengan konsep teori
yang dilakukan pada partisipan bahwa tanda dan gejala yang
2 ditemukan data partisipan 2 muncul atau yang dialami oleh
masuk karena klien mengamuk, kedua partisipan terdapat dalam
memecah kaca, melempar teori.
mobil, marah-marah tanpa
sebab, emosi labil, bicarabicara b. Faktor Predisposisi
sendiri, baju berlapis-lapis, bau
Penelitian yang dilakukan pada
dan kumal.
partisipan 1 didapatkan faktor
Hal ini sesuai dengan teori predisposisi yang menyebabkan
Dermawan (2013), menjelaskan terjadinya gangguan jiwa
bahwa keadaan fisik pasien (defisit perawatan diri) pada
yaitu badan bau, pakaian kotor, klien adalah kemampuan realitas
rambut dan kulit kotor/kumal, menurun dimana klien tidak
penampilan tidak rapi. Keadaan mempedulikan dirinya dan
psikologis dan sosial klien yaitu kadang klien berkeliaran di
klien malas, menarik diri, isolasi jalanan. Sedangkan penelitian
diri, interaksi kurang, kegiatan yang dilakukan pada partisipan
kurang dan tidak mampu 2 didapatkan faktor predisposisi
berperilaku sesuai norma. Disini (sosial) yang memperberat
pasien malu, tidak memiliki terjadinya gangguan jiwa pada
kemampuan, penampilan tidak klien dimana tidak adanya
rapi, tatapan tajam dan sering dukungan keluarga serta
mengepalkan tangan, terdapat lingkungan sekitar. Pada pasien
gangguan integritas kulit, malas, gangguan jiwa dengan defisit
kegiatan kurang dan tidak perawatan diri adanya factor
sopan. predisposisi seperti faktor
kemampuan realitas dan faktor gangguan jiwa pada klien
sosial. terutama perawatan diri.

Hal ini sesuai dengan teori


Dermawan (2013), mengatakan
c. Hubungan Sosial
gangguan jiwa dengan Penelitian yang dilakukan pada
kemampuan realitas yang partisipan 1 didapatkan data
kurang menyebabkan klien mengatakan biasanya
ketidakpedulian dirinya dan dekat dengan anak-anak, istri,
lingkungan termasuk perawatan orangtua dan kakaknya.
diri serta kurangnya dukungan Partisipan 1 tinggal dengan
dan latihan kemampuan kakaknya, tidak ada hambatan
perawatan diri dan dalam berhubungan dengan
lingkungannya. Situasi orang lain disekitarnya dan klien
lingkungan mempengaruhi tidak ada berperan serta dalam
latihan kemampuan dalam kegiatan kelompok atau
perawatan diri. masyarakat sedangkan pada
Asumsi peneliti tidak terdapat partisipan 2 mengatakan tidak
perbedaan antara teori dan kasus memiliki orang terdekat , tidak
yang di temukan dilapangan. memiliki peran dalam
Kedua partisipan sama-sama masyarakat, tidak ada orang-
memiliki faktor predisposisi. orang yang mau menerima
Hanya saja peneliti keberadaanya.
mengemukakan bahwa terdapat Gangguan pola hubungan sosial
perbedaan faktor penyebab pada partisipan 2 tersebut sesuai
terjadinya gangguan jiwa dengan teori yang dikemukakan
(defisit perawatan diri) antara oleh Dermawan (2013),
partisipan 1 dan partisipan 2. menyatakan hubungan pasien
Penyebab gangguan jiwa pada dengan orang lain sangat
partisipan 1 yaitu faktor terganggu karena penampilan
kemampuan realitas yang pasien yang kotor sehingga
menurun dan pada partisipan 2 orang sekitar menghindari
yaitu faktor soaial, merupakan pasien. Adanya hambatan dalam
faktor yang memperberat berhubungan dengan orang lain,
serta hambatan minat menyatakan bahwa hasil
berinteraksi dengan orang lain. pengkajian alam perasaan pada
partisipan 1 dan partisipan 2
Asumsi peneliti menyatakan
berbeda. Pada partisipan 2
bahwa dari data diatas terdapat
bertentangan dengan teori
perbedaan pada pola hubungan
sedangkan pada partisipan 1
sosial antara partisipan 1 dan
sesuai dengan teori Dermawan
partisipan 2 dimana pada
(2013), yang menyatakan bahwa
partisipan 1 tidak terdapat
biasanya keadaan pasien tampak
gangguan sedangkan pada
sedih, putus asa, merasa tidak
partisipan 2 terdapat gangguan
berdaya, rendah diri dan merasa
pada hubungan sosial.
dihina.
Perbedaan tersebut terjadi
karena adanya dukungan
keluarga dari partisipan 1 2. Diagnosa Keperawatan
sehingga bisa menjalin Berdasarkan diagnosa keperawatan
hubungan dengan orang lain dan jiwa pada partisipan 1, ditemukan
pada partisipan 2 tidak adanya diagnosa defisit perawatan diri,
dukungan baik dari keluarga harga diri rendah dan resiko
maupun lingkungan. perilaku kekerasan. Sedangkan pada
partisipan 2, ditemukan diagnosa
d. Status Mental defisit perawatan, harga diri rendah
dan gangguan persepsi sensori :
Penelitian yang dilakukan
halusinasi. Teori Fitria (2012),
terhadap partisipan 1 didapatkan
menyatakan bahwa pohon masalah
data klien mengatakan sedih
pada pasien dengan gangguan
karena jauh dari keluarganya
defisit perawatan diri yaitu harga
dan khawatir terhadap apabila
diri rendah sebagai penyebab,
terjadi sesuatu pada dirinya
defisit perawatan diri sebagai
namun kekhawatirannya masih
coreproblem, dan isolasi sosial
bisa dikontrol. Sedangkan pada
sebagai akibat.
partisipan 2 mengatakan
perasaannya biasa-biasa saja, Peneliti tidak menemukan adanya
tidak ada yang perlu gangguan menarik diri : isolasi
dikhawatirkan. Asumsi peneliti sosial pada partisipan 1 dan
partisipan 2 pada kasus ini. Dimana seluruh tubuhnya, tampak
pasien tidak ada menunjukan tanda- menggaruk-garuk tubuhnya, pada
tanda objektif seperti ekspresi wajah saat makan tampak masih
sedih, afek tumpul, tidak ada kontak berserakan.Pernyataan dan keadaan
mata dan berdiam diri di kamar. pasien tersebut sesuai dengan teori
Dalami (2014), menyatakan bahwa menurut Dermawan (2013), dimana
tanda dan gejala klien dengan kuku klien kotor, gigi kotor disertai
isolasi sosial meliputi apatis, mulut bau, penampilan tidak rapi,
ekspresi wajah sedih, afek tumpul, badan bau dan pakaian kotor,
menghindar dari orang lain, klien rambut dan kulit kotor serta cara
tampak memisahkan diri dari orang makan tidak teratur atau berserakan.
lain, komunikasi kurang, klien
Prioritas kedua diagnosa
tampak tidak bercakap-cakap
keperawatan pada partisipan 1 dan
dengan klien atau perawat, tidak ada
partisipan 2 adalah harga diri
kontak mata atau kontak mata
rendah. Peneliti memprioritaskan
kurang, klien lebih sering
diagnosa kedua pada masing-
menunduk, berdiam diri di kamar.
masing partisipan berdasarkan data
Sementara itu prioritas diagnosa yang sering muncul atau aktual.
keperawatan yang pertama Pada partisipan 1 didapatkan data,
partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu klien malu dengan keadaannya dan
gangguan defisit perawatan diri. tidak memiliki kemampuan untuk
Data yang memperkuat penulis melakukan aktivitas. Sedangkan,
mengangkat diagnosa defisit partisipan 2 didapatkan data klien
perawatan diri yaitu pada partisipan mengatakan orang-orang
1 didapatkan data objektif menganggap rendah dirinya, klien
penampilan klien tidak rapi, kuku pesimis terhadap dirinya, klien
pendek tapi kotor, sesekali tampak tampak sering menyendiri.
menggaruk-garuk kaki dan
Prioritas ketiga diagnosa
tangannya, dan saat makan masih
keperawatan pada partisipan 1
berserakan, gigi tampak kuning dan
resiko perilaku kekerasan adalah
mulut bau, sedangkan partisipan 2 tatapan klien masih tajam, sering
didapatkan data gigi partisipan 1 mengepalkan tangannya, masih
tampak kuning, mulut bau, pakaian mencurigai orang lain. Teori ini
tidak rapi, terdapat penyakit kulit di
diperkuat oleh Dalami (2014) yaitu perawatan diri, harga diri rendah
perubahan yang terjadi pada pasien dan halusinasi, perawat membuat
dengan resiko perilaku kekerasan rencana keperawatan yang
antara lain jengkel, labil, pandangan terstandar dengan membuat strategi
tajam, wajah tegang, menarik diri, pelaksanaan tindakan keperawatan
curiga dan ragu-ragu. Sedangkan terhadap pasien.
pada partisipan 2 adalah gangguan
Strategi pelaksanaan tindakan
persepsi sensori : halusinasi. Pada
keperawatan untuk diagnosa
partisipan 2 didapatkan data klien
prioritas pertama defisit perawatan
mendengar suara-suara yang
diri pada partisipan 1 dan partisipan
menyuruhnya untuk memukul orang
2 yang dilakukan pada klien terdiri
lain, tampak bicara-bicara sendiri
dari empat latihan yaitu pertama
dan sering mondar-mandir di
perawat melatih cara menjaga
ruangan. Asumsi peneliti adalah
kebersihan diri : mandi, cuci
tidak terdapat perbedaan antara teori
rambut, kedua melatih cara
dan praktek tentang tanda dan gejala
berdandan : sisiran, ketiga melatih
pasien yang yang peneliti temukan
cara makan dan minum dengan
di lapangan. Tetapi pada kasus ini
baik, keempat melatih BAB/BAK
peneliti menemukan perbedaan
diagnosa yang muncul antara dengan baik.

partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu Diagnosa keperawatan prioritas


diagnosa isolasi sosial yang tidak kedua adalah harga diri rendah.
ditemukan pada kedua partisipan Strategi pelaksanaan tindakan
dan pada partisipan 1 muncul keperawatan yang dilakukan pada
diagnosa resiko perilaku kekerasan pasien terdiri dari empat, yaitu
sedangkan pada partisipan 2 yang pertama perawat membantu pasien
muncul yaitu diagnosa halusinasi. memilih beberapa kegiatan yang
dapat dilakukannya, pilih salah satu
3. Intervensi Keperawatan kegiatan yang dapat dilatih saat ini,
Berdasarkan diagnosa keperawatan kedua yaitu perawat membantu
yang ditemukan pada partisipan 1 pasien memilih kegiatan kedua,
yaitu gangguan defisit perawatan latih kegiatan kedua, ketiga yaitu
diri, harga diri rendah dan resiko perawat membantu pasien memilih
perilaku kekerasan sedangkan pada kegiatan ketiga, latih kegiatan
partisipan 2 yaitu gangguan defisit
ketiga, keempat yaitu perawat disesuaikan kembali dengan kondisi
membantu pasien memilih kegiatan pasien serta dievaluasi secara terus
keempat, latih kegiatan keempat. menerus sehingga tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan dapat
Diagnosa keperawatan prioritas
tercapai. Peneliti juga mengikuti
ketiga untuk partisipan 1 adalah
langkah-langkah perencanaan yang
resiko perilaku kekerasan. Strategi
telah disusun mulai dari
pelaksanaan yang dilakukan pada
menentukan prioritas masalah
diagnosa resiko perilaku kekerasan
sampai dengan kriteria hasil yang
adalah melatih pasien cara
diharapkan. Dalam perencanaan
mengontrol marah dengan tarik
tidak terdapat kesenjangan antara
nafas dalam dan pukul bantal,
teori dan praktek dalam
melatih 6 cara minum obat yang
memprioritaskan masalah dan
benar, mengontrol marah dengan
perencanaan tindakan keperawatan.
cara verbal yaitu meminta dan
menolak dengan baiak serta Asumsi peneliti bahwa tidak
mengontrol marah dengan cara terdapat perbedaan perencanaan
kegitan spiritual. Sedangkan tindakan keperawatan menggunakan
diagnosa keperawatan halusinasi strategi pelaksanaan sesuai dengan
adalah diagnosa prioritas ketiga masalah yang dimiliki partisipan.
yang muncul pada partisipan 2. Selalu memantau kondisi pasien
Strategi pelaksanaan tindakan serta dievaluasi secara terus
keperawatan yang dilakukan pada menerus dapat mendukung
pasien terdiri dari empat, yaitu keberhasilan perkembangan pasien
pertama menghardik halusinasi, sehingga tujuan dan kriteria hasil
kedua yaitu dengan cara 6 benar yang diharapkan dapat tercapai
minum obat, ketiga yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain dan yang 4. Pelaksanaan keperawatan
ke empat yaitu dengan melakukan
Implementasi keperawatan pada
kegiatan / aktivitas sehari-hari.
partisipan 1 dan partisipan 2
Penyusunan rencana keperawatan disesuaikan dengan rencana
pada partisipan 1 telah sesuai tindakan keperawatan yang telah
dengan rencana teoritis menurut ditetapkan. Hasil penelitian pada
Dermawan (2013). Namun tetap partisipan 1 dan partisipan 2 dengan
gangguan defisit perawatan diri Pada partisipan 1 dengan diagnosa
sudah peneliti lakukan beberapa resiko perilaku kekerasan telah
tindakan keperawatan diantaranya : dilaksanakan pada Selasa, 23 Mei
pada hari Rabu, 17 Mei 2017 2017 latihan 1 resiko perilaku
dilaksanakan yang pertama kekerasan yaitu mengontrol marah
membina hubungan saling percaya. dengan cara tarik nafas dalam dan
Selanjutnya langsung menerapkan pukul bantal. Pada hari Rabu, 24
latihan 1 defisit perawatan diri Mei 2017 dilaksanakan kegiatan
dengan cara mengajarkan cara latihan 2 resiko perilaku kekerasan
membersihkan diri dengan mandi. yaitu mengajarkan 6 cara benar
Pada hari Kamis, 18 Mei 2017 minum obat. Pada hari Kamis, 25
dilaksanakan latihan 2 defisit Mei 2017 dilaksanakan kegiatan
perawatan diri dengan mengajarkan latihan 3 resiko perilaku kekerasan
cara berhias dan yaitu mengontrol marah dengan
berdandan/bercukur. Pada hari cara verbal. Dan pada hari Jumat,
Jumat, 19 Mei 2017 dilaksanakan 26 Mei 2017 dilaksanakan kegiatan
latihan 3 defisit perawatan diri latihan 4 resiko perilaku kekerasan
dengan mengajarkan pasien cara yaitu mengontrol marah dengan cra
makan dan minum yang benar. Pada spiritual.
hari Sabtu, 20 Mei 2017
Pada partisipan 2 peneliti
dilaksanakan latihan 4 defisit
melakukan beberapa tindakan
perawatan diri dengan mengajarkan
keperawatan diantaranya :
cara BAB/BAK yang benar.
pelaksanaan latihan 1 sampai 4
Pada partisipan 1 dengan diagnosa defisit perawatan diri bersamaan
harga diri rendah dilaksanakan pada dengan dilaksanakannya latihan 1
Sabtu, 20 Mei 2017 latihan 1 harga sampai 4 pada partisipan 1.
diri rendah. Pada hari Minggu, 21 Pelaksanaan kegiatan latihan
Mei 2017 dilaksanakan kegiatan diagnosa keperawatan harga diri
latihan 2 harga diri rendah. Pada rendah pada partisipan 2
Senin, 22 Mei 2017 dilaksanakan dilaksanakan bersamaan dengan
latihan 3 harga diri rendah. Pada pelaksanaan kegiatan latihan harga
hari Selasa, 23 Mei 2017 diri rendah pada partisipan 1. Pada
dilaksanakan latihan 4 harga diri diagnosa halusinasi dilaksanakan
rendah. pada Selasa, 23 Mei 2017 kegiatan
latihan 1 halusinasi. Pada hari Rabu, hasil bahwa ada perbedaan
24 Mei 2017 dilaksanakan kegiatan kemampuan perawatan diri pre dan
latihan 2 halusinasi. Pada hari post strategi pelaksanaan
Kamis, 25 komunikasi defisit perawatan diri.
Mei 2017 dilaksanakan kegiatan
latihan 3 halusinasi dan pada hari Sedangkan untuk diagnosa harga
Jumat, 26 Mei 2017 dilaksanakan diri rendah, resiko perilaku
kegiatan latihan 4 halusinasi. kekerasan serta diagnoasa halusinasi
peneliti tidak ada mengalami
Dalam melaksanakan tindakan kesulitahan hanya saja tingkat
keperawatan yang sudah pemahaman dan pelaksanaan
direncanakan, perawat perlu masing-masing partisipan berbeda
menvalidasi dengan singkat apakah ditandai dengan partisipan 1 yang
rencana tindakan masih sesuai dan lebih cepat menangkap semua
dibutuhkan klien sesuai dengan kegiatan yang telah diajarkan
kondisinya (here and now). Peneliti dibandingkan partisipan 2, klien
menemukan kesulitan dalam bekerjasama dengan baik antar
pelaksanaan tindakan peneliti.
keperawatanyaitu strategi
pelaksanaan defisit perawatan diri. 5. Evaluasi Keperawatan
Pasien sudah mampu menyebutkan Pada kasus penulis melakukan
keeempat strategi pelaksanaan saat evaluasi dari tindakan keperawatan
evaluasi subjektif, hanya saja pasien dilakukan selama 10 hari dari
masih malas untuk melakukan tanggal 17 Mei 2017 sampai 26 Mei
apabila tidak ada kontak antara 2017.
perawat dengan pasien secara Ketiga masalah keperawatan
berkesinambungan. Hal ini masing-masing partisipan telah
diperkuat dengan hasil penelitian teratasi. Evaluasi yang peneliti
dilakukan oleh Khaeriyah (2013) lakukan pada kedua partisipan
mengenai kemampuan perawatan adalah meliputi telah terjalinnya
diri pada 50 orang klien defisit hubungan yang terapeutik dan
perawatan diri yang diberikan saling percaya antara perawat dan
strategi pelaksanaan komunikasi klien ditandai dengan klien bersedia
defisit perawatan diri, didapatkan duduk berhadapan dengan peneliti
dan mau berkenalan serta berjabat diharapkan halusinasi pasien tidak
tangan dengan peneliti. Pada muncul kembali.
diagnosa keperawatan defisit
Evaluasi akhir menurut peneliti
perawatan diri, pasien menunjukan
setelah dilakukan tindakan strategi
perubahan yang cukup signifikan.
pelaksanaan pada masing-masing
Pasien sudah mampu melakukan
partisipan didapatkan partisipan 2
kebersihan diri dan menunjukan
lebih lambat dalam menangkap atau
kemajuan. Pasien mengatakan
merespon tindakan yang telah
merasa nyaman, pasien juga mampu
diajarkan hal ini didukung oleh
memperagakan ulang cara yang
persepsi partisipanyang mana
dilatih dengan benar sehingga
partisipan 2 mengalami halusinasi.
diharapkan kebersihan diri pasien
Keadaan ini sesuai dengan teori
dapat terjaga. Pada diagnosa
keperawatan harga diri rendah, pada Dermawan (2013), mengatakan

