Anda di halaman 1dari 130

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DI RUANG CENDERAWASIH RUMAH SAKIT JIWA
PROF HB SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

RIZKA NADHIRA
NIM : 183110192

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DI RUANG CENDERAWASIH RUMAH SAKIT JIWA
PROF HB SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes


Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan

RIZKA NADHIRA
NIM : 183110192

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
iii Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan Harga Diri Rendah di Ruang
Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang tahun 2021”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-
III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing 1 dan bapak


H.Sunardi, SKM, M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah menyediakan
waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku penguji 1 dan Ibu Hj.
Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku penguji 2 yang telah
menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengarahkan penulis dalam
penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik.
3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
RI Padang.
4. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang.
6. Bapak ibu dosen serta staf Prodi Keperawatan Padang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
7. Ibu dr. Aklima, MPH selaku direktur Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB Saanin
Padang dan staf yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
8. Bapak Ns. Agustian, S.Kep selaku kepala ruangan cenderawasih yang telah
banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

iv Poltekkes Kemenkes Padang


9. Teristimewa kepada orang tua dan kakak yang telah memberikan semangat,
dukungan, doa restu, dan kasih sayang yang tidak dapat dinilai dengan
apapun.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 18 Keperawatan Padang, yang telah
membantu baik dalam keadaan susah maupun senang.

Akhir kata, penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini
nantinya memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2021

Penulis

v Poltekkes Kemenkes Padang


vi Poltekkes Kemenkes Padang
vii Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Nadhira


Tempat, Tanggal Lahir : Padang Panjang, 13 Februari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Gatot Subroto No.04 RT 008 Kelurahan
Ngalau Kecamatan Padang Panjang Timur
Kota Padang Panjang
Nama Orang Tua
Ayah : Alm. Yonasri
Ibu : Afni
Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1 TK TK Rahmah El Yunusiyyah 2005 – 2006


Padang Panjang

2 SD SDN 09 Balai-Balai 2006 – 2012

3 SMP SMP N 1 Padang Panjang 2012 – 2015

4 SMA SMA N 3 Padang Panjang 2015 – 2018

5 DIII Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018 – 2021


Keperawatan

viii Poltekkes Kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021


Rizka Nadhira

Asuhan Keperawatan Jiwa Klien Dengan Harga Diri Rendah Di Ruang


Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof Hb Saanin Padang
Xiii + 68 Halaman + 4 Gambar + 12 Lampiran

ABSTRAK
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Jumlah pasien harga diri rendah dalam tiga bulan terakhir di RSJ
Prof HB Saanin Padang mengalami peningkatan November 13 orang, Desember
15 orang, dan Januari 2021 sebanyak 20 orang. Harga diri rendah menempati
peringkat kelima dari tujuh diagnosis keperawatan. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa klien harga diri rendah di Ruang
Cenderawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang.
Desain penelitian deskriptif menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilakukan tanggal 1-12 Maret 2021 interaksi selama 10 hari. Populasi 13 orang
klien skizofrenia dengan harga diri rendah. Cara pengambilan sampel dengan
format skrining, teknik purposive sampling kemudian teknik rendom sampling
dengan cara melotre, didapatkan 1 orang sampel.
Klien ditemukan suka menyendiri, merasa tidak berguna, tidak mampu melakukan
hal bermanfaat, tidak mau berinteraksi, tidak ada kontak mata, sering menunduk,
tampak kotor dan tidak rapi. Didapatkan 4 diagnosis, harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Implementasi
keperawatan dilakukan tujuh hari menggunakan strategi pelaksanaan. Berdasarkan
hasil evaluasi keperawatan klien mampu menyebutkan aspek positif yang dimiliki,
melakukan aktivitas merapikan tempat tidur, membersihkan meja, mencuci gelas,
menyapu, mengajak berkenalan secara bertahap, melakukan perawatan diri mandi,
berhias, makan, toileting secara mandiri.
Penelitian diharapkan menjadi motivasi dan dorongan bagi perawat Ruang
Cenderawasih RSJ Prof HB Saanin Padang untuk tetap mengoptimalkan strategi
pelaksanaan, sehingga klien dengan harga diri rendah tidak terpuruk kepada
gangguan jiwa yang lebih berat.

Kata Kunci : Harga Diri Rendah, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : 24 (2010-2020)

ix Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
C. Tujuan ................................................................................................................ 6
D. Manfaat .............................................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8


A. Konsep Harga Diri Rendah ................................................................................ 8
1. Pengertian ....................................................................................................... 8
2. Rentang Respon .............................................................................................. 8
3. Proses Terjadi Masalah................................................................................... 9
4. Tanda dan Gejala .......................................................................................... 11
5. Penatalaksanaan............................................................................................ 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................... 14
1. Pengkajian .................................................................................................... 14
2. Pohon Masalah ............................................................................................. 19
3. Diagnosis Keperawatan ................................................................................ 19
4. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 19
5. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 30
6. Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 30

x Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 31
A. Desain Penelitian.............................................................................................. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 31
D. Alat atau Instrumen Penelitian ......................................................................... 33
E. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 34
G. Prosedur Penelitian........................................................................................... 34
H. Analisis Data .................................................................................................... 35

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ........................................... 36


A. Deskripsi Kasus ................................................................................................ 36
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................. 36
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................................ 43
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 44
4. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 48
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 52
B. Pembahasan Kasus ........................................................................................... 54
1. Pengkajian keperawatan ............................................................................... 54
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................................ 57
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 58
4. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 61
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 63

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 65


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 65
B. Saran................................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR GAMBAR

Gambar : 2.1 Rentang Respon Harga Diri Rendah ............................................. 8

Gambar : 2.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah ............................................. 16

Gambar : 4.1 Genogram .................................................................................... 39

Gambar : 4.2 Pohon Masalah ............................................................................ 44

xii Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Survey Data Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data RSJ Prof HB Saanin Padang

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan Jiwa

Lampiran 4 Format Screening Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Izin Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 9 Informed Consent

Lampiran 10 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Harian Pasien

Lampiran 12 GantChart

xiii Poltekkes Kemenkes Padang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang
dapat dilihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Prabowo, 2014).

Berdasarkan WHO (2015) kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak
mengalami gangguan jiwa, namun juga mengandung berbagai karakteristik yang
sangat kompleks, seperti perawatan langsung, komunikasi dan manajemen,
bersifat positif yang dapat menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang dapat mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan
(Irman et al, 2016).

Gangguan jiwa merupakan sekumpulan perilaku dan psikologis individu yang


dapat menyebabkan terjadinya keadaan tertekan, rasa tidak nyaman, penurunan
fungsi tubuh dan kualitas hidup. Gangguan jiwa dapat menimbulkan beban ganda
bagi yang menderita penyakit tersebut. Fungsi fisik, psikologis, kognitif,
emosional, dan sosial sering terganggu oleh proses penyakit. Seseorang yang
didiagnosis dengan penyakit jiwa sering kali dijumpai harus mengatasi penolakan,
penghindaran, dan bahkan kekerasan fisik yang disebabkan oleh makna budaya
negatif yang terkait dengan gangguan jiwa (Tuasikal et al, 2019).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2019) memperkirakan 450 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, dengan perkiraan 10% orang dewasa
dan 25% pada usia tertentu seseorang diprediksi akan mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa diperkirakan akan berkembang mencapai 25% dari jumlah total
penduduk dunia pada tahun 2030 (Halim & Hamid, 2020).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Di Indonesia prevalensi gangguan jiwa pada individu yang mengalami skizofrenia


pada tahun 2018 berjumlah 11 permil, jumlah ini meningkat 2,3 per mil dari
tahun 2013. Individu yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia jumlah yang
tidak berobat 51,1% dan yang berobat 48,9%. Prevalensi gangguan mental
emosional pada umur 15 tahun ke atas terbanyak berada di Sulawesi Tenggara
12,3% dan di Daerah Istimewa Yogyakarta 5,3% (Febrianto et al., 2019).

Berdasarkan laporan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas
2018), Sumatera Barat menempati urutan ke empat gangguan jiwa berat yaitu
mencapai 9.1%. kunjungan gangguan jiwa terbanyak di Sumatera Barat berada di
Kota Padang yaitu dengan jumlah kunjungan 50.557 jiwa, kemudian posisi kedua
Kota Bukit tinggi yaitu dengan jumlah kunjungan 20.317, dan posisi ketiga yaitu
Kabupaten Tanah Datar dengan jumlah kunjungan 7.449 jiwa.

Salah satu gangguan jiwa yang terbanyak yaitu skizofrenia, skizofrenia


merupakan penyakit kronis berupa gangguan mental yang serius ditandai dengan
gangguan dalam proses berfikir yang mempengaruhi perilaku. Pasien skizofrenia
sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial, menghadapi
masalah yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal (Renidayati,
2014). Penderita skizofrenia mengalami gejala positif dan negatif. Gejala positif
berupa halusinasi, delusi, serta bicara dan perilaku yang tidak teratur. Sedangkan
gejala negative seperti afek datar, apatis, penarikan social, dan harga diri rendah.
(Sari & Wijayanti, 2014).

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Harga diri rendah muncul akibat dari penilaian internal individu
maupun penilaian eksternal yang negative. Penilaian internal adalah penilaian
yang berasal dari diri individu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan
penilaian dari luar diri individu (misal lingkungan) yang mempengaruhi penilaian
individu tersebut (Irman et al., 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Tanda dan gejala harga diri rendah terbagi dua yaitu data subjektif dan data
objektif. Data subjektif meliputi mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan
tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan
diri sendiri, mengungkapkan kegagalan pribadi, ketidakmampuan menentukan
tujuan, dan mengejek diri sendiri. Sementara itu untuk data objektif meliputi
menarik diri dari hubungan social, ekspresi wajah malu dan merasa bersalah,
menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) (Prabowo, 2014).

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah terdiri dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi faktor biologis
yaitu faktor herediter keluarga yang mengalami gangguan jiwa, factor psikologis
yaitu adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, dan factor social
budaya yaitu penilaian negatif dari lingkungan. Kemudian yang kedua factor
presipitasi meliputi trauma yaitu menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan dan ketegangan peran (Irman et al., 2016).

Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang, yang
dapat mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Harga diri
rendah cenderung muncul saat lingkungan mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuan. Apabila seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan
berdampak pada orang tersebut untuk mengisolasi diri dari kelompoknya,
sehingga akan cenderung menyendiri dan menarik diri yang akan berdampak pada
isolasi sosial (Prabowo, 2014).

Dampak lanjut dari harga diri rendah dapat diatasi, dalam hal ini sangat
diperlukannya peran perawat dan keluarga untuk merawat klien dengan harga diri
rendah. Peran perawat untuk merawat klien dengan harga diri rendah yaitu
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu
klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan, membantu klien memilih
atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih, dan menyusun jadwal pelaksanaan ke dalam rencana harian. Selain itu,

Poltekkes Kemenkes Padang


4

perawat juga bekerja sama dengan keluarga untuk mengatasi harga diri rendah
yang dialami klien. Keluarga diharapkan mampu merawat klien dengan harga diri
rendah di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif terhadap klien
(Azizah et al., 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tuasikal tahun 2019 di RSKD


Provinsi Maluku tentang upaya peningkatan harga diri dengan menggunakan
terapi aktivitas kelompok (stimulasi persepsi). Didapatkan hasil tidak
ditemukannya kesenjangan antara teori dan hasil pelaksanaan pada penelitian
sehingga dapat dimasukkan jadwal kegiatan sehari-hari pada klien dan adanya
peningkatan interaksi klien dengan orang lain (Tuasikal et al., 2019).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ariansyah 2017 di RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda tentang hubungan aplikasi strategi pelaksanaan harga diri
rendah dengan kepatuhan pasien menjalankan ADL. Didapatkan hasil sebagian
besar pasien tidak patuh terhadap pelaksanaan strategi pelaksanaan dengan jumlah
20 responden (51,3%), hal ini disebabkan perawatan pasien yang terbilang masih
baru dan kurangnya bimbingan perawat untuk meningkatkan kemampuan pasien
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya
informasi dan pembinaan yang responden dapatkan, sehingga pasien tidak patuh
dalam menjalankan ADL. Responden yang patuh sebanyak 19 responden
(48,7%), hal ini terjadi karena perawat melaksanakan strategi pelaksanaan dengan
lengkap meliputi fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi
(Ariansyah, 2017).

Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang merupakan rumah sakit khusus jiwa tipe A
yang beralamat di Jalan Raya Ulu Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang. Rumah
sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang mendukung
pengembangan dalam penelitian. Rumah sakit ini memberikan pelayanan dan
pengobatan bagi pasien dengan skizofrenia, dan sebagai pusat rujukan klien
gangguan jiwa.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

Berdasarkan laporan pengambilan data yang didapatkan dari rekam medis Rumah
Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang, tahun 2020 didapatkan diagnosis terbanyak
yakni skizofrenia dengan data kunjungan pada tahun 2018 sebanyak 19.147
orang, dan pada tahun 2019 sebanyak 16.297 orang. Jumlah kunjungan gangguan
jiwa rawat inap 2.114 orang, dengan jenis kunjungan baru 578 orang dan
kunjungan lama 1.536 orang. Jumlah pasien rawat inap untuk tiga bulan terakhir
mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020 berjumlah 520 orang,
dengan rincian bulan Oktober 184 orang, November 164 orang, dan Desember
172 orang. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan jumlah pasien rawat inap
Bulan Oktober 35,4%, pada Bulan November mengalami penurunan menjadi
31,5%, dan pada Bulan Desember mengalami kenaikan menjadi 33,0%.

Wawancara yang dilakukan dengan kabid keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof
HB Saanin Padang, didapatkan informasi bahwa ruangan yang diizinkan untuk
dilakukan penelitian berjumlah 3 ruangan, yaitu Ruang Flamboyan, Ruang
Melati, dan Ruang Cenderawasih. Didapatkan data jumlah pasien rawat inap pada
tanggal 25 Januari 2021 di Ruang Flamboyan 21 orang, Ruang Melati 19 orang,
dan Ruang Cenderawasih berjumlah 35 orang. Penulis mengambil di Ruang
Cenderawasih. Pasien dengan harga diri rendah di Ruang Cenderawasih
berjumlah 14 orang dengan jumlah keseluruhan 38 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 25 Januari 2021,


didapatkan data dari hasil observasi dan wawancara dengan 3 orang pasien.
Pasien merasa dirinya sudah tidak berguna, karena pasien merasa tidak mampu
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
banyak, sehingga pasien merasa dirinya tidak diinginkan. Saat dilakukan
wawancara pasien hanya menunduk dan berbicara dengan suara pelan, pasien
tidak mau melihat wajah petugas. Pasien tampak lebih suka melakukan aktivitas
sendiri, dan tidak mau berbaur dengan teman-teman yang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan perawat yang bertugas di


Ruang Cenderawasih mengatakan pasien telah diterapkan Strategi Pelaksanaan
Tindakan, namun pasien tidak menjalankan sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan, pasien merasa percuma saja melakukannya karena tidak akan
merubah keadaan. Wawancara dengan keluarga tidak dapat dilakukan karena
sedang dalam masa pandemi covid-19, sehingga adanya pembatasan kunjungan
bagi keluarga kepada pasien.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis telah melakukan penelitian asuhan


keperawatan jiwa klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan jiwa klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit Prof. HB.
Saanin Padang?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa klien dengan harga diri rendah di
Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan jiwa klien dengan harga
diri rendah di Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
b. Mendeskripsikan pengkajian klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit
Prof. HB. Saanin Padang.
c. Mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan klien dengan harga diri
rendah di Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
d. Mendeskripsikan rencana keperawatan klien dengan harga diri rendah di
Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

e. Mendeskripsikan tindakan keperawatan klien dengan harga diri rendah di


Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
f. Mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan klien dengan harga diri rendah
di Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
g. Mendeskripsikan hasil pendokumentasian klien dengan harga diri rendah di
Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.

D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Penulis
Dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengaplikasikan ilmu
keperawatan dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, sehingga
penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
harga diri rendah.
b. Bagi Klien
Sarana untuk memperoleh pengetahuan bagi klien yang mengalami
gangguan harga diri rendah.

2. Manfaat Pengembangan Keilmuan


a. Bagi Instalasi Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan
khususnya perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam
meningkatkan pelayanan pada pasien dengan harga diri rendah.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya untuk
mengatasi gangguan jiwa pada klien dengan harga diri rendah.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Harga Diri Rendah

1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Budi Anna Keliat et al., 2012).

Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri akibat dari penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai,
serta gagal nya mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung (Wijayaningsih, 2015).

2. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Mal adaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Gambar 2.1 Rentang Respon Harga Diri Rendah


Sumber : (Azizah et al., 2016)

1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri individu tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima oleh individu.

8 Poltekkes Kemenkes Padang


9

b. Konsep diri positif adalah ketika individu memiliki pengalaman positif


dalam ber aktualisasi diri dan menyadari hal positif maupun hal negatif
dari dirinya tersebut.

2) Respon Mal adaptif


Respon mal adaptif adalah suatu respon yang diberikan oleh individu ketika
tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung dalam menilai dirinya
yang negative serta merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri individu kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan dukungan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) adalah individu yang memiliki
kepribadian yang kurang sehat, individu tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim, individu tidak memiliki rasa percaya diri
atau tidak mampu membina hubungan baik bersama orang lain.
(Prabowo, 2014).

3. Proses Terjadi Masalah


1) Faktor Predisposisi
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya harga diri rendah yaitu :
a. Faktor Biologis

Factor biologis meliputi factor herediter atau keturunan, dimana adanya


anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit, klien
pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, atau trauma kepala.

b. Faktor Psikologis

Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, penyebab terbanyak


biasanya klien memiliki tipe kepribadian yang tertutup. Orang dengan
kepribadian yang tertutup akan sering menyimpan segala masalah yang
dialami sendirian, sehingga masalah-masalah akan menumpuk. Hal ini

Poltekkes Kemenkes Padang


10

menyebabkan masalah bukannya teratasi namun akan membuat klien


menjadi bingung sehingga menimbulkan depresi. (Rinawati &
Alimansur, 2016).

Menurut (Irman et al., 2016) pasien dengan harga diri rendah dapat
ditemukannya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, ketergantungan pada orang lain, dan peran yang terganggu.

c. Faktor Sosial Budaya

Factor social budaya adalah penilaian negatif dari lingkungan terhadap


klien yang dapat mempengaruhi penilaian klien, social ekonomi yang
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada saat tumbuh kembang anak,
serta tingkat pendidikan yang rendah. (Irman et al., 2016).

Selain itu factor social budaya juga dapat disebabkan oleh klien yang
tidak bekerja. Tidak bekerja menimbulkan seseorang kehilangan
kesempatan untuk memiliki penghasilan, selain itu juga berakibat
hilangnya kesempatan untuk menunjukkan aktualisasi diri, hal ini
menyebabkan seseorang tidak melakukan suatu kegiatan, sehingga akan
sangat memungkinkan orang mengalami harga diri rendah. (Rinawati &
Alimansur, 2016).

2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah antara lain :
a. Perubahan penampilan atau bentuk tubuh seperti hilangnya sebagian anggota
tubuh
b. Mengalami kegagalan
c. Produktivitas yang menurun (Wijayaningsih, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


11

Faktor presipitasi harga diri rendah menurut (Irman et al., 2016) yaitu :
a. Trauma
Trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis sehingga merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang dapat mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran
Adanya perasaan tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan
keinginan atau adanya posisi yang tidak diharapkan sehingga menimbulkan
rasa frustrasi.
a) Transisi peran perkembangan
Perubahan normatif yang berhubungan dengan proses pertumbuhan
b) Transisi peran situasi
Terjadi akibat adanya pertambahan atau berkurangnya orang penting
dalam kehidupan individu melalui jalan kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit
Transisi ini terjadi karena adanya perubahan dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh (Irman et al., 2016).

4. Tanda dan Gejala


Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Rasa bersalah
4) Sikap negatif pada diri sendiri
5) Sikap pesimis pada kehidupan
6) Keluhan sakit fisik
7) Pandangan hidup yang pesimis
8) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
9) Mengejek diri sendiri
10) Perasaan cemas dan takut

Poltekkes Kemenkes Padang


12

11) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif


12) Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data Objektif :
1) Produktivitas menurun
2) Perilaku distruktif pada diri sendiri
3) Perilaku distruktif pada orang lain
4) Penyalahgunaan zat
5) Menarik diri dari hubungan social
6) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
7) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
8) Tampak mudah tersinggung dan mudah marah
(Wijayaningsih, 2015).

Menurut (Irman et al., 2016) data objektif harga diri rendah meliputi :
1) Tidak berani menatap lawan bicara
2) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
3) Bicara lambat dengan nada suara lemah

5. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
a) Chlorpromazine
Dosis obat 25 mg 3 x sehari
Dosisi perawatan 25-100 mg 3 x sehari
Dosis dapat ditingkatkan 1 gr/hari tergantung respon pasien terhadap obat
b) Haloperidol
Dosis obat 0,5-5 mg 2-3 x sehari
Dosis perawatan 3-10 mg / hari tergantung respon pasien terhadap obat

Poltekkes Kemenkes Padang


13

c) THP
Dosis obat 1 mg / hari,
Dosis perawatan tergantung respon pasien terhadap obat

2) Psikoterapi
Psikoterapi dengan penerapan terapi kerja sangat baik untuk mendorong
penderita bergaul lagi dengan individu lain, penderita lain, dan petugas
kesehatan seperti perawat dan dokter. Hal ini dilakukan agar penderita tidak
lagi menarik diri. Apabila penderita kembali menarik diri maka akan dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Terapi kerja dapat dilakukan dengan
mengadakan permainan bersama atau latihan bersama.

3) Terapi Kejang Listrik


Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy adalah pengobatan yang
dapat menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan cara melewatkan
aliran listrik melalui elektro yang di pasang pada satu atau dua temples.
Biasanya terapi kejang listrik diberikan kepada skizofrenia yang tidak
mempan menggunakan terapi neuroleptika oral atau injeksi. Dosis yang
diberikan untuk terapi kejang listrik yaitu 4-5 joule/detik.

4) Terapi Modalitas
Terapi modalitas atau perilaku adalah rencana pengobatan yang ditujukan
pada klien dengan skizofrenia untuk melihat kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri klien sendiri
dan latihan praktis dalam berkomunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
klien dengan skizofrenia biasanya dipusatkan pada rencana dan masalah
dengan hubungan kehidupan yang nyata (Prabowo, 2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


14

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, nama panggilan, jenis kelamin, umur, agama,
pekerjaan, nomor rekam medik, tanggal masuk, alasan masuk, dan keluarga
yang bisa dihubungi (Azizah et al., 2016).
2) Alasan Masuk
Hal apa yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit. Pada klien dengan
harga diri rendah biasanya klien sering menyendiri, tidak mampu menatap
lawan bicara, merasa tidak mampu, perasaan lemah dan takut, mengejek diri
sendiri atau malu pada diri sendiri, dan lebih banyak menunduk (Prabowo,
2014).
3) Faktor Predisposisi
Factor predisposisi harga diri rendah yaitu penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
kegagalan berulang kali, ketergantungan pada orang lain, tekanan teman
sebaya, dan pengalaman masa kanak-kanan yang kurang menyenangkan
(Rusdi, 2013).
4) Faktor Presipitasi
Factor presipitasi harga diri rendah adalah adanya ketidak sesuaian antara
peran dan posisi yang diharapkan sehingga menimbulkan frustrasi, bertambah
atau berkurangnya orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan klien
baik melalui jalan lahir maupun jalan kematian, perubahan anggota tubuh
diakibatkan transisi peran dari keadaan sehat ke keadaan sakit seperti
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau fungsi tubuh, perubahan
fisik akibat pertumbuhan dan perkembangan, serta prosedur pengobatan dan
perawatan yang dijalani (Rusdi, 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


15

5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan harga diri rendah yaitu
pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, keluhan fisik yang
dirasakan, pemeriksaan ada atau tidaknya kekurangan pada kondisi fisik.
Biasanya pada pasien harga diri rendah didapatkan tekanan darah yang
meningkat dan frekuensi nadi yang meningkat (Azizah et al., 2016).
6) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dan keluarga, dengan menelusuri tiga
generasi terakhir maka akan ditemukannya salah satu anggota keluarga
yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
b. Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Menggambarkan bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap anggota tubuh yang tidak
disukai dan bagian tubuh yang disukai, ketidakpuasan anggota tubuh
yang dimiliki. Dengan demikian klien cendrung merendahkan diri
sendiri dan memiliki rasa bersalah terhadap diri sendiri.
b) Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasaan klien terhadap
status dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah lebih banyak
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
c) Fungsi Peran
Kemampuan klien dengan harga diri rendah dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan yang terjadi
tersebut. Pada pasien dengan harga diri rendah tidak mampu
melakukakn perannya secara maksimal, hal ini ditandai dengan klien
kurang percaya diri, dan kurangnya otivasi dari dalam diri klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

d) Ideal Diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan, sekolah dan lain-lain, apabila kenyataan
tidak sesuai dengan harapan, maka akan timbul perasaan tidak percaya
diri, selalu merendahkan martabat, dan adanya penolakan terhadap
kemampuan yang dirinya miliki.
e) Harga Diri
Pada klien dengan harga diri rendah timbul perasaan malu pada dirinya
sendiri, merasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, memiliki pandangan hidup yang pesimis, adanya penolakan
terhadap kemampuan diri, dan kurangnya percaya diri.
(Azizah et al., 2016).
c. Hubungan social
Klien dengan harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya karena klien sering merasa malu. Oleh karena itu, perawat perlu
mengkaji orang yang paling berarti dalam hidup klien, apa saja upaya
yang klien lakukan apabila ada masalah, kelompok apasaja yang klien
lakukan di dalam masyarakat, hambatan apa saja yang dirasakan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain, dan minat dalam berinteraksi
dengan orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan. Pasien dengan harga diri rendah cenderung berdiam diri dan
tidak melakukan fungsi spiritualnya.

7) Status Mental
a. Penampilan
Klien dengan harga diri rendah kurang memperhatikan perawatan diri,
rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan
gigi kuning.

Poltekkes Kemenkes Padang


17

b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah sering bicara gagap, sering
terhenti/bloking, membisu, lemah, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Klien dengan harga diri rendah lebih sering menunduk, tidak berani
menatap lawan bicara, dan cenderung merasa malu.
d. Afek dan Emosi
Klien cenderung datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah pada
saat ada stimulus baik itu menyenangkan atau menyedihkan.
e. Interaksi Selama Wawancara
Klien memiliki kontak yang kurang, dimana klien tidak mau menatap
lawan bicara
f. Proses Pikir
a) Arus Fikir
Klien cenderung bloking, dimana pembicaraan tiba-tiba terhenti tanpa
adanya gangguan dari luar, dan kemudian dilanjutkan kembali.
b) Bentuk Fikir
Bentuk pemikiran berupa lamunan untuk memuaskan keinginan yang
tidak dapat di capai.
c) Isi Fikir
Pikiran rendah : klien selalu merasa bersalah pada dirinya dan
penolakan terhadap kemampuan diri.
Rasa bersalah : pengungkapan diri negative
Pesimis : berfikiran bahwa masa depan dirinya yang suram tentang
hal-hal yang ada di dalam kehidupannya.
g. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadarannya compos mentis, namun terdapat gangguan orientasi
terhadap orang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

h. Memori
Klien mampu mengingat memori jangka panjang maupun jangka pendek.
i. Tingkat Konsentrasi
Klien memiliki tingkat konsentrasi yang menurun akibat pemikiran dirnya
sendiri yang selalu merasa tidak mampu.
j. Kemampuan Pengambilan Keputusan
Klien sulit menentukan tujuan dan mengambil keputusan karena selalu
berfikiran ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
k. Daya Tilik
a) Mengingkari penyakit yang diderita
Klien tidak menyadari gejala penyakit yang dialaminya (perubahan
fisik dan emosi) dan merasa tidak perlu meminta pertolongan atau
klien menyangkal keadaan penyakitnya sehingga tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Klien menyalahkan dirinya atau lingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit atau masalah yang terjadi sekarang.

8) Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehati-hari (ADL)

9) Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan cara reaksi klien apabila menghadapi permasalahan,
apakah klien menggunakan cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relakssasi, aktivitas konstruktif,
olahraga, dll. Atau klien menggunakan cara yang maladaptive seperti minum
alcohol, merokok, reaksi lambat atau berlebihan, menghindar, mencederai diri
sendiri, atau lainnya.
(Azizah et al., 2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


19

2. Pohon Masalah
Effect Isolasi Sosial

Cor Problem Harga Diri Rendah

Causa Tidak efektifnya koping individu

Gambar : 2.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah


Sumber : (Azizah et al., 2016)

3. Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2) Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Tidak efektifnya koping individu

4. Intervensi Keperawatan
Menurut (Rusdi, 2013), tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
harga diri rendah yaitu :
1) Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan.
c) Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang dapat dilakukan
sesuai kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai dengan
kemampuan.
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

2) Rencana Tindakan Keperawatan


a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki oleh
pasien. Membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
apa saja yang dimiliki oleh pasien, hal yang dapat dilakukan perawat :
a) Mendiskusikan bersama pasien sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki seperti kegiatan yang mampu dilakukan di rumah
sakit, di rumah, di keluarga, dan lingkungan terdekat dengan pasien.
b) Memberikan pujian yang realistic atau nyata dan menghindarkan setiap
kali bertemu dengan pasien penilaian yang negative.
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat dilakukan.
a) Mendiskusikan bersama pasien kemampuan yang masih bias dilakukan
saat ini.
b) Membantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Memperhatikan respon yang kondusif dan mampu menjadi pendengar
yang aktif.
c. Membantu pasien menetapkan atau memilih kemampuan yang akan
dilakukan.
a) Mendiskusikan bersama pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dan kegiatan yang dipilih untuk kegiatan yang akan dilakukan sehari-
hari.
b) Membantu pasien menentukan kegiatan yang mana dapat dilakukan oleh
pasien secara mandiri, kegiatan mana yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga atau lingkungan terdekat dengan pasien.
c) Memberikan contoh pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh
pasien.
d) Menyusun bersama pasien dan membuat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

d. Melatih kemampuan yang dipilih oleh pasien.


a) Mendiskusikan bersama pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih.
b) Memperagakan bersama dengan pasien kegiatan yang di tetapkan.
c) Memberikan dukungan dan pujian kepada pasien atas kegiatan yang
dapat dilakukannya.
e. Membantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
a) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang
sudah dilatih
b) Memberikan pujian atas kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh
pasien setiap harinya.
c) Menyusun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih.
d) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan kegiatan.

3) Strategi Pelaksanaan Pasien


a. Strategi Pelaksanaan 1 Pasien
a) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh pasien
b) Membantu pasien memilih dan menetapkan kemampuan mana yang akan
dilatih.
c) Memilih kemampuan yang akan dilatih.
d) Melatih kemampuan yang sudah dipilih.
e) Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.

b. Strategi Pelaksanaan 2 Pasien


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP1)
b) Melatih kemampuan kedua yang dipilih oleh pasien.
c) Melatih kemampuan yang sudah dipilih.
d) Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
kegiatan jadwal pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

c. Strategi Pelaksanaan 3 Pasien


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1 dan SP 2)
b) Melatih kemampuan ketiga yang dipilih oleh pasien
c) Melatih kemampuan yang sudah dipilih
d) Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih ke dalam
jadwal kegiatan pasien.

d. Strategi Pelaksanaan 4 Pasien


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1, 2, 3).
b) Melatih kemampuan keempat yang dipilih oleh pasien.
c) Melatih kemampuan yang sudah dipilih.
d) Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih ke dalam
jadwal kegiatan pasien.

4) Tindakan keperawatan pada keluarga


Menurut (Azizah et al., 2016) tindakan keperawatan yang dilakukan pada
keluarga dengan harga diri rendah yaitu :
Keluarga diharapkan mampu merawat klien dengan harga diri rendah di rumah.
a. Tujuan
a) Keluarga membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan apa saja
yang dimiliki pasien.
b) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki oleh
pasien
c) Keluarga memotivasi pasien agar melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya.
d) Keluarga menilai perkembangan perubahan kemampuan yang pasien
lakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

b. Rencana Tindakan Keperawatan


a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga selama merawat pasien.
b) Jelaskan kepada keluarga mengenai harga diri rendah yang terdapat pada
pasien.
c) Diskusikan dengan keluarga kemampuan apa saja yang dimiliki pasien dan
memberikan pujian kepada pasien atas kemampuannya.
d) Menjelaskan bagaimana cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
e) Demonstrasikan bagaimana cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
f) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah di demonstrasikan oleh
perawat sebelumnya.
g) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

c. Strategi Pelaksanaan Keluarga


SP 1 Keluarga
a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri
rendah.
c) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
d) Mendemostrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
e) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat pasien.
f) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) atau jadwal keluarga untuk
merawat pasien.

SP 2 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP1)
b) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah secara langsung kepada klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

c) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) atau jadwal keluarga untuk


merawat pasien.

SP 3 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP2)
b) Mengevaluasi kemampuan klien.
c) Membuat rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

Selain mengacu kepada format pelaksanaan strategi pelaksanaan (SP), intervensi


keperawatan pada klien dengan harga diri rendah juga dapat menggunakan acuan
NIC dan NOC.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan harga diri dapat teratasi


dengan kriteria hasil :

a. Secara konsisten menunjukkan penerimaan terhadap keterbatasan diri


b. Secara konsisten mampu mempertahankan posisi tegak
c. Secara konsisten mempertahankan kontak mata
d. Secara konsisten menghargai orang lain
e. Secara konsisten menunjukkan komunikasi terbuka
f. Secara konsisten menunjukkan tingkat kepercayaan diri
g. Secara konsisten menerima pujian dari orang lain
h. Secara konsisten memiliki keinginan berhadapan muka dengan orang lain
i. Secara konsisten menujukkan gambaran bangga pada diri sendiri

Intervensi keperawatan :

a. Peningkatan harga diri


a) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
b) Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
c) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri

Poltekkes Kemenkes Padang


25

d) Dukung pasien melakukan kontak mata pada saat berkomunikasi dengan


oranglain
e) Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain
f) Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri pasien dalam mengatasi
situasi
g) Berikan pengalaman yang akan meningkatkan otonomi otonomi pasien,
dengan tepat
h) Jangan mengkritisi pasien secara negatif
i) Bantu pasien untuk menerima tantangan baru

b. Dukungan emosional
a) Diskusikan dengan pasien mengenal pengalaman emosi
b) Buat pernyataan yang mendukung dan berempati
c) Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
d) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah atau sedih
e) Temani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan keamanan selama
periode cemas

Intervensi keperawatan : Isolasi Sosial

Tindakan keperawatan pasien isolasi sosial menurut (Azizah et al., 2016) yaitu :
1) Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menghindari penyebagian isolasi social
c. Berinteraksi dengan orang lain.

2. Rencana Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya yaitu :

Poltekkes Kemenkes Padang


26

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien


b) Berkenalan dengan pasien dengan memperkenalkan nama, nama
panggilan, kemudian tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
c) Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat sekarang ini dan keluhan
apa saja yang di rasakan oleh pasien.
d) Membuat kontrak bersama pasien, terdiri dari berapa lama, tempat, dan
topic yang akan dibahas.
e) Menjelaskan kepada pasien bahwa akan merahasiakan informasi yang
diperoleh karena hanya untuk kepentingan terapi.
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati kepada pasien.
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien apabila memungkinkan.

b. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi social


Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu :
a) Menanyakan kepada pasien bagaimana pendapatnya tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain.
b) Menanyakan apa yang menjadi penyebab pasien tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
c) Membentu pasien mengenal apa saja keuntungan berhubungan dengan
orang lain
d) Membenatu pasien mengenal apa saja kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain.

3. Tindakan Keperawatan dengan Strategi Pelaksanaan


1) Strategi Pelaksanaan Pasien
a. SP 1 Pasien
a) Mengidentifikasi penyebab :
Siapa saja yang satu rumah bersama pasien?
Siapa yang dekat bersama pasien? Dan apa sebabnya?
Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Dan apa penyebabnya?

Poltekkes Kemenkes Padang


27

b) Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.


c) Melatih berkenalan.
d) Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien.
b. SP 2 Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP1)
b) Melatih berhubungan social secara bertahap (pasien dan keluarga)
c) Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien.
c. SP 3 Pasien
a) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan sebelumnya (SP 1 dan 2)
b) Melatih ADL atau kegiatan sehari-hari, cara bicara.
c) Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien

2) Rencana Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
dengan isolasi social.
b. Rencana Tindakan
a) Mendiskusikan bersama keluarga apa saja masalah yang dihadapi saat
merawat pasien dengan isolasi social.
b) Menjelaskan kepada keluarga mengenai masalah isolasi social, dampaknya
dan penyebab dari isolasi social.
c) Mendiskusikan bagaimana cara merawat pasien dengan gangguan isolasi
social.
d) Mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social.
e) Membantu keluarga mempraktekkan bagaimana cara merawat pasien yang
telah di dipelajari sebelumnya.
f) Menyusun perencanaan pulang bersama dengan keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


28

c. Strategi Pelaksanaan Keluarga


a. SP 1 Keluarga
a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi
social.
c) Menjelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social.
d) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan isolasi social.
e) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat pasien.
f) Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) atau jadwal keluarga untuk
merawat pasien.
b. SP 2 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP1)
b) Melatih keluarga merawat langsung pasien dengan isolasi social.
c) Menyusun rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal keluarga untuk
merawat klien.
c. SP 3 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP 1 dan 2)
b) Mengevaluasi kemampuan klien.
c) Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

Intervensi Keperawatan : Tidak efektifnya koping individu

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tidak efektifnya koping
individu menurut (Putri, 2019) yaitu :

1. Tujuan
1) Pasien mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
2) Pasien mampu mengungkapkan pengurangan stress
3) Pasien mampu mengungkapkan perasaan terhadap control diri

Poltekkes Kemenkes Padang


29

4) Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap situasi


5) Pasien mampu mengubah gaya hidup untuk mengurangi stress
6) Pasien mampu menggunakan perilaku untuk mengurangi stress
7) Pasien mampu menggunakan beberapa strategi koping
8) Pasien mampu mengungkapkan penurunan perasaan negative
9) Pasien mampu mengungkapkan peningkatan kenyamanan psikologis

2. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Membantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek sebagai upaya peningkatan koping yang tepat.
2) Membantu pasien menyelesaikan masalah menggunakan cara yang
konstruktif
3) Memberikan penilaian terhadap dampak dari situasi kehidupan terhadap
peran dan hubungan yang ada.
4) Menggunakan pendekatan yang tenang.
5) Membantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian
dengan lebih objektif.
6) Mendukung kemampuan mengenai situasi secara bertahap.
7) Mengeksplorasi alas an pasien mengkritik diri.
8) Membantu pasien dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
9) Mendukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut.
10) Mendukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri.
11) Mendukung keterlibatan keluarga.
12) Membantu pasien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi
yang tepat.
13) Membantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman.
14) Mendukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


30

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan
data berlanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap-tahap yang digunakan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan antara lain tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap sesudah pelaksanaan (Budiono & Pertami, 2015).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (seperti hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan. Evaluasi
pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
sudah tercapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan sesuai dengan
kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), namun selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dipantau (evaluasi proses)
(Budiono & Pertami, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian digunakan yaitu deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
menghadirkan gambaran tentang situasi atau fenomena social secara detail (Nasir
et al., 2011) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Menerapkan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan harga diri rendah di Ruang Cenderawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian telah selesai dilakukan di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB Saanin Padang, dimulai dari tanggal 27 Desember 2020 sampai Juni 2021.
Interaksi dilaksanakan dari tanggal 1-12 Maret 2021 yang berjalan selama 10 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik
atau jenis yang sama, seperti sekelompok individu di masyarakat memiliki
umur, seks, pekerjaan, status social yang sama, atau objek lain yang memiliki
karakteristik yang sama (Chandra, 2012). Populasi yang dipilih oleh penulis
yaitu seluruh pasien skizofrenia dengan harga diri rendah pada Bulan Maret
2021 yang dirawat di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa prof. HB Saanin
Padang. Jumlah pasien yang dirawat pada 1 Maret 2021 sebanyak 38 orang.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau objek yang memiliki
karakteristik sama yang diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran
dilakukan (Nasir et al., 2011). Sampel yang dipilih oleh penulis yaitu 1 orang
pasien skizofrenia dengan harga diri rendah pada Bulan Maret 2021 yang di
rawat di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang.

31
Poltekkes Kemenkes Padang
32

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengelompokkan pasien sesuai dengan


format skrining dari 38 orang populasi yang ada, didapatkan sebanyak 13 orang
memenuhi format skrining. kemudian teknik yang digunakan yaitu purposive
sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, didapatkan
9 orang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Selanjutnya
pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan cara
melotre dan didapatkan 1 orang sampel.

Teknik purposive sampling menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.


1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana individu memenuhi persyaratan untuk
terlibat ke dalam penelitian (Irfanuddin, 2019). Kriteria inklusi yang ingin
digunakan oleh penulis yaitu :
a. Klien bersedia menjadi responden dalam penelitian
b. Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar
c. Klien dengan skizofrenia yang mengalami harga diri rendah
d. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran
e. Klien tidak gelisah

2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah individu yang telah masuk ke dalam kriteria inklusi,
tetapi memiliki kondisi tertentu yang harus dikeluarkan dalam penelitian
(Irfanuddin, 2019). Kriteria inklusi yang ingin digunakan penulis yaitu :
a. Klien yang menolak untuk dijadikan responden
b. Klien yang mengundurkan diri sebelum proses penelitian selesai
c. Klien yang mengalami gangguan pendengaran
d. Klien yang tidak bisa bicara

Poltekkes Kemenkes Padang


33

D. Alat atau Instrumen Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk pemeriksaan fisik yaitu stetoskop,
tensi meter, dan thermometer. Instrument penelitian yang digunakan yaitu format
skrining, pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan dokumentasi keperawatan.
1. Format skrining pasien dengan harga diri rendah dan format pengkajian
keperawatan terdiri dari identitas klien, alasan masuk, factor predisposisi,
factor presipitasi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, status mental,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medik, dan pohon masalah.
2. Format diagnosis keperawatan terdiri dari data subjektif dan data objektif, dan
masalah keperawatan yang dialami.
3. Format rencana keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan, intervensi
keperawatan yang meliputi tujuan, kriteria hasil, dan intervensi.
4. Format implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal, diagnosis
keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan tindakan
keperawatan.
5. Format evaluasi keperawatan terdiri dari hari tanggal, diagnosis keperawatan,
evaluasi keperawatan, dan paraf yang melakukan evaluasi keperawatan

E. Jenis dan Sumber Data


Menurut (Budiono & Pertami, 2015) jenis dan sumber data meliputi :

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
pengumpulan data sendiri seperti wawancara, angket, observasi, dan
pengukuran terhadap objek. Data yang didapatkan merupakan data mentahan
yang belum melewati proses analisis.

Poltekkes Kemenkes Padang


34

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien, yaitu orang
terdekat klien, orangtua, suami atau istri, anak, atau teman klien. Data sekunder
biasanya digunakan apabila klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi, atau kesadaran yang menurun. Selain itu data sekunder juga
bisa diperoleh dari data profil yang akan diteliti, serta dokumentasi dari objek
tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak
klien bertukar pikiran dan perasaan, hal ini mencakup keterampilan secara
verbal dan non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Wawancara
yang dilakukan penulis kepada pasien dengan harga diri rendah yaitu keluhan
utama yang dirasakan, pengobatan sebelumnya, riwayat trauma, pengalaman
masa lalu, dan hubungan social.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi yang
dilakukan oleh penulis kepada pasien dengan harga diri rendah yaitu
penampilan klien dan perilaku klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan harga diri rendah adalah
pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
Selain itu juga ingin dilakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.

G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu :

a. Penulis meminta izin melakukan penelitian dari institusi penulis yaitu


Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


35

b. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang


c. Meminta izin ke kepala Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
d. Meminta izin ke kepala ruangan Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
e. Melakukan Penelitian
f. Mendatangi responden dan menjelaskan tujuan penelitian
g. Memberikan informed consent kepada responden dan penanggung jawab
h. Mendatangi responden untuk melakukan asuhan keperawatan

H. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis yaitu dengan mengumpulkan data melalui
fase pengkajian, kemudian pengelompokan data ke dalam data subjektif dan data
objektif dan dilanjutkan dengan merumuskan diagnosis keperawatan. Setelah
dirumuskannya diagnosis keperawatan, penulis melanjutkan dengan perencanaan
keperawatan, kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang dibuat sebelumnya dan mengevaluasi secara deskriptif.
Analisis selanjutnya yaitu penulis membandingkan hasil asuhan keperawatan
pasien dengan asuhan keperawatan orang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Penulis akan menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan yang dimulai tanggal
1 Maret 2021 sampai tanggal 12 Maret 2021 dengan kunjungan interaksi satu kali
sehari dalam 10 hari di Ruang Cenderawasih Rumah Saskit Jiwa Prof. HB Saanin
Padang.

Klien dengan inisial Tn.A nomor medical record 015524 masuk Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 14 Februari 2021 pukul 15.45 WIB.
Dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2021 pukul 11.00 WIB, klien berusia
38 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMP, tidak bekerja,
agama islam, beralamat pasar batu kambing, Lubuk Basung.

1. Pengkajian Keperawatan
1) Alasan Masuk

Klien masuk melalui IGD Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
kemudian di pindahkan ke Ruang Cenderawasih pada tanggal 14 Februari
2021 pukul 15.45 WIB. Klien diantar oleh tante dengan keluhan klien gelisah
semenjak 3 minggu yang lalu, tidak mau berbicara dan bertemu dengan orang
lain, klien merasa takut bertemu orang banyak karena sering di tertawakan
orang gila, sehingga klien tidak bisa melakukan hal-hal bermanfaat yang dapat
membantu keluarga. Klien lebih banyak menghabiskan waktu tidur di rumah
dan menyendiri.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2021 klien tampak


melakukan aktivitas yang monoton yaitu duduk, tidur, dan makan. Setiap kali
selesai wawancara klien tampak langsung tidur di teras depan kamar, tidak
berpindah dari tempat wawancara. Klien banyak diam, tidak seperti teman-
teman yang lain yang aktif bertanya dan bercerita-cerita.

36
Poltekkes Kemenkes Padang
37

2) Faktor Predisposisi

Klien mengatakan sudah 5 kali keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang. Terakhir kali klien di rawat di rumah sakit jiwa yaitu pada
tahun 2020. Klien selalu meminum obat yang diberikan secara teratur.
Keluarga klien mengatakan terdapat kakak laki-laki dari klien yang juga
mengalami gangguan jiwa, namun masih dapat diatasi di rumah sehingga
tidak memasukkannya ke rumah sakit jiwa.

Keluarga mengatakan klien pernah mengalami trauma fisik sewaktu SMP


yaitu memanjat pohon yang cukup tinggi dan terjatuh, sehingga kepala bagian
belakang klien terbentur. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik selama
hidupnya dan tidak pernah menyaksikan aniaya fisik. Klien malas
bersosialisasi dengan lingkungan dekat rumahnya karena selalu di tertawakan
sebagai orang gila. Klien merasa tidak pernah mengalami penolakan semasa
hidupnya. Klien tidak pernah mengalami kekerasan didalam keluarganya.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan kriminal. Klien merasa
sangat sedih semenjak kehilangan sosok seorang ibu, semenjak kejadian
tersebut para tetangga sering menertawakan klien sebagai orang gila.

3) Pemeriksaan Fisik

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda vital klien


yaitu tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, pernafasan 20 x/menit.
Didapatkan juga hasil pengukuran tinggi badan 155 Cm, dan berat badan 52
Kg. Tidak ditemukannya keluhan fisik pada klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


38

4) Psikososial
a. Genogram

Gambar 4.1 Genogram


Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
: Menikah
: Satu rumah

b. Konsep Diri

Gambaran diri klien tampak memiliki anggota tubuh yang lengkap, klien
bersyukur memiliki anggota tubuh yang sempurna, tidak ada memiliki kecacatan
dan kekurangan. Klien merupakan anak ke lima dari lima orang bersaudara.
Sebagai seorang anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayahnya bekerja,
namun ia takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah. Klien berperan sebagai
seorang anak, klien ingin sekali memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan
banyak uang sehingga dapat memberikan ayahnya uang dan memberikan
makanan. Klien mengatakan ingin sekali cepat sembuh dan keluar dari rumah

Poltekkes Kemenkes Padang


39

sakit sehingga dapat bertemu kembali dengan ayah dan kakak laki-lakinya
dirumah. Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besarnya, ia dianggap
sebagai orang yang selalu menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya.

c. Hubungan Sosial

Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya yaitu kakak
pertama laki-laki, kakaknya tersebut sayang kepada klien sehingga klien juga
sayang kepadanya. Di lingkungan masyarakat klien tidak mau bergaul dengan
orang-orang sekitar, karena ia sering ditertawakan sebagai orang gila. Klien
hanya ingin sendiri, karena dengan sendiri ia merasa tenang dan tidak ada yang
mengganggu. Klien tidak mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian
memiliki teman.

d. Spiritual

Klien mengatakan ia beragam Islam. Klien mengatakan ada melaksanakan salat


5 waktu dan mampu menyebutkan jumlah rakaat masing-masing salat fardu.
Klien tampak lancar membacakan surah Al-Fatihah. Klien mengatakan selalu
melaksanakan salat jum’at saat berada di rumah, dan tidak pernah meninggalkan
salat jum’at.

5) Status Mental

Penampilan klien tampak tidak rapi, buah baju tidak di kancingkan, kumis tebal,
gigi kuning, kuku kaki dan tangan panjang, kaki tampak kotor, setiap pagi klien
selalu ketahuan memakai celana dua lampis yaitu celana hari kemarin dan celana
baru. Klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan, klien bicara apabila ada
orang lain yang mengajak bicara dan menjawab sesuai dengan apa yang
ditanyakan saja. Klien tidak mau menjawab dengan panjang lebar. Klien bicara
pelan dengan nada suara lemah, saat bicara klien hanya membuka mulut sedikit
saja. Kontak mata kurang, lebih banyak menunduk, memejamkan mata, atau
mengalihkan pandangan.

Poltekkes Kemenkes Padang


40

Klien tampak dengan aktivitas yang itu-itu saja setiap hari, seperti makan, duduk,
melamun, dan tidur. Melakukan aktivitas apabila diperintah terlebih dahulu. Klien
tampak lesu dan sering menyendiri dan menunduk. Klien merasa sangat sedih
tidak bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk membantu keluarga sehingga
sering kali dianggap menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya. Afek klien
selama berinteraksi datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah saat adanya
stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan.

Selama interaksi wawancara berlangsung klien sering menunduk, memejamkan


mata atau mengalihkan pandangan. Klien tidak mampu memulai pembicaraan,
klien hanya bicara saat diberikan pertanyaan. Respon yang diberikan oleh klien
terhadap jawaban pertanyaan cukup lama dan jawaban yang diberikan singkat.
Klien mengatakan dulu sering mengumpulkan sampah-sampah di pasar dan
membawa sampah tersebut pulang, menurut persepsi klien hal tersebut
merupakan tindakan yang benar. Karena dapat menjadikan pasar menjadi bersih.
Namun klien selalu di marahkan oleh keluarganya ia tidak mau lagi keluar rumah.

Saat interaksi sedang berlangsung, klien sering terhenti secara tiba-tiba tanpa
adanya gangguan dari luar, kemudian dilanjutkan kembali. Sering didapati klien
terlamun, seperti sedang berfikir. Klien sering menanyakan kapan akan
dipulangkan, ia ingin sekali pulang ke rumah karena merasa bosan di rumah sakit.

Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu dalam keadaan sadar. Namun klien
tidak mengetahui hari dan tanggal saat pengkajian, klien hanya menyadari dirinya
sedang berada di rumah sakit jiwa. Memori jangka pendek klien tampak
terganggu, klien tidak mampu mengingat nama perawat dan teman-temannya.
Memori jangka panjang klien tampak tidak terganggu, klien mampu mengingat
penyebab dan siapa yang memasukkan klien ke rumah sakit jiwa. Klien mampu
berkonsentrasi dan berhitung, klien mampu menjumlahkan bilangan yang
diberikan dengan baik dan benar. Klien tampak tidak mampu mengambil
keputusan sendiri, klien bingung terhadap apa yang hendak ia lakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

Klien menyadari penyakit yang sedang ia alami, klien terkadang menyalahkan


orang-orang yang ada disekitar rumah karena sering menertawakan ia sebagai
orang gila, namun ia tidak menyalahkan tantenya yang sudah membawa ke rumah
sakit. Karena bagi klien apabila sakit harus di obati.

6) Kebutuhan Persiapan Pulang

Klien makan 3 kali sehari, dengan menghabiskan porsi makanan yang disediakan.
Makanan yang paling di sukai ikan. Selesainya makan klien tampak meletakkan
kotak makanan di tempat yang disediakan, namun untuk gelas klien hanya
membiarkannya di atas meja, tidak mencuci dan meletakkannya di rak piring.

Klien buang air kecil 4-5 kali dalam sehari, dan buang air besar satu kali dalam
dua hari. Klien mengatakan tidak ada gangguang dalam proses eliminasi. Klien
mandi 2 kali sehari yaitu di waktu pagi dan sore. Klien tampak kotor dan gigi
kuning. Setiap pagi klien merupakan orang yang terakhir mandi diantara teman-
teman. Tampak kumis tebal, rambut rapi, krah baju rapi, dan baju dikancingkan
satu. Pakaian klien diganti setiap hari, namun setiap pagi klien selalu ketahuan
memakai celana dua lampis, satu celana hari sebelumnya dan celana yang baru.

Dipagi hari setiap tidak ada kegiatan yang mewajibkan klien beraktivitas, klien
selalu mengisinya dengan tidur. Selesai waktu zuhur klien tidur hingga waktu
ashar. Klien mengatakan nyenyak saat tidur malam. Selesai makan malam klien
langsung ke kamar dan tidur. Klien tidak ada melakukan aktivitas apapun
sebelum tidur dan sesudah tidur, klien langsung tidur dan langsung bangun.

Klien mengatakan minum obat secara rutin, sering meminum obat setelah makan,
di rumah sakit dibantu oleh perawat, dan di rumah dibantu oleh keluarga. Apabila
obat klien habis sewaktu dirumah, klien meminta obat ke puskesmas dibantu oleh
kakak laki-laki atau ayahnya. Klien tidak begitu suka melakukan aktivitas diluar
rumah, klien lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah. Klien akan keluar
rumah apabila keadaan penting-penting saja seperti pergi salat jum’at.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

7) Mekanisme Koping

Apabila klien memiliki masalah, klien lebih suka memikirkan masalah tersebut
sendirian. Jika kakak laki-laki klien bertanya, sesekali barulah klien mau
menceritakan.

8) Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien tidak pernah melakukan aktivitas atau kegiatan kelompok. Klien jarang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan. Klien mampu menamatkan
pendidikan hingga ke jenjang SMP. Klien tinggal di rumah milik orang tuanya,
tinggal bersama ayah dan kakak laki-laki. Klien tidak bekerja, memiliki ekonomi
menengah ke bawah. Klien merasa tertekan karena memikirkan ekonomi. Klien
merasa tidak ada memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan baik puskesmas
maupun rumah sakit.

9) Pengetahuan

Klien mengetahui tentang penyakitnya, namun ia tidak mengetahui tentang obat-


obat apa saja yang ia konsumsi.

10) Aspek Medik


Diagnosis Medik : Skizofrenia
Terapi Medis :
a. Aripiprazole : 1 x 10 mg
b. Lorazepam : 1 x 2 mg
c. Risperidon : 2 x 2 mg

Poltekkes Kemenkes Padang


43

11) Pohon Masalah

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri Effect

Harga Diri Rendah Cor Problem

Tidak Efektifnya Koping Individu Causa


Gambar 4.2 Pohon Masalah

12) Daftar Diagnosis Keperawatan


a. Harga Diri Rendah
b. Tidak Efektifnya Koping Individu
c. Isolasi Sosial
d. Defisit Perawatan Diri

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pertama yang ditegakkan pada klien yaitu harga diri
rendah, pada klien ditemukan perasaan tidak mampu, suka mengkritik dan
mengejek diri sendiri, merasa bersalah, pandangan hidup yang pesimis, penolakan
terhadap kemampuan diri, perasaan cemas dan takut, tidak berani menatap lawan
bicara, bicara lambat dengan nada suara lemah, dan lebih banyak menunduk saat
melakukan interaksi dengan orang lain.

Diagnosis keperawatan kedua pada klien yaitu tidak efektifnya koping individu,
ditemukan pada klien lebih suka memendam dan memikirkan masalah sendirian,
sehingga tidak mampu mengambil keputusan, apabila ayah atau kakak laki-laki
klien bertanya, sesekali baru klien ingin menceritakannya. Klien merasa tidak
berguna hidup saat sekarang ini, karena selalu dianggap menyusahkan keluarga.
Klien sering menyendiri, bermenung, dan tampak bingung.

Poltekkes Kemenkes Padang


44

Diagnosis keperawatan ketiga yaitu isolasi sosial, klien banyak diam, menjauh
dari teman-teman, tidak mau melakukan interaksi dengan orang lain, klien mau
berbicara apabila orang lain yang memulai duluan dengan jawaban yang singkat.
klien tidak memiliki teman, dan klien tidak mengetahui apa saja keuntungan dan
kerugian memiliki teman.

Diagnosis keperawatan keempat yaitu defisit perawatan diri, data yang ditemukan
pada pasien yaitu kulit tangan dan kaki tampak kotor, kuku kaki dan tangan klien
tampak panjang dan kotor, kumis tampak tebal, klien setiap pagi ketahuan
menggunakan celana dua lapis yaitu celana hari sebelumnya dan celana hari
tersebut, klien selalu mandi terakhir di waktu pagi karena dingin, sehingga malas
untuk mandi. Klien tidak mau meminjam gunting kuku kepada perawat, ia akan
menggunting apabila disuruh petugas saja.

3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosis harga diri rendah yaitu :
Strategi pelaksanaan 1 pasien:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien (buat daftar
kegiatan pasien seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur,
membersihkan got, menyapu, mengepel, melap meja, membersihkan taman,
dan lain-lain).
b. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
c. Bantu pasien memilih kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat
dilakukan untuk dilatih saat pertemuan.
d. Latih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
e. Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan.
f. Susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di latih dalam rencana
harian.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Strategi pelaksanaan 2 pasien :


a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah
dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
b. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih.
c. Latih kegiatan yang kedua sesuai dengan alat dan cara melakukannya.
d. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
e. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Strategi Pelaksanaan 3 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama dan kedua


yang telah di latih sebelumnya dan berikan pujian.
b. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih.
c. Latih kegiatan ketiga sesuai dengan alat dan cara melakukannya.
d. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
e. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Strategi Pelaksanaan 4 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama, kedua, dan


ketiga, yang telah dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
b. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih.
c. Latih kegiatan keempat sesuai dengan alat dan cara melakukannya.
d. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
e. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosis tidak efektifnya koping individu :

a. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka


pendek sebagai upaya peningkatan koping yang tepat.
b. Bantu pasien menyelesaikan masalah menggunakan cara yang konstruktif.
c. Berikan penilaian terhadap dampak dari situasi kehidupan terhadap peran dan
hubungan yang ada.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

d. Gunakan pendekatan yang tenang.


e. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian
dengan lebih objektif.
f. Dukung kemampuan mengenai situasi secara bertahap.
g. Eksplorasi alasan pasien mengkritik diri.
h. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
i. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut.
j. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri.
k. Dukung keterlibatan keluarga.
l. Bantu pasien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi yang
tepat.
m. Bantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman.
n. Dukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosis isolasi sosial yaitu :

Strategi Pelaksanaan 1 pasien :

a. Identifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan siapa klien satu rumah,
dengan siapa klien dekat, dan dengan siapa klien tidak dekat.
b. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien.
c. Latih klien berkenalan, kemudian jelaskan bagaiamana cara berkenalan yang
baik dan benar, lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien melakukannya.
d. Minta klien mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan kepada 1 orang.
e. Berikan pujian setiap klien selesai melakukan tindakan.
f. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Strategi Pelaksanaan 2 pasien:

a. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan kegiatan pertama, yang telah


dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
b. Latih kegiatan kedua yaitu berkenalan 2-3 orang.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

c. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.


d. Masukkan kedalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 3 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan kegiatan pertama dan kedua


yang dilakukan sebelumnya, dan berikan pujian.
b. Latih kegiatan ketiga, yaitu mengajak berkenalan 4-5 orang.
c. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
d. Masukkan kedalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 4 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan kegiatan pertama, kedua, dan


ketiga yang dilatih sebelumnya, dan berikan pujian.
b. Latih kegiatan keempat, yaitu melakukan kegiatan sosial
c. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
d. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosis defisit perawatan diri yaitu :

Strategi Pelaksanaan 1 pasien :

a. Identifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan, makan, dan BAB atau BAK.
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk kebersihan diri.
d. Latih cara menjaga kebersihan diri.
e. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
f. Masukkan dalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 2 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan kebersihan diri,


dan berikan pujian.
b. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk berdandan.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri seperti sisir rambut, rias muka
untuk perempuan, cukuran untuk laki-laki.
d. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
e. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 3 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan kebersihan diri


dan berdandan, dan berikan pujian.
b. Jelaskan kebutuhan dan cara makan dan minum.
c. Latih cara makan dan minum yang baik
d. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
e. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 4 pasien :

a. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan kebersihan diri,


berdandan, makan dan minun, dan berikan pujian.
b. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik.
c. Latih cara BAB dan BAK yang baik.
d. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu terdapat empat
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan meliputi harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.

Tanggal 5 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan harga diri rendah


dengan strategi pelaksanaan 1 pasien mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang miliki oleh klien (membuatkan daftar kegiatan yang mampu klien
lakukan), membantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan dirumah sakit
(pilih dari daftar kegiatan). Membantu pasien memilih kegiatan untuk dilatih saat

Poltekkes Kemenkes Padang


49

pertemuan ini (merapikan tempat tidur), dan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya. Menanyakan kepada pasien alat dan cara merapikan
tempat tidur. Mencontohkan cara merapikan tempat tidur. Meminta klien
merapikan tempat tidur seperti yang telah diajarkan. Memberikan pujian setiap
kali klien melakukan kegiatan. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah di latih dalam rencana harian.

Implementasi keperawatan tidak efektifnya koping individu yaitu membantu


pasien mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek sebagai
upaya peningkatan koping yang tepat. Membantu pasien menyelesaikan masalah
menggunakan cara yang konstruktif. Memberikan penilaian terhadap dampak dari
situasi kehidupan terhadap peran dan hubungan yang ada. Menggunakan
pendekatan yang tenang. Membantu pasien dalam mengembangkan penilaian
terkait dengan kejadian dengan lebih objektif.

Tanggal 6 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan harga diri rendah


dengan strategi Pelaksanaan 2 pasien mengevaluasi validasi kemampuan klien
melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
Melatih kegiatan kedua yang sudah dipilih sebelumnya sesuai dengan alat dan
cara melakukannya. Memberikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
Masukkan ke jadwal kegiatan harian klien.

Implementasi keperawatan tidak efektifnya koping individu yaitu mendukung


kemampuan mengenai situasi secara bertahap. Mengeksplorasi alasan pasien
mengkritik diri. Membantu pasien dalam mengidentifikasi respon positif dari
orang lain. Mendukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut. Mendukung
pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri.

Tanggal 8 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan harga diri rendah


dengan strategi Pelaksanaan 3 pasien mengevaluasi validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah di latih sebelumnya dan
berikan pujian. Melatih kegiatan ketiga yang sudah dipilih sebelumnya dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


50

menanyakan kepada pasien alat dan cara mencuci gelas. Mempraktekkan cara
mencuci gelas yang baik dan benar. Meminta klien mencuci gelas seperti yang
telah dicontohkan. Memberikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Implementasi keperawatan tidak efektifnya koping individu yaitu mendukung


keterlibatan keluarga. Membantu pasien melewati proses berduka dan kehilangan
dengan kondisi yang tepat. Membantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman.
Mendukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.

Tanggal 9 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan harga diri rendah


dengan strategi Pelaksanaan 4 pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan
pasien melakukan kegiatan pertama, kedua, dan ketiga, yang telah dilatih
sebelumnya dan berikan pujian. Melatih kegiatan keempat yang sudah dipilih
sebelumnya dengan menanyakan kepada klien alat dan cara menyapu.
Mempraktekkan cara menyapu yang baik dan benar. Meminta klien untuk
menyapu seperti yang sudah diajarkan. Memberikan pujian setiap klien
melakukan kegiatan. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Implementasi keperawatan Isolasi sosial dengan strategi pelaksanaan 1 pasien


yaitu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan siapa klien satu
rumah, dengan siapa klien dekat, dan dengan siapa klien tidak dekat. Menanyakan
keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien. Melatih klien berkenalan,
menjelaskan bagaiamana cara berkenalan yang baik dan benar, mencontohkan
terlebih dahulu sebelum klien melakukan. Meminta klien mempraktekkan seperti
yang telah dicontohkan kepada 1 orang. Meberikan pujian setiap klien selesai
melakukan tindakan. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dengan strategi pelaksanaan 1


pasien yaitu mengidentifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan, makan, dan
BAB atau BAK. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. Menanyakan alat dan
cara melakukan kebersihan diri. Menjelaskan kepada klien cara melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


51

kebersihan diri. Meminta klien untuk mengulang kembali cara melakukan


kebersihan diri dengan benar. Memberikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan. Masukkan dalam jadwal harian klien.

Tanggal 10 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan isolasi sosial


dengan strategi pelaksanaan 2 pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan
klien melakukan kegiatan pertama, yang telah dilatih sebelumnya dan berikan
pujian. Melatih klien berkenalan, kemudian jelaskan bagaiamana cara berkenalan
yang baik dan benar, lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien melakukannya.
Meminta klien mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan kepada 2-3 orang.
Memberikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan. Masukkan kedalam
jadwal harian klien.

Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dengan strategi pelaksanaan 2


pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan
kebersihan diri, dan berikan pujian. Menanyakan kepada klien alat dan cara
berhias. Menjelaskan kepada klien alat dan cara berhias. Meminta klien untuk
menjelaskan ulang kembali alat dan cara berhias. Meminta klien melakukan
berhias (menggunting kuku, merapikan pakaian, dan mencukur kumis).
Memberikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan. Masukkan ke dalam
jadwal harian klien.

Tanggal 11 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan isolasi sosial


dengan strategi pelaksanaan 3 pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan
klien melakukan kegiatan pertama dan kedua yang dilakukan sebelumnya, dan
berikan pujian. Melatih klien berkenalan, kemudian jelaskan bagaiamana cara
berkenalan yang baik dan benar, lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien
melakukannya. Meminta klien mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan
kepada 4-5 orang. Memberikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
Masukkan kedalam jadwal harian klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


52

Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dengan strategi pelaksanaan 3


pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan
kebersihan diri dan berdandan. Menjelaskan kebutuhan dan cara makan dan
minum. Melatih cara makan dan minum yang baik. Memberikan pujian terhadap
kegiatan yang klien lakukan. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.

Tanggal 12 Maret 2021 dilakukan implementasi keperawatan isolasi sosial


dengan strategi pelaksanaan 4 pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan
klien melakukan kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang dilatih sebelumnya,
dan berikan pujian. Melatih kegiatan keempat melakukan kegiatan bersama teman
(membersihkan meja sambil bercerita dengan teman). Memberikan pujian
terhadap kegiatan yang klien lakukan. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dengan strategi pelaksanaan 4


pasien yaitu mengevaluasi validasi kemampuan pasien melakukan perawatan
kebersihan diri, berdandan, makan dan minun, dan berikan pujian. Menjelaskan
cara BAB dan BAK yang baik. Melatih cara BAB dan BAK yang baik.
Memberikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan. Masukkan kedalam
jadwal kegiatan klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan interaksi dengan klien selama 4 hari untuk diagnosis harga diri
rendah menggunakan strategi pelaksanaan pasien didapatkan hasil klien mampu
menyebutkan aspek positif yang dimiliki seperti menyapu, mengepel, merapikan
tempat tidur, membersihkan meja, mebersihkan jendela, dan lain-lain. Klien
memilih kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit. Klien mampu
melakukan aktifitas merapikan tempat tidur, membersihkan meja, mencuci gelas,
dan menyapu secara mandiri.

Evaluasi keperawatan yang didapatkan untuk diagnosis tidak efektifnya koping


individu setelah dilakukan interaksi selama tiga hari yaitu klien belum mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi sendirian, klien mencoba mengambil

Poltekkes Kemenkes Padang


53

keputusan dengan bantuan perawat, namun masih ragu-ragu karena tidak begitu
yakin dengan keputusan yang telah diambil. Klien akan melibatkan keluarga
apabila ia memiliki masalah, klien tidak akan menyimpan sendirian masalah yang
dialami dan menceritakannya kepada ayah atau kakak laki-laki, serta mengambil
keputusan secara bersama-sama.

Setelah dilakukan interaksi selama empat hari untuk diagnosis isolasi sosial
menggunakan strategi pelaksanaan pasien didapatan hasil klien mengetahui
keuntungan dan kerugian memiliki teman. Klien mengetahui cara berkenalan
yang baik dan benar, klien mampu mengajak berkenalan secara bertahap 1 orang,
2-3 orang, dan 4-5 orang secara mandiri, namun klien memiliki kendala dalam
ingatan, klien sering lupa nama teman yang sudah diajak berkenalan. Klien
mampu melakukan kegiatan membersihkan meja sambil bercakap-cakap bersama
teman meskipun kontak mata sesama teman masih kurang karena masih ada
perasaan malu.

Setelah dilakukan interaksi selama empat hari menggunakan strategi pelaksanaan


pasien dengan diagnosis defisit perawatan diri didapatkan hasil klien mandi 2 kali
sehari menggunakan sabun dan menggosok gigi. Klien melakukan kegiatan
berhias secara mandiri seperti memotong kuku kaki dan kuku tangan, mencukur
kumis, dan merapikan pakaian. Klien mengetahui cara makan dan minum yang
baik dan benar, seperti berdoa sebelum makan dan meletakkan kotak makanan di
tempat yang disediakan setelah makan. Klien mengetahui cara BAB dan BAK
yang baik, seperti dimana tempat, cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
secara mandiri.

Poltekkes Kemenkes Padang


54

B. Pembahasan Kasus

1. Pengkajian keperawatan
1) Keluhan utama

Saat dilakukan pengkajian pada klien ditemukan klien tidak mau bicara, klien
tidak mau bertemu dengan orang lain, klien sering menyendiri, lebih banyak
menghabiskan waktu sendirian, klien menganggap dirinya sebagai orang
yang menyusahkan keluarga, klien merasa tidak berguna, klien tampak sering
bermenung, kontak mata saat interaksi kurang, bicara lambat dengan nada
suara lemah.

Keluhan utama yang dialami oleh klien juga ditemukan pada teori
(Wijayaningsih, 2015) yaitu harga diri rendah ditandai dengan mengkritik
diri sendiri, memiliki perasaan tidak mampu dam rasa bersalah, pandangan
hidup yang pesimis, mengejek diri sendiri, menarik diri dari hubungan sosial,
ekspresi wajah malu dan merasa bersalah, dan sikap negatif pada diri sendiri.

Keluhan utama yang dialami oleh klien juga diperkuat dalam penelitian
Olivia (2020), klien dengan harga diri rendah ditandai dengan klien sering
diam, masih tertutup, ekspresi datar, mengalami penurunan produktivitas,
lebih banyak menunduk, bicara dengan nada yang lemah atau pelan, tidak
berani menatap lawan bicara, dan berbicara hanya seperlunya saja.

Berdasarkan keluhan utama yang dialami klien memiliki kesesuaian dengan


teori dan hasil penelitian. Dimana klien dengan harga diri rendah memiliki
keluhan sering diam, sering menyendiri, mengalami penurunan produktivitas,
bicara lambat dengan nada suara lemah, dan tidak memiliki kontak mata saat
berinteraksi.

Poltekkes Kemenkes Padang


55

2) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang dialami klien yaitu adanya saudara kandung (kakak
laki-laki) yang mengalami gangguan jiwa. Klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, klien sudah 5 kali keluar masuk rumah sakit
jiwa. Saat remaja klien mengalami trauma fisik yaitu terjatuh dari pohon dan
kepala bagian belakang terhempas ke lantai, klien mengalami trauma sosial
ditertawakan oleh para tetangga sebagai orang gila sehingga klien takut
untuk bertemu orang banyak. Orang tua perempuan klien sudah meninggal
dunia, semenjak kejadian tersebut klien semakin terpuruk, dan merasa
dirinya tidak berguna.

Hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu et al., 2019) faktor predisposisi


yang mempengaruhi harga diri rendah yang pertama yaitu faktor biologis
meliputi faktor genetik, seseorang beresiko 10% jika salah satu orangtua
memiliki riwayat gangguan jiwa, dan resiko akan lebih besar menjadi 40%
jika kedua orangtua mengalami gangguan jiwa. Faktor biologis kedua yaitu
adanya riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Faktor predisposisi yang kedua
yaitu faktor psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian,
pengalaman masa lalu yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain. Faktor predisposisi yang ketiga yaitu faktor
sosial budaya seperti tidak memiliki teman, konflik keluarga, dan status
ekonomi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan wakhid mengatakan faktor


genetik merupakan faktor terbesar terjadinya gangguan jiwa pada klien
dengan skizofrenia dibandingkan faktor predisposisi lainnya seperti trauma
fisik, riwayat napza, atau gangguan jiwa sebelumnya.

Berdasarkan faktor predisposisi yang dialami oleh klien memiliki kesamaan


dengan teori dan hasil penelitian. Klien dengan harga diri rendah dapat
disebabkan oleh faktor biologis yang meliputi faktor genetik atau keturunan,

Poltekkes Kemenkes Padang


56

riwayat gangguan jiwa masa lalu. Faktor psikologis meliputi kepribadian,


dan pengalaman masa lalu. Faktor sosial budaya meliputi tidak memiliki
teman, konflik keluarga, dan status ekonomi rendah.

3) Konsep Diri

Gambaran diri klien memiliki anggota tubuh yang lengkap, sehingga klien
merasa bersyukur memiliki tubuh yang sempurna dan tidak memiliki
kecacatan dan kekurangan. Klien merupakan anak kelima dari lima orang
bersaudara, sebagai anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayah bekerja,
namun klien merasa takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah. Klien
berperan sebagai seorang anak yang ingin memiliki pekerjaan dan
menghasilkan banyak uang untuk diberikan kepada ayahnya. Klien memiliki
keinginan untuk keluar dari rumah sakit secepatnya dan dapat berkumpul lagi
dirumah bersama ayah dan kakak laki-laki. Klien merasa tidak dihargai oleh
keluarga besarnya, klien dianggap sebagai orang yang selalu menyusahkan
ayahnya.

Menurut teori (Azizah dkk, 2016) gambaran diri klien dengan harga diri
rendah cendrung merendahkan dirinya sendiri, memiliki perasaan tidak
mampu dan rasa bersalah pada diri sendiri. Identitas diri klien lebih banyak
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak adanya kontak mata saat interaksi.
Fungsi peran pada harga diri rendah tidak mampu klien melakukan perannya
secara maksimal yang ditandai dengan kurang percaya diri, dan motivasi
yang kurang dari individu tersebut. Ideal diri klien cenderung kurang percaya
diri, selalu merendahkan martabat, dan adanya penolakan terhadap
kemampuan diri. Pada bagian harga diri klien merasa malu terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan
terhadap kemampuan diri, dan kurangnya percaya diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Purwasih & Susilowati, 2016)


didapatkan konsep diri klien dengan gambaran diri yang memiliki rasa
bersalah terhadap diri sendiri, identitas diri ditemukan klien lebih banyak
menunduk, percaya diri yang kurang, selalu menunduk, dan kontak mata
kurang. Fungsi peran klien yang terganggu, takut akan ancaman yang
menimpa diri klien dan merasa tidak mampu lagi sehingga harus kehilangan
pekerjaan. Ideal diri yang selalu merendahkan martabat, dan penolakan
terhadap kemampuan yang dimiliki. Timbulnya perasaan malu pada diri
sendiri dan kurang percaya diri.

Berdasarkan konsep diri yang klien alami memiliki kesamaan dengan teori
dan penelitian yang terjadi. Klien dengan harga diri rendah cenderung
memiliki gambaran diri memiliki rasa bersalah pada diri sendiri, fungsi peran
yang terganggu akibat kurangnya percaya diri dan kurangnya motivasi dari
dalam diri. Ideal diri yang selalu merendahkan diri sendiri dan penolakan
terhadap kemampuan diri.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien yaitu harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.

Menurut teori (Direja, 2011) Harga diri rendah disebabkan oleh individu yang
berada dalam situasi yang penuh dengan stresor, individu kemudian berusaha
menyelesaikan namun tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran tersebut. Apabila
lingkungan tidak memberi dukungan yang positif dan bahkan menyalahkan
individu secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga
diri rendah. Klien dengan harga diri rendah sering merasa malu bertemu dengan
oranglain, dan lebih suka mengurung diri. Apabila klien tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga maka lama kelamaan dibiarkan menyendiri klien akan
semakin takut untuk bertemu dngan orang banyak sehingga akan menimbulkan

Poltekkes Kemenkes Padang


58

isolasi sosial. Akibat adanya perubahan proses pikir menyebabkan kemampuan


untuk melakukan aktivitas perawatan diri menjadi menurun. Kurangnya
perawatan diri akan berdampak pada ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, buang air besar dan buang air
kecil secara mandiri.

Berdasarkan teori yang dijelaskan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan


memiliki kesamaan. Tidak efektifnya koping individu klien yang merasa
disalahkan setiap pekerjaan yang dilakukan, dianggap sebagai anak yang
menyusahkan orang tua, ditertawakan sebagai orang gila oleh lingkungan sekitar,
menyebabkan klien merasa tidak ada dukungan dari keluarga atau lingkungan.
Sehingga menimbulkan perasaan harga diri rendah pada diri klien, merasa tidak
berguna, tidak bisa melakukan hal-hal bermanfaat, merasa tidak diharga oleh
orang-orang, merasa dirinya sebagai orang yang selalu menyusahkan orang lain.
Akibat timbulnya perasaan tidak berguna klien menjadi malu bertemu dengan
orang lain, klien cenderung untuk menyendiri di rumah, takut melakukan
interaksi dengan orang lain, klien tidak memiliki teman dekat atau teman-teman
disekitaran rumah. klien tampak kurang mampu melakukan kebersihan diri
tampak kulit tangan dan kaki tampak kotor, kuku tampak panjang dan hitam,
kumis tebal.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan daftar diagnosis
keperawatan yaitu harga diri rendah, tidak efektifnya koping individu, isolasi
sosial, dan defisit perawatan diri. Intervensi keperawatan untuk harga diri rendah
yaitu diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (buat daftar
kegiatan pasien seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur, membersihkan
got, menyapu, mengepel, melap meja, membersihkan taman, dan lain-lain), bantu
klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan)
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini, bantu pasien memilih kegiatan
berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih saat pertemuan,

Poltekkes Kemenkes Padang


59

latih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan, berikan pujian seiap kali
klien melakukan kegiatan, susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di
latih dalam rencana harian.

Intervensi keperawatan untuk tidak efektifnya koping individu yaitu bantu klien
mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek sebagai upaya
peningkatan koping yang tepat, bantu klien menyelesaikan masalah menggunakan
cara yang konstruktif, berikan penilaian terhadap dampak dari situasi kehidupan
terhadap peran dan hubungan yang ada, gunakan pendekatan yang tenang, bantu
klien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian dengan lebih
objektif, dukung kemampuan mengenai situasi secara bertahap, eksplorasi alasan
klien mengkritik diri, bantu klien dalam mengidentifikasi respon positif dari
orang lain, dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut, dukung klien
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri, dukung keterlibatan
keluarga., bantu klien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi
yang tepat, bantu klien mengklarifikasi kesalahpahaman, dukung klien
mengevaluasi dirinya sendiri.

Intervensi keperawatan isolasi sosial yaitu identifikasi penyebab isolasi sosial


seperti dengan siapa klien satu rumah, dengan siapa klien dekat, dan dengan siapa
klien tidak dekat, tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien,
latih klien berkenalan, kemudian jelaskan bagaiamana cara berkenalan yang baik
dan benar, lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien melakukannya, minta
klien mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan kepada 1 orang, 2-3 orang,
4-5 orang, dan melakukan kegiatan sosial, berikan pujian setiap klien selesai
melakukan tindakan, masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Intervensi keperawatan untuk defisit perawatan diri yaitu identifikasi kebersihan


diri (mandi), berdandan, makan, dan BAB atau BAK, jelaskan pentingnya
kebersihan diri, jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk kebersihan diri, latih
cara menjaga kebersihan diri, latih cara berdandan seperti sisir rambut, rias muka

Poltekkes Kemenkes Padang


60

untuk perempuan, cukuran untuk laki-laki, jelaskan kebutuhan dan cara makan
dan minum, latih cara makan dan minum yang baik, kelaskan cara BAB dan BAK
yang baik, latih cara BAB dan BAK yang baik, berikan pujian terhadap kegiatan
yang klien lakukan, masukkan dalam jadwal harian klien.

Penanganan yang tepat untuk menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah
yaitu dengan melakukan tindakan asuhan keperawatan yang meliputi
mendiskusikan, menilai, menetapkan dan melatih kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki oleh klien, serta membuat jadwal dalam rencana harian (Keliat et al,
2011 dalam olivia 2020).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Fadly & Hargiana, 2018) upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah isolasi sosial yaitu dengan
meningkatkan hubungan saling percaya kepada klien secara bertahap, memenuhi
aktivitas harian klien, dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki klien dengan
selalu mengajak klien berinteraksi, berbincang-bincang dan mulai berkenalan
secara bertahap dengan beberapa orang klien dan perawat yang ada.

Penelitian yang dilakukan (Ramdhani, 2016) rencana tindakan keperawatan yang


dilakukan pada klien dengan harga diri rendah yaitu identifikasi masalah
perawatan diri (kebersihan diri, berdandan, makan atau minum, BAB atau BAK).
Jelaskan pentingnya kebersihan diri, latihan pertama cara menjaga kebersihan diri
(mandi, ganti pakaian, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku). Latihan kedua cara
berdandan setelah kebersihan diri (sisran dan cukuran), latihan ketiga cara makan
dan minum yang baik, latihan keempat cara BAB dan BAK yang baik. Berikan
pujian setiap tindakan yang dilakukan klien, masukkan dalam jadwal harian klien.

Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dirancang memiliki kesamaan


dengan teori dan penelitian yang telah dilakukan orang lain. Sehingga rencana
tindakan keperawatan tersebut dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan
tindakan keperawatan selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


61

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan telah dilakukan pada klien harga diri rendah dengan
mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien (
membuatkan daftar kegiatan yang mampu klien lakukan), membantu klien
menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) buat
daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat dirumah sakit, membantu pasien
memilih kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih
saat pertemuan pertama yaitu merapikan tempat tidur, latihan kedua
membersihkan meja, latihan ketiga menyuci gelas, dan latihan keempat menyapu.

Implementasi keperawatan dengan diagnosis kedua yaitu tidak efektifnya koping


individu dengan membantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek, Membantu menyelesaikan masalah menggunakan cara
yang konstruktif, menggunakan pendekatan yang tenang, mendukung
kemampuan mengenai situasi secara bertahap, mengidentifikasi respon positif
dari orang lain, mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri, mendukung
keterlibatan keluarga, mendukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.

Implementasi keperawatan dengan diagnosis ketiga yaitu isolasi sosial dengan


mengidentifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan siapa klien satu rumah,
dengan siapa klien dekat, dan dengan siapa klien tidak dekat, menanyakan
keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien, melatih klien berkenalan,
kemudian jelaskan bagaiamana cara berkenalan yang baik dan benar, lalu
contohkan terlebih dahulu sebelum klien melakukannya, meminta klien
mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan kepada 1 orang, 2-3 orang, 4-5
orang, dan berkenalan sambil melakukan aktivitas membersihkan meja.

Implementasi keperawatan dengan diagnosis keempat yaitu defisit perawatan diri


dengan mengidentifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan, makan, dan BAB
atau BAK, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menanyakan alat dan cara
melakukan kebersihan diri, menjelaskan kepada klien cara melakukan kebersihan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

diri, meminta klien untuk mengulang kembali cara melakukan kebersihan diri
(mandi, menggosok gigi, mencuci rambut), berhias (menggunting kuku,
bercukur bagi laki-laki, berdandan bagi perempuan), makan dan minum, BAB dan
BAK dengan benar.

Hasil penelitian yang dilakukan (Tuasikal et al., 2019) pada klien dengan harga
diri rendah didapatkan hasil implementasi keperawatan klien mampu membina
hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat menilai kemampuan
yang dapat digunakan, klien mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan, klien dapat melakukan kegiatan yang sudah dipilih sesuai
kemampuan. Kegitan yang dipilih meliputi (menyapu ruangan dan mencuci
piring).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Afandi & Susilowati, 2014) didapatkan
hasil implementasi keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial hari pertama
yaitu klien nampak menunduk, kontak mata kurang dan tampak malu, kurang
kooperatif, klien tidak dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain. Implementasi keperawatan hari kedua menunjukkan mampu
berhubungan sosial dengan perawat, tampak sedikit mau berbicara, kontak mata
masih kurang dan masih malu-malu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan kejadian dilapangan


memiliki kesamaan, pada hari pertama klien dengan isolasi sosial belum mampu
menyebutkan keuntungan dan kerugian memiliki teman. Klien masih tampak
malu-malu, tampak menunduk, kontak mata masih kurang. Pada hari kedua sudah
memiliki sedikit kemajuan, klien sudah memulai melakukan interaksi meskipun
masih sedikit malu-malu.

Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan strategi pelaksanaan


pasien. Strategi pelaksanaan pada keluarga tidak dapat dilakukan karena pada
masa pandemi keluarga tidak diizinkan untuk melakukan kunjungan ke rumah

Poltekkes Kemenkes Padang


63

sakit. Keluarga hanya diperbolehkan ke rumah sakit saat menjeput klien apabila
sudah diizinkan pulang. Kemudian dilakukan upaya pencarian nomor keluarga
klien pada buku status rumah sakit, setelah dihubungi beberapa kali tidak
ditemukannya balasan dari keluarga.

Klien mengikuti kegiatan TAK harga diri rendah 2 sesi yaitu mengidentifikasi hal
positif pada diri klien dan melatih hal positif pada diri klien. Saat melakukan
TAK penulis melakukan pendampingan pada klien, karena yang melakukan yaitu
mahasiswa dari kampus lain. kegiatan TAK ini sesuai dengan (B.A Keliat &
Pawirowiyono, 2012) yaitu TAK yang dapat dilakukan pada klien dengan harga
diri rendah yaitu TAK stimulasis persepsi harga diri rendah yang terdapat dua sesi
yaitu identifikasi hal positif pada diri klien, dan melatih hal positif diri.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan harga diri rendah
untuk strategi pelaksanaan 1 yaitu dapat menyebutkan kegiatan-kegiatan yang
menurut klien mampu dilakukan, klien dapat memilih kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit, klien memilih merapikan tempat tidur untuk latihan
pertama, klien melakukannya dengan bantuan perawat. Strategi pelaksanaan 2
yaitu klien membersihkan meja setelah selesai makan secara mandiri. Stratgei
pelaksanaan 3 klien mampu mencuci gelas setelah selesai makan secara mandiri.
Strategi pelaksanaan 4 klien mampu menyapu secara mandiri.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosis tidak efektifnya koping individu yaitu


klien mencoba mengambil keputusan dengan bantuan perawat, klien akan
menceritakan permasalah yang dialami dengan orang dipercaya dan tidak akan
memendam permasalahan sendirian. Klien mengetahui terhadap penyakit yang
dialami, tampak adanya perubahan perilaku klien yang mulai terbuka kepada
perawat.

Poltekkes Kemenkes Padang


64

Evaluasi keperawatan untuk diagnosis isolasi sosial strategi pelaksanaan 1 yaitu


klien mampu berinteraksi dengan satu orang meskipun masih malu-malu dan
tampak gugup. Strategi pelaksanaan 2 klien mampu mengajak berkenalan dengan
dua orang namun klien memiliki daya ingat yang rendah sehingga sulit mengingat
nama teman yang diajak berkenalan. Strategi pelaksanaan 3 klien mampu
berinteraksi dengan 4 orang secara mandiri. Strategi pelaksanaan 4 klien mampu
berinteraksi dengan teman-teman sambil membersihkan meja secara mandiri.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosis defisit perawatan diri strategi pelaksanaan


1 yaitu klien mampu melakukan kebersihan diri (mandi) secara mandiri. Strategi
pelaksanaan 2 klien mampu melakukan berdandan (menggunting kuku dan
mencukur kumis) secara mandiri. Strategi pelaksanaan 3 klien mampu makan dan
minum secara mandiri. Strategi pelaksanaan 4 klien mampu melakukan BAB dan
BAK secara mandiri.

Evaluasi keperawatan telah dilakukan berdasarkan teori yang dipaparkan oleh


(Nasir et al., 2011) evaluasi keperawatan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan untuk menilai hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
kepada klien dan dilakukan secara terus menerus hingga respon klien menjadi
lebih baik dengan menggunakan pendekatan SOAP.

Peran perawat ruangan sangat dibutuhkan pada klien dengan harga diri rendah,
karena tingginya rasa malas dan minimnya keinginan klien untuk melakukan
kegiatan. Sehingga dibutuhkan motivasi, dorongan, dan perhatian dari perawat
ruangan agar klien mau melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu meningkatkan
harga diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP
Setelah dilakukan penelitian asuhan keperawatan jiwa pada klien (Tn.A) dengan
harga diri rendah di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
yang dilaksanakan pada 1 – 12 Maret 2021 maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian klien dengan harga diri rendah ditemukan klien suka
menyendiri, merasa tidak berguna, merasa tidak mampu melakukan hal-hal
yang bermanfaat, selalu menyusahkan orang lain, tidak mau berinteraksi
dengan orang sekitar,tidak ada kontak mata, sering menunduk, tampak kotor
dan tidak rapi.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu harga diri rendah, tidak efektifnya
koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.
3. Intervensi keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan pasien dengan harga
diri rendah yaitu diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
(buat daftar kegiatan pasien) bantu klien menilai kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat dirumah sakit, bantu pasien memilih kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih saat pertemuan, latih
kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
Intervensi keperawatan untuk tidak efektifnya koping individu yaitu
identifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek, bantu klien
menyelesaikan masalah, gunakan pendekatan yang tenang, bantu klien dalam
mengidentifikasi respon positif dari orang lain, dukung keterlibatan keluarga,
bantu klien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi yang
tepat, bantu klien mengklarifikasi kesalahpahaman, dukung klien
mengevaluasi dirinya sendiri.
Intervensi keperawatan untuk isolasi sosial yaitu identifikasi penyebab isolasi
sosial, tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien, latih
klien berkenalan kepada 1 orang, 2-3 orang, 4-5 orang, dan melakukan

65
Poltekkes Kemenkes Padang
66

kegiatan sosial. Intervensi keperawatan untuk defisit perawatan diri yaitu


identifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan, makan, dan BAB atau BAK,
jelaskan pentingnya kebersihan diri, latih cara menjaga kebersihan diri, latih
cara berdandan, jelaskan kebutuhan dan cara makan dan minum, latih cara
BAB dan BAK yang baik.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 5-12 Maret 2021.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu diagnosis
harga diri rendah, tidak efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit
perawatan diri yang dilakukan hingga strategi pelaksanaan keempat.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal 5-12 Maret 2021. Evaluasi
dilakukan berdasarkan perkembangan klien dengan metode SOAP.
6. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan membuat laporan karya tulis
ilmiah berupa laporan asuhan keperawatan pada klien mulai dari pengkajian
sampai evaluasi keperawatan yang diabndingkan dengan teori dan penelitian
orang lain.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan dapat menambah wawasan
penulis serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan saat perkuliahan
pada asuhan keperawatan jiwa pasien dengan harga diri rendah.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai motivasi kepada perawat Ruangan
Cenderawasih RSJ Prof HB Saanin Padang untuk tetap mengoptimalkan
pelaksanaan strategi pelaksanaan kepada pasien, agar klien dengan harga diri
rendah tidak terpuruk kepada gangguan jiwa yang lebih berat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan tambahan referensi bacaan dalam asuhan keperawatan
jiwa klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin
Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, & Susilowati, Y. (2014). PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN


JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. JPK, 1(1), 13–19.
Ariansyah. (2017). Hubungan Aplikasi Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah
dengan Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan ADL DI RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda (Vol. 6).
Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Indomedia Pustaka.
Budiono, & Pertami, S. B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.
Chandra, B. (2012). Pengantar Statistika Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Fadly, M., & Hargiana, G. (2018). Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Klien
Isolasi Sosial Pasca Pasung. Faletehan Health Journal, 5(2), 90–98.
Febrianto, T., Livana, & Indrayati, N. (2019). Peningkatan Pengetahuan Kader
Tentang Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(November), 89–94.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/
65
Halim, N., & Hamid, A. Y. (2020). Peluang Psikoedukasi Keluarga Untuk
Pencegahan Kekambuhan Orang Dengan Gangguan Jiwa di Papua. 8(2), 193–
202.
Irfanuddin. (2019). Cara Sistematis Berlatih Meneliti. Rayyana Komunikasindo.
Irman, V., Alwi, N. P., & Patricia, H. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa.
UNP Press.
Keliat, B. ., & Pawirowiyono. (2012). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok
Edisi 2. EGC.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas. EGC.
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Medical Book.

67
68

Prabowo Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika.
Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). PENATALAKSANAAN PASIEN
GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI
RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG. JPK, 3(2), 44–50.
Putri, A. Y. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB SAANIN PADANG.
Rahayu, S., Mustikasari, & Daulima, N. H. C. (2019). Perubahan Tanda Gejala dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif
dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational of Nursing (JEN), 2(1), 39–51.
Ramdhani. (2016). UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE
DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN
DIRI DI RSJD ARIF ZAINUDIN SURAKARTA. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Renidayati. (2014). Peningkatan Kemampuan Pasien Skizofrenia Melalui Sosial
Skills Training di Kota Padang Tahun 2014. Jurnal Penelitian Dan Kebijakan
Publik, 3 No 1, 429–440.
Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL
ADAPTASI STRES STUART Fajar Rinawati, Moh Alimansur. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(1), 34–38.
Rusdi, D. D. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Gosyen Publishing.
Sari, S. P., & Wijayanti, D. Y. (2014). Keperawatan spiritualitas pada pasien
skizofrenia. Jurnal Ners, 9, 126–132.
Tuasikal, H., Siauta, M., & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang
Asoka (Sub Akut Laki) RSKD Provinsi Maluku. Window of Health : Jurnal
Kesehatan, 2(4), 345–351. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.210
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Legkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Trans Info Media.

Poltekkes Kemenkes Padang


FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

I. Identitas Klien
Nama : Tn.Alfian
Umur : 38 Tahun
No.RM : 015524
Tanggal Pengkajian: 2 Maret 2021

II. Alasan masuk


Klien masuk melalui IGD Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang kemudian di
pindahkan ke Ruang Cenderawasih pada tanggal 14 Februari 2021 pukul 15.45
WIB. Klien diantar oleh tante dengan keluhan klien gelisah semenjak 3 minggu
yang lalu, tidak mau berbicara dan bertemu dengan orang lain, klien merasa takut
bertemu orang banyak karena sering di tertawakan orang gila, sehingga klien tidak
bisa melakukan hal-hal bermanfaat yang dapat membantu keluarga. Klien lebih
banyak menghabiskan waktu tidur di rumah dan menyendiri.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2021 klien tampak melakukan
aktivitas yang monoton yaitu duduk, tidur, dan makan. Setiap kali selesai
wawancara klien tampak langsung tidur di teras depan kamar, tidak berpindah dari
tempat wawancara. Klien banyak diam, tidak seperti teman-teman yang lain yang
aktif bertanya dan bercerita-cerita.

III. Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu :
Klien mengatakan sudah 5 kali keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin
Padang. Terakhir kali klien di rawat di rumah sakit jiwa yaitu pada tahun 2020.
2. Pengobatan sebelumnya:
Klien mengatakan selama 5 kali keluar masuk rumah sakit ia selalu meminum
obat yang diberikan secara teratur.
3. Trauma
a. Trauma Fisik
Keluarga mengatakan klien sewaktu SMP pernah memanjat pohon yang cukup
tinggi dan terjatuh, sehingga kepala bagian belakang klien terbentur.
b. Aniaya Fisik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik selama hidupnya. Klien
juga tidak pernah menyaksikan aniaya fisik.
c. Trauma Sosial
Klien mengatakan malas bersosialisasi dengan lingkungan dekat rumahnya
karena selalu di tertawakan sebagai orang gila.
d. Penolakan
Klien merasa tidak pernah mengalami penolakan semasa hidupnya.
e. Kekerasan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan didalam keluarganya.
f. Tindakan Kriminal
Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan kriminal.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Hubungan keluarga : Saudara Kandung

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien merasa dirinya tidak berguna semenjak kehilangan seorang ibu, semenjak
kejadian tersebut klien sering di tertawakan oleh para tetangga sebagai orang gila.

IV. Fisik
1. Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
2. Ukur : TB : 155 Cm BB : 52 Kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
V. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
: Menikah
: Satu rumah

2. Konsep diri:
a. Gambaran diri
Klien tampak memiliki anggota tubuh yang lengkap, klien bersyukur memiliki
anggota tubuh yang sempurna, tidak ada memiliki kecacatan dan kekurangan.
b. Identitas
Klien mengatakan ia adalah anak ke lima dari lima orang bersaudara. Sebagai
seorang anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayahnya bekerja, namun ia
takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah.
c. Peran
Klien berperan sebagai seorang anak, klien ingin sekali memiliki pekerjaan
yang dapat menghasilkan banyak uang sehingga dapat memberikan ayahnya
uang dan memberikan makanan.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin sekali cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit
sehingga dapat bertemu kembali dengan ayah dan kakak laki-lakinya dirumah.
e. Harga diri
Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besarnya, ia dianggap sebagai orang
yang selalu menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya.

3. Hubungan sosial
a. Orang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya yaitu kakak
pertama laki-laki, kakaknya tersebut sayang kepada klien sehingga klien juga
sayang kepadanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Di lingkungan masyarakat klien tidak mau bergaul dengan orang-orang sekitar,
karena ia sering ditertawakan sebagai orang gila.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, ia hanya ingin sendiri. Karena
dengan sendiri ia merasa tenang dan tidak ada yang mengganggu. Klien tidak
mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian memiliki teman.

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragam islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan ada melaksanakan salat 5 waktu, ia mampu menyebutkan
jumlah rakaat masing-masing salat fardu. Klien tampak lancar membacakan
surah Al-Fatihah, selalu melaksanakan salat jumat saat berada di rumah, dan
tidak pernah meninggalkan salat jumat.
VI. Status Metal
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapi, buah baju tidak di kancingkan, kumis tebal, gigi
kuning, kuku kaki dan tangan panjang, kaki tampak kotor, setiap pagi klien
selalu ketahuan memakai celana dua lampis yaitu celana hari kemarin dan celana
baru.
2. Pembicaraan
Klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan, klien bicara apabila ada
orang lain yang mengajak bicara dan menjawab sesuai dengan apa yang
ditanyakan saja. Klien tidak mau menjawab dengan panjang lebar. Klien bicara
pelan dengan nada suara lemah, saat bicara klien hanya membuka mulut sedikit
saja. Kontak mata kurang, lebih banyak menunduk, memejamkan mata, atau
mengalihkan pandangan.
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak dengan aktivitas yang itu-itu saja setiap hari, seperti makan,
duduk, melamun, dan tidur. Melakukan aktivitas apabila diperintah terlebih
dahulu. Klien tampak lesu dan sering menyendiri dan menunduk.
4. Alam Perasaan
Klien merasa sangat sedih tidak bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk
membantu keluarga sehingga sering kali dianggap menyusahkan saudara-
saudara dan ayahnya.
5. Afek
Afek klien selama berinteraksi datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah
saat adanya stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi wawancara berlangsung klien sering menunduk, memejamkan
mata atau mengalihkan pandangan. Klien tidak mampu memulai pembicaraan,
klien hanya bicara saat diberikan pertanyaan. Respon yang diberikan oleh klien
terhadap jawaban pertanyaan cukup lama dan jawaban yang diberikan cukup
singkat.
7. Persepsi
Klien mengatakan dulu sering mengumpulkan sampah-sampah di pasar dan
membawa sampah tersebut pulang, menurut persepsi klien hal tersebut
merupakan tindakan yang benar. Karena dapat menjadikan pasar menjadi bersih.
Namun semenjak klien selalu di marahkan oleh keluarganya ia tidak mau lagi
keluar rumah.
8. Proses Pikir
Saat interaksi sedang berlangsung, klien sering terhenti secara tiba-tiba tanpa
adanya gangguan dari luar, kemudian dilanjutkan kembali. Sering didapati klien
terlamun, seperti sedang berfikir.
9. Isi Pikir
Klien sering menanyakan kapan akan dipulangkan, ia ingin sekali pulang ke
rumah karena merasa bosan di rumah sakit.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu dalam keadaan sadar. Namun klien
tidak mengetahui hari dan tanggal saat pengkajian, klien hanya menyadari
dirinya sedang berada di rumah sakit jiwa.
11. Memori
Memori jangka pendek klien tampak terganggu, dibuktikan dengan klien tidak
mampu mengingat nama perawat dan teman-temannya. Memori jangka panjang
klien tampak tidak terganggu dibuktikan dengan klien mampu mengingat
penyebab dan siapa yang memasukkan klien ke rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung, dibuktikan dengan klien mampu
menjumlahkan bilangan yang diberikan dengan baik dan benar.
13. Kemampuan penilaian
Klien tampak tidak mampu mengambil keputusan sendiri, klien bingung
terhadap apa yang hendak ia lakukan.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang sedang ia alami, klien terkadang menyalahkan
orang-orang yang ada disekitar rumah karena sering menertawakan ia sebagai
orang gila, namun ia tidak menyalahkan tantenya yang sudah membawa ke
rumah sakit. Karena bagi klien apabila sakit harus di obati.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan 3 kali dalam sehari, dengan menghabiskan porsi makanan yang
disediakan. Klien mengatakan suka dengan makanan rumah sakit, makanan yang
paling di sukai yaitu ikan. Selesainya makan klien tampak meletakkan kotak
makanan di tempat yang disediakan, namun untuk gelas klien hanya
membiarkannya di atas meja, tidak mencuci dan meletakkannya di rak piring.
2. BAB/BAK
Klien buang air kecil 4-5 kali dalam sehari, dan buang air besar satu kali dalam
dua hari. Klien mengatakan tidak ada gangguang dalam proses eliminasi.
3. Mandi
Klien mandi 2 kali dalam sehari yaitu di waktu pagi dan sore. Klien tampak kotor
dan gigi kuning. Setiap pagi klien merupakan orang yang terakhir mandi.
4. Berpakaian/berhias
Tampak kumis klien tebal, rambut rapi, krah baju rapi, dan baju dikancingkan
satu. Pakaian klien diganti setiap hari, namun setiap pagi klien selalu ketahuan
memakai celana dua lampis, satu celana hari sebelumnya dan celana yang baru.
5. Istirahat dan tidur
a. Tidur siang
Dipagi hari setiap tidak ada kegiatan yang mewajibkan klien beraktivitas, klien
selalu mengisinya dengan tidur. Selesai waktu zuhur klien tidur hingga waktu
ashar.
b. Tidur malam
Klien mengatakan nyenyak saat tidur malam. Selesai makan malam klien
langsung ke kamar dan tidur.
c. Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Klien mengatakan tidak ada melakukan aktivitas apapun sebelum tidur dan
sesudah tidur. Ia langsung tidur dan langsung bangun.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat secara rutin, sering meminum obat setelah makan,
di rumah sakit klien dibantu oleh perawat, dan di rumah klien dibantu oleh
keluarga.
7. Pemeliharaan kesehatan
Apabila obat klien habis sewaktu dirumah, klien akan meminta obat ke puskesmas
dibantu oleh kakak laki-laki atau ayahnya.
8. Kegiatan diluar rumah
Klien tidak begitu suka melakukan aktivitas diluar rumah, klien lebih suka
menghabiskan waktu di dalam rumah. Klien akan keluar rumah apabila keadaan
penting-penting saja seperti pergi salat jum’at.

VIII. Mekanisme Koping


Apabila klien memiliki masalah, klien lebih suka memikirkan masalah tersebut
sendirian. Jika kakak laki-laki klien bertanya, sesekali barulah klien mau
menceritakan.

IX. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak pernah melakukan aktivitas atau kegiatan kelompok.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien jarang berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan.
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mampu menamatkan pendidikan hingga ke jenjang SMP.
4. Masalah dengan perumahan
Klien tinggal di rumah miliki orang tuanya, tinggal bersama ayah dan kakak
laki-laki.
5. Masalah ekonomi
Klien tidak bekerja, memiliki ekonomi menengah ke bawah. Klien merasa
tertekan karena memikirkan ekonomi.
6. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien merasa tidak ada memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan baik
puskesmas maupun rumah sakit.

X. Pengetahuan
Klien mengetahui tentang penyakitnya, namun ia tidak mengetahui tentang obat-
obat apa saja yang di konsumsi.

Analisa Data
Data Masalah
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan merasa tidak berguna bagi keluarga, Harga Diri Rendah
karena tidak mampu membantu mencari nafkah.
2. Klien merasa selalu disalahkan terhadap apa yang ia
lakukan.
3. Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besar.
4. Klien dianggap oleh keluarga sebagai orang yang selalu
menyusahkan ayahnya.
Data Objektif :
1. Klien tampak sering menunduk dan melamun
2. Bicara lambat dengan nada suara lemah
3. Kontak mata klien kurang
4. Klien tampak sering menyendiri, menjauhi teman-teman

Data Subjektif :
1. Klien mengatakan apabila memiliki masalah ia akan Tidak Efektifnya
memikirkannya sendirian Koping Individu
2. Klien mengatakan tidak sanggup terus-terusan disalahkan
oleh keluarga sebagai anak yang selalu menyusahkan
ayahnya.
3. Klien merasa tidak berguna hidup saat sekarang ini.
Data Objektif :
1. Klien tampak sering menyendiri dan bermenung
2. Klien tampak bingung

Data Subjektif :
1. Klien mengatakan takut untuk keluar rumah karena Isolasi Sosial
sering ditertawakan tetangga sebagai orang gila
2. Klien lebih suka menghabiskan waktu didalam rumah
sendirian
3. Klien mengatakan tidak memiliki pergaulan dengan
teman-teman sekitar rumah
4. Klien tidak mengetahui keuntungan dan kerugian
memiliki teman
Data Objektif :
1. Klien tampak suka menyendiri dan menjauhi teman-
teman
2. Klien tampak tidak memiliki teman dekat

Data Subjektif :
1. Klien mengatakan selalu mandi terakhir di waktu pagi Defisit Perawatan Diri
karena dingin, sehingga malas untuk mandi.
2. Klien mengatakan tidak mau meminjam gunting kuku
kepada perawat, ia akan menggunting apabila disuruh
petugas saja.
Data Objektif :
1. Kulit tangan dan kaki tampak kotor
2. Kuku klien tampak panjang dan kotor
3. Kumis tampak tebal
4. Klien setiap pagi ketahuan menggunakan celana dua lapis
yaitu celana hari sebelumnya dan celana hari tersebut.

XI. Aspek Medik


Diagnosis Medik : Skizofrenia
Terapi Medis :
a. Aripiprazole : 1 x 10 mg
b. Lorazepam : 1 x 2 mg
c. Risperidon : 2 x 2 mg
XII. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri Effect

Harga Diri Rendah Cor Problem

Tidak Efektifnya Koping Individu Causa

XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan


1. Harga Diri Rendah
2. Tidak Efektifnya Koping Individu
3. Isolasi Sosial
4. Defisit Perawatan Diri
Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Tujuan Rencana Tindakan


Keperawatan
1 Harga Diri 1. Klien mampu membina Strategi pelaksanaan 1 :
Rendah hubungan saling percaya. 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
2. Klien mampu mengidentifikasi dimiliki pasien (buat daftar kegiatan pasien seperti
kemampuan dan aspek positif mencuci piring, merapikan tempat tidur,
yang dimiliki. membersihkan got, menyapu, mengepel, melap
3. Klien mampu menilai meja, membersihkan taman, dan lain-lain).
kemampuan yang dapat 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
digunakan. dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) buat
4. Klien mampu menetapkan atau daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
memilih kegiatan yang sesuai 3. Bantu pasien memilih kegiatan berdasarkan daftar
kemampuan. kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih saat
5. Klien mampu melatih kegiatan pertemuan.
yang sudah dipilih sesuai 4. Latih kegiatan yang telah dipilih sesuai
dengan kemampuan. kemampuan.
6. Klien mampu menyusun 5. Berikan pujian seiap kali klien melakukan
jadwal untuk melakukan kegiatan.
kegiatan yang sudah dilatih.
6. Susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
di latih dalam rencana harian.

Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih sebelumnya
dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan yang kedua sesuai dengan alat dan
cara melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama dan kedua yang telah di latih
sebelumnya dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan ketiga sesuai dengan alat dan cara
melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga, yang telah
dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan keempat sesuai dengan alat dan cara
melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.

2 Tidak Efektifnya 1. Klien mampu mengidentifikasi 1. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka
Koping Individu pola koping yang efektif dan panjang dan tujuan jangka pendek sebagai upaya
tidak efektif. peningkatan koping yang tepat.
2. Klien mampu mengungkapkan 2. Bantu pasien menyelesaikan masalah
pengurangan stres menggunakan cara yang konstruktif.
3. Klien mampu mengungkapkan 3. Berikan penilaian terhadap dampak dari situasi
perasaan terhadap kontrol diri kehidupan terhadap peran dan hubungan yang ada.
4. Klien mampu mengungkapkan 4. Gunakan pendekatan yang tenang.
penerimaan terhadap situasi 5. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian
5. Klien mampu mengubah gaya terkait dengan kejadian dengan lebih objektif.
hidup untuk mengurangi stres 6. Dukung kemampuan mengenai situasi secara
6. Klien mampu menggunakan bertahap.
perilaku untuk mengurangi 7. Eksplorasi alasan pasien mengkritik diri.
stres 8. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respon
7. Klien mampu menggunakan positif dari orang lain.
beberapa strategi koping 9. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa
8. Klien mampu mengungkapkan takut.
penurunan perasaan negatif 10. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
9. Klien mampu mengungkapkan dan kemampuan diri.
peningkatan kenyamanan 11. Dukung keterlibatan keluarga.
psikologis. 12. Bantu pasien melewati proses berduka dan
kehilangan dengan kondisi yang tepat.
13. Bantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman.
14. Dukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.
3 Isolasi Sosial 1. Klien mampu membina Strategi Pelaksanaan 1 :
hubungan saling percaya 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan
2. Klien mampu menghindari siapa klien satu rumah, dengan siapa klien dekat,
penyebab isolasi sosial dan dengan siapa klien tidak dekat.
3. Klien mampu berinteraksi 2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain. kepada klien.
3. Latih klien berkenalan, kemudian jelaskan
bagaiamana cara berkenalan yang baik dan benar,
lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien
melakukannya.
4. Minta klien mempraktekkan seperti yang telah
dicontohkan kepada 1 orang.
5. Berikan pujian setiap klien selesai melakukan
tindakan.
6. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama, yang telah dilatih sebelumnya
dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan kedua yaitu berkenalan 2-3 orang.
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama dan kedua yang dilakukan
sebelumnya, dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan ketiga, yaitu mengajak berkenalan
4-5 orang.
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang dilatih
sebelumnya, dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan keempat, yaitu melakukan kegiatan
sosial
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

4 Defisit Perawatan 1. Klien mampu membina Strategi Pelaksanaan 1 :


Diri hubungan saling percaya 1. Identifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan,
2. Klien mampu melakukan makan, dan BAB atau BAK.
kebersihan diri secara mandiri 2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Klien mampu melakukan 3. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk
berhias atau berdandan secara kebersihan diri.
baik 4. Latih cara menjaga kebersihan diri.
4. Klien mampu melakukan 5. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
makan dengan baik lakukan.
5. Klien mampu melakukan BAB 6. Masukkan dalam jadwal harian klien.
atau BAK secara mandiri.
Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
perawatan kebersihan diri, dan berikan pujian.
2. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk
berdandan.
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri
seperti sisir rambut, rias muka untuk perempuan,
cukuran untuk laki-laki.
4. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
5. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
perawatan kebersihan diri dan berdandan, dan
berikan pujian.
2. Jelaskan kebutuhan dan cara makan dan minum.
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
5. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.

Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
perawatan kebersihan diri, berdandan, makan dan
minun, dan berikan pujian.
2. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik.
3. Latih cara BAB dan BAK yang baik.
4. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
5. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Hari / Diagnosis Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Tanggal Keperawatan
1 Jumat, 5 Harga Diri Rendah Strategi Pelaksanaan 1 : S:
Maret 1. Mendiskusikan kemampuan dan 1. Klien mengatakan bisa
2021 aspek positif yang dimiliki oleh klien merapikan tempat tidur,
( membuatkan daftar kegiatan yang menyapu, mengepel,
mampu klien lakukan) membersihkan jendela, melap
2. Membantu klien menilai kegiatan meja, dan mencuci gelas.
yang dapat dilakukan saat ini (pilih 2. Klien mengatakan ingin
dari daftar kegiatan) buat daftar merapikan tempat tidur, mencuci
kegiatan yang dapat dilakukan saat gelas, menyapu, dan
dirumah sakit. membersihkan meja untuk
latihan dirumah sakit.
3. Membantu pasien memilih kegiatan 3. Klien mengatakan alat yang
berdasarkan daftar kegiatan yang digunakan untuk merapikan
dapat dilakukan untuk dilatih saat tempat tidur yaitu kasur, bantal,
pertemuan ini (merapikan tempat dan selimut.
tidur) O:
4. Menanyakan kepada pasien alat dan 1. Klien tampak merapikan tempat
cara merapikan tempat tidur. tidur, walaupun belum begitu
5. Mencontohkan cara merapikan rapi.
tempat tidur. 2. Klien banyak menunduk dan
6. Meminta klien merapikan tempat nada suara lemah.
tidur seperti yang telah diajarkan. A:
7. Memberikan pujian setiap kali klien Klien mampu merapikan tempat
melakukan kegiatan. tidur dan dapat dilakukan secara
8. Susun jadwal pelaksanaan mandiri.
kemampuan yang telah di latih dalam P : Optimalkan SP 1 (merapikan
rencana harian. tempat tidur) dan lanjutkan SP 2
(membersihkan meja)
2 Tidak Efektifnya 1. Membantu pasien mengidentifikasi S :
Koping Individu tujuan jangka panjang dan tujuan Klien mengatakan mencoba
jangka pendek sebagai upaya mengambil keputusan perlahan
peningkatan koping yang tepat. dengan adanya bantuan.
2. Membantu pasien menyelesaikan Klien mengatakan belum mampu
masalah menggunakan cara yang menyelesaikan masalah yang hadapi
konstruktif. sendirian.
3. Memberikan penilaian terhadap Klien mengetahui tentang
dampak dari situasi kehidupan penyakitnya.
terhadap peran dan hubungan yang O :
ada. Klien tampak mengungkapkan apa
4. Menggunakan pendekatan yang yang difikirkannya.
tenang. Klien masih tampak bingung.
5. Membantu pasien dalam A :
mengembangkan penilaian terkait Klien tampak sudah mulai terbuka
dengan kejadian dengan lebih objektif. kepada perawat dengan apa yang ia
alami.
P:
Intervensi dilanjutkan
3 Sabtu, 6 Harga Diri Rendah Strategi Pelaksanaan 2 : S:
Maret 1. Mengevaluasi validasi kemampuan 1. Klien mengatakan ada merapikan
2021 klien melakukan kegiatan pertama tempat tidur setiap kali bangun
yang telah dilatih sebelumnya dan dari tidur.
berikan pujian. 2. Klien mengatakan alat yang
2. Membantu pasien memilih kegiatan digunakan untuk membersihkan
kedua yang akan dilatih. meja yaitu lap dan meja.
3. Melatih kegiatan yang kedua sesuai O :
dengan alat dan cara melakukannya. 1. Klien tampak mampu
4. Memberikan pujian setiap klien membersihkan meja dengan
melakukan kegiatan. baik.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian 2. Kontak mata sudah mulai ada
klien. 3. Nada suara masih lemah

A : klien mampu membersihkan


meja secara mandiri.
P : optimalkan SP 1 dan SP 2
(merapikan tempat tidur dan
membersihkan meja) dan lanjutkan
SP 3 (Mencuci gelas)
4 Tidak Efektifnya 1. Mendukung kemampuan mengenai S :
Koping Individu situasi secara bertahap. Klien mengatakan sudah mencoba
2. Mengeksplorasi alasan pasien mengambil keputusan meskipun
mengkritik diri. ragu-ragu.
3. Membantu pasien dalam Klien mencoba bercerita sedikit
mengidentifikasi respon positif dari demi sedikit kepada orang yang ia
orang lain. percayai.
4. Mendukung verbalisasi perasaan, O :
persepsi, dan rasa takut. Klien tampak melawan rasa takut
5. Mendukung pasien untuk saat mengungkap masalah yang
mengidentifikasi kekuatan dan sedang dialami.
kemampuan diri. Klien tampak memberanikan diri
untuk melakukan hal-hal baru.
A:
Klien tampak melawan rasa takut
yang dialami secara mandiri
P:
Intervensi dilanjutkan.
5 Senin, 8 Harga Diri Rendah Strategi Pelaksanaan 3 : S:
Maret 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan ada merapikan
2021 pasien melakukan kegiatan pertama tempat tidur setiap bangun tidur, dan
dan kedua yang telah di latih membersihkan meja setiap selesai
sebelumnya dan berikan pujian. makan pagi dan siang.
2. Membantu pasien memilih kegiatan Klien mengatakan alat yang
ketiga yang akan dilatih. digunakan untuk mencuci gelas
3. Menanyakan kepada pasien alat dan yaitu sabun dan air.
cara mencuci gelas.
4. Mempraktekkan cara mencuci gelas
yang baik dan benar. O:
5. Meminta klien mencuci gelas seperti Klien tampak mampu mencuci gelas
yang telah dicontohkan. seperti yang sudah diajarkan.
6. Memberikan pujian setiap klien Klien tampak masih sering
melakukan kegiatan. menunduk.
7. Masukkan ke jadwal kegiatan harian Kontak mata klien sesekali sudah
pasien. ada.
A : klien mampu mencuci gelas
secara mandiri.
P : optimalkan SP 1 (merapikan
tempat tidur), SP 2 (membersihkan
meja), dan SP 3 (mencuci gelas),
dan lanjutkan SP 4 (menyapu).
6 Tidak Efektifnya 1. Mendukung keterlibatan keluarga. S:
Koping Individu 2. Membantu pasien melewati proses Klien mengatakan apabila memiliki
berduka dan kehilangan dengan masalah akan menceritaknnya
kondisi yang tepat. kepada ayah dan kakak laki-laki,
3. Membantu pasien mengklarifikasi klien tidak akan memendam masalah
kesalahpahaman. sendirian.
4. Mendukung pasien mengevaluasi
dirinya sendiri.
O:
Klien tampak lebih bersemangat
menjalani kehidupan dari hari-hari
sebelumnya.
A:
Klien sudah memiliki motivasi
hidup, sehingga merasakan dirinya
lebih baik dari sebelumnya.
P:
Intervensi dihentikan.
7 Selasa, 9 Harga Diri Rendah Strategi Pelaksanaan 4 : S:
Maret 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan ada merapikan
2021 pasien melakukan kegiatan pertama, tempat tidur setiap bangun tidur,
kedua, dan ketiga, yang telah dilatih membersihkan meja setiap kali
sebelumnya dan berikan pujian. selesai makan pagi dan siang, dan
2. Membantu pasien memilih kegiatan mencuci gelas setiap kali selesai
keempat yang akan dilatih. makan.
3. Menanyakan kepada klien alat dan Klien mengatakan alat yang
cara menyapu. digunakan untuk menyapu yaitu
4. Mempraktekkan cara menyapu yang sapu.
baik dan benar.
5. Meminta klien untuk menyapu seperti O :
yang sudah diajarkan. Klien tampak mampu menyapu
6. Memberikan pujian setiap klien dengan baik dan benar seperti yang
melakukan kegiatan. sudah dicontohkan sebelumnya.
7. Masukkan ke jadwal kegiatan harian Kontak mata klien sudah ada.
pasien. Klien bicara lebih keras dari
sebelumnya.
A:
klien mampu menyapu secara
mandiri.
P:
optimalkan SP 1, SP 2, SP 3, SP 4,
dan lanjutkan SP Isolasi Sosial.
8 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 1 : S:
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi a. Klien mengatakan satu rumah
sosial seperti dengan siapa klien satu dengan ayah dan kakak laki-laki.
rumah, dengan siapa klien dekat, dan b. Klien mengatakan dekat dengan
dengan siapa klien tidak dekat. kakak laki-laki, dan tidak ada
2. Menanyakan keuntungan dan orang yang tidak dekat dengan
kerugian berinteraksi kepada klien. klien.
3. Melatih klien berkenalan, kemudian c. Klien tidak mengetahui apa saja
jelaskan bagaiamana cara berkenalan keuntungan dan kerugian
yang baik dan benar, lalu contohkan berinteraksi.
terlebih dahulu sebelum klien O :
melakukannya. Klien tampak ragu-ragu hendak
4. Minta klien mempraktekkan seperti memulai berkenalan, dan masih
yang telah dicontohkan kepada 1 bingung hendak menanyakan apa
orang. kepada lawan bicara.
5. Berikan pujian setiap klien selesai Klien tampak kurang mampu
melakukan tindakan. berkonsentrasi.
6. Masukkan kedalam jadwal kegiatan A :
klien. klien berinteraksi dengan 1 orang
dengan bantuan.
P:
optimalkan SP 1 (berkenalan dengan
1 orang) dan lanjutkan SP 2
(berkenalan dengan 2-3 orang).

9 Defisit Perawatan Strategi Pelaksanaan 1 : S:


Diri 1. Mengidentifikasi kebersihan diri Klien mengatakan mandi 2x sehari
(mandi), berdandan, makan, dan BAB di waktu pagi dan sore.
atau BAK.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan Klien mengatakan mandi
diri. menggunakan sabun.
3. Menanyakan alat dan cara melakukan Klien mengatakan terkadang lupa
kebersihan diri. menggosok gigi, dan untuk
4. Menjelaskan kepada klien cara kedepannya tidak akan lupa lagi.
melakukan kebersihan diri. O:
5. Memintak klien untuk mengulang Kulit klien tampak kotor
kembali cara melakukan kebersihan Gigi klien tampak kuning
diri dengan benar. A : klien mampu melakukan
6. Berikan pujian terhadap kegiatan yang kebersihan diri seperti menggosok
klien lakukan. gigi, mandi, dan bershampo secara
7. Masukkan dalam jadwal harian klien. mandiri.
P:
Optimalkan SP 1 (kebersihan diri)
dan lanjutkan SP 2 (berhias)

10 Rabu, Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 2 : S:


10 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan lupa nama orang
Maret klien melakukan kegiatan pertama, yang klien ajak berkenalan kemarin.
2021 yang telah dilatih sebelumnya dan Klien mengatakan masih ingat
berikan pujian. bagaimana cara berkenalan yang
2. Melatih klien berkenalan, kemudian baik, seperti yang diajarkan kemarin.
jelaskan bagaiamana cara berkenalan O :
yang baik dan benar, lalu contohkan Klien tampak mampu bekenalan
terlebih dahulu sebelum klien dengan 2 orang meskipun beberapa
melakukannya. hal terlupa.
3. Minta klien mempraktekkan seperti Klien tampak sulit berkonsentrasi.
yang telah dicontohkan kepada 2-3 A :
orang. klien mampu berkenalan dengan 2
4. Memberikan pujian terhadap kegiatan orang secara mandiri.
yang klien lakukan. P:
5. Masukkan kedalam jadwal harian optimalkan SP 1 dan SP 2,
klien. kemudian lanjutkan SP 3

11 Defisit Perawatan Strategi Pelaksanaan 2 : S:


Diri 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan tidak akan malas-
pasien melakukan perawatan malas lagi untuk menggunting kuku
kebersihan diri, dan berikan pujian. dan mencukur kumis.
2. Menanyakan kepada klien alat dan O :
cara berhias. Klien tampak menggunting kuku
3. Menjelaskan kepada klien alat dan tangan dan kuku kaki.
cara berhias. Klien tampak mencukur kumis.
4. Meminta klien untuk menjelaskan Klien tampak merapikan krah baju.
ulang kembali alat dan cara berhias. A:
5. Meminta klien melakukan berhias Klien mampu melakukan berhias
(menggunting kuku, merapikan secara mandiri.
pakaian, dan mencukur kumis) P:
6. Berikan pujian terhadap kegiatan Optimalkan SP 1 (kebersihan diri),
yang klien lakukan. SP 2 (berhias), dan lanjutkan SP 3
7. Masukkan ke dalam jadwal harian (makan dan minum)
klien.

12 Kamis, Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 3 : S:


11 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan ingat dengan
Maret klien melakukan kegiatan pertama nama 2 teman yang ia ajak
2021 dan kedua yang dilakukan berkenalan kemaren, dan lupa
sebelumnya, dan berikan pujian. dengan nama salah satu teman.
2. Melatih klien berkenalan, kemudian O :
jelaskan bagaiamana cara berkenalan Klien tampak mengajak berkenalan
yang baik dan benar, lalu contohkan 4 orang dengan baik seperti yang
terlebih dahulu sebelum klien telah diajarkan sebelumnya.
melakukannya. Klien tampak sudah tidak
3. Minta klien mempraktekkan seperti menyendiri lagi, klien duduk didekat
yang telah dicontohkan kepada 4-5 teman-teman sambil menonton tv,
orang. meskipun belum ada interaksi.
4. Memberikan pujian terhadap kegiatan A :
yang klien lakukan. Klien mampu mengajak berkenalan
5. Masukkan kedalam jadwal harian teman-teman secara mandiri.
klien. P:
Optimalkan SP 1, SP 2, SP 3, dan
lanjutkan SP 4.
13 Defisit Perawatan Strategi Pelaksanaan 3 : S:
Diri 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan mampu makan
pasien melakukan perawatan dan minum dengan baik.
kebersihan diri dan berdandan, dan Klien mengatakan setiap selesai
berikan pujian. makan meletakkan kotak makan di
2. Menjelaskan kebutuhan dan cara tempat yang telah disediakan.
makan dan minum. O:
3. Melatih cara makan dan minum yang Klien tampak makan dengan baik
baik yaitu membaca doa sebelum makan,
4. Memberikan pujian terhadap kegiatan makan dengan tidak berbicara,
yang klien lakukan. menghabiskan porsi makan,
5. Masukkan ke dalam jadwal harian meletakkan kotak makan di tempat
klien. yang disediakan, dan mencuci gelas
lalu meletakkannya di rak piring.
A:
Klien mampu makan dan minum
dengan baik secara mandiri.
P:
Optimalkan SP 1 (kebersihan diri)
SP 2 (berhias) SP 3 (makan dan
minum), dan lanjutkan SP 4 (BAB
dan BAK).

14 Jumat, Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 4 : S:


12 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan ingin memiliki
Maret klien melakukan kegiatan pertama, teman.
2021 kedua, dan ketiga yang dilatih O :
sebelumnya, dan berikan pujian. Klien tampak berkenalan dengan
2. Melatih kegiatan keempat, yaitu teman-teman baru.
melakukan kegiatan bersama teman. Klien tampak membersihkan meja
(membersihkan meja sambil bercerita sambil berbicara dengan teman
dengan teman. meskipun klien masih sering
3. Memberikan pujian terhadap kegiatan menunduk.
yang klien lakukan. Klien tampak bahagia saat
4. Masukkan kedalam jadwal kegiatan berkenalan dengan orang baru.
klien. A:
Klien mampu membersihkan meja
sambil berbicara dengan teman
secara mandiri.
P:
Optimalkan SP 1, SP 2, SP 3, dan
SP 4.
15 Defisit Perawatan Strategi Pelaksanaan 4 : S:
Diri 1. Mengevaluasi validasi kemampuan Klien mengatakan tau tempat BAB
pasien melakukan perawatan dan BAK yang baik.
kebersihan diri, berdandan, makan dan Klien mengatakan tau cara
minun, dan berikan pujian. membersihkan diri setelah BAB dan
2. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang BAK.
baik. Klien mengatakan mampu
3. Melatih cara BAB dan BAK yang melakukan BAB dan BAK dengan
baik. baik dan benar.
4. Memberikan pujian terhadap kegiatan O :
yang klien lakukan. Klien tampak rapi
5. Masukkan kedalam jadwal kegiatan Gigi klien sudah bersih
klien. Kuku tangan dan kaki sudah diotong
Kumis klien tampak rapi
A:
Klien mampu melakukan BAB dan
BAK dengan baik, klien mampu
melakukan kebersihan diri setelah
BAB dan BAK secara mandiri.
P:
Optimalkan SP 1 (kebersihan diri),
SP 2 (berhias), SP 3 (makan dan
minum), dan SP 4 (BAB dan BAK).

Anda mungkin juga menyukai