Anda di halaman 1dari 88

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN


TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANGAN TRAUMA
CENTER RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

OKTIARANI GINANTI
173110220

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN


TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANGAN TRAUMA
CENTER RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Ahli
Madya Keperawatan

OKTIARANI GINANTI
173110220

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2020
i
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur
Pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2020”. Kemudian Sholawat beriring salam juga dihaturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma
III pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Ibu Hj.
Efitra, S.Kp. M.Kep, selaku pembimbing 1 dan Ns. Suhaimi, S. Kep. M.Kep,
selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan, membimbing, dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini. Seterusnya Terima Kasih kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M. Si selaku Direktur Politeknik kesehatan


kementerian Kesehatan RI padang
2. Bapak Dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA (K) selaku Direktur RSUP. Dr. M. Djamil
Padang beserta staf yang telah mengizinkan untuk melakukan pengambilan
data
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni. M. Kep. Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian RI Padang
4. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian RI Padang
5. Bapak Ibu Dosen serta Staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari keterbatasan dan
kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum
sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis
menerima atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
Poltekkes Kemenkes Padang
Akhir kata peneliti memohon masukan dan saran pihak yang telah
membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT, Aamiin.

Padang, Juni 2020

Peneliti

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Oktiarani Ginanti


NIM 173110220

Tanda Tangan :
Materai

Tanggal :

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Oktiarani Ginanti


NIM 173110220
Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 14 Oktober 1999
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Orang Tua
Ayah : Dermawan Harefa
Ibu : Novianti
Alamat : Jl. Punggai No. 305, Kelurahan Surau Gadang,
Kecamatan Nanggalo, Kota Padang

Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
SDN 15 Surau Gadang 2005-2011
SMPN 22 Padang 2011-2014
SMAN 12 Padang 2014-2017
Poltekkes Kemenkes Padang 2017-2020

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020


Oktiarani Ginanti

Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur di


Ruang Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020
Isi: ix + 48 Halaman + 2 Tabel + 10 Lampiran

ABSTRAK
Berdasarkan survey awal pada tanggal 31 desember 2019 di ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang ditemui 5 orang pasien fraktur 3
diantaranya mengalami gangguan tidur. Pelaksanaan yang dilakukan di ruangan
yaitu teknik relaksasi napas dalam. Dalam beberapa hasil penelitian untuk
mengatasi nyeri yang mengakibatkan gangguan tidur adalah dengan teknik
relaksasi genggam jari, namun teknik tersebut belum diterapkan di ruangan
trauma center. Tujuan penelitian mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur di Ruang Trauma Center RSUP. Dr. M.
Djamil Padang tahun 2020.

Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Waktu


penelitian dari Desember 2019 sampai Juni 2020. Populasi adalah 6 orang pasien
fraktur yang mengalami gangguan tidur. Besar sampel 1 pasien dengan teknik
simple random sampling. Pengumpulan data dengan cara wawancara,
pengukuran, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Analisis data dengan
membandingkan antara kasus dan teori.

Hasil penelitian ditemukan pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan dan


pinggul yang menyebabkan tidur pasien terganggu, hanya dapat tidur nyenyak 3-4
jam dalam sehari. Diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri. Intervensi dan Implementasi keperawatan untuk mengatasi
gangguan tidur yaitu teknik relaksasi genggam jari. evaluasi pada hari

Disarankan kepada perawat melalui direktur untuk menggunakan teknik relaksasi


genggam jari sebagai alternatif untuk mengatasi gangguan istirahat dan tidur yang
disebabkan oleh nyeri..
Kata kunci: Istirahat dan Tidur, Fraktur, Asuhan keperawatan
Daftar Pustaka: 20 ( 2010-2019)

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
LEMBAR ORISINALITAS.................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................6
D. Manfaat penelitian..............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8


A. Konsep Istirahat dan Tidur.................................................................................8
1. Pengertian Istirahat dan Tidur......................................................................8
2. Karakteristik Istirahat dan tidur..................................................................8
3. Fisiologi tidur..............................................................................................9
4. Fungsi Tidur................................................................................................9
5. Pengaturan Tidur.........................................................................................9
6. Ritme Sirkadian.........................................................................................10
7. Tahapan Tidur............................................................................................10
8. Siklus Tidur................................................................................................12
9. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas tidur........................12
10. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi.......................................................14
11. Penatalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur.........................................16
12. Teknik Relaksasi Genggam Jari.................................................................16
B. Konsep Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur..............................................19
1. Defenisi Fraktur.........................................................................................19
2. Jenis-Jenis Fraktur.....................................................................................19
3. Penyebab Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur...................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur Pada pasien
Fraktur.............................................................................................................21
1. Pengkajian..................................................................................................22
2. Kemungkinan Diagnosa Muncul...............................................................25
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................30


A. Desain Penelitian..............................................................................................30
B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................30

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Populasi dan Sampel........................................................................................30
D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................................31
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................31
F. Analisa Data.....................................................................................................33

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS....................................33


A. Deskripsi Kasus................................................................................................33
B. Pembahasan Kasus...........................................................................................39
1. Pengkajian..................................................................................................40
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................41
3. Rencana Keperawatan................................................................................42
4. Implementasi Keperawatan........................................................................43
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................45

BAB V PENUTUP................................................................................................46
A. Kesimpulan......................................................................................................46
B. Saran.................................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Tahapan Tidur NREM.....................................................12


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan.........................................................................30

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 informed Consent

Lampiran 3 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Survey Awal

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6 Surat Izin Melakukan Penelitian RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 7 Surat Izin Selesai Penelitian RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 10 Ganchart

xi
Poltekkes Kemenkes
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah pemenuhan kebutuhan pokok yang bersifat
manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup. Jika pemenuhan
kebutuhan dasar manusia gagal dilakukan, maka akan menimbulkan kondisi
yang tidak seimbang bagi klien. Perawat sebagai salah satu profesi dibidang
kesehatan salah satu tujuannya adalah membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup
pelayanan keperawatan bersifat holistic, yakni mencakup kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (Andina dan Yuni, 2017)

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow terbagi lima yaitu


kebutuhan fisiologis antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas,
kebutuahn cairan ( minuman ), nutrisi ( makanan), eliminasi, istirahat dan
tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh dan seksual, kebutuhan rasa aman
dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan
psikologis, kebutuhan rasa cinta antara lain memberi dan menerima kasih
sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga,
kelompok sosial, dan sebagainya, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuahn
aktualisasi diri (Riyadi dan Harmoko, 2012). Salah satu kebutuhan dasar yang
sangat primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis
biologi dan kelangsungan hidup setiap manusia adalah dengan pemenuhan
istirahat dan tidur (Sutanto & Fitriana, 2017).

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Jika hal
tersebut tidak dipenuhi, maka status kesehatan menjadi kurang optimal.
Proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Istirahat juga
bermakna melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan dan
menjengkelkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, istirahat
merupakan suasana yang tenang, bersantai tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kecemasan (Andina dan Yuni, 2017).

Poltekkes Kemenkes
Gangguan istirahat dan tidur akan menimbulkan dampak pola tidur tehadap
fungsi sehari-hari. Seseorang yang mengalami gangguan tidur akan merasa
tidak segar saat terbangun dari tidur. Selain itu, pasien juga akan mengalami
perubahan perilaku seperti iritabel, kurang perhatian kepada orang yang
disekitarnya, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil,
tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung,
dan kurang koordinasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dan
normal, namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Timbulnya ketakutan, rasa cemas dan ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara normal akan menimbulkan gangguan
istirahat dan tidur pada seseorang akibat penyakit yang dideritanya, seperti
gangguan pergerakan akibat fraktur. Pada semua klien fraktur timbul rasa
nyeri dan keterbatan gerak, sehingga dapat juga mengganggu pola serta
kebutuhan tidur klien (Asikin, 2016).

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan


adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi akibat
trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur dapat terjadi dengan
patahan tulang dimana tulang tetap berada didalam (fraktur tertutup) atau di
luar dari kulit (fraktur terbuka). Trauma pada fraktur akan menyebabkan nyeri
pada penderitanya. Nyeri tersebut yang akan mengganggu istirahat dan tidur
pada seseorang (Rizal, dkk, 2014).

Asuhan keperawatan Gangguan istirahat dan Tidur pada pasien fraktur adalah
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung
diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan proses keperawatan, berpedoman pada
standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam

2
Poltekkes Kemenkes
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan dengan sasaran pasien
yang mengalami gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur.

Penanganan gangguan istirahat dan tidur merupakan tujuan penting bagi


perawat. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur klien sesuai dengan prosedur yang benar sehingga perawat harus
mempuyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur
sehingga pelayanan terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan benar.
Berkaitan dengan istirahat dan tidur ini, perawat dapat membantu pasien
dalam mengembangkan perilaku yang kondusif untuk istirahat dan tidur.
(Maryunani, 2017).

Tujuan utama dalam membantu pasien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan atau mengembangkan pola tidur yang memberikan energi
yang cukup dalam aktivitas sehari-hari. Hal-hal yang dapat dilakukan perawat
adalah dengan merencanakan intervensi-intervensi keperawatan khusus untuk
mencapai tujuan berdasarkan pada etiologi dari masing-masing diagnosa
keperawatan. Intervensi-intervensi ini bisa meliputi melakukan identifikasi
yang mempengaruhi masalah tidur, mengurangi distraksi lingkungan,
mengajarakan cara-cara antara lain mengurangi stress, teknik relaksasi, atau
cara-cara untuk mengembangkan pola tidur yang baik. Intervensi tindakan
keperawatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur pasien
mencakup sebagian besar tindakan nonfarmakologis yaitu dengan
pertimbangan khusus tentang penggunaan obat-obatan tidur bila sangat
diperlukan (Maryunani,2017).