kedua partisipan juga menunjukan bahwa persepsi biasanya terjadi

perbaikan yang cukup signifikan. pada pasien yang berhalusinasi

Pasien tidak malas lagi melakukan seperti tentang ketakutan terhadap


kegiatan sehari-hari yang bisa ia hal-hal kebersihan diri baik
lakukan. Pada diagnosa halusinasi pendengaran, penglihatan
keperawatan resiko perilaku serta halusinasi perabaan yang
kekerasan pada partisipan 1 membuat pasien tidak mau
menunjukkan perubahan dengan membersihkan diri dan pasien
klien mengatakan sudah tidak mengalami dipersonalisasi.
marah lagi dan sudah mau
melakukan kegiatan spiritual. Serta
pada diagnosa keperawatan BAB V
halusinasi pada partisipan 2 juga PENUTUP
menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Pasien sudah tidak lagi
atau jarang mendengar suara-suara Setelah penulis melakukan asuhan
yang muncul serta pasien keperawatan pada partisipan 1 dan
mengatakan sudah merasa tenang partisipan 2 dengan diagnosa keperawatan
dan mampu memperagakan kembali gangguan defisit perawatan diri.
latihan yang dipelajari dan Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan pada
tanggal 17 Mei 2017 sampai tanggal 26 serta lingkungan sekitarnya
Mei 2017 maka dapat disimpulkan : untuk melakukan kebersihan
diri.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan 2. Analisa data dan diagnosa
klien lebih suka sendiri, malu, Dalam menegakkan diagnosa
tidak memiliki kemampuan keperawatan peneliti
untuk melakukan aktivitas, mengumpulkan data dan
tatapan tajam, curuga terhadap menegakkan diagnosa
orang lain, penampilan tidak keperawatan berdasarkan pohon
rapi dan kuku kotor. Peneliti masalah yang ada pada teori.
berpendapat factor predisposisi Asumsi peneliti terdapat
yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara teori dan
gangguan jiwa (defisit praktek yang peneliti temukan
perawatan diri) pada partisipan dilapangan. Pada teori yang
1 karena kemampuan realitas muncul yaitu harga diri rendah
klien menurun dimana klien sebagai penyebab dan isolasi
tidak mempedulikan keadaan sosial sebagai akibat yang bisa
dirinya dan kadang klien ditimbulkan oleh defisit
berkeliaran dijalanan.. perawatan diri, tetapi peneliti
Pada partisipan 2 ditemukan tidak menemukan diagnosa
klien sering mondar-mandir, isolasi sosial pada kedua
tampak bicara sendiri, klien partisipan karena tidak
mendengar suara-suara yang tak ditemukan data subjektif atau
berwujud yang mengatakan objektif yang mendukung pada
dirinya untuk tidak melakukan partisipan serta didapatkan
aktivitas, mulut bau, tidak rapi, diagnosa kerusakan integritas
terdpat penyakit kulit diseluruh kulit pada partisipan 2. Penulis
tubuh. Peneliti berpendapat tidak menemukan hambatan
bahwa faktor predisposisi yang karena kedua partisipan cukup
memperberat terjadinya kooperatif saat berinteraksi
gangguan jiwa pada partisipan 2 dengan penulis.
adalah faktor sosial dimana
tidak adanya dukungan keluarga 3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti direncanakan serta diagnosa
menyimpulkan bahwa tidak ada kerusakan integritas kulit.
perbedaan yang ditemukan
untuk diagnosa keperawatan 5. Evaluasi
jiwa hanya saja terdapat Pada evaluasi untuk masalah
intervensi untuk diagnosa keperawatan, setelah dilakukan
kerusakan integritas kulit. tindakan keperawatan selama 10
Dalam menyusun perencanaan hari, kedua partisipan mampu
keperawatan, peneliti telah menjaga kebersihan diri,
membuat perencanaan sesuai melakukan kegiatan yang telah
teoritis yang ada dan diharapkan dipilih, mengontrol marah dan
dapat mengatasi masalah pasien. mengntrol halusinasi serta
Disini peneliti berusaha peneliti telah menyampaikan
memprioritaskan masalah sesuai kepada perawat ruangan agar
dengan pohon masalah yang melakukan intervensi terhadap
telah ada baik itu dari penyebab kerusakan integritas kulit pada
maupun akibat yang muncul. partisipan 2. Faktor pendukung
bagi penulis dalam
4. Implementasi keperawatan mengumpulkan data dimana
Tahap ini tindakan keperawatan kedua partisipan cukup
disesuaikan dengan perencanaan kooperatif dalam member
yang telah peneliti susun yang informasi yang dibutuhkan
didapat dari teoritis. untuk kelengkapan data. Untuk
Pelaksanaan tindakan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang dilakukan keperawatan pada kedua
adalah diagnosa gangguan partisipan, maka penulis dapat
defisit perawatan diri, harga diri melakukannya sesuai dengan
rendah, resiko perilaku tindakan keperawatan yang
kekerasan dan gangguan dilakukan dan dibantu oleh
persepsi sensori : halusinasi perawat ruangan.
yang dilaksanakan sampai
strategi pelaksanaan 4 sesuai B. Saran
dengan pelaksanaan yang telah 1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah penyerta seperti kerusakan
wawasan mahasiswa dan integritas kulit.
pengalaman mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan
jiwa dengan mengaplikasikan
ilmu dan teori yang diperoleh
dibangku perkuliahan
khususnya pada pasien dengan
DAFTAR PUSTAKA
gangguan defisit perawatan
diri.

2. Bagi institusi pendidikan Badan penelitian dan pengembangan


Sebagai bahan bacaan dan kesehatan. Riset kesehatan dasar
(2013). Kementrian Kesehatan
referensi karya tulis ilmiah Republik Indonesia: Jakarta.
perpustakaan untuk menambah
Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan
khasanah ilmu pengetahuan Keperawatan Klien Dengan
tentang keperawatan jiwa bagi Gangguan Jiwa, Jakarta : Trans Info
Media.
mahasiswa yang bersangkutan
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013.
di Poltekkes Kemenkes RI Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Padang khususnya pada pasien Kperawatan Jiwa. Yogyakarta,
Gosyan Publishing.
dengan gangguan defisit
perawatan diri. Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku
Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta : Nuha Medika.
3. Rumah Sakit
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan
Sebagai gambaran dalam aplikasi penulisan laporan
pemberian asuhan keperawatan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan
khususnya pada pasien dengan
(LP dan SP) untuk 7 diagnosis
gangguan defisit perawatan diri keperawatan jiwa berat, Jakarta :
bahwa perawat tidak hanya Salemba Medika.
terfokus melakukan Gloria Bulecheck, Howard Butcher, dkk.
implementasi pada diagnosa 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore :
defisit perawatan diri saja tetapi
Elsevier Global Rights.
harus memperhatikan diagnosa
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Praktis Ed. 3. Jakarta : Salemba
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Medika.
Ed.
2. Jakarta : Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi
Keliat, BA dan Akemat. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jakarta:
Profil Kesehatan Kota Padang 2014. Dinas
EGC
Kesehatan Kota Padang edisi 2015.
Khaeriyah, Uswatun, dkk. 2013. Pengaruh RSJ Prof HB Saanin Padang. 2016.
Komunikasi Terapeutik (SP 1-4) Laporan Rekam Medik Defisit
Perawatan Diri. Padang : Instalasi
Terhadap Kemauan dan Kemampuan
Rekam Medik.
Personal Higiene pada Klien dengan
Defisit Perawatan Diri di RSJD Dr. Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk.
AMINO GONDOHUTOMO 2016. Nursing Outcome
Semarang. . L. Ratumbuysang Classification (NOC). Singapore :
Propinsi Sulawesi Utara. Elsevier Global Rights.
http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&articl Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
e=183497. Diakses pada tanggal 10 Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Januari 2017 pukul 22:47 WIB. Bandung: Alfabeta.
Madalise, Seniaty, dkk. 2015. Pengaruh Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi
Pemberian Pendidikan Kesehatan Penelitian Keperawatan.
Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Yogyakarta: Nuha Medika.
Perawatan Diri)Terhadap
Pelaksanaan Adl UU Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1 (ayat 1
(Activity Of Dayli Living) Kebersihan & 3) Tentang Kesehatan Jiwa.
Gigi Dan Mulut Di Rsj Prof.Dr. V. L
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar
Ratumbuysang Ruang
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Katrili. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&articl
e=331817. Diakses pada tanggal 10
januari 2016 pukul 01:15 WIB.

Makaghe, Marshaly, dkk. 2013. Hubungan


Pengetahuan, Nilai dan Sikap
Keluarga dengan Pemberian
Dukungan pada Pasien Gangguan
Jiwa di Poliklinik Psikiatri RSJ Prof.
DR. V. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&articl
e=81504. Diakses pada tanggal 10
Januari 2017 pukul 23:52 WIB.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian


Ilmu Keperawatan : Pendekatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN Saanin Padang dan mendapatkan
KESEHATAN JIWA pegobatan sebelumnya pada tahun
2006. Namun sejak pulang dari
pengobatn klien tidak pernah
minum obat. Keluarga
Pengkajian mengatakan ± 1 bulan yang lalu
klien pernah dirawat di RS.
Ruang Rawat: Dahlia Tanggal Dirawat: 24
Yossudarso selama 1 minggu
April 2017
karena diare.
I. Identitas Klien
c. Trauma
Inisial Klien : Tn. N
• Aniaya Fisik
Umur : 47 tahun
No. Rekam Medik : 030381 Klien tidak pernah
Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2017 mendapatkan perlakuan
Informan : Klien, status dan perawat aniaya fisik baik dari
ruangan lingkungan maupun
Alamat Lengkap: Komp. Villa keluarga.
Anggre Blok 2 no. 26 Rt. O4 Rw. 13
Balai Gadang Koto Tangah Padang • Aniaya Seksual
Klien tidak pernah menjadi
II. Alasan Masuk pelaku, korban atau saksi
dalam aniaya seksual.
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prof
HB Saanin Padang pada tanggal 24 • Penolakan
April 2017 melalui IGD karena klien
gelisah, marah-marah tanpa sebab, Klien mengatakan tidak
emosi labil, mudah tersinggung, pernah mengalami
meninju-ninju dinding dan curiga. penolakan sosial baik dari
Klien mengatakan bertengkar dengan keluarga ataupun lingkungan
kakaknya. masyarakat sekitar.

• Kekerasan Dalam Keluarga


III. Faktor Predisposisi Klien sebelumnya
melakukan kekerasan kepasa
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu keluarga yaitu bertengkar
Klien sakit semenjak tahun 2004 dengan kakaknya
dan sekarang klien dirawat untuk
• Tindakan Kriminal
yang ke 3 kalinya. Klien dirawat
terakhir pada tahun 2006. Klien Klien tidak pernah menjadi
menggelandang ± 3 bulan ini dan pelaku korban atau saksi
kadang pulang kerumah yang terkait denan tindakan
kakaknya. kriminal.
b. Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat IV. Pemeriksaan Fisik
di Rumah Sakit Jiwa Prof HB
• Tanda-tanda Vital : TD: merupkan anak terakhir dari 5
120/80 mmHg N: 84x/i bersaudara .Terkadang klien
S: 36,7°C P: 21x/i sering bertengkar dengan kakanya
dan klien mengambil keputusan
• Ukuran : TB: 164 cm sendiri dan kabur dari rumah
BB: 50 kg  Keluhan kakaknya.
b. Konsep Diri
Fisik :
• Citra Tubuh
Klien mengatakan tidak ada
Klien mengatakan menyukai
mengalami keluhan fisik pada
seluruh bagian tubuhnya
tubuhnya.
Tampak klien menggaruk tangan dan • Identitas Diri
kakinya. Gigi klien terlihat kotor.
Klien mengatkan dirinya
seorang laki-laki
V. Psikososial
• Peran Diri
a. Genogram
Klien menyadari perannya
adalah seorang ayah dari
anak-anak nya dan suami dari
istrinya

• Ideal Diri
Klien mengatakan dari ingin
cepat sembuh dan ingin
pulang

• Harga Diri

Keterangan : Klien mengatkan dirinya


= diharai oleh keluaranya

c. Hubungan Sosial
• Orang Terdekat
Anak-anak ,Istri, Kakak dan
Perempuan= Klien orangtua

= Laki-laki = Hubungan • Peran serta dalam kegiatan


kelompok masyarakat
Keluarga = Meninggal= Tinggal
Klien tidak ada berperan serta
Serumah dalam kegiatan kelompok /
masyarakat sejak sakit
Klien mengatakan orangtuanya
• Hambatan dalam berhubungan
sudah meninggal dunia dank lien
dengan orang lain
tinggal dengan kakaknya . Klien
Tidak ada hambatan dalam f. Interaksi selama wawancara
hubungan dengan orang lain
Saat dilakukan interpeksi
di sekitarnya
wawancara, klien sering diam dan
d. Spiritual mudah tersinggung , klien
meminta untuk wawancara
• Nilai dan Keyakinan dengan orang lain
Klien mengunjung tinggi dan g. Persepsi
mengatakan beragama islam
Klien mengatakan tidak ada
• Kegiatan Ibadah mendengar atau melihat bayangan
atau suara yang tidak nyata
Semenjak dirawat klien
mengatakan jarang melakukan h. Proses pikir
ibadah seperti shalat dan
berzikir Ketika diajak wawancara , klien
VI. Status Mental menjawab pertanyaan dengan
berbelitbelit dan terkadang tidak
a. Penampilan nyambung dengan jawaban tapi
bisa sampai pada tujuan bahasan
Klien berpenampilan tidak rapi,
kuku pendek tapi kotor dan badan i. Isi pikir
klien bau
Klien terus bertanya kapan ia
b. Pembicaraan akan pulang dan diantar denagn
mobil kerumahnya. Klien tidak
Klien tidak mampu memulai
mengalami dipersonalisasi pikiran
pembicaraan dengan lawan
magis ataupun waham
bicara, cukup kooperatif namun
nada bicara lambat dan pelan. j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan namanya tetap
c. Aktivitas motorik
klien tempak sering bingung pada
Klien tampak gelisah saat saat dilakukan wawancara.
diwawancara klien juga sering
terlihat mondar-mandir diruangan k. Memori
Klien mengatakan tidak ingat
d. Alam perasaaan
kejadian lebih dari 1 tahun yang
Klien mengatakan merasa sedih lalu.
karna jauh dari keluarga dan
orantuanya. Klien khawatir l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
terhadap apabila terjadi sesuatu Klien tidak mampu
pada dirinya namun berkonsentrasi pada saat
kekhawatirannya masih bisa wawancara klien sering
dikotrol mengatakan pembicaraan.

m. Kemampuan penilaian
e. Afek
Klien dapat memeilih dan
Klien tampak labil pada saat megambil keputusan yang
dilakukan wawancara sederhana ketika diberikan sedikit
bantuan misalnya klien mampu Klien mengatakan minum obat
memilih akan menjadi dahulu secara teratur selama dirumah
atau makan. sakit
Risperidon
n. Daya tilik diri Lorazepam
Klien kurang menyadari tentang
g. Pemeliharaan kesehatan
perubahan fisik pada dirinya
namun klien juga tidak Klien mengatakan akan selalu
menyalahkan orang lain atas apa minum obat sampai dirinya
yang terjadi pada dirinya. sembuh

h. Kegiatan didalam rumah


VII. Kebutuhan Pasien Pulang
Klien mandi tanpa dibantu orang
a. Makan lain.
Klien makan 3x sehari dengan i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
nasi, lauk pauk dan sayuran tanpa
ada pantangan atau alergi. Setelah Klien tidak memiliki pekerjaan.
makan klien membersihkan Klien sering berjalan keluar
peralatan makan rumah dan pulang pada malam
hari
b. BAB/BAK
Klien BAB ± 2x seminggu dan VIII.Mekanisme Koping
BAK ± 6X sehari. BAB dan BAK
pasie selalu disiram dengan bersih a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan
orang lain. Klien bisa
c. Mandi menyelesaikan masalah sederhana
dengan bantuan orang lain
Klien mandi 2x sehari dan klien
mandi dngan benar jarang b. Koping maldaptif
menggosok gigi
Jika klien sedang pusing , klien
d. Berpakaian/Berhias sering marah tanpa sebab

Klien mengatakan sudah bisa


berpakaian dengan benar. Namun IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
belum bisa berhias / bercukur
a. Masalah dengan dukungan
sendiri
kelompok
e. Istirahat/tidur Klien mengatakan dalam
Klien mengatakan tidur dengan kelompok bisa diterima dan tidak
nyenyak dimalam hari jarang diasingkan , hanya saja kelompok
tidur siang , sebelum tidur klien mempunyai penilaian berbeda
tidak mencuci kaki, tangan dan kepada dirinya
gosok gigi
b. Masalah berhubungan dengan
f. Penggunaan obat lingkungan
Klien mengatakan tidak ada
masalah antara dirinya dan
lingkungan masyarakat. Klien XII. Analisa Data
merasa tidak pernah melakukan
No Data
hal yang meresahkan masyarakat
1. DS:- Klien mengatakan ia
dan lingkungan sekitar.
tidak suka marah
c. Masalah dengan pendidikan marah lagi Resiko
Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan menyelesaikan - K
bangku sekolah hingga smp. l
Klien tidak melanjutkan ke SMA i
d. Masalah dengan pekerjaan e
n
Klien mengatakan tidak memiliki
pekejaan
m
e. Masalah dengan perumahan e
n
Klien mengatakan tinggal g
bersama kakaknya a
t
f. Masalah ekonomi a
Klien tidak memiliki pekerjaan k
a
g. Masalah dengan pelayanan n
kesehatan
i
Klien mengatakan tidak ada
a
masalah dengan pelayana
kesehatan
t
i
X. Pengetahuan d
a
Klien mengatakan tahu kondisinya k
saat ini dan pasien belum bisa
benarbenar mengontrolnya m
e
m
XI. Aspek Medik u
Diagnosa Medik : Skizofrenia k
Terapi Medik : 1. Risperidon : 2x1 u
mg l
2. Lorazepam : 1x2
mg o
3. Fe : 2x1 mg r
4. As. Folat : 2x1 a
mg n
g
- K a
l n
i
e DO:- Emosi klien masih labil
n - K
l
m i
e e
n n
g
a t
t a
a m
k p
a a
n k

j w
i a
k s
a p
a
e d
m a
o
s - K
i l
i
i e
a n

m t
e a
n m
g p
g a
e k
p
a k
l e
k s
a a
n l

t j
a i
g k
a
2 - Klien mengatakan jarang
d mengosok gigi dan menyisir Defisit pe
i rambut
t
a DO:- Saat makan masih
n berserakan dan ada sisa-
y sisa makanan dimulut
a - Kuku tamapak panjang dan
kotor
b - Klien mandi masih disuruh,
a badan bau
n
3 DS:- Klien mengatakan lebih suka Harga dir
y
sendirian di kamar
a
- Klien mengatakan tidak
k
memiliki kemampuan untuk
- melakukan aktivitas
b
a DO:- Klien tidak mau menatap mata
n pada saat wawancara
y - Klien tampak sering
a menyendiri
k - Klien tampak mudah
tersinggung
DS:- Klien mengatakan
mandi
2x sehari I. Daftar Masalah

1. Perilaku kekerasan
2. Ketidakefektifan koping
keluarga : ketidakmampuan
3. Disstres spiritual
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Resiko perilaku kekerasan
7. Gangguan proses pikir :
obsesi
8. Gangguan pemeliharaan
kesehatan
9. Kurang pengetahuan

II. Pohon Masalah


Effect Isolasi Sosia
diri : sesuai
dengan
Core Problem cara:
mandi,
Diri cuci
strategi 1.
Member
Causa rambut,
Harga Diri Rendah
sikat gigi,
Kronis
pelaksan
sihkan
potong
kuku aan
III. Daftar Diagnosa Keperawatan diri 1.
Identifikasi
1. Defisit perawatan diri tindakan
dengan
2. Harga diri rendah
masalah
3. Resiko perilaku kekerasan keperaw
cara

perawatan
INTERVENSI diri: atan
KEPERAWATAN mandi
Nama klien : Tn. N
kebersihan
No. MR : 030381 diri,
sehingga 2.
Mampu
Diagnosa
Rasio
No Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi berdandan,
1. Defisit nal
tanPasien Setelah 2-4x SP 1 klien
Pasien: Perawatan mampu: berhias
pertemuan: pengkajian dan
Diri Menjaga makan/minu
Klien m,
mampu merasa dan
melatih BAB/BAK
nyama
cara n
kebersih bedan
menjaga da 2.
menjaga Jelask
an diri an dan
rapi. n
kebersihan pentin
diri gnya
3.
kebersihan M
a a
m n
p
u

k
e
b
e
r
s
i
h
a
n

d
i
r
i
.

m
e
l
a
k
u
k

3
.

J
e
l
a
s
k
a
n

a
l
a
t

d
ancara
kebersihan
makandiri dan4.
Latih
cara
minummenjaga
denganmembersihkan baikdiri : mandi
dan 4. Mampuganti pakaian,
melakuksikat gigi, cuci anrambut,
potong BAB/BAkuku K5. Masukan
pada denganjadwal kegiatan
baik.untuk latihan mandi dan
sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut
( 2 kali per minggu)
potong kuku ( satu
kali per minggu)

SP 2 Pasien:
melatih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisian, rias muka
untuk perempuan ,
cukuran untuk
pria
1. Evaluasi
kegiatankebersihan
diri. Beri pujian
2. Jelaskan cara
danalat untuk
berdandan
3. Latih cara
berdandan setelah
kebersihan diri :
sisiran, cukuran
untuk pria
4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri dan berdandan.
SP 3 Pasien : melatih
cara
makan dan minum
dan baik
1.Evaluasi kegiatan
kebersihan diri
dan berdandan .
Beri pujian
2.Jelaskan cara dan
alat makan dan
minum
3.Latih cara makan
dan minum yang
baik
4.Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan dan
makan/minum
yang baik.

SP 4 Pasien :
melatih BAB dan
BAK yang baik
1.Evaluasi kegiatan
kebersihan diri,
berdandan,
makan/minum.
Beri pujian
2.Jelaskan cara
BAB/BAK yang
baik
3.Latih cara
BAB/BAK yang
baik.
4.Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk kebersihan
diri, berdandan,
makan/minum,
BAB/BAK

2. Harga diri Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien :


rendah mampu pertemuan : Pengkajian dan
: Klien mampu latihan kegiatan
Meningk meningkatkan pertama
atkan harga diri 1. Identifikasi
kepercay dengan cara : pandangan/penila
aan diri 1. Mengkaji ian pasien
yangkemampuantentang diri dimiikiyangsendiri dan
kliendimilikipengaruhnya danklien sertaterhadap
melatihmelatihhubungan dengan
klienkegiatanorang lain, sesuaipertamaharapan
yang kemamptelah dan belum uannya2.
Latihantercapai, upaya melaluikegiatanyang
dilakukan tindakankedua yanguntuk mencapai
keperawtelahharapan yang atandisepakatibelum
terpenuhi
sehingga3. Latihan2. Identifikasi
klienkegiatankemampuan
tidakketigamelakukan
lagikegiatan dan merasa4. Latihanaspek positif
putuskegiatan kepaasien ( buat asa danempat
yangdaftar kegiatan)
lebihtelah3. Bantu pasien
berartidisepakatimenilai kegiatan klienyang
dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan mana kegiatan yang dapat
dilaksanakan)
4. Buat daftar
kegiatan yang
dapat dilakukan
saat ini
5. Bantu pasien
memilih salah
satu kegiatan
yang dapat
dilakukan saat ini
untuk dilatih
6. Latih kegiatan
yang dipilih (alat
dan cara
melakukan nya)
7. Masukkan
kegiatan yang
telahh dilatih
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan

SP 2 Pasien :
Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien
1. Evaluasi tanda dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dua kegiatan

SP 3 Pasien :
Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien
1. Evaluasi tanda dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi kemampuan melakukan kegiatan
pertama, dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
3. Evaluasi manfaat

melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien
melih kegitan
ketiga yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
ketiga (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan tiga
kegiatan

SP 4 Pasien :
Strategi
pelaksanaan
pertemuan 4 pada
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala harga
diri rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan ertama,
kedua dan ketiga
yang telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
melakukan
kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
4. Bantu pasien
memilih kegiatan
keempat yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat (alat dan
cara)
6. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
empat kegiatan

3. Resiko Pasien Setelah SP Pasien


perilakumampu :dilakukanSP 1 pasien :
kekerasanMengontpertemuan 2–pengkajian dan
rol4x klienmengenal marah
marahmampu1. Mengkaji
sesuaimengontrolpengetahuan
strategimarah denganpasien tentang
pelaksancara :marah : aan1. Mengontrolpenyebab,
tandatindakanmarahtanda, jenis, dan
keperawdenganakibat marah.
atanlatihan nafas2. Menjelaskan cara
sehinggadalam danmengontrol klienpukul bantal
marah dengan merasacara tarik nfas nyaman2.
Minum obatdalam dan pukul denganbantal.
prinsip 63. Masukkan pada benar
minumjadwal kegiatan obatuntuk
latihan
3. Mengontrolnafas dalam dan marah
secarapukul bantal
verbal
SP 2 pasien : 6 4. Mengontrolbenar
minum Obat marah1. Evalusi tanda dan
dengan caragejala marah spiritual2.
Validasi kemampuan pasien mengenal
marah yang dialami dan
kemampuan
pasien
mengontrol
marah dengan tarik
nfas dalam dan pukul
bantal, berikan
pujian
3. Evalusi
manfaatmengontro
l
marah dengan cara
tarik nafas dalam dan
pukul bantal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan patuh
minum obat
(jelaskan 6 benar :
jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas
minum obat)
5. Masukkan
padajadwal
kegiatan untuk
minum obat sesuai
jadwal
Berikut ini
tindakan keperawatan yang harus dilakukan agar
pasien patuh minum obat : a. Jelaskan pentingnya
penggunaan
obat pada
gangguan jiwa
b. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai
program c. Jelaskan akibat bila putus obat
d. Jelaskan caraendapatkan
obat atau
berobat
e. Jelaskan caramenggunakan obat dengan prinsip
6 benar (jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)

SP 3 pasien : mengontrol marah dengan cara


verbal
1. Evaluasi gejalamarah
2. Vali
dasik
ema
mpu
an
pasien dalam
mengontrol
marah dengan tarik nafas dalam dan minum obat,
berikan pujian
3. Evaluasi manfaatmengontrol
marah dengan tarik nafas dalam dan minum obat
sesuai jadwal
4. Latih cara mengontrol
marah dengan cara verbal
5. Masukkan padajadwal kegiatan untuk latihan

SP 4 pasien : Mengontrol marah dengan cara


spiritual
1. Evaluasi gejala marah
2. Validasi kemampuan pasien dalam
mengontrol
marah dengan tarik nafas dalam, pukul bantal,
minum obat dan dengan cara verbal, berikan pujian
3. Evaluasi manfaat mengontrol
marah dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal,
minum obat dan dengan cara verbal sesuai jadwal
4. Latih cara
mengontrol
marah dengan
cara spititual
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian untuk tarik
nafas dalam dan
pukul bantal,
minum obat,
mengontrol
marah secara
verbal dan
spiritual.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn. N 2017 perawatan diri


No. MR : Ruangan : Dahlia
030381

HARI/TG IMPLEMENTASI
DIAGNOS EVALUASI PARA
L KEPERAWATAN F
17 Mei DefisitSP 1 Pasien: pengkajian dan S:
Klien
melatih cara menjaga
mengatakan kebersihan diri : cuci
malas untuk rambut, sikat gigi,
potong menyisir
kuku mengatakan kebersihan
a. Identifik diri, malas untuk
asi berdandan, mencuci
masalah makan/minum, rambutnya
Klien BAB/BAK
perawata b. Jelaskan pentingnya O :
n Tampak
diri:
kebersihan diri. rambut klien
c. Jelaskan alat dan kusut, tampak
cara kebersihan diri ada ketombe,
d. Latih cara menjaga klien
membersihkan diri : mengerti cara
mandi dan ganti untuk
pakaian, sikat gigi, mencuci
cuci rambut, potong rambut
kuku
A: Klien
dapat
melakukan
kegiatan
tetapi dengan
bantuan

P :
Optimalkan
SP 1,
lanjutkan SP
2
18 Mei Defisit SP 2 Pasien: melatih cara S : Klien
2017 perawatan berdandan setelah mengatakan
diri kebersihan diri : sisiran, nyaman
bercukur untuk pria dengan
a)Evaluasi kegiatan penampilan
kebersihan diri. Beri saat ini
pujian
b)Jelaskan cara dan alat O : Klien
untuk tampak masih
berdandan/bercukur kusut, tampak
c) Latih cara berdandan klien sudah
bercukur,
setelah kebersihan diri P :
tetapi dengan
: bercukur Optimalkan
bantuan
SP 2 dan
petugas
lanjutkan SP
3 : Depisit
A
19 Mei Defisit SP 3 Pasien : melatih cara S : Klien
perawatan
2017 perawatan makan dan minum dan baik diri mengatakan
: berhias
diri a. Evaluasi kegiatan sudah
diri bisa
masih
kebersihan diri dan melakukan
ada, Klien
berdandan . Beri cara
dapatmakan
pujian yang baik dan
melakukan
b. Jelaskan cara dan benar
kegiatan
alat makan dan dengan
minum O : Klien
bantuan
c. Latih cara makan tampak bisa
dan minum yang mempraktekk
baik an cara
makan yang
baik dan
benar
A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
dengan baik
tanpa arahan

P:

O
pti
m
al
ka
n
SP
3
da
n
la
nj
ut
SP
4
20 Mei Defisit SP 4 Pasien : melatih BAB
S : Klien
2017 perawatan dan BAK yang baik mengatakan diri
a. Evaluasi kegiatan mengetahui
pendengara kebersihan diri, cara
n berdandan,
BAB/BAK
makan/minum. Beri
yang benar pujian
b. Jelaskan cara O :
Klien BAB/BAK
yang tampak rapi
baik dan bersih,
c. Latih cara klien dapat
BAB/BAK yang
menyebutkan baik. alat
dan cara
BAB/BAK
yang benar
Harga diri A : Klien bisa
rendah melakukan
kegiatan yang
SP 1 Pasien : Pengkajian dilatih denan
dan latihan kegiatan baik
pertama
a) Identifikasi P:
pandangan/penilaian Optimalkan
pasien tentang diri SP 4 dan
sendiri dan evaluasi
pengaruhnya kembali SP 1,
terhadap hubungan 2 dan 3
dengan orang lain,
harapan yang telah S : Klien
dan belum tercapai, mengatakan
upaya yang perasaan
dilakukan untuk dirinya tidak
mencapai harapan mampu
yang belum melakukan
terpenuhi apa-apa
b) Bantu pasien menilai O : klien
kegiatan yang dapat tampak hanya
dilakukan saat ini berdiam diri
(pilih dari daftar saja, disela-
kegiatan mana sela
kegiatan yang dapat wawancara
dilaksanakan) klien
terkadang
c) Bantu pasien
merunduk
memilih salah satu
kegiatan yang dapat
A : Klien
dilakukan saat ini
melakukan
untuk dilatih
kegiatan
d) Latih kegiatan yang tanpa arahan
dipilih (alat dan cara perawat
melakukan nya)
P:
Optimalkan
kemampuan
SP 1
21 Mei Harga diri SP 2 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 2 mengatakan
a)Validasi kemampuan sudah
pasien melakukan melakukan
kegiatan pertama kegiatan
yang telah dilatih pertama yaitu
dan berikan pujian merapikan
b)Evaluasi manfaat tempat tidur,
melakukan kegiatan klien dapat
pertama menyebutkan
c)Bantu pasien alat untuk
memilih kegiatan kegiatan
kedua yang akan kedua
dilatih menyapu
d)Latih kegiatan kedua ruangan
(alat dan cara)
O : Klien
tampak sudah
bisa
melakukan
kegiatan,
kontak mata
kooperatif

A: Harga diri
rendah masih
ada, klien
melakukan
dengan
arahan
perawat

P:
Optimalkan
kegiatan SP 1
dan 2
22 Mei Harga diri SP 3 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 3 mengatakan
a)Validasi kemampuan drinya senang
melakukan kegiatan dapat
pertama, dan kedua melakukan
yang telah dilatih kegiatan,
dan berikan pujian klien bicara
b)Bantu pasien melih dengan nada
kegitan ketiga yang keras
akan dilatih
c)Latih kegiatan ketiga O : Kien
(alat dan cara) tampak sudah
bisa
menyiapkan
makanan,
klien tampak
bersemangat

A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
tanpa arahan
perawat

P : Optimal
kegiatan SP
3,2 dan 1
23 Mei Harga diri SP 4 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 4 mengatakan
(1) Validasi kemampuan dirinya lebih
melakukan kegiatan mampu dan
ertama, kedua dan mandiri dari
ketiga yang telah biasanya
dilatih dan berikan
pujian O : Klien bisa
(2) Evaluasi manfaat melakukan
melakukan kegiatan kegiatan
pertama, kedua dan mencuci
ketiga piring, klien
(3) Bantu pasien tampak
memilih kegiatan bersemangat
keempat yang akan
dilatih A : Klien
Resiko (4) Latih kegiatan mampu
perilaku keempat (alat dan melakukan
kekerasan cara) kegiatan
tanpa arahan
perawat

P:
Strategi Pelaksanaan 1
Optimalkan
(Mengontrol marah dengan
kegiatan SP 4
pukul bantal dan tarik nafas
dan evaluasi
dalam)
kegiatan SP
a)Membina hubungan
1, 2 dan 3
saling percaya
b)Mendiskusikan
tentang penyebab
marah
S : Klien
c)Mengidentifikasi
mengatakan
tanda dan gejala
jika emosi ia
marah
mengepalkan
d) Memvalidasi perasaan tangannya.
dan masalah klien Klien
e) Mengidentifikasi mengatakan
marah yang dilakukan akan bicara-
f) Menjelaskan cara bicara sendiri
mengontrol marah
dangan tarik nafas O : klien
dalam dan pukul tampak
bantal waspada.
Klien tampak
g) Masukkan kedalam keasal jika
jadwal harian ditanya
banyak-
banyak.
Tatapan klien
tajam

A : marah
masih ada, SP
1 tercapai
klien mampu
membina
hubungan
saling
percaya, klien
dapat
memperagaka
n cara tarik
nafas dalam
dan pukul
bantal
P : Lanjutkan
SP 2 perilaku
kekerasan,
evaluasi
kegiatan SP 1
24 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 2 (6 S : Klien
2017 perilaku benar minum obat) mengatakan
kekerasan a)Evaluasi manfaat masih sering
mengontrol marah kesal kepada
dengan cara tarik nafas pasien lain
dalam dan pukul dan klien bisa
bantal mengontrol
b)Latih cara mengontrol dengan cara
marah dengan patuh tarik nafas
minum obat. (Jelaskan dalam dan
pentingnya penggunan pukul bntal,
obat, akibat bila obat klien
tidak digunakan sesuai mengetahui
program, akibat bila obat yang
putus obat, cara didapatkanny
mendapatkan a
obat/berobat. Jelaskan O : Klien
prinsip 6 benar minum tampak
obat: jenis, waktu, gelisah, klien
dosis, frekuensi, cara bisa
dan kontinuitas minum menyebutkan
obat. obatnya
c)Masukkan kedalam
jadwal harian A : Resiko
perilaku
kekerasan
masih ada, SP
2 optimalkan

P : Lanjutkan
SP 3, evaluasi
kegiatan SP 1
dan 2
25 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 3 S : Klien
2017 perilaku (mengontrol marah dengan Mengatakan
kekerasan cara verbal) akan
melakukan
a) Evaluasi sp 1 dan 2
cara
pasien mengontrol
b) Validasi kemampuan marah dengan
pasien dalam meminta dan
mengontrol marah menolak
dengan tarik nafas dengan baik
dalam dan pukul
bantal, minum obat, O : klien
berikan pujian tampak agak
tenang. Klien
c) Latih cara mengontrol tampak
marah dengan cara memprakteka
verbal yaitu meminta n cara
dan menolak dengan mengontrol
baik saat merasa marah dengan
marah meminta dan
menolak
d) Masukkan ke dalam
dengan baik
jadwal harian
A : Marah
masih ada, SP
3 belum
optimal

P : Lanjutkan
SP 4, evaluasi
kegiatan SP
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Pengkajian

Ruang Rawat: Dahlia Tanggal Dirawat: 2 Februari 2017

I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. M
Umur : 45 tahun
No. Rekam Medik : 016394
Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2017
Informan : Klien, status dan petugas ruangan

Alamat Lengkap : Jl. Sudirman no. 125 Jawi-Jawi, Pariaman Tangah.

II. Alasan Masuk


Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 2
februari 2017 melalui IGD karena klien mengamuk di RSM Regina Eye
Center, memecah kaca, melempar mobil, marah-marah tanpa sebab, emosi
labil, bicara-bicara sendiri, baju barlapis-lapis, bau dan kumal.
III. Faktor Predisposisi
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Mei 2017 klien
mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya, klien menderita penyakit
ini sejak tahun 2012.

b. Pengobatan Sebelumnya 1, 2 dan 3


26 Mei Resiko Strategi Pelaksanaan 4 S : Klien
Klien mengatakan belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya,
2017 perilaku ( mengontrol marah dengan mengatakan
baik di puskesmas maupun di rumah sakit jiwa..
kekerasan cara spiritual) marah sudang
jarang, klien
c. Trauma a)
evaluasi kemampuan dapat
• Aniaya Fisik pasien dalam mengontrol
mengontrol marah marahnya
Klien tidak pernahdengan
mendapatkan perlakuanOaniaya
tarik nafas : Klien fisik baik dari
lingkungan maupundalam
keluarga.
dan pukul tampak sudah
bantal, minum obat, tenang dan
• Aniaya Seksual dan meminta dan berbicara
menolak dengan dengan orang
baik,berikan pujian lain, klien
masih sering
b) Latih cara
mondar-
mengontrol marah mandir
dengan cara spiritual A : Klien
mengontrol
dengan
melakukan
kegiatan
spiritual
P:
Optimalkan
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau
SP 4 saksi
dan dalam aniaya
seksual. evaluasi
kegiatan SP 1
• Penolakan 2 dan 3
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan sosial baik
dari keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitar.

• Kekerasan Dalam Keluarga

Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam


keluarga.

• Tindakan Kriminal

Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya.

IV. Pemeriksaan Fisik


• Tanda-tanda Vital : TD: 130/70 mmHg N: 89 x/i S: 37 oC
P: 19 x/i
: TB: 158 cm BB: 49
 Ukuran kg
• Keluhan Fisik : Klien mengatakan badan terasa lemah, mengeluh
kulitnya gatal-gatal, menderita penyakit kulit pada kepala, tangan, kaki
dan badan.

V. Psikososial
= Laki-laki

=Hubungan Keluarga

= Meninggal = Tinggal Serumah

Klien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan mengatakan dirinya


belum menikah. Klien mengatakan tidak memiliki tempat tinggal
dikarenakan kedua orantuanya telah meninggal dunia. Didalam keluarga
yang sering mengambil keputusan adalah ayahnya sebelum ayahnya
meninggal.

b. Konsep Diri
• Citra Tubuh

Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang klien tidak sukai.

• Identitas Diri

Klien menyadari dirinya sebagai seorang laki-laki, tinggal di jalanan


dan tidak punya keluarga.

• Peran Diri
Klien tidak ada berperan di masyarakat.

• Ideal Diri

Klien ingin sembuh dan pulang kerumah sendiri.

• Harga Diri

Klien mengatakan masih bisa melakukan kegiatan-kegiatan dan


mencari pekerjaan.
c. Hubungan Sosial
• Orang Terdekat

Klien mengatakan tidak memiliki orang terdekat.

• Peran seta dalam kegiatan kelompok masyarakat

Klien mengatakan tidak memiliki peran di dalam masyarakat

• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan tidak ada orang-orang yang mau menerima


keberadaannya.

d. Spiritual
• Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan beragama islam.

• Kegiatan Ibadah

Klien mengatakan tidak perlu beribadah karena tidak akan diterima.

VI. Status Mental


a. Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak berpenampilan tidak rapi,
kuku agak panjang dan kotor, badan bau dan terdapat penyakit kulit
pada kaki, tangan, badan dan kepala.

b. Pembicaraan
Pada saat wawancara klien cukup kooperatf namun tidak mampu
memulai pembicaraan. Nada bicara lambat dan pelan. Tampak jarang
berbicara dengan pasien lain.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak tegang, jalan mondar-mandir dan sering berdiam diri di
tempat tidurnya.

d. Alam perasaaan
Klien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan.

e. Afek
Pada saat dilakukan wawancara klien afeknya labil, kadang tampak
tenang.

f. Interaksi selama wawancara


Selama poses interaksi klien menjawab pertanyaan dengan suara yang
pelan serta kontak mata yang kurang. Namun klien tidak menunjukan
sikap tidak percaya pada orang.

g. Persepsi
Klien bingung, bicara ngawur, bicara-bicara sendiri, mondar-mandir di
ruangan. Saat ditanya halusinasinya klien membantahnya dan
mengatakan tidak ada mendengar suara-suara.

h. Proses pikir
Ketika dilakukan wawancara klien menjawab pertanyaan dengan
berbelit-belit tapi bisa sampai pada tujuan pembicaraan

i. Isi pikir
Klien terus bertanya kapan pulang, klien juga terus mengatakan ia ingin
bekerja dan meiliki banyak uang.

j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui nama, tempat dan waktu pada saat dilakukan
wawancara, namun sesekali tampak bingung dengan pertanyaan yang
baru pertama kali didengarnya.

k. Memori
Pengkajian memori, klien mengatakan tidak mampu menceritakan
tentang pengalaman-pengalaman masa lalunya.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Pada saat dilakukan wawancara klien tidak mampu berkonsentrasi, asik
dengan kesibukannya dan cenderung meninggalkan perawat saat
berinteraksi.

m. Kemampuan penilaian
Klien mampu memilih salah satu dari dua pilihan yang diajukan. Klien
memilih untuk keluar dari proses bercakap-cakap.

n. Daya tilik diri


Klien mengatakan menerima bahwa dirinya sedang sakit dan butuh
perawatan.
VII. Kebutuhan Pasien Pulang
a. Makan
Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran dan ada
pantangan atau alergi yaitu ikan tongkol dan kacang tanah/kedelai.

b. BAB/BAK
Klien BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan membersihkan
kamar mandi (wc) setelah menggunakannya.

c. Mandi
Klien mandi 2x sehari dan harus disuruh petugas, sikat gigi kadang ada
kadang tidak.

d. Berpakaian/Berhias
Klien sudah bisa berpakaian dengan benar tapi mengganti pakaian harus
disuruh petugas. Tidak bisa berhias/bercukur sendiri.

e. Istirahat/tidur
Klien tidur siang selama 1-2 jam sehari, pada malam hari partisipan 1
tidur dengan cukup.

f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan bantuan minimal.

g. Pemeliharaan kesehatan
Klien tidak pernah melakukan pengobatan baik di puskesmas maupun
rumah sakit sebelumnya. Sekarang klien mengatakan akan minum obat
secara teratur karena ingin sembuh.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mandiri dirumah tanpa bantuan orang lain.

i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah


Klien tidak memiliki pekerjaan. Klien menggelandang di jalanan.

VIII.Mekanisme Koping
a. Koping adaptif
Klien mengatakan tidak terbuka dengan masalah yang dimilikinya
kepada orang lain karena tidak memiliki orang terdekat.

b. Koping maldaptif
Klien lebih sering menghindari petugas dan memilih tidur di kamar.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak didukung oleh kelompok

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan tidak ada lingkungan yang menerima keberadaan
klien.

c. Masalah dengan pendidikan


Klien tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar

d. Masalah dengan pekerjaan


Klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan.

e. Masalah dengan perumahan


Klien tidak memiliki rumah.

f. Masalah ekonomi
Klien tidak memiliki pekerjaan

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Kl\ien tidak mampu berobat sendiri. Tidak ada keluarga yang
mendukung pengobatan klien.
X. Pengetahuan
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya tetapi dia
berharap dapat sembuh dari proses pengobatannya dan dapat mencari
pekerjaan.

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : klien didiagnosa skizofrenia ytt
Terapi Medik : 1. Risperidon 2x1 mg
2. Lorazepam 1x2 mg
3. Ketokonazole 1x200 mg
XII.Analisa Data
No Data Masalah
1 DS : - Klien mengatakan mendengarGangguan persepsi sensori :
suara-suara yang menyuruhnya
halusinasi
untuk tidak beraktivitas.
- Klien mengatakan suara itu
datang.

DO : - Klien tampak bicara-bicara


sendiri.
- Klien tampak mondar-mandir
di ruangan.
- Klien tampak bingung dan
bicara ngawur.

DS : - Klien mengatakan tidak


2 berharga di masyarakat Harga diri rendah
- Klien mengatakan tidak
mampu melakukan aktivitas

DO : - Nada bicara klien pelan


- Klien hanya tidur-tiduran
dikamar.
- Klien tampak menyendiri

3 DS : - Klien mengatakan tidak bisa


bercukur sendiri Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan gatal-gatal
di seluruh tubuhnya

DO : - Tampak penyakit kulit di


tangan, kaki, kepala dan
badan klien.
- Klien tampak menggaruk-
garuk badannya
- Gigi klien tampak kotor

Daftar Masalah
1. Isolasi sosial
2. Disstres spiritual
3. Defisit perawatan diri
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Perilaku kekerasan
6. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
7. Gangguan proses pikir
8. Waham kebesaran
9. Koping maladaptif
10. Gangguan pemeliharaan kesehatan
11. Kurang pengetahuan

Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa
Harga Diri Rendah Kronis

Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. M
No. MR : 016394

Diagnosa
Rasio
No Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
nal
tan
1. Defisit Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien: Perawatan mampu: pertemuan:
pengkajian dan
Diri Menjaga Klien mampu melatih cara menjaga kebersih
menjaga kebersihan diri : an diri kebersihan diri
mandi, cuci rambut, sesuai dengan cara: sikat gigi,
potong strategi 5. Member kuku
pelaksan sihkan a) Identifikasi masalah aan diri
perawatan diri: tindakan dengan kebersihan diri,
keperaw cara berdandan, atan mandi makan/minum,
sehingga 6. Mampu BAB/BAK
klien berhias b) Jelaskan pentingnya merasa dan
kebersihan diri. nyaman bedanda c) Jelaskan alat dan
dan rapi. n cara kebersihan diri
7. Mampu d) Latih cara menjaga
melakuk membersihkan diri : an
mandi dan ganti makan pakaian,
sikat gigi, dan cuci rambut, potong
minum kuku dengan e) Masukan
pada baik jadwal kegiatan
8. Mampu untuk latihan mandi
melakuk dan sikat gigi (2 kali an
per hari), cuci
BAB/B rambut ( 2 kali per
AK minggu) potong dengan kuku ( satu
kali per
baik. minggu)

SP 2 Pasien: melatih
cara berdandan
setelah kebersihan
diri : sisian, rias
muka untuk
perempuan ,
cukuran untuk
pria
a) Evaluasi kegiatankebersihan diri. Beri pujian
b) Jelaskan cara danalat untuk berdandan c) Latih cara berdandan
setelah kebersihan diri : sisiran, cukuran
untuk pria
d) Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan
berdandan.

SP 3 Pasien : melatih cara makan dan minum dan baik


a) Evaluasi kegiatankebersihan diri dan berdandan . Beri
pujian BAB/BAK yang
b) Jelaskan cara danalat makan dan minum baik
c)Latih cara
c) Latih cara makandan minum yang
BAB/BAK yang
baik
baik.
d) Masukan pada jadwal kegiatan untuk d)Masukan
latihan kebersihan diri,
pada
berdandan dan makan/minum yang baik. jadwal kegiatan
untuk kebersihan
SP 4 Pasien : melatih BAB dan BAK yang baik diri, berdandan,
a) Evaluasi kegiatankebersihan diri, berdandan, makan/minum.
makan/minum,
Beri pujian BAB/BAK
b) Jelaskan cara
2. Harga diri Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien :
rendah mampu pertemuan : Pengkajian dan :
Klien mampu latihan kegiatan
Meningk meningkatkan pertama atkan harga
diri a) Identifikasi kepercay dengan cara :
pandangan/penilaian aan diri 5. Mengkaji
pasien tentang diri yang kemampuan
sendiri dan dimiiki yang pengaruhnya
klien dan dimiliki terhadap hubungan melatih klien
serta dengan orang lain, klien melatih harapan yang
telah sesuai kegiatan dan belum tercapai, kemamp
pertama upaya yang uannya dilakukan untuk melalui
6. Latihan mencapai harapan tindakan kegiatan yang
belum
keperaw kedua yang terpenuhi atan telah b)
Identifikasi sehingga disepakati kemampuan klien 7.
Latihan melakukan kegiatan tidak lagi kegiatan dan
aspek positif merasa ketiga paasien ( buat daftar
putus asa kegiatan)
dan lebih 8. Latihan c) Bantu
pasien berarti kegiatan ke menilai
kegiatan empat yang yang dapat telah
e)Bantu pasien

dilakukan saat ini disepakati (pilih dari daftar


klien kegiatan mana
kegiatan yang dapat
dilaksanakan)
d) Buat daftar kegiatan
yang dapat
dilakukan saat ini
memilih salah
satu kegiatan
yang dapat
dilakukan saat
ini untuk dilatih
f) Latih
kegiatan
yang dipilih
(alat dan cara
melakukan
nya)
g) Masukkan kegiatanyang telahh dilatih pada jadwal kegiatan
untuk latihan

SP 2 Pasien : Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien


a) Evaluasi tanda dangejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuanpasien melakukan kegiatan pertama yang
telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaatmelakukan kegiatan pertama
d) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih
e) Latih kegiatan kedua
(alat dan cara)
f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan

SP 3 Pasien : Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien


a) Evaluasi tanda dangejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuanmelakukan kegiatan
Mengontpertemuan 2
– 4pengkajian dan rolx
klien mampumengenal
halusinasi

pertama, dan kedua


yang telah dilatih
melakukan kegiatan
pertama dan kedua
d)Bantu pasien melih
kegitan ketiga yang
akan dilatih
e)Latih kegiatan
ketiga (alat dan
halusinasmengontrola) Mengkaji cara) kesadaran i
sesuaihalusinasipasien akan strategidengan cara
f)Masukkan pada
jadwal
:halusinasinya dan pelaksan5. Mengharpengenalan kegiatan
untuk latihan tiga
akan aandikhalusinasi : Isi, tindakansuarafrekuensi,
waktu keperawyangterjadi, situasi kegiatan
atanpalsu pencetus,
SP 4 Pasien
perasaan, sehinggarespon pasien, serta : Strategi
klien6. Minum
pelaksanaan
obatupaya yang telah merasadengandilakukan pasien
nyamanprinsip 6untuk mengontrolpertemuan 4 pada
pasien
benar minumhalusinasi
a)Evaluasi tanda dan
obatb) Menjelaskan
gejala harga diricara
rendah
7. Mengontrolmengontrol
b)Validasi kemampuan
halusinasihalusinasi dengan
melakukan kegiatan
ertama, kedua
denganmengahardik bercakap –c) dan
ketiga yang telah
Masukkan pada cakapjadwal
dilatih dan berikan
kegiatanpujian
untuk
latihan c)Evaluasi manfaat
melakukan kegiatan
8. Melakukanmenghardik aktivitas
pertama, kedua dan
yangSP 2 pasienketiga: 6 benar
terjadwalminum Obat d)Bantu pasien
a) Evalusi
memilih kegiatan tanda
dangejala halusinasi
keempat yang akan
dilatih
b) Validasi
e)Latih
kemampuanpasienkegiatan
keempat (alat
mengenal dan
halusinasi
cara)
yang dialami dan
f) kemampuan
Masukkan pasien
padajadwal
mengontrol
kegiatan untuk
halusinasi dengan
latihan empat
menghardik, berikan
kegiatan
pujian
3. Halusinasi Pasien Setelah c)SPEvalusi
Pasien manfaat
mampu : dilakukan mengontrol
SP 1 pasien :
halusinasi dengan
cara menghardik
d) Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
patuh minum obat
(jelaskan 6 benar :
jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas minum
obat)
e) Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk minum obat
sesuai jadwal Berikut ini tindakan keperawatan yang harus
dilakukan agar pasien patuh minum obat :
1) Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada
gangguan jiwa
2) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
3) Jelaskan akibat bila putus obat
4) Jelaskan cara endapatkan obat atau berobat
5) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)

SP 3 pasien :
Bercakap cakap
a) Evaluasi gejala halusinasi
b) Validasi kemampuanpasien dalam mengontrol alusiansi dengan
menghardik, minum obat, berikan pujian
c) Evaluasi manfaatemngontrol halusinasi dengan menghardik,
minum obat sesuai jadwal
d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap saat
terjadi
halusinasi
e) Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan

SP 4 pasien :
Melakukan aktifitas sehari hari
Pada tindakan keempat ini dapat diulang untuk beberapa kegiatan
harian. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan semakin sedikit
kemungkinan berhalusinasi. Berikut beberapa kegiatan yang dapat
dilatih
1. Mengepel lantai
a. Evalusi tanda dan
gejala halusinasi
b. Validasikemampuan pasien dalam
mengontrol halusiansi dengan menghardik, minum obat, dan
bercakap cakap dengan orang lain, berikan
pujian
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian
(mulai 2
kegiatan)
d. Masukkan padajadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan
harian
2. Melakukan aktifitas
sehari hari :
Menyapu lantai
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn. M Ruangan : Dahlia

No. MR : 016394
HARI/DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PAR TGL
KEPERAWATAN AF
17 Mei Defisit SP 1 Pasien: pengkajian dan S : Klien
2017 perawatan melatih cara menjaga
mengatakan diri kebersihan diri : cuci rambut, malas
untuk sikat gigi, potong kuku menyisir
e. Identifikasi masalah rambutnya,
perawatan diri: Klien
kebersihan diri, mengatakan
berdandan, malas untuk
makan/minum, mencuci
BAB/BAK rambutnya
f. Jelaskan pentingnya kebersihan diri. O :
Tampak
g. Jelaskan alat dan cara rambut klien
kebersihan diri kusut, tampak
h. Latih cara menjaga ada ketombe,
membersihkan diri : klien mengerti
mandi dan ganti cara untuk pakaian, sikat
gigi, mencuci cuci rambut, potong
rambut kuku
A: Klien dapat
melakukan
kegiatan tetapi
dengan
bantuan

P : Optimalkan
SP 1, lanjutkan
SP 2
18 Mei Defisit SP 2 Pasien: melatih cara S : Klien
2017 perawatan berdandan setelah kebersihan mengatakan diri
diri : sisiran, bercukur untuk nyaman pria dengan
d)Evaluasi kegiatan penampilan
kebersihan diri. Beri saat ini
pujian
e)Jelaskan cara dan alat O : Klien
untuk tampak masih
berdandan/bercukur kusut, tampak
klien sudah
f) Latih cara berdandan
bercukur,
setelah kebersihan diri :
tetapi dengan
bercukur
bantuan
petugas

A : Depisit
perawatan
diri : berhias
diri masih ada,
Klien dapat
melakukan
kegiatan
dengan
bantuan

P:
Optimalkan
SP 2 dan
lanjutkan SP 3
19 Mei Defisit SP 3 Pasien : melatih cara S : Klien
2017 perawatan makan dan minum dan baik mengatakan
diri d. Evaluasi kegiatan sudah bisa
kebersihan diri dan melakukan
berdandan . Beri cara makan
pujian yang baik dan
e. Jelaskan cara dan alat benar
makan dan minum
f. Latih cara makan dan O : Klien
minum yang baik tampak bisa
mempraktekka
n cara makan
yang baik dan
benar

A : Klien
mampu
melakukan
kegiatan
dengan baik
tanpa arahan
P : Optimalkan
SP 3 dan lanjut
SP 4
20 Mei Defisit SP 4 Pasien : melatih BAB S : Klien
2017 perawatan dan BAK yang baik mengatakan
diri d. Evaluasi kegiatan mengetahui
pendengaran kebersihan diri, cara
berdandan, BAB/BAK
makan/minum. Beri yang benar
pujian
e. Jelaskan cara O : Klien
BAB/BAK yang baik tampak rapi
f. Latih cara BAB/BAK dan bersih,
yang baik. klien dapat
menyebutkan
alat dan cara
BAB/BAK
yang benar
Harga diri
rendah A : Klien bisa
SP 1 Pasien : Pengkajian dan melakukan
latihan kegiatan pertama kegiatan yang
e) Identifikasi dilatih denan
pandangan/penilaian baik
pasien tentang diri
sendiri dan P : Optimalkan
pengaruhnya terhadap SP 4 dan
hubungan dengan evaluasi
orang lain, harapan kembali SP 1,
yang telah dan belum 2 dan 3
tercapai, upaya yang
dilakukan untuk S : Klien
mencapai harapan mengatakan
yang belum terpenuhi perasaan
dirinya tidak
f) Bantu pasien menilai mampu
kegiatan yang dapat melakukan
dilakukan saat ini apa-apa
(pilih dari daftar
kegiatan mana O : klien
kegiatan yang dapat tampak hanya
dilaksanakan) berdiam diri
saja, disela-
g) Bantu pasien memilih
sela
salah satu kegiatan
wawancara
yang dapat dilakukan
klien
saat ini untuk dilatih
terkadang
merunduk
h) Latih kegiatan yang
dipilih (alat dan cara A : Klien
melakukan nya) melakukan
kegiatan tanpa
arahan perawat

P : Optimalkan
kemampuan
SP 1
21 Mei Harga diri SP 2 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 2 mengatakan
e)Validasi kemampuan sudah
pasien melakukan melakukan
kegiatan pertama kegiatan
yang telah dilatih dan pertama yaitu
berikan pujian merapikan
f) Evaluasi manfaat tempat tidur,
melakukan kegiatan klien dapat
pertama menyebutkan
g)Bantu pasien memilih alat untuk
kegiatan kedua yang kegiatan kedua
akan dilatih menyapu
h)Latih kegiatan kedua ruangan
(alat dan cara)
O : Klien
tampak sudah
bisa
melakukan
kegiatan,
kontak mata
kooperatif

A: Harga diri
rendah masih
ada, klien
melakukan
dengan arahan
perawat

P: Optimalkan
kegiatan SP 1
dan 2
22 Mei Harga diri SP 3 Pasien : Strategi S : Klien
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 3 mengatakan
d)Validasi kemampuan drinya senang
melakukan kegiatan dapat
pertama, dan kedua melakukan
yang telah dilatih dan kegiatan, klien
halusinasi klien dengan dengan
berikan pujian cara
bicara dengan
(Jelaskan
terjadi
kegitan pentingnya
halusinasi
ketiga klien
yang mengatakan
klien
penggunan
akan dilatihobat, akibat mendengar
Omengetahui
: Kien
l) Mengidentifikasi
bila obat tidak suara-suara
obat yang
f) situasi
Latih kegiatan
pencetus ketiga
yang tampak sudah
digunakan
(alat dan cara) sesuai yang
didapatkannya
bisa
menimbulkan memanggil
program, akibat bila menyiapkan
halusinasi dirinya,
putus obat, cara O : Klienklien
makanan, klien
m)Menjelaskan
mendapatkan cara mengatakan
tampak
tampak
mengontrol halusinasi
obat/berobat. Jelaskan suara
gelisah, tersebut
klien
bersemangat
dengan menghardik
prinsip 6 benar minum sering
2bisa
dan 3
26 Mei Halusinasi Melatih
Strategi pasien
obat: mengontrol
jenis,
Pelaksanaan
waktu, 4 mengatakan
menyebutkan
SA :: Klien
Klien
2017 halusinasi
dosis, aktivitas
(melakukan dengan
frekuensi,sehari
cara - dirinya
obatnya
mengatakan untuk
mampu
menghardik
hari) dan kontinuitas minum mati
halusinasi
melakukan
obat. A
sudah: Halusinasi
jarang
c) evaluasi kemampuan kegiatan
O : Klien
masih
muncul,
tanpa
ada,
arahan perawat SP
klien
pasien dalam tampak
2 optimalkan
dapat sering
mengontrol halusinasi mondar
mengontrol -
P : Optimal
dengan menghardik, mandir,
P : Lanjutkan
halusinasinya klien
kegiatan SP
minum obat, dan Omampu
SP : 3, evaluasi
Klien
3,2 dan 1
bercakap-cakap dengan memperagakan
kegiatan
tampak SP 1
23 Mei Harga diri SP 4 Pasien : Strategi S : Klien sudah
orang lain,berikan menghardik
dan
berbicara2
2017 rendah pelaksanaan pertemuan 4 mengatakan
25 Mei Halusinasi StrategipujianPelaksanaan halusinasi
(5) Validasi kemampuan 3 Sdirinya
: Klienlebih
dengan orang
2017 (Bercakap-cakap dengan Mengatakan
lain, klien
d) melakukan
orang lain)
ertama,
Latihkegiatan
kedua dan
cara A
mampu
suara
masih
mandiri
dan
: Halusinasi
yang
sering
dari
mengontrol halusinasi masih
memanggil
mondar- ada, SP
e) ketiga yang melakukan
Evaluasi
dengan
dilatih dan
telahgejala
berikan
1
biasanya
tercapai
manggil
mandir klien
sudah
halusinasi
kegiatan harian A mampu
jarang
pujian O :: Klien
Klien dapat
bisa
membina
f) (6)Validasi
Evaluasikemampuanmanfaat terdengar
mengontrol
melakukan
hubungan
melakukan kegiatan
pasien dalam dengan
kegiatan
saling
O : klien
melakukan percaya,
pertama, kedua
mengontrol dan
halusinasi mencuci
klien
tampakklien
kegiatan dapat
ketiga menghardik,
dengan piring,
memperagakan
terkadang
diruangan
(7)minum
Bantu obat,
pasienberikan
memilih tampak
P cara
bermenung
: Optimalkan
kegiatan
pujian keempat bersemangat
menghardik
senndiri,
SP 4 dan klien
yang akan dilatih
g) Latih cara mengontrol
(8) Latih kegiatan A
P : Lanjutkan
tampak
evaluasi
: 2Klien
halusinasi SP
Halusinasi keempat dengan
(alat dancara bersosialisasi
kegiatan
mampu
halusinasi,
SP 1
bercakap-cakap
cara) saat 2dengan
dan 3 orang
melakukan
terjadi halusinasi evaluasi
lain
kegiatan SP
kegiatan tanpa
1
arahan perawat
24 Mei Halusinasi Strategi Pelaksanaan 2 (6 SA :: Klien
Halusinasi
2017 benar minum obat) mengatakan
masih ada, SP
P : Optimalkan
Strategi Pelaksanaan 1 suara yang
g) Evaluasi
(Menghardik halusinasi)
manfaat 3 belum SP 4
kegiatan
memanggil
mengontrol halusinasi optimal
dan evaluasi
h)Membina hubungan masih sering
dengan cara kegiatan SP 1,
saling percaya muncul dan
menghardik 2P : Lanjutkan
dan 3
i) Mengidentifikasi jenis klien
SP 4, bisa
evaluasi
h) Latih cara mengontrol
halusinasi klien mengontrol
kegiatan SP 1,
j) Mengidentifikasi isi

Anda mungkin juga menyukai