OLEH :
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada
Program Studi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada Program Studi D III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
ABSTRAK
Desain penelitian deskriptif berupa studi kasus. penelitian dilakukan dari bulan
Oktober 2017 sampai dengan bulan juni 2018. Populasi penelitian pasien yang
menderita Miokard Infark di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil
Padang yang mengalami Ansietas yaitu sebanyak 6 orang. Pengambilan sampel
penelitian ini dilakukan secara simple random sampling dan mengambil 2 pasien
dengan sesuai kriteria. Pengumpulan data menggunakan cara observasi,
pengukuran, wawancara, dan dokumentasi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 85
B. Saran ........................................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 5. Surat izin Survey Awal Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan kardiovaskuler sering timbul secara mendadak dan
sering terlambat untuk ditangani. Penyakit kardiovaskuler merupakan
penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan kecenderungan
yang sama juga akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020.
Penyakit miokard infark merupakan manifestasi terbesar yang dikaitkan
dengan angka mortalitas dari mobiditas yang tinggi (Valerian, Syafri &
Rofinda, 2015).
Menurut WHO (2014) ada 32, 4 juta kasus miokard infark diseluruh dunia
setiap tahun. Pervalensi terjadinya STEMI saat ini sekitar 25 %-40% (
America Heart Association. 2013). Di ASIA sekitar 6,1% orang memiliki
penyakit jantung, 3,7% dengan STEMI, Pada tahun 2011 terdapat 17.050
orang meninggal di ASIA dan kepulauan pasifik karena penyakit jantung
koroner dan infark miokard (AHA, 2015).
Apabila hal ini tidak diteratasi maka akan mengakibatkan berbahaya pada
penyakit miokard infark ini dapat terjadi syok kardiogenik, dimana terjadi
penurunan curah jantung karena tidak adekuatnya tekanan pengisian
ventrikel kiri. Hal ini akan meningkatkan hipoksia miokardium berulang
dan berkembang menuju tahap irreversible yang menuju pada aritmia dan
kematian (Mutaqin, 2009).
Hal inilah yang mendasari pemilihan alternatif lain untuk terapi non-
farmakologis untuk mengatasi kecemasan, terapi komplementer atau non-
farmakologis yang biasa digunakan untuk menurunkan atau mengontrol
Hasil yang didapatkan dari data rekam medik RSUP Dr. M. Djamil
Padang, tercatat angka kejadian kasus Miokard Infark pada tahun 2015
yaitu dengan rawat inap 17 kasus dan rawat jalan yaitu 8 kasus, dan
kemudian meningkat tahun 2016 yaitu dengan rawat inap 204 kasus dan
rawat jalan yaitu 26 kasus. Data yang terkait pada kasus Miokard Infark
dengan masalah ansietas belum terdata di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka
perumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien miokard infark dengan ansietas di ruangan rawat inap jantung
RSUP DR.M. Djamil Padang ?
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien miokard
infark dengan ansietas.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien miokard infark dengan ansietas.
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien miokard infark
dengan ansietas.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.
D. Manfaat Penulisan
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan dan acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan klien ansietas.
b. Penulis
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan klien ansietas.
b. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan klien ansietas.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2. Etiologi
Intinya Miokard Infark terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan
kematian sel-sel jantung tersebut (Kasron, 2016). Beberapa hal yang
menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain :
1) Faktor Pembuluh Darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai
jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa
menggangu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme dan arteritis (Kasron, 2016).
2) Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari
jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung.
Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor pemompaan dan
volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis
maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung
3. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-
remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat
normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama
gallop. Adanya kresipitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-
paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan
pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi
diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada Miokard
Infark (Kasron, 2016).
4. Komplikasi
a. Aritmia
Karena aritmia lazim ditemukan pada fase Miokard Infark, hal ini
dapat pula dipandang sebagai bagian perjalanan penyakit Akut
Miokard Infark. Aritmia perlu diobati bisa menyebabkan gangguan
hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan
akibat mudahnya perluasan infark atau bila merupakan predisposisi
d. Asistolik
Pada keadaan asistolik harus segera dilakukan resusitas
kardiopulmonal serebral dan dipasang pacu jantung transtorakal.
Harus dibedakan dengan fibrilasi ventrikel halus karena pada
belakangan ini defribrilasi dapat menolong. Pemberian adrenalin
dan kalsium klorida atau kalsium glukonas harus dicoba (Kasron,
2016).
e. Akses Intravena
1) Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar atau bisa
juga dengan pasang infus dekstora 5 % untuk persiapan
pemberian obat intravena.
2) Bila ada kejadian henti jantung, nafas tidak ada, saluran infus
terpasang, maka vena cubiti anterior dan vena jugularis
3. Stress
Reaksi tubuh terhadap peristiwa yang mengancam. Reaksi tersebut
sebagai flight-or-flight response karena respon fisiologis
mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi
yang mengancam tersebut. Apabila individu tersebut dapat berespon
dengan cepat terhadap situasi yang mengancam maka dapat
membahayakan kesehatan individu.
Pada fase reaksi yang mengejutkan individu secara fisiologis akan
merakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar
keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan
sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress
(Manurung, Nixson. 2016).
4. Ansietas
Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada peran sakit pada
rentang hidup sangat mengancam dan mengubah homeostasis. Lebih
C. Ansietas
1. Pengertian Ansietas
Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability),
masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
pribadi (spilling personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal (Manurung, Nixson. 2016).
2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang memperlajari faktor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart, 2013).
Berbagai teori dikembangkan mengenai faktor predisposisi terjadinya
ansietas.
a. Biologis
1) Gangguan fisik
Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu, baik
secara fisik oleh penyakit, maupun secara fungsional berupa
penurunan aktivitas sehari-hari. Ketika penyakit masuk,
individu berespon melakukan suatu perlawanan untuk tetap
hidup dan kembali sehat. Gangguan fisik yang dapat
menyebabkan ansietas adalah gangguan otak dan saraf seperti,
gangguan kardiovaskuler, gangguan hormonal, gangguan
pernafasan berupa asma, paru-paru obstruktif kronis, kanker,
gangguan syaraf, operasi, aborsi, cacat badan (Kusumawatu &
Hartono, 2011).
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian
orang tua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada di dalam
rumah.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang didapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada
pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut
menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan
adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Kecemasan timbul
karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-
waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang
baru di hadapi.
3. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2013) stresor presipitasi adalah stimulus yang
dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan
yang membutuhkan energi ekstra untuk koping. Faktor presipitasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni :
a. Biologis
Salah satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan ansietas
yaitu gangguan fisik (Stuart, 2013). Gangguan fisik dapat
mengancam integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa
ancaman eksternal dan internal. Ancaman eksternal yaitu
masuknya kuman, virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak
memadai, makanan, pakaian, atau trauma injuri. Sedangkan
ancaman internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis tubuh
5. Gangguan Ansietas
Gangguan ansietas merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.
(Manurung, Nixson. 2016) membagi gangguan kecemasan dalam
beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan dan menunjukkan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak berduga. Beberapa simtom yang dapat
6. Kepribadian Ansietas
a. Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang
dihadapinya. Tetapi orang-orang tertentu meskipun tidak ada
stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan
juga, yang ditandai dengan corak atau kepribadian pencemas, yaitu
antara lain : Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung).
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.
e. Tidak mudah mengalah “sering ngotot”
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.
g. Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik),
khawatir yang berlebihan terhadap penyakit.
h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisir).
i. Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan
ragu.
7. Tingkat Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Respons dari kecemasan ringan adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik dari ansietas ringan adalah :
a) Ketegangan otot ringan.
b) Sadar akan lingkungan.
c) Rileks atau sedikit gelisah.
d) Penuh perhatian.
e) Rajin.
2) Respon kognitif dari ansietas ringan adalah :
a) Lapang persepsi luas.
b) Terlihat tenang, percaya diri.
c) Perasaan gagal sedikit.
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal.
e) Mempertimbangkan informasi.
f) Tingkat pembelajaran optimal.
3) Respons emosional dari ansietas ringan adalah :
a) Perilaku otomatis.
b) Sedikit tidak sadar.
c) Aktivitas menyendiri.
d) Terstimulasi.
e) Tenang.
Berdasarkan item penilaian dari skala HARS diatas maka untuk menilai
pasien tersebut dalam kondisi ansietas adalah sebagai berikut dengan
terlampir.
d. Analisa data
Tabel 2.1
Analisa Data
No Data Masalah
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
d. Frekuensi napas meningkat
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Tekanan darah meningkat
g. Diaporesis
h. Tremor
i. Muka tampak pucat
j. Suara bergetar
k. Kontak mata buruk
2. Pohon Masalah
3. Masalah Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada kasus ansietas ini adalah :
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang digunakan pada pasien ansietas
menggunakan dua standar acuan :
a. Standar diagnosis pendekatan strategi pelaksaan.
b. Nursing Classification & Nursing Outcomes Classification (2016).
a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu klien untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan
kecemasan, penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas,
mengajarkan klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
c) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot.
d) Strategi pelaksanaan 4 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi 5 jari, membantu pasien
mempraktikkan teknik relaksasi.
a) Strategi pelaksanaan 1 :
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien, dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta
terjadinya ansietas, mengajarkan keluarga cara merawat dan
melatih klien ansietas dengan teknik relaksasi teknik nafas dalam
untuk pengalihan situasi.
a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif dan
mengajarkan koping yang konstruktif : bicara dengan orang
lain.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif : kegiatan yang disukai.
c) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif, olahraga.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan
a) Tujuan Umum :
(1) Keluarga mampu mengenal masalah koping tidak
efektif pada anggota keluarganya.
(2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah
koping tidak efektif.
(3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif.
(4) Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien
dengan koping tidak efektif.
(5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif.
2) Tindakan
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
b) Jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala ansietas,
penyebab koping tidak efektif.
c) Diskusikan cara merawat pasien dengan melakukan
aktivitas konstruktif yaitu bicara dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang disukai, olahraga.
a) Strategi pelaksanaan 1 :
Diskusikan tentang pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab
koping tidak efektif, cara merawat klien dengan koping tidak
efektif dengan membantu klien mengenal poing tidak efektif
dan bicara dengan orang lain.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien dalam
melakukan aktifitas, olahraga.
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Pada Pasien Miokard Infark dengan Ansietas
Masalah NOC/ Kriteria Hasil NIC
keperawatan
Ansietas a. Control Ansietas Control Ansietas
1) Klien mampu 1. Gunakan ketenangan
mengidentifikasi 2. Nyatakan dengan jelas
dan harapan terhadap
mengungkapkan pelaku pasien
gejala cemas 3. Jelaskan semua
2) Mengidentifikasi prosedur dan apa yang
, dirasakan selama
mengungkapkan prosedur
dan 4. Pahami perspektif
menunjukkan pasien terhadap situasi
teknik untuk stress
Sumber : Nursing Interventions Classification (NIC). 2016. & Nursing Outcomes Classification
(NOC). 2016.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP sebagai pola piker, yaitu respons subjektif,
a. Pasien mampu :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
2) Klien mengenal koping individu tidak efektif.
3) Mengatasi koping individu tidak efektif.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian deskriptif bertujuan mendekripsikan peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi di masa kini. Jenis penelitian studi kasus merupakan
rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah
variabel yang diteliti luas. (Nursalam, 2015). Hasil yang didapatkan oleh
peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pasien dengan Miokard Infark
dengan Ansietas di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
e) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu klien untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan
kecemasan, penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas,
mengajarkan klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
f) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif dan
mengajarkan koping yang konstruktif : bicara dengan orang lain.
d) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif : kegiatan yang disukai.
e) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif, olahraga.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Strategi keperawatan ansietas dan koping individu tidak
efektif dilakukan pada tanggal 19-23 Maret 2018. Pelaksanaan strategi
pelaksanaan ada pada partisipan yang mesti diulang-ulang.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan selama 5 hari kedua
masalah yang ditemukan pada kedua partisipan dapat teratasi namun
pentingnya melakukan pengulangan pada setiap strategi yang
diajarkan.
F. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisa
berdasarkan data subjektif dan data objektif, sehingga dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan
melakukan implementasi serta evaluasi tindakan akan dinarasikan dan
melihat perbedaan antara partisipan pertama dengan partisipan kedua,
kemudian dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada pasien
ansietas. Analisa yang digunakan untuk menentukan kesesuaian antara
teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien miokard infark yang mengalami ansietas yang
telah dilaksanakan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dimulai pada tanggal
19 Maret sampai dengan 25 Maret 2018 dengan proses asuhan
keperawatan yang telah peneliti lakukan meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan sampai melakukan
evaluasi keperawatan. Secara rinci deskripsi kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada partisipan 1 (Tn. S)
adalah seorang pasien yang dirawat di Ruangan Rawat Inap
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa
keperawatan Stemi Acute dengan post tindakan PTCA. Partisipan
(Tn. S) dirawat diruangan rawat inap jantung pada tanggal 19
Maret 2018. Tn. S berusia 72 tahun dengan nomor rekam medik
01.00.99.79. Klien tinggal di Pisang Pauh Kota Padang.
b. Alasan Masuk
Partisipan 1 (Tn. S) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 16 Maret 2018 pukul 17.05 WIB melalui IGD. Klien
c. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 (Tn. S) keluhan utama
yang dirasakan oleh klien adalah klien mengatakan cemas dengan
penyakit jantung yang dialaminya saat ini karena baru pertama kali
mengalami penyakit ini, tetapi klien mencoba untuk tenang dan
menjalani pengobatan agar ia bisa cepat sembuh. Klien
mengatakan nyeri dada yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
badan terasa lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
dan klien mengatakan cemas dengan komplikasi yang terjadi pada
penyakit jantungnya.
2) Faktor Keluarga
Pada kasus kedua partisipan komunikasi pasien antar anggota
keluarga baik, saat mempunyai masalah pasien menceritakan
kepada anggota keluarganya terutama kepada istrinya. Pasien
termasuk tipe orang yang terbuka dengan keluarganya.
e. Faktor Presipitasi
Pada kasus partisipan 1 pasien mengatakan termasuk seorang yang
perokok aktif yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok per
harinya. Kebiasaan klien mengkonsumsi makanan yang berminyak
dan tidak pernah berolahraga. Sedangkan pada kasus partisipan 2
pasien tampak gemuk, namun pasien merasa biasa saja dengan
tubuhnya. Sebelum dirawat pasien adalah seorang pekerja keras
yang kesehariannya berada diluar rumah untuk kesehariannya
sebagai seorang suami wiraswasta. Pasien mengatakan puas
dilahirkan sebagai seorang laki-laki dan bisa menjadi ayah serta
seorang suami. Harapan pasien saat ini adalah ingin sembuh dan
ingin keluarganya yaitu anak-anak dan istrinya untuk lebih
mnegerti akan kondisi dirinya saat ini. Pasien ingin segera kembali
ke rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai
seorang ayah dan seorang suami.
f. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada kasus partisipan 1 didapatkan data
tanda-tanda vital yaitu, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 74 kali
per menit, frekuensi pernafasan 24 kali per menit, suhu 37,ºC berat
badan 50 Kg dan tinggi badan 165 cm. Hasil anamnesa diketahui
bahwa pasien mengalami penyakit Stemi Acute, klien mengeluh
nyeri dada yang dirasakan tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
dengan durasi > 20 menit di daerah dada, sesak nafas, badan terasa
lemah, dan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Klien
mengatakan ia cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali
mengalami penyakit ini, tetapi klien mencoba untuk tenang dan
g. Psikososial
Hasil anamnesa peneliti dengan klien didapatkan data konsep diri
sebagai berikut :
Pengkajian genogram pada partisipan 1 (Tn. S) merupakan anak
ketiga dari 7 bersaudara, klien berumur 72 tahun klien sudah
menikah dan memiliki 7 orang anak, klien seorang laki-laki dan
tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya. Hubungan klien
dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang
yang terdekat dengan klien adalah istrinya.
h. Status Mental
Pengkajian status mental pada partisipan 1 (Tn. S) didapat data
penampilan klien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai
dengan tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Dari hasil observasi
selama pengkajian, klien tampak bicara lambat dengan kata-kata
yang diucapkan kurang jelas.
i. Mekanisme Koping
Pada partisipan 1 (Tn. S) klien tampak memiliki mekanisme
koping maladaptif yaitu klien cenderung bereaksi terhadap
masalah, tapi reaksi lambat karena keadaan penyakit yang
dideritanya.
j. Aspek Medik
Pengkajian aspek medik didapatkan data pada partisipan 1 (Tn.S) ,
klien memiliki diagnosa medis yaitu Stemi Acute, terapi yang
dijalani klien saat ini adalah Aspilet oral 1x80 mg, Clopidogrel
1x75 mg, Laxadin syrup 1x10 cc, Alprazalon 1x0,5 mg, Ramipril
1x2,5 mg, Tyarit 3x200 gr, Ranitidine 2x50 mg, Morfin 2,5 mg,
Lavenox 2x 0,6 cc, Bisoprol 1x 1,25 mg, ISDN 3x5 gr, RL kolf/24
jam, Amiodaron540 mg/18 jam.
k. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis, didapatkan
dua masalah keperawatan yaitu ansietas koping individu tidak
efektif.
Masalah keperawatan yang pertama : ansietas
Data subjektif : klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan
khawatir akan operasi yang akan dijalaninya, banyak sekali hal-hal
yang dipikirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang saat
ini berada di rumah. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
ketika dokter atau perawat datang untuk memeriksanya, tidurnya
berkurang ketika berada di rumah sakit, dan klien takut kenapa
tekanan darahnya tida turun-turun padahal sebentar lagi akan
operasi.
2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian dan observasi yang ditemukan, diagnosis
keperawatan pada partisipan 1 (Tn. S) dan partisipan 2 (Tn. I) yaitu
didapatkan dua masalah keperawatan yaitu pertama ansietas, didukung
oleh data subjektif yaitu klien mengatakan cemas dengan komplikasi
dari penyakit jantung yang dialaminya saat ini, klien mengatakan
jantungnya berdebar-debar, klien susah tidur, klien mengatakan sering
gelisah sebelum tidur. Klien mengatakan berkeringat dingin pada
kedua telapak tangan. Dan data objektif ekspresi wajah terlihat tegang,
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan ansietas yaitu berupa intervensi
mandiri dengan sasaran klien dan juga keluarga. Intervensi tersebut
memiliki masing-masing tujuan, kriteria hasil, dan tindakan
keperawatan. Diagnosis ansietas peneliti menerapkan rasa saling
keterbukaan dan hubungan saling percaya sehingga dapat mengenal
ansietas klien, diagnosa ini memiliki empat strategi pelaksanaan klien
dan keluarga adapun strategi pelaksanaan 1 klien yaitu membantu klien
untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan kecemasan,
penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas, mengajarkan
klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol
dan rasa percaya diri : pengalihan situasi. Strategi pelaksanaan 2 klien
yaitu mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
Strategi pelaksanaan 3 klien yaitu mengajarkan klien cara teknik
relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot-otot. Strategi
pelaksanaan 4 klien yaitu mengajarkan klien cara teknik relaksasi 5
jari, membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan
membuat strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan pada kedua
partisipan. Evaluasi dilakukan pada kedua diagnosa keperawatan
prioritas yang penulis angkat. Evaluasi yang penulis lakukan meliputi
klien telah mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien
memahami dan dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas yang diajarkan penulis. Klien
mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis.
B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan psikososial penulis akan
membahas antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan
masalah ansietas pada pada kedua partisipan dengan penyakit Miokard
Infark yang telah dilakukan sejak tanggal 19 Maret-25 Maret 2018 di
Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kegiatan
dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan suatu proses
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
melakukan evaluasi keperawatan dengan uraian sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Pada dua kasus diatas terdapat perbedaan usia antara dua partisipan.
Partisipan pertama yaitu berusia 72 tahun dan partisipan kedua berusia
65 tahun. Faktor yang mempengaruhi ansietas salah satunya adalah
usia, dan keadaan sakit. Keadaan sakit dan usia yang semakin tua
sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dirinya (Tarwoto
dan Wartonah, 2015). Menurut Stuart (2013) mengatakan bahwa
kesehatan umum individu memiliki efek nyata sebagai predisposisi
terjadinya ansietas. Apabila kesehatan individu terganggu, maka
kemampuan individu untuk mengatasi ancaman berupa penyakit
(gangguan fisik) akan menurun.
b. Keluhan utama
Pada partisipan pertama terjadi karena nyeri dada yang dirasakan
seperti tertindih beban berat, badan terasa lemah, klien mengatakan ia
cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali mengalami
penyakit ini. Sedangkan pada partisipan kedua dengan keluhan karena
nyeri dada yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, badan terasa lemah,
dan akan dilakukan pemasangan PTCA. Klien mengatakan ia sangat
cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali mengalami
penyakit ini, takut akan kematian setelah pemasangan tindakan PTCA.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang telah penulis buat pada klien dengan
diagnosa koping individu tidak efektif memiliki tujuan yaitu, klien mampu
mengatasi koping yang tidak efektif. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu,
klien mampu mengenal koping tidak efektif, klien mampu
mengungkapkan koping yang digunakan, klien menunjukkan kemampuan
untuk memecahkan masalah dan ikut serta bermasyarakat. Rencana
keperawatan yang penulis susun sesuai dengan teori yang diatas.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Penulis dapat
mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan yang penulis lakukan untuk diagnosa ansietas
Diagnosis yang kedua yaitu koping tidak efektif penulis telah melakukan
tindakan keperawatan pada klien yaitu mengkaji status koping yang
digunakan oleh klien, memotivasi untuk melakukan evaluasi dari perilaku
klien, membantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif bicara dengan orang lain, melakukan aktivitas konstruktif yang
disukai. Penulis juga telah melakukan tindakan keperawatan pada keluarga
untuk diagnosis koping tidak efektif yaitu mendiskusikan tentang
pengertian, tanda gejala, dan penyebab koping tidak efektif,
mendiskusikan cara merawat klien dengan koping tidak efektif dengan
membantu klien mengenal koping koping tidak efektif dan bicara dengan
orang lain, mendampingi keluarga menerapkan cara merawat klien
langsung pada klien, menganjurkan membantu klien sesuai jadwal,
menjelaskan merujuk klien ke rumah sakit jika masalah klien tidak dapat
diatas di rumah.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi untuk diagnosa ansietas pada partisipan 1 didapatkan klien
mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien memahami dan
dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas yang diajarkan penulis yaitu pengalihan situasi, teknik
relaksasi nafas dalam, mengerutkan dan mengendurkan otot, teknik
relaksasi jari klien mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis,
klien dapat menerima kedatangan peneliti dengan baik, klien cukup
kooperatif selama berinteraksi dengan penulis, dan klien mau mengikuti
saran dan motivasi yang diberikan penulis. Sedangkan pada partisipan 2
klien telah mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien
memahami dan dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas yang diajarkan penulis yaitu pengalihan
situasi, klien mampu mencari sumber dukungan seperti keluarga, klien
mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis, klien mampu
mengindentifikasi kemampuan positif yang dimiliki, dan memiliki rencana
untuk prinsip hidupan kedepannya, keluarga tampak selalu mendampingi
klien.
Berdasarkan asumsi penulis, hal tersebut sesuai dengan teori pada kriteria
hasil yang hendak dicapai yaitu, klien dapat meningkatkan keterbukaan
dan hubungan saling percaya, klien mampu mengenal ansietas yang
dialami (situasi yang menimbulkan kecemasan, penyebab ansietas,
menyadari perilaku akibat ansietas), klien mengetahui dan dapat
memperagakan teknik pengalihan situasi, teknik relaksasi nafas dalam,
mengerutkan dan mengendurkan otot, teknik relaksasi lima jari, klien
mampu membuat jadwal kegiatan harian.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan ansietas
di ruangan rawat inap jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang maka dapat simpulkan
sebagai berikut.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada pasien pertama ditemukan pasien termasuk seorang yang perokok aktif
yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok per harinya. Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan yang berminyak dan tidak pernah berolahraga.
pasien sangat cemas jika penyakitnya akan semakin parah dan pasien juga
mengeluh jika perasaan itu datang nyeri dadanya semakin bertambah,
kadang berkeringat dingin pada kedua tangan, dan susah tidur terutama pada
malam hari.
2. Diagnosis Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan penulis mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada
pada teori. Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek
yang peneliti temukan dilapangan. Penulis tidak menemukan hambatan
karena kedua partisipan cukup kooperatif dengan penulis.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah diagnosa ansietas dan koping individu tidak efektif
dilaksanakan strategi pelaksanaan 1 sampai strategi pelaksanaan 4 sesuai
dengan pelaksanaan yang direncanakan.
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 5 hari kedua partisipan mampu mengatasi kecemasan
secara mandiri dan merasakan manfaat dari apa yang telah penulis ajarkan.
Faktor pendukung bagi penulis dalam mengumpulkan data dimana kedua
pasien cukup kooperatif dalam memberi informasi yang dibutuhkan untuk
kelengkapan data. Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan pada kedua
pasien, maka penulis dapat melakukannya sesuai dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan dan dibantu oleh perawat ruangan.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu
dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya pada pasien
dengan masalah psikososial : ansietas.
Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Hawari, Dadang, 2013. Manajemen stress, cemas dan Depresi. Jakarta : Salemba
Medika.
Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Trans
Info Media
Keliat, Budi Anna, Jesika Pasaribu, 2016. Prinsip dan Praktik Kepererawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore : Elsevier Singapore: Pte Ltd.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Kusumawati, Farida, Yudi Hartono, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Laporan Tahunan tahun 2013, Padang : Dinas Kesehatan Kota [Di unduh pada 29
September 2016 pukul 16.00 WIB].
Maendra, Ketut. 2014. Prevalensi Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark
Miokard Lama Di Poliklinik Jantung RSUP Prof. Dr. R. D Kandau. Jurnal
Kesehatan Sam Ratulangi Manado. [Diunduh pada 29 September 2017
pukul 16.00 WIB]
Manurung, Nixson. 2016. Terapi Reminiscence Solusi Pendekatan Sebagai Upaya
Tindakan Keperawatan Dalam Menurunkan Kecemasan, Stress Dan
Depresi. Jakarta : Trans Info Media.
Muttaqin, 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT.
Rineka Cipta.
Nurhalimah, 2015. Modul Keperawatan Jiwa 1 : Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ansietas. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelaihan Tenaga
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia : Jakarta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Panthee & Kriprachea. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner Dirumah Sakit Pelni
Jakarta. Jurnal Kesehatan Universitas Andalas. Di unduh pada 29
September pukul 16.00 WIB]
Vallerian, dkk. (2015). Hubungan Kadar Gula Darah saat Masuk Rumah Sakit
dengan jenis Sindroma Koroner Akut di RS Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(2). Diakses pada tanggal 29 September
2016.hhtp://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/267/256
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Salemba Medika.
WHO. 2014. Global Status Report on Noncummunicable Diseases. Jakarta 14,
2016. http://www.who.int/nmh/publications/ncd-status-report-2014/en/
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. S
Umur : 72 Tahun
No. Rekam Medik : 01.00.99.79
Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2018
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Pisang pauh Kota Padang
V. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan termasuk seorang yang perokok aktif yang bisa
menghabiskan 2 bungkus rokok per harinya. Kebiasaan klien
mengkonsumsi makanan yang berminyak dan tidak pernah berolahraga.
Masalah Keperawatan : Ansietas
VII. Psikososial
a. Genogram
Klien merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, klien berumur 72 tahun
klien sudah menikah dan memiliki 7 orang anak, klien seorang laki-laki
dan tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya. Hubungan klien
dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang
terdekat dengan klien adalah istrinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. Konsep Diri
• Gambaran diri
Klien mengatakan senang dan tidak ada mempunyai masalah bagian
tubuh yang tidak disukai.
• Identitas diri
klien mengatakan berstatus sebagai anak ketiga dari 7 bersaudara.
Saat ini klien memiliki seorang istri dan 7 orang anak.
• Peran diri
Klien berperan sebagai seorang petani, suami dari istrinya, dan ayah
dari anak-anaknya.
• Ideal diri
Klien tampak ada semangat untuk sembuh terlihat dari kemauan
klien untuk perlahan-lahan makan dan juga klien mengatakan agar
cepat sembuh dari penyakit jantung dan bisa menjalankan aktivitas
seperti biasa secara mandiri, serta dapat mengurus sawah kembali.
c. Hubungan Sosial
• Orang Terdekat
Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini yaitu istrinya.
• Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang ada
di masyarakat, karena klien merasa dirinya lebih butuh beristirahat
dirumah dari pada mengikuti kegiatan diluar rumah.
• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan lebih sering berada di sawah dan di rumah
bersama keluarga dari pada berada di luar rumah.
d. Spiritual
• Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari
Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya.
• Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
XIII. Pengetahuan
Klien menyadari ia sedang mengalami penyakit miokard infark, klien
mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.
Data Objektif :
Data Objektif :
B. Pengkajian
h. Spiritual
• Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari
Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya.
• Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
XXVIII. Pengetahuan
Klien menyadari ia sedang mengalami penyakit miokard infark, klien
mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.
XXIX.Aspek Medik
Diagnosa Medik : NSTEMI dengan Pre PTCA
Terapi Medik : Aspilet oral 1x80 mg, Ranitidine 2x50 mg, Lavenox 2x 0,6
cc, Bisoprol 1x 1,25 mg, Ramipril 1x2,5 mg, Ranitidine 2x50 mg, RL kolf/24
jam.
Data Objektif :