OKTIARANI GINANTI
173110220
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
OKTIARANI GINANTI
173110220
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2020
i
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur
Pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2020”. Kemudian Sholawat beriring salam juga dihaturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma
III pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Ibu Hj.
Efitra, S.Kp. M.Kep, selaku pembimbing 1 dan Ns. Suhaimi, S. Kep. M.Kep,
selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan, membimbing, dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini. Seterusnya Terima Kasih kepada Yang Terhormat:
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari keterbatasan dan
kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum
sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis
menerima atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini.
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
Akhir kata peneliti memohon masukan dan saran pihak yang telah
membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT, Aamiin.
Peneliti
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan :
Materai
Tanggal :
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
SDN 15 Surau Gadang 2005-2011
SMPN 22 Padang 2011-2014
SMAN 12 Padang 2014-2017
Poltekkes Kemenkes Padang 2017-2020
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Berdasarkan survey awal pada tanggal 31 desember 2019 di ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang ditemui 5 orang pasien fraktur 3
diantaranya mengalami gangguan tidur. Pelaksanaan yang dilakukan di ruangan
yaitu teknik relaksasi napas dalam. Dalam beberapa hasil penelitian untuk
mengatasi nyeri yang mengakibatkan gangguan tidur adalah dengan teknik
relaksasi genggam jari, namun teknik tersebut belum diterapkan di ruangan
trauma center. Tujuan penelitian mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur di Ruang Trauma Center RSUP. Dr. M.
Djamil Padang tahun 2020.
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
LEMBAR ORISINALITAS.................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................6
D. Manfaat penelitian..............................................................................................7
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Populasi dan Sampel........................................................................................30
D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................................31
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................31
F. Analisa Data.....................................................................................................33
BAB V PENUTUP................................................................................................46
A. Kesimpulan......................................................................................................46
B. Saran.................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10 Ganchart
xi
Poltekkes Kemenkes
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah pemenuhan kebutuhan pokok yang bersifat
manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup. Jika pemenuhan
kebutuhan dasar manusia gagal dilakukan, maka akan menimbulkan kondisi
yang tidak seimbang bagi klien. Perawat sebagai salah satu profesi dibidang
kesehatan salah satu tujuannya adalah membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup
pelayanan keperawatan bersifat holistic, yakni mencakup kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (Andina dan Yuni, 2017)
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Jika hal
tersebut tidak dipenuhi, maka status kesehatan menjadi kurang optimal.
Proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Istirahat juga
bermakna melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan dan
menjengkelkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, istirahat
merupakan suasana yang tenang, bersantai tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kecemasan (Andina dan Yuni, 2017).
Poltekkes Kemenkes
Gangguan istirahat dan tidur akan menimbulkan dampak pola tidur tehadap
fungsi sehari-hari. Seseorang yang mengalami gangguan tidur akan merasa
tidak segar saat terbangun dari tidur. Selain itu, pasien juga akan mengalami
perubahan perilaku seperti iritabel, kurang perhatian kepada orang yang
disekitarnya, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil,
tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung,
dan kurang koordinasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dan
normal, namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Timbulnya ketakutan, rasa cemas dan ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara normal akan menimbulkan gangguan
istirahat dan tidur pada seseorang akibat penyakit yang dideritanya, seperti
gangguan pergerakan akibat fraktur. Pada semua klien fraktur timbul rasa
nyeri dan keterbatan gerak, sehingga dapat juga mengganggu pola serta
kebutuhan tidur klien (Asikin, 2016).
Asuhan keperawatan Gangguan istirahat dan Tidur pada pasien fraktur adalah
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung
diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan proses keperawatan, berpedoman pada
standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam
2
Poltekkes Kemenkes
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan dengan sasaran pasien
yang mengalami gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur.
Tujuan utama dalam membantu pasien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan atau mengembangkan pola tidur yang memberikan energi
yang cukup dalam aktivitas sehari-hari. Hal-hal yang dapat dilakukan perawat
adalah dengan merencanakan intervensi-intervensi keperawatan khusus untuk
mencapai tujuan berdasarkan pada etiologi dari masing-masing diagnosa
keperawatan. Intervensi-intervensi ini bisa meliputi melakukan identifikasi
yang mempengaruhi masalah tidur, mengurangi distraksi lingkungan,
mengajarakan cara-cara antara lain mengurangi stress, teknik relaksasi, atau
cara-cara untuk mengembangkan pola tidur yang baik. Intervensi tindakan
keperawatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur pasien
mencakup sebagian besar tindakan nonfarmakologis yaitu dengan
pertimbangan khusus tentang penggunaan obat-obatan tidur bila sangat
diperlukan (Maryunani,2017).
World Health Organization mencatat pada tahun 2018 terdapat 1,35 juta orang
mengalami fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Data RISKESDAS 2018
mencatat penyebab cedera terbanyak di indonesia adalah mengendarai sepeda
motor (72,7%), menumpang sepeda motor (19,2%), mengendarai mobil
(1,2%), menumpang mobil (1.3%), naik kendaraan tidak bermesin (2,7 %),
dan akibat jalan kaki (4,3%). Pada tahun 2018 orang yang mengalami fraktur
3
Poltekkes Kemenkes
karena kecelakaan di Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak 2.912
kasus, naik 17% dibanding jumlah di tahun 2017 sebanyak 2.862 kasus. Pada
tahun 2018, jumlah kecelakaan di wilayah Kota Padang berjumlah sembilan
kasus kecelakaan. Jumlah kecelakaan selama Operasi Ketupat Singgalang
2019 di wilayah hukum Polresta Padang tercatat sebanyak 17 kasus
kecelakaan, dari 17 kasus kecelakaan tersebut 23 orang diantaranya
menderita luka ringan, enam orang mengalami luka berat.
Penelitian Andri & Dkk (2019) tentang “Hubungan Nyeri Fraktur dengan
Kualitas Tidur Pasien yang Dirawat Inap di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”.
Hasil penelitian ditemukan 60% pasien memiliki intensitas nyeri dengan
kategori berat. Selanjutnya ada 73,3% pasien yang mengalami nyeri karena
fraktur memiliki gangguan istirahat dan tidur.
Data Rekam Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 didapatkan 1.612 kasus pasien yang mengalami fraktur. Survey
awal yang dilakukan peneliti di ruang Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 31 Desember 2019, peneliti mendapatkan 5
orang pasien fraktur dan 3 orang diantaranya yang mengalami gangguan
4
Poltekkes Kemenkes
istirahat dan tidur. Hasil wawancara pada pasien ditemukan, pasien
mengatakan nyeri pada sisi tulang yang mengalami fraktur menyebabkan
klien sulit untuk tidur, ketidaknyamanan aktivitas bergerak (imobilisasi), dan
mengatakan suhu di ruangan panas, kebisingan dan banyaknya pengunjung
yang datang mengganggu istirahat dan tidur pasien. Pasien mengatakan
perawat sudah mengajarkan relaksasi teknik napas dalam untuk meredakan
nyeri dan memberikan obat pereda nyeri jika relaksasi teknik napas dalam
tidak berhasil dilakukan.
5
Poltekkes Kemenkes
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan keperawatan gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien fraktur di RSUP. Dr. Djamil Padang
Tahun 2020.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr. Djamil
Padang Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP.
Dr. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan
Trauma Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr.
Djamil Padang.
6
Poltekkes Kemenkes
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Kegiatan penelitian bermanfaat bagi peneliti menambah pengetahuan dan
wawasan tentang teknik relaksasi genggam jari untuk mengatasi nyeri
yang mengakibatkan gangguan pola tidur pada pasien fraktur.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian melalui direktur Rumah Sakit dapat memberikan
informasi kepada perawat dalam mengatasi gangguan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur dengan teknik relaksasi genggam jari.
3. Bagi Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil penelitian melalui ketua jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
RI Padang diharapkan dapat dilihat oleh mahasiswa tentang teknik
genggam jari untuk mengatasi gangguan istirahat dan tidur pada pasien
fraktur yang mengalami nyeri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti selanjutnya untuk
menjadi data dasar yang berkaitan dengan teknik genggam jari untuk
mengatasi gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur yang
mengalami nyeri.
7
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Poltekkes Kemenkes
3. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu Reticukar Aktivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memilikisel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta
emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
(Ambarwati, 2014)
4. Fungsi Tidur
Fungsi dan tujuan tidur belum diketahui secara pasti dan jelas. Meskipun
demikian fungsi tidur dapat dikatakan sebagai restoratif (memperbaiki)
kembali organ-organ tubuh, karena diduga bermanfaat untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan (Maryunani, 2017).
5. Pengaturan Tidur
Regulasi kontrol berdasarkan hubungan antara 2 mekanisme antagonis
otak:
a. SAR (Sistem Aktif Retikular)
1) Berlokasi pada batang otak teratas, diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga atau
kesadaran.
2) SAR juga memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan
sensori raba, serta emosi dan proses berpikir.
3) Saat terbangun atau sadar merupakan hasil dari neuron dalam SAR
yang mengeluarkan katekolamin (noreeprinegrin).
4) Sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari
BSR.
9
Poltekkes Kemenkes
b. BSR (Bulbar Syncronizing Region):
1) Mengambil alih yang menyebabkan tidur.
2) Disebabkan oleh pelepasan serum serotonin (Maryunani, 2017).
6. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.
Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan
faktor lingkungan (mis, cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sarkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individubergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh
yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya individu akan
bangun pada saat ritme fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling
aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah. (Ambarwati,
2014)
7. Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elekroensefalogram (EEG), elektro-oku-logram (EOG), dan
elektromiogram (EMC), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid
eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). (Ambarwati,
2014)
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukan orang yang sadar.
Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh.
Disamping itu, semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital,
metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terdiri
1
Poltekkes Kemenkes
dari 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light
sleep) dan tahap III-IV disebut tidur dalam (deep sleep atau delta
sleep).
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menitdan berlangsung selama 5-
30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian
besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur, otak cenderung aktif
dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu
menjadi sulit untuk dibangunkan tau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan
frekuensijatung dan pernapasan seringkali tidak teratur.
Tabel 2.1
Karakteristik Tahapan Tidur NREM
Tahap Karakteristik
Merupakan tahapan transisi antara bangun dan tidur.
Individu cenderung relaks, masih sadar, dengan
Tahap I lingkungannya, dan mudah dibangunkan. Normalnya,
tahap ini berlangsung beberapa menit dan merupakan
5% dari total tidur.
Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat
bangun dengan mudah. Otot relaksasi. Normalnya,
Tahap II tahap ini berlangsung selama 10-20 menitdan
merupakan 50%-55%dari total tidur.
Merupakan awal dari tahap tidur nyenyak. Tidur
dalam, relaksasi otot menyeluruh, dan individu
Tahap III cenderung sulit dibangunkan. Tahap ini berlangsung
selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total
tidur.
Tidur semakin dalam atau delta sleep. Individu
1
Poltekkes Kemenkes
menjadi sulit dibangunkan sehingga membutuhkan
Tahap IV stimulus. Terjadi perubahan fisiologis, yakni: EEG
gelombang otak melemah, nadi dan pernapasan
menurun, tekanan darah menurun. Tonus otot
menurun, metabolisme lambat, temperatur tubuh
menurun. Tahap ini merupakan 10% dari total tidur
(Ambarwati, 2014)
8. Siklus tidur
Selama tidur, individu melewatitahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
yang kompleks normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ketahap REM. Tahap
NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap
IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui
tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudah dan
berlangsung selama 20 menit (Ambarwati, 2014).
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang
tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu dapat beradaptasi dan
tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
1
Poltekkes Kemenkes
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
e. Stress emosional
Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode
terjaga dimalam hari.
1
Poltekkes Kemenkes
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokoksering kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun pada malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan
narkotik (mis, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga dimalam
hari.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untuk terjaga seringkali dapat mendatangkan kantuk.
(Ambarwati, 2014).
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada aank-
anak, beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis,
1
Poltekkes Kemenkes
tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis,
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis, mimpi
buruk), dan lainnya (mis, bruksisme).
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini disebabkan oleh
kondisi medis tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada
hati atau ginjal, atau karena gangguan sistem metabolisme (mis,
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat diginakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui. Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendaliya periode tidur REM. Alternatif
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau
metilpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
1
Poltekkes Kemenkes
f. Mengigau
Hampir semua orang tidur pernah mengigau. Hal tu terjadi pada
sebelum tidur REM (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
1
Poltekkes Kemenkes
ke substansi gelatinosa (pintu gerbang) dimedula spinalis untuk
selanjutnya melewati thalamus kemudian disampaikan ke kortek
serebri dan interpretasikan sebagai nyeri (Pinandita, 2014).
1
Poltekkes Kemenkes
kedua hormon seks tersebut. Rileksasi untuk memberikan
kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang
penting untuk mendapatkan yang bebas dari nyeri.
1
Poltekkes Kemenkes
6) Lepaskan genggaman jari dan usahakan rileks.
b. Jenis-jenis Fraktur
1) Berdasarkan garis fraktur
a) Fraktur komplit. Apabila garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua konteks tulang
b) Fraktur inkomplit. Apabila garis patah tidak melalui penampang
tulang.
1
Poltekkes Kemenkes
2) Berdasarkan bentuk fraktur dan kaitannya dengan mekanisme trauma
a) Fraktur transfersal. Fraktur dengan garis patah tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Jika segmen patah tulang
direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen
akan stabil dan biasanya akan stabil dan biasanya akan mudah
dikontrol dengan bidai gips.
b) Fraktur oblique. Fraktur dengan garis patah membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil.
c) Fraktur serial. Fraktur ini terjadi akibat torsi pada ekstremitas.
Kondisi ini dapat menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
d) Fraktur kompresi. Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang
menumpuk pada tulang ketiga yang berada diantaranya, misalnya
satu vertebra dengan vertebra lain.
e) Fraktur anulas. Fraktur yang memisahkan fragmen tulang pada
tempat insisi tendon atau ligament, contohnya fraktur patella.
2
Poltekkes Kemenkes
luka kurang dari 1 cm, Kerusakan jaringan sedang, potensial
infeksi lebih besar dari 1 cm, dan luka besar sampai dengan 8 cm,
kehancuran otot, kerusakan neuromuskular kontaminasi besar.
b) Fraktur tertutup
Terjadi pada tulang yang abnormal atau sakit. Penyebab
terbanyaknya adalah osteoporosis dan osteomalacia (Istianah,
2018).
2
Poltekkes Kemenkes
b) Keluhan utama
Pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak
puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
cukup.
2
Poltekkes Kemenkes
Kebutuhan nutrisi atau protein yang terpenuhi dapat mempercepat
proses tidur.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Pada klien gangguan istirahat dan tidur akan timbul ketakutan
terhadap kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
g) Pemeriksaan fisik
1) TTV
a) Tekanan Darah : Meningkat dan Fluktuasi
b) Nadi : Meningkat dan Fluktuasi
c) Pernapasan : Tidak teratur, dan kadang apnea
2) Kepala
Pada pasien gangguan istirahat dan tidur tidak ada gangguan,
bentuk simetris, tidak ada benjolan
3) Leher
Tidak ada kelainan pada bagian leher, kadang ditemukan
pembesaran getah bening
4) Muka
Pada pasien yang mengalami gangguan istirahat dan tidur, muka
tampak lelah, lesu dan pucat.
5) Mata
Biasanya pada pasien gangguan istirahat dan tidur adanya
lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak
mata bengkak, gerakan bola mata lambat.
6) Telinga
Tidak ada lesi dan nyeri tekan
7) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan
pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
8) Mulut dan faring
2
Poltekkes Kemenkes
Tidak pembesaran tonsil, tidak terjadi perdarahan pada gusi,
mukosa bibir tidak pucat.
9) Paru
Inspeksi: pernapasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama.
Perkusi: suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan
lainnya
Auskultasi: suara nafas normal, tidak ada wheezing atau
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi
10) Abdomen
Inspeksi: bentuk datar, simetris
Palpasi: turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
Teraba
Perkusi: suara thympani
Auskultasi: peristaltik usus normal krang lebih 20 kali/menit
11) Ekstemitas
Pada pasien gangguan istirahat dan tidur akral pada pasien teraba
dingin, tampak pucat
h) Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektroencepalogram (EEG), adalah suatu test untuk mendeteksi
kelainan aktivitas elektrik otak dan mencatat isyarat listrik pada
otak
2) Elektromiogram (EMG), adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi
kondisi dari syaraf tepi (motoris maupun sensoris) dari otak, yang
digunakan untuk mencatat potensial otot selama pergerakan otot.
3) Elektrookulogram (EOG), merupakan pemeriksaan yang
digunakan untuk mencatat atau mengukur berbagai potensial pada
kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata
(Maryunani, 2017).
2
Poltekkes Kemenkes
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI diagnosis keperawatan (2017) dignosa keperawatan yang
muncul pada pasien Fraktur yang mengalami gangguan tidur, yaitu:
a) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018) ada beberapa tujuan (SLKI) dan intervensi (SIKI)
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur yang mengalami
gangguan pola tidur, seperti tabel 2.2 di halaman selanjutnya berikut ini
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan SDKI, SLKI-SIKI
2
Poltekkes Kemenkes
Gejala dan Tanda c. Status hilangkan stress
Minor: Kenyamanan sebelum tidur
1. Keluhan sulit 3) Lakukan
Subjektif: tidur menurun prosedur untuk
a) Mengeluh 2. Kesejahteraan meningkatkan
kemampuan fisik meningkat kenyamanan
beraktivitas 3. Suhu ruangan (mis, pijat,
menurun membaik pengaturan
Objektif: - 4. Postur tubuh posisi, terapi
membaik akupresur)
Kondisi Klinis Terkait: 5. Pola tidur 4) Sesuaikan
a) Nyeri membaik jadwal
b) Kondisi pasca pemberian obat
operasi d. Tingkat Keletihan atau tindakan
1) Kemampuan untuk
melakukan menunjang
aktivitas rutin siklus tidur-
meningkat terjaga
2) Gelisah 5) Terapi
menurun Genggam Jari
3) Selera makan
membaik Manajemen
4) Pola istirahat Lingkungan
membaik Tindakan:
a) Observasi
1) Identifikasi
keamanan dan
kenyamanan
lingkungan
b) Terapeutik
1) Atur suhu
lingkungan
yang sesuai
2) Sediakan
tempat tidur
dan lingkungan
yang bersih dan
nyaman
3) Izinkan
membawa
benda-benda
yang disukai
dari rumah
4) Izinkan
keluarga untuk
tinggal
2
Poltekkes Kemenkes
mendampingi
pasien
5) Pertahankan
konsistensi
kunjungan
tenaga
kesehatan
Terapi Relaksasi
Tindakan:
a) Observasi
1) Identifikasi
penurunan
tingkatenergi,
tidak mampu
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang
mengganggu
kemampuan
kognitif
2) Identifikasi
teknik relaksasi
yang pernah
efektif
digunakan
3) Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan
4) Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
b) Terapeutik
1) Ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
2
Poltekkes Kemenkes
2) Berikan berikan
informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
3) Gunakan
relaksasi
sebagai strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
atau tindakan
medis lain, jika
sesuai
c) Edukasi
1) Jelaskan tujuan,
manfaat,
batasan, dan
jenis relaksasi
yang tersedia
(mis, musik,
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif)
2) Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3) Anjurkan sering
mengulangi
atau melatih
teknik yang
dipilih
4) Demonstrasi
dan latih teknik
relaksasi (mis,
napas dalam,
peregangan,
atau imajinasi
terbimbing)
(PPNI, 2017, 2018, 2019)
2
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah peneltian dseskriptif pendekatan
studi kasus. Studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami
objek yang ditelitinya secara khusus pada suatu kasus (Hakim, 2017). Desain
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan dan memberi
pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman
manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti & Imami, 2014).
Penelitian ini menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
2
Poltekkes Kemenkes
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Jika pasien
lebih dari satu orang yang memenuhi kriteria, teknik sampling yang
digunakan adalah Sample Random Sampling. Sampel Random Sampling
adalah upaya pengambilan sampel dengan cara acak, tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam anggota populasi. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan cara lotre.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Klien bersedia menjadi responden
2) Klien yang kooperatif dan berkomunikasi verbal dengan baik
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat
namun mengalami penurunan kesadaran dalam perawatan peneliti.
Berdasarkan kriteria diatas ada 3 orang dari 6 populasi yang memenuhi
kriteria, untuk pengambilan satu sample sebagai partisipan dalam
penelitian menggunakan teknik simple random sampling dengan cara lotre
sederhana.
3
Poltekkes Kemenkes
lagi. Data yang didapat meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik.
b. Data sekunder
Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan
yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan. Data
yang sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rekam medis pasien. Data sekunder yang diperoleh oleh peneliti
berupa hasil pemeriksaan labor dan dokumentasi data pasien
fraktur yang terganngu istirahat dan tidur diperoleh dari Medical
Record RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
b. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi klien dengan
metode mengukur dengan menggunakan alat ukur seperti
melakukan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi nafas dan suhu).
3
Poltekkes Kemenkes
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan.
Pemeriksaan dilakukan oleh peneliti kepada partisipan dari kepala
sampai kaki dengan cara inspeksi atau melihat bagaimana kondisi
pasien seperti keadaan umum pasien, palpasi (menggunakan indera
peraba), perkusi (cara mengetuk bagian permukaan tubuh), dan
auskultasi (mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh).
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dapat memberi informasi tentang situasi yang
diperoleh dokumen dari Rumah Sakit untuk menunjang penelitian
yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
rekam medis pasien untuk menambah data penunjang.
F. Analisis data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien Fraktur. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan
dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur. Analisa yang dilakukan adalah
menentukan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi klien.
3
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang di Ruangan Trauma
Center. Ruangan Trauma Center dipimpin oleh seorang karu, karu dibantu
oleh katim dan beberapa perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift yaitu
shift pagi, shift siang, dan shift malam. Selain perawat ruangan ada
Mahasiswa praktik dari berbagai institusi pendidikan dalam melakukan
asuhan kepada pasien.
B. Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan Gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur di
Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang yang dilakukan pada
tanggal 18– 22 Februari 2020 pada satu orang partisipan yaitu Tn. D dengan
diagnosa fraktur radius distal Ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian
keperawatan, penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, studi dokumentasi serta
pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dimulai pada tanggal 18 februari 2020 pada pukul 10.00 WIB.
Peneliti melakukan pengkajian pada satu partisipan, partisipannya adalah
Tn. D. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat dari hasil studi dokumentasi.
a. Identitas pasien dan keluarga
Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi
1) Identitas pasien
Pasien laki-laki, Tn.D umur 38 tahun, seorang Petani, pendidikan
terakhir SMA, agama islam, Diagnosa medis Fraktur Radius Distal.
3
Poltekkes Kemenkes
2) Identitas penanggung jawab
Selama perawatan pasien dijaga oleh keluarganya diantaranya
Ny.N. Hubungan dengan pasien adalah istri yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama
Tn. D masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 16
Februari 2020 pada pukul 16.12 WIB, rujukan dari Rumah
Sakit Sijunjung. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada
bagian pergelangan tangan.
3
Poltekkes Kemenkes
Pasien juga mengatakan tidak dapat mengubah posisi tidur
karena pinggul yang tidak boleh digerakkan. Karena kurang
tidur pasien mengatakan badannya terasa letih dan tidak
bersemangat. TD: 130/70 mmHg, nadi: 81x/i, pernapasan:
20x/i, suhu: 36,6 0C
e. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik, didapakan tanda-tanda vital, TD : 130/70
mmHg, nadi : 81x/i, pernapasan: 20x/i, pasien dalam kondisi
lemah, pucat, lesu, konjungtiva anemis, mata tampak kemerahan,
mata tampak cekung, ada kantong mata, lingkaran hitam disekitar
mata, pada tangan kiri diberi perban. Pada ekstremitas Atas
terpasang Infus NaCl, kulit kering, tidak ada edema,tangan sebelah
kiri diberi perban, akral teraba dingin, CRT <2 detik.
3
Poltekkes Kemenkes
f. Data psikologis
Data dari pengkajian psikologis pasien didapatkan, pasien
mengatakan tidak cemas. Pasien mengatakan sabar menghadapi
penyakitnya dan dapat mengikuti terapi pengobatan dengan baik.
g. Data penunjang
Berdasarkan hasil labor pada tanggal 16 Februari 2020 didapatkan
hemoglobin 12.9 g/dL, leukosit 19.7 103/mm3, hematokrit 40%,
trombosit 292 103/mm3.
h. Terapi pengobatan
Terapi pengobatan yang didapat oleh pasien melalui IV yaitu
ceftriaxon 2x1 gr, ranitidin 2x1 gr, dan ketrolax 3x1 gr.
2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian dilakukan penganalisa data dan ditemukan prioritas
diganosis keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri. Diagnosa ini diangkat dengan data subjektif, pasien mengatakan
sulit untuk tidur karena nyeri di pergelangan tangan, tidur hanya 3-4 jam,
sering terbangun pada malam hari, pasien juga mengatakan tidak bisa
mengubah posisi tidur karena pinggul tidak dapat digerakkan. Pasien juga
mengatakan tidak dapat beristirahat akibat ruangan yang bersisik dan suhu
ruangan yang panas. Sedangkan data objektif didapatkan pasien tampak
lemah, pucat, mata cekung, konjungtiva anemis, mata kemerahan, mata
tampak cekung dan ada kehitaman disekitar kelopak mata.
3
Poltekkes Kemenkes
kriteria hasil keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun,
keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan pola tidur berubah menurun,
keluhan istirahat tidak cukup menurun, kemampuan beraktivitas
meningkat, keluhan tidak nyaman menurun, kebisingan menurun, merintih
menurun, suhu ruangan membaik, pola eliminasi membaik, kesejahteraan
meningkat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Tn. D dengan diagnosis keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, pada hari pertama
implementasi yang dilakukan adalah a) observasi: menggunakan
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
menanyakan kesulitan tidur pasien, b) terapeutik: membersihkan tempat
3
Poltekkes Kemenkes
tidur pasien, c) edukasi: menjelaskan pentingnya tidur kepada pasien, dan
mendiskusikan dengan keluarga cara mengatasi gangguan tidur.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada pasien
dengan diagnosis keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan
3
Poltekkes Kemenkes
nyeri didapatkan pada hari pertama yaitu, S: Pasien mengatakan sulit untuk
tidur, pasien mengatakan sering terbangun dimalam hari, pasien
mengatakan tidur 3-4 jam pada malam hari, O: Pasien tampak lelah, pasien
tampak lesu, ada kantung mata, mata kemerahan, ada lingkaran hitam
disekitar mata, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilakukan.
Pada hari kedua, S: Pasien mengatakan masih sulit untuk tidur, pasien
mengatakan masih sering terbangun dimalam hari, pasien mengatakan
tidur 3-4 jam dalam sehari, O: Pasien tampak lelah, pasien tampak lesu,
ada kantung mata, mata kemerahan, ada lingkaran hitam disekitar mata
pasien, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.
Pada hari ketiga, S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur namun
masih terganggu dengan kebisingan, pasien mengatakan tubuhnya sudah
mulai rileks, O: Pasien tampak lelah, pasien masih tampak lesu, masih ada
kantung mata, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur yang telah dilakukan sejak tanggal 18 februari sampai
dengan 22 februari 2019 di Ruang rawat inap Trauma Center (TC) Bedah
3
Poltekkes Kemenkes
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap pengkajian, merumuskan
diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan, hingga evaluasi proses keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan istirahat dan tidur
pada pasien didapatkan saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa tidur
nyenyak karena rasa nyeri yang dirasakan pada tangan sebelah kiri dan
bagian pinggul, bila tangan dan pinggul digerakkan nyeri akan timbul.
Pasien juga mengatakan tidak bisa istirahat dengan tenang karena ruangan
yang berisik dan panas. Menurut Ambarwati (2014) faktor lingkungan
dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya
stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi
yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu dapat beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan
kondisi tersebut.
4
Poltekkes Kemenkes
terdapat area gelap disekitar wajah, bengkak pada kelopak mata,
konjungtiva anemis, mata kelihatan cekung, tampak layu dan urang
bergairah.
4
Poltekkes Kemenkes
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Rencana yang akan dilakukan mengacu pada Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI).
4
Poltekkes Kemenkes
Penyusunan rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien sesuai
dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019)
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada dasarnya sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun dalam perencanaan keperawatan
menurut SLKI-SIKI 2018-2019 yang telah dibuat pada setiap diagnosis
keperawatan dan secara garis besar pelaksanaannya sudah sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab. Penambahan dan pengurangan tindakan yang
dilakukan peneliti sesuai dengan kondisi pasien.
4
Poltekkes Kemenkes
semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan seterusnya sampai benar-
benar rileks, apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan dengan meminta pasien untuk mengatakan,” saya ingin sakit saya
segera hilang”, gunakan perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran
bawah sadar dengan mengatakan,” saya akan terbangun dalam keadaan lebih
baik”.” mata saya perintah untuk normal kembali dan dapat dengan mudah
untuk dibuka”, lepaskan genggaman jari dan usahakan rileks., mengevaluasi
dan mencatat respon pasien terhadap terapi relaksasi.
Istirahat berarti suatu kedaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang berjalan-jalan ditaman juga bisa dikatakan
sebagai suatu bentuk istirahat. Tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan
fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta
dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan
aktivitas sehari-hari. (Ambarwati, 2014).
Hal ini sesuai dengan rencana intervensi yang terdapat pada SIKI, karena
semua implementasi yang dilakukan pada pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien. Dalam melaksanakan implementasi peneliti tidak menemukan
kendala.
4
Poltekkes Kemenkes
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja
dengan meninjau respon klien. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada
SLKI, berdasarkan kriteria hasil yang ditentukan. Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk SOAP.
Hasil evaluasi yang didapat kemajuan dari dari tindakan keperawatan pada
hari rawatan ke-5 untuk diagnosis keperawatan gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri pada pasien didapatkan hasil mengenai
gangguan pola tidur yaitu pasien mengatakan tidurnya sudah nyenyak, pasien
mengatakan sudah nyaman dan rileks dengan melakukan teknik relaksasi
genggam jari, pasien tampak lebih segar dan bersemangat.
4
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Gangguan
Istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan pasien tampak lemah, pasien mengatakan
pola tidurnya terganggu karena nyeri, selain nyeri pasien juga mengeluh
suhu lingkungan dan kebisingan di ruangan mengganggu tidurnya. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan mata pasien tampak kemerahan,
ada kantung mata, dan ada lingkaran hitam di sekitar mata
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa
gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien sesuai dengan
SLKI dan SIKI yaitu Dukungan tidur, manajemen energi , manajemen
lingkungan, dan terapi relaksasi dengan teknik genggam jari.
4. Implementasi Keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
sesuai dengan tujian dan kriteria hasil yang ditetapkan. Secara umum
rencana tindakan pada masing-masing masalah keperawatan dapat
dilakukan dan masalah teratasi pada hari rawatan kelima.
5. Hasil evaluasi dari hasil tindakan keperawatan pada masalah pasien yaitu
gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan dan
kebisingan, secara keseluruhan sudah tercapai pada hari kelima tindakan
keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Perawat ruangan trauma center dapat mengoptimalkan dalam memberikan
asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur
dengan teknik relaksasi genggam jari.
4
Poltekkes Kemenkes
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan mengambil
diagnosis keperawatan yang tepat menurut pengkajiam yang didapatkan,
melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih dahulu memahami
masalah dengan baik, dan mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan
4
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA
Andina & Yuni. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Andri, Juli, Dkk. 2019. Hubungan Antara Nyeri Fraktur Dengan Kualitas Tidur
Pasien Yang Dirawat Inap. Jurnal prevalensi/633-Article Text-5428-1-10-
20190619.pdf. diakses pada tanggal 09-01-2020
Budiman, Arif & Thomas Ari Wibowo. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Dengan Pemberian Teknik Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri. jurnal
prevalensi/ARIF BUDIMAN.pdf. diakses pada tanggal 09-01-2020
Hakim, abdul. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi
Kasus. Jawa Barat: CV Jejak
Riyadi & Harmoko. 2012. Standard Operating Procedure Dalam Praktik Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
4
Poltekkes Kemenkes
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnosis. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia dan Kriteria Hasil
Keperawatan indonesia : Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1.
Jakarta . DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Vaughans, W Bennita. 2011. Keperawatan Dasar Buku Wajib Bagi Praktisi &
Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta: Rapha Publishing
49
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 1
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 2
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 3
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 4
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 5
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 6
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 8
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR MANUSIA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn. D
2) Tempat/Tanggal Lahir : 15 Desember 1980
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) Status Kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Jorong Pasar, Koto Baru, Nagari
Sijunjung
9) Diagnosa Medis : Fraktur radius distal
10) No. MR : 01077xxx
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Tn. D masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 16
Februari 2020 pada pukul 16.12 WIB, rujukan dari Rumah
Sakit Sijunjung. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada
bagian pergelangan tangan.
Poltekkes Kemenkes
b) Keluhan saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 18
Februari 2020 Pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Trauma
Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang, Pasien
tampak lemah, pucat, mata kemerahan, ada lingkaran hitam
disekitar mata, ada kantung mata, konjungtiva anemis dan
tangan sebelah kiri terpasang perban.
Poltekkes Kemenkes
d. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
a. Makan
1. Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk
2. Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan setengah
porsi makanan dari rumah sakit
b. Minum
1. Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
2. Sakit
Minum ± 1500 cc dalam sehari
2) Pola Eliminasi
a. BAB
1. Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
2. Sakit
Pasien semenjak masuk Rumah Sakit Tidak ada BAB.
Pasien mengatakan tidak rasa ingin BAB tidak ada.
b. BAK
1. Sehat
Pasien BAK minimal 4-5 kali dalam sehari
2. Sakit
Pasien BAK ±1500 cc/hari dengan warna kuning
Poltekkes Kemenkes
b. Sakit
Siang : ±15 menit dalam sehari, karena nyeri dipergelangan
tangan akibat fraktur, selain itu banyaknya pasien di ruangan
dan keluarga pasien yang berkunjung ke ruangan sehingga
tidur dan istirahat pasien terganggu.
Malam: ±3-4 jam dalam sehari, pasien sering terbangun pada
malam hari akibat nyeri dan patah tulangnya, selain itu
lingkungan rumah sakit dengan suhu ruangan yang membuat
pasien tidak dapat tidur.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pasien dalam kondisi lemah, lesu, kesadaran pasien Compos
Mentis, GCS : 15
2. TTV
a) Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b) Nadi : 81x/i
c) Pernapasan : 20x/i
d) Suhu : 36,6 0C
3. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ada ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong
Poltekkes Kemenkes
mata, mata kemerahan, reflek kedip ada, tidak ada luka di bagian
mata.
4. Mulut
Mukosa mulut kering, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+), bibir terlihat pucat.
5. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
a. Jantung
1) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, reguler dan
lambat
3) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
4) Auskultasi
Irama jantung irreguler
6. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada luka atau lesi, perut datar, tidak ada distensi
b. Auskultasi
Bising usus positif yaitu 6x/i
c. Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (+), tidak teraba massa.
d. Perkusi
Bunyi Timpani
Poltekkes Kemenkes
8. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Terpasang Infus NaCl, kulit kering, tidak ada edema, spalk
ditangan kiri, akral teraba dingin, CRT <2 detik
b. Ekstremitas Bawah
Tidak ada edema, sianosis (+), akral teraba hangat, CRT <2
detik.
f. Data Psikologis
Data dari pengkajian psikologis pasien didapatkan, pasien mengatakan
ikhlas dengan penyakit yang dideritanya, pasien mengatakan tidak
cemas. Pasien tampak sabar menghadapi penyakitnya dan dapat
mengikuti terapi pengobatan dengan baik.
g. Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.9 g/dL 13.0-16.0
Leukosit 19.72 103/mm3 5.0-10.0
Hematokrit 40 % 40.0-48.0
Trombosit 292 103/mm3 150-400
APTT 24.9 Detik 20.1-27.1
APTT Kontrol 26.2
PT 10.8 Detik 9.9-13.1
INR 1.03 <1.2
PT kontrol 11.4
Total Protein 6.7 g/dL 6.6-8.7
Albumin 4.1 g/dL 3.8-5.0
Globulin 2.6 g/Dl 1.3-2.7
SGOT 34 U/L <38
SGPT 35 U/L <41
Kalsium 8.1 mg/dL 8.1-10.4
Ureum Darah 21 mg/dL 10-50
Poltekkes Kemenkes
Kreatinin Darah 0.8 mg/dL 0.8-1.3
Gula darah 124 mg/dL <200
Sewaktu
Natrium 136 mmol/L 136-145
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 104 mmol/L 97-111
h. Program Pengobatan
No. Nama Obat Dosis Frekuensi Rute
1. Ceftriaxone 1 gr 2x IV
2. Ranitidine 1 gr 2x IV
3. Ketrolax 1 gr 3x IV
Poltekkes Kemenkes
B. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. D
No. MR 01077378
Poltekkes Kemenkes
semangat
h. TD : 130/70 mmHg
Nadi : 81x/i
Pernapasan : 20x/i
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Ditemukan Masalah Ditemukan Masalah
Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Gangguan tidur 18
berhubungan dengan Februari
nyeri 2020
Poltekkes Kemenkes
D. RENCANA KEPERAWATAN
Poltekkes Kemenkes
meningkat nonfarmakologi
lainnya.
2. Manajemen Nyeri
(PPNI, 2018 Hal: 201)
a. Observasi
1) Identifikasi
skala nyeri
2) Identifikasi
respons nyeri
non verbal
3) Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis,
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain,
dan teknik
relaksasi
genggam jari)
c. Edukasi
1) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan
Poltekkes Kemenkes
menggunakan
analgetik secara
tepat
d. Kolaborasi
Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik
Poltekkes Kemenkes
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
Dilanjutkan
Rabu/ 19 Gangguan tidur a. Observasi S:
Februari berhubungan 1. Memonitor pola a. Pasien
2010 dengan nyeri tidur pasien mengatakan
2. Mengakaji nyeri masih sulit
pada pasien untuk tidur
3. Memberikan obat b. Pasien
Poltekkes Kemenkes
analgetik sesui mengatakan
dengan resep masih sering
dokter terbangun
dimalam
b. Terapeutik hari
1. Mengatur posisi c. Pasien
tidur pasien mengatakan
senyaman tidur 3-4
mungkin jam pada
2. Mengatur suhu di malam hari
ruangan O:
3. Memberikan obat a. Pasien
analgetik sesui tampak lelah
dengan resep b. Pasien
dokter tampak lesu
4. Membatasi c. Ada kantung
pengunjung mata
d. Mata
c. Edukasi kemerahan
Mengajarkan teknik e. Ada
relaksasi genggam lingkaran
jari hitam di
sekitar mata
pasien
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
Dilanjutkan
Kamis/ Gangguan tidur a. Observasi S:
20 berhubungan Menanyakan kembali a. Pasien
Februari dengan nyeri pola tidur pasien mengatakan
2020 sudah mulai
b. Terapeutik bisa tidur
1. Mengatur posisi namun
pasien masih
2. Mengatur suhu di terganggu
ruangan dengan
3. Membatasi kebisingan
kunjungan b. Pasien
keluarga pasien mengatakan
4. Menganjurkan tubuhnya
kepada pasien sudah mulai
untuk menepati rileks
kebiasaan tidur O:
5. Melakukan teknik a. Pasien
Poltekkes Kemenkes
relaksasi tampak lelah
genggam jari b. Pasien
masih
tampak lesu
c. Ada kantung
mata
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Juma’at/ Gangguan tidur a. Observasi S:
21 berhubungan Memonitor pola tidur a. Pasien
Februari dengan nyeri pasien mengatakan
2020 sudah bisa
b. Terapeutik
tidur dengan
1. Membersihkan
tempat tidur nyenyak
pasien b. Pasien
2. Membatasi mengatakan
kunjungan tubuhnya
keluarga pasien sudah rileks
3. Mengatur suhu dan nyaman
ruangan
4. Meminta pasien O:
untuk tetap rileks a. Pasien
tampak
c. Edukasi
rileks dan
Mengevaluasi teknik
relaksasi genggam bersemangat
jari b. Masih ada
kantung
mata
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Sabtu/ 22 Gangguan tidur a. Observasi S:
Februari berhubungan Membantu pasien a. Pasien
2020 dengan nyeri untuk menghilangkan mengatakan
faktor yang tidurnya
Poltekkes Kemenkes
mengganggu tidur sudah
pasien nyenyak
b. Pasien
b. Terapeutik mengatakan
1. Mengatur posisi tubuhnya
pasien senyaman rileks dan
mungkin nyaman
2. Membersihkan O:
tempat tidur dan a. Pasien
meja pasien tampak
3. Membatasi segar
kunjungan b. Pasien
keluarga pasien tampak
rileks dan
c. Edukasi bersemangat
Mengevaluasi teknik A:
relaksasi genggam Masalah
jari teratasi
P:
Intervensi
Dihentikan
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 9
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 10