World Health Organization mencatat pada tahun 2018 terdapat 1,35 juta orang
mengalami fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Data RISKESDAS 2018
mencatat penyebab cedera terbanyak di indonesia adalah mengendarai sepeda
motor (72,7%), menumpang sepeda motor (19,2%), mengendarai mobil
(1,2%), menumpang mobil (1.3%), naik kendaraan tidak bermesin (2,7 %),
dan akibat jalan kaki (4,3%). Pada tahun 2018 orang yang mengalami fraktur

3
Poltekkes Kemenkes
karena kecelakaan di Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak 2.912
kasus, naik 17% dibanding jumlah di tahun 2017 sebanyak 2.862 kasus. Pada
tahun 2018, jumlah kecelakaan di wilayah Kota Padang berjumlah sembilan
kasus kecelakaan. Jumlah kecelakaan selama Operasi Ketupat Singgalang
2019 di wilayah hukum Polresta Padang tercatat sebanyak 17 kasus
kecelakaan, dari 17 kasus kecelakaan tersebut 23 orang diantaranya
menderita luka ringan, enam orang mengalami luka berat.

Penelitian Andri & Dkk (2019) tentang “Hubungan Nyeri Fraktur dengan
Kualitas Tidur Pasien yang Dirawat Inap di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”.
Hasil penelitian ditemukan 60% pasien memiliki intensitas nyeri dengan
kategori berat. Selanjutnya ada 73,3% pasien yang mengalami nyeri karena
fraktur memiliki gangguan istirahat dan tidur.

Penelitian Budiman & Wibowo (2018) tentang “Analisis Praktik Klinik


Keperawatan pada Pasien Post Operasi Fraktur dengan Pemberian Tehnik
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda”. Penelitian ini
dilatar belakangi dari fenomena bahwa pasien fraktur akan tetap merasakan
nyeri ketika telah dilakukan tindakan operasi yang tentunya akan mengganggu
istirahat dan tidur pasien. Tindakan non farmakologi yaitu dengan intervensi
pemberian teknik relaksasi genggam jari menunjukan bahwa hasil intervensi
terapi genggam jari terhadap 3 kasus pasien yang mengalami nyeri terjadi
penurunan skala nyeri setelah diberikan terapi, pada kasus satu dari skala lima
menjadi empat, pada kasus dua dari skala empat menjadi tiga, dan pada kasus
3 dari skala empat menjadi dua.

Data Rekam Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 didapatkan 1.612 kasus pasien yang mengalami fraktur. Survey
awal yang dilakukan peneliti di ruang Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 31 Desember 2019, peneliti mendapatkan 5
orang pasien fraktur dan 3 orang diantaranya yang mengalami gangguan

4
Poltekkes Kemenkes
istirahat dan tidur. Hasil wawancara pada pasien ditemukan, pasien
mengatakan nyeri pada sisi tulang yang mengalami fraktur menyebabkan
klien sulit untuk tidur, ketidaknyamanan aktivitas bergerak (imobilisasi), dan
mengatakan suhu di ruangan panas, kebisingan dan banyaknya pengunjung
yang datang mengganggu istirahat dan tidur pasien. Pasien mengatakan
perawat sudah mengajarkan relaksasi teknik napas dalam untuk meredakan
nyeri dan memberikan obat pereda nyeri jika relaksasi teknik napas dalam
tidak berhasil dilakukan.

Peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 31 Desember 2019 dengan


satu orang perawat di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah, hasil wawancara
perawat mengatakan bahwa masalah yang terjadi pada pasien fraktur terutama
pada pasien post operasi adalah gangguan istirahat dan tidur yang diakibatkan
oleh rasa nyeri. Perawat mengatakan mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi nyeri yang diderita pasien tetapi tidak dimasukan
dalam jadwal tindakan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian Budiman & Wibowo (2018) di RSUD Samarinda


selain teknik nafas dalam ada beberapa teknik yang berhasil dilakukan untuk
mengatasi gangguan istirahat dan tidur akibat nyeri karena fraktur salah
satunya adalah Teknik Genggam Jari. Hasil penelitian teknik genggam jari
pada pasien fraktur yang mengalami nyeri terjadi penurunan skala nyeri
sehingga gangguan istirahat dan tidur pada pasien dapat teratasi. Teknik
Genggam Jari ini belum diterapkan di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti telah melakukan penelitian tentang


“Asuhan Keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur di
Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.

5
Poltekkes Kemenkes
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan keperawatan gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien fraktur di RSUP. Dr. Djamil Padang
Tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr. Djamil
Padang Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP.
Dr. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan
Trauma Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP. Dr.
Djamil Padang.

6
Poltekkes Kemenkes
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Kegiatan penelitian bermanfaat bagi peneliti menambah pengetahuan dan
wawasan tentang teknik relaksasi genggam jari untuk mengatasi nyeri
yang mengakibatkan gangguan pola tidur pada pasien fraktur.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian melalui direktur Rumah Sakit dapat memberikan
informasi kepada perawat dalam mengatasi gangguan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur dengan teknik relaksasi genggam jari.
3. Bagi Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil penelitian melalui ketua jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
RI Padang diharapkan dapat dilihat oleh mahasiswa tentang teknik
genggam jari untuk mengatasi gangguan istirahat dan tidur pada pasien
fraktur yang mengalami nyeri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti selanjutnya untuk
menjadi data dasar yang berkaitan dengan teknik genggam jari untuk
mengatasi gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur yang
mengalami nyeri.

7
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Istirahat dan Tidur


1. Pengertian istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh
baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki
makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti
suatu kedaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari
perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Terkadang berjalan-jalan ditaman juga bisa dikatakan sebagai
suatu bentuk istirahat.

Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan


reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikan
dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap
stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk
tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,
mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan
dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari. (Ambarwati,
2014).

2. Karakteristik istirahat dan tidur


a. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
e. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai
tujuan
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan (Maryunani, 2017).

8
Poltekkes Kemenkes
3. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu Reticukar Aktivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memilikisel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta
emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
(Ambarwati, 2014)

4. Fungsi Tidur
Fungsi dan tujuan tidur belum diketahui secara pasti dan jelas. Meskipun
demikian fungsi tidur dapat dikatakan sebagai restoratif (memperbaiki)
kembali organ-organ tubuh, karena diduga bermanfaat untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan (Maryunani, 2017).

5. Pengaturan Tidur
Regulasi kontrol berdasarkan hubungan antara 2 mekanisme antagonis
otak:
a. SAR (Sistem Aktif Retikular)
1) Berlokasi pada batang otak teratas, diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga atau
kesadaran.
2) SAR juga memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan
sensori raba, serta emosi dan proses berpikir.
3) Saat terbangun atau sadar merupakan hasil dari neuron dalam SAR
yang mengeluarkan katekolamin (noreeprinegrin).
4) Sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari
BSR.

9
Poltekkes Kemenkes
b. BSR (Bulbar Syncronizing Region):
1) Mengambil alih yang menyebabkan tidur.
2) Disebabkan oleh pelepasan serum serotonin (Maryunani, 2017).

6. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.
Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan
faktor lingkungan (mis, cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sarkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individubergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh
yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya individu akan
bangun pada saat ritme fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling
aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah. (Ambarwati,
2014)

7. Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elekroensefalogram (EEG), elektro-oku-logram (EOG), dan
elektromiogram (EMC), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid
eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). (Ambarwati,
2014)
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukan orang yang sadar.
Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh.
Disamping itu, semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital,
metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terdiri

1
Poltekkes Kemenkes
dari 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light
sleep) dan tahap III-IV disebut tidur dalam (deep sleep atau delta
sleep).

b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menitdan berlangsung selama 5-
30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian
besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur, otak cenderung aktif
dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu
menjadi sulit untuk dibangunkan tau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan
frekuensijatung dan pernapasan seringkali tidak teratur.

Tabel 2.1
Karakteristik Tahapan Tidur NREM

Tahap Karakteristik
Merupakan tahapan transisi antara bangun dan tidur.
Individu cenderung relaks, masih sadar, dengan
Tahap I lingkungannya, dan mudah dibangunkan. Normalnya,
tahap ini berlangsung beberapa menit dan merupakan
5% dari total tidur.
Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat
bangun dengan mudah. Otot relaksasi. Normalnya,
Tahap II tahap ini berlangsung selama 10-20 menitdan
merupakan 50%-55%dari total tidur.
Merupakan awal dari tahap tidur nyenyak. Tidur
dalam, relaksasi otot menyeluruh, dan individu
Tahap III cenderung sulit dibangunkan. Tahap ini berlangsung
selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total
tidur.
Tidur semakin dalam atau delta sleep. Individu

1
Poltekkes Kemenkes
menjadi sulit dibangunkan sehingga membutuhkan
Tahap IV stimulus. Terjadi perubahan fisiologis, yakni: EEG
gelombang otak melemah, nadi dan pernapasan
menurun, tekanan darah menurun. Tonus otot
menurun, metabolisme lambat, temperatur tubuh
menurun. Tahap ini merupakan 10% dari total tidur
(Ambarwati, 2014)

8. Siklus tidur
Selama tidur, individu melewatitahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
yang kompleks normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ketahap REM. Tahap
NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap
IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui
tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudah dan
berlangsung selama 20 menit (Ambarwati, 2014).

9. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur


a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak dari biasanya. Disamping itu, siklus
bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.

b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang
tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu dapat beradaptasi dan
tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

1
Poltekkes Kemenkes
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.

d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

e. Stress emosional
Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.

f. Stimulan dan alkohol


Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alkohol telah hilang, individu seringkali mengalami mimpi
buruk.

g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode
terjaga dimalam hari.

1
Poltekkes Kemenkes
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokoksering kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun pada malam hari.

i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan
narkotik (mis, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga dimalam
hari.

j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untuk terjaga seringkali dapat mendatangkan kantuk.
(Ambarwati, 2014).

10. Gangguan tidur yang umum terjadi


a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini pada umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
Ada tiga jenis insomnia, insomnia inisia, insomnia intermiten, dan
insomnia terminal.

b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada aank-
anak, beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis,

1
Poltekkes Kemenkes
tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis,
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis, mimpi
buruk), dan lainnya (mis, bruksisme).

c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini disebabkan oleh
kondisi medis tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada
hati atau ginjal, atau karena gangguan sistem metabolisme (mis,
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat diginakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari.

d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui. Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendaliya periode tidur REM. Alternatif
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau
metilpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.

e. Apnea saat tidur


Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas
secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang
yang mengorok dengan keras, sering terjaga dimalam hari, imsomnia,
mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala pada pagi hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi
dan aritmia jantung (Ambarwati, 2014).

1
Poltekkes Kemenkes
f. Mengigau
Hampir semua orang tidur pernah mengigau. Hal tu terjadi pada
sebelum tidur REM (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

11. Pentalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur


a. Pendidikan kesehatan tentang kebiasaan tidur
b. Dukungan untuk kebiasaan menjelang tidur
c. Membuat lingkungan tidur yang nyaman
d. Untuk pasien rawat inap , maka masalah yang sering terjadi
berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit atau penyakitnya. Oleh
karena itu tindakan yang dapat diberikan oleh perawat adalah dengan
menjadwalkan aktivitas pasien
e. Memberikan analgesik apabila nyeri
f. Memberikan dukungan lingkungan yang kondusif untuk tidur.

12. Teknik Relaksasi Genggam Jari


a. Pengertian
Teknik relaksasi genggam jari merupakan teknik relaksasi dengan jari
tangan serta aliran energi dalam tubuh. Relaksasi genggam jari
menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non-
nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang”
tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat atau
dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan menggenggam jari.
sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi
akibat stimulasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak
mencapai otak (Pinandita, 2012).

b. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari


Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan
emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya stimulasi
pada luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan
menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut aferen nosiseptor

1
Poltekkes Kemenkes
ke substansi gelatinosa (pintu gerbang) dimedula spinalis untuk
selanjutnya melewati thalamus kemudian disampaikan ke kortek
serebri dan interpretasikan sebagai nyeri (Pinandita, 2014).

Relaksasi genggam jari merupakan cara yang lembut untuk


menginduksi respon relaksasi melalui sistem (istirahat dan bekerja)
saraf simpatis dan parasimpatis. Efek mekanik, atau fisik
membantu untuk memindahkan darah dan getah bening lebih
efisien. Nyeri sering diproduksi oleh penumpukan edema atau
cairan, yang menghasilkan tekanan dalam jaringan dan
menyebabkan stimulasi reseptor nyeri (nociceptors). Pengurangan
atau bahkan penghapusan rasa sakit, juga berasal dari fakta bahwa
relaksasi genggam jari merangsang pelepasan obat penghilang rasa
sakit alami (endorphin) dan membantu impuls nyeri blok.

Efek relaksasi genggam jari dapat mempengaruhi pelepasan bahan


kimia dan hormon ke dalam sistem yang menginduksi
relaksasi, seperti neurotransmiter vasopressin, dan oksitosin. Hal ini
juga dapat membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi stres
secara keseluruhan atau bahkan menghilangkan depresi. Kita rileks
maka kita menempatkan tubuh kita pada posisi yang sebaliknya.
Otot tidak tegang dan tidak memerlukan sedemikian banyak oksigen
dan gula, jantung berdenyut lebih lambat, tekanan darah menurun,
napas lebih mudah, hati akan mengurangi pelepasan gula, natrium
dan kalium dalam tubuh kembali seimbang, dan keringat berhenti
bercucuran (Susanti, 2014).

Kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormon


adrenalindan semua hormon yang diperlukan saat kita stress.
Karena hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon
stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama,
ketika kita mengurangi stres kita juga telah mengurangi produksi

1
Poltekkes Kemenkes
kedua hormon seks tersebut. Rileksasi untuk memberikan
kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang
penting untuk mendapatkan yang bebas dari nyeri.

c. Manfaat Teknik Relaksasi Genggam Jari


Menurut Susanti (2014) manfaat teknik relaksasi genggam jari adalah
sebagai berikut:
1) Membuat otot tidak tegang atau rileks
2) Mengurangi stress
3) Meningkatkan aliran bena dan limfatik
4) Kecepatan pembuangan limbah dan pasokan nutrisi
5) Mengurangi nyeri

d. Prosedur Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari


Menurut Pinandita(2014) prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi
genggam jari dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain
sebagai berikut:
1) Duduk atau baring dengan tenang
2) Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa khawatir yang berlebihan, genggam jari telunjuk
dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa takut berlebihan,
dan genggam jari kelingking dengan telapak tangan sebelahnya.
3) Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung,
hembuskan dengan mulut. Lakukan berkali-kali
4) Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks, semakin
rileks”, dan seterusnya sampai benar-benar rileks.
5) Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan seperti,” saya ingin sakit saya segera hilang”. Gunakan
perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
Contohnya,” saya akan terbangun dalam keadaan lebih baik”.”
Mata saya perintah untuk normal kembali dan dapat dengan
mudah untuk dibuka”.

1
Poltekkes Kemenkes
6) Lepaskan genggaman jari dan usahakan rileks.

B. Konsep Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur


a. Defenisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang yang dikenal stress yang lebih
besar daripada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan disekitarnya juga
akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke
otot dan sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah (Bararah dan Jauhar, 2013).

Fraktur adalah diskontinuitas atau terganggunya kesinambungan jaringan


tulang dan atau tulang rawan karena adanya trauma. Fraktur terjadi bila,
daya trauma lebih besar dari daya lentur tulang. Fraktur dapat terjadi
karenaperistiwa trauma tunggal, tekana yang berulang-ulang, atau
kelemahan abnormal pada tulang fraktur patologis (Hardisman, 2014).

Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya


akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun
jika diberi gaya tekan yang lebih besar daripada yang dapat diabsorbsi,
maka bisa terjadi fraktur. Gaya tekanan yang berlebihan yang dimaksud
antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir atau meremuk yang
terjadi mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Istianah, 2018).

b. Jenis-jenis Fraktur
1) Berdasarkan garis fraktur
a) Fraktur komplit. Apabila garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua konteks tulang
b) Fraktur inkomplit. Apabila garis patah tidak melalui penampang
tulang.

1
Poltekkes Kemenkes
2) Berdasarkan bentuk fraktur dan kaitannya dengan mekanisme trauma
a) Fraktur transfersal. Fraktur dengan garis patah tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Jika segmen patah tulang
direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen
akan stabil dan biasanya akan stabil dan biasanya akan mudah
dikontrol dengan bidai gips.
b) Fraktur oblique. Fraktur dengan garis patah membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil.
c) Fraktur serial. Fraktur ini terjadi akibat torsi pada ekstremitas.
Kondisi ini dapat menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
d) Fraktur kompresi. Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang
menumpuk pada tulang ketiga yang berada diantaranya, misalnya
satu vertebra dengan vertebra lain.
e) Fraktur anulas. Fraktur yang memisahkan fragmen tulang pada
tempat insisi tendon atau ligament, contohnya fraktur patella.

3) Berdasarkan jumlah garis fraktur


a) Fraktur komminute. Terjadi banyak garis fraktur atau banyak
fragmen kecil yang terlepas
b) Fraktur segmental. Apabila garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan sehingga satu ujung yang tidak memiliki pembuluh
darah menjadi sulit untuk sembuh
c) Fraktur multiple. Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang
yang berlainan tempat.

4) Berdasarkan kaitan antara fragmen dengan lingkungan luar tubuh


a) Fraktur terbuka. Apabila terdapat luka yang menghubungkan
tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukan kulit.
Fragmen terbuka dibagi menjadi tiga tingkat yaitu Pecah tulang
menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit terkontaminasi ringan,

2
Poltekkes Kemenkes
luka kurang dari 1 cm, Kerusakan jaringan sedang, potensial
infeksi lebih besar dari 1 cm, dan luka besar sampai dengan 8 cm,
kehancuran otot, kerusakan neuromuskular kontaminasi besar.
b) Fraktur tertutup
Terjadi pada tulang yang abnormal atau sakit. Penyebab
terbanyaknya adalah osteoporosis dan osteomalacia (Istianah,
2018).

c. Penyebab Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur


Pada aktivitas dan istirahat pada pasien fraktur, akan memperlihatkan
keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Kemungkinan
terjadi sebagai akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri (Hardisman, 2014). Nyeri hebat tiba-
tiba pada saat cedera, mungkin terlokalisasi pada area fraktur, berkurang
pada imobilisasi. Pada semua pasien fraktur akan timbul rasa nyeri dan
keterbatasan gerak, sehingga dapat mengganggu pola serta kebutuhan
tidur pasien. Selain nyeri, pada kasus fraktur akan timbul rasa ketakutan
terjadinya kecacatan pada diri klien, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara otimal yang dapat mengganggu istirahat
dan tidur pasien (Asikin, dkk, 2016)

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Istirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur


Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik tentang kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan dan
pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa
otot, toleransi aktivitas, masalah terkait mobilitas, serta kebugaran fisik.
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Identitas Klien: nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tempat tanggal lahir, umur, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis, nomor registrasi, dan nama penanggung jawab.

2
Poltekkes Kemenkes
b) Keluhan utama
Pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak
puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
cukup.

c) Riwayat kesehatan sekarang


Pada pasien gangguan istirahat dan tidur, pasien mengeluh terbangun
dimalam hari, tidur singkat, sulit untuk tidur, pada saat siang hari
pasien tampak kelelahan, mengantuk.

d) Riwayat kesehatan dahulu


Pada pasien gangguan istirahat dan tidur dipengaruhi oleh gaya hidup.
Misalnya individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

e) Riwayat kesehatan keluarga


Perawat menanyakan kepada pasien apakah ada faktor predisposisi
yang mempengaruhi pola tidur pasien.

f) Pola fungsi kesehatan


1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Sesorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat
tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa
nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi
dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.

2) Pola aktivitas dan latihan


Pada pasien gangguan istirahat dan tidur akan mengalami
kelelahan, semakin lelah akan semakin pendek siklus tidur REM
yang dilaluinya.
3) Pola Nutrisi

2
Poltekkes Kemenkes
Kebutuhan nutrisi atau protein yang terpenuhi dapat mempercepat
proses tidur.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Pada klien gangguan istirahat dan tidur akan timbul ketakutan
terhadap kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.

g) Pemeriksaan fisik
1) TTV
a) Tekanan Darah : Meningkat dan Fluktuasi
b) Nadi : Meningkat dan Fluktuasi
c) Pernapasan : Tidak teratur, dan kadang apnea
2) Kepala
Pada pasien gangguan istirahat dan tidur tidak ada gangguan,
bentuk simetris, tidak ada benjolan
3) Leher
Tidak ada kelainan pada bagian leher, kadang ditemukan
pembesaran getah bening
4) Muka
Pada pasien yang mengalami gangguan istirahat dan tidur, muka
tampak lelah, lesu dan pucat.
5) Mata
Biasanya pada pasien gangguan istirahat dan tidur adanya
lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak
mata bengkak, gerakan bola mata lambat.
6) Telinga
Tidak ada lesi dan nyeri tekan
7) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan
pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
8) Mulut dan faring

2
Poltekkes Kemenkes
Tidak pembesaran tonsil, tidak terjadi perdarahan pada gusi,
mukosa bibir tidak pucat.
9) Paru
Inspeksi: pernapasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama.
Perkusi: suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan
lainnya
Auskultasi: suara nafas normal, tidak ada wheezing atau
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi
10) Abdomen
Inspeksi: bentuk datar, simetris
Palpasi: turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
Teraba
Perkusi: suara thympani
Auskultasi: peristaltik usus normal krang lebih 20 kali/menit
11) Ekstemitas
Pada pasien gangguan istirahat dan tidur akral pada pasien teraba
dingin, tampak pucat

h) Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektroencepalogram (EEG), adalah suatu test untuk mendeteksi
kelainan aktivitas elektrik otak dan mencatat isyarat listrik pada
otak
2) Elektromiogram (EMG), adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi
kondisi dari syaraf tepi (motoris maupun sensoris) dari otak, yang
digunakan untuk mencatat potensial otot selama pergerakan otot.
3) Elektrookulogram (EOG), merupakan pemeriksaan yang
digunakan untuk mencatat atau mengukur berbagai potensial pada
kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata
(Maryunani, 2017).

2
Poltekkes Kemenkes
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI diagnosis keperawatan (2017) dignosa keperawatan yang
muncul pada pasien Fraktur yang mengalami gangguan tidur, yaitu:
a) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

3. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018) ada beberapa tujuan (SLKI) dan intervensi (SIKI)
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur yang mengalami
gangguan pola tidur, seperti tabel 2.2 di halaman selanjutnya berikut ini

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan SDKI, SLKI-SIKI

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
1. Gangguan pola tidur a. Pola Tidur Dukungan Tidur
1) Keluhan sulit Tindakan:
Defenisi: tidur menurun a) Observasi
Gangguan kualitas dan 2) Keluhan sering 1) Identifikasi pola
kuantitas waktu tidur terjaga menurun aktivitas dan
akibat faktor eksternal 3) Keluhan pola tidur
tidur berubah 2) Identifikasi
Penyebab: menurun faktor
a) Nyeri 4) Keluhan istirahat pengganggu
tidak cukup tidur (fisik
Gejala dan Tanda menurun dan/atau
Mayor: 5) Kemampuan psikologis)
Subjektif: beraktivitas 3) identifikasi obat
a) Mengeluh sulit tidur meningkat tidur yang
b) Mengeluh sering dikonsumsi
terjaga b. Penampilan Peran b) Terapeutik
c) Mengeluh tidak 1) Strategi koping 1) Modifikasi
puas tidur yang efektif lingkungan
d) Mengeluh pola tidur meningkat (mis,
berubah 2) Verbalisasi pencahayaan,
e) Mengeluh istirahat perasaan cemas kebisingan,
tidak cukup menurun suhu, matras,
Objektif: - dan tempat
tidur)
2) Fasilitasi untuk

2
Poltekkes Kemenkes
Gejala dan Tanda c. Status hilangkan stress
Minor: Kenyamanan sebelum tidur
1. Keluhan sulit 3) Lakukan
Subjektif: tidur menurun prosedur untuk
a) Mengeluh 2. Kesejahteraan meningkatkan
kemampuan fisik meningkat kenyamanan
beraktivitas 3. Suhu ruangan (mis, pijat,
menurun membaik pengaturan
Objektif: - 4. Postur tubuh posisi, terapi
membaik akupresur)
Kondisi Klinis Terkait: 5. Pola tidur 4) Sesuaikan
a) Nyeri membaik jadwal
b) Kondisi pasca pemberian obat
operasi d. Tingkat Keletihan atau tindakan
1) Kemampuan untuk
melakukan menunjang
aktivitas rutin siklus tidur-
meningkat terjaga
2) Gelisah 5) Terapi
menurun Genggam Jari
3) Selera makan
membaik Manajemen
4) Pola istirahat Lingkungan
membaik Tindakan:
a) Observasi
1) Identifikasi
keamanan dan
kenyamanan
lingkungan
b) Terapeutik
1) Atur suhu
lingkungan
yang sesuai
2) Sediakan
tempat tidur
dan lingkungan
yang bersih dan
nyaman
3) Izinkan
membawa
benda-benda
yang disukai
dari rumah
4) Izinkan
keluarga untuk
tinggal

2
Poltekkes Kemenkes
mendampingi
pasien
5) Pertahankan
konsistensi
kunjungan
tenaga
kesehatan

Terapi Relaksasi
Tindakan:
a) Observasi
1) Identifikasi
penurunan
tingkatenergi,
tidak mampu
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang
mengganggu
kemampuan
kognitif
2) Identifikasi
teknik relaksasi
yang pernah
efektif
digunakan
3) Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan
4) Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
b) Terapeutik
1) Ciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan

2
Poltekkes Kemenkes
2) Berikan berikan
informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
3) Gunakan
relaksasi
sebagai strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
atau tindakan
medis lain, jika
sesuai
c) Edukasi
1) Jelaskan tujuan,
manfaat,
batasan, dan
jenis relaksasi
yang tersedia
(mis, musik,
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif)
2) Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3) Anjurkan sering
mengulangi
atau melatih
teknik yang
dipilih
4) Demonstrasi
dan latih teknik
relaksasi (mis,
napas dalam,
peregangan,
atau imajinasi
terbimbing)
(PPNI, 2017, 2018, 2019)

2
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah peneltian dseskriptif pendekatan
studi kasus. Studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami
objek yang ditelitinya secara khusus pada suatu kasus (Hakim, 2017). Desain
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan dan memberi
pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman
manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti & Imami, 2014).
Penelitian ini menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1) Waktu penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2019 – Juni 2020
2) Waktu studi kasus
Waktu studi kasus dilakukan pada tanggal 18 Februari – 22 Februari 2020

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakter tertentu yang telah ditentukan peneliti
untuk ditarik kesimpulan. Populasi dapat disimpulkan sebagai objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah yang telah memenuhi syarat
penelitian (Donsu, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. Rata-rata per bulan pasien yang mengalami fraktur pada tahun
2019 adalah 134 pasien. Pada saat dilakukan penelitian tanggal 18 Februari
2020 terdapat 6 orang pasien fraktur.

2
Poltekkes Kemenkes
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Jika pasien
lebih dari satu orang yang memenuhi kriteria, teknik sampling yang
digunakan adalah Sample Random Sampling. Sampel Random Sampling
adalah upaya pengambilan sampel dengan cara acak, tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam anggota populasi. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan cara lotre.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Klien bersedia menjadi responden
2) Klien yang kooperatif dan berkomunikasi verbal dengan baik
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat
namun mengalami penurunan kesadaran dalam perawatan peneliti.
Berdasarkan kriteria diatas ada 3 orang dari 6 populasi yang memenuhi
kriteria, untuk pengambilan satu sample sebagai partisipan dalam
penelitian menggunakan teknik simple random sampling dengan cara lotre
sederhana.

D. Alat atau instrumen pengumpulan data


Alat atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

E. Teknik pengumpulan data


1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuisioner, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
narasumber dan data yang diperoleh dari data primer harus diolah

3
Poltekkes Kemenkes
lagi. Data yang didapat meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik.

b. Data sekunder
Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan
yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan. Data
yang sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rekam medis pasien. Data sekunder yang diperoleh oleh peneliti
berupa hasil pemeriksaan labor dan dokumentasi data pasien
fraktur yang terganngu istirahat dan tidur diperoleh dari Medical
Record RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

2. Teknik pengumpulan data


a. Wawancara
Wawancara adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
menggali data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara
mendalam agar kita mendapatkan data yang valid dan detail
(Sujarweni, 2014). Wawancara ditujukan untuk mendapatkan
informasi dari individu yang diwawancarai, oleh karena itu
hubungan asimetris harus tampak antara pewawancara dengan
individu yang diwawancarai (Afiyanti, 2014). Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengkajian tentang identitas pasien, keluhan
utama pasien, riwayat kesehatan pasien, dan pola aktivitas sehari-
hari pasien.

b. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi klien dengan
metode mengukur dengan menggunakan alat ukur seperti
melakukan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi nafas dan suhu).

3
Poltekkes Kemenkes
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan.
Pemeriksaan dilakukan oleh peneliti kepada partisipan dari kepala
sampai kaki dengan cara inspeksi atau melihat bagaimana kondisi
pasien seperti keadaan umum pasien, palpasi (menggunakan indera
peraba), perkusi (cara mengetuk bagian permukaan tubuh), dan
auskultasi (mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh).

d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dapat memberi informasi tentang situasi yang
diperoleh dokumen dari Rumah Sakit untuk menunjang penelitian
yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
rekam medis pasien untuk menambah data penunjang.

F. Analisis data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien Fraktur. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan
dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur. Analisa yang dilakukan adalah
menentukan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi klien.

3
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang di Ruangan Trauma
Center. Ruangan Trauma Center dipimpin oleh seorang karu, karu dibantu
oleh katim dan beberapa perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift yaitu
shift pagi, shift siang, dan shift malam. Selain perawat ruangan ada
Mahasiswa praktik dari berbagai institusi pendidikan dalam melakukan
asuhan kepada pasien.

B. Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan Gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur di
Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang yang dilakukan pada
tanggal 18– 22 Februari 2020 pada satu orang partisipan yaitu Tn. D dengan
diagnosa fraktur radius distal Ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian
keperawatan, penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, studi dokumentasi serta
pemeriksaan fisik.

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dimulai pada tanggal 18 februari 2020 pada pukul 10.00 WIB.
Peneliti melakukan pengkajian pada satu partisipan, partisipannya adalah
Tn. D. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat dari hasil studi dokumentasi.
a. Identitas pasien dan keluarga
Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi
1) Identitas pasien
Pasien laki-laki, Tn.D umur 38 tahun, seorang Petani, pendidikan
terakhir SMA, agama islam, Diagnosa medis Fraktur Radius Distal.

3
Poltekkes Kemenkes
2) Identitas penanggung jawab
Selama perawatan pasien dijaga oleh keluarganya diantaranya
Ny.N. Hubungan dengan pasien adalah istri yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga.

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama
Tn. D masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 16
Februari 2020 pada pukul 16.12 WIB, rujukan dari Rumah
Sakit Sijunjung. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada
bagian pergelangan tangan.

b. Keluhan saat dikaji


Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 18
Februari 2020 Pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Trauma
Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang, Pasien
tampak lemah, pucat, mata kemerahan, ada lingkaran hitam
disekitar mata, ada kantung mata, konjungtiva anemis dan
tangan sebelah kiri terpasang perban.

Pasien mengatakan tidurnya terganggu karena kesakitan


dibagian pergelangan tangan dan bagian pinggul. Pasien
mengatakan hanya dapat tidur nyenyak selama 3-4 jam, dan
sering terbangun pada malam hari. Pasien mengatakan pada
siang hari istirahatnya juga terganggu akibat ruangan yang
berisik dan ruangan terasa panas. Pasien mengatakan nyeri
terasa ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri dibagian
pergelangan tangan hilang timbul, nyeri terasa hingga ke
pundak, aktivitas pasien terganggu dengan skala nyeri 7,
pasien mengatakan durasi nyeri 5-10 menit.

3
Poltekkes Kemenkes
Pasien juga mengatakan tidak dapat mengubah posisi tidur
karena pinggul yang tidak boleh digerakkan. Karena kurang
tidur pasien mengatakan badannya terasa letih dan tidak
bersemangat. TD: 130/70 mmHg, nadi: 81x/i, pernapasan:
20x/i, suhu: 36,6 0C

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat sulit tidur dan
insomnia, sebelum masuh rumah sakit tidur pasien terpenuhi.

2) Pola Aktifitas sehari-hari


a. Eliminasi
Pasien terpasang kateter dan selama dirawat di rumah sakit
pasien belum ada BAB sama sekali. Pasien mengatakan tidak
ada rasa ingin BAB.
b. Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan hanya dapat tidur nyenyak selama 3-4 jam,
dan sering terbangun pada malam hari. Pasien mengatakan
pada siang hari istirahatnya juga terganggu akibat ruangan
yang berisik dan dan ruangan terasa panas.
d. Aktivitas dan latihan
Pasien lebih banyak beraktivitas diatas tempat tidur.

e. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik, didapakan tanda-tanda vital, TD : 130/70
mmHg, nadi : 81x/i, pernapasan: 20x/i, pasien dalam kondisi
lemah, pucat, lesu, konjungtiva anemis, mata tampak kemerahan,
mata tampak cekung, ada kantong mata, lingkaran hitam disekitar
mata, pada tangan kiri diberi perban. Pada ekstremitas Atas
terpasang Infus NaCl, kulit kering, tidak ada edema,tangan sebelah
kiri diberi perban, akral teraba dingin, CRT <2 detik.

3
Poltekkes Kemenkes
f. Data psikologis
Data dari pengkajian psikologis pasien didapatkan, pasien
mengatakan tidak cemas. Pasien mengatakan sabar menghadapi
penyakitnya dan dapat mengikuti terapi pengobatan dengan baik.

g. Data penunjang
Berdasarkan hasil labor pada tanggal 16 Februari 2020 didapatkan
hemoglobin 12.9 g/dL, leukosit 19.7 103/mm3, hematokrit 40%,
trombosit 292 103/mm3.

h. Terapi pengobatan
Terapi pengobatan yang didapat oleh pasien melalui IV yaitu
ceftriaxon 2x1 gr, ranitidin 2x1 gr, dan ketrolax 3x1 gr.

2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian dilakukan penganalisa data dan ditemukan prioritas
diganosis keperawatan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri. Diagnosa ini diangkat dengan data subjektif, pasien mengatakan
sulit untuk tidur karena nyeri di pergelangan tangan, tidur hanya 3-4 jam,
sering terbangun pada malam hari, pasien juga mengatakan tidak bisa
mengubah posisi tidur karena pinggul tidak dapat digerakkan. Pasien juga
mengatakan tidak dapat beristirahat akibat ruangan yang bersisik dan suhu
ruangan yang panas. Sedangkan data objektif didapatkan pasien tampak
lemah, pucat, mata cekung, konjungtiva anemis, mata kemerahan, mata
tampak cekung dan ada kehitaman disekitar kelopak mata.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana keperawatan yang dilakukan pada partisipan mengacu pada SLKI
dan SIKI. Berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan partisipan.
Rencana keperawatan yang berkaitan pada Tn. D dengan diagnosis
keperawatan Gangguan Istirahat dan Tidur Berhubungan dengan
Nyeri mempunyai tujuan (SLKI) pola tidur, pola tidur teratasi dengan

3
Poltekkes Kemenkes
kriteria hasil keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun,
keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan pola tidur berubah menurun,
keluhan istirahat tidak cukup menurun, kemampuan beraktivitas
meningkat, keluhan tidak nyaman menurun, kebisingan menurun, merintih
menurun, suhu ruangan membaik, pola eliminasi membaik, kesejahteraan
meningkat.

Rencana tindakan yang akan dilakukan (SIKI) yaitu dukungan tidur : a)


observasi: identifikasi aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik dan/atau psikologis). b) terapeutik: modifikasi lingkungan
(mis: pencahayaan, kebisngan, suhu, matras, dan tempat tidur), fasilitasi
untuk hilangkan stress sebelum tidur, lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (pengaturan posisi, teknik relaksasi genggam
jari). c) edukasi: jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit, anjurkan
menepati kebiasaan waktu tidur, ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
non farmakologi lainnya.

Manajemen nyeri: a) observasi: identifikasi skala nyeri, identifikasi


respons nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. b) terapeutik: berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi genggam jari). c) edukasi: jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,
anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, anjrkan menggunakan analgetik
secara tepat. d) kolaborasi: kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Tn. D dengan diagnosis keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, pada hari pertama
implementasi yang dilakukan adalah a) observasi: menggunakan
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
menanyakan kesulitan tidur pasien, b) terapeutik: membersihkan tempat

3
Poltekkes Kemenkes
tidur pasien, c) edukasi: menjelaskan pentingnya tidur kepada pasien, dan
mendiskusikan dengan keluarga cara mengatasi gangguan tidur.

Pada hari kedua implementasi yang dilakukan adalah a) observasi:


memantau pola tidur pasien, mengkaji nyeri pada pasien, b) terapeutik:
mengatur posisi tidur pasien senyaman mungkin, mengatur suhu di
ruangan, c) edukasi: mengajarkan teknik relaksasi genggam jari, dan
membatasi kunjungan keluarga pasien.

Pada hari ketiga implementasi yang dilakukan adalah a) observasi:


menanyakan kembali pola tidur pasien, b) terapeutik: mengatur posisi
pasien, mengatur suhu di ruangan, membatasi kunjungan keluarga pasien,
menganjurkan kepada pasien untuk menepati kebiasaan tidur, dan
melakukan teknik relaksasi genggam jari.

Pada hari keempat implementasi yang dilakukan adalah a) observasi


memonitor pola tidur pasien, b) terapeutik: membersihkan tempat tidur
pasien, membatasi kunjungan keluarga pasien, mengatur suhu ruangan,
meminta pasien untuk tetap rileks, dan c) edukasi: mengulang kembali
teknik relaksasi genggam jari.

Pada hari kelima implementasi yang dilakukan adalah a) observasi:


menanyakan kepada pasien yang dapat mengganggu tidur pasien, b)
terapeutik: mengatur posisi pasien senyaman mungkin, membersihkan
meja dan tempat tidur pasien, membatasi kunjungan keluarga pasien, dan
c) edukasi: mengulang kembali teknik ralaksasi genggam jari.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada pasien
dengan diagnosis keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan

3
Poltekkes Kemenkes
nyeri didapatkan pada hari pertama yaitu, S: Pasien mengatakan sulit untuk
tidur, pasien mengatakan sering terbangun dimalam hari, pasien
mengatakan tidur 3-4 jam pada malam hari, O: Pasien tampak lelah, pasien
tampak lesu, ada kantung mata, mata kemerahan, ada lingkaran hitam
disekitar mata, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilakukan.

Pada hari kedua, S: Pasien mengatakan masih sulit untuk tidur, pasien
mengatakan masih sering terbangun dimalam hari, pasien mengatakan
tidur 3-4 jam dalam sehari, O: Pasien tampak lelah, pasien tampak lesu,
ada kantung mata, mata kemerahan, ada lingkaran hitam disekitar mata
pasien, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.

Pada hari ketiga, S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur namun
masih terganggu dengan kebisingan, pasien mengatakan tubuhnya sudah
mulai rileks, O: Pasien tampak lelah, pasien masih tampak lesu, masih ada
kantung mata, A: Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.

Pada hari keempat, S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan


nyenyak, pasien mengatakan tubuhnya sudah rileks dan nyaman, O: Pasien
tampak rileks dan bersemangat, masih ada kantung mata, A: Masalah
belum teratasi, P: intervensi dilanjutkan.

Pada hari kelima, S: Pasien mengatakan tidurnya sudah nyenyak, pasien


mengatakan tubuhnya rileks dan nyaman, O: Pasien tampak segar, pasien
tampak rileks dan bersemangat, A: Masalah teratasi, P: Intervensi
dihentikan.

C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur yang telah dilakukan sejak tanggal 18 februari sampai
dengan 22 februari 2019 di Ruang rawat inap Trauma Center (TC) Bedah

3
Poltekkes Kemenkes
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap pengkajian, merumuskan
diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan, hingga evaluasi proses keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan istirahat dan tidur
pada pasien didapatkan saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa tidur
nyenyak karena rasa nyeri yang dirasakan pada tangan sebelah kiri dan
bagian pinggul, bila tangan dan pinggul digerakkan nyeri akan timbul.

Berdasarkan hasil penelitian Budiman & Wibowo (2018) bahwa pasien


fraktur akan merasakan nyeri yang tentunya dapat mengganggu istirahat
dan tidur pasien. Hal ini juga didukung dengan teori menurut Asikin, dkk
(2016) pada semua pasien fraktur akan timbul rasa nyeri dan keterbatasan
gerak, sehingga dapat mengganggu pola serta kebutuhan tidur pasien.

Pasien juga mengatakan tidak bisa istirahat dengan tenang karena ruangan
yang berisik dan panas. Menurut Ambarwati (2014) faktor lingkungan
dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya
stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi
yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu dapat beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan
kondisi tersebut.

Hasil pemeriksaan fisik, pasien dalam kondisi lemah, pucat, lesu,


konjungtiva anemis, mata tampak kemerahan, mata tampak cekung, ada
kantong mata, pada tangan kiri diberi perban. Menurut Atoilah & Kusnadi
(2013) pemeriksaan fisik pada klien yang mengalami gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur dapat dilihat dari kondisi fisik pasien danh hal apa yang
menyebabkan pasien susah memulai untuk tidur. Dari penampilan wajah

4
Poltekkes Kemenkes
terdapat area gelap disekitar wajah, bengkak pada kelopak mata,
konjungtiva anemis, mata kelihatan cekung, tampak layu dan urang
bergairah.

Hasil data psikologis, Data dari pengkajian psikologis pasien didapatkan,


pasien tampak tidak cemas. Pasien tampak sabar menghadapi penyakitnya
dan dapat mengikuti terapi pengobatan dengan baik. Menurut Ambarwati
(2014) Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah
melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.
.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan diagnosa
keperawatan. Peneliti memprioritaskan diagnosis utama yang muncul adalah
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. diagnosis ini ditegakkan
peneliti didukung oleh data subjektif dan data objektif.

Data subjektif pasien mengatakan nyeri dipergelangan tangan sebalah kiri,


tidak bisa mengubah posisi tidur karena tangan dan pinggul tidak boleh
bergerak karena apabila digerakkan akan timbul nyeri, pasien mengatakan
sulit untuk memulai tidur , tidur hanya 3-4 jam dan sering terbangun dimalam
hari , pasien mengeluh tidak puas tidur, ruangan panas dan juga bising. Data
objektif yaitu pasien tampak lemah, pucat, mata terlihat cekung, terdapat
kantong mata, pada mata juga terlihat lingkaran hitam disekitar mata.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai dengan


SDKI, 2017 yaitu dengan gejala mayor mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup, dan gejala
minor mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

4
Poltekkes Kemenkes
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Rencana yang akan dilakukan mengacu pada Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI).

Pada diganosis keperawatan Gangguan pola tidur berhubungan dengan


nyeri diharapkan pasien dapat pola tidur teratasi dengan kriteria hasil keluhan
sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun, keluhan tidak puas tidur
menurun, keluhan pola tidur berubah menurun, keluhan istirahat tidak cukup
menurun, kemampuan beraktivitas meningkat. Tujuan kedua yaitu status
kenyamanan meningkatkeluhan tidak nyaman menurun, kebisingan menurun,
merintih menurun, suhu ruangan membaik, pola eliminasi membaik,
kesejahteraan fisik.

Intervensi yang dilakukan yaitu dukungan tidur : a) observasi: identifikasi


aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis). b) terapeutik: modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan,
kebisngan, suhu, matras, dan tempat tidur), fasilitasi untuk hilangkan stress
sebelum tidur, lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(pengaturan posisi, teknik relaksasi genggam jari). c) edukasi: jelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur,
ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmakologi lainnya.

Manajemen nyeri: a) observasi: identifikasi skala nyeri, identifikasi respons


nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri. b) terapeutik: berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (teknik relaksasi genggam jari. c) edukasi: jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri, anjrkan menggunakan analgetik secara tepat. d)
kolaborasi: kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

4
Poltekkes Kemenkes
Penyusunan rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien sesuai
dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019)

4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada dasarnya sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun dalam perencanaan keperawatan
menurut SLKI-SIKI 2018-2019 yang telah dibuat pada setiap diagnosis
keperawatan dan secara garis besar pelaksanaannya sudah sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab. Penambahan dan pengurangan tindakan yang
dilakukan peneliti sesuai dengan kondisi pasien.

Pada diagnosis keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


dilakukan tindakan menggunakan: a) observasi: komunikasi terapeutik dalam
membina hubungan baik dengan pasien, memonitor pola tidur pasien,
menanyakan kesulitan tidur pasien, menganjurkan kepada pasien untuk
menepati kebiasaan tidur, meminta pasien untuk tetap rileks, membantu
pasien untuk menghilangkan faktor yang mengganggu tidur pasien, mengkaji
nyeri pada pasien. b) terapeutik: membersihkan tempat tidur dan meja pasien,
mengatur posisi tidur pasien senyaman mungkin, mengatur suhu di ruangan,
membatasi kunjungan keluarga pasien. c) edukasi: menjelaskan pentingnya
tidur kepada pasien, dan berdiskusi dengan keluarga tentang cara mengatasi
sulit tidur pada pasien.

Untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur peneliti juga menggunakan


teknik genggam jari dengan cara membantu pasien mengambil posisi
senyaman, genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa khawatir yang berlebihan, genggam jari telunjuk dengan telapak
tangan sebelahnya apabila merasa takut berlebihan, dan genggam jari
kelingking dengan telapak tangan sebelahnya, meminta pasien untuk tutup
mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan dengan mulut,
lakukan berkali-kali, meminta pasien untuk mengatakan, “semakin rileks,

4
Poltekkes Kemenkes
semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan seterusnya sampai benar-
benar rileks, apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan dengan meminta pasien untuk mengatakan,” saya ingin sakit saya
segera hilang”, gunakan perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran
bawah sadar dengan mengatakan,” saya akan terbangun dalam keadaan lebih
baik”.” mata saya perintah untuk normal kembali dan dapat dengan mudah
untuk dibuka”, lepaskan genggaman jari dan usahakan rileks., mengevaluasi
dan mencatat respon pasien terhadap terapi relaksasi.

Menurut (Pinandita, 2014) Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan


mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya
stimulasi pada luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan
menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut aferen nosiseptor ke
substansi gelatinosa (pintu gerbang) dimedula spinalis untuk selanjutnya
melewati thalamus kemudian disampaikan ke kortek serebri dan
interpretasikan sebagai nyeri.

Istirahat berarti suatu kedaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang berjalan-jalan ditaman juga bisa dikatakan
sebagai suatu bentuk istirahat. Tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan
fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta
dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan
aktivitas sehari-hari. (Ambarwati, 2014).

Hal ini sesuai dengan rencana intervensi yang terdapat pada SIKI, karena
semua implementasi yang dilakukan pada pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien. Dalam melaksanakan implementasi peneliti tidak menemukan
kendala.

4
Poltekkes Kemenkes
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja
dengan meninjau respon klien. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada
SLKI, berdasarkan kriteria hasil yang ditentukan. Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk SOAP.

Hasil evaluasi yang didapat kemajuan dari dari tindakan keperawatan pada
hari rawatan ke-5 untuk diagnosis keperawatan gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri pada pasien didapatkan hasil mengenai
gangguan pola tidur yaitu pasien mengatakan tidurnya sudah nyenyak, pasien
mengatakan sudah nyaman dan rileks dengan melakukan teknik relaksasi
genggam jari, pasien tampak lebih segar dan bersemangat.

4
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Gangguan
Istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan pasien tampak lemah, pasien mengatakan
pola tidurnya terganggu karena nyeri, selain nyeri pasien juga mengeluh
suhu lingkungan dan kebisingan di ruangan mengganggu tidurnya. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan mata pasien tampak kemerahan,
ada kantung mata, dan ada lingkaran hitam di sekitar mata
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa
gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien sesuai dengan
SLKI dan SIKI yaitu Dukungan tidur, manajemen energi , manajemen
lingkungan, dan terapi relaksasi dengan teknik genggam jari.
4. Implementasi Keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
sesuai dengan tujian dan kriteria hasil yang ditetapkan. Secara umum
rencana tindakan pada masing-masing masalah keperawatan dapat
dilakukan dan masalah teratasi pada hari rawatan kelima.
5. Hasil evaluasi dari hasil tindakan keperawatan pada masalah pasien yaitu
gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan dan
kebisingan, secara keseluruhan sudah tercapai pada hari kelima tindakan
keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Perawat ruangan trauma center dapat mengoptimalkan dalam memberikan
asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur pada pasien fraktur
dengan teknik relaksasi genggam jari.

4
Poltekkes Kemenkes
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan mengambil
diagnosis keperawatan yang tepat menurut pengkajiam yang didapatkan,
melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih dahulu memahami
masalah dengan baik, dan mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan

4
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Andina & Yuni. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Afiyanti & Rachmawati. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset


Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers

Andri, Juli, Dkk. 2019. Hubungan Antara Nyeri Fraktur Dengan Kualitas Tidur
Pasien Yang Dirawat Inap. Jurnal prevalensi/633-Article Text-5428-1-10-
20190619.pdf. diakses pada tanggal 09-01-2020

Budiman, Arif & Thomas Ari Wibowo. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Dengan Pemberian Teknik Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri. jurnal
prevalensi/ARIF BUDIMAN.pdf. diakses pada tanggal 09-01-2020

Bararah & Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Donsu. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Hakim, abdul. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi
Kasus. Jawa Barat: CV Jejak

Istianah, Umi. 2018. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskletal. Yogyakarta: Pustaka Baru

Maryunani, Anik. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media

Riyadi & Harmoko. 2012. Standard Operating Procedure Dalam Praktik Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rizal, Dkk. 2014. Penatalaksanaan Orthopedi Terkini Untuk Dokter Layanan


Terkini. Jakarta: Mitra Wacana Media

Sigalingging, Ganda. 2013. Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar


Manusia. Jakarta: EGC

Sofiyah, L, Marfi’ah, A, R, &Susanti. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam


Jari Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesareadi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwekwrto. In Prosiding
Seminar Nasional & Internasional (Vol 2. No. 2)

Pinandita. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi. Jurnal
Keperawatan. Gombong: Prodi Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Gombang

4
Poltekkes Kemenkes
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnosis. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia dan Kriteria Hasil
Keperawatan indonesia : Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1.
Jakarta . DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Gava Media

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Vaughans, W Bennita. 2011. Keperawatan Dasar Buku Wajib Bagi Praktisi &
Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta: Rapha Publishing

49
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 3

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 8

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR MANUSIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn. D
2) Tempat/Tanggal Lahir : 15 Desember 1980
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) Status Kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Jorong Pasar, Koto Baru, Nagari
Sijunjung
9) Diagnosa Medis : Fraktur radius distal
10) No. MR : 01077xxx

b. Identifikasi Penanggung Jawab


1) Nama : Ny. N
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Jorong Pasar, Koto Baru, Nagari
Sijunjung
4) Hubungan : Istri

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Tn. D masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 16
Februari 2020 pada pukul 16.12 WIB, rujukan dari Rumah
Sakit Sijunjung. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada
bagian pergelangan tangan.

Poltekkes Kemenkes
b) Keluhan saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 18
Februari 2020 Pukul 10.00 WIB di Ruang Rawat Inap Trauma
Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang, Pasien
tampak lemah, pucat, mata kemerahan, ada lingkaran hitam
disekitar mata, ada kantung mata, konjungtiva anemis dan
tangan sebelah kiri terpasang perban.

Pasien mengatakan tidurnya terganggu karena kesakitan


dibagian pergelangan tangan dan bagian pinggul. Pasien
mengatakan hanya dapat tidur nyenyak selama 3-4 jam, dan
sering terbangun pada malam hari. Pasien mengatakan pada
siang hari istirahatnya juga terganggu akibat ruangan yang
berisik dan dan ruangan terasa panas. Pasien mengatakan nyeri
terasa ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri dibagian
pergelangan tangan hilang timbul, nyeri terasa hingga ke
pundak, aktivitas pasien terganggu dengan skala nyeri 7,
pasien mengatakan durasi nyeri 5-10 menit.

Pasien juga mengatakan tidak dapat mengubah posisi tidur


karena pinggul yang tidak boleh digerakkan. Karena kurang
tidur pasien mengatakan badannya terasa letih dan tidak
bersemangat. TD:130/70 mmHg, nadi: 81x/i, pernapasan:
20x/i, suhu: 36,6 0C

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Tn. D mengatakan pertama kali masuk dan dirawat di Rumah
Sakit, dan pasien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat sukar
tidur dan insomnia, klien memenuhi setiap hari tidur sebelum
masuk rumah sakit.

Poltekkes Kemenkes
d. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
a. Makan
1. Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk
2. Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan setengah
porsi makanan dari rumah sakit
b. Minum
1. Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
2. Sakit
Minum ± 1500 cc dalam sehari

2) Pola Eliminasi
a. BAB
1. Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
2. Sakit
Pasien semenjak masuk Rumah Sakit Tidak ada BAB.
Pasien mengatakan tidak rasa ingin BAB tidak ada.
b. BAK
1. Sehat
Pasien BAK minimal 4-5 kali dalam sehari
2. Sakit
Pasien BAK ±1500 cc/hari dengan warna kuning

3) Pola Tidur dan Istirahat :


a. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 7-8 jam dalam sehari

Poltekkes Kemenkes
b. Sakit
Siang : ±15 menit dalam sehari, karena nyeri dipergelangan
tangan akibat fraktur, selain itu banyaknya pasien di ruangan
dan keluarga pasien yang berkunjung ke ruangan sehingga
tidur dan istirahat pasien terganggu.
Malam: ±3-4 jam dalam sehari, pasien sering terbangun pada
malam hari akibat nyeri dan patah tulangnya, selain itu
lingkungan rumah sakit dengan suhu ruangan yang membuat
pasien tidak dapat tidur.

4) Pola Aktivitas dan Latihan :


a. Sehat
Pasien bekerja sebagai petani, dan bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya.
b. Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktifitas dibantu
oleh keluarga.

e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pasien dalam kondisi lemah, lesu, kesadaran pasien Compos
Mentis, GCS : 15

2. TTV
a) Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b) Nadi : 81x/i
c) Pernapasan : 20x/i
d) Suhu : 36,6 0C

3. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ada ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong

Poltekkes Kemenkes
mata, mata kemerahan, reflek kedip ada, tidak ada luka di bagian
mata.

4. Mulut
Mukosa mulut kering, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+), bibir terlihat pucat.

5. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
a. Jantung
1) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, reguler dan
lambat
3) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
4) Auskultasi
Irama jantung irreguler

6. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada luka atau lesi, perut datar, tidak ada distensi
b. Auskultasi
Bising usus positif yaitu 6x/i
c. Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (+), tidak teraba massa.
d. Perkusi
Bunyi Timpani

7. Genitalia :Terapasang kateter dan bersih

Poltekkes Kemenkes
8. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Terpasang Infus NaCl, kulit kering, tidak ada edema, spalk
ditangan kiri, akral teraba dingin, CRT <2 detik
b. Ekstremitas Bawah
Tidak ada edema, sianosis (+), akral teraba hangat, CRT <2
detik.

f. Data Psikologis
Data dari pengkajian psikologis pasien didapatkan, pasien mengatakan
ikhlas dengan penyakit yang dideritanya, pasien mengatakan tidak
cemas. Pasien tampak sabar menghadapi penyakitnya dan dapat
mengikuti terapi pengobatan dengan baik.

g. Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.9 g/dL 13.0-16.0
Leukosit 19.72 103/mm3 5.0-10.0
Hematokrit 40 % 40.0-48.0
Trombosit 292 103/mm3 150-400
APTT 24.9 Detik 20.1-27.1
APTT Kontrol 26.2
PT 10.8 Detik 9.9-13.1
INR 1.03 <1.2
PT kontrol 11.4
Total Protein 6.7 g/dL 6.6-8.7
Albumin 4.1 g/dL 3.8-5.0
Globulin 2.6 g/Dl 1.3-2.7
SGOT 34 U/L <38
SGPT 35 U/L <41
Kalsium 8.1 mg/dL 8.1-10.4
Ureum Darah 21 mg/dL 10-50

Poltekkes Kemenkes
Kreatinin Darah 0.8 mg/dL 0.8-1.3
Gula darah 124 mg/dL <200
Sewaktu
Natrium 136 mmol/L 136-145
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 104 mmol/L 97-111

h. Program Pengobatan
No. Nama Obat Dosis Frekuensi Rute
1. Ceftriaxone 1 gr 2x IV
2. Ranitidine 1 gr 2x IV
3. Ketrolax 1 gr 3x IV

Poltekkes Kemenkes
B. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. D
No. MR 01077378

No. Data Dasar Etiologi Masalah


1 DS: Nyeri Gangguan pola
a. Pasien mengatakan tidur
sering terbangun tengah
malam
b. Pasien mengatakan sulit
tidur karena nyeri di
pergelangan tangan dan
pinggul
c. Pasien mengatakan sulit
untuk melalakukan
aktifitas
d. Pasien mengatakan nyeri
timbul pada malam hari
e. Pasien mengatakan tidur
pendek
f. Pasien mengatakan
hanya dapat tidur selama
3 sampai 4 jam
DO:
a. Pasien tampak lesu
b. Pasien tampak lemah
c. Ada kantung mata
d. Mata kemerahan
e. Konjungtiva anemis
f. Adalingkaran hitam
disekitar mata
g. Pasien tampak kurang

Poltekkes Kemenkes
semangat
h. TD : 130/70 mmHg
Nadi : 81x/i
Pernapasan : 20x/i

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Ditemukan Masalah Ditemukan Masalah
Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf

1. Gangguan tidur 18
berhubungan dengan Februari
nyeri 2020

Poltekkes Kemenkes
D. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
1 Gangguan 1. Pola tidur 1. Dukungan tidur
tidur (PPNI, 2019 (PPNI, 2018 Hal: 48)
berhubungan Hal: 96) Tindakan:
dengan nyeri a. Keluhan a. Observasi
(PPNI, 2017 sulit tidur 1) Identifikasi pola
menurun
Hal: 126) aktivitas dan
b. Keluhan
sering tidur
Gejala dan terjaga 2) Identifikasi
Tanda Mayor: menurun faktor
Subjektif: c. Keluhan pengganggu
f) Mengeluh tidak puas tidur (fisik
tidur dan/atau
sulit tidur
menurun
g) Mengeluh psikologis)
d. Keluhan
sering pola tidur b. Terapeutik
terjaga berubah 1) Modifikasi
h) Mengeluh menurun lingkungan (mis,
tidak puas
e. Keluhan pencahayaan,
istirahat kebisingan, suhu,
tidur tidak cukup matras, dan
i) Mengeluh menurun tempat tidur)
pola tidur f. Kemampuan
beraktivitas 2) Fasilitasi untuk
berubah hilangkan stress
j) Mengeluh meningkat
2. Status sebelum tidur
istirahat 3) Lakukan
kenyamanan
tidak cukup (PPNI, 2019 prosedur untuk
Hal: 110) meningkatkan
Objektif: -
a. Keluhan kenyamanan
tidak (mis, pijat,
Gejala dan nyaman pengaturan
Tanda Minor: menurun posisi, terapi
b. Kebisingan akupresur)
Subjektif: menurun c. Edukasi
b) Mengeluh c. Merintih 1) Jelaskan
kemampuan menurun pentingnya tidur
beraktivitas d. Suhu cukup selama
menurun ruangan sakit
membaik 2) Anjurkan
Objektif: - e. Pola menepati
eliminasi kebiasaan waktu
membaik
tidur
f. Kesejahtera
3) Ajarkan relaksasi
an fisik
otot autogenik
atau cara

Poltekkes Kemenkes
meningkat nonfarmakologi
lainnya.

2. Manajemen Nyeri
(PPNI, 2018 Hal: 201)
a. Observasi
1) Identifikasi
skala nyeri
2) Identifikasi
respons nyeri
non verbal
3) Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis,
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain,
dan teknik
relaksasi
genggam jari)
c. Edukasi
1) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan

Poltekkes Kemenkes
menggunakan
analgetik secara
tepat
d. Kolaborasi
Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik

Poltekkes Kemenkes
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf


Jam Keperawatan
Selasa/ 18 Gangguan tidur a. Observasi S:
Februari berhubungan 1. Menggunakan a. Pasien
2020 dengan nyeri komunikasi mengatakan
terapeutik dalam sulit untuk
membina tidur
hubungan baik b. Pasien
dengan pasien mengatakan
2. Menanyakan sering
kesulitan tidur terbangun
pasien dimalam
hari
b. Terapeutik c. Pasien
Membersihkan mengatakan
tempat tidur pasien tidur 3-4
jam pada
c. Edukasi malam hari
1. Menjelaskan O:
pentingnya tidur a. Pasien
cukup selama tampak lelah
sakit b. Pasien
2. Mendiskusikan tampak lesu
dengan keluarga c. Ada kantung
terkait teknik mata
meningkatkan d. Mata
kualitas tidur kemerahan
pasien e. Ada
lingkaran
hitam di
sekitar mata
pasien

A:
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
Dilanjutkan
Rabu/ 19 Gangguan tidur a. Observasi S:
Februari berhubungan 1. Memonitor pola a. Pasien
2010 dengan nyeri tidur pasien mengatakan
2. Mengakaji nyeri masih sulit
pada pasien untuk tidur
3. Memberikan obat b. Pasien

Poltekkes Kemenkes
analgetik sesui mengatakan
dengan resep masih sering
dokter terbangun
dimalam
b. Terapeutik hari
1. Mengatur posisi c. Pasien
tidur pasien mengatakan
senyaman tidur 3-4
mungkin jam pada
2. Mengatur suhu di malam hari
ruangan O:
3. Memberikan obat a. Pasien
analgetik sesui tampak lelah
dengan resep b. Pasien
dokter tampak lesu
4. Membatasi c. Ada kantung
pengunjung mata
d. Mata
c. Edukasi kemerahan
Mengajarkan teknik e. Ada
relaksasi genggam lingkaran
jari hitam di
sekitar mata
pasien
A:
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
Dilanjutkan
Kamis/ Gangguan tidur a. Observasi S:
20 berhubungan Menanyakan kembali a. Pasien
Februari dengan nyeri pola tidur pasien mengatakan
2020 sudah mulai
b. Terapeutik bisa tidur
1. Mengatur posisi namun
pasien masih
2. Mengatur suhu di terganggu
ruangan dengan
3. Membatasi kebisingan
kunjungan b. Pasien
keluarga pasien mengatakan
4. Menganjurkan tubuhnya
kepada pasien sudah mulai
untuk menepati rileks
kebiasaan tidur O:
5. Melakukan teknik a. Pasien

Poltekkes Kemenkes
relaksasi tampak lelah
genggam jari b. Pasien
masih
tampak lesu
c. Ada kantung
mata

A:
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan
Juma’at/ Gangguan tidur a. Observasi S:
21 berhubungan Memonitor pola tidur a. Pasien
Februari dengan nyeri pasien mengatakan
2020 sudah bisa
b. Terapeutik
tidur dengan
1. Membersihkan
tempat tidur nyenyak
pasien b. Pasien
2. Membatasi mengatakan
kunjungan tubuhnya
keluarga pasien sudah rileks
3. Mengatur suhu dan nyaman
ruangan
4. Meminta pasien O:
untuk tetap rileks a. Pasien
tampak
c. Edukasi
rileks dan
Mengevaluasi teknik
relaksasi genggam bersemangat
jari b. Masih ada
kantung
mata

A:
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan
Sabtu/ 22 Gangguan tidur a. Observasi S:
Februari berhubungan Membantu pasien a. Pasien
2020 dengan nyeri untuk menghilangkan mengatakan
faktor yang tidurnya

Poltekkes Kemenkes
mengganggu tidur sudah
pasien nyenyak
b. Pasien
b. Terapeutik mengatakan
1. Mengatur posisi tubuhnya
pasien senyaman rileks dan
mungkin nyaman
2. Membersihkan O:
tempat tidur dan a. Pasien
meja pasien tampak
3. Membatasi segar
kunjungan b. Pasien
keluarga pasien tampak
rileks dan
c. Edukasi bersemangat
Mengevaluasi teknik A:
relaksasi genggam Masalah
jari teratasi

P:
Intervensi
Dihentikan

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 9

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 10

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai