Anda di halaman 1dari 140

`

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOKARD INFARK


DENGAN ANSIETAS DI RUANGAN RAWAT INAP JANTUNG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

EGHIE DHEVI MELINDA


NIM : 153110166

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

Poltekkes Kemenkes Padang


`

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOKARD INFARK


DENGAN ANSIETAS DI RUANGAN RAWAT INAP JANTUNG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada
Program Studi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

OLEH :

EGHIE DHEVI MELINDA


NIM : 153110166

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada Program Studi D III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Renidayati, S. Kp M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I yang telah


menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Idrus Salim, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM, MSi selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Bapak DR. dr. Yusirwan Yusuf, Sp. B, Sp. BA (K) MARS, selaku Direktur
RSUP DR. M. Djamil Padang.
7. Bapak/ Ibu dosen dan staff yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang Program
Studi D III Keperawatan Padang Angkatan 2015, serta semua pihak yang tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
10. Kepala ruangan rawat inap jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
11. Perawat ruangan rawat inap jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah
membantu untuk melakukan penelitian Karya Tulis Ilmiah.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2018

Penulis

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eghie Dhevi Melinda


NIM : 153110166
Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 12 Desember 1997
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Orang Tua
Ayah : Junaidi Jamhur, SH, M.Pd
Ibu : Candra Maulinda, S.Sos
Alamat : Jl. Handayani II No.83 RT 02 RW XIV Perumdan
III Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Siteba Padang

Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun

TK Kartika 1-56 2002-2003

SDN 05 Surau Gadang 2003-2009

SMPN 25 Padang 2009-2012

SMA Adabiah Padang 2012-2015

Poltekkes Kemenkes Padang 2015-2018

Poltekkes Kemenkes Padang


POLTEKKES KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018


Eghie Dhevi Melinda

Asuhan Keperawatan pada Pasien Miokard Infark dengan Ansietas di


Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang

Isi : vii + 87 Halaman + 2 Daftar Tabel + 1 Daftar Gambar + 12 Lampiran

ABSTRAK

Ansietas merupakan gangguan alam perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang


mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realistis
(reality testing Ability), masih baik, kepribadian masih tetap utuh perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Data rekam medik RSUP Dr.
M. Djamil Padang, tercatat kejadian Miokard Infark pada tahun 2015 yaitu dengan
rawat inap 17 kasus dan rawat jalan yaitu 8 kasus, dan kemudian meningkat tahun
2016 yaitu dengan rawat inap 204 kasus dan rawat jalan yaitu 26 kasus. Tujuan
penelitian untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Miokard Infark
dengan Ansietas di ruangan rawat inap jantung RSUP DR.M. Djamil Padang.

Desain penelitian deskriptif berupa studi kasus. penelitian dilakukan dari bulan
Oktober 2017 sampai dengan bulan juni 2018. Populasi penelitian pasien yang
menderita Miokard Infark di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil
Padang yang mengalami Ansietas yaitu sebanyak 6 orang. Pengambilan sampel
penelitian ini dilakukan secara simple random sampling dan mengambil 2 pasien
dengan sesuai kriteria. Pengumpulan data menggunakan cara observasi,
pengukuran, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian pada pengkajian kedua pasien ansietas dengan keadaannya,


merasa tidak berdaya, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi,
dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Diagnosa keperawatan pada kedua
partisipan sama yaitu ansietas dan koping individu tidak efektif. Intervensi pada
kedua pasien sama, implementasi dilaksanakan sesuai rencana. Evaluasi kedua
pasien sudah menerima keadaan yang sekarang.

Diharapkan kepada pihak rumah sakit melalaui pimpinan agar memotivasi


perawat pelaksana untuk dapat melakukan asuhan keperawatan psikososial
ansietas pada pasien dengan Miokard Infark, dan melakukan pendekatan,
penilaian aspek positif pasien miokard infark, pendampingan memotivasi pasien.

Kata Kunci (Key Word) : Ansietas, Miokard Infark, Asuhan Keperawatan

Daftar Pustaka : 22 (2010-2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Miokard Infark ................................................................. 8
1. Pengertian ......................................................................................... 8
2. Etiologi .............................................................................................. 8
3. Manifestasi Klinis ............................................................................. 10
4. Komplikasi ........................................................................................ 12
5. Penatalaksanaan ................................................................................ 15
B. Masalah Psikologis pada pasien Miokard Infark .................................... 16
1. Kehilangan ........................................................................................ 17
2. Depresi .............................................................................................. 18
3. Stress ................................................................................................. 18
4. Ansietas ............................................................................................ 19
C. Ansietas ................................................................................................... 19
1. Pengertian Ansietas ........................................................................... 19
2. Faktor Predisposisi ............................................................................ 20
3. Faktor Presipitasi ............................................................................... 24
4. Gejala-gejala Ansietas ...................................................................... 25
5. Gangguan Ansietas............................................................................ 27
6. Kepribadian Ansietas ........................................................................ 28
7. Tingkat Ansietas................................................................................ 28
8. Tingkat Pengukuran Ansietas .......................................................... 33
D. Konsep Dasar Keperawatan Ansietas ..................................................... 34
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 34
2. Pohon masalah .................................................................................. 37
3. Masalah keperawatan ....................................................................... 37
4. Intervensi keperawatan...................................................................... 38
5. Implementasi keperawatan ................................................................ 46
6. Evaluasi keperawatan ........................................................................ 46

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................................... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 49
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 49
D. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 51
E. Langkah Pengumpulan Data ................................................................... 51
F. Analisis Data ........................................................................................... 55

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kasus ....................................................................................... 56
1. Pengkajian ......................................................................................... 56
2. Diagnosis keperawatan...................................................................... 67
3. Intervensi keperawatan...................................................................... 68
4. Implementasi keperawatan ................................................................ 70
5. Evaluasi keperawatan ........................................................................ 75
B. Pembahasan ............................................................................................. 76
1. Pengkajian ......................................................................................... 76
2. Diagnosis keperawatan...................................................................... 79
3. Intervensi keperawatan...................................................................... 80
4. Implementasi keperawatan ................................................................ 81
5. Evaluasi keperawatan ........................................................................ 83

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 85
B. Saran ........................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa Data ............................................................................... 36


Tabel 2.2 Intervensi keperawatan .............................................................. 43

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon masalah......................................................................... 37

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform consent patisipan 1 (Tn. S) dan partisipan 2 (Tn. I)

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4. Surat izin pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI


Padang

Lampiran 5. Surat izin Survey Awal Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Kampus Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 8. Ganchart kegiatan

Lampiran 9. Surat selesai Penelitian Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 10. Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 11. Pengkajian asuhan keperawatan psikososial partisipan 1 (Tn. S)

Lampiran 12. Pengkajian asuhan keperawatan psikososial partisipan 2 (Tn. I)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan kardiovaskuler sering timbul secara mendadak dan
sering terlambat untuk ditangani. Penyakit kardiovaskuler merupakan
penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan kecenderungan
yang sama juga akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020.
Penyakit miokard infark merupakan manifestasi terbesar yang dikaitkan
dengan angka mortalitas dari mobiditas yang tinggi (Valerian, Syafri &
Rofinda, 2015).

Miokard infark merupakan suatu keadaan nekrosis otot jantung akibat


ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi
secara mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan
koroner. Sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali dengan
hipoksia miokard (Kasron, 2016).

Penyakit miokard infark gejala yang biasanya ditemukan berupa nyeri


subternal hebat atau diseluruh pericardium yang menetap dengan durasi
lebih dari 20 menit, nyeri menyebar luas ke dada dan disertai nyeri pada
bahu, lengan, rahang, perut, atau punggung, perasaan tertekan atau
tertindih, lesu, mual dan muntah, sesak nafas, pusing, palpitasi, cemas,
hipotensi atau hipertensi, denyut precordial teraba, bunyi jantung samar-
samar (meredup), aritmia, dan lain-lain (Kasron, 2016).

Menurut WHO (2014) ada 32, 4 juta kasus miokard infark diseluruh dunia
setiap tahun. Pervalensi terjadinya STEMI saat ini sekitar 25 %-40% (
America Heart Association. 2013). Di ASIA sekitar 6,1% orang memiliki
penyakit jantung, 3,7% dengan STEMI, Pada tahun 2011 terdapat 17.050
orang meninggal di ASIA dan kepulauan pasifik karena penyakit jantung
koroner dan infark miokard (AHA, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


Di Indonesia tercatat pada tahun 2013 menurut Kemenkes sebanyak
478.000 pasien di Indonesia di diagnosa penyakit miokard infark, dengan
prevalensi miokard infark ST elevasi meningkat dari 25 % ke 40 % dari
presentasi infark miokard. Laporan Riskesdas 2013 jumlah penderita
penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebanyak 0,5%
penderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jumlah penderita penyakit
jantung dan pembuluh darah di Sumatera Barat sebanyak 0,6% penyakit
jantung koroner,gagal jantung 0,13%. Laporan profil DKK Padang tahun
2013 penderita penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 0,4 %
penyakit jantung koroner.

Apabila hal ini tidak diteratasi maka akan mengakibatkan berbahaya pada
penyakit miokard infark ini dapat terjadi syok kardiogenik, dimana terjadi
penurunan curah jantung karena tidak adekuatnya tekanan pengisian
ventrikel kiri. Hal ini akan meningkatkan hipoksia miokardium berulang
dan berkembang menuju tahap irreversible yang menuju pada aritmia dan
kematian (Mutaqin, 2009).

Dampak yang ditimbulkan oleh miokard infark bisa mengakibatkan pada


bio, psiko, sosial, dan spiritual. Pada masalah psikososial yang sering
muncul pada pasien dengan miokard infark ini adalah kehilangan,
ketidakberdayaan, stress, depresi dan ansietas. Ansietas yang dialami oleh
pasien memiliki berbagai alasan yaitu ansietas karena kondisi penyakit
yang dialaminya, ansietas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, ansietas
jika nyeri dada yang dialami berulang-ulang kembali, ansietas karena nyeri
dada yang dialami terjadi secara mendadak pada saat sedang melakukan
aktivitas maupun dalam keadaan istirahat, dan takut akan kematian.
Ansietas juga dapat dilihat dalam bentuk lain, seperti pasien terlihat
gelisah, sering bertanya tentang kondisi penyakitnya (Dalami, Ermawati.
2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau
menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas. Seseorang yang
mengalami ansietas respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
khusus penyebabnya (Dalami, Ermawati. 2014).

Ketika pasien miokard infark mengalami ansietas ditemukan tanda-tanda


seperti merasa tegang, tidak tenang, gelisah, takut sendirian, gangguan
pola tidur, serta disertai keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada
otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sering
berkemih dan sakit kepada. (Hawari, 2013). Hal ini bisa berdampak pada
pasien miokard infark seperti penyakitnya akan semakin parah, sesaknya
akan bertambah, nyerinya akan semakin nyeri karena selalu memikirkan
tentang penyakitnya.

Prinsip penanganan ansietas yaitu dengan pemberian anti ansietas


(farmakologis) dan tindakan non-farmakologis. Anti ansietas dipakai
untuk mengurangi ansietas yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada
fungsi kognitif. Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi
menimbulkan toleransi/ketergantungan terutama pada golongan
Benzodiazepin. Efek samping yang sering dikeluhkan dari obat ini antara
lain: rasa mengantuk yang berat, sakit kepala, disartria, nafsu makan
bertambah, dan gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai
terjadi kejang-kejang). (Yusuf, dkk, 2015).

Hal inilah yang mendasari pemilihan alternatif lain untuk terapi non-
farmakologis untuk mengatasi kecemasan, terapi komplementer atau non-
farmakologis yang biasa digunakan untuk menurunkan atau mengontrol

Poltekkes Kemenkes Padang


ansietas diantaranya : tehnik bernafas dalam, relaksasi otot, imagery,
menyiapkan informasi, tehnik distraksi, terapi energi dan penggunaan
metode koping sebelumnya. Kecemasan yang tidak segera diatasi akan
menimbulkan akibat serius bahkan berperan terhadap mortalitas dan
morbiditas (Shari,dkk, 2014).

Hasil penelitian Maendra,dkk pada bulan November 2013 sampai dengan


Maret 2015 menunjukkan bahwa ansietas sering terjadi pada pasien
dengan sindrom koroner akut maupun penyakit kardiovaskuler lainnya.
Meskipun prevalensinya cukup tinggi, kedua kondisi psikiatrik ini sering
tidak disadari oleh petugas kesehatan dan tidak mendapatkan penanganan
selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Hal ini tentu dapat
berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.

Penelitian Panthee & Kriprachea (2011) juga mengemukakan bahwa


faktor psikologis seperti ansietas dapat mempengaruhi kualitas hidup
karena ansietas mempengaruhi kepatuhan terhadap pola hidup seperti
perubahan prilaku diet, latihan fisik, pengobatan dan kembali bekerja
diagnosis Miokard Infark mempengaruhi baik aspek fisik dan psikososial
dari kehidupan pasien, penurunan nilai dalam kehidupan sehari-hari seperti
pekerjaan rumah tangga, aktifitas fisik seperti memanjat tangga, kegiatan
seksual dan hobi, tidak dapat melakukan tingkat yang sama pekerjaan yang
mereka bisa lakukan sebelum diagnosis penyakit, dan mood rendah.

Hasil yang didapatkan dari data rekam medik RSUP Dr. M. Djamil
Padang, tercatat angka kejadian kasus Miokard Infark pada tahun 2015
yaitu dengan rawat inap 17 kasus dan rawat jalan yaitu 8 kasus, dan
kemudian meningkat tahun 2016 yaitu dengan rawat inap 204 kasus dan
rawat jalan yaitu 26 kasus. Data yang terkait pada kasus Miokard Infark
dengan masalah ansietas belum terdata di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


Hasil rincian berdasarkan pengalaman penulis sebelumnya saat praktek
lapangan keperawatan kardiovaskuler di ruangan rawat inap jantung RSUP
Dr. M. Djamil Padang tanggal 21 Agustus-3 September 2017 didapatkan 4
dari 16 orang (25%) pasien Miokard Infark yang mengalami ansietas di
ruang Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis pada tanggal 18


Desember 2017 di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP. DR. M. Djamil
Padang terdapat 36 orang klien dengan kasus Miokard Infark pada bulan
Desember dan terdapat 4 orang klien dengan masalah yang muncul pada
pasien adalah cemas terhadap penyakit yang dialaminya yang ditandai
dengan klien banyak bertanya, gelisah, dilihat dari respon ekspresinya
ketakutan, kemudian berdasarkan informasi dari keluarga bahwa pasien
mengatakan anggota keluarga yang sakit selalu banyak bertanya, selalu
emosinya marah-marah, selalu tidak menerima keadaanya. Dalam hal ini
yang ditemukan dilapangan perawat sudah melaksanakan penanganan
terhadap keadaan fisik pasien tetapi penanganan untuk psikologis pasien
dengan ansietas belum banyak di intervensi, kegiatan ini baru dilakukan
ketika ada mahasiswa praktik. Di ruangan lebih berfokus pada keadaan
fisik pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan asuhan


keperawatan pada pasien miokard infark dengan ansietas di ruangan rawat
inap jantung RSUP DR.M. Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka
perumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien miokard infark dengan ansietas di ruangan rawat inap jantung
RSUP DR.M. Djamil Padang ?

Poltekkes Kemenkes Padang


C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Miokard Infark
dengan Ansietas di ruangan rawat inap jantung RSUP DR.M. Djamil
Padang.

2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien miokard
infark dengan ansietas.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien miokard infark dengan ansietas.
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien miokard infark
dengan ansietas.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada pasien
miokard infark dengan ansietas.

D. Manfaat Penulisan
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan dan acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan klien ansietas.

b. Penulis
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan klien ansietas.

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai referensi sehingga dapat meningkatkan
keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya masalah
psikososial klien ansietas.

b. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan klien ansietas.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Miokard Infark


1. Pengertian
Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran
darah ke jaringan otot jantung. Aterosklerotik adalah suatu penyakit
pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut
Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri.
Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke
arteri bagian distal (Kasron, 2016).

2. Etiologi
Intinya Miokard Infark terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan
kematian sel-sel jantung tersebut (Kasron, 2016). Beberapa hal yang
menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain :
1) Faktor Pembuluh Darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai
jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa
menggangu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme dan arteritis (Kasron, 2016).
2) Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari
jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung.
Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor pemompaan dan
volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis
maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung

Poltekkes Kemenkes Padang


(aorta, mitralis, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunya cardiac output (COP). Penurunan cardiac output
(COP) yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan
beberapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat,
termasuk dalam hal ini otot jantung (Kasron, 2016).
3) Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian
tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun
jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal
tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan
terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia,
hipoksemia dan polisitemia (Kasron, 2016).
b. Meningkatnya Kebutuhan Oksigen Tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu
dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung
untuk meningkatkan cardiac output (COP). Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi
justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya karena
kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen
tidak bertambah (Kasron, 2016).

Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatkan


kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya:
aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain.
Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin
banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen
menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif (Kasron, 2016).

3. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-
remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan

Poltekkes Kemenkes Padang


punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina
pectoris dan tak responsive terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang,
terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri
sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak,
pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering
tampak ketakutan. Walaupun Miokard Infark dapat merupakan
manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bisa anamnesis
dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-
keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium (Kasron,
2016).

Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat
normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama
gallop. Adanya kresipitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-
paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan
pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi
diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada Miokard
Infark (Kasron, 2016).

Menurut (Kasron, 2016) Tanda dan gejala Miokard Infark adalah :


a. Klinis
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus
tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak bertahankan lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
4) Nyeri mulai spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,

Poltekkes Kemenkes Padang


dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual
muntah.
7) Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri
yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
menggangu neuroseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).
b. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
1) CPK-MB/CPK, Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam,
kembali normal dalam 36-48 jam.
2) LDH/HBDH, Meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu
lama untuk kembali normal.
3) AST/SGOT, Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-
12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau
4 hari.
c. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.
perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS
yang menandakan adanya nekrosis.

4. Komplikasi
a. Aritmia
Karena aritmia lazim ditemukan pada fase Miokard Infark, hal ini
dapat pula dipandang sebagai bagian perjalanan penyakit Akut
Miokard Infark. Aritmia perlu diobati bisa menyebabkan gangguan
hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan
akibat mudahnya perluasan infark atau bila merupakan predisposisi

Poltekkes Kemenkes Padang


untuk terjadinya aritmia yang lebih gawat seperti takikardia
ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol. Di lain pihak
kemungkinan efek samping pengobatan juga harus
dipertimbangankan. Karena prevalensi aritmia terutama tersering
pada 24 jam pertama sesudah serangan dan banyak berkurang pada
hari-hari berikutnya, jelaslah pada hari pertama Miokard Infark
merupakan masa-masa terpenting. Dalam kenyataannya penurunan
angka-angka kematian Miokard Infark pada era permulaan CCU
terutama disebabkan karena pengobatan dan pencegahan aritmia
yang efektif di unit perawatan intensif penyakit jantung koroner
(Kasron, 2016).
b. Bradikardia sinus
Umumnya disebabkan oleh vagotonia dan sering menyertai
Miokard Infark inferior atau posterior. Bila hal ini menyebabkan
keluhan hipotensi, gagal jantung atau bila disertai peningkatan
intabilitas ventrikel diberi pengobatan dengan sulfas atropine
intravena (Kasron, 2016).
c. Irama Nodal
Irama Nodal umumnya timbul karena protective escape
mechanisme dan tak perlu diobati, kecuali bila amat lambat serta
menyebabkan gangguan hemodinamik. Dalam hal terakhir ini
dapat diberi atropine atau dipasang pacu jantung temporer (Kasron,
2016).

d. Asistolik
Pada keadaan asistolik harus segera dilakukan resusitas
kardiopulmonal serebral dan dipasang pacu jantung transtorakal.
Harus dibedakan dengan fibrilasi ventrikel halus karena pada
belakangan ini defribrilasi dapat menolong. Pemberian adrenalin
dan kalsium klorida atau kalsium glukonas harus dicoba (Kasron,
2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Takikardia Sinus
Takikardia sinus ditemukan pada sepertiga kasus Miokard Infark
dan umumnya sekunder akibat peningkatan tonus saraf simpatis,
gagal jantung, nyeri dada, perikarditis dan lain-lain. Pengobatan
ditujukan kepada kelainan dasar. Sering berhasil hanya dengan
memberi obat analgesik. Takikardia sinus yang menetap akan
meningkatan kebutuhan oksigen miokard dan menyebabkan
perluasan infark (Kasron, 2016).
f. Kontraksi Atrium Prematur
Bila kontraksi atrium premature jarang, pengobatan tidak perlu.
Kontraksi atrium premature dapat sekunder akibat gagal jantung
atau dalam hal ini pengobatan gagal jantung akibat ikut
menghilangkan kontraksi tersebut (Kasron, 2016).
g. Ruptur Miokardial
Otot jantung yang mengalami kerusakan akan menjadi lemah,
sehingga kadang mengalami robekan karena tekanan dari aksi
pompa jantung. 2 bagian jantung yang sering mengalami robekan
selama atau setelah suatu serangan jantung adalah dinding otot
jantung dan otot yang mengendalikan pembukaan dan penutupan
salah satu katup jantung (katup mitralis). Jika ototnya robek, maka
katup tidak dapat berfungsi sehingga secara tiba-tiba terjadi gagal
jantung yang berat (Kasron, 2016).

Otot jantung pada dinding yang mengatasi kedua ventrikel


(septum) atau otot pada dinding luar jantung juga bisa mengalami
robekan. Robekan septum kadang dapat diperbaiki melalui
pembedahan, tetapi robekan pada dinding luar hampir selalu
menyebabkan kematian (Kasron, 2016).

Otot jantung yang mengalami kerusakan karena serangan jantung


tidak akan berkontraksi dengan baik meskipun tidak mengalami
robekan. Otot yang rusak ini digantikan oleh jaringan parut fibrosa

Poltekkes Kemenkes Padang


yang kaku dan tidak dapat berkontraksi. Kadang bagian ini akan
menggembung pada saat seharusnya berkontraksi. Untuk
mengurangi luasnya daerah yang tidak berfungsi ini bisa diberikan
ACE-inhibitor (Kasron, 2016).

Otot yang rusak bila membentuk penonjolan kecil pada dinding


jantung (aneurisma). Adanya aneurisma bisa diketahui dari
gambaran EKG yang tidak normal, dan untuk memperkuat dugaan
ini bisa dilakukan ekokardiogram. Aneurisma tidak akan
mengalami robekan, tetapi bisa menyebabkan irama jantung yang
tidak teratur dan bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
memompa jantung (Kasron, 2016).

Darah yang melalui aneurisma akan mengalir lebih lambat, karena


itu bisa terbentuk bekuan di dalam ruang-ruang jantung (Kasron,
2016).
h. Bekuan Darah
Pada sekitar 20-60% orang yang pernah mengalami serangan
jantung, terbentuk bekuan darah di dalam jantung. Pada 5 % dari
penderita ini, bekuan bisa pecah, mengalir di dalam arteri dan
tersangkut di pembuluh darah yang lebih kecil di seluruh tubuh,
menyebabkan tersumbatnya aliran darah ke sebagian dari otak
(menyebabkan stroke) atau ke organ lainnya. Untuk menemukan
adanya bekuan di dalam jantung atau untuk mengetahui faktor
predisposisi yang dimiliki oleh penderita, dilakukan
ekokardiogram. Untuk membantu mencegah pembentukan bekuan
darah ini, seringkali diberikan antikoagulan (misalnya heparin dan
warfarain). Obat ini biasanya diminum selama 3-6 bulan setelah
serangan jantung (Kasron, 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Penatalaksanaan
Menurut (Kasron, 2016) mengatakan prinsip umum penatalaksanaan
Miokard Infark :
a. Diagnosa
Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/tanda-tanda.
EKG awal tidak menentukan, hanya 24-60 % dari Miokard Infark
ditemukan dengan EKG awal yang menunjukkan luka akut (Acute
injury).
b. Diet makanan lunak atau saring serta rendah garam (bila ada gagal
jantung).
c. Terapi Oksigen
1) Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik
asidosis, yang akan menurunkan efektifitas obat-obatan dan
terapi electric (DC shock).
2) Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.
3) Penolong harus siap dengan bantuan pernafasan bila
diperlukan.
d. Monitor EKG
Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama Akut
Miokard Infark. Penyebab utama kematian beberapa jam pertama
Akut Miokard Infark adalah aritmia jantung 3. Elevasi segmen ST
> atau = 0,1 mV pada 2 atau lebih hantaran dari area yang
terserang (anterior, lateral, inferior), merupakan indikasi adanya
serangan miokard karena iskemia akut (Kasron, 2016).

e. Akses Intravena
1) Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar atau bisa
juga dengan pasang infus dekstora 5 % untuk persiapan
pemberian obat intravena.
2) Bila ada kejadian henti jantung, nafas tidak ada, saluran infus
terpasang, maka vena cubiti anterior dan vena jugularis

Poltekkes Kemenkes Padang


eksterna merupakan pilihan pertama untuk dipasang aliran
infus.
f. Penghilang rasa sakit
1) Keuntungan : Menurunkan kegelisahan dan rasa sakit, dapat
menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi,
menurunkan kebutuhan Oksigen, menurunkan risiko terjadinya
aritmia.
2) Terapi
Preparat nitrat : tablet dibawah lidah atau spray. Nitrogliserin
IV untuk sakit dada iskemik berat dan tekanan darah > 100
mmHg.
Morphin 9 jika nitrat tidak berhasil atau pada sakit dada berat
dengan dosis kecil IV (1-3 mg), diulang setiap 5 menit nitrasi
sampai sakit dada hilang.
3) Komplikasi
Hipotensi, aritmia karena perfusi kurang pada miokard atau
reperfusi. Penghilang rasa sakit merupakan prioritas obat-obat
yang diberikan.

B. Masalah Psikologis pada Pasien Miokard Infark


Dalami, Ermawati. 2014 mengatakan klien yang dirawat di rumah sakit
dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam
diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain merasa kecewa, putus asa,
malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang
kurang. Pemeriksaan penunjung yang dilakukan pada klien seperti
laboratorium, CT scan dan tindakan seperti suntikan, infus, observasi rutin
sering membuat klien merasa sebagai objek. Keluarga juga sering merasa
khawatir dan ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya
waktu petugas kesehatan seperti perawat untuk membicarakan keadaan
klien terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan fokus pada
penyelamatan klien dengan segera. Klien dan keluarga kurang diberi
informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut

Poltekkes Kemenkes Padang


marah, frustasi dan tidak berdaya karena informasi yang kurang jelas
disertai ketidakpastian (Dalami, Ermawati. 2014). Secara rinci dijelaskan
masalah psikologis yang muncul pada pasien adalah :
1. Kehilangan
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama masa kehidupan dan cenderung akan berulang kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda, peristiwa kehilangan dapat
terjadi secara tiba-tiba atau bertahap, bersifat sementara atau menetap
(Dalami, Ermawati. 2014).

Dirumah sakit tim kesehatan selalu menghadapi klien dan harus


menangani reaksi dan masalah dari berbagai macam kehilangan
misalnya kehilangan fungsi tubuh atau kesehatan tubuhnya, kehilangan
peran akibat dirawat, kehilangan orang yang dicintai. Perawat
bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menghadapi kehilangan tersebut (Dalami, Ermawati. 2014).

Faktor pencetus perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau


imajinasi individu seperti kehilangan kesehatan, fungsi seksualitas,
harga diri dan kehilangan pekerjaan dan lain-lain (Dalami, Ermawati.
2014).

Perilaku yang mengalami kehilangan sering menangis atau tidak


mampu menangis. Marah-marah, putus asa. Kadang ada kegiatan
untuk bunuh diri atau membunuh orang lain (Dalami, Ermawati.
2014).
2. Depresi
Depresi yang ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi menuju
kepada meningkatnya keadaan lelah yang sangat nyata sesudah bekerja
sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi merupakan masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan

Poltekkes Kemenkes Padang


yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti ancaman, trauma,


kehilangan seseorang yang berarti, hubungan yang buruk, tanggung
jawab pekerjaan, mengasuh anak dan lansia, penyalahgunaan,
kemiskinan mungkin memicu masalah psikososial pada beberapa
orang (Manurung, Nixson. 2016).

Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya


otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan,
peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, penurunan fungsi
kognitif, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan
dan penyakit fisik (Kaplan, 2010).

3. Stress
Reaksi tubuh terhadap peristiwa yang mengancam. Reaksi tersebut
sebagai flight-or-flight response karena respon fisiologis
mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi
yang mengancam tersebut. Apabila individu tersebut dapat berespon
dengan cepat terhadap situasi yang mengancam maka dapat
membahayakan kesehatan individu.
Pada fase reaksi yang mengejutkan individu secara fisiologis akan
merakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar
keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan
sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress
(Manurung, Nixson. 2016).

4. Ansietas
Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada peran sakit pada
rentang hidup sangat mengancam dan mengubah homeostasis. Lebih

Poltekkes Kemenkes Padang


dari itu rasa takut yang nyata tentang kematian dan pengaruh terhadap
anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor
yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit terminal apabila
seseorang sudah divonis/ prognosis jelek, ia akan bisa menerima begitu
saja tentang apa yang ia hadapi sekarang (Dalami, Ermawati. 2014).

Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami


krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien mudah
tersinggung, sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi fisik
atau penurunan daya tahan tubuh (Dalami, Ermawati. 2014).

C. Ansietas
1. Pengertian Ansietas
Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability),
masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
pribadi (spilling personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal (Manurung, Nixson. 2016).

Ansietas merupakan gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai


dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan. Tanda dan gejala pasien ansietas antara lain : cemas,
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, takut sendirian, gangguan pola
tidur, serta disertai keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada
otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
sering berkemih, sakit kepala dan sebagainya (Hawari, 2013).

Ansietas dapat disebabkan oleh faktor predisposisi seperti biologis,


psikologis, dan sosial budaya serta faktor presipitasi yang mengalami
atau menyaksikan trauma, ancaman terhadap integritas fisik, dan
ancaman terhadap diri sendiri (Keliat & Pasaribu, 2016). Setiap orang

Poltekkes Kemenkes Padang


berpotensi mengalami masalah psikososial yang salah satu faktor
resikonya adalah penyakit fisik yang bersifat kronis sepanjang
berinteraksi dengan lingkungan dan terus terlibat dalam kemajuan
zaman.

2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang memperlajari faktor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart, 2013).
Berbagai teori dikembangkan mengenai faktor predisposisi terjadinya
ansietas.
a. Biologis
1) Gangguan fisik
Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu, baik
secara fisik oleh penyakit, maupun secara fungsional berupa
penurunan aktivitas sehari-hari. Ketika penyakit masuk,
individu berespon melakukan suatu perlawanan untuk tetap
hidup dan kembali sehat. Gangguan fisik yang dapat
menyebabkan ansietas adalah gangguan otak dan saraf seperti,
gangguan kardiovaskuler, gangguan hormonal, gangguan
pernafasan berupa asma, paru-paru obstruktif kronis, kanker,
gangguan syaraf, operasi, aborsi, cacat badan (Kusumawatu &
Hartono, 2011).

2) Mekanisme terjadinya ansietas akibat gangguan fisik


Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari
neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang
mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi
untuk pengeluaran ansietas. Mekanisme kerja terjadinya
ansietas diawali dengan penghambatan neurotransmmiter di
otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai
atau mengikat ke reseptor GABA di membrane postsinaps,

Poltekkes Kemenkes Padang


maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion.
Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang
dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban
(Stuart, 2013).

Selain itu, Stuart (2013) mengatakan bahwa kesehatan umum


individu memiliki efek nyata sebagai predisposisi terjadinya
ansietas. Apabila kesehatan individu terganggu, maka
kemampuan individu untuk mengatasi ancaman berupa
penyakit (gangguan fisik) akan menurun.
b. Psikologis
Ansietas dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan dalam
menyelesaikan ancaman, kehilangan kemampuan mengendalikan
keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, gagal
membentuk pertahanan dari ancaman, perasaan terisolasi, takut
akan kematian, rasa tidak berdaya, dan rasa tidak aman
(Kusumawati & Hartono, 2011).

Ansietas adalah konflik emosional yang telah terjadi antara dua


elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya. (Stuart, 2013).
c. Sosial Budaya
Menurut Stuart, (2013) Individu yang mempunyai cara hidup
sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas maka pada
umumnya lebih sukar mengalami ansietas. Faktor lain yang juga
akan mempengaruhi timbulnya ansietas adalah status ekonomi.
Orang dengan status ekonomi yang kuat akan jauh lebih sukar
mengalami ansietas dibanding mereka yang status ekonominya

Poltekkes Kemenkes Padang


lemah. Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting yang
memerlukan aktivitas, maka akan merasa sangat terganggu apabila
kehilangan kegiatan pekerjaan. Kehilangan pekerjaan merupakan
“frustasi eksternal” yang dapat menjadi penyebab timbulnya
ansietas dan akan mempengaruhi perannya dimasyarakat. Manusia
yang sudah terekspos ansietas pada awal-awal kehidupannya akan
lebih mudah mengalami ansietas dikemudian hari.

Ansietas sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian


besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-
peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan
kecemasan. Menurut Manurung, Nixson. 2016 ada beberapa faktor
yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada
individu dengan keluarga, sahabat, atau dengan rekan kerja.
Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan
jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal
ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam
jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari
suatu masyarakat. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebab
timbulnya kecemasan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Manurung, Nixson. 2016 menyebutkan faktor yang mempengaruhi
adanya kecemasan yaitu :

a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian
orang tua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada di dalam
rumah.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang didapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada
pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut
menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan
adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Kecemasan timbul
karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-
waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang
baru di hadapi.
3. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2013) stresor presipitasi adalah stimulus yang
dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan
yang membutuhkan energi ekstra untuk koping. Faktor presipitasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni :
a. Biologis
Salah satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan ansietas
yaitu gangguan fisik (Stuart, 2013). Gangguan fisik dapat
mengancam integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa
ancaman eksternal dan internal. Ancaman eksternal yaitu
masuknya kuman, virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak
memadai, makanan, pakaian, atau trauma injuri. Sedangkan
ancaman internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis tubuh

Poltekkes Kemenkes Padang


seperti jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu, kehamilan.
(Kusumawati & Hartono, 2011).
b. Psikologis
Penanganan terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan
ketidakmampuan psikologis atau penurunan terhadap aktivitas
sehari-hari seseorang. (Stuat, 2013) penyebab stress dapat
dikelompokan menjadi dua kategori, ancaman terhadap integritas
fisik meliputi disabilititas fisiologis yang akan terjadi atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari dari ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegritas pada
individu. (Keliat dan Pasaribu, 2016).

Adapun sumber stressor yang dapat mengancam harga diri yaitu


sumber eksternal meliputi hilangnya nilai seseorang karena
kematian, perceraian, atau relokasi, perubahan status tugas
pekerjaan, dilemma etika, tekanan kelompok sosial atau budaya,
dan stress kerja. Dan sumber internal meliputi masalah
interpersonal dirumah atau di tempat kerja atau ketika
mendapatkan peran baru seperti menjadi orang tua, mahasiswa,
atau karyawan. Selain itu, banyak ancaman terhadap intergritas
fisik juga mengancam harga diri, karena hubungan pikiran dan
tubuh merupakan hubungan tumpang tindih. (Keliat dan Pasaribu,
2016).
c. Sosial Budaya
Status ekonomi dan pekerjaan dapat mencetuskan seseorang
mengalami ansietas. Seseorang yang dirumahkan akibat
perampingan struktur dalam suatu instansi mengakibatkan status
ekonomi seseorang menurun, hal ini dapat menimbulkan seseorang
mengalami ansietas. Demikian pula fungsi integrasi sosial
seseorang yang terganggu dapat menjadi pencetus terjadinya
ansietas. (Stuart, 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Gejala-Gejala Ansietas
Ansietas adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal
kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat
disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun
mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami
gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap
penyakit mental yang parah (Manurung, Nixson. 2016).
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah :
a. Jari tangan dingin.
b. Detak jantung makin cepat.
c. Berkeringat dingin.
d. Kepala pusing.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Tidur tidak nyenyak.
g. Dada sesak.

Gejala-gejala yang bersifat mental adalah :

a. Ketakutan merasa akan ditimpa bahaya.


b. Tidak dapat memusatkan perhatian.
c. Tidak tenteram.
d. Ingin lagi dari kenyataan.

Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan


takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak
menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda
pada masing-masing orang. Manurung, Nixson. 2016 mengemukakan
beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap


kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan
tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal
yang tidak jelas.

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka
marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang
memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihadapi
depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan
delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat
Lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita
diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang
menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau
tekanan darah tinggi.

5. Gangguan Ansietas
Gangguan ansietas merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.
(Manurung, Nixson. 2016) membagi gangguan kecemasan dalam
beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan dan menunjukkan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak berduga. Beberapa simtom yang dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


muncul pada gangguan panik antara lain : Sulit bernapas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit di dada, berketingat dingin, dan
gemetar. Hal ini yang penting dalam diagnosa gangguan panik
adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan
pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan yang bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatic, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan
sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stress dan
nyata.

6. Kepribadian Ansietas
a. Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang
dihadapinya. Tetapi orang-orang tertentu meskipun tidak ada
stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan
juga, yang ditandai dengan corak atau kepribadian pencemas, yaitu
antara lain : Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung).
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.
e. Tidak mudah mengalah “sering ngotot”
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.
g. Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik),
khawatir yang berlebihan terhadap penyakit.
h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisir).
i. Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan
ragu.

Poltekkes Kemenkes Padang


j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-
ulang.
k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak tidak histeris.

7. Tingkat Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Respons dari kecemasan ringan adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik dari ansietas ringan adalah :
a) Ketegangan otot ringan.
b) Sadar akan lingkungan.
c) Rileks atau sedikit gelisah.
d) Penuh perhatian.
e) Rajin.
2) Respon kognitif dari ansietas ringan adalah :
a) Lapang persepsi luas.
b) Terlihat tenang, percaya diri.
c) Perasaan gagal sedikit.
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal.
e) Mempertimbangkan informasi.
f) Tingkat pembelajaran optimal.
3) Respons emosional dari ansietas ringan adalah :
a) Perilaku otomatis.
b) Sedikit tidak sadar.
c) Aktivitas menyendiri.
d) Terstimulasi.
e) Tenang.

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau
agitasi. Respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik dari ansietas sedang adalah :
a) Ketegangan otot sedang.
b) Tanda-tanda vital meningkat.
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat.
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan.
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi.
f) Kewaspadaaan dan ketegangan meningkat.
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung.
2) Respon kognitif dari ansietas sedang adalah :
a) Lapang persepsi menurun.
b) Tidak perhatian secara selektif.
c) Fokus terhadap stimulasi meningkat.
d) Rentang perhatian menurun.
e) Penyelesaian masalah menurun.
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
3) Respon emosional dari ansietas sedang adalah :
a) Tidak nyaman.
b) Mudah tersinggung.
c) Kepercayaan diri goyah.
d) Tidak sabar.
e) Gembira.
c. Ansietas berat
Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress.
Respon dari kecemasan berat adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik dari ansietas berat adalah :
a) Ketegangan otor berat.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Hiperventilasi.
c) Kontak mata buruk.
d) Pengeluaran keringat meningkat.
e) Bicara cepat, nada suara tinggi.
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan.
g) Rahang menegang, mengertakan gigi.
h) Mondar-mandir, berteriak.
i) Meremas tangan, gemetar.
2) Respons kognitif dari ansietas berat adalah :
a) Lapang persepsi terbatas.
b) Proses berfikir terpecah-pecah.
c) Sulit berpikir.
d) Penyelesaian masalah buruk.
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi.
f) Hanya memperhatikan ancaman.
g) Egosentris.
3) Respon emosional dari ansietas berat adalah :
a) Sangat cemas.
b) Agitasi.
c) Takut.
d) Bingung.
e) Merasa tidak adekuat.
f) Menarik diri.
g) Penyangkalan.
h) Ingin beban.
d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Respons dari panik adalah sebagai
berikut :
1) Respons fisik dari panik adalah :
a) Flight, fight, atau freeze.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Ketegangan otot sangat berat.
c) Agitasi motorik kasar.
d) Pupil dilatasi.
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun.
f) Tidak dapat tidur.
g) Hormon stress dan neurotransmitter berkurang.
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga.

2) Respons kognitif dari panik adalah :


a) Persepsi sangat sempit.
b) Pikiran tidak logis, terganggu.
c) Kepribadian kacau.
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah.
e) Fokus pada pikiran sendiri.
f) Tidak rasional.
g) Sulit memahami stimulus eksternal.
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.
3) Respon emosional dari panik adalah :
a) Merasa terbebani.
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya.
c) Lepas kendali.
d) Mengamuk, putus asa.
e) Marah, sangat takut.
f) Mengharapkan hasil yang buruk.
g) Kaget, takut, Lelah.

Pada tingkat ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses


informasi belajar dan menyelesaian masalah. Keterampilan kognitif
mendominasi tingkat ansietas ini. Ketika individu mengalami ansietas
berat dan panik, keterampilan bertahan yang lebih sederhanan
mengambil alih, respon defensive terjadi, dan keterampilan kognitif
menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat sulit
berfikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang,

Poltekkes Kemenkes Padang


tanda-tanda vital meningkat, mondar-mandir, memperlihatkan
kegelisahan, iriabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara
psikomotor emosional. Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda
vital meningkat, pupil membesar, untuk memungkinkan lebih banyak
cahaya yang masuk, dan satu-satunya proses kognifikan berfokus pada
ketahanan individu tersebut (Manurung, Nixson. 2016).

Sisi negatif ansietas (kecemasan) atau sisi yang membahayakan ialah


rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau
potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut dan
individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi
interpersonal, situasi kerja, dan situasi kerja, dan situasi sosial.
Diagnosis ganggaun ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi
berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan
mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga
mengakibatkan perilaku maladaptif dan distabilitas emosional
(Manurung, Nixson. 2016).

Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi,


suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Dalam
hal ini ego harus mengurangi konflik antara kemauan Id dan Superego.
Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena menurut
Freud, insting akan selalu mencari pemuasan sedangkan lingkungan
sosial dan moral membatasi pemuasan tersebut. Sehingga menurut
Freud suatu pertahanan akan selalu beroperasi secara luas dalam segi
kehidupan manusia (Manurung, Nixson. 2016).

8. Tingkat Pengukuran Ansietas


Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Ratting Scale (HARS)
penilaian ansietas terdiri dari 14 item, meliputi :
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan
lesu.

Poltekkes Kemenkes Padang


c. Ketakutan : Takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas Dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : Penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjangan hari.
g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik : Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lelah.
i. Gejala kardiovaskuler : Takikardia, nyeri pada dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek.
k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetative : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : Gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan nafas pendek dan cepat.

Berdasarkan item penilaian dari skala HARS diatas maka untuk menilai
pasien tersebut dalam kondisi ansietas adalah sebagai berikut dengan
terlampir.

Poltekkes Kemenkes Padang


D. Konsep Asuhan Keperawatan Ansietas
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Dalami, Ermawati (2014), pengkajian asuhan keperawatan
pada pasien ansietas adalah sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
Teori Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego, dan super ego. Ide melambangkan
dorongan insting dan impuls primitive. Super ego mencerminkan
hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara
ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego
tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami ansietas berat.
Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.
Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
b. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti :
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi
kehidupan sehari-sehari. Ancaman terhadap sistem diri dapat
membahayakan identitas, harga diri dan integritas fungsi sosial.
c. Perilaku

Poltekkes Kemenkes Padang


Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas.

d. Analisa data
Tabel 2.1
Analisa Data
No Data Masalah

1. Data Subjektif : Ansietas


a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi
d. Mengeluh pusing
e. Anoreksia
f. Palpitasi
g. Merasa tidak berdaya
Data Objektif :

a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
d. Frekuensi napas meningkat
e. Frekuensi nadi meningkat
f. Tekanan darah meningkat
g. Diaporesis
h. Tremor
i. Muka tampak pucat
j. Suara bergetar
k. Kontak mata buruk

Poltekkes Kemenkes Padang


l. Sering berkemih
m. Berorientasi pada masa lalu
2. Data Subjektif : Ketidakefektifan
a. Mengungkapkan tidak mampu mengatasi koping tentang
masalah penyakit
b. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
c. Kekhawatiran kronis
Data Objektif :

a. Tidak mampu memenuhi peran yang


diharapkan (sesuai usia)
b. Menggunakan mekanisme koping yang
tidak sesuai
c. Penyalahgunaan zat
d. Memanipulasi orang lain untuk memenuhi
keinginannya sendiri
e. Perilaku tidak asertif
f. Partisipasi sosial kurang

2. Pohon Masalah

Effect Resiko Harga Diri Rendah

Core Problem Masalah Psikososial: Ansietas

Causa Penyakit Fisik

Gambar 2.1 Pohon Masalah (Stuart, 2013)

3. Masalah Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada kasus ansietas ini adalah :

Poltekkes Kemenkes Padang


a. Ansietas
b. Koping individu tidak efektif

4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang digunakan pada pasien ansietas
menggunakan dua standar acuan :
a. Standar diagnosis pendekatan strategi pelaksaan.
b. Nursing Classification & Nursing Outcomes Classification (2016).

Ansietas dapat diangap sebagai perang antara ancaman dan nilai-nilai


seseorang yang mengidentifikasi keberadaan mereka. Perilaku maladaptif
berarti perjuangan telah hilang. Pendekatan konstruktif untuk ansietas
berarti perjuangan dimenangkan oleh nilai-nilai orang tersebut. Dengan
demikian tujuan umum keperawatan adalah untuk membantu klien
mengembangkan nilai-nilai dirinya. Pendekatan ini tidak berarti bahwa
klien mengambil nilai-nilai perawat. Sebaliknya, perawat membantu klien
memilah nilai-nilai mereka sendiri (Keliat & Pasaribu, 2016).

Berikut strategi pelaksanaan ansietas untuk pasien dan keluarga menurut


(Nurhalimah, 2015) :
Diagnosa keperawatan : Ansietas
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan
a) Tujuan Umum :
Klien mampu mengatasi gangguan ansietas.
b) Tujuan Khusus :
(1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
(2) Klien mampu mengenal ansietas.
(3) Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
(4) Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas.
(5) Klien mampu membuat jadwal kegiatan harian.

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bantu pasien mengenal ansietas.
c) Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri dengan pengalihan situasi, latihan relaksasi :
tarik napas dalam, mengerutkan dan mengendurkan otot-otot,
hipnotis diri sendiri (teknik 5 jari).
d) Motivasi pasien melakukan tehnik relaksasi setiap kali ansietas
muncul dan memasukan ke jadwal kegiatan harian klien.

Strategi pelaksanaan tindakan pada klien yaitu :

a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu klien untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan
kecemasan, penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas,
mengajarkan klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
c) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot.
d) Strategi pelaksanaan 4 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi 5 jari, membantu pasien
mempraktikkan teknik relaksasi.

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Tujuan
a) Tujuan Umum :
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Tujuan Khusus :
(1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
(2) Klien mampu mengenal ansietas.
(3) Keluarga mengetahui cara yang benar dalam mengatasi
ansietas yaitu dengan teknik relaksasi : pengalihan situasi,
latihan relaksasi tarik nafas dalam, mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot, hipnotis diri sendiri (teknik 5 jari).
(4) Keluarga dapat memberikan dukungan pada klien.
(5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif.
2) Tindakan
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
b) Jelaskan tentang pengertian ansietas, tanda dan gejala ansietas,
penyebab dan akibat dari ansietas.
c) Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi mengalihan situasi, latihan
relaksasi tarik nafas dalam, mengerutkan dan mengendurkan
otot-otot, hipnotis diri sendiri (teknik 5 jari).
d) Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk
dan bagaimana merujuk pasien.
e) Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk
dan bagaimana merujuk pasien.

Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu :

a) Strategi pelaksanaan 1 :
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien, dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta
terjadinya ansietas, mengajarkan keluarga cara merawat dan
melatih klien ansietas dengan teknik relaksasi teknik nafas dalam
untuk pengalihan situasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien ansietas
teknik relaksasi nafas dalam.
c) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien melakukan
teknik relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
d) Strategi pelaksanaan 4 :
Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih pasien teknik
relaksasi 5 jari.

Diagnosa keperawatan : Koping individu tidak efektif


a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan
a) Tujuan Umum :
Klien mampu mengatasi koping yang tidak efektif.
b) Tujuan Khusus :
(1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
(2) Klien mampu mengenal koping individu tidak efektif.
(3) Klien mampu mengatasi koping individu tidak efektif.
(4) Klien mampu memperagakan dan menggunakan koping
yang berkonstruktif untuk mengatasi ansietas.
(5) Klien mampu membuat jadwal kegiatan harian.
2) Tindakan
a) Kaji status koping yang digunakan oleh klien :
b) Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya.
c) Motivasi untuk melakukan evaluasi dari perilakunya sendiri
d) Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif : bicara dengan orang lain, melakukan aktifitas
konstruktif yang disukai, olahraga.
e) Bersama pasien membuat jadwal aktifitas yang dapat
dilakukan sehari-hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


Strategi pelaksanaan tindakan pada klien yaitu :

a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif dan
mengajarkan koping yang konstruktif : bicara dengan orang
lain.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif : kegiatan yang disukai.
c) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif, olahraga.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan
a) Tujuan Umum :
(1) Keluarga mampu mengenal masalah koping tidak
efektif pada anggota keluarganya.
(2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah
koping tidak efektif.
(3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif.
(4) Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien
dengan koping tidak efektif.
(5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif.
2) Tindakan
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
b) Jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala ansietas,
penyebab koping tidak efektif.
c) Diskusikan cara merawat pasien dengan melakukan
aktivitas konstruktif yaitu bicara dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang disukai, olahraga.

Poltekkes Kemenkes Padang


d) Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu
dirujuk dan bagaimana merujuk pasien.

Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu :

a) Strategi pelaksanaan 1 :
Diskusikan tentang pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab
koping tidak efektif, cara merawat klien dengan koping tidak
efektif dengan membantu klien mengenal poing tidak efektif
dan bicara dengan orang lain.
b) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien dalam
melakukan aktifitas, olahraga.

Namun demikian peneliti juga menggabungkan atau memodifikasi dengan


Nursing Classification & Nursing Outcomes Classification (2016) sebagai
berikut :

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Pada Pasien Miokard Infark dengan Ansietas
Masalah NOC/ Kriteria Hasil NIC
keperawatan
Ansietas a. Control Ansietas Control Ansietas
1) Klien mampu 1. Gunakan ketenangan
mengidentifikasi 2. Nyatakan dengan jelas
dan harapan terhadap
mengungkapkan pelaku pasien
gejala cemas 3. Jelaskan semua
2) Mengidentifikasi prosedur dan apa yang
, dirasakan selama
mengungkapkan prosedur
dan 4. Pahami perspektif
menunjukkan pasien terhadap situasi
teknik untuk stress

Poltekkes Kemenkes Padang


mengontrol 5. Temani pasien untuk
cemas memberikan
keamanan dan
b. Coping Ansietas mengurangi takut
1. Postur tubuh, 6. Dengarkan dengan
ekspresi wajah penuh perhatian
wajah tubuh 7. Identifikasi tingkat
2. Tingkat aktivitas kecemasan
menunjukkan 8. Bantu pasien
berkurangnya mengenal situasi yang
kecemasan menimbulkan
kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
10. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
11. Kelola obat yang
dapat mengurangi
cemas dengan tepat.
Ketidakefektifan a. Dukungan sosial Membuat keputusan
koping tentang 1) Melaporkan 1. Menginformasikan
penyakit keadekuatan pasien alternative atau
dukungan sosial solusi lain
2) Melaporkan penanganan
bantuan yang 2. Memfasilitasi pasien
ditawarkan orang untuk membuat
lain keputusan
3. Bantu pasien
b. Membuat mengidentifikasi,

Poltekkes Kemenkes Padang


keputusan kerugian dari keadaan
1) Mengidentifikasi 4. Bantu pasien untuk
keefektifan mengidentifikasi
koping bermacam nilai
2) Melaporkan kehidupan
gejala psikis dan 5. Bantu pasien
stress identifikasi strategi
3) Melaporkan positif untuk
perasaan mengatur pola nilai
negative yang dimiliki
4) Melaporkan
peningkatan
Dukungan Sosial
kenyamanan
psikologis 1) Anjurkan pasien
untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran realistis
2) Gunakan pendekatan
tenang dan
menyakinkan
3) Hindari pengambilan
keputusan pada saat
pasien berada dalam
stress berat
4) Berikan informasi
aktual yang terkait dengan
diagnosis, terapi dan
prognosis

Sumber : Nursing Interventions Classification (NIC). 2016. & Nursing Outcomes Classification
(NOC). 2016.

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini
(Keliat & Pasaribu, 2016).

Menurut Direja,Ade Herman Surya, (2011) hal ini sangat


membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan tidak
memenuhi aspek legal. Fokus intervensi pada klien dengan respons
ansietas menurut tingkatannya, yaitu :
a. Intervensi dalam ansietas tingkat berat dan panik prioritas tertinggi
dari tujuan keperawatan harus ditujukan untuk menurunkan
ansietas tingkat berat atau panik pasien dan intervensi keperawatan
yang berhubungan harus supportif dan protektif.
b. Intervensi dalam ansietas tingkat sedang
Saat pasien ansietas menurun sampai tingkat ringan atau sedang
perawat dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan re
edukatif atau berorientasi pada pikiran. Intervensi ini melibatkan
pasien dalam proses pemecahan masalah.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP sebagai pola piker, yaitu respons subjektif,

Poltekkes Kemenkes Padang


respons objektif, analisa ulang atas data subjektif dan objektif,
serta perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data
pada respon klien (Keliat & Pasaribu, 2016).

Menurut Nurhalimah (2015), evaluasi keberhasilan tindakan


keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien pada ansietas
adalah sebagai berikut :
a. Pasien mampu :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu mengenal ansietas
3) Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4) Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas
5) Klien mampu membuat jadwal kegiatan harian.
b. Keluarga mampu :
1) Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
2) Keluarga dapat mengenal ansietas
3) Keluarga mengetahui cara yang benar dalam mengatasi
ansietas yaitu dengan teknik relaksasi : pengalihan situasi,
latihan relaksasi tarik napas dalam, mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot, hipnotis diri sendiri (teknik 5 jari).
4) Keluarga dapat memberikan dukungan pada klien
5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang
mengalami koping tidak efektif

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan


untuk koping individu tidak efektif :

a. Pasien mampu :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
2) Klien mengenal koping individu tidak efektif.
3) Mengatasi koping individu tidak efektif.

Poltekkes Kemenkes Padang


4) Memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif
untuk mengatasi ansietas.
5) Klien mampu membuat jadwal kegiatan harian.
b. Keluarga mampu :
1) Keluarga mampu mengenal masalah koping tidak efektif pada
anggota keluarganya.
2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping
tidak efektif.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
koping tidak efektif.
4) Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan
koping tidak efektif.
5) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami
koping tidak efektif.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian deskriptif bertujuan mendekripsikan peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi di masa kini. Jenis penelitian studi kasus merupakan
rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah
variabel yang diteliti luas. (Nursalam, 2015). Hasil yang didapatkan oleh
peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pasien dengan Miokard Infark
dengan Ansietas di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil
Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan intervensi dilakukan di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. Pelaksanaan intervensi telah dilakukan
dari pembuatan proposal pada bulan Oktober 2017 sampai dengan seminar
hasil pada bulan Juni 2018. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan
dilakukan selama 6 hari dimulai dari tanggal 19 Maret sampai dengan 25
Maret 2018.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi merupakan seluruh pasien
Miokard Infark yang mengalami Ansietas di Ruangan Rawat Inap
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018 yaitu sebanyak 6
orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi atau sampel merupakan elemen-

Poltekkes Kemenkes Padang


elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya
(Sugiyono, 2014).

Sampel penelitian ini adalah diambil dari 6 pasien Miokard Infark di


Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Guna
untuk menjaring pasien Miokard Infark dengan masalah ansietas, maka
dilakukan screening terhadap seluruh pasien Miokard Infark dengan
format screening ansietas terlampir. Setelah dilakukan screening
terjaring 4 orang pasien Miokard Infark yang mengalami ansietas,
maka penulis memilih responden dengan cara simple random sampling
bagi yang memenuhi kriteria dan didapatkanlah 2 orang pasien sebagai
partisipan.
Kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian adalah :
1) Klien bersedia menjadi responden dalam penelitian dan
mengisi kuisioner yang diberikan.
2) Klien dengan Miokard Infark yang memiliki masalah
psikososial Ansietas.
3) Klien kooperatif yaitu mampu berkomunikasi dengan baik dan
benar.
4) Klien masih berkunjung untuk pengobatan di Ruangan Rawat
Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
5) Klien tidak mengalami gangguan jiwa.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilang atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab (Nursalam,
2011).

Poltekkes Kemenkes Padang


Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :
1) Klien yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu
proses penelitian (misalnya buta atau buli).
2) Klien yang dirawat kurang dari 5 hari rawatan.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
format screening yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai
ansietas, dengan mengumpulkan sejumlah item-item dalam bentuk
pernyataan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Item-item
tersebut kemudian diisi oleh responden dengan memilih salah satu dari
empat alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun empat alternatif
yang disediakan adalah tidak pernah, kadang-kadang, sering, sering sekali.

Alat pemeriksaan fisik yang digunakan yaitu tensimeter, stetoskop,


thermometer dan timbangan. Intrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah format pengkajian keperawatan, analisa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

E. Langkah Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan sendiri secara langsung oleh peneliti dengan
penyebaran format screening kepada pasien dengan Miokard Infark di
ruangan rawat inap jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1. Mengurus surat izin penelitian dari jurusan.
2. Setelah surat izin dapat diselesaikan dengan jurusan, surat izin
disampaikan kepada pihak yang terkait yaitu RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
3. Setelah mendapat izin dari RSUP Dr. M. Djamil Padang, penulis
menyebarkan format screening kepada setiap pasien yang menjadi
responden dalam penelitian ini.

Poltekkes Kemenkes Padang


Langkah pengumpulan data, yaitu :
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dengan menggunakan format pengkajian
dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kedua partisipan adalah
ansietas dan koping individu tidak efektif.
c. Intervensi Keperawatan
Merumuskan intervensi keperawatan ansietas dengan cara
mengkombinasikan antara NIC & NOC dan strategi pelaksanaan
ansietas yaitu :
e) Bina hubungan saling percaya.
f) Bantu pasien mengenal ansietas.
g) Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri dengan pengalihan situasi, latihan relaksasi :
tarik napas dalam, mengerutkan dan mengendurkan otot-otot,
hipnotis diri sendiri (teknik 5 jari).
h) Motivasi pasien melakukan tehnik relaksasi setiap kali ansietas
muncul dan memasukan ke jadwal kegiatan harian klien.

Strategi pelaksanaan ansietas yaitu :

e) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu klien untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan
kecemasan, penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas,
mengajarkan klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
f) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


g) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi mengerutkan dan
mengendurkan otot-otot.
h) Strategi pelaksanaan 4 :
Mengajarkan klien cara teknik relaksasi 5 jari, membantu pasien
mempraktikkan teknik relaksasi.

Strategi pelaksanaan koping individu tidak efektif yaitu :

a) Strategi pelaksanaan 1 :
Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif dan
mengajarkan koping yang konstruktif : bicara dengan orang lain.
d) Strategi pelaksanaan 2 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif : kegiatan yang disukai.
e) Strategi pelaksanaan 3 :
Mengajarkan koping konstruktif : melakukan kegiatan yang
konstruktif, olahraga.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Strategi keperawatan ansietas dan koping individu tidak
efektif dilakukan pada tanggal 19-23 Maret 2018. Pelaksanaan strategi
pelaksanaan ada pada partisipan yang mesti diulang-ulang.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan selama 5 hari kedua
masalah yang ditemukan pada kedua partisipan dapat teratasi namun
pentingnya melakukan pengulangan pada setiap strategi yang
diajarkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan


fisik, dan mempelajari data penunjang. Sumber data adalah klien, keluarga
terdekat, tim kesehatan serta catatan lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah
pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai
ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,
pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan
sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara
bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
2. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada
pasien.
3. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metode mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,
seperti melakukan pengukuran suhu, menghitung frekuensi nafas, dan
menghitung frekuensi nadi, mengukur tanda-tanda vital.
4. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan


pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah
pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai
ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,
pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan
sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara
bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
5. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah
sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

F. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisa
berdasarkan data subjektif dan data objektif, sehingga dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan
melakukan implementasi serta evaluasi tindakan akan dinarasikan dan
melihat perbedaan antara partisipan pertama dengan partisipan kedua,
kemudian dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada pasien
ansietas. Analisa yang digunakan untuk menentukan kesesuaian antara
teori yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


56

BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien miokard infark yang mengalami ansietas yang
telah dilaksanakan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dimulai pada tanggal
19 Maret sampai dengan 25 Maret 2018 dengan proses asuhan
keperawatan yang telah peneliti lakukan meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan sampai melakukan
evaluasi keperawatan. Secara rinci deskripsi kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada partisipan 1 (Tn. S)
adalah seorang pasien yang dirawat di Ruangan Rawat Inap
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa
keperawatan Stemi Acute dengan post tindakan PTCA. Partisipan
(Tn. S) dirawat diruangan rawat inap jantung pada tanggal 19
Maret 2018. Tn. S berusia 72 tahun dengan nomor rekam medik
01.00.99.79. Klien tinggal di Pisang Pauh Kota Padang.

Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada partisipan 2 (Tn. I)


adalah seorang pasien yang dirawat di Ruangan Rawat Inap
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa
keperawatan NSTEMI dengan pre tindakan PTCA. Partisipan (Tn.
S) dirawat diruangan rawat inap jantung pada tanggal 20 Maret
2018. Tn. S berusia 65 tahun dengan nomor rekam medik
01.00.04.63. Klien tinggal di Tapan, pesisir selatan.

b. Alasan Masuk
Partisipan 1 (Tn. S) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 16 Maret 2018 pukul 17.05 WIB melalui IGD. Klien

Poltekkes Kemenkes Padang


diantar oleh keluarganya. Klien masuk dikarenakan klien nyeri
dada dan sesak nafas sejak 5 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit.

Partisipan 2 (Tn. I) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada


tanggal 20 Maret 2018 pukul 11.50 WIB melalui poli jantung.
Klien diantar oleh keluarganya. Klien masuk dikarenakan klien
nyeri dada sejak 4 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

c. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 (Tn. S) keluhan utama
yang dirasakan oleh klien adalah klien mengatakan cemas dengan
penyakit jantung yang dialaminya saat ini karena baru pertama kali
mengalami penyakit ini, tetapi klien mencoba untuk tenang dan
menjalani pengobatan agar ia bisa cepat sembuh. Klien
mengatakan nyeri dada yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
badan terasa lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
dan klien mengatakan cemas dengan komplikasi yang terjadi pada
penyakit jantungnya.

Pengkajian pada partisipan 2 (Tn. I) keluhan utama yang dirasakan


oleh klien adalah klien mengatakan ia sangat cemas, perasaan klien
terasa seperti ada beban berat karna selalu memikirkan penyakitnya
karena klien baru pertama kali dirawat dirumah sakit mengalami
penyakit ini dan klien takut akan kematian saat pemasangan
tindakan PTCA. Klien mengatakan nyeri dada yang dirasakan
seperti tertindih beban berat, badan terasa lemah, dan akan
dilakukan pemasangan PTCA.
d. Faktor Predisposisi
Adapun faktor predisposisi dari deskripsi kasus pada dua partisipan
adalah :

Poltekkes Kemenkes Padang


1) Faktor Biologis
Pada kasus partisipan 1 tampak akibat dari penyakit Miokard
Infark tersebut, ekspresi wajah pasien tampak tegang, nyeri
dada pasien tampak semakin nyeri, sesak nafas pasien tampak
semakin bertambah, badan lemah, dan pasien tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri. Hal inilah yang
mengakibatkan pasien sedih dan merasa tidak percaya diri.
Sedangkan pada partisipan 2 pasien mengatakan sudah
menderita hipertensi sejak 9 bulan yang lalu, dan rutin
mengkonsumsi obat untuk mengontrol tekanan darah, mulut
pasien tampak kering, berkeringat banyak dan tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri.

2) Faktor Keluarga
Pada kasus kedua partisipan komunikasi pasien antar anggota
keluarga baik, saat mempunyai masalah pasien menceritakan
kepada anggota keluarganya terutama kepada istrinya. Pasien
termasuk tipe orang yang terbuka dengan keluarganya.

3) Faktor Psikologis dan perilaku


Pada kasus partisipan 1 pasien mengatakan cemas dengan
komplikasi yang terjadi pada penyakit jantungnya saat ini.
Pasien termasuk tipe orang yang terbuka dengan keluarganya.
Namun pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan disekitar
rumahnya. Sedangkan pada partisipan 2 klien mengatakan
operasi pemasangan cincin ini merupakan operasi pertama yang
akan pasien jalani. Sebelumnya klien tidak pernah melakukan
operasi. Klien mengatakan tegang dan takut akan operasi yang
akan dijalankannya. Hal ini selalu pasien pikirkan dan sempat
mengganggu pasien. Tidur pasien berkurang selama di rumah
sakit karena pasien merasa khawatir dan pikirannya tercampur
aduk. Pasien sanggup untuk menghadapinya pasien berharap

Poltekkes Kemenkes Padang


ingin segera pulang dan sembuh dari sakit jantungnya ini. Klien
sering merasa jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau
perawat datang untuk memeriksanya. Pasien takut didalam
pikirannya bertanya-bertanya mau diapakan saya ini.

e. Faktor Presipitasi
Pada kasus partisipan 1 pasien mengatakan termasuk seorang yang
perokok aktif yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok per
harinya. Kebiasaan klien mengkonsumsi makanan yang berminyak
dan tidak pernah berolahraga. Sedangkan pada kasus partisipan 2
pasien tampak gemuk, namun pasien merasa biasa saja dengan
tubuhnya. Sebelum dirawat pasien adalah seorang pekerja keras
yang kesehariannya berada diluar rumah untuk kesehariannya
sebagai seorang suami wiraswasta. Pasien mengatakan puas
dilahirkan sebagai seorang laki-laki dan bisa menjadi ayah serta
seorang suami. Harapan pasien saat ini adalah ingin sembuh dan
ingin keluarganya yaitu anak-anak dan istrinya untuk lebih
mnegerti akan kondisi dirinya saat ini. Pasien ingin segera kembali
ke rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai
seorang ayah dan seorang suami.

f. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada kasus partisipan 1 didapatkan data
tanda-tanda vital yaitu, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 74 kali
per menit, frekuensi pernafasan 24 kali per menit, suhu 37,ºC berat
badan 50 Kg dan tinggi badan 165 cm. Hasil anamnesa diketahui
bahwa pasien mengalami penyakit Stemi Acute, klien mengeluh
nyeri dada yang dirasakan tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
dengan durasi > 20 menit di daerah dada, sesak nafas, badan terasa
lemah, dan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Klien
mengatakan ia cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali
mengalami penyakit ini, tetapi klien mencoba untuk tenang dan

Poltekkes Kemenkes Padang


menjalani pengobatan agar ia bisa cepat sembuh. klien terkadang
tampak banyak diam dan kadang ingin seperti menangis.

Pada kasus partisipan 2 hasil pemeriksaan fisik didapatkan data


tanda-tanda vital yaitu, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 82 kali
per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 37,ºC berat
badan 85 Kg dan tinggi badan 165 cm. Hasil anamnesa diketahui
bahwa pasien mengalami penyakit NSTEMI, pasien pasien
mengeluh nyeri dada yang dirasakan seperti tertindih beban berat
menjalar ke bahu kiri dan rahang bawah dan klien tampak meringis
kesakitan dengan skala nyeri 5 dengan durasi > 20 menit di daerah
dada, badan terasa lemah, dan akan dilakukan pemasangan
tindakan PTCA. Klien mengatakan ia sangat cemas, perasaan klien
terasa seperti ada beban berat karna selalu memikirkan penyakitnya
karena klien baru pertama kali dirawat dirumah sakit mengalami
penyakit ini dan klien takut akan kematian saat pemasangan
tindakan PTCA.

g. Psikososial
Hasil anamnesa peneliti dengan klien didapatkan data konsep diri
sebagai berikut :
Pengkajian genogram pada partisipan 1 (Tn. S) merupakan anak
ketiga dari 7 bersaudara, klien berumur 72 tahun klien sudah
menikah dan memiliki 7 orang anak, klien seorang laki-laki dan
tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya. Hubungan klien
dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang
yang terdekat dengan klien adalah istrinya.

Pengkajian genogram pada partisipan 2 (Tn. I) merupakan anak


kedua dari 3 bersaudara, klien berumur 65 tahun klien sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak, klien seorang laki-laki dan
tinggal serumah dengan istri. Hubungan klien dengan keluarganya

Poltekkes Kemenkes Padang


terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan
klien adalah istrinya.

Pengkajian gambaran diri pada partisipan 1 (Tn. S) klien


mengatakan senang dan tidak ada mempunyai masalah bagian
tubuh yang tidak disukai. Pengkajian identitas diri, klien
mengatakan berstatus sebagai anak ketiga dari 7 bersaudara. Saat
ini klien memiliki seorang istri dan 7 orang anak.

Pengkajian gambaran diri pada partisipan 2 (Tn. I) klien


mengatakan senang dan tidak ada mempunyai masalah bagian
tubuh yang tidak disukai. Pengkajian identitas diri, klien
mengatakan berstatus sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Saat
ini klien memiliki seorang istri dan 2 orang anak.

Pengkajian peran diri pada partisipan 1 (Tn. S) klien berperan


sebagai seorang petani, suami dari istrinya, dan ayah dari anak-
anaknya. Pengkajian Ideal diri, klien tampak ada semangat untuk
sembuh terlihat dari kemauan klien untuk perlahan-lahan makan
dan juga klien mengatakan agar cepat sembuh dari penyakit
jantung dan bisa menjalankan aktivitas seperti biasa secara
mandiri, serta dapat mengurus sawah kembali. Pengkajian harga
diri, klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan
keluarga namun klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan yang
ada disekitar rumahnya. Karena klien menganggap dirinya lebih
butuh untuk beristirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan di
luar rumah.

Pengkajian peran diri pada partisipan 2 (Tn. I) klien berperan


sebagai seorang wiraswasta, suami dari istrinya, dan ayah dari
anak-anaknya. Klien mengatakan sangat berharap agar cepat
sembuh dari penyakit jantung sekarang dan bisa melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


aktivitas sehari-hari, klien mengatakan ingin cepat pulang dari
rumah sakit karena ingin bertemu dengan anaknya. Pengkajian
harga diri, klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan
dengan keluarga namun klien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan yang ada disekitar rumahnya. Karena klien menganggap
dirinya lebih butuh untuk beristirahat dirumah dari pada mengikuti
kegiatan di luar rumah.

Pengkajian hubungan sosial pada partisipan 1 (Tn. S) klien


mengatakan orang terdekatnya saat ini yaitu istrinya. Klien
mengatakan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang ada di
masyarakat, karena klien merasa dirinya lebih butuh beristirahat
dirumah dari pada mengikuti kegiatan diluar rumah. Klien
mengatakan tidak ada hambatan dalam berkomunikasi maupun
berhubungan dengan orang lain. Klien mengatakan lebih sering
berada di sawah dan di rumah bersama keluarga dari pada berada
di luar rumah.

Pengkajian hubungan sosial pada partisipan 2 (Tn. I) klien


mengatakan bahwa orang yang berarti dalam hidupnya adalah
keluarga yaitu istrinya dan anaknya. Klien mengatakan bahwa
klien jarang mengikuti kegiatan seperti gotong royong. Klien
mengatakan bahwa hubungan klien dengan lingkungan sekitar baik
namun sejak sakit klien hanya berkomunikasi dengan keluarga
saja.

Pengkajian spiritual dan kayakinan pada partisipan 1 (Tn. S) klien


mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari Tuhan,
maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya. Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun.
Pengkajian spiritual dan kayakinan pada partisipan 2 (Tn. I) klien
beragama islam, klien selalu menjalankan shalat 5 waktu, namun

Poltekkes Kemenkes Padang


sejak dirawat klien tidak melaksanakan shalat 5 waktu. klien
mengatakan bahwa ia akan sembuh bila tuhan mengizinkan. Klien
mengatakan merasa berdosa karena meninggalkan shalat.

h. Status Mental
Pengkajian status mental pada partisipan 1 (Tn. S) didapat data
penampilan klien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai
dengan tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Dari hasil observasi
selama pengkajian, klien tampak bicara lambat dengan kata-kata
yang diucapkan kurang jelas.

Pengkajian aktivitas motorik didapatkan data, saat wawancara


klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak cemas. Alam perasaan, klien
mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan
saat sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat
menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.

Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan


stimulus yang diberikan. Interaksi selama proses keperawatan,
klien mau mampu menjawab pertayaan peneliti. Kontak mata klien
bagus dan klien menatap wajab peneliti saat wawancara dan
mampu menjawab dengan panjang lebar.

Pengkajian proses pikir, selama wawancara pembicara klien sangat


singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang berkali-kali, dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam
satu topik. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.

Poltekkes Kemenkes Padang


Pengkajian tingkat kesadaran, klien menyadari bahwa dia sedang
berada di rumah sakit, klien juga sadar dan mengenal siapa dia
berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap
waktu, orang dan tempat jelas. Pengkajian memori, klien dapat
mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun masa ini. Klien juga ingat ketika ditanya apakah tadi klien
sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak pernah
mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun
jangka pendek.

Pengkajian tingkat konsentrasi dan berhitung, selama wawancara


konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah hanya sampai tingkat SMA, klien mampu untuk
menjawab hitungan sederhana. Pengkajian kemampuan penilaian
klien didapatkan data, saat diberikan pilihan seperti apakah klien
mendahulukan kegiatan merapikan tempat tidur atau menyapu.
Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih dahulu karena kata
klien itu juga lebih mendesak. Daya tilik diri, klien mengetahui
penyakit yang dideritanya, klien tahu bahwa ia mengalami
kecemasan terhadap kondisi kesehatannya.

Pengkajian status mental pada partisipan 2 (Tn. I) saat pengkajian


klien tampak berpakaian rapi seperti pada umumnya dan klien
menggunakan pakai sendiri. Dari hasil observasi selama
pengkajian, klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien
berbicara mengenai satu topik dengan jelas.

Pengkajian aktivtas motorik didapatkan klien tampak lesu.


Pengkajian alam perasaaan didapatkan bahwa klien terlihat sedih
dengan keadaaannya sekarang. Afek klien labil karena emosi klien
dapat berubah dengan cepat. Kontak mata klien kurang ketika

Poltekkes Kemenkes Padang


berbicara dengan orang lain, kadang melihat lawan bicara, kadang
tidak. Pada saat pengkajian isi pikir didapatkan bahwa isi pikir
berupa depersonalisasi karena klien mengatakan terkadang merasa
asing dengan keadaannya yang sekarang, tingkat kesadaran
compos mentis.

Pengkajian tingkat konsentrasi didapatkan klien mampu


berkonsentrasi dengan baik terhadap pembicaraan. Saat dilakukan
pengkajian kemampuan penilaian didapatkan klien mengalami
gangguan ringan dalam mengambil keputusan yang terlihat dari
keragu-raguan klien dalam mengambil keputusan ketika
beraktivitas. Kemampuan daya tilik diri didapatkan bahwa klien
mengatakan penyakit yang diderita disebabkan karena pola hidup
yang tidak baik sela ini. Pada pengkajian masalah psikososial dan
lingkungan didapatkan klien mengatakan dapat dukungan besar
dari keluarganya terutama istrinya, namun kurang dari orang lain.

Pada pengkajian masalah ekonomi, klien mengatakan tidak ada


masalah karena istri masih bekerja dan gaji istri bisa mencukupi
kehidupan sehari-hari. Klien mengatakan hanya berkunjung ke
pelayanan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit.
Klien juga mengatakan bahwa ia masih kurang memahami tentang
penyakit jantung yang diderita saat ini.

i. Mekanisme Koping
Pada partisipan 1 (Tn. S) klien tampak memiliki mekanisme
koping maladaptif yaitu klien cenderung bereaksi terhadap
masalah, tapi reaksi lambat karena keadaan penyakit yang
dideritanya.

Poltekkes Kemenkes Padang


Pada partisipan 2 (Tn. I) klien tampak memiliki mekanisme koping
maladaptif yaitu klien cenderung bereaksi terhadap masalah, tapi
reaksi lambat karena keadaan penyakit yang dideritanya.

j. Aspek Medik
Pengkajian aspek medik didapatkan data pada partisipan 1 (Tn.S) ,
klien memiliki diagnosa medis yaitu Stemi Acute, terapi yang
dijalani klien saat ini adalah Aspilet oral 1x80 mg, Clopidogrel
1x75 mg, Laxadin syrup 1x10 cc, Alprazalon 1x0,5 mg, Ramipril
1x2,5 mg, Tyarit 3x200 gr, Ranitidine 2x50 mg, Morfin 2,5 mg,
Lavenox 2x 0,6 cc, Bisoprol 1x 1,25 mg, ISDN 3x5 gr, RL kolf/24
jam, Amiodaron540 mg/18 jam.

Pengkajian aspek medik didapatkan data pada partisipan 2 (Tn.I) ,


klien memiliki diagnosa medis yaitu NSTEMI dengan Pre PTCA,
terapi yang dijalani klien saat ini adalah Aspilet oral 1x80 mg,
Ranitidine 2x50 mg, Lavenox 2x 0,6 cc, Bisoprol 1x 1,25 mg,
Ramipril 1x2,5 mg, Ranitidine 2x50 mg, RL kolf/24 jam.

k. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis, didapatkan
dua masalah keperawatan yaitu ansietas koping individu tidak
efektif.
Masalah keperawatan yang pertama : ansietas
Data subjektif : klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan
khawatir akan operasi yang akan dijalaninya, banyak sekali hal-hal
yang dipikirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang saat
ini berada di rumah. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
ketika dokter atau perawat datang untuk memeriksanya, tidurnya
berkurang ketika berada di rumah sakit, dan klien takut kenapa
tekanan darahnya tida turun-turun padahal sebentar lagi akan
operasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


Data objektif : kontak mata ada, klien kooperatif selama interaksi,
terlihat sesekali melamun, wajah tampak tegang, mukosa bibir
kering, dan hasil pengkajian tanda-tanda vital yaitu tekanan darah
140/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali
per menit, suhu 37,ºC hasil skor ansietas dengan menggunakan
kuesioner tingkat kecemasan yang diambil dari Hamilton Ansiety
Ratting Scale didapatkan hasil skor 62 dimana masuk ke dalam
kategori ansietas sedang.

Masalah keperawatan yang kedua : koping individu tidak efektif


Data subjektif : yang didapatkan selama wawancara klien
mengatakan jika ada masalah lebih baik banyak memendamnya
sendiri dari pada membicarakannya dengan keluarga, tidurnya
mulai berkurang selama berada dirumah sakit, kemudian saudara-
saudaranya tinggal jauh dan jarang melakukan komunikasi.

Data objektif : yang didapatkan selama observasi klien tampak


lesu, kadang tampak kurang bersemangat, nafsu makan klien
berkurang hal ini terlihat ketika klien hanya mau makan sebanyak
setengah porsi, klien tampak murung, melamun dan terdiam, dan
aktivitasnya lebih banyak di tempat tidur.

2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian dan observasi yang ditemukan, diagnosis
keperawatan pada partisipan 1 (Tn. S) dan partisipan 2 (Tn. I) yaitu
didapatkan dua masalah keperawatan yaitu pertama ansietas, didukung
oleh data subjektif yaitu klien mengatakan cemas dengan komplikasi
dari penyakit jantung yang dialaminya saat ini, klien mengatakan
jantungnya berdebar-debar, klien susah tidur, klien mengatakan sering
gelisah sebelum tidur. Klien mengatakan berkeringat dingin pada
kedua telapak tangan. Dan data objektif ekspresi wajah terlihat tegang,

Poltekkes Kemenkes Padang


klien tampak meremas-remas tangan saat ditanyai komplikasi apa yang
bisa terjadi pada penderita penyakit jantung, tampak bicara banyak dan
lebih cepat.

Diagnosis keperawatan kedua yaitu koping individu tidak efektif,


dibuktikan dengan data subjektif yaitu, klien mengatakan jarang
mengikuti kegiatan yang ada disekitar rumahnya, klien mengatakan
khawatir dengan penyakitnya saat ini. Dan data objektif klien tampak
lebih butuh untuk waktu untuk istirahat yang cukup.

3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan ansietas yaitu berupa intervensi
mandiri dengan sasaran klien dan juga keluarga. Intervensi tersebut
memiliki masing-masing tujuan, kriteria hasil, dan tindakan
keperawatan. Diagnosis ansietas peneliti menerapkan rasa saling
keterbukaan dan hubungan saling percaya sehingga dapat mengenal
ansietas klien, diagnosa ini memiliki empat strategi pelaksanaan klien
dan keluarga adapun strategi pelaksanaan 1 klien yaitu membantu klien
untuk mengenal ansietas : mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi yang menimbulkan kecemasan,
penyebab ansietas, menyadari prilaku akibat ansietas, mengajarkan
klien cara teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol
dan rasa percaya diri : pengalihan situasi. Strategi pelaksanaan 2 klien
yaitu mengajarkan klien cara teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
Strategi pelaksanaan 3 klien yaitu mengajarkan klien cara teknik
relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot-otot. Strategi
pelaksanaan 4 klien yaitu mengajarkan klien cara teknik relaksasi 5
jari, membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi.

Intervensi untuk keluarga diagnosis ansietas ini juga memiliki empat


strategi pelaksanaan keluarga seperti: Strategi pelaksanaan 1 keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


yaitu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien, dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta terjadinya
ansietas, mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien
ansietas dengan teknik relaksasi teknik nafas dalam untuk pengalihan
situasi. Strategi pelaksanaan 2 keluarga yaitu mengajarkan keluarga
cara merawat dan melatih klien ansietas teknik relaksasi nafas dalam.
Strategi pelaksanaan 3 keluarga yaitu mengajarkan keluarga cara
merawat dan melatih klien melakukan teknik relaksasi mengerutkan
dan mengendurkan otot-otot. Strategi pelaksanaan 4 keluarga yaitu
mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih pasien teknik
relaksasi 5 jari.

Diagnosis koping individu tidak efektif juga memiliki strategi


pelaksanaan pada klien dan keluarga, strategi pelaksanaan 1 klien yaitu
membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif dan
mengajarkan koping yang konstruktif : bicara dengan orang lain.
Strategi pelaksanaan 2 klien yaitu mengajarkan koping konstruktif :
melakukan kegiatan yang konstruktif : kegiatan yang disukai. Strategi
pelaksanaan 3 klien yaitu mengajarkan koping konstruktif : melakukan
kegiatan yang konstruktif, olahraga.

Adapun strategi pelaksanaan keluarga untuk diagnosa koping individu


tidak efektif yaitu strategi pelaksanaan 1 keluarga, diskusikan tentang
pengertian, tanda gejala, dan penyebab koping tidak efektif, diskusikan
cara merawat klien dengan koping tidak efektif dengan membantu
klien mengenal koping tidak efektif dan bicara dengan orang lain,
strategi pelaksanaan 2 keluarga, evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan aktivitas bicara dengan orang lain,
bersama keluarga melatih klien dalam melakukan aktivitas yang
disenangi klien yaitu menanam bunga. Dan strategi pelaksanaan 3
keluarga evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien

Poltekkes Kemenkes Padang


melaksanakan aktivitas yang disukai menanam bunga, bersama
keluarga melatih klien dalam melakukan aktifitas yang berolahraga.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan
membuat strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 19


Maret sampai dengan 25 Maret 2018 pada partisipan 1 (Tn. S) dan
partisipan 2 (Tn. I) untuk diagnosa 1 ansietas yaitu membina hubungan
saling percaya dengan cara : mengucapkan salam saat berinteraksi
dengan pasien, berkenalan dengan klien, perkenalkan nama dan
panggilan yang peneliti sukai, serta menanyakan nama dan nama
panggilan yang disukai, menanyakan perasaan dan keluhan klien saat
ini, membuat kontrak asuhan apa yang peneliti akan lakukan bersama
klien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana,
menjelaskan bahwa peneliti akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi, menunjukkan sikap empati
terhadap klien, setelah itu peneliti membuat kontrak untuk berbincang-
bincang dengan klien, menanyakan berapa lama, dan tempat untuk
berbincang-bincang.

Selain itu peneliti menanyakan bagaimana perasaan klien, bagaimana


perasaan itu bisa muncul, apa yang klien lakukan ketika perasaan itu
muncul, menanyakan apakah ansietas klien bisa teratasi dengan apa
yang klien lakukan, selanjutnya peneliti mengajarkan klien cara
mengatasi kecemasan dengan pengalihan situasi, mengajarkan klien
untuk melakukan hobi seperti mendengarkan musik, selanjutnya
peneliti menyebutkan manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut untuk
mengatasi cemas. Selanjutnya peneliti melakukan terminasi

Poltekkes Kemenkes Padang


menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang, menganjurkan
klien untuk melakukan kegiatan tersebut jika perasaan cemas klien
datang, selanjutnya peneliti membuat kontrak yang akan datang
dengan klien yaitu berlatih cara mengatasi cemas dengan latihan
relaksasi.

Strategi pelaksanaan 2 klien, mengevaluasi dan validasi kegiatan


pengalihan situasi yaitu peneliti menanyakan bagaimana perasaan klien
hari ini, apakah klien melakukan cara pengalihan situasi untuk
menghilangkan kecemasan. Peneliti mengingatkan klien kontrak yang
telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, menanyakan berapa lama
dan dimana latihan teknik relaksasi nafas dalam dilakukan. Peneliti
menjelaskan manfaat dari teknik nafas dalam, peneliti melatih klien
melakukan teknik nafas yaitu tarik nafas perlahan-perlahan, dalam
hitungan satu, pikirkan bahwa udara memasuki bagian bawah, pada
hitungan dua bayangkan udara mengisi bagian tengah, dan pada
hitungan tiga bapak bayangkan seluruh paru-paru sudah terisi dengan
udara, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu
hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan,
meminta klien untuk melakukan kembali yang telah dijelaskan.
Memberikan pujian, melakukan evaluasi pada klien bagaimana
perasaan klien setelah menarik nafas dalam, menganjurkan klien untuk
melakukannya setiap klien merasa cemas.

Strategi pelaksanaan 3 pasien, mengevaluasi dan validasi kegiatan


pengalihan situasi dan teknik relaksasi yang telah dilatih 2 hari yang
lalu, yaitu peneliti menanyakan bagaimana perasaan klien hari ini,
apakah klien melakukannya, peneliti mengingatkan klien kontrak yang
telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, menanyakan berapa lama
dan dimana latihan teknik relaksasi otot.

Poltekkes Kemenkes Padang


Penulis menjelaskan bagaimana cara teknik relaksasi otot yaitu
konsentrasi terhadap gerakan otot diperlukan dalam latihan ini, otot
yang kita latih mulai dari otot muka sampai otot kaki, pertama
kerutkan otot muka, kemudian kendurkan, meminta klien untuk
melakukannya, selanjutnya otot punggung, kerutkan, kendurkan,
meminta klien untuk melakukannya, mengulangi sampai tiga kali.
Selanjutnya otot perut kerutkan, kendurkan, meminta klien melakukan
kembali sampai klien merasa nyaman. Selanjutnya otot tangan
kerutkan dan kerutkan, dan yang terakhir otot kaki, meminta klien
untuk melakukannya, dan peneliti memberikan pujian pada klien,
melakukan evaluasi pada klien bagaimana perasaan klien setelah
latihan relaksasi otot, menganjurkan klien untuk melakukannya setiap
klien merasa cemas, peneliti bersama klien membuat kontrak yang
akan datang yaitu mengajarkan teknik relaksasi 5 jari.
Strategi pelaksanaan 4 pasien, mengevaluasi dan validasi kegiatan
pengalihan situasi dan teknik relaksasi, dan relaksasi otot yang telah
dilatih 3 hari yang lalu, yaitu peneliti menanyakan bagaimana perasaan
klien hari ini, apakah klien melakukannya, peneliti mengingatkan klien
kontrak yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, menanyakan
berapa lama dan dimana latihan teknik relaksasi 5 jari. Peneliti
menjelaskan manfaat dari teknik 5 jari yaitu latihan ini berguna untuk
mensugesti pikiran klien agar tidak terfokus pada kecemasan. Latihan
ini berguna untuk meningkatkan semangat, menimbulkan kedamaian
di hati klien, lakukan setiap kali klien merasa tegang.

Klien melakukan latihan ini dengan berbaring, lingkungan harus


tenang atau sunyi sehingga klien bisa konsentrasi. Penulis menjelaskan
langkah pertama meminta klien sentuhkan ibu jari dengan telunjuk,
sambil melakukannya, klien diminta kenang saat klien merasa sehat,
menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan. Kedua, klien diminta
sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang
saat klien pertama kali jatuh cinta, saat klien pertama kali bertemu

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan istri dan kenangan indah klien yang lain dengan istri. Ketiga,
sentuhkan ibu jari bapak dengan jari manis dan bayangkan ketika
pertama menerima pujian yang paling berkesan. Terakhir sentuhkan
ibu jari bapak dengan kelingking dan bayangkan berada di satu tempat
yang paling klien sukai, misalnya pantai, bayangkan klien berjalan
disekeliling pantai, kembangkan imajinasi klien.

Peneliti menanyakan kembali apakah klien mengerti, dan meminta


untuk melakukannya, melakukan evaluasi pada klien bagaimana
perasaan klien setelah latihan relaksasi otot, menganjurkan klien untuk
melakukannya setiap klien merasa cemas.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan penulis pada tanggal 19


Maret sampai dengan 25 Maret 2018 pada partisipan 1 (Tn. S) dan
partisipan 2 (Tn. I) untuk diagnosa 2 koping individu tidak efektif
yaitu peneliti menanyakan apakah klien juga cemas pada setiap
masalah yang klien hadapi, menanyakan apa yang dilakukan klien
untuk mengurangi kecemasan tersebut, menjelaskan akibat dari
perilaku untuk tidak melakukan kegiatan diluar rumah, menanyakan
apakah klien mempunyai masalah lain, menanyakan bagaimana klien
menyelesaikan masalahnya.

Penulis menanyakan perasaan klien setelah menyelesaikan masalahnya


tersebut, memberikan pujian atas keberhasilan klien mengungkapkan
perasaannya. Selanjutnya penulis menganjurkan klien untuk
membericarakan masalahnya ke orang lain atau orang terdekat klien,
melatih klien mengungkapkan perasaannya pada anak ke lima klien,
terminasi yang penulis lakukan yaitu mengevaluasi secara subjektif
yaitu menanyakan bagaimana perasaan klien setelah diskusi dan
evaluasi objektif meminta klien menyebutkan kembali cara untuk
mengatasi masalah dengan berbicara dengan orang lain, peneliti

Poltekkes Kemenkes Padang


bersama klien membuat kontrak yang akan datang yaitu menyusun
pelaksanaan jadwal kegiatan.

Strategi pelaksanaan 2 klien koping individu tidak efektif, yaitu


peneliti melakukan evaluasi dan validasi dengan menanyakan
bagaimana perasaan klien hari ini, menanyakan apakah perasaan klien
muncul kembali, setelah itu peneliti menanyakan apakah cara
mengungkapkan masalah pada orang lain yang dilatih telah dilakukan
klien, peneliti mengingatkan klien kontrak yang telah dibuat pada
pertemuan sebelumnya.

Penulis menanyakan kegiatan apa yang klien lakukan untuk mengisi


waktu luang klien, menganjurkan klien untuk menyebutkan kegiatan
yang klien senangi, memberikan pujian, selanjutnya peneliti dan klien
memilih salah satu kegiatan yang disenangi, mendampingi klien
melakukan kegiatan yang disenangi yaitu merawat tenaman dan
menanam bunga, sambil mendampingi peneliti mengalihkan perhatian
klien akan kecemasannya, memberikan reinforcement positif,
selanjutnya peneliti bersama klien memasukan kegiatan merawat
tanaman ke jadwal kegiatan harian, selain merawat tanaman klien juga
memasukan kegiatan memasak ke dalam jadwal kegiatan klien.

Strategi pelaksanaan 3 klien koping individu tidak efektif, yaitu


peneliti melakukan evaluasi dan validasi dengan menanyakan
bagaimana perasaan klien hari ini, menanyakan apakah klien
melakukan cara mengungkapkan masalah pada orang lain dan
melakukan kegiatan yang disenangi, peneliti mengingatkan klien
kontrak yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, peneliti
menanyakan olahraga yang klien sukai, peneliti dan klien menentukan
jam berapa olahraga yang klien sukai di lakukan, selanjutnya penulis
melakukan terminasi dengan menanyakan bagaimana perasaan klien
setelah diskusi, peneliti meminta klien menyebutkan jadwal kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


yang telah disusun, menganjurkan klien untuk tetap melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut, memberikan pujian atas keberhasilan klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan pada kedua
partisipan. Evaluasi dilakukan pada kedua diagnosa keperawatan
prioritas yang penulis angkat. Evaluasi yang penulis lakukan meliputi
klien telah mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien
memahami dan dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas yang diajarkan penulis. Klien
mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis.

Adapun evaluasi hasil untuk keluarga yang dievaluasi pada hari


terakhir memberikan strategi pelaksanaan pada keluarga yaitu keluarga
telah mampu mengenal ansietas yang dialami klien, keluarga telah
mampu mengetahui cara merawat dan melatih klien untuk mengatasi
ansietas dengan menggunakan empat teknik relaksasi. Keluarga juga
paham akan melakukan follow up ke rumah sakit, mengenal tanda
kambuh dan melakukan rujukan.

Hasil evaluasi untuk koping individu tidak efektif didapatkan bahwa


klien telah mampu mengenal koping individu tidak efektif
memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif seperti
bicara dengan orang lain, melakukan aktivitas yang disukai, dan
olahraga untuk mengatasi koping individu tidak efektif.

Hasil evaluasi untuk koping individu tidak efektif pada keluarga


didapatkan bahwa keluarga mampu mengenal masalah koping individu
tidak efektif pada anggota keluarganya, keluarga mampu memahami
proses terjadinya masalah koping individu tidak efektif, keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami koping individu
tidak efektif, keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan koping individu tidak efektif dengan menggunakan koping
yang konstruktif seperti bicara dengan orang lain, melakukan aktivitas
yang disukai, dan olahraga, keluarga mampu merujuk anggota
keluarga yang mengalami koping individu tidak efektif.

B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan psikososial penulis akan
membahas antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan
masalah ansietas pada pada kedua partisipan dengan penyakit Miokard
Infark yang telah dilakukan sejak tanggal 19 Maret-25 Maret 2018 di
Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kegiatan
dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan suatu proses
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
melakukan evaluasi keperawatan dengan uraian sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Pada dua kasus diatas terdapat perbedaan usia antara dua partisipan.
Partisipan pertama yaitu berusia 72 tahun dan partisipan kedua berusia
65 tahun. Faktor yang mempengaruhi ansietas salah satunya adalah
usia, dan keadaan sakit. Keadaan sakit dan usia yang semakin tua
sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dirinya (Tarwoto
dan Wartonah, 2015). Menurut Stuart (2013) mengatakan bahwa
kesehatan umum individu memiliki efek nyata sebagai predisposisi
terjadinya ansietas. Apabila kesehatan individu terganggu, maka
kemampuan individu untuk mengatasi ancaman berupa penyakit
(gangguan fisik) akan menurun.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maendra, Ketut (2014)


tentang prevalensi tingkat kecemasan pada pasien infark miokard lama
di poliklinik jantung rsup prof. dr. r.d. kandou. Hal ini didapatkan
pasien penyakit jantung dan pembuluh darah sering merasa cemas,

Poltekkes Kemenkes Padang


ketakutan dan depresi. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung
adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka
kesehatan juga terancam. Ketika penyakitnya meningkat dan
manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang
berlebihan akan cacat permanen dan kematian. Para pasien
mengekspresikan ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk,
insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan.

Berdasarkan analisa penulis, umur sangat mempengaruhi terjadinya


ansietas. Terlihat dari kedua kasus diatas, partisipan pertama berumur
72 tahun, sangat rentang mengalami ansietas karena usianya
mengakibatkan pasien mengalami perubahan persepsi terhadap dirinya.
Sedangkan pada partisipan kedua yang berumur 65 tahun ansietas yang
dialami bisa terjadi karena keadaan penyakit yang diderita. Untuk
menghindari ansietas yang disebabkan oleh usia, maka diperlukan
penguatan dari lingkungan terutama motivasi dari keluarga.

b. Keluhan utama
Pada partisipan pertama terjadi karena nyeri dada yang dirasakan
seperti tertindih beban berat, badan terasa lemah, klien mengatakan ia
cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali mengalami
penyakit ini. Sedangkan pada partisipan kedua dengan keluhan karena
nyeri dada yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, badan terasa lemah,
dan akan dilakukan pemasangan PTCA. Klien mengatakan ia sangat
cemas dengan keadaannya karena baru pertama kali mengalami
penyakit ini, takut akan kematian setelah pemasangan tindakan PTCA.

Ansietas dapat disebabkan oleh faktor predisposisi seperti biologis,


psikologis, dan sosial budaya serta faktor presipitasi yang mengalami
atau menyaksikan trauma, ancaman terhadap integritas fisik, dan
ancaman terhadap diri sendiri (Keliat & Pasaribu, 2016). Setiap orang
berpotensi mengalami masalah psikososial yang salah satu faktor

Poltekkes Kemenkes Padang


resikonya adalah penyakit fisik yang bersifat kronis sepanjang
berinteraksi dengan lingkungan dan terus terlibat dalam kemajuan
zaman. Adapun respon individu terhadap ansietas merupakan
gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Tanda
dan gejala pasien ansietas antara lain : cemas, merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, takut sendirian, gangguan pola tidur, serta disertai
keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang,
berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sering berkemih,
sakit kepala dan sebagainya (Hawari, 2013).

Sesuai dengan teori Keliat dan Pasaribu, 2016 ketika mengalami


ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba menghilangkan ansietas. Ketidakmampuan untuk mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama dari masalah
psikologis. Tingkat ansietas sedang, berat maupun panik membutuhkan
lebih banyak energi untuk mengatasi ancaman tersebut. Mekanisme
koping berfokus pada masalah atau tugas dan berfokus pada emosi dan
ego. Salah satu mekanisme koping yang berfokus pada masalah atau
tugas adalah Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri
dari sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis. (Stuart,
2013).

Berdasarkan analisa penulis, kecemasan akan mempengaruhi aktifitas


sistem saraf pusat yang ditandai dengan peningkatan frekuensi nadi
dan tekanan darah. Hal ini sangat berbahaya karena tingginya denyut
jantung dan tekanan darah akan memperberat sistem
kardiovaskulerserta meningkatkan kebutuh oksigen dan kerja jantung.
Kecemasan mendapat perhatian khusus dalam keperawatan karena
setiap tindakan keperawatan harus dengan cepat mengefektifkan
koping pasien agar dapat mengurangi stress yang dirasakan sehingga
keseimbangan fisiologis dan emosional tercapai.

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan psikososial pada kadua partisipan.
Pohon masalah yang ditemukan yaitu penyakit fisik sebagai penyebab
(causa), ansietas sebagai masalah utama (core problem). Adapun untuk
masalah harga diri rendah tidak peneliti angkat dikarenakan peneliti tidak
menemukan data yang mendukung baik secara data subjektif maupun data
objektif.

Sesuai dengan teori Stuart (2013) setelah data terkumpul dan


didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang
perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu
kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Hasil kesimpulan
tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan. Pasien
biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah masalah
pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah untuk membuat pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah
yang berkedudukan sebagai penyebab (causa), masalah utama (core
problem), dan akibat (affect).

Adapun pohon masalah pada ansietas menurut Nurhalimah, (2015) yaitu


ansietas sebagai masalah utama (core problem), penyakit fisik sebagai
penyebab (causa) dan sebagai akibat (affect) yaitu resiko harga diri rendah.

Menurut Yusuf,dkk (2015) diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis


tentang respon aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Berdasarkan
pohon masalah di atas maka rumusan diagnosis sebagai berikut, prioritas
diagnosis keperawatan yang pertama yaitu ansietas, diagnosa ini didukung
oleh data subjektif klien mengatakan cemas dengan penyakitnya, seperti
klien mengatakan nyeri dada yang akan semakin nyeri, klien mengatakan
sesak nafas pasien tampak semakin bertambah, klien mengatakan sulit

Poltekkes Kemenkes Padang


tidur pada malam hari, klien mengatakan sering gelisah sebelum tidur dan
klien mengatakan berkeringat dingin pada kedua telapak tangan. Data
objektif, ekspresi wajah terlihat tegang, klien tampak meremas-remas
tangan saat ditanyai komplikasi apa yang bisa terjadi pada penderita
penyakit jantung, klien tampak bicara banyak dan lebih cepat.

Koping individu tidak efektif menjadi prioritas diagnosa keperawatan yang


kedua. Diagnosa ini didukung oleh data subjektif, klien mengatakan jarang
mengikuti kegiatan yang ada disekitar rumahnya, karena klien merasa
lebih butuh untuk istirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan di luar
rumah. Dan data objektif yang ditemukan klien tampak sering berada
dirumah, dan klien tampak jarang melakukan kegiatan di luar rumah.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang telah penulis buat pada klien dengan
diagnosa koping individu tidak efektif memiliki tujuan yaitu, klien mampu
mengatasi koping yang tidak efektif. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu,
klien mampu mengenal koping tidak efektif, klien mampu
mengungkapkan koping yang digunakan, klien menunjukkan kemampuan
untuk memecahkan masalah dan ikut serta bermasyarakat. Rencana
keperawatan yang penulis susun sesuai dengan teori yang diatas.

Rencana keperawatan pada keluarga dengan diagnosa ansietas memiliki


tujuan yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien. Kriteria
hasil yang diharapkan yaitu, keluarga mengenal ansietas yang di alami
klien (pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ansietas), keluarga
mampu mengetahui cara yang benar dalam mengatasi ansietas dan melatih
klien terapi pengalihan situasi, keluarga mampu merawat dan melatih klien
ansietas relaksasi nafas, keluarga mampu merawat dan melatih klien
melakukan teknik relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
keluarga mampu merawat dan melatih pasien teknik relaksasi 5 jari,

Poltekkes Kemenkes Padang


keluarga mampu melakukan follow up ke rumah sakit. Rencana tindakan
keperawatan yang penulis susun sesuai dengan teori diatas.

Rencana keperawatan pada keluarga dengan diagnosa koping tidak efektif


memiliki tujuan yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan
koping tidak efektif di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif
bagi pasien. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu, keluarga mampu
mengenal masalah koping tidak efektif pada klien, keluarga mampu
merawat klien yang mengalami koping tidak efektif dengan cara seperti
membantu klien mengenal koping tidak efektif, keluarga mampu
mengajarkan klien kegiatan konstruktif bicara dengan orang lain,
melakukan aktifitas, dan olahraga, keluarga mampu merujuk klien ke
rumah sakit jika sudah tidak dapat ditangani dirumah.
Rencana keperawatan yang penulis susun sesuai dengan teori diatas,
Nurhalimah (2015), rencana tindakan yang dilakukan pada klien dengan
ansietas diperlukan tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga setiap
diagnosanya memiliki masing-masing tujuan. Rencana keperawatan pada
klien dengan diagnosa ansietas memiliki tujuan agar klien mampu
mengatasi ansietas. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu, klien dapat
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, klien mampu
mengenal ansietas yang dialami (situasi yang menimbulkan kecemasan,
penyebab ansietas, menyadari perilaku akibat ansietas), klien mampu
mengetahui dan dapat memperagakan teknik pengalihan situasi, teknik
relaksasi nafas dalam, mengerut dan mengendurkan, teknik relaksasi 5 jari,
klien mampu membuat jadwal kegiatan harian, klien merasakan manfaat
melakukan kegiatan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Penulis dapat
mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan yang penulis lakukan untuk diagnosa ansietas

Poltekkes Kemenkes Padang


tujuannya yaitu klien mampu mengatasi ansietas. Tindakan keperawatan
yang telah penulis lakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya. Penulis telah melakukan tindakan keperawatan pada
klien yaitu membina hubungan saling percaya dengan klien, memberikan
kesempatan klien untuk identifikasi dan menguraikan perasaannya,
memberikan kesempatan klien menjelaskan situasi yang menimbulkan
kecemasan, penyebab ansietas, menyadari perilaku akibat ansietas, melatih
klien untuk melakukan teknik pengalihan situasi, teknik relaksasi nafas
dalam, teknik mengerutkan dan mengendurkan otot-otot, teknik relaksasi 5
jari, dan memasukkan aktivitas ke dalam jadwal harian klien.

Diagnosis yang kedua yaitu koping tidak efektif penulis telah melakukan
tindakan keperawatan pada klien yaitu mengkaji status koping yang
digunakan oleh klien, memotivasi untuk melakukan evaluasi dari perilaku
klien, membantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif bicara dengan orang lain, melakukan aktivitas konstruktif yang
disukai. Penulis juga telah melakukan tindakan keperawatan pada keluarga
untuk diagnosis koping tidak efektif yaitu mendiskusikan tentang
pengertian, tanda gejala, dan penyebab koping tidak efektif,
mendiskusikan cara merawat klien dengan koping tidak efektif dengan
membantu klien mengenal koping koping tidak efektif dan bicara dengan
orang lain, mendampingi keluarga menerapkan cara merawat klien
langsung pada klien, menganjurkan membantu klien sesuai jadwal,
menjelaskan merujuk klien ke rumah sakit jika masalah klien tidak dapat
diatas di rumah.

Faktor pendukung yang peneliti dapatkan dalam melakukan implementasi


keperawatan pada kedua partisipan yaitu klien cukup kooperatif dengan
penulis setelah sebelumnya melakukan pendekatan terapeutik. Selain itu
keluarga juga cukup terbuka dan bersedia untuk memberikan dukungan
dan motivasi untuk klien. Selama melakukan implementasi peneliti tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


menemui kendala sehingga peneliti dapat menerapkan intervensi sesuai
rencana.

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi untuk diagnosa ansietas pada partisipan 1 didapatkan klien
mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien memahami dan
dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas yang diajarkan penulis yaitu pengalihan situasi, teknik
relaksasi nafas dalam, mengerutkan dan mengendurkan otot, teknik
relaksasi jari klien mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis,
klien dapat menerima kedatangan peneliti dengan baik, klien cukup
kooperatif selama berinteraksi dengan penulis, dan klien mau mengikuti
saran dan motivasi yang diberikan penulis. Sedangkan pada partisipan 2
klien telah mampu mengenal ansietas yang dialaminya dan klien
memahami dan dapat mempraktekkan secara mandiri empat teknik
relaksasi untuk mengatasi ansietas yang diajarkan penulis yaitu pengalihan
situasi, klien mampu mencari sumber dukungan seperti keluarga, klien
mengatakan senang dapat berkenalan dengan penulis, klien mampu
mengindentifikasi kemampuan positif yang dimiliki, dan memiliki rencana
untuk prinsip hidupan kedepannya, keluarga tampak selalu mendampingi
klien.

Berdasarkan asumsi penulis, hal tersebut sesuai dengan teori pada kriteria
hasil yang hendak dicapai yaitu, klien dapat meningkatkan keterbukaan
dan hubungan saling percaya, klien mampu mengenal ansietas yang
dialami (situasi yang menimbulkan kecemasan, penyebab ansietas,
menyadari perilaku akibat ansietas), klien mengetahui dan dapat
memperagakan teknik pengalihan situasi, teknik relaksasi nafas dalam,
mengerutkan dan mengendurkan otot, teknik relaksasi lima jari, klien
mampu membuat jadwal kegiatan harian.

Poltekkes Kemenkes Padang


Adapun evaluasi hasil untuk keluarga yang dievaluasi yaitu keluarga telah
mampu mengenal ansietas yang dialami klien, keluarga telah mampu
mengetahui cara merawat dan melatih klien untuk mengatasi ansietas
dengan menggunakan empat teknik relaksasi. Keluarga juga paham akan
melakukan follow up ke rumah sakit.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa koping individu tidak efektif


didapatkan kedua partisipan klien mampu membina hubungan saling
percaya, klien mengenal koping individu tidak efektif, mengatasi koping
individu tidak efektif, memperagakan dan menggunakan koping yang
konstruktif untuk mengatasi ansietas, klien mampu membuat jadwal
kegiatan harian.

Poltekkes Kemenkes Padang


85

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan ansietas
di ruangan rawat inap jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang maka dapat simpulkan
sebagai berikut.

A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada pasien pertama ditemukan pasien termasuk seorang yang perokok aktif
yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok per harinya. Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan yang berminyak dan tidak pernah berolahraga.
pasien sangat cemas jika penyakitnya akan semakin parah dan pasien juga
mengeluh jika perasaan itu datang nyeri dadanya semakin bertambah,
kadang berkeringat dingin pada kedua tangan, dan susah tidur terutama pada
malam hari.

Pada pasien kedua ditemukan pasien sering bertanya terhadap penyakitnya,


ekspresi wajah pasien tampak tegang, pasien mengatakan sangat cemas akan
menghadapi pemasangan tindakan PTCA. Penulis berpendapat bahwa faktor
predisposisi (psikologis) pada pasien kedua yang memperberat terjadinya
masalah psikososial pada pasien dimana kemampuan dalam menghadapi
cemas yang diterima pasien tidak baik.

2. Diagnosis Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan penulis mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada
pada teori. Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek
yang peneliti temukan dilapangan. Penulis tidak menemukan hambatan
karena kedua partisipan cukup kooperatif dengan penulis.

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
ditemukan. Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis telah
membuat perencanaan sesuai teoritis yang sudah terstandar dalam
keperawatan jiwa dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Disini
penulis berusaha memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon masalah
yang telah ada baik itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.

4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah diagnosa ansietas dan koping individu tidak efektif
dilaksanakan strategi pelaksanaan 1 sampai strategi pelaksanaan 4 sesuai
dengan pelaksanaan yang direncanakan.

5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 5 hari kedua partisipan mampu mengatasi kecemasan
secara mandiri dan merasakan manfaat dari apa yang telah penulis ajarkan.
Faktor pendukung bagi penulis dalam mengumpulkan data dimana kedua
pasien cukup kooperatif dalam memberi informasi yang dibutuhkan untuk
kelengkapan data. Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan pada kedua
pasien, maka penulis dapat melakukannya sesuai dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan dan dibantu oleh perawat ruangan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu
dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya pada pasien
dengan masalah psikososial : ansietas.

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi
mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes Padang khususnya
pada pasien dengan masalah psikososial : ansietas.

3. RSUP Dr. M. Djamil Padang


Sebagai gambaran bagi perawat di Ruangan Rawat Inap Jantung RSUP Dr.
M. Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan dan
memaksimalkan implementasi yang dilakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Hawari, Dadang, 2013. Manajemen stress, cemas dan Depresi. Jakarta : Salemba
Medika.
Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Trans
Info Media
Keliat, Budi Anna, Jesika Pasaribu, 2016. Prinsip dan Praktik Kepererawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore : Elsevier Singapore: Pte Ltd.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Kusumawati, Farida, Yudi Hartono, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Laporan Tahunan tahun 2013, Padang : Dinas Kesehatan Kota [Di unduh pada 29
September 2016 pukul 16.00 WIB].
Maendra, Ketut. 2014. Prevalensi Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark
Miokard Lama Di Poliklinik Jantung RSUP Prof. Dr. R. D Kandau. Jurnal
Kesehatan Sam Ratulangi Manado. [Diunduh pada 29 September 2017
pukul 16.00 WIB]
Manurung, Nixson. 2016. Terapi Reminiscence Solusi Pendekatan Sebagai Upaya
Tindakan Keperawatan Dalam Menurunkan Kecemasan, Stress Dan
Depresi. Jakarta : Trans Info Media.
Muttaqin, 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT.
Rineka Cipta.
Nurhalimah, 2015. Modul Keperawatan Jiwa 1 : Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ansietas. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelaihan Tenaga
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia : Jakarta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Panthee & Kriprachea. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner Dirumah Sakit Pelni
Jakarta. Jurnal Kesehatan Universitas Andalas. Di unduh pada 29
September pukul 16.00 WIB]

Poltekkes Kemenkes Padang


Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Riskesdas Tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI

Shari, Weni Widya, dkk. 2014. Terapi Komplementer Pada Penurunan


Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Intervensi Koroner Perkutan :
Smeltzer. C. S & Bare. B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Vallerian, dkk. (2015). Hubungan Kadar Gula Darah saat Masuk Rumah Sakit
dengan jenis Sindroma Koroner Akut di RS Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(2). Diakses pada tanggal 29 September
2016.hhtp://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/267/256
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Salemba Medika.
WHO. 2014. Global Status Report on Noncummunicable Diseases. Jakarta 14,
2016. http://www.who.int/nmh/publications/ncd-status-report-2014/en/

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN PSIKOSOSIAL

A. Pengkajian

Ruang Rawat: Inap Jantung Tanggal Dirawat: 19 Maret 2018

I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. S
Umur : 72 Tahun
No. Rekam Medik : 01.00.99.79
Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2018
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Pisang pauh Kota Padang

II. Alasan Masuk


Partisipan 1 (Tn. S) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 16 Maret 2018 pukul 17.05 WIB melalui IGD. Klien diantar oleh
keluarganya. Klien masuk dikarenakan klien nyeri dada dan sesak nafas
sejak 5 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan
cemas karena ia baru pertama kali dirawat dirumah sakit.

III. Keluhan Utama


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Maret 2018,
partisipan 1 (Tn. S) mengatakan nyeri dada yang dirasakan seperti
tertindih beban berat, panas dan tertusuk-tusuk menjalar ke punggung
leher dan kearah punggung, dengan skala nyeri 4 kadang-kadang dengan
durasi > 20 menit di daerah dada, badan terasa lemah, dan tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri. Klien mengatakan ia bukan orang
yang mudah tersinggung, keluarga mengatakan klien saat diajak berbicara
saat saat ini mudah tersinggung. Pasien mengatakan ia cemas dengan
keadaannya karena baru pertama kali mengalami penyakit ini, tetapi
pasien mencoba untuk tenang dan menjalani pengobatan agar ia bisa cepat
sembuh.

Poltekkes Kemenkes Padang


IV. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
tampak akibat dari penyakit miokard infark tersebut, ekspresi wajah
klien tampak tegang, nyeri dada klien tampak semakin nyeri, sesak nafas
klien tampak semakin bertambah, badan lemah, dan klien tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri. Hal inilah yang mengakibatkan
klien cemas dengan penyakit yang dialaminya saat ini.
b. Faktor Psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka dengan keluarganya. Namun
pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan disekitar rumahnya.
c. Faktor Sosial
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah klien
sering menceritakan kepada anggota keluarganya yang lain terutama
istrinya.
d. Faktor Genetik
Klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa dalam keluarganya.
Masalah Keperawatan : Ansietas

V. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan termasuk seorang yang perokok aktif yang bisa
menghabiskan 2 bungkus rokok per harinya. Kebiasaan klien
mengkonsumsi makanan yang berminyak dan tidak pernah berolahraga.
Masalah Keperawatan : Ansietas

VI. Pemeriksaan Fisik


• Tanda-tanda Vital : TD: 110/80 mmHg N: 74 x/menit S: 37,0 oC
P: 24 x/ menit
• Ukuran : TB: 165 cm BB: 50 kg
• Keluhan Fisik : klien mengeluh nyeri dada yang dirasakan seperti
tertindih beban berat, panas dan tertusuk-tusuk menjalar ke punggung
leher dan kearah punggung, sesak nafas, badan terasa lemah, dan tidak
bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Klien mengatakan ia cemas

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan keadaannya karena baru pertama kali mengalami penyakit ini,
tetapi klien mencoba untuk tenang dan menjalani pengobatan agar ia
bisa cepat sembuh. klien terkadang tampak banyak diam dan kadang
ingin seperti menangis.
Masalah Keperawatan : Ansietas

VII. Psikososial
a. Genogram
Klien merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, klien berumur 72 tahun
klien sudah menikah dan memiliki 7 orang anak, klien seorang laki-laki
dan tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya. Hubungan klien
dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang
terdekat dengan klien adalah istrinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

b. Konsep Diri
• Gambaran diri
Klien mengatakan senang dan tidak ada mempunyai masalah bagian
tubuh yang tidak disukai.
• Identitas diri
klien mengatakan berstatus sebagai anak ketiga dari 7 bersaudara.
Saat ini klien memiliki seorang istri dan 7 orang anak.
• Peran diri
Klien berperan sebagai seorang petani, suami dari istrinya, dan ayah
dari anak-anaknya.
• Ideal diri
Klien tampak ada semangat untuk sembuh terlihat dari kemauan
klien untuk perlahan-lahan makan dan juga klien mengatakan agar
cepat sembuh dari penyakit jantung dan bisa menjalankan aktivitas
seperti biasa secara mandiri, serta dapat mengurus sawah kembali.

Poltekkes Kemenkes Padang


• Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
namun klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan yang ada
disekitar rumahnya. Karena klien menganggap dirinya lebih butuh
untuk beristirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan di luar
rumah.
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

c. Hubungan Sosial
• Orang Terdekat
Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini yaitu istrinya.
• Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang ada
di masyarakat, karena klien merasa dirinya lebih butuh beristirahat
dirumah dari pada mengikuti kegiatan diluar rumah.
• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan lebih sering berada di sawah dan di rumah
bersama keluarga dari pada berada di luar rumah.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

d. Spiritual
• Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari
Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya.
• Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

Poltekkes Kemenkes Padang


VIII. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Dari hasil observasi selama pengkajian, klien tampak bicara lambat
dengan kata-kata yang diucapkan kurang jelas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
c. Aktivitas motorik
Pengkajian aktivitas motorik didapatkan data, saat wawancara klien
tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang diulang ulang
ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak
cemas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
f. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama proses keperawatan, klien mau mampu menjawab
pertayaan peneliti. Kontak mata klien bagus dan klien menatap wajab
peneliti saat wawancara dan mampu menjawab dengan panjang lebar.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


g. Persepsi
Pengkajian persepsi, klien mengatakan tidak pernah berbicara sendiri,
klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
h. Proses pikir
Pengkajian proses piker, selama wawancara pembicara klien sangat
singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang berkali-kali, dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
i. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
j. Tingkat kesadaran
Pengkajian tingkat kesadaran, klien menyadari bahwa dia sedang berada
di rumah sakit, klien juga sadar dan mengenal siapa dia berbicara dan
lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan
tempat jelas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
k. Memori
Pengkajian memori, klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada
dirinya baik di masa lalu maupun masa ini. Klien juga ingat ketika
ditanya apakah tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien
tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pengkajian tingkat konsentrasi dan berhitung, selama wawancara
konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan. Klien
bersekolah hanya sampai tingkat SMA, klien mampu untuk menjawab
hitungan sederhana.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


m. Kemampuan penilaian
Pengkajian kemampuan penilaian klien didapatkan data, saat diberikan
pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan merapikan tempat
tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
n. Daya tilik diri
Daya tilik diri, klien mengetahui penyakit yang dideritanya, klien tahu
bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi kesehatannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

IX. Kebutuhan Dasar Manusia


a. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis setengah porsi, klien tidak ada
riwayat alergi makanan.
b. BAB/BAK
Klien BAK satu hari kurang lebih 5 kali, BAB 1 hari sekali.
c. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
d. Istirahat/tidur
Klien susah tidur malam atau susah tidur terutama pada malam hari.
Tidur lebih kurang 5 jam/hari.
Masalah Keperawatan : gangguan pola tidur.
e. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan melanjutkan obat
secara teratur dan jika obatnya habis atau berhenti minum obat klien
cemas jika penyakitnya akan semakin parah.
Masalah keperawatan : ansietas

Poltekkes Kemenkes Padang


X. Kegiatan Sehari-hari
a. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan,
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya
sehari-hari sendiri.
f. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan setiap harinya bekerja di sawah.

XI. Mekanisme Koping


Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan seperti gotong royong karena
klien lebih butuh untuk istirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan
diluar rumah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

XII. Masalah psikososial dan lingkungan


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tidak disukainya,
hubungan klien dengan keluarga baik. hanya saja klien kurang dekat warga
sekitar karena klien lebih banyak berada di rumah dibandingkan mengikuti
kegiatan yang ada diluar rumah .
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

XIII. Pengetahuan
Klien menyadari ia sedang mengalami penyakit miokard infark, klien
mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.

XIV. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Stemi Acute dengan post PTCA
Terapi Medik : Aspilet oral 1x80 mg, Clopidogrel 1x75 mg, Laxadin syrup
1x10 cc, Alprazalon 1x0,5 mg, Ramipril 1x2,5 mg, Tyarit 3x200 gr,
Ranitidine 2x50 mg, Morfin 2,5 mg, Lavenox 2x 0,6 cc, Bisoprol 1x 1,25 mg,
ISDN 3x5 gr, RL kolf/24 jam, Amiodaron540 mg/18 jam.

Poltekkes Kemenkes Padang


XV. Analisa Data
No Data Masalah

1. Data Subjektif : Ansietas

- Klien mengatakan cemas


dengan penyakit yang
dideritanya saat ini.
- Klien mengatakan nyeri dada
semakin nyeri
- Klien mengatakan sesak nafas
semakin bertambah

Data Objektif :

- Ekspresi wajah klien tampak


tegang.
- Muka klien tampak pucat
- Tanda-tanda vital klien tampak
meningkat

2. Data Subjektif : Koping Individu Tidak


- Klien mengatakan jarang Efektif
mengikuti kegiatan yang ada
disekitar rumahnya
- Klien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya saat ini

Data Objektif :

- Klien tampak lebih butuh


waktu untuk istirahat yang
cukup.

Poltekkes Kemenkes Padang


I. Daftar Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Koping individu tidak efektif

II. Pohon Masalah

Effect Resiko Harga Diri Rendah

Core Problem Masalah Psikososial: Ansietas

Causa Penyakit Fisik

III. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas
2. Koping individu tidak efektif

Poltekkes Kemenkes Padang


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN PSIKOSOSIAL

B. Pengkajian

Ruang Rawat: Inap Jantung Tanggal Dirawat: 21 Maret 2018

XVI. Identitas Klien


Inisial Klien : Tn. I
Umur : 65 Tahun
No. Rekam Medik : 01.00.04.63
Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2018
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Tapan, Pesisir Selatan

XVII. Alasan Masuk


Partisipan 2 (Tn. I) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 20 Maret 2018 pukul 11.50 WIB melalui poli jantung. Klien
diantar oleh keluarganya. Klien masuk dikarenakan klien nyeri dada sejak
4 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

XVIII. Keluhan Utama


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Maret 2018,
partisipan 2 (Tn. I) mengatakan nyeri dada yang dirasakan seperti tertindih
beban berat, menjalar ke bahu kiri dan rahang bawah dan klien tampak
meringis kesakitan dengan skala nyeri 5 dengan durasi > 20 menit di
daerah dada, badan terasa lemah, dan akan dilakukan pemasangan PTCA.
Klien mengatakan ia sangat cemas, perasaan klien terasa seperti ada beban
berat karna selalu memikirkan penyakitnya karena klien baru pertama kali
dirawat dirumah sakit mengalami penyakit ini dan klien takut akan
kematian saat pemasangan tindakan PTCA.

Poltekkes Kemenkes Padang


XIX. Faktor Predisposisi
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 Maret 2018 tampak akibat dari
penyakit miokard infark tersebut, ekspresi wajah klien tampak tegang, nyeri
dada klien tampak semakin nyeri, mulut klien tampak kering, berkeringat
banyak dan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Hal inilah yang
mengakibatkan klien tidak nyaman, sangat cemas dan takut. Kegiatan
sehari-hari klien ia adalah seorang pekerja keras namun sekarang ia tidak
bisa lagi bekerja karena ia sedang di rawat di rumah sakit.

Masalah Keperawatan : Ansietas

XX. Faktor Presipitasi


Klien mengatakan jarang berolahraga dan tampak kelebihan berat badan.
Pada saat ditanyakan berat badan dan tinggi badan pada pengukuran terakhir
klien mengatakan TB: 165 cm dan BB: 85 kg.

Masalah Keperawatan : Ansietas

XXI. Pemeriksaan Fisik


• Tanda-tanda Vital : TD: 140/80 mmHg N: 82 x/menit S: 37,0 oC
P: 20 x/ menit
• Ukuran : TB: 165 cm BB: 85 kg
• Keluhan Fisik : pasien pasien mengeluh nyeri dada yang
dirasakan seperti tertindih beban berat menjalar ke bahu kiri dan rahang
bawah dan klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 5
dengan durasi > 20 menit di daerah dada, badan terasa lemah, dan akan
dilakukan pemasangan tindakan PTCA. Klien mengatakan ia sangat
cemas, perasaan klien terasa seperti ada beban berat karna selalu
memikirkan penyakitnya karena klien baru pertama kali dirawat
dirumah sakit mengalami penyakit ini dan klien takut akan kematian
saat pemasangan tindakan PTCA.
Masalah Keperawatan : Ansietas

Poltekkes Kemenkes Padang


XXII. Psikososial
e. Genogram
Partisipan 2 (Tn. I) merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, klien
berumur 65 tahun klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, klien
seorang laki-laki dan tinggal serumah dengan istri. Hubungan klien
dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang
terdekat dengan klien adalah istrinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
f. Konsep Diri
• Gambaran diri
Klien mengatakan senang dan tidak ada mempunyai masalah bagian
tubuh yang tidak disukai.
• Identitas diri
klien mengatakan berstatus sebagai anak kedua dari 3 bersaudara.
Saat ini klien memiliki seorang istri dan 2 orang anak.
• Peran diri
Klien berperan sebagai seorang wiraswasta, suami dari istrinya, dan
ayah dari anak-anaknya.
• Ideal diri
Klien berperan sebagai seorang wiraswasta, suami dari istrinya, dan
ayah dari anak-anaknya. Klien mengatakan sangat berharap agar
cepat sembuh dari penyakit jantung sekarang dan bisa melakukan
aktivitas sehari-hari, klien mengatakan ingin cepat pulang dari rumah
sakit karena ingin bertemu dengan anaknya.
• Harga diri
klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
namun klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan yang ada
disekitar rumahnya. Karena klien menganggap dirinya lebih butuh
untuk beristirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan di luar
rumah.
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

Poltekkes Kemenkes Padang


g. Hubungan Sosial
• Orang Terdekat
Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini yaitu istrinya.
• Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang ada
di masyarakat, karena klien merasa dirinya lebih butuh beristirahat
dirumah dari pada mengikuti kegiatan diluar rumah.
• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan lebih sering berada di sawah dan di rumah
bersama keluarga dari pada berada di luar rumah.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

h. Spiritual
• Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian dari
Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang terjadi dalam
kehidupannya.
• Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

XXIII. Status Mental


o. Penampilan
Penampilan klien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
p. Pembicaraan
Dari hasil observasi selama pengkajian, klien tampak bicara lambat
dengan kata-kata yang diucapkan kurang jelas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
q. Aktivitas motorik

Poltekkes Kemenkes Padang


Pengkajian aktivitas motorik didapatkan data, saat wawancara klien
tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang diulang ulang
ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak
cemas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
r. Alam perasaaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
s. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
t. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama proses keperawatan, klien mau mampu menjawab
pertayaan peneliti. Kontak mata klien bagus dan klien menatap wajab
peneliti saat wawancara dan mampu menjawab dengan panjang lebar.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
u. Persepsi
Pengkajian persepsi, klien mengatakan tidak pernah berbicara sendiri,
klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
v. Proses pikir
Pengkajian proses piker, selama wawancara pembicara klien sangat
singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang berkali-kali, dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


w. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
x. Tingkat kesadaran
Pengkajian tingkat kesadaran, klien menyadari bahwa dia sedang berada
di rumah sakit, klien juga sadar dan mengenal siapa dia berbicara dan
lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan
tempat jelas.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
y. Memori
Pengkajian memori, klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada
dirinya baik di masa lalu maupun masa ini. Klien juga ingat ketika
ditanya apakah tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien
tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
z. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pengkajian tingkat konsentrasi dan berhitung, selama wawancara
konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan. Klien
bersekolah hanya sampai tingkat SMA, klien mampu untuk menjawab
hitungan sederhana.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
aa. Kemampuan penilaian
Pengkajian kemampuan penilaian klien didapatkan data, saat diberikan
pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan merapikan tempat
tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
bb. Daya tilik diri
Daya tilik diri, klien mengetahui penyakit yang dideritanya, klien tahu
bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi kesehatannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


XXIV.Kebutuhan Dasar Manusia
g. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis setengah porsi, klien tidak ada
riwayat alergi makanan.
h. BAB/BAK
Klien BAK satu hari kurang lebih 5 kali, BAB 1 hari sekali.
i. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
j. Istirahat/tidur
Klien susah tidur malam atau susah tidur terutama pada malam hari.
Tidur lebih kurang 5 jam/hari.
Masalah Keperawatan : gangguan pola tidur.
k. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan melanjutkan obat
secara teratur dan jika obatnya habis atau berhenti minum obat klien
cemas jika penyakitnya akan semakin parah.
Masalah keperawatan : ansietas

XXV. Kegiatan Sehari-hari


b. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan,
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya
sehari-hari sendiri.
l. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan setiap harinya bekerja di sawah.

XXVI. Mekanisme Koping


Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan seperti gotong royong karena
klien lebih butuh untuk istirahat dirumah dari pada mengikuti kegiatan
diluar rumah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


XXVII. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tidak disukainya,
hubungan klien dengan keluarga baik. hanya saja klien kurang dekat warga
sekitar karena klien lebih banyak berada di rumah dibandingkan mengikuti
kegiatan yang ada diluar rumah .
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

XXVIII. Pengetahuan
Klien menyadari ia sedang mengalami penyakit miokard infark, klien
mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.

XXIX.Aspek Medik
Diagnosa Medik : NSTEMI dengan Pre PTCA
Terapi Medik : Aspilet oral 1x80 mg, Ranitidine 2x50 mg, Lavenox 2x 0,6
cc, Bisoprol 1x 1,25 mg, Ramipril 1x2,5 mg, Ranitidine 2x50 mg, RL kolf/24
jam.

XXX. Analisa Data


No Data Masalah

1. Data Subjektif : Ansietas

- Klien mengatakan sangat


cemas dengan penyakit yang
dideritanya saat ini.
- Klien mengatakan sangat
cemas menghadapi
pemasangan tindakan PTCA
- Klien mengatakan nyeri dada
semakin nyeri
- Klien mengatakan sesak nafas
semakin bertambah

Poltekkes Kemenkes Padang


Data Objektif :

- Ekspresi wajah klien tampak


tegang.
- Muka klien tampak pucat
- Tanda-tanda vital klien tampak
meningkat

2. Data Subjektif : Koping Individu Tidak

- Klien mengatakan jarang Efektif


mengikuti kegiatan yang ada
disekitar rumahnya
- Klien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya saat ini

Data Objektif :

- Klien tampak lebih butuh


waktu untuk istirahat yang
cukup.

IV. Daftar Masalah Keperawatan


c. Ansietas
d. Koping individu tidak efektif

Poltekkes Kemenkes Padang


V. Pohon Masalah

Effect Resiko Harga Diri Rendah

Core Problem Masalah Psikososial: Ansietas

Causa Penyakit Fisik

VI. Daftar Diagnosa Keperawatan


3. Ansietas
4. Koping individu tidak efektif

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai