RIZKA NADHIRA
NIM : 183110192
RIZKA NADHIRA
NIM : 183110192
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Klien dengan Harga Diri Rendah di Ruang
Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang tahun 2021”.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-
III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
Akhir kata, penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini
nantinya memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
ABSTRAK
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Jumlah pasien harga diri rendah dalam tiga bulan terakhir di RSJ
Prof HB Saanin Padang mengalami peningkatan November 13 orang, Desember
15 orang, dan Januari 2021 sebanyak 20 orang. Harga diri rendah menempati
peringkat kelima dari tujuh diagnosis keperawatan. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa klien harga diri rendah di Ruang
Cenderawasih RSJ Prof. HB. Saanin Padang.
Desain penelitian deskriptif menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilakukan tanggal 1-12 Maret 2021 interaksi selama 10 hari. Populasi 13 orang
klien skizofrenia dengan harga diri rendah. Cara pengambilan sampel dengan
format skrining, teknik purposive sampling kemudian teknik rendom sampling
dengan cara melotre, didapatkan 1 orang sampel.
Klien ditemukan suka menyendiri, merasa tidak berguna, tidak mampu melakukan
hal bermanfaat, tidak mau berinteraksi, tidak ada kontak mata, sering menunduk,
tampak kotor dan tidak rapi. Didapatkan 4 diagnosis, harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Implementasi
keperawatan dilakukan tujuh hari menggunakan strategi pelaksanaan. Berdasarkan
hasil evaluasi keperawatan klien mampu menyebutkan aspek positif yang dimiliki,
melakukan aktivitas merapikan tempat tidur, membersihkan meja, mencuci gelas,
menyapu, mengajak berkenalan secara bertahap, melakukan perawatan diri mandi,
berhias, makan, toileting secara mandiri.
Penelitian diharapkan menjadi motivasi dan dorongan bagi perawat Ruang
Cenderawasih RSJ Prof HB Saanin Padang untuk tetap mengoptimalkan strategi
pelaksanaan, sehingga klien dengan harga diri rendah tidak terpuruk kepada
gangguan jiwa yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 12 GantChart
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang
dapat dilihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Prabowo, 2014).
Berdasarkan WHO (2015) kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak
mengalami gangguan jiwa, namun juga mengandung berbagai karakteristik yang
sangat kompleks, seperti perawatan langsung, komunikasi dan manajemen,
bersifat positif yang dapat menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang dapat mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan
(Irman et al, 2016).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2019) memperkirakan 450 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, dengan perkiraan 10% orang dewasa
dan 25% pada usia tertentu seseorang diprediksi akan mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa diperkirakan akan berkembang mencapai 25% dari jumlah total
penduduk dunia pada tahun 2030 (Halim & Hamid, 2020).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Berdasarkan laporan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas
2018), Sumatera Barat menempati urutan ke empat gangguan jiwa berat yaitu
mencapai 9.1%. kunjungan gangguan jiwa terbanyak di Sumatera Barat berada di
Kota Padang yaitu dengan jumlah kunjungan 50.557 jiwa, kemudian posisi kedua
Kota Bukit tinggi yaitu dengan jumlah kunjungan 20.317, dan posisi ketiga yaitu
Kabupaten Tanah Datar dengan jumlah kunjungan 7.449 jiwa.
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Harga diri rendah muncul akibat dari penilaian internal individu
maupun penilaian eksternal yang negative. Penilaian internal adalah penilaian
yang berasal dari diri individu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan
penilaian dari luar diri individu (misal lingkungan) yang mempengaruhi penilaian
individu tersebut (Irman et al., 2016).
Tanda dan gejala harga diri rendah terbagi dua yaitu data subjektif dan data
objektif. Data subjektif meliputi mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan
tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan
diri sendiri, mengungkapkan kegagalan pribadi, ketidakmampuan menentukan
tujuan, dan mengejek diri sendiri. Sementara itu untuk data objektif meliputi
menarik diri dari hubungan social, ekspresi wajah malu dan merasa bersalah,
menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) (Prabowo, 2014).
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah terdiri dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi faktor biologis
yaitu faktor herediter keluarga yang mengalami gangguan jiwa, factor psikologis
yaitu adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, dan factor social
budaya yaitu penilaian negatif dari lingkungan. Kemudian yang kedua factor
presipitasi meliputi trauma yaitu menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan dan ketegangan peran (Irman et al., 2016).
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang, yang
dapat mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Harga diri
rendah cenderung muncul saat lingkungan mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuan. Apabila seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan
berdampak pada orang tersebut untuk mengisolasi diri dari kelompoknya,
sehingga akan cenderung menyendiri dan menarik diri yang akan berdampak pada
isolasi sosial (Prabowo, 2014).
Dampak lanjut dari harga diri rendah dapat diatasi, dalam hal ini sangat
diperlukannya peran perawat dan keluarga untuk merawat klien dengan harga diri
rendah. Peran perawat untuk merawat klien dengan harga diri rendah yaitu
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu
klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan, membantu klien memilih
atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih, dan menyusun jadwal pelaksanaan ke dalam rencana harian. Selain itu,
perawat juga bekerja sama dengan keluarga untuk mengatasi harga diri rendah
yang dialami klien. Keluarga diharapkan mampu merawat klien dengan harga diri
rendah di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif terhadap klien
(Azizah et al., 2016).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ariansyah 2017 di RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda tentang hubungan aplikasi strategi pelaksanaan harga diri
rendah dengan kepatuhan pasien menjalankan ADL. Didapatkan hasil sebagian
besar pasien tidak patuh terhadap pelaksanaan strategi pelaksanaan dengan jumlah
20 responden (51,3%), hal ini disebabkan perawatan pasien yang terbilang masih
baru dan kurangnya bimbingan perawat untuk meningkatkan kemampuan pasien
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya
informasi dan pembinaan yang responden dapatkan, sehingga pasien tidak patuh
dalam menjalankan ADL. Responden yang patuh sebanyak 19 responden
(48,7%), hal ini terjadi karena perawat melaksanakan strategi pelaksanaan dengan
lengkap meliputi fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi
(Ariansyah, 2017).
Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang merupakan rumah sakit khusus jiwa tipe A
yang beralamat di Jalan Raya Ulu Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang. Rumah
sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang mendukung
pengembangan dalam penelitian. Rumah sakit ini memberikan pelayanan dan
pengobatan bagi pasien dengan skizofrenia, dan sebagai pusat rujukan klien
gangguan jiwa.
Berdasarkan laporan pengambilan data yang didapatkan dari rekam medis Rumah
Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang, tahun 2020 didapatkan diagnosis terbanyak
yakni skizofrenia dengan data kunjungan pada tahun 2018 sebanyak 19.147
orang, dan pada tahun 2019 sebanyak 16.297 orang. Jumlah kunjungan gangguan
jiwa rawat inap 2.114 orang, dengan jenis kunjungan baru 578 orang dan
kunjungan lama 1.536 orang. Jumlah pasien rawat inap untuk tiga bulan terakhir
mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020 berjumlah 520 orang,
dengan rincian bulan Oktober 184 orang, November 164 orang, dan Desember
172 orang. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan jumlah pasien rawat inap
Bulan Oktober 35,4%, pada Bulan November mengalami penurunan menjadi
31,5%, dan pada Bulan Desember mengalami kenaikan menjadi 33,0%.
Wawancara yang dilakukan dengan kabid keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof
HB Saanin Padang, didapatkan informasi bahwa ruangan yang diizinkan untuk
dilakukan penelitian berjumlah 3 ruangan, yaitu Ruang Flamboyan, Ruang
Melati, dan Ruang Cenderawasih. Didapatkan data jumlah pasien rawat inap pada
tanggal 25 Januari 2021 di Ruang Flamboyan 21 orang, Ruang Melati 19 orang,
dan Ruang Cenderawasih berjumlah 35 orang. Penulis mengambil di Ruang
Cenderawasih. Pasien dengan harga diri rendah di Ruang Cenderawasih
berjumlah 14 orang dengan jumlah keseluruhan 38 orang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan jiwa klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit Prof. HB.
Saanin Padang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa klien dengan harga diri rendah di
Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan jiwa klien dengan harga
diri rendah di Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
b. Mendeskripsikan pengkajian klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit
Prof. HB. Saanin Padang.
c. Mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan klien dengan harga diri
rendah di Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
d. Mendeskripsikan rencana keperawatan klien dengan harga diri rendah di
Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang.
D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Penulis
Dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengaplikasikan ilmu
keperawatan dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, sehingga
penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
harga diri rendah.
b. Bagi Klien
Sarana untuk memperoleh pengetahuan bagi klien yang mengalami
gangguan harga diri rendah.
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Budi Anna Keliat et al., 2012).
Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri akibat dari penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai,
serta gagal nya mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung (Wijayaningsih, 2015).
2. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Mal adaptif
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri individu tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima oleh individu.
b. Faktor Psikologis
Menurut (Irman et al., 2016) pasien dengan harga diri rendah dapat
ditemukannya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, ketergantungan pada orang lain, dan peran yang terganggu.
Selain itu factor social budaya juga dapat disebabkan oleh klien yang
tidak bekerja. Tidak bekerja menimbulkan seseorang kehilangan
kesempatan untuk memiliki penghasilan, selain itu juga berakibat
hilangnya kesempatan untuk menunjukkan aktualisasi diri, hal ini
menyebabkan seseorang tidak melakukan suatu kegiatan, sehingga akan
sangat memungkinkan orang mengalami harga diri rendah. (Rinawati &
Alimansur, 2016).
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah antara lain :
a. Perubahan penampilan atau bentuk tubuh seperti hilangnya sebagian anggota
tubuh
b. Mengalami kegagalan
c. Produktivitas yang menurun (Wijayaningsih, 2015).
Faktor presipitasi harga diri rendah menurut (Irman et al., 2016) yaitu :
a. Trauma
Trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis sehingga merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang dapat mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran
Adanya perasaan tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan
keinginan atau adanya posisi yang tidak diharapkan sehingga menimbulkan
rasa frustrasi.
a) Transisi peran perkembangan
Perubahan normatif yang berhubungan dengan proses pertumbuhan
b) Transisi peran situasi
Terjadi akibat adanya pertambahan atau berkurangnya orang penting
dalam kehidupan individu melalui jalan kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit
Transisi ini terjadi karena adanya perubahan dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh (Irman et al., 2016).
Data Objektif :
1) Produktivitas menurun
2) Perilaku distruktif pada diri sendiri
3) Perilaku distruktif pada orang lain
4) Penyalahgunaan zat
5) Menarik diri dari hubungan social
6) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
7) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
8) Tampak mudah tersinggung dan mudah marah
(Wijayaningsih, 2015).
Menurut (Irman et al., 2016) data objektif harga diri rendah meliputi :
1) Tidak berani menatap lawan bicara
2) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
3) Bicara lambat dengan nada suara lemah
5. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
a) Chlorpromazine
Dosis obat 25 mg 3 x sehari
Dosisi perawatan 25-100 mg 3 x sehari
Dosis dapat ditingkatkan 1 gr/hari tergantung respon pasien terhadap obat
b) Haloperidol
Dosis obat 0,5-5 mg 2-3 x sehari
Dosis perawatan 3-10 mg / hari tergantung respon pasien terhadap obat
c) THP
Dosis obat 1 mg / hari,
Dosis perawatan tergantung respon pasien terhadap obat
2) Psikoterapi
Psikoterapi dengan penerapan terapi kerja sangat baik untuk mendorong
penderita bergaul lagi dengan individu lain, penderita lain, dan petugas
kesehatan seperti perawat dan dokter. Hal ini dilakukan agar penderita tidak
lagi menarik diri. Apabila penderita kembali menarik diri maka akan dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Terapi kerja dapat dilakukan dengan
mengadakan permainan bersama atau latihan bersama.
4) Terapi Modalitas
Terapi modalitas atau perilaku adalah rencana pengobatan yang ditujukan
pada klien dengan skizofrenia untuk melihat kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri klien sendiri
dan latihan praktis dalam berkomunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
klien dengan skizofrenia biasanya dipusatkan pada rencana dan masalah
dengan hubungan kehidupan yang nyata (Prabowo, 2014).
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, nama panggilan, jenis kelamin, umur, agama,
pekerjaan, nomor rekam medik, tanggal masuk, alasan masuk, dan keluarga
yang bisa dihubungi (Azizah et al., 2016).
2) Alasan Masuk
Hal apa yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit. Pada klien dengan
harga diri rendah biasanya klien sering menyendiri, tidak mampu menatap
lawan bicara, merasa tidak mampu, perasaan lemah dan takut, mengejek diri
sendiri atau malu pada diri sendiri, dan lebih banyak menunduk (Prabowo,
2014).
3) Faktor Predisposisi
Factor predisposisi harga diri rendah yaitu penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
kegagalan berulang kali, ketergantungan pada orang lain, tekanan teman
sebaya, dan pengalaman masa kanak-kanan yang kurang menyenangkan
(Rusdi, 2013).
4) Faktor Presipitasi
Factor presipitasi harga diri rendah adalah adanya ketidak sesuaian antara
peran dan posisi yang diharapkan sehingga menimbulkan frustrasi, bertambah
atau berkurangnya orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan klien
baik melalui jalan lahir maupun jalan kematian, perubahan anggota tubuh
diakibatkan transisi peran dari keadaan sehat ke keadaan sakit seperti
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau fungsi tubuh, perubahan
fisik akibat pertumbuhan dan perkembangan, serta prosedur pengobatan dan
perawatan yang dijalani (Rusdi, 2013).
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan harga diri rendah yaitu
pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, keluhan fisik yang
dirasakan, pemeriksaan ada atau tidaknya kekurangan pada kondisi fisik.
Biasanya pada pasien harga diri rendah didapatkan tekanan darah yang
meningkat dan frekuensi nadi yang meningkat (Azizah et al., 2016).
6) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dan keluarga, dengan menelusuri tiga
generasi terakhir maka akan ditemukannya salah satu anggota keluarga
yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
b. Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Menggambarkan bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap anggota tubuh yang tidak
disukai dan bagian tubuh yang disukai, ketidakpuasan anggota tubuh
yang dimiliki. Dengan demikian klien cendrung merendahkan diri
sendiri dan memiliki rasa bersalah terhadap diri sendiri.
b) Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasaan klien terhadap
status dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah lebih banyak
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
c) Fungsi Peran
Kemampuan klien dengan harga diri rendah dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan yang terjadi
tersebut. Pada pasien dengan harga diri rendah tidak mampu
melakukakn perannya secara maksimal, hal ini ditandai dengan klien
kurang percaya diri, dan kurangnya otivasi dari dalam diri klien.
d) Ideal Diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan, sekolah dan lain-lain, apabila kenyataan
tidak sesuai dengan harapan, maka akan timbul perasaan tidak percaya
diri, selalu merendahkan martabat, dan adanya penolakan terhadap
kemampuan yang dirinya miliki.
e) Harga Diri
Pada klien dengan harga diri rendah timbul perasaan malu pada dirinya
sendiri, merasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, memiliki pandangan hidup yang pesimis, adanya penolakan
terhadap kemampuan diri, dan kurangnya percaya diri.
(Azizah et al., 2016).
c. Hubungan social
Klien dengan harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya karena klien sering merasa malu. Oleh karena itu, perawat perlu
mengkaji orang yang paling berarti dalam hidup klien, apa saja upaya
yang klien lakukan apabila ada masalah, kelompok apasaja yang klien
lakukan di dalam masyarakat, hambatan apa saja yang dirasakan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain, dan minat dalam berinteraksi
dengan orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan. Pasien dengan harga diri rendah cenderung berdiam diri dan
tidak melakukan fungsi spiritualnya.
7) Status Mental
a. Penampilan
Klien dengan harga diri rendah kurang memperhatikan perawatan diri,
rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan
gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah sering bicara gagap, sering
terhenti/bloking, membisu, lemah, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Klien dengan harga diri rendah lebih sering menunduk, tidak berani
menatap lawan bicara, dan cenderung merasa malu.
d. Afek dan Emosi
Klien cenderung datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah pada
saat ada stimulus baik itu menyenangkan atau menyedihkan.
e. Interaksi Selama Wawancara
Klien memiliki kontak yang kurang, dimana klien tidak mau menatap
lawan bicara
f. Proses Pikir
a) Arus Fikir
Klien cenderung bloking, dimana pembicaraan tiba-tiba terhenti tanpa
adanya gangguan dari luar, dan kemudian dilanjutkan kembali.
b) Bentuk Fikir
Bentuk pemikiran berupa lamunan untuk memuaskan keinginan yang
tidak dapat di capai.
c) Isi Fikir
Pikiran rendah : klien selalu merasa bersalah pada dirinya dan
penolakan terhadap kemampuan diri.
Rasa bersalah : pengungkapan diri negative
Pesimis : berfikiran bahwa masa depan dirinya yang suram tentang
hal-hal yang ada di dalam kehidupannya.
g. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadarannya compos mentis, namun terdapat gangguan orientasi
terhadap orang lain.
h. Memori
Klien mampu mengingat memori jangka panjang maupun jangka pendek.
i. Tingkat Konsentrasi
Klien memiliki tingkat konsentrasi yang menurun akibat pemikiran dirnya
sendiri yang selalu merasa tidak mampu.
j. Kemampuan Pengambilan Keputusan
Klien sulit menentukan tujuan dan mengambil keputusan karena selalu
berfikiran ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
k. Daya Tilik
a) Mengingkari penyakit yang diderita
Klien tidak menyadari gejala penyakit yang dialaminya (perubahan
fisik dan emosi) dan merasa tidak perlu meminta pertolongan atau
klien menyangkal keadaan penyakitnya sehingga tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Klien menyalahkan dirinya atau lingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit atau masalah yang terjadi sekarang.
9) Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan cara reaksi klien apabila menghadapi permasalahan,
apakah klien menggunakan cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relakssasi, aktivitas konstruktif,
olahraga, dll. Atau klien menggunakan cara yang maladaptive seperti minum
alcohol, merokok, reaksi lambat atau berlebihan, menghindar, mencederai diri
sendiri, atau lainnya.
(Azizah et al., 2016)
2. Pohon Masalah
Effect Isolasi Sosial
3. Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2) Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Tidak efektifnya koping individu
4. Intervensi Keperawatan
Menurut (Rusdi, 2013), tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
harga diri rendah yaitu :
1) Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan.
c) Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang dapat dilakukan
sesuai kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai dengan
kemampuan.
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.
SP 2 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP1)
b) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah secara langsung kepada klien.
SP 3 Keluarga
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga sebelumnya (SP2)
b) Mengevaluasi kemampuan klien.
c) Membuat rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
Tujuan :
Intervensi keperawatan :
b. Dukungan emosional
a) Diskusikan dengan pasien mengenal pengalaman emosi
b) Buat pernyataan yang mendukung dan berempati
c) Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
d) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah atau sedih
e) Temani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan keamanan selama
periode cemas
Tindakan keperawatan pasien isolasi sosial menurut (Azizah et al., 2016) yaitu :
1) Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menghindari penyebagian isolasi social
c. Berinteraksi dengan orang lain.
2. Rencana Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya yaitu :
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tidak efektifnya koping
individu menurut (Putri, 2019) yaitu :
1. Tujuan
1) Pasien mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
2) Pasien mampu mengungkapkan pengurangan stress
3) Pasien mampu mengungkapkan perasaan terhadap control diri
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan
data berlanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap-tahap yang digunakan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan antara lain tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap sesudah pelaksanaan (Budiono & Pertami, 2015).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (seperti hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan. Evaluasi
pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
sudah tercapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan sesuai dengan
kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), namun selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dipantau (evaluasi proses)
(Budiono & Pertami, 2015).
A. Desain Penelitian
Desain penelitian digunakan yaitu deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
menghadirkan gambaran tentang situasi atau fenomena social secara detail (Nasir
et al., 2011) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Menerapkan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan harga diri rendah di Ruang Cenderawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau objek yang memiliki
karakteristik sama yang diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran
dilakukan (Nasir et al., 2011). Sampel yang dipilih oleh penulis yaitu 1 orang
pasien skizofrenia dengan harga diri rendah pada Bulan Maret 2021 yang di
rawat di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang.
31
Poltekkes Kemenkes Padang
32
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah individu yang telah masuk ke dalam kriteria inklusi,
tetapi memiliki kondisi tertentu yang harus dikeluarkan dalam penelitian
(Irfanuddin, 2019). Kriteria inklusi yang ingin digunakan penulis yaitu :
a. Klien yang menolak untuk dijadikan responden
b. Klien yang mengundurkan diri sebelum proses penelitian selesai
c. Klien yang mengalami gangguan pendengaran
d. Klien yang tidak bisa bicara
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
pengumpulan data sendiri seperti wawancara, angket, observasi, dan
pengukuran terhadap objek. Data yang didapatkan merupakan data mentahan
yang belum melewati proses analisis.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien, yaitu orang
terdekat klien, orangtua, suami atau istri, anak, atau teman klien. Data sekunder
biasanya digunakan apabila klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi, atau kesadaran yang menurun. Selain itu data sekunder juga
bisa diperoleh dari data profil yang akan diteliti, serta dokumentasi dari objek
tersebut.
G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu :
H. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis yaitu dengan mengumpulkan data melalui
fase pengkajian, kemudian pengelompokan data ke dalam data subjektif dan data
objektif dan dilanjutkan dengan merumuskan diagnosis keperawatan. Setelah
dirumuskannya diagnosis keperawatan, penulis melanjutkan dengan perencanaan
keperawatan, kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang dibuat sebelumnya dan mengevaluasi secara deskriptif.
Analisis selanjutnya yaitu penulis membandingkan hasil asuhan keperawatan
pasien dengan asuhan keperawatan orang lain.
A. Deskripsi Kasus
Penulis akan menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan yang dimulai tanggal
1 Maret 2021 sampai tanggal 12 Maret 2021 dengan kunjungan interaksi satu kali
sehari dalam 10 hari di Ruang Cenderawasih Rumah Saskit Jiwa Prof. HB Saanin
Padang.
Klien dengan inisial Tn.A nomor medical record 015524 masuk Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 14 Februari 2021 pukul 15.45 WIB.
Dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2021 pukul 11.00 WIB, klien berusia
38 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMP, tidak bekerja,
agama islam, beralamat pasar batu kambing, Lubuk Basung.
1. Pengkajian Keperawatan
1) Alasan Masuk
Klien masuk melalui IGD Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
kemudian di pindahkan ke Ruang Cenderawasih pada tanggal 14 Februari
2021 pukul 15.45 WIB. Klien diantar oleh tante dengan keluhan klien gelisah
semenjak 3 minggu yang lalu, tidak mau berbicara dan bertemu dengan orang
lain, klien merasa takut bertemu orang banyak karena sering di tertawakan
orang gila, sehingga klien tidak bisa melakukan hal-hal bermanfaat yang dapat
membantu keluarga. Klien lebih banyak menghabiskan waktu tidur di rumah
dan menyendiri.
36
Poltekkes Kemenkes Padang
37
2) Faktor Predisposisi
Klien mengatakan sudah 5 kali keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang. Terakhir kali klien di rawat di rumah sakit jiwa yaitu pada
tahun 2020. Klien selalu meminum obat yang diberikan secara teratur.
Keluarga klien mengatakan terdapat kakak laki-laki dari klien yang juga
mengalami gangguan jiwa, namun masih dapat diatasi di rumah sehingga
tidak memasukkannya ke rumah sakit jiwa.
3) Pemeriksaan Fisik
4) Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri
Gambaran diri klien tampak memiliki anggota tubuh yang lengkap, klien
bersyukur memiliki anggota tubuh yang sempurna, tidak ada memiliki kecacatan
dan kekurangan. Klien merupakan anak ke lima dari lima orang bersaudara.
Sebagai seorang anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayahnya bekerja,
namun ia takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah. Klien berperan sebagai
seorang anak, klien ingin sekali memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan
banyak uang sehingga dapat memberikan ayahnya uang dan memberikan
makanan. Klien mengatakan ingin sekali cepat sembuh dan keluar dari rumah
sakit sehingga dapat bertemu kembali dengan ayah dan kakak laki-lakinya
dirumah. Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besarnya, ia dianggap
sebagai orang yang selalu menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya.
c. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya yaitu kakak
pertama laki-laki, kakaknya tersebut sayang kepada klien sehingga klien juga
sayang kepadanya. Di lingkungan masyarakat klien tidak mau bergaul dengan
orang-orang sekitar, karena ia sering ditertawakan sebagai orang gila. Klien
hanya ingin sendiri, karena dengan sendiri ia merasa tenang dan tidak ada yang
mengganggu. Klien tidak mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian
memiliki teman.
d. Spiritual
5) Status Mental
Penampilan klien tampak tidak rapi, buah baju tidak di kancingkan, kumis tebal,
gigi kuning, kuku kaki dan tangan panjang, kaki tampak kotor, setiap pagi klien
selalu ketahuan memakai celana dua lampis yaitu celana hari kemarin dan celana
baru. Klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan, klien bicara apabila ada
orang lain yang mengajak bicara dan menjawab sesuai dengan apa yang
ditanyakan saja. Klien tidak mau menjawab dengan panjang lebar. Klien bicara
pelan dengan nada suara lemah, saat bicara klien hanya membuka mulut sedikit
saja. Kontak mata kurang, lebih banyak menunduk, memejamkan mata, atau
mengalihkan pandangan.
Klien tampak dengan aktivitas yang itu-itu saja setiap hari, seperti makan, duduk,
melamun, dan tidur. Melakukan aktivitas apabila diperintah terlebih dahulu. Klien
tampak lesu dan sering menyendiri dan menunduk. Klien merasa sangat sedih
tidak bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk membantu keluarga sehingga
sering kali dianggap menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya. Afek klien
selama berinteraksi datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah saat adanya
stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan.
Saat interaksi sedang berlangsung, klien sering terhenti secara tiba-tiba tanpa
adanya gangguan dari luar, kemudian dilanjutkan kembali. Sering didapati klien
terlamun, seperti sedang berfikir. Klien sering menanyakan kapan akan
dipulangkan, ia ingin sekali pulang ke rumah karena merasa bosan di rumah sakit.
Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu dalam keadaan sadar. Namun klien
tidak mengetahui hari dan tanggal saat pengkajian, klien hanya menyadari dirinya
sedang berada di rumah sakit jiwa. Memori jangka pendek klien tampak
terganggu, klien tidak mampu mengingat nama perawat dan teman-temannya.
Memori jangka panjang klien tampak tidak terganggu, klien mampu mengingat
penyebab dan siapa yang memasukkan klien ke rumah sakit jiwa. Klien mampu
berkonsentrasi dan berhitung, klien mampu menjumlahkan bilangan yang
diberikan dengan baik dan benar. Klien tampak tidak mampu mengambil
keputusan sendiri, klien bingung terhadap apa yang hendak ia lakukan.
Klien makan 3 kali sehari, dengan menghabiskan porsi makanan yang disediakan.
Makanan yang paling di sukai ikan. Selesainya makan klien tampak meletakkan
kotak makanan di tempat yang disediakan, namun untuk gelas klien hanya
membiarkannya di atas meja, tidak mencuci dan meletakkannya di rak piring.
Klien buang air kecil 4-5 kali dalam sehari, dan buang air besar satu kali dalam
dua hari. Klien mengatakan tidak ada gangguang dalam proses eliminasi. Klien
mandi 2 kali sehari yaitu di waktu pagi dan sore. Klien tampak kotor dan gigi
kuning. Setiap pagi klien merupakan orang yang terakhir mandi diantara teman-
teman. Tampak kumis tebal, rambut rapi, krah baju rapi, dan baju dikancingkan
satu. Pakaian klien diganti setiap hari, namun setiap pagi klien selalu ketahuan
memakai celana dua lampis, satu celana hari sebelumnya dan celana yang baru.
Dipagi hari setiap tidak ada kegiatan yang mewajibkan klien beraktivitas, klien
selalu mengisinya dengan tidur. Selesai waktu zuhur klien tidur hingga waktu
ashar. Klien mengatakan nyenyak saat tidur malam. Selesai makan malam klien
langsung ke kamar dan tidur. Klien tidak ada melakukan aktivitas apapun
sebelum tidur dan sesudah tidur, klien langsung tidur dan langsung bangun.
Klien mengatakan minum obat secara rutin, sering meminum obat setelah makan,
di rumah sakit dibantu oleh perawat, dan di rumah dibantu oleh keluarga. Apabila
obat klien habis sewaktu dirumah, klien meminta obat ke puskesmas dibantu oleh
kakak laki-laki atau ayahnya. Klien tidak begitu suka melakukan aktivitas diluar
rumah, klien lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah. Klien akan keluar
rumah apabila keadaan penting-penting saja seperti pergi salat jum’at.
7) Mekanisme Koping
Apabila klien memiliki masalah, klien lebih suka memikirkan masalah tersebut
sendirian. Jika kakak laki-laki klien bertanya, sesekali barulah klien mau
menceritakan.
Klien tidak pernah melakukan aktivitas atau kegiatan kelompok. Klien jarang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan. Klien mampu menamatkan
pendidikan hingga ke jenjang SMP. Klien tinggal di rumah milik orang tuanya,
tinggal bersama ayah dan kakak laki-laki. Klien tidak bekerja, memiliki ekonomi
menengah ke bawah. Klien merasa tertekan karena memikirkan ekonomi. Klien
merasa tidak ada memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan baik puskesmas
maupun rumah sakit.
9) Pengetahuan
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pertama yang ditegakkan pada klien yaitu harga diri
rendah, pada klien ditemukan perasaan tidak mampu, suka mengkritik dan
mengejek diri sendiri, merasa bersalah, pandangan hidup yang pesimis, penolakan
terhadap kemampuan diri, perasaan cemas dan takut, tidak berani menatap lawan
bicara, bicara lambat dengan nada suara lemah, dan lebih banyak menunduk saat
melakukan interaksi dengan orang lain.
Diagnosis keperawatan kedua pada klien yaitu tidak efektifnya koping individu,
ditemukan pada klien lebih suka memendam dan memikirkan masalah sendirian,
sehingga tidak mampu mengambil keputusan, apabila ayah atau kakak laki-laki
klien bertanya, sesekali baru klien ingin menceritakannya. Klien merasa tidak
berguna hidup saat sekarang ini, karena selalu dianggap menyusahkan keluarga.
Klien sering menyendiri, bermenung, dan tampak bingung.
Diagnosis keperawatan ketiga yaitu isolasi sosial, klien banyak diam, menjauh
dari teman-teman, tidak mau melakukan interaksi dengan orang lain, klien mau
berbicara apabila orang lain yang memulai duluan dengan jawaban yang singkat.
klien tidak memiliki teman, dan klien tidak mengetahui apa saja keuntungan dan
kerugian memiliki teman.
Diagnosis keperawatan keempat yaitu defisit perawatan diri, data yang ditemukan
pada pasien yaitu kulit tangan dan kaki tampak kotor, kuku kaki dan tangan klien
tampak panjang dan kotor, kumis tampak tebal, klien setiap pagi ketahuan
menggunakan celana dua lapis yaitu celana hari sebelumnya dan celana hari
tersebut, klien selalu mandi terakhir di waktu pagi karena dingin, sehingga malas
untuk mandi. Klien tidak mau meminjam gunting kuku kepada perawat, ia akan
menggunting apabila disuruh petugas saja.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosis harga diri rendah yaitu :
Strategi pelaksanaan 1 pasien:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien (buat daftar
kegiatan pasien seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur,
membersihkan got, menyapu, mengepel, melap meja, membersihkan taman,
dan lain-lain).
b. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
c. Bantu pasien memilih kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat
dilakukan untuk dilatih saat pertemuan.
d. Latih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
e. Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan.
f. Susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di latih dalam rencana
harian.
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan siapa klien satu rumah,
dengan siapa klien dekat, dan dengan siapa klien tidak dekat.
b. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien.
c. Latih klien berkenalan, kemudian jelaskan bagaiamana cara berkenalan yang
baik dan benar, lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien melakukannya.
d. Minta klien mempraktekkan seperti yang telah dicontohkan kepada 1 orang.
e. Berikan pujian setiap klien selesai melakukan tindakan.
f. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.
a. Identifikasi kebersihan diri (mandi), berdandan, makan, dan BAB atau BAK.
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Jelaskan cara dan alat yang digunakan untuk kebersihan diri.
d. Latih cara menjaga kebersihan diri.
e. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
f. Masukkan dalam jadwal harian klien.
c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri seperti sisir rambut, rias muka
untuk perempuan, cukuran untuk laki-laki.
d. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien lakukan.
e. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu terdapat empat
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan meliputi harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.
pertemuan ini (merapikan tempat tidur), dan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya. Menanyakan kepada pasien alat dan cara merapikan
tempat tidur. Mencontohkan cara merapikan tempat tidur. Meminta klien
merapikan tempat tidur seperti yang telah diajarkan. Memberikan pujian setiap
kali klien melakukan kegiatan. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah di latih dalam rencana harian.
menanyakan kepada pasien alat dan cara mencuci gelas. Mempraktekkan cara
mencuci gelas yang baik dan benar. Meminta klien mencuci gelas seperti yang
telah dicontohkan. Memberikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan interaksi dengan klien selama 4 hari untuk diagnosis harga diri
rendah menggunakan strategi pelaksanaan pasien didapatkan hasil klien mampu
menyebutkan aspek positif yang dimiliki seperti menyapu, mengepel, merapikan
tempat tidur, membersihkan meja, mebersihkan jendela, dan lain-lain. Klien
memilih kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit. Klien mampu
melakukan aktifitas merapikan tempat tidur, membersihkan meja, mencuci gelas,
dan menyapu secara mandiri.
keputusan dengan bantuan perawat, namun masih ragu-ragu karena tidak begitu
yakin dengan keputusan yang telah diambil. Klien akan melibatkan keluarga
apabila ia memiliki masalah, klien tidak akan menyimpan sendirian masalah yang
dialami dan menceritakannya kepada ayah atau kakak laki-laki, serta mengambil
keputusan secara bersama-sama.
Setelah dilakukan interaksi selama empat hari untuk diagnosis isolasi sosial
menggunakan strategi pelaksanaan pasien didapatan hasil klien mengetahui
keuntungan dan kerugian memiliki teman. Klien mengetahui cara berkenalan
yang baik dan benar, klien mampu mengajak berkenalan secara bertahap 1 orang,
2-3 orang, dan 4-5 orang secara mandiri, namun klien memiliki kendala dalam
ingatan, klien sering lupa nama teman yang sudah diajak berkenalan. Klien
mampu melakukan kegiatan membersihkan meja sambil bercakap-cakap bersama
teman meskipun kontak mata sesama teman masih kurang karena masih ada
perasaan malu.
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian keperawatan
1) Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian pada klien ditemukan klien tidak mau bicara, klien
tidak mau bertemu dengan orang lain, klien sering menyendiri, lebih banyak
menghabiskan waktu sendirian, klien menganggap dirinya sebagai orang
yang menyusahkan keluarga, klien merasa tidak berguna, klien tampak sering
bermenung, kontak mata saat interaksi kurang, bicara lambat dengan nada
suara lemah.
Keluhan utama yang dialami oleh klien juga ditemukan pada teori
(Wijayaningsih, 2015) yaitu harga diri rendah ditandai dengan mengkritik
diri sendiri, memiliki perasaan tidak mampu dam rasa bersalah, pandangan
hidup yang pesimis, mengejek diri sendiri, menarik diri dari hubungan sosial,
ekspresi wajah malu dan merasa bersalah, dan sikap negatif pada diri sendiri.
Keluhan utama yang dialami oleh klien juga diperkuat dalam penelitian
Olivia (2020), klien dengan harga diri rendah ditandai dengan klien sering
diam, masih tertutup, ekspresi datar, mengalami penurunan produktivitas,
lebih banyak menunduk, bicara dengan nada yang lemah atau pelan, tidak
berani menatap lawan bicara, dan berbicara hanya seperlunya saja.
2) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dialami klien yaitu adanya saudara kandung (kakak
laki-laki) yang mengalami gangguan jiwa. Klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, klien sudah 5 kali keluar masuk rumah sakit
jiwa. Saat remaja klien mengalami trauma fisik yaitu terjatuh dari pohon dan
kepala bagian belakang terhempas ke lantai, klien mengalami trauma sosial
ditertawakan oleh para tetangga sebagai orang gila sehingga klien takut
untuk bertemu orang banyak. Orang tua perempuan klien sudah meninggal
dunia, semenjak kejadian tersebut klien semakin terpuruk, dan merasa
dirinya tidak berguna.
3) Konsep Diri
Gambaran diri klien memiliki anggota tubuh yang lengkap, sehingga klien
merasa bersyukur memiliki tubuh yang sempurna dan tidak memiliki
kecacatan dan kekurangan. Klien merupakan anak kelima dari lima orang
bersaudara, sebagai anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayah bekerja,
namun klien merasa takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah. Klien
berperan sebagai seorang anak yang ingin memiliki pekerjaan dan
menghasilkan banyak uang untuk diberikan kepada ayahnya. Klien memiliki
keinginan untuk keluar dari rumah sakit secepatnya dan dapat berkumpul lagi
dirumah bersama ayah dan kakak laki-laki. Klien merasa tidak dihargai oleh
keluarga besarnya, klien dianggap sebagai orang yang selalu menyusahkan
ayahnya.
Menurut teori (Azizah dkk, 2016) gambaran diri klien dengan harga diri
rendah cendrung merendahkan dirinya sendiri, memiliki perasaan tidak
mampu dan rasa bersalah pada diri sendiri. Identitas diri klien lebih banyak
menunduk, kurang percaya diri, dan tidak adanya kontak mata saat interaksi.
Fungsi peran pada harga diri rendah tidak mampu klien melakukan perannya
secara maksimal yang ditandai dengan kurang percaya diri, dan motivasi
yang kurang dari individu tersebut. Ideal diri klien cenderung kurang percaya
diri, selalu merendahkan martabat, dan adanya penolakan terhadap
kemampuan diri. Pada bagian harga diri klien merasa malu terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan
terhadap kemampuan diri, dan kurangnya percaya diri.
Berdasarkan konsep diri yang klien alami memiliki kesamaan dengan teori
dan penelitian yang terjadi. Klien dengan harga diri rendah cenderung
memiliki gambaran diri memiliki rasa bersalah pada diri sendiri, fungsi peran
yang terganggu akibat kurangnya percaya diri dan kurangnya motivasi dari
dalam diri. Ideal diri yang selalu merendahkan diri sendiri dan penolakan
terhadap kemampuan diri.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien yaitu harga diri rendah, tidak
efektifnya koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.
Menurut teori (Direja, 2011) Harga diri rendah disebabkan oleh individu yang
berada dalam situasi yang penuh dengan stresor, individu kemudian berusaha
menyelesaikan namun tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran tersebut. Apabila
lingkungan tidak memberi dukungan yang positif dan bahkan menyalahkan
individu secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga
diri rendah. Klien dengan harga diri rendah sering merasa malu bertemu dengan
oranglain, dan lebih suka mengurung diri. Apabila klien tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga maka lama kelamaan dibiarkan menyendiri klien akan
semakin takut untuk bertemu dngan orang banyak sehingga akan menimbulkan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan daftar diagnosis
keperawatan yaitu harga diri rendah, tidak efektifnya koping individu, isolasi
sosial, dan defisit perawatan diri. Intervensi keperawatan untuk harga diri rendah
yaitu diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (buat daftar
kegiatan pasien seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur, membersihkan
got, menyapu, mengepel, melap meja, membersihkan taman, dan lain-lain), bantu
klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan)
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini, bantu pasien memilih kegiatan
berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih saat pertemuan,
latih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan, berikan pujian seiap kali
klien melakukan kegiatan, susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di
latih dalam rencana harian.
Intervensi keperawatan untuk tidak efektifnya koping individu yaitu bantu klien
mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek sebagai upaya
peningkatan koping yang tepat, bantu klien menyelesaikan masalah menggunakan
cara yang konstruktif, berikan penilaian terhadap dampak dari situasi kehidupan
terhadap peran dan hubungan yang ada, gunakan pendekatan yang tenang, bantu
klien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian dengan lebih
objektif, dukung kemampuan mengenai situasi secara bertahap, eksplorasi alasan
klien mengkritik diri, bantu klien dalam mengidentifikasi respon positif dari
orang lain, dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut, dukung klien
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri, dukung keterlibatan
keluarga., bantu klien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi
yang tepat, bantu klien mengklarifikasi kesalahpahaman, dukung klien
mengevaluasi dirinya sendiri.
untuk perempuan, cukuran untuk laki-laki, jelaskan kebutuhan dan cara makan
dan minum, latih cara makan dan minum yang baik, kelaskan cara BAB dan BAK
yang baik, latih cara BAB dan BAK yang baik, berikan pujian terhadap kegiatan
yang klien lakukan, masukkan dalam jadwal harian klien.
Penanganan yang tepat untuk menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah
yaitu dengan melakukan tindakan asuhan keperawatan yang meliputi
mendiskusikan, menilai, menetapkan dan melatih kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki oleh klien, serta membuat jadwal dalam rencana harian (Keliat et al,
2011 dalam olivia 2020).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Fadly & Hargiana, 2018) upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah isolasi sosial yaitu dengan
meningkatkan hubungan saling percaya kepada klien secara bertahap, memenuhi
aktivitas harian klien, dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki klien dengan
selalu mengajak klien berinteraksi, berbincang-bincang dan mulai berkenalan
secara bertahap dengan beberapa orang klien dan perawat yang ada.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan telah dilakukan pada klien harga diri rendah dengan
mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien (
membuatkan daftar kegiatan yang mampu klien lakukan), membantu klien
menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) buat
daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat dirumah sakit, membantu pasien
memilih kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih
saat pertemuan pertama yaitu merapikan tempat tidur, latihan kedua
membersihkan meja, latihan ketiga menyuci gelas, dan latihan keempat menyapu.
diri, meminta klien untuk mengulang kembali cara melakukan kebersihan diri
(mandi, menggosok gigi, mencuci rambut), berhias (menggunting kuku,
bercukur bagi laki-laki, berdandan bagi perempuan), makan dan minum, BAB dan
BAK dengan benar.
Hasil penelitian yang dilakukan (Tuasikal et al., 2019) pada klien dengan harga
diri rendah didapatkan hasil implementasi keperawatan klien mampu membina
hubungan saling percaya dengan perawat, klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat menilai kemampuan
yang dapat digunakan, klien mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan, klien dapat melakukan kegiatan yang sudah dipilih sesuai
kemampuan. Kegitan yang dipilih meliputi (menyapu ruangan dan mencuci
piring).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Afandi & Susilowati, 2014) didapatkan
hasil implementasi keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial hari pertama
yaitu klien nampak menunduk, kontak mata kurang dan tampak malu, kurang
kooperatif, klien tidak dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain. Implementasi keperawatan hari kedua menunjukkan mampu
berhubungan sosial dengan perawat, tampak sedikit mau berbicara, kontak mata
masih kurang dan masih malu-malu.
sakit. Keluarga hanya diperbolehkan ke rumah sakit saat menjeput klien apabila
sudah diizinkan pulang. Kemudian dilakukan upaya pencarian nomor keluarga
klien pada buku status rumah sakit, setelah dihubungi beberapa kali tidak
ditemukannya balasan dari keluarga.
Klien mengikuti kegiatan TAK harga diri rendah 2 sesi yaitu mengidentifikasi hal
positif pada diri klien dan melatih hal positif pada diri klien. Saat melakukan
TAK penulis melakukan pendampingan pada klien, karena yang melakukan yaitu
mahasiswa dari kampus lain. kegiatan TAK ini sesuai dengan (B.A Keliat &
Pawirowiyono, 2012) yaitu TAK yang dapat dilakukan pada klien dengan harga
diri rendah yaitu TAK stimulasis persepsi harga diri rendah yang terdapat dua sesi
yaitu identifikasi hal positif pada diri klien, dan melatih hal positif diri.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan harga diri rendah
untuk strategi pelaksanaan 1 yaitu dapat menyebutkan kegiatan-kegiatan yang
menurut klien mampu dilakukan, klien dapat memilih kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit, klien memilih merapikan tempat tidur untuk latihan
pertama, klien melakukannya dengan bantuan perawat. Strategi pelaksanaan 2
yaitu klien membersihkan meja setelah selesai makan secara mandiri. Stratgei
pelaksanaan 3 klien mampu mencuci gelas setelah selesai makan secara mandiri.
Strategi pelaksanaan 4 klien mampu menyapu secara mandiri.
Peran perawat ruangan sangat dibutuhkan pada klien dengan harga diri rendah,
karena tingginya rasa malas dan minimnya keinginan klien untuk melakukan
kegiatan. Sehingga dibutuhkan motivasi, dorongan, dan perhatian dari perawat
ruangan agar klien mau melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu meningkatkan
harga diri.
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian klien dengan harga diri rendah ditemukan klien suka
menyendiri, merasa tidak berguna, merasa tidak mampu melakukan hal-hal
yang bermanfaat, selalu menyusahkan orang lain, tidak mau berinteraksi
dengan orang sekitar,tidak ada kontak mata, sering menunduk, tampak kotor
dan tidak rapi.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu harga diri rendah, tidak efektifnya
koping individu, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri.
3. Intervensi keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan pasien dengan harga
diri rendah yaitu diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
(buat daftar kegiatan pasien) bantu klien menilai kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat dirumah sakit, bantu pasien memilih kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilatih saat pertemuan, latih
kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
Intervensi keperawatan untuk tidak efektifnya koping individu yaitu
identifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek, bantu klien
menyelesaikan masalah, gunakan pendekatan yang tenang, bantu klien dalam
mengidentifikasi respon positif dari orang lain, dukung keterlibatan keluarga,
bantu klien melewati proses berduka dan kehilangan dengan kondisi yang
tepat, bantu klien mengklarifikasi kesalahpahaman, dukung klien
mengevaluasi dirinya sendiri.
Intervensi keperawatan untuk isolasi sosial yaitu identifikasi penyebab isolasi
sosial, tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi kepada klien, latih
klien berkenalan kepada 1 orang, 2-3 orang, 4-5 orang, dan melakukan
65
Poltekkes Kemenkes Padang
66
B. Saran
1. Bagi Penulis
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan dapat menambah wawasan
penulis serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan saat perkuliahan
pada asuhan keperawatan jiwa pasien dengan harga diri rendah.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai motivasi kepada perawat Ruangan
Cenderawasih RSJ Prof HB Saanin Padang untuk tetap mengoptimalkan
pelaksanaan strategi pelaksanaan kepada pasien, agar klien dengan harga diri
rendah tidak terpuruk kepada gangguan jiwa yang lebih berat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan tambahan referensi bacaan dalam asuhan keperawatan
jiwa klien dengan harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin
Padang.
67
68
Prabowo Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika.
Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). PENATALAKSANAAN PASIEN
GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI
RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG. JPK, 3(2), 44–50.
Putri, A. Y. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB SAANIN PADANG.
Rahayu, S., Mustikasari, & Daulima, N. H. C. (2019). Perubahan Tanda Gejala dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif
dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational of Nursing (JEN), 2(1), 39–51.
Ramdhani. (2016). UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE
DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN
DIRI DI RSJD ARIF ZAINUDIN SURAKARTA. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Renidayati. (2014). Peningkatan Kemampuan Pasien Skizofrenia Melalui Sosial
Skills Training di Kota Padang Tahun 2014. Jurnal Penelitian Dan Kebijakan
Publik, 3 No 1, 429–440.
Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL
ADAPTASI STRES STUART Fajar Rinawati, Moh Alimansur. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(1), 34–38.
Rusdi, D. D. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Gosyen Publishing.
Sari, S. P., & Wijayanti, D. Y. (2014). Keperawatan spiritualitas pada pasien
skizofrenia. Jurnal Ners, 9, 126–132.
Tuasikal, H., Siauta, M., & Embuai, S. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang
Asoka (Sub Akut Laki) RSKD Provinsi Maluku. Window of Health : Jurnal
Kesehatan, 2(4), 345–351. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.210
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Legkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Trans Info Media.
I. Identitas Klien
Nama : Tn.Alfian
Umur : 38 Tahun
No.RM : 015524
Tanggal Pengkajian: 2 Maret 2021
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Maret 2021 klien tampak melakukan
aktivitas yang monoton yaitu duduk, tidur, dan makan. Setiap kali selesai
wawancara klien tampak langsung tidur di teras depan kamar, tidak berpindah dari
tempat wawancara. Klien banyak diam, tidak seperti teman-teman yang lain yang
aktif bertanya dan bercerita-cerita.
IV. Fisik
1. Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
2. Ukur : TB : 155 Cm BB : 52 Kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
: Menikah
: Satu rumah
2. Konsep diri:
a. Gambaran diri
Klien tampak memiliki anggota tubuh yang lengkap, klien bersyukur memiliki
anggota tubuh yang sempurna, tidak ada memiliki kecacatan dan kekurangan.
b. Identitas
Klien mengatakan ia adalah anak ke lima dari lima orang bersaudara. Sebagai
seorang anak laki-laki klien ingin sekali membantu ayahnya bekerja, namun ia
takut apa yang dilakukan selalu dianggap salah.
c. Peran
Klien berperan sebagai seorang anak, klien ingin sekali memiliki pekerjaan
yang dapat menghasilkan banyak uang sehingga dapat memberikan ayahnya
uang dan memberikan makanan.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin sekali cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit
sehingga dapat bertemu kembali dengan ayah dan kakak laki-lakinya dirumah.
e. Harga diri
Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besarnya, ia dianggap sebagai orang
yang selalu menyusahkan saudara-saudara dan ayahnya.
3. Hubungan sosial
a. Orang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya yaitu kakak
pertama laki-laki, kakaknya tersebut sayang kepada klien sehingga klien juga
sayang kepadanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Di lingkungan masyarakat klien tidak mau bergaul dengan orang-orang sekitar,
karena ia sering ditertawakan sebagai orang gila.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, ia hanya ingin sendiri. Karena
dengan sendiri ia merasa tenang dan tidak ada yang mengganggu. Klien tidak
mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian memiliki teman.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragam islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan ada melaksanakan salat 5 waktu, ia mampu menyebutkan
jumlah rakaat masing-masing salat fardu. Klien tampak lancar membacakan
surah Al-Fatihah, selalu melaksanakan salat jumat saat berada di rumah, dan
tidak pernah meninggalkan salat jumat.
VI. Status Metal
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapi, buah baju tidak di kancingkan, kumis tebal, gigi
kuning, kuku kaki dan tangan panjang, kaki tampak kotor, setiap pagi klien
selalu ketahuan memakai celana dua lampis yaitu celana hari kemarin dan celana
baru.
2. Pembicaraan
Klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan, klien bicara apabila ada
orang lain yang mengajak bicara dan menjawab sesuai dengan apa yang
ditanyakan saja. Klien tidak mau menjawab dengan panjang lebar. Klien bicara
pelan dengan nada suara lemah, saat bicara klien hanya membuka mulut sedikit
saja. Kontak mata kurang, lebih banyak menunduk, memejamkan mata, atau
mengalihkan pandangan.
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak dengan aktivitas yang itu-itu saja setiap hari, seperti makan,
duduk, melamun, dan tidur. Melakukan aktivitas apabila diperintah terlebih
dahulu. Klien tampak lesu dan sering menyendiri dan menunduk.
4. Alam Perasaan
Klien merasa sangat sedih tidak bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk
membantu keluarga sehingga sering kali dianggap menyusahkan saudara-
saudara dan ayahnya.
5. Afek
Afek klien selama berinteraksi datar, dimana tidak ada perubahan ekspresi wajah
saat adanya stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi wawancara berlangsung klien sering menunduk, memejamkan
mata atau mengalihkan pandangan. Klien tidak mampu memulai pembicaraan,
klien hanya bicara saat diberikan pertanyaan. Respon yang diberikan oleh klien
terhadap jawaban pertanyaan cukup lama dan jawaban yang diberikan cukup
singkat.
7. Persepsi
Klien mengatakan dulu sering mengumpulkan sampah-sampah di pasar dan
membawa sampah tersebut pulang, menurut persepsi klien hal tersebut
merupakan tindakan yang benar. Karena dapat menjadikan pasar menjadi bersih.
Namun semenjak klien selalu di marahkan oleh keluarganya ia tidak mau lagi
keluar rumah.
8. Proses Pikir
Saat interaksi sedang berlangsung, klien sering terhenti secara tiba-tiba tanpa
adanya gangguan dari luar, kemudian dilanjutkan kembali. Sering didapati klien
terlamun, seperti sedang berfikir.
9. Isi Pikir
Klien sering menanyakan kapan akan dipulangkan, ia ingin sekali pulang ke
rumah karena merasa bosan di rumah sakit.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu dalam keadaan sadar. Namun klien
tidak mengetahui hari dan tanggal saat pengkajian, klien hanya menyadari
dirinya sedang berada di rumah sakit jiwa.
11. Memori
Memori jangka pendek klien tampak terganggu, dibuktikan dengan klien tidak
mampu mengingat nama perawat dan teman-temannya. Memori jangka panjang
klien tampak tidak terganggu dibuktikan dengan klien mampu mengingat
penyebab dan siapa yang memasukkan klien ke rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung, dibuktikan dengan klien mampu
menjumlahkan bilangan yang diberikan dengan baik dan benar.
13. Kemampuan penilaian
Klien tampak tidak mampu mengambil keputusan sendiri, klien bingung
terhadap apa yang hendak ia lakukan.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang sedang ia alami, klien terkadang menyalahkan
orang-orang yang ada disekitar rumah karena sering menertawakan ia sebagai
orang gila, namun ia tidak menyalahkan tantenya yang sudah membawa ke
rumah sakit. Karena bagi klien apabila sakit harus di obati.
X. Pengetahuan
Klien mengetahui tentang penyakitnya, namun ia tidak mengetahui tentang obat-
obat apa saja yang di konsumsi.
Analisa Data
Data Masalah
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan merasa tidak berguna bagi keluarga, Harga Diri Rendah
karena tidak mampu membantu mencari nafkah.
2. Klien merasa selalu disalahkan terhadap apa yang ia
lakukan.
3. Klien merasa tidak di hargai oleh keluarga besar.
4. Klien dianggap oleh keluarga sebagai orang yang selalu
menyusahkan ayahnya.
Data Objektif :
1. Klien tampak sering menunduk dan melamun
2. Bicara lambat dengan nada suara lemah
3. Kontak mata klien kurang
4. Klien tampak sering menyendiri, menjauhi teman-teman
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan apabila memiliki masalah ia akan Tidak Efektifnya
memikirkannya sendirian Koping Individu
2. Klien mengatakan tidak sanggup terus-terusan disalahkan
oleh keluarga sebagai anak yang selalu menyusahkan
ayahnya.
3. Klien merasa tidak berguna hidup saat sekarang ini.
Data Objektif :
1. Klien tampak sering menyendiri dan bermenung
2. Klien tampak bingung
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan takut untuk keluar rumah karena Isolasi Sosial
sering ditertawakan tetangga sebagai orang gila
2. Klien lebih suka menghabiskan waktu didalam rumah
sendirian
3. Klien mengatakan tidak memiliki pergaulan dengan
teman-teman sekitar rumah
4. Klien tidak mengetahui keuntungan dan kerugian
memiliki teman
Data Objektif :
1. Klien tampak suka menyendiri dan menjauhi teman-
teman
2. Klien tampak tidak memiliki teman dekat
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan selalu mandi terakhir di waktu pagi Defisit Perawatan Diri
karena dingin, sehingga malas untuk mandi.
2. Klien mengatakan tidak mau meminjam gunting kuku
kepada perawat, ia akan menggunting apabila disuruh
petugas saja.
Data Objektif :
1. Kulit tangan dan kaki tampak kotor
2. Kuku klien tampak panjang dan kotor
3. Kumis tampak tebal
4. Klien setiap pagi ketahuan menggunakan celana dua lapis
yaitu celana hari sebelumnya dan celana hari tersebut.
Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih sebelumnya
dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan yang kedua sesuai dengan alat dan
cara melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama dan kedua yang telah di latih
sebelumnya dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan ketiga sesuai dengan alat dan cara
melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga, yang telah
dilatih sebelumnya dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan keempat sesuai dengan alat dan cara
melakukannya.
4. Berikan pujian setiap klien melakukan kegiatan.
5. Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
2 Tidak Efektifnya 1. Klien mampu mengidentifikasi 1. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka
Koping Individu pola koping yang efektif dan panjang dan tujuan jangka pendek sebagai upaya
tidak efektif. peningkatan koping yang tepat.
2. Klien mampu mengungkapkan 2. Bantu pasien menyelesaikan masalah
pengurangan stres menggunakan cara yang konstruktif.
3. Klien mampu mengungkapkan 3. Berikan penilaian terhadap dampak dari situasi
perasaan terhadap kontrol diri kehidupan terhadap peran dan hubungan yang ada.
4. Klien mampu mengungkapkan 4. Gunakan pendekatan yang tenang.
penerimaan terhadap situasi 5. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian
5. Klien mampu mengubah gaya terkait dengan kejadian dengan lebih objektif.
hidup untuk mengurangi stres 6. Dukung kemampuan mengenai situasi secara
6. Klien mampu menggunakan bertahap.
perilaku untuk mengurangi 7. Eksplorasi alasan pasien mengkritik diri.
stres 8. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respon
7. Klien mampu menggunakan positif dari orang lain.
beberapa strategi koping 9. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa
8. Klien mampu mengungkapkan takut.
penurunan perasaan negatif 10. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
9. Klien mampu mengungkapkan dan kemampuan diri.
peningkatan kenyamanan 11. Dukung keterlibatan keluarga.
psikologis. 12. Bantu pasien melewati proses berduka dan
kehilangan dengan kondisi yang tepat.
13. Bantu pasien mengklarifikasi kesalahpahaman.
14. Dukung pasien mengevaluasi dirinya sendiri.
3 Isolasi Sosial 1. Klien mampu membina Strategi Pelaksanaan 1 :
hubungan saling percaya 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial seperti dengan
2. Klien mampu menghindari siapa klien satu rumah, dengan siapa klien dekat,
penyebab isolasi sosial dan dengan siapa klien tidak dekat.
3. Klien mampu berinteraksi 2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain. kepada klien.
3. Latih klien berkenalan, kemudian jelaskan
bagaiamana cara berkenalan yang baik dan benar,
lalu contohkan terlebih dahulu sebelum klien
melakukannya.
4. Minta klien mempraktekkan seperti yang telah
dicontohkan kepada 1 orang.
5. Berikan pujian setiap klien selesai melakukan
tindakan.
6. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.
Strategi Pelaksanaan 2 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama, yang telah dilatih sebelumnya
dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan kedua yaitu berkenalan 2-3 orang.
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal harian klien.
Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama dan kedua yang dilakukan
sebelumnya, dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan ketiga, yaitu mengajak berkenalan
4-5 orang.
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal harian klien.
Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan klien melakukan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang dilatih
sebelumnya, dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan keempat, yaitu melakukan kegiatan
sosial
3. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
4. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.
Strategi Pelaksanaan 3 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
perawatan kebersihan diri dan berdandan, dan
berikan pujian.
2. Jelaskan kebutuhan dan cara makan dan minum.
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
5. Masukkan ke dalam jadwal harian klien.
Strategi Pelaksanaan 4 :
1. Evaluasi validasi kemampuan pasien melakukan
perawatan kebersihan diri, berdandan, makan dan
minun, dan berikan pujian.
2. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik.
3. Latih cara BAB dan BAK yang baik.
4. Berikan pujian terhadap kegiatan yang klien
lakukan.
5. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien.